i
PENGARUH PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING TERHADAP KREATIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA
KELAS V SDN JUMO
TUGAS AKHIR SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan
Oleh: Wahyu Wismanto NIM 13108241155
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
ii
PENGARUH PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING TERHADAP KREATIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA
KELAS V SDN JUMO
Oleh: Wahyu Wismanto NIM. 13108241155
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh signifikan penerapan model quantum teaching terhadap kreativitas siswa dalam pembelajaran IPA kelas V SDN Jumo Temanggung.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan bentuk quasi experimental design. Populasi penelitian yang digunakan adalah siswa Kelas V SD Negeri Jumo sebanyak 34 anak sebagai kelas eksperimen dan siswa Kelas V SD Negeri 1 Ngadirejo sebanyak 34 anak sebagai kelas kontrol. Data dikumpulkan dengan observasi. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi. Analisis data dilakukan dengan membandingkan rata-rata skor kreativitas siswa awal dan akhir kedua kelompok, sehingga diketahui pengaruh model quantum teaching terhadap kreativitas siswa.
Hasil penelitian menunjukan bahwa ada pengaruh model quantum teaching terhadap kreativitas siswa kelas V SD Negeri Jumo Temanggung. Rata-rata skor hasil pengukuran keativitas siswa awal melalui observasi pada kelas kontrol sebesar 74,00 (kategori Cukup) dan kelas eksperimen sebesar 75,47 (kategori Baik), sedangkan rata-rata perolehan skor hasil pengukuran keativitas siswa akhir melalui observasi pada kelas kontrol sebesar 77,13 (kategori Baik) dan kelas eksperimen sebesar 78,94 (kategori Sangat Baik).
iii
THE AFFECT OF QUANTUM TEACHING MODEL APLICATION TO ARDS THE FIFTH GRADERS’ CREATIVITY ON SCIENCE
IN SDN JUMO By:
Wahyu Wismanto NIM 13108241155
ABSTRACT
This research aims to find out about how the application of quantum teaching learning model affect the fifth graders’ creativity on science in SDN Jumo.
This research was a quasi-experimental research in a form of nonequivalent control group design. The population of this research subject were 34 fifth
grades’ in SDN Jumo as eksperiment class and 34 fifth grades’ in SDN 1 Ngadirejo as control class. The data was collected trought observation. The instrument was used observation paper. The data analysis done by comparing the mean of the initial and final creativity scores of both groups, so the affect of quantum teaching toward creativity was detected.
The result of the research show the effect of quantum teaching learning model application toward the fifth graders’ creativity on science in SDN Jumo. The average scores acquired using observation on the students’ initial creativity of the control class are 74,00 (enough category) and experimental class are 75,47 (good category), whereas the average scores acquired using observation on the
students’ final creativity of the control class are 77,13 (good category) and experimental class are 78,94 (very good category).
Keywords: quantum teaching, creativity
vii MOTTO
“Selalu ada cara kreatif untuk sampai pada tujuan yang sama”
viii
PERSEMBAHAN
Skripi ini merupakan sebuah karya sebagai ungkapan pengabdian cinta yang
tulus dan penuh kasih untuk:
1. Ayah dan Ibu
2. Almamater UNY
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir skripsi yang berjudul ”Pengaruh Penerapan Model
Quantum Teaching terhadap Kreativitas Siswa dalam Pembelajaran IPA Kelas V
SDN Jumo”. Skripsi ini disusun dan diajukan sebagai salah satu syarat
menyelesaikan Studi Strata 1 untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan. Penulisan
ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, sehingga penulis ingin mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Bapak Ikhlasul Ardi Nugroso, M.Pd. Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
memberikan dukungan dan membimbing peneliti sehingga penulisan skripsi
ini dapat terselesaikan dengan baik.
2. Ibu Unik Ambar Wati, M.Pd. Sebagai pengkaji instrumen yang telah
memberikan saran dan kritik terhadap instrumen penelitian.
3. Bapak Ikhlasul Ardi Nugroho, M.Pd, Bapak Drs. Suparlan, M.Pd, dan Bapak
Prof. Dr. Zuhdan Kun Prasetyo, M.Ed. Selaku ketua penguji, sekertaris, dan
Penguji yang sudah memberikan koreksi perbaikan secara komprehensif
terhadap TAS ini.
4. Bapak Dr. Haryanto, M.Pd. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Yogyakarta yang telah memberikan fasilitas dan kemudahan sehingga
x
5. Bapak Suparlan, M.PD. I. Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar yang telah
memberikan dukungan dan kemudahan penelitian serta penyusunan skripsi.
6. Bapak Kepala Sekolah SDN Jumo yang telah memberikan ijin kepada peneliti
untuk mengadakan penelitian di kelas V SDN Jumo.
7. Ibu Kepala Sekolah SDN 1 Ngadirejo yang telah memberikan ijin kepada
peneliti untuk mengadakan penelitian di kelas V SDN 1 Ngadirejo.
8. Ibu guru kelas V SD N Jumo yang telah membantu selama penelitian.
9. Ibu guru kelas V SD N 1 Ngadirejo yang telah membantu selama penelitian.
10.Siswa kelas V SD N Jumo yang telah bersedia sebagai subjek pelaksanaan
penelitian.
11.Siswa kelas V SD N 1 Ngadirejo yang telah bersedia sebagai subjek
pelaksanaan penelitian.
12.Teman-teman Prodi PGSD Kelas B angkatan 2013 yang telah memberikan
bantuan dan dukungan.
Demikian skripsi ini disusun, semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan
memberikan sumbangan bagi semua pihak.
Yogyakarta, 08 Juni 2017
xi DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL……… i
ABSTRAK……….. ii
ABSTRACT……… iii
SURAT PERNYATAAN ……….………. iv
LEMBAR PERSETUJUAN……..………. v
HALAMAN PENGESAHAN……… vi
HALAMAN MOTTO……….……… vii
HALAMAN PERSEMBAHAN…….……… viii
KATA PENGANTAR……… ix
DAFTAR ISI……… xi
DAFTAR TABEL……… xiii
DAFTAR GAMBAR……… xiv
DAFTAR LAMPIRAN……… xv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……….. 1
B. Identifikasi Masalah……… 3
C. Pembatasan Masalah………... 4
D. Rumusan Masalah……… 4
E. Tujuan Penelitian………. 4
F. Manfaat Penelitian……….. 4
BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teoritis……… 6
1. Hakikat IPA………. 6
2. Pembelajaran IPA di SD……….. 7
3. Karakteristik Siswa SD……… 12
4. Model Quantum Teaching……… 15
5. Pembelajaran Eksplorsi, Elaborasi, Konfrmasi (EEK)……… 22
6. Kreativitas……… 27
B. Penelitian yang Relevan………. 38
C. Kerangka Pikir……… 39
D. Hipotesis Penelitian……… 40
E. Definisi Operasional……….. 40
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian……… 42
B. Desain Penelitian……… 42
C. Tempat dan Waktu Penelitian………. 44
D. Populasi Penelitian……….. 44
E. Variabel Penelitian……….. 45
xii
G. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen………. 48
H. Teknik Analisis Data………... 48
I. Uji Signifikansi……… 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrispsi Lokasi Penelitian……….. 49
B. Deskripsi Data Hasil Penelitian………. 49
C. Pengujian Hipotesis……… 71
D. Uji Signifikansi……….. 74
E. Pembahasan……… 75
F. Keterbatasan Penelitian………. 82
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan……… 83
B. Implikasi……… 83
C. Saran………. 83
DAFTAR PUSTAKA……… 85
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Indikator Kreativitas ……….. 31
Tabel 2. Bentuk Desain Penelitian………. 43
Tabel 3. Kisi-kisi Lembar Observasi Penerapan Model Quantum Teaching…. 47 Tabel 4. Kisi Lembar Observasi Kreativitas Siswa……… 47 Tabel 5. Skor Observasi Aktivitas Guru Kelompok Eksperimen Pertemuan
Pertama………. 50
Tabel 6. Skor Observasi Aktivitas Guru Kelompok Eksperimen Pertemuan
Kedua..………. 51
Tabel 7. Skor Observasi Aktivitas Guru Kelompok Eksperimen Pertemuan
Ketiga………. 52
Tabel 8. Rekapitulasi Perolehan Skor Kreativitas Siswa Kelas Kontrol……… 55 Tabel 9. Rekapitulasi Perolehan Skor Kreativitas Siswa Kelas Eksperimen…. 56 Tabel 10. Perolehan Skor Kreativita Siswa Awal melalui Observasi Lembar
Kerja Siswa pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen……… 60 Tabel 11. Perolehan Skor Kreativita Siswa Akhir melalui Observasi Lembar
Kerja Siswa pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen……… 63 Tabel 12. Perolehan Skor Kreativita Siswa Awal melalui Observasi Soal
Evaluasi pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen………. 66 Tabel 13. Perolehan Skor Kreativita Siswa Akhir melalui Observasi Soal
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Kerangka Pikir……….……….. 40
Gambar 2. Desain Penelitian……….……….. 44
Gambar 3. Diagram Perolehan Skor Observasi Aktivitas Guru Kelas
Eksperimen Pertemuan Pertama……….. 50 Gambar 4. Diagram Perolehan Skor Observasi Aktivitas Guru Kelas
Eksperimen Pertemuan Kedua……… 52
Gambar 5. Diagram Perolehan Skor Observasi Aktivitas Guru Kelas
Eksperimen Pertemuan Ketiga……… 53
Gambar 6. Diagram Kategori Skor Hasil Pengukuran Kreativitas Siswa Awal melalui Observasi pada Kelas Kontrol dan Kelas
Eksperimen……….. 57
Gambar 7. Diagram Kategori Skor Hasil Pengukuran Kreativitas Siswa Akhir melalui Observasi pada Kelas Kontrol dan Kelas
Eksperimen……… 59
Gambar 8. Diagram Perbandingan Perolehan Skor Kreativitas Siswa Awal melalui Observasi Lembar Kerja Siswa pada Kelas Kontrol dan
Kelas Eksperimen……….. 62
Gambar 9. Diagram Perbandingan Perolehan Skor Kreativitas Siswa Akhir melalui Observasi Lembar Kerja Siswa pada Kelas Kontrol dan
Kelas Eksperimen……….. 65
Gambar 10. Diagram Perbandingan Perolehan Skor Kreativitas Siswa Awal Melalui Observasi Soal Evaluasi pada Kelas Kontrol dan
Kelas Eksperimen……….. 68
Gambar 11. Diagram Perbandingan Perolehan Skor Kreativitas Siswa Akhir Melalui Observasi Soal Evaluasi pada Kelas Kontrol dan
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen……… 88 Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol…………... 130 Lampiran 3. Kisi-kisi Lembar Observasi Penerapan Model Quantum
Teachingoleh Guru……..………. 173 Lampiran 4. Kisi-isi Lembar Observasi Kreativitas Siswa dalam
Pembelajaran IPA………..…. 175
Lampiran 5. Lembar Observasi Penerapan Model Quantum Teaching
oleh Guru……… 178
Lampiran 6. Lembar Observasi Kreativitas Siswa melalui Observasi
Kegiatan Belajar………. 179
Lampiran 7. Lembar Observasi Kreativitas Siswa melalui Observasi
Lembar Kerja Siswa dan Soal Evaluasi………. 181 Lampiran 8. Data Hasil Observasi Aktivitas Guru Kelas Eksperimen
Pertemuan Pertama……….… 182
Lampiran 9. Data Hasil Observasi Aktivitas Guru Kelas Eksperimen
Pertemuan Kedua.………...… 184
Lampiran 10. Data Hasil Observasi Aktivitas Guru Kelas Eksperimen
Pertemuan Ketiga………..……… 186
Lampiran 11. Data Hasil Perolehan Skor Kreativitas Siswa Awal Kelas
Eksperimen (Pertemuan Pertama)……….. 188 Lampiran 12. Data Hasil Perolehan Skor Kreativitas Siswa Awal Kelas
Eksperimen (Pertemuan Kedua)..……… 189 Lampiran 13. Data Hasil Perolehan Skor Kreativitas Siswa Awal Kelas
Eksperimen (Pertemuan Ketiga)……..……… 190 Lampiran 14. Data Hasil Perolehan Skor Kreativitas Siswa Awal Kelas
Kontrol (Pertemuan Pertama)….………..….. 191 Lampiran 15. Data Hasil Perolehan Skor Kreativitas Siswa Awal Kelas
xvi
Lampiran 16. Data Hasil Perolehan Skor Kreativitas Siswa Awal Kelas
Kontrol (Pertemuan Ketiga)..……….. 193 Lampiran 17. Data Hasil Perolehan Kreativitas Siswa Awal melalui
Observasi Lembar Kerja Siswa Kelas Kontrol (Pertemuan
Pertama)………. 194
Lampiran 18. Data Hasil Perolehan Kreativitas Siswa Akhir melalui Observasi Lembar Kerja Siswa Kelas Kontrol (Pertemuan
Kedua)……….………. 195
Lampiran 19. Data Hasil Perolehan Kreativitas Siswa Akhir melalui Observasi Lembar Kerja Siswa Kelas Kontrol (Pertemuan
Ketiga)……….………. 196
Lampiran 20. Data Hasil Perolehan Kreativitas Siswa Awal melalui
Observasi Lembar Kerja Siswa Kelas Eksperimen (Pertemuan
Pertama)………. 197
Lampiran 21. Data Hasil Perolehan Kreativitas Siswa Akhir melalui Observasi Lembar Kerja Siswa Kelas Eksperimen (Pertemuan
Kedua)……….………. 198
Lampiran 22. Data Hasil Perolehan Kreativitas Siswa Akhir melalui Observasi Lembar Kerja Siswa Kelas Eksperimen (Pertemuan
Ketiga)……….………. 199
Lampiran 23. Data Hasil Perolehan Kreativitas Siswa Awal melalui Observasi Soal Evaluasi Kelas Kontrol (Pertemuan
Pertama)………. 200
Lampiran 24. Data Hasil Perolehan Kreativitas Siswa Akhir melalui Observasi Soal Evaluasi Kelas Kontrol (Pertemuan
Kedua)……….………. 201
Lampiran 25. Data Hasil Perolehan Kreativitas Siswa Akhir melalui Observasi Soal Evaluasi Kelas Kontrol (Pertemuan
xvii
Lampiran 26. Data Hasil Perolehan Kreativitas Siswa Awal melalui Observasi Soal Evaluasi Kelas Eksperimen (Pertemuan
Pertama)………. 203
Lampiran 27. Data Hasil Perolehan Kreativitas Siswa Akhir melalui Observasi Soal Evaluasi Kelas Eksperimen (Pertemuan Kedua)……….………. 204
Lampiran 28. Data Hasil Perolehan Kreativitas Siswa Akhir melalui Observasi Soal Evaluasi Kelas Eksperimen (Pertemuan Ketiga)……….………. 205
Lampiran 29. Hasil Uji Signifikansi……….. 206
Lampiran 30. Contoh Pengerjaan Lembar Kerja Siswa..………. 207
Lampiran 31. Contoh Pengerjaan Soal Evaluasi…..……… 213
Lampiran 32. Daftar Siswa Kelas V SD Negeri Jumo Tahun Ajaran 2016/2017……….. 216
Lampiran 33. Daftar Siswa Kelas V SD Negeri 1 Ngadirejo Tahun Ajaran 2016/2017……….….. 217
Lampiran 34. Foto-foto Dokumentasi Penelitian………..…….. 218
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah pengetahuan yang rasional dan
objektif tentang alam semesta dan segala isinya, hal ini disampaikan Darmojo
dalam Samatowa (2011:2). Sedangkan pembelajaran IPA adalah hafalan dan
pemahaman konsep, anak harus diberi kesempatan untuk mengembangkan sikap
ingin tahu dan berbagai penjelasan logis. Hal ini akan mendorong anak untuk
mengekspresikan kreativitasnya. Jadi dalam membelajarkan IPA kepada anak
didik, guru harus membuat rancangan pembelajaran yang dapat membangun dan
meningkatkan kreativitas anak didiknya. Dalam pembelajaran IPA, anak didik
diharapkan menguasai standar kompetensi kajian ilmiah yang meliputi: (1)
penyelidikan, (2) berkomunikasi ilmiah, (3) pengembangan kreativitas dan
pemecahan masalah, dan (4) sikap dan nilai ilmiah. Kompetensi tersebut dapat
dicapai melalui pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses SAINS.
Keterampilan Proses SAINS tersebut adalah (1) melakukan observasi, (2)
mengemukakan hipotesis, (3) menginterprestasi, (4) merancang percobaan, (5)
melakukan investigasi, (6) menarik kesimpulan, dan (7) mengkomunikasikan
hasil, Semiawan dkk dalam Samatowa (2011:99-100).
Salah satu kompetensi yang harus dikuasai anak didik adalah
pengembangan kreativitas dan pemecahan masalah. Anak didik harus memiliki
kreativitas yang tinggi untuk memecahkan sebuah masalah yang dihadapi dalam
belajar IPA. Dengan adanya sikap kreatif, anak didik dapat menemukan hal yang
2
bahwa kreativitas atau daya cipta memungkinkan penemuan-penemuan baru
dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Pengertian kreatif itu sendiri adalah
proses merasakan dan mengamati adanya masalah, membuat dugaan, kemudian
mengubah dan mengujinya lagi, dan akhirnya menyampaikan hasilnya. Ciri-ciri
anak yang memiliki kreativitas adalah: (1) imajinatif, (2) mempunyai prakarsa, (3)
mempunyai minat luas, (4) mandiri dalam berpikir, (5) melit, (6) senang
berpetualang, (7) penuh energi, (8) percaya diri, (9) bersedia mengambil resiko,
dan (10) berani dalam pendirian dan keyakinan. Jadi dalam merencanakan
pembelajaran IPA, seorang guru harus memperhatikan ketercapaian kompetensi
pengembangan kreativitas dan pemecahan masalah, yaitu dengan memilih suatu
model pembelajaran yang sesuai dan dapat mengembangkan kreativitas anak
didik.
Quantum Teaching merupakan cara efektif dalam mengajar siapa saja, Quantum Teaching menciptakan lingkungan yang baik dan mendukung dalam proses pembelajaran, serta melejitkan prestasi siswa (A’la, 2011:40). Berdasarkan
hasil penelitian Gunawan (2016:9) menunjukan bahwa ada pengaruh positif
penerapan model Quantum Teacing terhadap kreativitas siswa kelas V SD Gugus 4 Minomartani Ngaglik Sleman. Hasil SuperCamp juga menunjukan bahwa model
Quantum Teaching 68% meningkatkan motivasi, 73% meningkatkan nilai, 81% meningkatkan rasa percaya diri, 84% meningkatkan harga diri, dan 98% dapat
melanjutkan penggunaan keterampilan (Nilandari, 2005: 4). Data tersebut
merupakan hasil penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat. Pengaruh
3
Sehingga perlu diadakan sebuah penelitian untuk mengetahui pengaruh model
Quantum Teaching terhadap kreativitas siswa. Dari hasil penilitian dapat dilihat pengaruh model Quantum Teaching terhadap perkembangan kreativitas siswa, kemudian data penelitian dibandingkan dengan data SuperCamp, memiliki
kesesuain atau tidak. SDN Jumo dipilih sebagai lokasi penelitian karena
berdasarkan observasi yang dilakukan pada tanggal 15 November 2016 diketahui
bahwa kondisi kelas sangat kondusif dan kooperatif. Dari wawancara yang
dilakukan dengan guru, guru sudah memiliki pengetahuan tentang model
Quantum Teaching, namun belum menerapkannya pada pembelajaran di kelas, guru juga belum membarikan banyak variasi model mengajar.
Dari uraian diatas maka penting diadakan penelitian tentang pengaruh
penerapan model pembelajaran Quantum Teaching terhadap kreativitas dalam pembelajaran IPA pada kelas V. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengambil
judul “Pengaruh Penerapan Model Quantum Teaching terhadap Kreativitas Siswa
dalam Pembelajaran IPA Kelas V SDN Jumo ”.
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah muncul berbagai permasalahan yang dapat
diidentifikasi sebagai berikut:
1) kurangnya pengetahuan guru tentang model dan metode mengajar,
2) pembelajaran belum bervariasi,
4
4) pengaruh model pembelajaran Quantum Teaching terhadap kreativitas anak Indonesia belum diketahui.
C. Pembatasan Masalah
Mengingat terbatasnya kemampuan peneliti dan banyaknya permasalahan
maka penelitian ini dibatasi hanya pada masalah pengaruh penerapan model
pembelajaran Quantum Teaching terhadap kreativitas siswa dalam pembelajaran IPA sekolah dasar.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas dapat diambil suatu rumusan
masalah yaitu “Apakah ada pengaruh signifikan penerapan model pembelajaran
Quantum Teaching terhadap kreativitas siswa dalam pembelajaran IPA kelas V di SDN Jumo?”.
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh signifikan penerapan model Quantum Teaching terhadap kreativitas siswa dalam pembelajaran IPA kelas V SDN Jumo.
F. Manfaat Penelitian
Secara umum diharapkan penelitian ini dapat memiliki manfaat sebagai
berikut.
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan mampu menguatkan teori bahwa model
5
b. Hasil dari penelitian ini diharap dapat menambah wawasan pembaca dan
menambah literatur bagi penelitian lain yang relevan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat membantu peneliti mengembangkan kreativitas
menulis karya ilmiah dan menambah wawasan tentang pengaruh Quantum Teaching terhadap kreativitas siswa pada pembelajaran IPA.
b. Bagi Guru
Penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan guru dalam memilih model
yang akan digunakan dalam proses pembelajaran di kelas agar kualitas
pembelajaran lebih baik dan sesuai dengan karakteristik siswanya.
c. Bagi Siswa
Memberikan pengalaman pembelajaran yang menyenangkan dan menarik
6 BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teoritis
1. Hakikat IPA
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan terjemahan kata-kata dalam
bahasa Inggris yaitu natural science, artinya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Berhubungan dengan alam atau bersangkut-paut dengan alam, science artinya ilmu pengetahuan. Jadi IPA atau science dapat disebut sebagai ilmu tentang alam. Ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) menurut Darmodjo dalam Samatowa
(2006:2) merupakan pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta
dan segala isinya, akan tetapi IPA tidak hanya dipandang sebagai pengetahuan
melainkan sebagai suatu metode ilmiah. IPA sebagai metode ilmiah ini
maksudnya IPA merupakan cara atau metode untuk mengamati alam sekitar
seperti observasi dan eksperimen yang menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin
tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya.
Samatowa (2011:3) menyatakan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
merupakan ilmu pengetahuan yang mempunyai objek dan menggunakan metode
ilmiah. IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis
yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh
manusia. Oleh karena itu guru sebagai fasilitator perlu menciptakan kondisi dan
menyediakan sarana agar siswa dapat mengamati dan memahami objek IPA.
Dapat disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah sebuah
7
di SD lebih memfokuskan pada membekali siswa kemampuan berbagai cara untuk
memahami alam.
2. Pembelajaran IPA di SD
a. Pengertian Pembelajaran IPA di SD
Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku akibat pengalaman,
yang relatif menetap, menuju kebaikan, perubahan positif-kualitatif. Suasana
belajar yang ideal di sekolah adalah berlangsung secara aktif, inovatif, kreatif,
efektif, dan menyenangkan (Suyono, 2011:11-13). Mengajar berdasarkan KTSP
dapat didefinisikan sebagai suatu proses kegiatan untuk membantu orang lain
mencapai kemajuan semaksimal mungkin sesuai dengan tingkat perkembangan
potensi kognitif, afektif, maupun psikomotornya. Dalam pengajaran sains, pada
hakikatnya pengajaran didefinisikan sebagai transformasi dari pengetahuan sains.
Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam adalah sebuah ilmu pengetahuan tentang alam
sekitar yang diperoleh melalui metode ilmiah. IPA di SD lebih memfokuskan
pada membekali siswa kemampuan berbagai cara untuk memahami alam.
Sedangkan pembelajaran IPA adalah hafalan dan pemahaman konsep, anak
harus diberi kesempatan untuk mengembangkan sikap ingin tahu dan berbagai
penjelasan logis. Hal ini akan mendorong anak untuk mengekspresikan
kreativitasnya. Menurut Bundu (2006:11) secara garis besar sains memiliki tiga
komponen yaitu: (1) proses ilmiah, misalnya mengamati, mengklasifikasi,
memprediksi, merancang dan melaksanakan eksperimen, (2) produk ilmiah,
misalnya konsep, hukum dan teori, dan (3) sikap ilmiah, misalnya ingin tahu,
8
menguasai standar kompetensi kajian ilmiah yang meliputi: (1) penyelidikan, (2)
berkomunikasi ilmiah; (3) pengembangan kreativitas dan pemecahan masalah, dan
(4) sikap dan nilai ilmiah. Kompetensi tersebut dapat dicapai melalui
pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses SAINS. Keterampilan
proses SAINS tersebut adalah (1) melakukan observasi, (2) mengemukakan
hipotesis, (3) menginterprestasi; (4) merancang percobaan, (5) melakukan
investigasi, (6) menarik kesimpulan; dan (7) mengkomunikasikan hasil,
Semiawan dkk dalam Samatowa (2011:99-100).
Jadi pembelajaran IPA dapat disimpulkan sebagai suatu kegiatan membantu
peserta didik dalam pengetahuan tentang alam sekitar yang diperoleh melalui
metode ilmiah secara aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
b. Tujuan Pembelajaran IPA di SD
Pada prinsipnya pembelajaran IPA di sekolah dasar membekali siswa
kemampuan berbagai cara untuk “mengetahui” dan “cara mengerjakan” yang
dapat membantu siswa dalam memahami alam sekitar (Asy’ari, 2006:23). Lebih
lanjut Asy’ari menjelaskan secara rinci tujuan pembelajaran IPA di sekolah dasar
sebagai berikut.
1) menanamkan rasa ingin tahu dan sikap positif terhadap sains, teknologi
dan masyarakat,
2) mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
9
3) mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA
yang akan bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari,
4) ikut serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan
alam, dan
5) menghargai alam sekitar dan segala keteraturannya sebagai salah satu
ciptaan Tuhan.
Tujuan pembelajaran IPA untuk siswa Sekolah Dasar dalam Garis Besar
Program Pengajaran (GBPP) Sekolah Dasar bertujuan agar siswa.
1) memahami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan
sehari-hari,
2) memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan dan
gagasan tentang alam sekitar,
3) mempunyai minat untuk mengenal dan mempelajari benda-benda serta
kejadian di lingkungan sekitar,
4) bersikap ingin tahu, tekun, terbuka, kritis, mawas diri, bertanggung
jawab, bekerja sama, dan mandiri,
5) mampu menerapkan berbagai konsep IPA untuk menjelaskan
gejala-gejala alam dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari,
6) mampu menggunakan teknologi sederhana yang berguna untuk
memecahkan suatu masalah yang ditemukan dalam kehidupan
10
7) mengenal dan memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar, sehingga
menyadari kebesaran dan keagungan Tuhan Yang Maha Esa.
Tujuan pembelajaran IPA menurut kurikulum 2006 untuk kelas V adalah.
1) mengidentifikasi fungsi organ tubuh manusia dan hewan,
2) memahami cara tumbuhan hijau membuat makanan,
3) mengidentifikasi cara makhluk hidup menyesuaikan diri dengan
lingkunganya,
4) memahami hubungan antara sifat bahan dengan penyusunya dan
perubahan sifat benda sebagai hasil suatu proses,
5) memahami hubungan antara gaya, gerak, dan energi, serta fungsinya,
6) menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu
karya/model, dan
7) memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan
penggunaan sumber daya alam
Tujuan pembelajaran IPA dalam penelitian ini adalah memahami perubahan
yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam
c. Ruang Lingkup Pembelajaran IPA di SD
Ruang lingkup pembelajaran IPA menurut Asy’ari (2006:23-24) meliputi 2
aspek yaitu kerja ilmiah atau proses sains dan pemahaman konsep. Lingkup kerja
ilmiah yang dimaksud adalah memfasilitasi keberlangsungan proses ilmiah yang
meliputi penelitian, komunikasi ilmiah, pengembangan kreativitas dan pemecahan
materi-11
materi IPA. Berdasarkan Kurikulum 2006 (standar isi) ruang lingkup bahan kajian
IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek sebagai berikut.
1) makhluk hidup dan proses kehidupan, yang meliputi Manusia, hewan,
tumbuhan, dan interaksinya dengan lingkungan serta kesehatan,
2) benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya, yang meliputi: cair, padat, dan
gas,
3) energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,
cahaya, dan pesawat sederhana,
4) bumi dan alam semesta, meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan
benda-benda langit lainnya, dan
5) sains, lingkungan teknologi dan masyarakat merupakan penerapan
konsep sains dan saling keterkaitannya dengan lingkungan, teknologi dan
masyarakat melalui pembuatan suatu karya teknologi sederhana.
Standar kompetensi mata pelajaran IPA untuk satuan pendidikan dasar
SD/MI/SDLB/Paket A yang tertuang dalam Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006
adalah sebagai berikut.
1) melakukan pengamatan terhadap gejala alam dan menceritakan hasil
pengamatannya secara lisan dan tertulis,
2) memahami penggolongan hewan dan tumbuhan, serta manfaat hewan
dan tumbuhan bagi manusia, upaya pelestariannya, dan interaksi antara
makhluk hidup dengan lingkungannya,
3) memahami bagian-bagian tubuh pada manusia, hewan, dan tumbuhan,
12
4) memahami beragam sifat benda hubungannya dengan penyusunannya,
perubahan wujud benda, dan kegunaannya,
5) memahami berbagai bentuk energi, perubahan dan manfaatnya, dan
6) memahami matahari sebagai pusat tata surya, kenampakan dan
perubahan permukaan bumi dan hubungan peristiwa alam dengan
kegiatan manusia.
Ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI dalam penelitian ini meliputi
aspek memahami matahari sebagai pusat tata surya, kenampakan dan perubahan
permukaan bumi dan hubungannya peristiwa alam dengan kegiatan manusia.
3. Karkteristik Siswa SD
Siswa kelas V termasuk dalam kelas tinggi. Usia rata-rata siswa kelas V
adalah 11 tahun. Usia ini termasuk dalam masa kanak akhir. Masa
kanak-kanak akhir berlangsung antara 6-12 tahun. Menurut Izzati (2013:115) ciri-ciri
anak masa kelas tinggi adalah.
1) perhatiannya tertuju pada kehidupan praktis sehari-hari,
2) ingin tahu, ingin belajar, dan realistis,
3) timbul minat pada pelajaran-pelajaran khusus,
4) siswa memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi
belajar mereka di sekolah, dan
5) siswa suka membentuk kelompok sebaya untuk bermain bersama,
mereka membuat peraturan sendiri dalam kelompoknya.
Menurut Suryabrata (2002:205-206) pada masa ini anak-anak memiliki sifat
13
1) adanya perhatian kepada kehidupan praktis sehari-hari yang konkret, hal
ini membawa kecenderungan untuk membantu pekerjaan-pekerjaan
praktis,
2) amat realistik, ingin tahu, ingin belajar,
3) menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal dan mata
pelajaran khusus,
4) sampai kira-kira umur 11 tahun anak membutuhkan bantuan guru untuk
menyelesaikan tugasnya.
5) pada masa ini anak memandang nilai adalah ukuran yang tepat untuk
prestasi belajarnya, dan
6) anak-anak pada masa ini gemar membentuk kelompok-kelompok teman
sebaya. Biasanya dalam bermain mereka tidak terpaku dalam peraturan
tradisional tetapi mereka membuat peraturan sendiri dalam kelompoknya.
Selain memiliki sifat-sifat di atas, anak usia 6-12 tahun juga memiliki
karakteristik pertumbuhan kejiwaan. Berikut karakteristik kejiwaan anak usia 6-12
tahun menurut Suharjo (2006:37-38).
1) pertumbuhan fisik dan mental tumbuh pesat,
2) kehidupan sosialnya diperkaya selain kemampuan dalam kerjasama juga
dalam hal bersaing dan kehidupan kelompok sebayanya,
3) semakin menyadari diri selain mempunyai keinginan, perasaan tertentu
juga semakin bertumbuhnya minat tertentu,
14
5) dalam bergaul tidak membedakan jenis kelamin yang menjadi dasar
adalah perhatian dan pengalaman yang sama,
6) mempunyai kesanggupan untuk memahami hubungan sebab akibat, dan
7) ketergantungan terhadap orang dewasa semakin berkurang dan kurang
memerlukan perlindungan orang dewasa.
Kegiatan belajar pada masa kanak-kanak akhir menurut Poerwanti&Widodo
(2005:44-45) berfungsi untuk mengembangkan kemampuan sebagai berikut.
1) belajar keterampilan fisik untuk bermain seperti lari, lompat dan
sebagainya,
2) membina sikap positif untuk dirinya,
3) bergaul dengan teman sebaya sesuai norma dan etika di masyarakat,
4) belajar memainkan peran sosial sesuai jenis kelamin,
5) belajar dasar-dasar keterampilan membaca, menulis, dan matematika,
6) mengembangkan konsep-konsep yang diperlukan dalam kehidupan
sehari-hari,
7) mengembangkan kata hari, moral, dan skala sikap nilai yang selaras
dengan budaya masyarakat,
8) mengembangkan sikap objektif terhadap kelompok dan lembaga
kemasyarakatan, dan
9) belajar mencapai kemerdekaan dan kebebasan pribadi dan bertanggung
jawab.
Pada masa ini anak dapat berpikir secara logis mengenai objek dan kejadian,
15
pernah mengalami. Menurut Marsh dalam Izzaty (2013:116) strategi guru dalam
masa ini adalah.
1) menggunakan bahan-bahan yang konkret,
2) gunakan alat visual, misalnya OHP,
3) gunakan contoh-contoh yang dekat dengan kehidupan anak,
4) penyajian dengan singkat dan terorganisasi, dan
5) berilah latihan nyata dalam menganalisis masalah.
Berdasarkan pendapat tadi siswa kelas V berarti memiliki ciri-ciri seperti di
atas. Maka guru harus mengerti kebutuhan siswa dalam belajar di kelas dengan
menyajikan materi dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat. Salah
satu solusinya adalah dengan menggunakan model Quantum Teaching dalam pembelajaran untuk membantu siswa dalam menemukan hal-hal baru itu baik
dalam materi maupun dalam proses belajarnya sekaligus untuk meningkatkan
kreativitas dan hasil belajarnya.
4. Model Quantum Teaching a. Pengertian Quantum Teaching
DePorter dalam Nilandari (2005:5) menyatakan bahwa Quantum Teaching adalah orkestrai bermacam-macam interaksi yang ada di dalam proses
pembelajaran. Interaksi ini mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif yang
mempengaruhi kesuksesan siswa. Asas utama dari Quantum Teaching adalah
“Bawalah dunia mereka ke dunia kita, antarkan dunia kita ke dunia mereka”. Hal
16
dunia siswa. Dengan demikian sebuah materi akan mudah diterima oleh siswa
karena sesuai dengan dunia mereka.
b. Prinsip Quantum Teaching
Menurut DePorter dalam Nilandari (2005:7-8) Quantum Teaching memiliki lima prinsip. Prinsip pertama, Segalanya Berbicara. Segalanya dari lingkungan
kelas hingga bahasa tubuh, dari kertas yang dibagikan hingga rencana
pembelajaran semuanya mengirimkan pesan tentang belajar. Sebagai contoh,
mimik muka yang diberikan guru kepada siswanya akan sangat berpengaruh
terhadap hasil belajar siswa. Seorang guru yang memberikan mimik muka
gembira dan penuh senyum akan memberikan dampak positif terhadap perilaku
dan hasil belajar siswa. Selain itu dalam sebuah bukan hanya guru yang berhak
untuk bicara, tetapi siswa juga berhak untuk berargumen dan menyatakan
pendapatnya. Hal ini akan sangat efektif dalam mengembangkan kreativitas siswa
dalam menanggapi dan berpendapat dalam sebuah forum.
Kedua, Semuanya Bertujuan. Segala sesuatu yang terjadi dalam
pembelajaran harus memiliki tujuan. Apa yang disusun dalam perencanaan
pembelajaran harus mempunyai tujuan dan batasan yang jelas. Hal ini sangat
penting agar semua proses pembelajaran tidak melenceng dari tujuan utama.
Misalnya penataan ruang kelas, setiap kursi dan meja harus memiliki tujuan.
Sebagai contoh meja dan kursi ditata empat-empat. Hal itu bertujuan agar
kegiatan kelompok dapat berjalan dengan lancar.
Ketiga, Pengalaman sebelum Pemberian Nama. Proses belajar paling baik
17
nama apa yang telah kita pelajari. Dalam memahami suatu pengetahuan, akan
lebih bermakna apabila siswa telah mengalami atau memiliki pengalaman terlebih
dahulu terhadap pengetahuan tersebut. Sebagai contoh, ketika mempelajari
pesawat sederhana, siswa diajak untuk membuat contoh-contoh pesawat
sederhana. Kemudian siswa bersama dengan guru menamai jenis pesawat
sederhana yang telah dibuat siswa tersebut.
Keempat, Akui Setiap Usaha. Belajar mengandung resiko, belajar berarti
melangkah keluar dari kenyamanan. Jadi pada saat mengambil langkah ini mereka
patut memdapat penghargaan dan pengakuan atas tindakan dan kepercayaan diri
mereka. Guru hendaknya memberi penghargaan kepada siswa ketika mereka
berani mengangkat tangan dan memberikan pendapat atau pertanyaan.
Penghargaan tersebut sangat penting bagi siswa untuk meningkatkan motivasi dan
kepercayaan dirinya. Selain itu siswa juga merasa bahwa dirinya dihargai oleh
guru dan teman-temannya.
Kelima, Layak Jika Dipelajari, Maka Layak Pula Dirayakan. Setiap
pencapaian dari siswa layak untuk mendapat apresiasi. Setiap kegiatan dan tugas
yang telah dilaksanakan siswa sebaiknya diberi umpan balik. Umpan balik dapat
berupa kunjung karya dengan memberikan bintang atau senyum kepada karya
yang dianggap paling baik ataupun dapat dilakukan dengan pemberian tepuk
tangan bersama-sama setelah siswa menyelesaikan suatu kegiatan atau tugas.
Adanya perayaan atau apresiasi akan membuat siswa termotivasi untuk
18
Setelah mengetahui prinsip-prinsip diatas maka ketika melakukan
perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran di kelas harus memperhatikan prinsip
tersebut agar pembelajaran dapat memberikan makna dan perubahan positif
kepada siswa.
c. Strategi pembelajaran Quantum Teaching
Menurut DePorter dalam Nilandari (2005:7-8) Quantum Teaching ditulis dan dirancang berdasarkan Kerangka Rancangan Belajar Quantum Teaching yang disebut dengan TANDUR. TANDUR ini memiliki makna sebagai berikut.
1) tumbuhkan,
2) alami,
3) namai,
4) demonstrasikan,
5) ulangi, dan
6) rayakan.
1) Tumbuhkan
Tumbuhkan minat belajar siswa dengan cara memuaskan siswa tentang
manfaat belajar bagi dirinya. Guru harus menumbuhkan minat belajar siswa
dengan cara merancang suatu pembelajaran agar menarik dan tidak
membosankan. Dalam menumbuhkan minat siswa, guru juga harus
memperhatikan prinsip model Quantum Teaching, misalnya prinsip segalanya berbicara. Cobalah untuk menumbuhkan suasana yang sangat meyenangkan,
dalam suasana relaks, tumbuhkan interaksi dengan siswa, masuklah ke dalam
19
guru, yakinkan siswa mengapa harus mempelajari hal itu, belajar adalah suatu
kebutuhan siswa, bukan suatu keharusan. Jika sudah demikian , maka siswa akan
menikmati pembelajaran. Strategi yang dapat digunakan adalah dengan
memberikan cerita lucu, menayangkan video inspirasi, gambar yang disukai
siswa, dll. Kegiatan itu dapat dilakukan ketika guru memberikan apersepsi kepada
siswa.
2) Alami
Ciptakan atau datangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti semua
siswa. Misalnya melalui sebuah percobaan. Dalam percobaan tersebut siswa diberi
kesempatan untuk mencoba dan memperoleh pengalaman belajar. Percobaan yang
dilakukan oleh siswa dapat meningkatkan kreativitasnya, hal ini selaras dengan
pendapat Treffinger dalam Semiawan (1999:106) yang menyatakan bahwa salah
satu cara mengembangkan kreativitas siswa adalah dengan memberikan
pengalaman belajar kepada siswa melalui eksperimen. Tahapan Alami ini juga
memudahkan siswa dalam memahami materi dan menganalisis masalah yang
diberikan oleh guru. Dalam langkah ini guru harus memperhatikan prinsip
semuanya bertujuan, yaitu setiap langkah dan pekerjaan yang dilakukan siswa
harus memiliki tujuan yang mengacu pada tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
3) Namai
Sediakan kata kunci, model, rumus, dan strategi. Setelah mencoba, maka
siswa bersama dengan guru menamai pengetahuan, konsep, teori, yang telah
diperoleh dalam proses mencoba. Dengan adanya bimbingan dari guru maka
20
Melalui langkah ini secara tidak langsung guru telah menerapkan prinsip
pengalaman sebelum pemberian nama, sehingga pengetahuan yang diperoleh
siswa akan lebih bermakna dan membekas bagi siswa.
4) Demonstrasikan
Sediakan kesempatan kepada siswa untuk menunjukan bahwa mereka tahu.
Dalam langkah ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mempresentasikan, menerjemahkan, dan menerapkan pengetahuan yang telah
diperolehnya. Dalam langkah ini guru dapat mendemonstrasikan terlebih dahulu
sebelum siswa mempresentasikan pengetahuannya. Kebebasan dalam
mengungkapkan atau mempresentasikan gagasan ini dapat meningkatkan
kreativitas siswa. Selain melalui presentasi, siswa dapat mendemonstrasikan
pengetahuannya dengan menjawab LKS dan soal evaluasi. Rahmawati (2001:3)
mengungkapkan bahwa untuk mendukung pertumbuhan kreativitas anak, perlu
diciptakan suasana yang menjamin terpeliharanya kebebasan psikologis.
Sedangkan untuk memelihara kebebasan psikologis menurut Seto Mulyadi dalam
Rahmawati (2001:3) dapat diciptakan dengan membangun suasana bermain yang
dapat melatih dan memberikan kesempatan kepada anak untuk menampilkan
gagasan-gagasan baru secara lancar dan orisinal. Jadi melalui kegiatan
demonstrasikan ini kebebasan psikologis akan terpelihara sehingga kreativitas
anak akan tumbuh dan berkembang.
5) Ulangi
Tunjukan pada siswa cara-cara mengulangi materi dari materi yang telah
21
kemampuan dan kekurangan siswa dalam menerima sebuah materi. Guru
membimbing siswa untuk mengulangi hal-hal yang mereka dapatkan mulai dari
awal pembelajaran sampai pembelajaran usai, sehingga siswa dapat merasakan
secara langsung dimana kesulitan mereka dan akhirnya mereka dapat menguasai
suatu pengetahuan.
6) Rayakan
Apresiasi untuk penyelesaian, partisipasi, dan perolehan keterampilan siswa.
Langkah ini digunakan guru untuk memberikan respon dan umpan balik terhadap
kegiatan yang telah dilakukan siswa. Rayakan ini memberikan rasa dihargai dalam
diri siswa sehingga mereka merasa termotivasi untuk menyelesaikan tugas yang
akan datang dengan baik dan benar. Hal yang dapat dilakukan guru dalam langkah
rayakan ini adalah dengan memberikan pujian, tepuk tangan, bintang, dan bentuk
penghargaan lainnya. Melalui tahap rayakan ini guru dapat meningkatkan
kreativitas siswa, hal ini selaras dengan Munandar (2010:114-115) yang
menyatakan bahwa hadiah yang diberikan setelah mendeklarasikan sajak yang
dibuat, karangan yang dibuat di depan kelas dapat meningkatkan motivasi
intrinsik dan kreativitas siswa. Selain itu apresiasi guru terhadap kemampuan yang
dimiliki oleh siswa dapat mengembangkan kreativitas siswa, hal ini diungkapkan
oleh Treffinger dalam Semiawan (1999:106) yaitu untuk mengembangkan
kreativitas anak pembelajaran hendaknya menghindari perilaku judgmental dari guru, sebaiknya guru memberikan apresiasi terkhadap kemampuan yang dimiliki
siswa. Dalam tahap rayakan ini guru telah menerapkan prinsip akui setiap usaha
22
Kegiatan yang melibatkan siswa secara aktif akan meningkatkan kreativitas
pada siswa. Fathurrohman (2015:181) yang menyatakan bahwa TANDUR
ditujukan untuk meningkatkan minat belajar sehingga proses penyampaian materi
dapat berjalan dengan baik. Dengan demikian pembelajaran akan berlangsung
menyenangkan, materi akan lebih cepat diterima dan lebih bermakna serta
meningkatkan kreativitas siswa.
5. Pembelajaran Eksplorasi, Elaborasi, Konfirmasi (EEK)
Kegiatan eksplorasi dimaknai sebagai kegiatan untuk melibatkan siswa
dalam mencari informasi yang luas mengenai materi yang sedang dipelajari dari
berbagai sumber baik yang ada di lingkungan sekolah atau di luar sekolah,
misalnya melalui lembar kerja siswa, buku teks, media massa (koran), majalah,
praktikum, internet, dan museum. Metode pembelajaran yang digunakan juga
bervariasi yaitu, metode diskusi, eksperimen, dan penugasan. Kegiatan elaborasi
dapat dimaknai sebagai kegiatan yang dirancang untuk memberikan kesempatan
siswa untuk memberikan arti pada informasi baru dengan menghubungkannya
dengan pengetahuan (informasi yang sudah dimiliki). Kemampuan siswa dalam
mengelaborasi dapat berupa menguraikan materi yang sedang dipelajari lebih rinci
dan lebih lengkap. Kegiatan yang dapat dirancang misalnya melalui kegiatan
membaca berbagai sumber menganalisis bacaan, penyelesaian masalah,
penyusunan laporan, diskusi kelompok, pameran produk, dan lain-lain. Kegiatan
konfirmasi dapat dimaknai sebagai kegiatan guru untuk meminta penegasan atau
pembenaran dari hasil eksplorasi, elaborasi atau eksplanasi (penjelasan) yang
23
umpan balik dan kesempatan untuk memberikan penguatan baik dalam bentuk
lisan, tulisan, dan isyarat. Kegiatan yang dapat dilakukan dapat berupa tanya
jawab, laporan lisan, seminar, dan lain-lain. Kegiatan konfirmasi juga dapat
digunakan untuk memfasilitasi siswa dalam merefleksikan hasil belajar dari
berbagai sumber (Indrawati & Setiawan, 2009:29).
Sementara itu, menurut Nursyam (2009: 2), kegiatan eksplorasi adalah
kegiatan pembelajaran yang didesain agar tercipta suasana kondusif yang
memungkinkan siswa dapat melakukan aktivitas fisik yang memaksimalkan
pengunaan panca indera dengan berbagai cara, media, dan pengalaman yang
bermakna dalam menemukan ide, gagasan, konsep, dan prinsip sesuai dengan
kompetensi mata pelajaran. Bentuk kegiatan eksplorasi dapat dilakukan melalui
demonstrasi, eksperimen, observasi langsung, simulasi, bermain peran, dan
lain-lain yang memaksimalkan aktivitas fisik. Kegiatan elaborasi adalah kegiatan
pembelajaran yang memberikan kesempatan siswa mengembangkan ide, gagasan,
dan kreasi dalam mengekspresikan konsep kognitif melalui berbagai cara baik
lisan maupun tulisan sehingga timbul kepercayaan diri yang tinggi tentang
kemampuan dan eksistensi dirinya. Bentuk kegiatan elaborasi dapat dilakukan
melalui diskusi kelompok, pameran, membuat laporan/karya/produk, presentasi,
kompetisi, studi kepustakaan, browsing internet, dan lain-lain yang menantang pengembangan kognitif dan kreativitas. Kegiatan konfirmasi adalah kegiatan
pembelajaran yang diperlukan agar konsepsi kognitif yang dikonstruksi dalam
kegiatan eksplorasi dan elaborasi dapat diyakinkan dan diperkuat sehingga timbul
24
lebih lanjut. Bentuk kegiatan konfirmasi dapat dilakukan melalui kegiatan
refleksi, penilaian langsung, penghargaan atas prestasi atau kemajuan belajar,
penilaian kolaboratif, dan lain-lain yang dapat meningkatkan minat dan motivasi
siswa dalam menindaklanjuti kegiatan pembelajaran berikutnya.
Dalam Peraturan Pemerintah Menteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 tentang standar proses untuk satuan pendidikan
dasar dan menengah disebutkan bahwa.
”Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi.
a. Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
1) melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber,
2) menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain,
3) memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya,
4) melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran, dan
5) memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.
b. Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
1) membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna,
2) memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lainlain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis,
3) memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut,
25
5) memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar,
6) memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok,
7) memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok,
8) memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan, dan
9) memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.
c. Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
1) memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik, 2) memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta
didik melalui berbagai sumber,
3) memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan,
4) memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar:
a) berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengar menggunakan bahasa yang baku dan benar,
b) membantu menyelesaikan masalah,
c) memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi,
d) memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh,
e) memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif.”
Dapat disimulkan bahwa Eksplorasi adalah tahapan dimana guru berusaha
untuk menggali pengetahuan siswa seluas mungkin dengan menggunakan
berbagai pendekatan, metode dan media tentu saja dengan memanfaatkan
lingkungan sekitarnya. Elaborasi merupakan proses menguraikan atau
memperluas pengetahuan siswa yang tentu saja dengan memberi kesempatan
kepada siswa untuk berpikir, menganalisis, memecahkan masalah secara individu
maupun berkelompok dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar
secara kooperatif dan kolaboratif, berkompetisi secara sehat, juga memberi
26
diskusi. Konfimasi adalah suatu kegiatan yang berupa penegasan dari proses
belajar yang tengah dilakukan bisa berupa umpan balik secara lisan atau tulisan
dari hasil eksplorasi dan elaborasi melalui berbagai sumber dalam memperoleh
pengalaman belajar yang lebih bermakna dalam mencapai kompetensi dasar.
Melalui pembelajaran Eksplorasi, Elaborasi, Konfirmasi (EEK), kreativitas
siswa dapat dikembangkan. Kreativitas siswa dikembangkan melalui kegiatan
eksplorasi dengan mendesain pembelajaran agar tercipta suasana kondusif yang
memungkinkan siswa dapat melakukan aktivitas fisik yang memaksimalkan
pengunaan panca indera dengan berbagai cara, media, dan pengalaman yang
bermakna dalam menemukan ide, gagasan, konsep, dan prinsip sesuai dengan
kompetensi mata pelajaran, melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap
kegiatan pembelajaran. Treffinger dalam Semiawan (1999:105-107)
mengungkapkan bahwa salah satu cara untuk mengembangkan kreativitas siswa
adalah dengan menciptakan tugas yang diminati anak-anak, sehingga
memungkinkan anak-anak mampu menunjukan keterlibatan personal yang tinggi.
Dalam kegiatan Elaborasi, kreativitas siswa dikembengnkan melalui
kegiatan belajar yang memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas,
diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun
tertulis, memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan
masalah, dan bertindak tanpa rasa takut. Hal ini selaras dengan pendapat
Treffinger dalam Semiawan (1999:105-107) yang menyatakan bahwa kegiatan
beajar yang dapat meningkatkan siswa adalah dengan pembelajaran yang
27
didasarkan pada minat dan kepedulian anak, pembelajaran hendaknya dapat
mengemangkan sensivitas anak terhadap berbagai masalah dan tantangan,
kegiatan belajar hendaknya memberikan kebebasan kepada anak untuk berpikir
divergen, sehingga anak tidak dihadapkan dengan satu jawaban benar melainkan
terdapat berbagai pertimbangan ide yang memungkinkan alternatif jawaban.
Pada kegiatan Konfirmasi, kreativitas siswa dikembangkan melalui kegiatan
refleksi, penilaian langsung, penghargaan atas prestasi atau kemajuan belajar,
penilaian kolaboratif, dan lain-lain yang dapat meningkatkan minat dan motivasi
siswa dalam menindaklanjuti kegiatan pembelajaran berikutnya. Hal ini sesuai
dengan pendapat Munandar (2010:114-115) yang menyatakan bahwa hadiah yang
diberikan setelah mendeklarasikan sajak yang dibuat, karangan yang dibuat di
depan kelas dapat meningkatkan motivasi intrinsik dan kreativitas siswa.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa melalui pembelajaran
Eksplorasi, Elaborasi, Konfirmasi dapat meningkatkan kreativitas siswa. Jadi
dalam membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran hendaknya memperhatian
langkah-langkah pembelajaran Eksplorasi, Elaborasi, Konfirmasi agar kreativitas
siswa dapat berkembang dengan baik.
6. Kreativitas
a. Pengertian Kreativitas
Kreativitas menurut Drevdahl dalam Tjandrasa (2010:4) adalah kemampuan
seseorang untuk menghasilkan komposisi, produk, atau gagasan apa saja yang
pada dasarnya baru, dan sebelumnya tidak dikenal pembuatnya. kreativitas dapat
28
perangkuman. Kreativitas mungkin mencakup pembentukan pola baru dan
gabungan informasi yang diperoleh dari pengalaman sebelumnya dan
pencangkokan hubungan lama ke situasi baru dan mungkin mencakup
pembentukan korelasi baru. Sedangkan menurut Webster dalam Rahmawati
(2001:9) kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk mencipta yang ditandai
dengan orisinalitas dalam berekspresi yang bersifat imajinatif. Lebih lanjut
Talajan (2012:11) menyatakan bahwa secara umum kreativitas sebagai pola
berpikir atau ide yang timbul secara spontan dan imajinatif, yang mencirikan hasil
artistik, penemuan ilmiah, dan penciptaan secara mekanik.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kreativitas adalah
kemampuan seseorang untuk menciptakan suatu produk atau gagasan secara
orisinil melalui pembentukan pola baru dan gabungan informasi yang diperoleh
dari pengalaman sebelumnya.
b. Karakteristik dan Ciri-ciri Kreativitas
Unsur karakteristik kreativitas menurut Harlock dalam Tjandrasa(2010:5)
adalah sebagai berikut.
1) kreativitas merupakan proses bukan hasil,
2) proses itu mempunyai tujuan, yang mendatangkan keuntungan bagi
dirinya atau kelompok sosialnya,
3) kreativitas mengarah ke penciptaan sesuatu yang baru, berbeda dan
karenanya unik bagi orang itu, baik itu berbentuk lisan atu tulisan,
29
4) kreativitas merupakan suatu cara berpikir, tidak sinonim dengan
kecerdasan, yang mencakup mencakup kemampuan mental selain
berpikir,
5) kemampuan untuk mencipta bergantung pada perolehan pengetahuan
yang diterima, dan
6) kreativitas merupakan bentuk imajinasi yang dikendalikan yang menjurus
ke arah beberapa bentuk prestasi, misalnya melukis, membangun dengan
balok, atau melamun.
Dalam bukunya Ghufron&Risnawati (2014:106) disebutkan terdapat dua
ciri aspek kreativitas yaitu dalam aspek kognitif dan aspek afektif. Ciri aspek
kognitif diantaranya, kelancaran berpikir yaitu kemampuan untuk mengemukakan
banyak ide dan gagasan secara lancar. Keluwesan berpikir merupakan
kemampuan melihat berbagai macam sudut pandang dan memberikan berbagai
macam jawaban dari suatu masalah. Keaslian berpikir merupakan kemampuan
memberikan jawaban yang tidak diduga dan tidak terpikirkan atau gagasan yang
jarang diberikan orang lain, dan terakhir Elaborasi pikiran yaitu kemampuan
memperkaya dan mengembangkan ide-ide serta kemampuan memerinci ide
sampai pada hal-hal terkecil. Sedangkan ciri aspek afektif diantaranya memiliki
rasa ingin tahu, memiliki daya imajinasi, merasa tertantang oleh kemajemukan
atau masalah yang rumit, berani mengambil resiko, dan memiliki sifat
menghargai.
Cara untuk mengukur kreativitas siswa adalah dengan analisis objektif
30
mengobservasi indikator-indikator kreativitas yang muncul pada siswa. Dalam
penelitian ini hanya akan menjabarkan aspek kognitif menjadi indikator-indikator
yang diukur dengan intsrumen penelitian guna mengetaui tingkat kreativitas
siswa. Berikut indikator ciri aspek kognitif menurut Munandar
31
Tabel 1. Indikator Kreativitas
Aspek Indikator
Kelancaran berpikir Dapat mengajukan banyak pertanyaan
Dapat menjawab sejumlah pertanyaan jika ada pertanyaan
Memiliki banyak pendapat mengenai suatu masalah
Lancar dalam mengemukakan pendapat Dapat bekerja lebih cepat dan mandiri.
Dapat melihat kesalahan atau kekurangan suatu objek.
Keluwesan berpikir Dapat menghasilkan jawaban, pendapat maupun pertanyaan yang bervariasi.
Dapat memikirkan berbagai macam cara untuk menyelesaikan masalah.
Keaslian berpikir Memiliki kemampuan untuk memikirkan masalah-masalah yang tidak terpikirkan oleh orang lain.
Memiliki kemampuan untuk mempertanyakan cara-cara yang baru.
Kemampuan memilih asimetri dalam menggambar atau membuat desain (memiliki cara berpikir yang lain daripada orang lain).
Memiliki kemampuan mencari pendekatan yang baru dari yang stereotip.
Kemampuan untuk menemukan gagasan baru atau penyelesian yang baru, kemampuan untuk menyintesis yang lebih daripada menganalisis situasi.
Elaborasi (merinci) Memiliki kemampuan mencari arti yang lebih mendalam terhadap jawaban atau pemecahan masalah secara rinci.
Mengembangkan atau memperkaya gagasan orang lain.
32 c. Cara Mengembangkan Kreativitas
Kreativitas seseorang dapat dikembangkan melalui sebuah proses
pembelajaran. Treffinger dalam Semiawan (1999:105-107) menyatakan bahwa
kegiatan belajar yang dapat meningkatkan kreativitas adalah.
1) menciptakan tugas yang diminati anak-anak, sehingga memungkinkan
anak-anak mampu menunjukan keterlibatan personal yang tinggi,
2) kegiatan pembelajaran hendaknya dilandasi oleh rasa ingin tahu siswa,
oleh karenanya pembelajaran hendaknya didasarkan pada minat dan
kepedulian anak,
3) pembelajaran hendaknya dapat mengemangkan sensivitas anak terhadap
berbagai masalah dan tantangan,
4) kegiatan belajar hendaknya memberikan kebebasan kepada anak untuk
berpikir divergen, sehingga anak tidak dihadapkan dengan satu jawaban
benar melainkan terdapat berbagai pertimbangan ide yang memungkinkan
alternatif jawaban.
5) selama proses pembelajaran harus menghindari judgmental dari guru, guru harus memberikan apresiasi terhadap kemampuan anak,
6) pengalaman belajar hendaknya memungkinkan siswa melakukan berbagai
eksperimen,
7) memberikan kesempatan kepada anak untuk menentukan pilihannya
sendiri, dan
8) selama proses pembelajaran anak-anak dihadapkan dengan permasalahan
33
Selain hal-hal di atas, cara mengembangkan kreativitas menurut Pamilu
(2007:65-67) adalah sebagai berikut.
1) usahakanlah anak mengerjakan sesuatu dengan senang hati,
2) sediakan “ruang pameran” untuk memajang karya-karya terbaiknya,
3) latihlah anak untuk melakukan sesuatu yang baru,
4) latihlah anak untuk mengekspresikan dirinya,
5) teruskanlah kegiatan kreatif anak,
6) menyalurkan kreativitas anak, dan
7) mengunjungi tempat-tempat kreatif.
Dari uraian di atas dapat diketahui cara-cara untuk mengembangkan
kreativitas anak, maka dalam merancang sebuah pembelajaran di kelas perlu
untuk memfasilitasi siswa dalam melakukan kegiatan belajar yang dapat
mengembangkan kreativitas siswa. Dengan demikian kreativitas siswa dapat
berkembang dengan baik.
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kreativitas
Kreativitas seseorang berbeda dengan orang lain. Hal ini dipengaruhi oleh
banyak faktor. Faktor-faktor tersebut dapat meningkatkan atau menurunkan
kreativitas seseorang. Berikut merupakan beberapa faktor yang dapat
meningkatkan kreativitas menurut Harlock (Tjandrasa, 2010:11).
1) waktu,
2) kesempatan menyendiri,
3) dorongan,
34 5) lingkungan yang merangsang,
6) hubungan orang tua-anak yang tidak posesif,
7) cara mendidik anak, dan
8) kesempatan untuk memperoleh pengetahuan.
1) Waktu
Untuk menjadi kreatif, kegiatan anak seharusnya tidak diatur sedemikian rupa
sehingga hanya sedikit waktu bebas bagi mereka untuk bermain-main dengan
gagasan-gagasan dan konsep-konsep dan mencobanya dalam bentuk baru dan
orisinal.
2) Kesempatan Menyendiri
Anak membutuhkan waktu menyendiri untuk mengembangkan kehidupan
imajinatif yang kaya.
3) Dorongan
Anak-anak harus didorong untuk kreatif dan bebas dari ejekan dan kritik yang
sering kali dilontarkan kepada anak yang kreatif.
4) Sarana
Sarana untuk bermain harus disediakan untuk merangssang dorongan
eksperimentasi dan eksplorasi, yang merupakan unsur penting dari semua
kreativitas.
5) Lingkungan yang Merangsang
Lingkungan rumah dan sekolah harus merangsang kreativitas dengan memberikan
35
kreativitas siswa. Ini harus dilakukan sedini mungkin dari masa balita dan
dilanjutkan di masa sekolah dengan menjadikan kreativitas suatu pengalaman
yang menyenangkan dan dihargai secara sosial.
6) Hubungan Orang Tua-anak yang Tidak Posesif
Orang tua yang tidak posesif terhadap anaknya akan mendorong anak untuk
mandiri dan percaya diri, dua kualitas yang sangat mendukung kreativitas.
7) Cara Mendidik Anak
Mendidik anak dengan demokratis dan permisif di rumah dan sekolah
meningkatkan kreativitas, sedangkan cara otoriter memadamkanya.
8) Kesempatan untuk Memperoleh Pengetahuan
Kreativitas tidak muncul dalam kehampaan. Semakin banyak pengetahuan yang
diperoleh anak, semakin baik dasar untuk memperoleh hasil yang kreatif.
Selain terdapat faktor-faktor yang meningkatkan kreativitas, terdapat pula
faktor yang menghambat kreativitas. Berikut merupakan faktor-faktor yang
menghambat kreativitas menurut Harlock (Tjandrasa, 2010:29).
1) membatasi eksplorasi,
2) keterpaduan waktu,
3) dorongan kebersamaan keluarga,
4) membatasi khayalan,
5) peralatan bermain yang sangat tersruktur,
6) orang tua yang konservatif,
7) orang tua yang terlalu melindungi, dan
36 1) Membatasi Eksplorasi
Membatasi ekplorasi atau pertanyaan anak-anak berarti membatasi kreativitas
mereka.
2) Keterpaduan Waktu
Jika anak diatur sedemikian rupa sehingga membatasi waktu bebas mereka untuk
berbuat sesuka hati, mereka kehilangan salah satu yang diperlukan untuk
pengembangan kreativitas.
3) Dorongan Kebersamaan Keluarga
Harapan bahwa semua kegiatan bersama-sama tanpa mempedulikan minat dan
pilihan pribadi masing-masing, mengganggu perkembangan kreativitas.
4) Membatasi Khayalan
Anggapan bahwa khayalan hanya membuang waktu dan menjadi sumber gagasan
yang realistis, berupaya keras untuk menjadikan anak realistis.
5) Peralatan Bermain yang Sangat Terstruktur
Anak yang diberi peralatan bermain yang sangat terstruktur seperti boneka yang
perpakaian lengkap atau buku berwarna dengan gambar yang harus diwarnai,
kehilangan kesempatan bermain yang mendorong perkembangan kreativitas.
6) Orang Tua yang Konservatif
Orang tua yang konservatif, yang takut menyimpang dari pola social yang direstui
sering bersikeras agar anaknya mengikuti langkah-langkah mereka.
7) Orang Tua yang Terlalu Melindungi
Jika orang tua terlalu melindungi, mereka mengurangi kesempatan untuk mencari
37 8) Disiplin yang Otoriter
Disiplin yang otoriter membuat sulit atau tidak mungkin ada penyimpangan dari
perilaku yang direstui orang tua.
Dari beberapa faktor penghambat di atas, faktor membatasi ekplorasi adalah
faktor yang paling sering terjadi di dalam pembelajaran. Guru belum memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengeksplorasi pengetahuannya, hal ini
dikarenakan pembelajaran yang masih berpusat kepada guru.
Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa kreativitas siswa adalah
kemampuan siswa untuk mengembangkan pengetahuan yang diperolehnya dalam
proses belajar untuk menemukan ide, gagasan, konsep, atau produk baru dalam
belajarnya. Ciri-ciri anak berkreativitas dapat dibagi menjadi dua yaitu ciri aspek
kognitif dan aspek afekt