• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING TERHADAP KREATIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA KELAS V SDN JUMO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING TERHADAP KREATIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA KELAS V SDN JUMO."

Copied!
249
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGARUH PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING TERHADAP KREATIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA

KELAS V SDN JUMO

TUGAS AKHIR SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan

Oleh: Wahyu Wismanto NIM 13108241155

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

(2)

ii

PENGARUH PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING TERHADAP KREATIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA

KELAS V SDN JUMO

Oleh: Wahyu Wismanto NIM. 13108241155

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh signifikan penerapan model quantum teaching terhadap kreativitas siswa dalam pembelajaran IPA kelas V SDN Jumo Temanggung.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan bentuk quasi experimental design. Populasi penelitian yang digunakan adalah siswa Kelas V SD Negeri Jumo sebanyak 34 anak sebagai kelas eksperimen dan siswa Kelas V SD Negeri 1 Ngadirejo sebanyak 34 anak sebagai kelas kontrol. Data dikumpulkan dengan observasi. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi. Analisis data dilakukan dengan membandingkan rata-rata skor kreativitas siswa awal dan akhir kedua kelompok, sehingga diketahui pengaruh model quantum teaching terhadap kreativitas siswa.

Hasil penelitian menunjukan bahwa ada pengaruh model quantum teaching terhadap kreativitas siswa kelas V SD Negeri Jumo Temanggung. Rata-rata skor hasil pengukuran keativitas siswa awal melalui observasi pada kelas kontrol sebesar 74,00 (kategori Cukup) dan kelas eksperimen sebesar 75,47 (kategori Baik), sedangkan rata-rata perolehan skor hasil pengukuran keativitas siswa akhir melalui observasi pada kelas kontrol sebesar 77,13 (kategori Baik) dan kelas eksperimen sebesar 78,94 (kategori Sangat Baik).

(3)

iii

THE AFFECT OF QUANTUM TEACHING MODEL APLICATION TO ARDS THE FIFTH GRADERS’ CREATIVITY ON SCIENCE

IN SDN JUMO By:

Wahyu Wismanto NIM 13108241155

ABSTRACT

This research aims to find out about how the application of quantum teaching learning model affect the fifth graders’ creativity on science in SDN Jumo.

This research was a quasi-experimental research in a form of nonequivalent control group design. The population of this research subject were 34 fifth

grades’ in SDN Jumo as eksperiment class and 34 fifth grades’ in SDN 1 Ngadirejo as control class. The data was collected trought observation. The instrument was used observation paper. The data analysis done by comparing the mean of the initial and final creativity scores of both groups, so the affect of quantum teaching toward creativity was detected.

The result of the research show the effect of quantum teaching learning model application toward the fifth graders’ creativity on science in SDN Jumo. The average scores acquired using observation on the students’ initial creativity of the control class are 74,00 (enough category) and experimental class are 75,47 (good category), whereas the average scores acquired using observation on the

students’ final creativity of the control class are 77,13 (good category) and experimental class are 78,94 (very good category).

Keywords: quantum teaching, creativity

(4)
(5)
(6)
(7)

vii MOTTO

“Selalu ada cara kreatif untuk sampai pada tujuan yang sama”

(8)

viii

PERSEMBAHAN

Skripi ini merupakan sebuah karya sebagai ungkapan pengabdian cinta yang

tulus dan penuh kasih untuk:

1. Ayah dan Ibu

2. Almamater UNY

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha

Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan tugas akhir skripsi yang berjudul ”Pengaruh Penerapan Model

Quantum Teaching terhadap Kreativitas Siswa dalam Pembelajaran IPA Kelas V

SDN Jumo”. Skripsi ini disusun dan diajukan sebagai salah satu syarat

menyelesaikan Studi Strata 1 untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan. Penulisan

ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, sehingga penulis ingin mengucapkan

terimakasih kepada:

1. Bapak Ikhlasul Ardi Nugroso, M.Pd. Dosen Pembimbing Skripsi yang telah

memberikan dukungan dan membimbing peneliti sehingga penulisan skripsi

ini dapat terselesaikan dengan baik.

2. Ibu Unik Ambar Wati, M.Pd. Sebagai pengkaji instrumen yang telah

memberikan saran dan kritik terhadap instrumen penelitian.

3. Bapak Ikhlasul Ardi Nugroho, M.Pd, Bapak Drs. Suparlan, M.Pd, dan Bapak

Prof. Dr. Zuhdan Kun Prasetyo, M.Ed. Selaku ketua penguji, sekertaris, dan

Penguji yang sudah memberikan koreksi perbaikan secara komprehensif

terhadap TAS ini.

4. Bapak Dr. Haryanto, M.Pd. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

Negeri Yogyakarta yang telah memberikan fasilitas dan kemudahan sehingga

(10)

x

5. Bapak Suparlan, M.PD. I. Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar yang telah

memberikan dukungan dan kemudahan penelitian serta penyusunan skripsi.

6. Bapak Kepala Sekolah SDN Jumo yang telah memberikan ijin kepada peneliti

untuk mengadakan penelitian di kelas V SDN Jumo.

7. Ibu Kepala Sekolah SDN 1 Ngadirejo yang telah memberikan ijin kepada

peneliti untuk mengadakan penelitian di kelas V SDN 1 Ngadirejo.

8. Ibu guru kelas V SD N Jumo yang telah membantu selama penelitian.

9. Ibu guru kelas V SD N 1 Ngadirejo yang telah membantu selama penelitian.

10.Siswa kelas V SD N Jumo yang telah bersedia sebagai subjek pelaksanaan

penelitian.

11.Siswa kelas V SD N 1 Ngadirejo yang telah bersedia sebagai subjek

pelaksanaan penelitian.

12.Teman-teman Prodi PGSD Kelas B angkatan 2013 yang telah memberikan

bantuan dan dukungan.

Demikian skripsi ini disusun, semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan

memberikan sumbangan bagi semua pihak.

Yogyakarta, 08 Juni 2017

(11)

xi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL……… i

ABSTRAK……….. ii

ABSTRACT……… iii

SURAT PERNYATAAN ……….………. iv

LEMBAR PERSETUJUAN……..………. v

HALAMAN PENGESAHAN……… vi

HALAMAN MOTTO……….……… vii

HALAMAN PERSEMBAHAN…….……… viii

KATA PENGANTAR……… ix

DAFTAR ISI……… xi

DAFTAR TABEL……… xiii

DAFTAR GAMBAR……… xiv

DAFTAR LAMPIRAN……… xv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……….. 1

B. Identifikasi Masalah……… 3

C. Pembatasan Masalah………... 4

D. Rumusan Masalah……… 4

E. Tujuan Penelitian………. 4

F. Manfaat Penelitian……….. 4

BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teoritis……… 6

1. Hakikat IPA………. 6

2. Pembelajaran IPA di SD……….. 7

3. Karakteristik Siswa SD……… 12

4. Model Quantum Teaching……… 15

5. Pembelajaran Eksplorsi, Elaborasi, Konfrmasi (EEK)……… 22

6. Kreativitas……… 27

B. Penelitian yang Relevan………. 38

C. Kerangka Pikir……… 39

D. Hipotesis Penelitian……… 40

E. Definisi Operasional……….. 40

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian……… 42

B. Desain Penelitian……… 42

C. Tempat dan Waktu Penelitian………. 44

D. Populasi Penelitian……….. 44

E. Variabel Penelitian……….. 45

(12)

xii

G. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen………. 48

H. Teknik Analisis Data………... 48

I. Uji Signifikansi……… 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrispsi Lokasi Penelitian……….. 49

B. Deskripsi Data Hasil Penelitian………. 49

C. Pengujian Hipotesis……… 71

D. Uji Signifikansi……….. 74

E. Pembahasan……… 75

F. Keterbatasan Penelitian………. 82

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan……… 83

B. Implikasi……… 83

C. Saran………. 83

DAFTAR PUSTAKA……… 85

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Indikator Kreativitas ……….. 31

Tabel 2. Bentuk Desain Penelitian………. 43

Tabel 3. Kisi-kisi Lembar Observasi Penerapan Model Quantum Teaching…. 47 Tabel 4. Kisi Lembar Observasi Kreativitas Siswa……… 47 Tabel 5. Skor Observasi Aktivitas Guru Kelompok Eksperimen Pertemuan

Pertama………. 50

Tabel 6. Skor Observasi Aktivitas Guru Kelompok Eksperimen Pertemuan

Kedua..………. 51

Tabel 7. Skor Observasi Aktivitas Guru Kelompok Eksperimen Pertemuan

Ketiga………. 52

Tabel 8. Rekapitulasi Perolehan Skor Kreativitas Siswa Kelas Kontrol……… 55 Tabel 9. Rekapitulasi Perolehan Skor Kreativitas Siswa Kelas Eksperimen…. 56 Tabel 10. Perolehan Skor Kreativita Siswa Awal melalui Observasi Lembar

Kerja Siswa pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen……… 60 Tabel 11. Perolehan Skor Kreativita Siswa Akhir melalui Observasi Lembar

Kerja Siswa pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen……… 63 Tabel 12. Perolehan Skor Kreativita Siswa Awal melalui Observasi Soal

Evaluasi pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen………. 66 Tabel 13. Perolehan Skor Kreativita Siswa Akhir melalui Observasi Soal

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Kerangka Pikir……….……….. 40

Gambar 2. Desain Penelitian……….……….. 44

Gambar 3. Diagram Perolehan Skor Observasi Aktivitas Guru Kelas

Eksperimen Pertemuan Pertama……….. 50 Gambar 4. Diagram Perolehan Skor Observasi Aktivitas Guru Kelas

Eksperimen Pertemuan Kedua……… 52

Gambar 5. Diagram Perolehan Skor Observasi Aktivitas Guru Kelas

Eksperimen Pertemuan Ketiga……… 53

Gambar 6. Diagram Kategori Skor Hasil Pengukuran Kreativitas Siswa Awal melalui Observasi pada Kelas Kontrol dan Kelas

Eksperimen……….. 57

Gambar 7. Diagram Kategori Skor Hasil Pengukuran Kreativitas Siswa Akhir melalui Observasi pada Kelas Kontrol dan Kelas

Eksperimen……… 59

Gambar 8. Diagram Perbandingan Perolehan Skor Kreativitas Siswa Awal melalui Observasi Lembar Kerja Siswa pada Kelas Kontrol dan

Kelas Eksperimen……….. 62

Gambar 9. Diagram Perbandingan Perolehan Skor Kreativitas Siswa Akhir melalui Observasi Lembar Kerja Siswa pada Kelas Kontrol dan

Kelas Eksperimen……….. 65

Gambar 10. Diagram Perbandingan Perolehan Skor Kreativitas Siswa Awal Melalui Observasi Soal Evaluasi pada Kelas Kontrol dan

Kelas Eksperimen……….. 68

Gambar 11. Diagram Perbandingan Perolehan Skor Kreativitas Siswa Akhir Melalui Observasi Soal Evaluasi pada Kelas Kontrol dan

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen……… 88 Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol…………... 130 Lampiran 3. Kisi-kisi Lembar Observasi Penerapan Model Quantum

Teachingoleh Guru……..………. 173 Lampiran 4. Kisi-isi Lembar Observasi Kreativitas Siswa dalam

Pembelajaran IPA………..…. 175

Lampiran 5. Lembar Observasi Penerapan Model Quantum Teaching

oleh Guru……… 178

Lampiran 6. Lembar Observasi Kreativitas Siswa melalui Observasi

Kegiatan Belajar………. 179

Lampiran 7. Lembar Observasi Kreativitas Siswa melalui Observasi

Lembar Kerja Siswa dan Soal Evaluasi………. 181 Lampiran 8. Data Hasil Observasi Aktivitas Guru Kelas Eksperimen

Pertemuan Pertama……….… 182

Lampiran 9. Data Hasil Observasi Aktivitas Guru Kelas Eksperimen

Pertemuan Kedua.………...… 184

Lampiran 10. Data Hasil Observasi Aktivitas Guru Kelas Eksperimen

Pertemuan Ketiga………..……… 186

Lampiran 11. Data Hasil Perolehan Skor Kreativitas Siswa Awal Kelas

Eksperimen (Pertemuan Pertama)……….. 188 Lampiran 12. Data Hasil Perolehan Skor Kreativitas Siswa Awal Kelas

Eksperimen (Pertemuan Kedua)..……… 189 Lampiran 13. Data Hasil Perolehan Skor Kreativitas Siswa Awal Kelas

Eksperimen (Pertemuan Ketiga)……..……… 190 Lampiran 14. Data Hasil Perolehan Skor Kreativitas Siswa Awal Kelas

Kontrol (Pertemuan Pertama)….………..….. 191 Lampiran 15. Data Hasil Perolehan Skor Kreativitas Siswa Awal Kelas

(16)

xvi

Lampiran 16. Data Hasil Perolehan Skor Kreativitas Siswa Awal Kelas

Kontrol (Pertemuan Ketiga)..……….. 193 Lampiran 17. Data Hasil Perolehan Kreativitas Siswa Awal melalui

Observasi Lembar Kerja Siswa Kelas Kontrol (Pertemuan

Pertama)………. 194

Lampiran 18. Data Hasil Perolehan Kreativitas Siswa Akhir melalui Observasi Lembar Kerja Siswa Kelas Kontrol (Pertemuan

Kedua)……….………. 195

Lampiran 19. Data Hasil Perolehan Kreativitas Siswa Akhir melalui Observasi Lembar Kerja Siswa Kelas Kontrol (Pertemuan

Ketiga)……….………. 196

Lampiran 20. Data Hasil Perolehan Kreativitas Siswa Awal melalui

Observasi Lembar Kerja Siswa Kelas Eksperimen (Pertemuan

Pertama)………. 197

Lampiran 21. Data Hasil Perolehan Kreativitas Siswa Akhir melalui Observasi Lembar Kerja Siswa Kelas Eksperimen (Pertemuan

Kedua)……….………. 198

Lampiran 22. Data Hasil Perolehan Kreativitas Siswa Akhir melalui Observasi Lembar Kerja Siswa Kelas Eksperimen (Pertemuan

Ketiga)……….………. 199

Lampiran 23. Data Hasil Perolehan Kreativitas Siswa Awal melalui Observasi Soal Evaluasi Kelas Kontrol (Pertemuan

Pertama)………. 200

Lampiran 24. Data Hasil Perolehan Kreativitas Siswa Akhir melalui Observasi Soal Evaluasi Kelas Kontrol (Pertemuan

Kedua)……….………. 201

Lampiran 25. Data Hasil Perolehan Kreativitas Siswa Akhir melalui Observasi Soal Evaluasi Kelas Kontrol (Pertemuan

(17)

xvii

Lampiran 26. Data Hasil Perolehan Kreativitas Siswa Awal melalui Observasi Soal Evaluasi Kelas Eksperimen (Pertemuan

Pertama)………. 203

Lampiran 27. Data Hasil Perolehan Kreativitas Siswa Akhir melalui Observasi Soal Evaluasi Kelas Eksperimen (Pertemuan Kedua)……….………. 204

Lampiran 28. Data Hasil Perolehan Kreativitas Siswa Akhir melalui Observasi Soal Evaluasi Kelas Eksperimen (Pertemuan Ketiga)……….………. 205

Lampiran 29. Hasil Uji Signifikansi……….. 206

Lampiran 30. Contoh Pengerjaan Lembar Kerja Siswa..………. 207

Lampiran 31. Contoh Pengerjaan Soal Evaluasi…..……… 213

Lampiran 32. Daftar Siswa Kelas V SD Negeri Jumo Tahun Ajaran 2016/2017……….. 216

Lampiran 33. Daftar Siswa Kelas V SD Negeri 1 Ngadirejo Tahun Ajaran 2016/2017……….….. 217

Lampiran 34. Foto-foto Dokumentasi Penelitian………..…….. 218

(18)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah pengetahuan yang rasional dan

objektif tentang alam semesta dan segala isinya, hal ini disampaikan Darmojo

dalam Samatowa (2011:2). Sedangkan pembelajaran IPA adalah hafalan dan

pemahaman konsep, anak harus diberi kesempatan untuk mengembangkan sikap

ingin tahu dan berbagai penjelasan logis. Hal ini akan mendorong anak untuk

mengekspresikan kreativitasnya. Jadi dalam membelajarkan IPA kepada anak

didik, guru harus membuat rancangan pembelajaran yang dapat membangun dan

meningkatkan kreativitas anak didiknya. Dalam pembelajaran IPA, anak didik

diharapkan menguasai standar kompetensi kajian ilmiah yang meliputi: (1)

penyelidikan, (2) berkomunikasi ilmiah, (3) pengembangan kreativitas dan

pemecahan masalah, dan (4) sikap dan nilai ilmiah. Kompetensi tersebut dapat

dicapai melalui pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses SAINS.

Keterampilan Proses SAINS tersebut adalah (1) melakukan observasi, (2)

mengemukakan hipotesis, (3) menginterprestasi, (4) merancang percobaan, (5)

melakukan investigasi, (6) menarik kesimpulan, dan (7) mengkomunikasikan

hasil, Semiawan dkk dalam Samatowa (2011:99-100).

Salah satu kompetensi yang harus dikuasai anak didik adalah

pengembangan kreativitas dan pemecahan masalah. Anak didik harus memiliki

kreativitas yang tinggi untuk memecahkan sebuah masalah yang dihadapi dalam

belajar IPA. Dengan adanya sikap kreatif, anak didik dapat menemukan hal yang

(19)

2

bahwa kreativitas atau daya cipta memungkinkan penemuan-penemuan baru

dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Pengertian kreatif itu sendiri adalah

proses merasakan dan mengamati adanya masalah, membuat dugaan, kemudian

mengubah dan mengujinya lagi, dan akhirnya menyampaikan hasilnya. Ciri-ciri

anak yang memiliki kreativitas adalah: (1) imajinatif, (2) mempunyai prakarsa, (3)

mempunyai minat luas, (4) mandiri dalam berpikir, (5) melit, (6) senang

berpetualang, (7) penuh energi, (8) percaya diri, (9) bersedia mengambil resiko,

dan (10) berani dalam pendirian dan keyakinan. Jadi dalam merencanakan

pembelajaran IPA, seorang guru harus memperhatikan ketercapaian kompetensi

pengembangan kreativitas dan pemecahan masalah, yaitu dengan memilih suatu

model pembelajaran yang sesuai dan dapat mengembangkan kreativitas anak

didik.

Quantum Teaching merupakan cara efektif dalam mengajar siapa saja, Quantum Teaching menciptakan lingkungan yang baik dan mendukung dalam proses pembelajaran, serta melejitkan prestasi siswa (A’la, 2011:40). Berdasarkan

hasil penelitian Gunawan (2016:9) menunjukan bahwa ada pengaruh positif

penerapan model Quantum Teacing terhadap kreativitas siswa kelas V SD Gugus 4 Minomartani Ngaglik Sleman. Hasil SuperCamp juga menunjukan bahwa model

Quantum Teaching 68% meningkatkan motivasi, 73% meningkatkan nilai, 81% meningkatkan rasa percaya diri, 84% meningkatkan harga diri, dan 98% dapat

melanjutkan penggunaan keterampilan (Nilandari, 2005: 4). Data tersebut

merupakan hasil penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat. Pengaruh

(20)

3

Sehingga perlu diadakan sebuah penelitian untuk mengetahui pengaruh model

Quantum Teaching terhadap kreativitas siswa. Dari hasil penilitian dapat dilihat pengaruh model Quantum Teaching terhadap perkembangan kreativitas siswa, kemudian data penelitian dibandingkan dengan data SuperCamp, memiliki

kesesuain atau tidak. SDN Jumo dipilih sebagai lokasi penelitian karena

berdasarkan observasi yang dilakukan pada tanggal 15 November 2016 diketahui

bahwa kondisi kelas sangat kondusif dan kooperatif. Dari wawancara yang

dilakukan dengan guru, guru sudah memiliki pengetahuan tentang model

Quantum Teaching, namun belum menerapkannya pada pembelajaran di kelas, guru juga belum membarikan banyak variasi model mengajar.

Dari uraian diatas maka penting diadakan penelitian tentang pengaruh

penerapan model pembelajaran Quantum Teaching terhadap kreativitas dalam pembelajaran IPA pada kelas V. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengambil

judul “Pengaruh Penerapan Model Quantum Teaching terhadap Kreativitas Siswa

dalam Pembelajaran IPA Kelas V SDN Jumo ”.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah muncul berbagai permasalahan yang dapat

diidentifikasi sebagai berikut:

1) kurangnya pengetahuan guru tentang model dan metode mengajar,

2) pembelajaran belum bervariasi,

(21)

4

4) pengaruh model pembelajaran Quantum Teaching terhadap kreativitas anak Indonesia belum diketahui.

C. Pembatasan Masalah

Mengingat terbatasnya kemampuan peneliti dan banyaknya permasalahan

maka penelitian ini dibatasi hanya pada masalah pengaruh penerapan model

pembelajaran Quantum Teaching terhadap kreativitas siswa dalam pembelajaran IPA sekolah dasar.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas dapat diambil suatu rumusan

masalah yaitu “Apakah ada pengaruh signifikan penerapan model pembelajaran

Quantum Teaching terhadap kreativitas siswa dalam pembelajaran IPA kelas V di SDN Jumo?”.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

pengaruh signifikan penerapan model Quantum Teaching terhadap kreativitas siswa dalam pembelajaran IPA kelas V SDN Jumo.

F. Manfaat Penelitian

Secara umum diharapkan penelitian ini dapat memiliki manfaat sebagai

berikut.

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan mampu menguatkan teori bahwa model

(22)

5

b. Hasil dari penelitian ini diharap dapat menambah wawasan pembaca dan

menambah literatur bagi penelitian lain yang relevan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat membantu peneliti mengembangkan kreativitas

menulis karya ilmiah dan menambah wawasan tentang pengaruh Quantum Teaching terhadap kreativitas siswa pada pembelajaran IPA.

b. Bagi Guru

Penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan guru dalam memilih model

yang akan digunakan dalam proses pembelajaran di kelas agar kualitas

pembelajaran lebih baik dan sesuai dengan karakteristik siswanya.

c. Bagi Siswa

Memberikan pengalaman pembelajaran yang menyenangkan dan menarik

(23)

6 BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teoritis

1. Hakikat IPA

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan terjemahan kata-kata dalam

bahasa Inggris yaitu natural science, artinya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Berhubungan dengan alam atau bersangkut-paut dengan alam, science artinya ilmu pengetahuan. Jadi IPA atau science dapat disebut sebagai ilmu tentang alam. Ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) menurut Darmodjo dalam Samatowa

(2006:2) merupakan pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta

dan segala isinya, akan tetapi IPA tidak hanya dipandang sebagai pengetahuan

melainkan sebagai suatu metode ilmiah. IPA sebagai metode ilmiah ini

maksudnya IPA merupakan cara atau metode untuk mengamati alam sekitar

seperti observasi dan eksperimen yang menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin

tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya.

Samatowa (2011:3) menyatakan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

merupakan ilmu pengetahuan yang mempunyai objek dan menggunakan metode

ilmiah. IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis

yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh

manusia. Oleh karena itu guru sebagai fasilitator perlu menciptakan kondisi dan

menyediakan sarana agar siswa dapat mengamati dan memahami objek IPA.

Dapat disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah sebuah

(24)

7

di SD lebih memfokuskan pada membekali siswa kemampuan berbagai cara untuk

memahami alam.

2. Pembelajaran IPA di SD

a. Pengertian Pembelajaran IPA di SD

Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku akibat pengalaman,

yang relatif menetap, menuju kebaikan, perubahan positif-kualitatif. Suasana

belajar yang ideal di sekolah adalah berlangsung secara aktif, inovatif, kreatif,

efektif, dan menyenangkan (Suyono, 2011:11-13). Mengajar berdasarkan KTSP

dapat didefinisikan sebagai suatu proses kegiatan untuk membantu orang lain

mencapai kemajuan semaksimal mungkin sesuai dengan tingkat perkembangan

potensi kognitif, afektif, maupun psikomotornya. Dalam pengajaran sains, pada

hakikatnya pengajaran didefinisikan sebagai transformasi dari pengetahuan sains.

Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam adalah sebuah ilmu pengetahuan tentang alam

sekitar yang diperoleh melalui metode ilmiah. IPA di SD lebih memfokuskan

pada membekali siswa kemampuan berbagai cara untuk memahami alam.

Sedangkan pembelajaran IPA adalah hafalan dan pemahaman konsep, anak

harus diberi kesempatan untuk mengembangkan sikap ingin tahu dan berbagai

penjelasan logis. Hal ini akan mendorong anak untuk mengekspresikan

kreativitasnya. Menurut Bundu (2006:11) secara garis besar sains memiliki tiga

komponen yaitu: (1) proses ilmiah, misalnya mengamati, mengklasifikasi,

memprediksi, merancang dan melaksanakan eksperimen, (2) produk ilmiah,

misalnya konsep, hukum dan teori, dan (3) sikap ilmiah, misalnya ingin tahu,

(25)

8

menguasai standar kompetensi kajian ilmiah yang meliputi: (1) penyelidikan, (2)

berkomunikasi ilmiah; (3) pengembangan kreativitas dan pemecahan masalah, dan

(4) sikap dan nilai ilmiah. Kompetensi tersebut dapat dicapai melalui

pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses SAINS. Keterampilan

proses SAINS tersebut adalah (1) melakukan observasi, (2) mengemukakan

hipotesis, (3) menginterprestasi; (4) merancang percobaan, (5) melakukan

investigasi, (6) menarik kesimpulan; dan (7) mengkomunikasikan hasil,

Semiawan dkk dalam Samatowa (2011:99-100).

Jadi pembelajaran IPA dapat disimpulkan sebagai suatu kegiatan membantu

peserta didik dalam pengetahuan tentang alam sekitar yang diperoleh melalui

metode ilmiah secara aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.

b. Tujuan Pembelajaran IPA di SD

Pada prinsipnya pembelajaran IPA di sekolah dasar membekali siswa

kemampuan berbagai cara untuk “mengetahui” dan “cara mengerjakan” yang

dapat membantu siswa dalam memahami alam sekitar (Asy’ari, 2006:23). Lebih

lanjut Asy’ari menjelaskan secara rinci tujuan pembelajaran IPA di sekolah dasar

sebagai berikut.

1) menanamkan rasa ingin tahu dan sikap positif terhadap sains, teknologi

dan masyarakat,

2) mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

(26)

9

3) mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA

yang akan bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan

sehari-hari,

4) ikut serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan

alam, dan

5) menghargai alam sekitar dan segala keteraturannya sebagai salah satu

ciptaan Tuhan.

Tujuan pembelajaran IPA untuk siswa Sekolah Dasar dalam Garis Besar

Program Pengajaran (GBPP) Sekolah Dasar bertujuan agar siswa.

1) memahami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan

sehari-hari,

2) memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan dan

gagasan tentang alam sekitar,

3) mempunyai minat untuk mengenal dan mempelajari benda-benda serta

kejadian di lingkungan sekitar,

4) bersikap ingin tahu, tekun, terbuka, kritis, mawas diri, bertanggung

jawab, bekerja sama, dan mandiri,

5) mampu menerapkan berbagai konsep IPA untuk menjelaskan

gejala-gejala alam dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari,

6) mampu menggunakan teknologi sederhana yang berguna untuk

memecahkan suatu masalah yang ditemukan dalam kehidupan

(27)

10

7) mengenal dan memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar, sehingga

menyadari kebesaran dan keagungan Tuhan Yang Maha Esa.

Tujuan pembelajaran IPA menurut kurikulum 2006 untuk kelas V adalah.

1) mengidentifikasi fungsi organ tubuh manusia dan hewan,

2) memahami cara tumbuhan hijau membuat makanan,

3) mengidentifikasi cara makhluk hidup menyesuaikan diri dengan

lingkunganya,

4) memahami hubungan antara sifat bahan dengan penyusunya dan

perubahan sifat benda sebagai hasil suatu proses,

5) memahami hubungan antara gaya, gerak, dan energi, serta fungsinya,

6) menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu

karya/model, dan

7) memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan

penggunaan sumber daya alam

Tujuan pembelajaran IPA dalam penelitian ini adalah memahami perubahan

yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam

c. Ruang Lingkup Pembelajaran IPA di SD

Ruang lingkup pembelajaran IPA menurut Asy’ari (2006:23-24) meliputi 2

aspek yaitu kerja ilmiah atau proses sains dan pemahaman konsep. Lingkup kerja

ilmiah yang dimaksud adalah memfasilitasi keberlangsungan proses ilmiah yang

meliputi penelitian, komunikasi ilmiah, pengembangan kreativitas dan pemecahan

(28)

materi-11

materi IPA. Berdasarkan Kurikulum 2006 (standar isi) ruang lingkup bahan kajian

IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek sebagai berikut.

1) makhluk hidup dan proses kehidupan, yang meliputi Manusia, hewan,

tumbuhan, dan interaksinya dengan lingkungan serta kesehatan,

2) benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya, yang meliputi: cair, padat, dan

gas,

3) energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,

cahaya, dan pesawat sederhana,

4) bumi dan alam semesta, meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan

benda-benda langit lainnya, dan

5) sains, lingkungan teknologi dan masyarakat merupakan penerapan

konsep sains dan saling keterkaitannya dengan lingkungan, teknologi dan

masyarakat melalui pembuatan suatu karya teknologi sederhana.

Standar kompetensi mata pelajaran IPA untuk satuan pendidikan dasar

SD/MI/SDLB/Paket A yang tertuang dalam Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006

adalah sebagai berikut.

1) melakukan pengamatan terhadap gejala alam dan menceritakan hasil

pengamatannya secara lisan dan tertulis,

2) memahami penggolongan hewan dan tumbuhan, serta manfaat hewan

dan tumbuhan bagi manusia, upaya pelestariannya, dan interaksi antara

makhluk hidup dengan lingkungannya,

3) memahami bagian-bagian tubuh pada manusia, hewan, dan tumbuhan,

(29)

12

4) memahami beragam sifat benda hubungannya dengan penyusunannya,

perubahan wujud benda, dan kegunaannya,

5) memahami berbagai bentuk energi, perubahan dan manfaatnya, dan

6) memahami matahari sebagai pusat tata surya, kenampakan dan

perubahan permukaan bumi dan hubungan peristiwa alam dengan

kegiatan manusia.

Ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI dalam penelitian ini meliputi

aspek memahami matahari sebagai pusat tata surya, kenampakan dan perubahan

permukaan bumi dan hubungannya peristiwa alam dengan kegiatan manusia.

3. Karkteristik Siswa SD

Siswa kelas V termasuk dalam kelas tinggi. Usia rata-rata siswa kelas V

adalah 11 tahun. Usia ini termasuk dalam masa kanak akhir. Masa

kanak-kanak akhir berlangsung antara 6-12 tahun. Menurut Izzati (2013:115) ciri-ciri

anak masa kelas tinggi adalah.

1) perhatiannya tertuju pada kehidupan praktis sehari-hari,

2) ingin tahu, ingin belajar, dan realistis,

3) timbul minat pada pelajaran-pelajaran khusus,

4) siswa memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi

belajar mereka di sekolah, dan

5) siswa suka membentuk kelompok sebaya untuk bermain bersama,

mereka membuat peraturan sendiri dalam kelompoknya.

Menurut Suryabrata (2002:205-206) pada masa ini anak-anak memiliki sifat

(30)

13

1) adanya perhatian kepada kehidupan praktis sehari-hari yang konkret, hal

ini membawa kecenderungan untuk membantu pekerjaan-pekerjaan

praktis,

2) amat realistik, ingin tahu, ingin belajar,

3) menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal dan mata

pelajaran khusus,

4) sampai kira-kira umur 11 tahun anak membutuhkan bantuan guru untuk

menyelesaikan tugasnya.

5) pada masa ini anak memandang nilai adalah ukuran yang tepat untuk

prestasi belajarnya, dan

6) anak-anak pada masa ini gemar membentuk kelompok-kelompok teman

sebaya. Biasanya dalam bermain mereka tidak terpaku dalam peraturan

tradisional tetapi mereka membuat peraturan sendiri dalam kelompoknya.

Selain memiliki sifat-sifat di atas, anak usia 6-12 tahun juga memiliki

karakteristik pertumbuhan kejiwaan. Berikut karakteristik kejiwaan anak usia 6-12

tahun menurut Suharjo (2006:37-38).

1) pertumbuhan fisik dan mental tumbuh pesat,

2) kehidupan sosialnya diperkaya selain kemampuan dalam kerjasama juga

dalam hal bersaing dan kehidupan kelompok sebayanya,

3) semakin menyadari diri selain mempunyai keinginan, perasaan tertentu

juga semakin bertumbuhnya minat tertentu,

(31)

14

5) dalam bergaul tidak membedakan jenis kelamin yang menjadi dasar

adalah perhatian dan pengalaman yang sama,

6) mempunyai kesanggupan untuk memahami hubungan sebab akibat, dan

7) ketergantungan terhadap orang dewasa semakin berkurang dan kurang

memerlukan perlindungan orang dewasa.

Kegiatan belajar pada masa kanak-kanak akhir menurut Poerwanti&Widodo

(2005:44-45) berfungsi untuk mengembangkan kemampuan sebagai berikut.

1) belajar keterampilan fisik untuk bermain seperti lari, lompat dan

sebagainya,

2) membina sikap positif untuk dirinya,

3) bergaul dengan teman sebaya sesuai norma dan etika di masyarakat,

4) belajar memainkan peran sosial sesuai jenis kelamin,

5) belajar dasar-dasar keterampilan membaca, menulis, dan matematika,

6) mengembangkan konsep-konsep yang diperlukan dalam kehidupan

sehari-hari,

7) mengembangkan kata hari, moral, dan skala sikap nilai yang selaras

dengan budaya masyarakat,

8) mengembangkan sikap objektif terhadap kelompok dan lembaga

kemasyarakatan, dan

9) belajar mencapai kemerdekaan dan kebebasan pribadi dan bertanggung

jawab.

Pada masa ini anak dapat berpikir secara logis mengenai objek dan kejadian,

(32)

15

pernah mengalami. Menurut Marsh dalam Izzaty (2013:116) strategi guru dalam

masa ini adalah.

1) menggunakan bahan-bahan yang konkret,

2) gunakan alat visual, misalnya OHP,

3) gunakan contoh-contoh yang dekat dengan kehidupan anak,

4) penyajian dengan singkat dan terorganisasi, dan

5) berilah latihan nyata dalam menganalisis masalah.

Berdasarkan pendapat tadi siswa kelas V berarti memiliki ciri-ciri seperti di

atas. Maka guru harus mengerti kebutuhan siswa dalam belajar di kelas dengan

menyajikan materi dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat. Salah

satu solusinya adalah dengan menggunakan model Quantum Teaching dalam pembelajaran untuk membantu siswa dalam menemukan hal-hal baru itu baik

dalam materi maupun dalam proses belajarnya sekaligus untuk meningkatkan

kreativitas dan hasil belajarnya.

4. Model Quantum Teaching a. Pengertian Quantum Teaching

DePorter dalam Nilandari (2005:5) menyatakan bahwa Quantum Teaching adalah orkestrai bermacam-macam interaksi yang ada di dalam proses

pembelajaran. Interaksi ini mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif yang

mempengaruhi kesuksesan siswa. Asas utama dari Quantum Teaching adalah

“Bawalah dunia mereka ke dunia kita, antarkan dunia kita ke dunia mereka”. Hal

(33)

16

dunia siswa. Dengan demikian sebuah materi akan mudah diterima oleh siswa

karena sesuai dengan dunia mereka.

b. Prinsip Quantum Teaching

Menurut DePorter dalam Nilandari (2005:7-8) Quantum Teaching memiliki lima prinsip. Prinsip pertama, Segalanya Berbicara. Segalanya dari lingkungan

kelas hingga bahasa tubuh, dari kertas yang dibagikan hingga rencana

pembelajaran semuanya mengirimkan pesan tentang belajar. Sebagai contoh,

mimik muka yang diberikan guru kepada siswanya akan sangat berpengaruh

terhadap hasil belajar siswa. Seorang guru yang memberikan mimik muka

gembira dan penuh senyum akan memberikan dampak positif terhadap perilaku

dan hasil belajar siswa. Selain itu dalam sebuah bukan hanya guru yang berhak

untuk bicara, tetapi siswa juga berhak untuk berargumen dan menyatakan

pendapatnya. Hal ini akan sangat efektif dalam mengembangkan kreativitas siswa

dalam menanggapi dan berpendapat dalam sebuah forum.

Kedua, Semuanya Bertujuan. Segala sesuatu yang terjadi dalam

pembelajaran harus memiliki tujuan. Apa yang disusun dalam perencanaan

pembelajaran harus mempunyai tujuan dan batasan yang jelas. Hal ini sangat

penting agar semua proses pembelajaran tidak melenceng dari tujuan utama.

Misalnya penataan ruang kelas, setiap kursi dan meja harus memiliki tujuan.

Sebagai contoh meja dan kursi ditata empat-empat. Hal itu bertujuan agar

kegiatan kelompok dapat berjalan dengan lancar.

Ketiga, Pengalaman sebelum Pemberian Nama. Proses belajar paling baik

(34)

17

nama apa yang telah kita pelajari. Dalam memahami suatu pengetahuan, akan

lebih bermakna apabila siswa telah mengalami atau memiliki pengalaman terlebih

dahulu terhadap pengetahuan tersebut. Sebagai contoh, ketika mempelajari

pesawat sederhana, siswa diajak untuk membuat contoh-contoh pesawat

sederhana. Kemudian siswa bersama dengan guru menamai jenis pesawat

sederhana yang telah dibuat siswa tersebut.

Keempat, Akui Setiap Usaha. Belajar mengandung resiko, belajar berarti

melangkah keluar dari kenyamanan. Jadi pada saat mengambil langkah ini mereka

patut memdapat penghargaan dan pengakuan atas tindakan dan kepercayaan diri

mereka. Guru hendaknya memberi penghargaan kepada siswa ketika mereka

berani mengangkat tangan dan memberikan pendapat atau pertanyaan.

Penghargaan tersebut sangat penting bagi siswa untuk meningkatkan motivasi dan

kepercayaan dirinya. Selain itu siswa juga merasa bahwa dirinya dihargai oleh

guru dan teman-temannya.

Kelima, Layak Jika Dipelajari, Maka Layak Pula Dirayakan. Setiap

pencapaian dari siswa layak untuk mendapat apresiasi. Setiap kegiatan dan tugas

yang telah dilaksanakan siswa sebaiknya diberi umpan balik. Umpan balik dapat

berupa kunjung karya dengan memberikan bintang atau senyum kepada karya

yang dianggap paling baik ataupun dapat dilakukan dengan pemberian tepuk

tangan bersama-sama setelah siswa menyelesaikan suatu kegiatan atau tugas.

Adanya perayaan atau apresiasi akan membuat siswa termotivasi untuk

(35)

18

Setelah mengetahui prinsip-prinsip diatas maka ketika melakukan

perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran di kelas harus memperhatikan prinsip

tersebut agar pembelajaran dapat memberikan makna dan perubahan positif

kepada siswa.

c. Strategi pembelajaran Quantum Teaching

Menurut DePorter dalam Nilandari (2005:7-8) Quantum Teaching ditulis dan dirancang berdasarkan Kerangka Rancangan Belajar Quantum Teaching yang disebut dengan TANDUR. TANDUR ini memiliki makna sebagai berikut.

1) tumbuhkan,

2) alami,

3) namai,

4) demonstrasikan,

5) ulangi, dan

6) rayakan.

1) Tumbuhkan

Tumbuhkan minat belajar siswa dengan cara memuaskan siswa tentang

manfaat belajar bagi dirinya. Guru harus menumbuhkan minat belajar siswa

dengan cara merancang suatu pembelajaran agar menarik dan tidak

membosankan. Dalam menumbuhkan minat siswa, guru juga harus

memperhatikan prinsip model Quantum Teaching, misalnya prinsip segalanya berbicara. Cobalah untuk menumbuhkan suasana yang sangat meyenangkan,

dalam suasana relaks, tumbuhkan interaksi dengan siswa, masuklah ke dalam

(36)

19

guru, yakinkan siswa mengapa harus mempelajari hal itu, belajar adalah suatu

kebutuhan siswa, bukan suatu keharusan. Jika sudah demikian , maka siswa akan

menikmati pembelajaran. Strategi yang dapat digunakan adalah dengan

memberikan cerita lucu, menayangkan video inspirasi, gambar yang disukai

siswa, dll. Kegiatan itu dapat dilakukan ketika guru memberikan apersepsi kepada

siswa.

2) Alami

Ciptakan atau datangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti semua

siswa. Misalnya melalui sebuah percobaan. Dalam percobaan tersebut siswa diberi

kesempatan untuk mencoba dan memperoleh pengalaman belajar. Percobaan yang

dilakukan oleh siswa dapat meningkatkan kreativitasnya, hal ini selaras dengan

pendapat Treffinger dalam Semiawan (1999:106) yang menyatakan bahwa salah

satu cara mengembangkan kreativitas siswa adalah dengan memberikan

pengalaman belajar kepada siswa melalui eksperimen. Tahapan Alami ini juga

memudahkan siswa dalam memahami materi dan menganalisis masalah yang

diberikan oleh guru. Dalam langkah ini guru harus memperhatikan prinsip

semuanya bertujuan, yaitu setiap langkah dan pekerjaan yang dilakukan siswa

harus memiliki tujuan yang mengacu pada tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

3) Namai

Sediakan kata kunci, model, rumus, dan strategi. Setelah mencoba, maka

siswa bersama dengan guru menamai pengetahuan, konsep, teori, yang telah

diperoleh dalam proses mencoba. Dengan adanya bimbingan dari guru maka

(37)

20

Melalui langkah ini secara tidak langsung guru telah menerapkan prinsip

pengalaman sebelum pemberian nama, sehingga pengetahuan yang diperoleh

siswa akan lebih bermakna dan membekas bagi siswa.

4) Demonstrasikan

Sediakan kesempatan kepada siswa untuk menunjukan bahwa mereka tahu.

Dalam langkah ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mempresentasikan, menerjemahkan, dan menerapkan pengetahuan yang telah

diperolehnya. Dalam langkah ini guru dapat mendemonstrasikan terlebih dahulu

sebelum siswa mempresentasikan pengetahuannya. Kebebasan dalam

mengungkapkan atau mempresentasikan gagasan ini dapat meningkatkan

kreativitas siswa. Selain melalui presentasi, siswa dapat mendemonstrasikan

pengetahuannya dengan menjawab LKS dan soal evaluasi. Rahmawati (2001:3)

mengungkapkan bahwa untuk mendukung pertumbuhan kreativitas anak, perlu

diciptakan suasana yang menjamin terpeliharanya kebebasan psikologis.

Sedangkan untuk memelihara kebebasan psikologis menurut Seto Mulyadi dalam

Rahmawati (2001:3) dapat diciptakan dengan membangun suasana bermain yang

dapat melatih dan memberikan kesempatan kepada anak untuk menampilkan

gagasan-gagasan baru secara lancar dan orisinal. Jadi melalui kegiatan

demonstrasikan ini kebebasan psikologis akan terpelihara sehingga kreativitas

anak akan tumbuh dan berkembang.

5) Ulangi

Tunjukan pada siswa cara-cara mengulangi materi dari materi yang telah

(38)

21

kemampuan dan kekurangan siswa dalam menerima sebuah materi. Guru

membimbing siswa untuk mengulangi hal-hal yang mereka dapatkan mulai dari

awal pembelajaran sampai pembelajaran usai, sehingga siswa dapat merasakan

secara langsung dimana kesulitan mereka dan akhirnya mereka dapat menguasai

suatu pengetahuan.

6) Rayakan

Apresiasi untuk penyelesaian, partisipasi, dan perolehan keterampilan siswa.

Langkah ini digunakan guru untuk memberikan respon dan umpan balik terhadap

kegiatan yang telah dilakukan siswa. Rayakan ini memberikan rasa dihargai dalam

diri siswa sehingga mereka merasa termotivasi untuk menyelesaikan tugas yang

akan datang dengan baik dan benar. Hal yang dapat dilakukan guru dalam langkah

rayakan ini adalah dengan memberikan pujian, tepuk tangan, bintang, dan bentuk

penghargaan lainnya. Melalui tahap rayakan ini guru dapat meningkatkan

kreativitas siswa, hal ini selaras dengan Munandar (2010:114-115) yang

menyatakan bahwa hadiah yang diberikan setelah mendeklarasikan sajak yang

dibuat, karangan yang dibuat di depan kelas dapat meningkatkan motivasi

intrinsik dan kreativitas siswa. Selain itu apresiasi guru terhadap kemampuan yang

dimiliki oleh siswa dapat mengembangkan kreativitas siswa, hal ini diungkapkan

oleh Treffinger dalam Semiawan (1999:106) yaitu untuk mengembangkan

kreativitas anak pembelajaran hendaknya menghindari perilaku judgmental dari guru, sebaiknya guru memberikan apresiasi terkhadap kemampuan yang dimiliki

siswa. Dalam tahap rayakan ini guru telah menerapkan prinsip akui setiap usaha

(39)

22

Kegiatan yang melibatkan siswa secara aktif akan meningkatkan kreativitas

pada siswa. Fathurrohman (2015:181) yang menyatakan bahwa TANDUR

ditujukan untuk meningkatkan minat belajar sehingga proses penyampaian materi

dapat berjalan dengan baik. Dengan demikian pembelajaran akan berlangsung

menyenangkan, materi akan lebih cepat diterima dan lebih bermakna serta

meningkatkan kreativitas siswa.

5. Pembelajaran Eksplorasi, Elaborasi, Konfirmasi (EEK)

Kegiatan eksplorasi dimaknai sebagai kegiatan untuk melibatkan siswa

dalam mencari informasi yang luas mengenai materi yang sedang dipelajari dari

berbagai sumber baik yang ada di lingkungan sekolah atau di luar sekolah,

misalnya melalui lembar kerja siswa, buku teks, media massa (koran), majalah,

praktikum, internet, dan museum. Metode pembelajaran yang digunakan juga

bervariasi yaitu, metode diskusi, eksperimen, dan penugasan. Kegiatan elaborasi

dapat dimaknai sebagai kegiatan yang dirancang untuk memberikan kesempatan

siswa untuk memberikan arti pada informasi baru dengan menghubungkannya

dengan pengetahuan (informasi yang sudah dimiliki). Kemampuan siswa dalam

mengelaborasi dapat berupa menguraikan materi yang sedang dipelajari lebih rinci

dan lebih lengkap. Kegiatan yang dapat dirancang misalnya melalui kegiatan

membaca berbagai sumber menganalisis bacaan, penyelesaian masalah,

penyusunan laporan, diskusi kelompok, pameran produk, dan lain-lain. Kegiatan

konfirmasi dapat dimaknai sebagai kegiatan guru untuk meminta penegasan atau

pembenaran dari hasil eksplorasi, elaborasi atau eksplanasi (penjelasan) yang

(40)

23

umpan balik dan kesempatan untuk memberikan penguatan baik dalam bentuk

lisan, tulisan, dan isyarat. Kegiatan yang dapat dilakukan dapat berupa tanya

jawab, laporan lisan, seminar, dan lain-lain. Kegiatan konfirmasi juga dapat

digunakan untuk memfasilitasi siswa dalam merefleksikan hasil belajar dari

berbagai sumber (Indrawati & Setiawan, 2009:29).

Sementara itu, menurut Nursyam (2009: 2), kegiatan eksplorasi adalah

kegiatan pembelajaran yang didesain agar tercipta suasana kondusif yang

memungkinkan siswa dapat melakukan aktivitas fisik yang memaksimalkan

pengunaan panca indera dengan berbagai cara, media, dan pengalaman yang

bermakna dalam menemukan ide, gagasan, konsep, dan prinsip sesuai dengan

kompetensi mata pelajaran. Bentuk kegiatan eksplorasi dapat dilakukan melalui

demonstrasi, eksperimen, observasi langsung, simulasi, bermain peran, dan

lain-lain yang memaksimalkan aktivitas fisik. Kegiatan elaborasi adalah kegiatan

pembelajaran yang memberikan kesempatan siswa mengembangkan ide, gagasan,

dan kreasi dalam mengekspresikan konsep kognitif melalui berbagai cara baik

lisan maupun tulisan sehingga timbul kepercayaan diri yang tinggi tentang

kemampuan dan eksistensi dirinya. Bentuk kegiatan elaborasi dapat dilakukan

melalui diskusi kelompok, pameran, membuat laporan/karya/produk, presentasi,

kompetisi, studi kepustakaan, browsing internet, dan lain-lain yang menantang pengembangan kognitif dan kreativitas. Kegiatan konfirmasi adalah kegiatan

pembelajaran yang diperlukan agar konsepsi kognitif yang dikonstruksi dalam

kegiatan eksplorasi dan elaborasi dapat diyakinkan dan diperkuat sehingga timbul

(41)

24

lebih lanjut. Bentuk kegiatan konfirmasi dapat dilakukan melalui kegiatan

refleksi, penilaian langsung, penghargaan atas prestasi atau kemajuan belajar,

penilaian kolaboratif, dan lain-lain yang dapat meningkatkan minat dan motivasi

siswa dalam menindaklanjuti kegiatan pembelajaran berikutnya.

Dalam Peraturan Pemerintah Menteri Pendidikan Nasional Republik

Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 tentang standar proses untuk satuan pendidikan

dasar dan menengah disebutkan bahwa.

”Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi.

a. Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi, guru:

1) melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber,

2) menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain,

3) memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya,

4) melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran, dan

5) memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.

b. Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi, guru:

1) membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna,

2) memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lainlain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis,

3) memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut,

(42)

25

5) memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar,

6) memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok,

7) memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok,

8) memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan, dan

9) memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.

c. Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi, guru:

1) memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik, 2) memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta

didik melalui berbagai sumber,

3) memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan,

4) memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar:

a) berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengar menggunakan bahasa yang baku dan benar,

b) membantu menyelesaikan masalah,

c) memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi,

d) memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh,

e) memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif.”

Dapat disimulkan bahwa Eksplorasi adalah tahapan dimana guru berusaha

untuk menggali pengetahuan siswa seluas mungkin dengan menggunakan

berbagai pendekatan, metode dan media tentu saja dengan memanfaatkan

lingkungan sekitarnya. Elaborasi merupakan proses menguraikan atau

memperluas pengetahuan siswa yang tentu saja dengan memberi kesempatan

kepada siswa untuk berpikir, menganalisis, memecahkan masalah secara individu

maupun berkelompok dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar

secara kooperatif dan kolaboratif, berkompetisi secara sehat, juga memberi

(43)

26

diskusi. Konfimasi adalah suatu kegiatan yang berupa penegasan dari proses

belajar yang tengah dilakukan bisa berupa umpan balik secara lisan atau tulisan

dari hasil eksplorasi dan elaborasi melalui berbagai sumber dalam memperoleh

pengalaman belajar yang lebih bermakna dalam mencapai kompetensi dasar.

Melalui pembelajaran Eksplorasi, Elaborasi, Konfirmasi (EEK), kreativitas

siswa dapat dikembangkan. Kreativitas siswa dikembangkan melalui kegiatan

eksplorasi dengan mendesain pembelajaran agar tercipta suasana kondusif yang

memungkinkan siswa dapat melakukan aktivitas fisik yang memaksimalkan

pengunaan panca indera dengan berbagai cara, media, dan pengalaman yang

bermakna dalam menemukan ide, gagasan, konsep, dan prinsip sesuai dengan

kompetensi mata pelajaran, melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap

kegiatan pembelajaran. Treffinger dalam Semiawan (1999:105-107)

mengungkapkan bahwa salah satu cara untuk mengembangkan kreativitas siswa

adalah dengan menciptakan tugas yang diminati anak-anak, sehingga

memungkinkan anak-anak mampu menunjukan keterlibatan personal yang tinggi.

Dalam kegiatan Elaborasi, kreativitas siswa dikembengnkan melalui

kegiatan belajar yang memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas,

diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun

tertulis, memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan

masalah, dan bertindak tanpa rasa takut. Hal ini selaras dengan pendapat

Treffinger dalam Semiawan (1999:105-107) yang menyatakan bahwa kegiatan

beajar yang dapat meningkatkan siswa adalah dengan pembelajaran yang

(44)

27

didasarkan pada minat dan kepedulian anak, pembelajaran hendaknya dapat

mengemangkan sensivitas anak terhadap berbagai masalah dan tantangan,

kegiatan belajar hendaknya memberikan kebebasan kepada anak untuk berpikir

divergen, sehingga anak tidak dihadapkan dengan satu jawaban benar melainkan

terdapat berbagai pertimbangan ide yang memungkinkan alternatif jawaban.

Pada kegiatan Konfirmasi, kreativitas siswa dikembangkan melalui kegiatan

refleksi, penilaian langsung, penghargaan atas prestasi atau kemajuan belajar,

penilaian kolaboratif, dan lain-lain yang dapat meningkatkan minat dan motivasi

siswa dalam menindaklanjuti kegiatan pembelajaran berikutnya. Hal ini sesuai

dengan pendapat Munandar (2010:114-115) yang menyatakan bahwa hadiah yang

diberikan setelah mendeklarasikan sajak yang dibuat, karangan yang dibuat di

depan kelas dapat meningkatkan motivasi intrinsik dan kreativitas siswa.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa melalui pembelajaran

Eksplorasi, Elaborasi, Konfirmasi dapat meningkatkan kreativitas siswa. Jadi

dalam membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran hendaknya memperhatian

langkah-langkah pembelajaran Eksplorasi, Elaborasi, Konfirmasi agar kreativitas

siswa dapat berkembang dengan baik.

6. Kreativitas

a. Pengertian Kreativitas

Kreativitas menurut Drevdahl dalam Tjandrasa (2010:4) adalah kemampuan

seseorang untuk menghasilkan komposisi, produk, atau gagasan apa saja yang

pada dasarnya baru, dan sebelumnya tidak dikenal pembuatnya. kreativitas dapat

(45)

28

perangkuman. Kreativitas mungkin mencakup pembentukan pola baru dan

gabungan informasi yang diperoleh dari pengalaman sebelumnya dan

pencangkokan hubungan lama ke situasi baru dan mungkin mencakup

pembentukan korelasi baru. Sedangkan menurut Webster dalam Rahmawati

(2001:9) kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk mencipta yang ditandai

dengan orisinalitas dalam berekspresi yang bersifat imajinatif. Lebih lanjut

Talajan (2012:11) menyatakan bahwa secara umum kreativitas sebagai pola

berpikir atau ide yang timbul secara spontan dan imajinatif, yang mencirikan hasil

artistik, penemuan ilmiah, dan penciptaan secara mekanik.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kreativitas adalah

kemampuan seseorang untuk menciptakan suatu produk atau gagasan secara

orisinil melalui pembentukan pola baru dan gabungan informasi yang diperoleh

dari pengalaman sebelumnya.

b. Karakteristik dan Ciri-ciri Kreativitas

Unsur karakteristik kreativitas menurut Harlock dalam Tjandrasa(2010:5)

adalah sebagai berikut.

1) kreativitas merupakan proses bukan hasil,

2) proses itu mempunyai tujuan, yang mendatangkan keuntungan bagi

dirinya atau kelompok sosialnya,

3) kreativitas mengarah ke penciptaan sesuatu yang baru, berbeda dan

karenanya unik bagi orang itu, baik itu berbentuk lisan atu tulisan,

(46)

29

4) kreativitas merupakan suatu cara berpikir, tidak sinonim dengan

kecerdasan, yang mencakup mencakup kemampuan mental selain

berpikir,

5) kemampuan untuk mencipta bergantung pada perolehan pengetahuan

yang diterima, dan

6) kreativitas merupakan bentuk imajinasi yang dikendalikan yang menjurus

ke arah beberapa bentuk prestasi, misalnya melukis, membangun dengan

balok, atau melamun.

Dalam bukunya Ghufron&Risnawati (2014:106) disebutkan terdapat dua

ciri aspek kreativitas yaitu dalam aspek kognitif dan aspek afektif. Ciri aspek

kognitif diantaranya, kelancaran berpikir yaitu kemampuan untuk mengemukakan

banyak ide dan gagasan secara lancar. Keluwesan berpikir merupakan

kemampuan melihat berbagai macam sudut pandang dan memberikan berbagai

macam jawaban dari suatu masalah. Keaslian berpikir merupakan kemampuan

memberikan jawaban yang tidak diduga dan tidak terpikirkan atau gagasan yang

jarang diberikan orang lain, dan terakhir Elaborasi pikiran yaitu kemampuan

memperkaya dan mengembangkan ide-ide serta kemampuan memerinci ide

sampai pada hal-hal terkecil. Sedangkan ciri aspek afektif diantaranya memiliki

rasa ingin tahu, memiliki daya imajinasi, merasa tertantang oleh kemajemukan

atau masalah yang rumit, berani mengambil resiko, dan memiliki sifat

menghargai.

Cara untuk mengukur kreativitas siswa adalah dengan analisis objektif

(47)

30

mengobservasi indikator-indikator kreativitas yang muncul pada siswa. Dalam

penelitian ini hanya akan menjabarkan aspek kognitif menjadi indikator-indikator

yang diukur dengan intsrumen penelitian guna mengetaui tingkat kreativitas

siswa. Berikut indikator ciri aspek kognitif menurut Munandar

(48)
[image:48.595.134.516.115.633.2]

31

Tabel 1. Indikator Kreativitas

Aspek Indikator

Kelancaran berpikir Dapat mengajukan banyak pertanyaan

Dapat menjawab sejumlah pertanyaan jika ada pertanyaan

Memiliki banyak pendapat mengenai suatu masalah

Lancar dalam mengemukakan pendapat Dapat bekerja lebih cepat dan mandiri.

Dapat melihat kesalahan atau kekurangan suatu objek.

Keluwesan berpikir Dapat menghasilkan jawaban, pendapat maupun pertanyaan yang bervariasi.

Dapat memikirkan berbagai macam cara untuk menyelesaikan masalah.

Keaslian berpikir Memiliki kemampuan untuk memikirkan masalah-masalah yang tidak terpikirkan oleh orang lain.

Memiliki kemampuan untuk mempertanyakan cara-cara yang baru.

Kemampuan memilih asimetri dalam menggambar atau membuat desain (memiliki cara berpikir yang lain daripada orang lain).

Memiliki kemampuan mencari pendekatan yang baru dari yang stereotip.

Kemampuan untuk menemukan gagasan baru atau penyelesian yang baru, kemampuan untuk menyintesis yang lebih daripada menganalisis situasi.

Elaborasi (merinci) Memiliki kemampuan mencari arti yang lebih mendalam terhadap jawaban atau pemecahan masalah secara rinci.

Mengembangkan atau memperkaya gagasan orang lain.

(49)

32 c. Cara Mengembangkan Kreativitas

Kreativitas seseorang dapat dikembangkan melalui sebuah proses

pembelajaran. Treffinger dalam Semiawan (1999:105-107) menyatakan bahwa

kegiatan belajar yang dapat meningkatkan kreativitas adalah.

1) menciptakan tugas yang diminati anak-anak, sehingga memungkinkan

anak-anak mampu menunjukan keterlibatan personal yang tinggi,

2) kegiatan pembelajaran hendaknya dilandasi oleh rasa ingin tahu siswa,

oleh karenanya pembelajaran hendaknya didasarkan pada minat dan

kepedulian anak,

3) pembelajaran hendaknya dapat mengemangkan sensivitas anak terhadap

berbagai masalah dan tantangan,

4) kegiatan belajar hendaknya memberikan kebebasan kepada anak untuk

berpikir divergen, sehingga anak tidak dihadapkan dengan satu jawaban

benar melainkan terdapat berbagai pertimbangan ide yang memungkinkan

alternatif jawaban.

5) selama proses pembelajaran harus menghindari judgmental dari guru, guru harus memberikan apresiasi terhadap kemampuan anak,

6) pengalaman belajar hendaknya memungkinkan siswa melakukan berbagai

eksperimen,

7) memberikan kesempatan kepada anak untuk menentukan pilihannya

sendiri, dan

8) selama proses pembelajaran anak-anak dihadapkan dengan permasalahan

(50)

33

Selain hal-hal di atas, cara mengembangkan kreativitas menurut Pamilu

(2007:65-67) adalah sebagai berikut.

1) usahakanlah anak mengerjakan sesuatu dengan senang hati,

2) sediakan “ruang pameran” untuk memajang karya-karya terbaiknya,

3) latihlah anak untuk melakukan sesuatu yang baru,

4) latihlah anak untuk mengekspresikan dirinya,

5) teruskanlah kegiatan kreatif anak,

6) menyalurkan kreativitas anak, dan

7) mengunjungi tempat-tempat kreatif.

Dari uraian di atas dapat diketahui cara-cara untuk mengembangkan

kreativitas anak, maka dalam merancang sebuah pembelajaran di kelas perlu

untuk memfasilitasi siswa dalam melakukan kegiatan belajar yang dapat

mengembangkan kreativitas siswa. Dengan demikian kreativitas siswa dapat

berkembang dengan baik.

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kreativitas

Kreativitas seseorang berbeda dengan orang lain. Hal ini dipengaruhi oleh

banyak faktor. Faktor-faktor tersebut dapat meningkatkan atau menurunkan

kreativitas seseorang. Berikut merupakan beberapa faktor yang dapat

meningkatkan kreativitas menurut Harlock (Tjandrasa, 2010:11).

1) waktu,

2) kesempatan menyendiri,

3) dorongan,

(51)

34 5) lingkungan yang merangsang,

6) hubungan orang tua-anak yang tidak posesif,

7) cara mendidik anak, dan

8) kesempatan untuk memperoleh pengetahuan.

1) Waktu

Untuk menjadi kreatif, kegiatan anak seharusnya tidak diatur sedemikian rupa

sehingga hanya sedikit waktu bebas bagi mereka untuk bermain-main dengan

gagasan-gagasan dan konsep-konsep dan mencobanya dalam bentuk baru dan

orisinal.

2) Kesempatan Menyendiri

Anak membutuhkan waktu menyendiri untuk mengembangkan kehidupan

imajinatif yang kaya.

3) Dorongan

Anak-anak harus didorong untuk kreatif dan bebas dari ejekan dan kritik yang

sering kali dilontarkan kepada anak yang kreatif.

4) Sarana

Sarana untuk bermain harus disediakan untuk merangssang dorongan

eksperimentasi dan eksplorasi, yang merupakan unsur penting dari semua

kreativitas.

5) Lingkungan yang Merangsang

Lingkungan rumah dan sekolah harus merangsang kreativitas dengan memberikan

(52)

35

kreativitas siswa. Ini harus dilakukan sedini mungkin dari masa balita dan

dilanjutkan di masa sekolah dengan menjadikan kreativitas suatu pengalaman

yang menyenangkan dan dihargai secara sosial.

6) Hubungan Orang Tua-anak yang Tidak Posesif

Orang tua yang tidak posesif terhadap anaknya akan mendorong anak untuk

mandiri dan percaya diri, dua kualitas yang sangat mendukung kreativitas.

7) Cara Mendidik Anak

Mendidik anak dengan demokratis dan permisif di rumah dan sekolah

meningkatkan kreativitas, sedangkan cara otoriter memadamkanya.

8) Kesempatan untuk Memperoleh Pengetahuan

Kreativitas tidak muncul dalam kehampaan. Semakin banyak pengetahuan yang

diperoleh anak, semakin baik dasar untuk memperoleh hasil yang kreatif.

Selain terdapat faktor-faktor yang meningkatkan kreativitas, terdapat pula

faktor yang menghambat kreativitas. Berikut merupakan faktor-faktor yang

menghambat kreativitas menurut Harlock (Tjandrasa, 2010:29).

1) membatasi eksplorasi,

2) keterpaduan waktu,

3) dorongan kebersamaan keluarga,

4) membatasi khayalan,

5) peralatan bermain yang sangat tersruktur,

6) orang tua yang konservatif,

7) orang tua yang terlalu melindungi, dan

(53)

36 1) Membatasi Eksplorasi

Membatasi ekplorasi atau pertanyaan anak-anak berarti membatasi kreativitas

mereka.

2) Keterpaduan Waktu

Jika anak diatur sedemikian rupa sehingga membatasi waktu bebas mereka untuk

berbuat sesuka hati, mereka kehilangan salah satu yang diperlukan untuk

pengembangan kreativitas.

3) Dorongan Kebersamaan Keluarga

Harapan bahwa semua kegiatan bersama-sama tanpa mempedulikan minat dan

pilihan pribadi masing-masing, mengganggu perkembangan kreativitas.

4) Membatasi Khayalan

Anggapan bahwa khayalan hanya membuang waktu dan menjadi sumber gagasan

yang realistis, berupaya keras untuk menjadikan anak realistis.

5) Peralatan Bermain yang Sangat Terstruktur

Anak yang diberi peralatan bermain yang sangat terstruktur seperti boneka yang

perpakaian lengkap atau buku berwarna dengan gambar yang harus diwarnai,

kehilangan kesempatan bermain yang mendorong perkembangan kreativitas.

6) Orang Tua yang Konservatif

Orang tua yang konservatif, yang takut menyimpang dari pola social yang direstui

sering bersikeras agar anaknya mengikuti langkah-langkah mereka.

7) Orang Tua yang Terlalu Melindungi

Jika orang tua terlalu melindungi, mereka mengurangi kesempatan untuk mencari

(54)

37 8) Disiplin yang Otoriter

Disiplin yang otoriter membuat sulit atau tidak mungkin ada penyimpangan dari

perilaku yang direstui orang tua.

Dari beberapa faktor penghambat di atas, faktor membatasi ekplorasi adalah

faktor yang paling sering terjadi di dalam pembelajaran. Guru belum memberikan

kesempatan kepada siswa untuk mengeksplorasi pengetahuannya, hal ini

dikarenakan pembelajaran yang masih berpusat kepada guru.

Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa kreativitas siswa adalah

kemampuan siswa untuk mengembangkan pengetahuan yang diperolehnya dalam

proses belajar untuk menemukan ide, gagasan, konsep, atau produk baru dalam

belajarnya. Ciri-ciri anak berkreativitas dapat dibagi menjadi dua yaitu ciri aspek

kognitif dan aspek afekt

Gambar

Tabel 1. Indikator Kreativitas
Tabel 4. Kisi-kisi Lembar Observasi Kreativitas Siswa
Tabel 5. Skor Observasi Aktivitas Guru Kelas Eksperimen Pertemuan
Tabel 6. Skor Observasi Aktivitas Guru Kelas Eksperimen Pertemuan Kedua
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi, yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik

Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi, yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik

Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik

Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk

Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai Kompetensi Dasar yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,

Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi, yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik

”Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif,

Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik