xi ABSTRAK
UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI
Studi Kasus pada Siswa Kelas X Jurusan Akuntansi SMK BOPKRI 1Yogyakarta
Crescentiana Sri Widiarti Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2009
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peningkatan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi dengan pokok bahasan siklus akuntansi perusahaan dagang melalui penerapan metode kooperatif tipe teams games tournament (TGT).
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Dengan subyek penelitian adalah siswa kelas X Jurusan Akuntansi SMK BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2008/2009 yang berjumlah 23 siswa. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam 2 siklus dan masing-masing siklus menggunakan waktu 2 jam pertemuan. Dalam penelitian ini diterapkan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan pokok bahasan siklus akuntansi perusahaan dagang. Komponen-komponen utama dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah presentasi materi, pembagian kelompok, games, turnamen, dan penghargaan kepada kelompok. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) instrumen observasi terhadap guru, (2) instrumen observasi terhadap siswa, (3) instrumen observasi terhadap kelas, (4) kuesioner motivasi, (5) instrumen refleksi oleh guru mitra, dan (6) instrumen refleksi oleh siswa terhadap perangkat dan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.
xii
xiii ABSTRACT
AN EFFORT TO IMPROVE STUDENTS’ MOTIVATION BY APPLYING COOPERATIVE LEARNING METHOD OF TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) IN ACCOUNTING A Case Study on Students of The Tenth Grade of Accounting Study Program
at BOPKRI 1 Vocational High School Yogyakarta
Crescentiana Sri Widiarti Sanata Dharma University
Yogyakarta 2009
This research aims to find out the increase of student's motivation in learning Accounting on the topic of the trading company's accounting cycle using the cooperative learning method of Teams-Games-Tournament (TGT).
It is a Classroom Action Research (CAR). The research subjects were 23 students of the tenth grade of Accounting Study Program at BOPKRI 1 Vocational High School Yogyakarta in 2008/2009 academic year. The classroom action research was conducted in two cycles, which every cycle lasts in a two-hour lesson. This research applied a cooperative learning method of TGT to teach the trading company's accounting cycle. The primary components of the research consist of (1) instruments for teacher observation, (2) instruments for student observation, (3) instruments for classroom observation, (4) questionnaires on motivation, (5) instruments for reflection from partner teacher, and (6) instruments for reflection from students about the cooperative learning method of TGT.
UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI Studi Kasus: Siswa Kelas X Jurusan Akuntansi SMK BOPKRI 1 Yogyakarta
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Oleh:
CRESCENTIANA SRI WIDIARTI NIM: 051334066
PROGAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI Studi Kasus: Siswa Kelas X Jurusan Akuntansi SMK BOPKRI 1 Yogyakarta
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Oleh:
CRESCENTIANA SRI WIDIARTI NIM: 051334066
PROGAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya ini untuk:
1. My Lord Jesus Christ, yang selalu mengasihiku lebih dari yang aku tahu dan selalu menemaniku serta menguatkanku dalam menghadapi hari-hariku;
2. Bapak Ignatius Suyadi dan Ibu Yustina Murniati, kedua orang tuaku yang telah memberikan pengorbanan, perhatian dan kasih sayang, serta dukungan dari aku lahir sampai saat ini;
3. Adikku Benediktus Wahyu Widi Arisman, yang memberikan inspirasi kepadaku agar aku bisa jadi kakak yang baik dan bisa menjadi teladan;
v
MOTTO
Aku berkata kepadamu: ” Engkau hamba-Ku, Aku telah memilih engkau
dan tidak menolak engkau”, janganlah takut, sebab aku menyertai engkau,
janganlah bimbang, sebab aku ini Allahmu, Aku akan meneguhkan, bahkan
akan menolong engkau, Aku akan memegang engkau dengan tangan
kanan-Ku yang membawa kemenangan.
(Yesaya 41:9b-10)
Sebab itu, terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa
Kristus turun menaungi aku. Karena itu aku senang dan rela di dalam
kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan
dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.
(2 Korintus 12:9b-10)
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini merupakan karya asli saya yang tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 22 Agustus 2009
vii
LEMBAR PERYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Crescentiana Sri Widiarti
Nomor Mahasiswa : 051334066
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul “UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI”. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 22 Agustus 2009
Yang menyatakan
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih-Nya yang besar, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TURNAMENT (TGT) PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI”.
Penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan skripsi ini tidaklah mungkin terlaksana dengan baik tanpa bantuan, kerjasama dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;
2. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;
3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta; sekaligus selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dan pikiran dalam memberikan bimbingan, memberikan nasehat, memberikan kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini;
4. Bapak S. Widanarto Prijowuntato, S.Pd., M.Si. selaku Dosen Penguji yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini;
5. Ibu B. Indah Nugraheni, S.Pd., S.I.P., M.Pd. selaku Dosen Penguji yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini;
6. Staf pengajar Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan tambahan pengetahuan dalam proses perkuliahan;
ix
8. Ibu Dra. Indri Pamiyarti selaku Kepala Sekolah SMK BOPKRI 1 Yogyakarta yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian; 9. Staf pengajar, tenaga administrasi, dan siswa SMK BOPKRI 1 Yogyakarta,
khususnya untuk kelas X Akuntansi yang telah membantu kelancaran pelaksanaan penelitian;
10. Seluruh keluargaku: kedua orang tuaku Bapak Ignatius Suyadi dan Ibu Yustina Murniati, adikku Benediktus Wahyu Widi Arisman terima kasih atas segala cinta, kasih sayang, nasehat, pengorbanan serta dukungan baik moril, materiil, maupun spiritual yang telah diberikan selama ini, serta seluruh keluarga besar FX. Hadi Suwignyo dan Pawiro Utomo;
11. Potherku tercinta terima kasih untuk waktu dan perhatian yang selalu kamu berikan untuk menemaniku hari-hariku selama kurang lebih 3 tahun ini, untuk kesabaran dalam menghadapi aku, serta bantuan yang telah kamu berikan selama ini;
12. Keluarga besar Gatotkaca 9: Om Hepy, Bulek Yekti, Budhe Ria, Mas Yudo terima kasih sudah boleh tinggal selama 3 tahun ini, dan d’ Zita terima kasih atas keceriaan yang selalu kamu berikan, serta Dhita, Sance, Vita, Mba Mety, Mba Ningrum, Rya, Tere, Tetty, Mas Anton, dan Mas Budi terima kasih untuk bantuan, dukungan dan kebersamaan yang telah kita lewati bersama-sama, kalian adalah keluarga keduaku;
13. Teman dan sahabat aku: Andry, Rina, Mba Tya, Mba Rina, Mba Asih, Villa, Ertyn, Wulan, Tithe, Tri, Riri, Mas Eka, Wika, Toshu, Erra, Rini, Vita dan semua teman angkatan 2005 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terimakasih untuk kebersamaan selama kurang lebih empat tahun di kampus tercinta, Universitas Sanata Dharma. Hadiah terindah yang penulis terima saat berkenalan, berteman, bersahabat, berbagi, dan memperoleh kenangan indah bersama kalian. Kenangan itu tidak akan pernah terlupakan;
14. Teman-teman kecilku: Dwi Utami dan Radit, Fenty, Vincent, Tri Windarto, Dwi Sadono terima kasih untuk bantuan yang diberikan;
x
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis senantiasa menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi semua pihak yang berkepentingan.
Penulis
xi ABSTRAK
UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI
Studi Kasus pada Siswa Kelas X Jurusan Akuntansi SMK BOPKRI 1Yogyakarta
Crescentiana Sri Widiarti Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2009
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peningkatan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi dengan pokok bahasan siklus akuntansi perusahaan dagang melalui penerapan metode kooperatif tipe teams games tournament (TGT).
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Dengan subyek penelitian adalah siswa kelas X Jurusan Akuntansi SMK BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2008/2009 yang berjumlah 23 siswa. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam 2 siklus dan masing-masing siklus menggunakan waktu 2 jam pertemuan. Dalam penelitian ini diterapkan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan pokok bahasan siklus akuntansi perusahaan dagang. Komponen-komponen utama dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah presentasi materi, pembagian kelompok, games, turnamen, dan penghargaan kepada kelompok. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) instrumen observasi terhadap guru, (2) instrumen observasi terhadap siswa, (3) instrumen observasi terhadap kelas, (4) kuesioner motivasi, (5) instrumen refleksi oleh guru mitra, dan (6) instrumen refleksi oleh siswa terhadap perangkat dan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.
xii
xiii ABSTRACT
AN EFFORT TO IMPROVE STUDENTS’ MOTIVATION BY APPLYING COOPERATIVE LEARNING METHOD OF TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) IN ACCOUNTING A Case Study on Students of The Tenth Grade of Accounting Study Program
at BOPKRI 1 Vocational High School Yogyakarta
Crescentiana Sri Widiarti Sanata Dharma University
Yogyakarta 2009
This research aims to find out the increase of student's motivation in learning Accounting on the topic of the trading company's accounting cycle using the cooperative learning method of Teams-Games-Tournament (TGT).
It is a Classroom Action Research (CAR). The research subjects were 23 students of the tenth grade of Accounting Study Program at BOPKRI 1 Vocational High School Yogyakarta in 2008/2009 academic year. The classroom action research was conducted in two cycles, which every cycle lasts in a two-hour lesson. This research applied a cooperative learning method of TGT to teach the trading company's accounting cycle. The primary components of the research consist of (1) instruments for teacher observation, (2) instruments for student observation, (3) instruments for classroom observation, (4) questionnaires on motivation, (5) instruments for reflection from partner teacher, and (6) instruments for reflection from students about the cooperative learning method of TGT.
xiv DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
PERSEMBAHAN... iv
MOTTO... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi
KATA PENGANTAR... vii
ABSTRAK... x
ABSTRACT... xii
DAFTAR ISI... xiii
DAFTAR TABEL... xvi
DAFTAR GAMBAR... xvii
DAFTAR LAMPIRAN... xviii
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Batasan Masalah... 5
C. Rumusan Masalah... 5
D. Tujuan Penelitian... 5
E. Manfaat Penelitian... 6
BAB II TINJAUAN TEORITIK ... 7
A. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)... 7
B. Pengertian Pembelajaran Kooperatif... 11
C. Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT)... 15
D. Motivasi Belajar Siswa... 19
xv
BAB III METODE PENELITIAN... 23
A. Jenis Penelitian... 25
B. Lokasi dan Waktu Penelitian... 25
C. Subjek dan Objek Penelitian... 26
D. Prosedur Penelitian... 26
E. Instrumen Penelitian... 32
F. Analisis Data... 34
BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH... 35
A. Sejarah SMK BOPKRI 1 Yogyakarta... 35
B. Visi, Misi, dan Tujuan SMK BOPKRI 1 Yogyakarta... 36
C. Sistem Pendidikan SMK BOPKRI 1 Yogyakarta... 38
D. Kurikulum SMK BOPKRI 1 Yogyakarta... 39
E. Organisasi Sekolah SMK BOPKRI 1 Yogyakarta ... 42
F. Sumber Daya Manusia SMK BOPKRI 1 Yogyakarta... 51
G. Siswa SMK BOPKRI 1 Yogyakarta... 52
H. Kondisi Fisik dan Lingkungan Sekolah SMK BOPKRI 1 Yogyakarta. 52 I. Fasilitas Pendidikan dan Latihan SMK BOPKRI 1 Yogyakarta... 54
J. Majelis Sekolah/Dewan Sekolah/Komite Sekolah SMK BOPKRI 1 Yogyakarta... 55
K. Hubungan SMK BOPKRI 1 Yogyakarta dengan Instansi Lain ... 56
L. Usaha-usaha Peningkatan Kualitas Lulusan SMK BOPKRI 1 Yogyakarta 57 BAB V HASIL OBSERVASI DAN PEMBAHASAN……… 59
A. Deskripsi Penelitian ……….. 59
1. Observasi Pendahuluan……… 59
a. Observasi Guru……….. 60
b. Observasi Siswa………. 63
xvi
2. Siklus Pertama………. 69
a. Perencanaan……….. 70
b. Tindakan ……… 73
c. Observasi……… 75
d. Tingkat Motivasi Siswa………. 79
e. Refleksi……….. 81
3. Siklus Kedua ……… 86
a. Perencanaan ……….. 86
b. Tindakan ……… 89
c. Observasi……… 91
d. Tingkat Motivasi Siswa………. 95
e. Refleksi……….. 97
B. Komparasi Motivasi Belajar Siswa Sebagai Dampak Penerapan Metode Kooperatif Tipe TGT ... 102
BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN... 106
A. Kesimpulan ... 106
B. Keterbatasan Penelitian ... 107
C. Saran... 107
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel... 33
Tabel 5.1 Kegiatan Guru Dalam Proses Pembelajaran ... 62
Tabel 5.2 Kegiatan Siswa dalam Proses Pembelajaran... 64
Tabel 5.3 Analisis Tingkat Motivasi Siswa Pra Penelitian... 64
Tabel 5.4 Kondisi Kelas Selama Proses Pembelajaran... 66
Tabel 5.5 Aktivitas Guru Pada Siklus I... 76
Tabel 5.6 Minat Siswa Pada Pembelajaran TGT Siklus I... 77
Tabel 5.7 Pengamatan Terhadap Kelas... 78
Tabel 5.8 Analisis Tingkat Motivasi Belajar Siswa Siklus I... 80
Tabel 5.9 Kesan Guru Mitra Terhadap Perangkat Pembelajaran Dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT... 81
Tabel 5.10 Respon Siswa Terhadap Perangkat dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT... 83
Tabel 5.11 Aktivitas Guru Pada Siklus II... 92
Tabel 5.12 Minat Siswa Pada Pembelajaran TGT Siklus II... 94
Tabel 5.13 Pengamatan Terhadap Kelas... 94
Tabel 5.14 Analisis Tingkat Motivasi Belajar Siswa Siklus II... 96
Tabel 5.15 Kesan Guru Mitra Terhadap Perangkat Pembelajaran Dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT... 97
Tabel 5.16 Respon Siswa Terhadap Perangkat dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT... 99
xviii
DAFTAR GAMBAR
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran... 113 Lampiran 2 Catatan Anekdotal Terhadap Guru dalam Proses Pembelajaran 119
Lampiran 3 Catatan Anekdotal Terhadap Siswa dalam Proses Pembelajaran120 Lampiran 4 Catatan Anekdotal Terhadap Kondisi Kelas dalam Proses
Pembelajaran... 121 Lampiran 5 Instrumen Pengamatan Terhadap Guru dalam Proses
Pembelajaran... 122 Lampiran 6 Instrumen Pengamatan Terhadap Siswa... 123
Lampiran 7 Instrumen Pengamatan Kelas... 124 Lampiran 8 Kuesioner Motivasi Sebelum Pembelajaran... 126 Lampiran 9 Kuesioner Motivasi Setelah Pembelajaran... 127 Lampiran 10 Instrumen Refleksi Kesan Guru Mitra Terhadap Perangkat
Pembelajaran dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT 129 Lampiran 11 Instrumen Refleksi Siswa Terhadap Perangkat dan Model
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Guru sebagai tenaga pendidik dan pengajar di sekolah dituntut mampu
berperan aktif dalam peningkatan kualitas pendidikan Indonesia. Dalam
menjalankan tugasnya tersebut, sayangnya banyak guru belum menyampaikan
materi pelajaran dengan menggunakan metode dan media pembelajaran yang
tepat guna mendukung proses pembelajaran. Dampaknya siswa yang
diajarnya tidak mudah mengerti dan memahami materi pelajaran. Cara-cara
tersebut, juga menyebabkan siswa memiliki motivasi yang rendah selama
mengikuti proses belajar mengajar.
Menurut Uno (2007:1), motivasi adalah dorongan dasar yang
menggerakkan seseorang bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri
seseorang yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu sesuai dengan
dorongan dalam dirinya. Oleh karenanya, motivasi dalam belajar dapat
diartikan sebagai kekuatan atau daya penggerak yang mendorong diri seorang
siswa untuk belajar. Sebagai salah satu bentuk penanda bahwa seseorang
termotivasi dalam belajar adalah adanya hasrat atau keinginan dan kesadaran
untuk belajar.
Guru idealnya mampu menarik kembali perhatian siswa dengan cara
menyampaikan materi pelajaran dengan menggunakan metode dan media
siswa termotivasi untuk belajar. Tetapi banyak fakta menunjukkan bahwa
motivasi siswa sering tidak muncul ketika siswa mengikuti proses belajar
mengajar. Hal ini disebabkan banyak guru masih menggunakan metode
ceramah saja dalam menyampaikan materi pelajaran. Meskipun tidak ada yang
salah dengan penggunaan metode tersebut, akan tetapi metode tersebut dalam
situasi tertentu tidak tepat. Umumnya, banyak siswa merasa bosan ketika
siswa harus mendengarkan dan memperhatikan materi pelajaran yang sedang
dijelaskan oleh guru.
Pemerintah sudah memberlakukan Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK) pada tahun 2004. Pada tahun 2006, kurikulum tersebut diubah menjadi
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP adalah kurikulum
operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan
pendidikan (Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006:3). Salah satu prinsip
pelaksanaan KTSP adalah kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan lima
pilar belajar, yaitu: (a) belajar untuk beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa; (b) belajar untuk memahami dan menghayati; (c) belajar
untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif; (d) belajar untuk
hidup bersama dan berguna bagi orang lain; dan (e) belajar untuk membangun
dan menemukan jati diri, melalui proses pembelajaran yang aktif, kreatif,
efektif, dan menyenangkan (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.22,
2006:5). Berdasarkan prinsip tersebut, proses pembelajaran idealnya
menyenangkan dan mendorong siswa terlibat aktif di dalamnya. Guru
KTSP sudah diterapkan di berbagai sekolah, termasuk di dalamnya SMK
BOPKRI 1 Yogyakarta. Pada setiap mata pelajaran kurikulum disusun
berdasarkan standar isi (SI) yang mencakup lingkup materi dan tingkat
kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis
pendidikan tertentu dan standar kompetensi lulusan (SKL) yang merupakan
kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan dan
keterampilan. Meskipun kurikulum sudah disusun berdasarkan SI dan SKL,
akan tetapi implementasi pada proses belajar mengajarnya belum sesuai
dengan salah satu prinsip KTSP karena proses pembelajaran belum
menyenangkan dan siswa tidak sepenuhnya terlibat dalam proses
pembelajaran tersebut.
Para guru di SMK BOPKRI 1 Yogyakarta umumnya belum
menggunakan metode dan media pembelajaran yang dapat menumbuhkan
keterlibatan seluruh siswa. Sebagian besar siswa memiliki perhatian yang
rendah terhadap proses pembelajaran yang ditunjukkan dengan tidak
dimilikinya hasrat dan kebutuhan untuk belajar. Karena masih dijumpai dalam
kelas terdapat beberapa siswa yang bersikap acuh tak acuh, tidur-tiduran,
bermain HP, ataupun asyik membicarakan hal-hal lain dengan teman di luar
materi pelajaran pada saat guru menjelaskan. Kondisi tersebut menunjukkan
bahwa motivasi belajar siswa masih rendah.
Berdasarkan fenomena tersebut di atas, guru idealnya merubah metode
mengajar yang dirasa kurang efektif. Salah satu metode pembelajaran yang
Pembelajaran kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam
pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama anggota lainnya
dalam kelompok tersebut. Dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa
tipe, salah satunya adalah tipe teams games tournament (TGT). TGT adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan
seluruh siswa tanpa ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai
tutor sebaya dan mengandung unsur permainan yang menyenangkan (Slavin,
1995:84). Dalam pembelajaran ini terdapat lima komponen yaitu: (1)
presentasi kelas berupa penyampaian materi kepada siswa; (2) pembagian
kelompok/tim untuk mendalami materi; (3) games yang dirancang untuk pembelajaran dalam bentuk permainan yang menyenangkan; (4) turnamen
yang bertujuan untuk menciptakan kompetisi yang sehat antar siswa; dan (5)
penghargaan bagi kelompok yang mendapatkan prestasi terbaik. Diharapkan
dengan menggunakan metode TGT ini akan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dikarenakan pembelajaran dilakukan dalam kelompok. Siswa
akan berdiskusi dengan teman-temannya dan penilaian hasil belajar
menggunakan sistem permainan akademik sehingga pembelajaran menjadi
lebih menyenangkan.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
tindakan kelas, yaitu dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe
teams games tournament (TGT) dan menyelidiki dampaknya terhadap motivasi belajar siswa. Penelitian ini selanjutnya dituangkan dalam judul
Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) pada Mata Pelajaran Akuntansi”. Penelitian ini akan dilaksanakan pada siswa kelas X
jurusan Akuntansi SMK BOPKRI 1 Yogyakarta.
B. Batasan Masalah
Penelitian ini dimaksudkan untuk menyelidiki bagaimana penerapan
metode pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament pada upaya meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran akuntasi dengan
pokok bahasan siklus akuntansi perusahaan dagang.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka, dirumuskan
permasalahan: bagaimana peningkatan motivasi belajar siswa pada mata
pelajaran akuntansi dengan pokok bahasan siklus akuntansi perusahaan
dagang melalui penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament ?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui bagaimana peningkatan motivasi belajar siswa pada mata
pelajaran akuntansi dengan pokok bahasan siklus akuntansi perusahaan
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Peneliti
Penelitian ini tentunya akan sangat bermanfaat bagi peneliti yaitu untuk
menambah pengetahuan dan sebagai calon guru dapat memanfaatkan
metode pembelajaran kooperatif ini sebagai alternatif penyampaian materi
pelajaran sehingga pembelajaran menjadi menyenangkan dan berpusat
pada siswa.
2. Guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi guru-guru
untuk menggunakan variasi metode pembelajaran, salah satunya metode
pembelajaran kooperatif tipe TGT sehingga nantinya dapat meningkatkan partisipasi dan minat belajar siswa.
3. SMK BOPKRI 1 Yogyakarta
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan kazanah ilmu
pengetahuan dalam mata pelajaran akuntansi di SMK BOPKRI 1
BAB II
TINJAUAN TEORITIK
A. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan kelas adalah penelitian oleh sekelompok guru untuk
dapat mengorganisasikan kondisi praktik pembelajaran mereka, dan belajar
dari pengalaman mereka sendiri. Mereka dapat mencobakan suatu gagasan
perbaikan dalam praktek pembelajaran mereka, dan melihat pengaruh nyata
dari upaya itu (Wiriaatmaja, 2007:13). Sedangkan Aqib (2007:12)
mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas atau yang disebut classroom
action research mengandung tiga pengertian yang dapat diterangkan, yaitu: 1. Penelitian
Kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu dari suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.
2. Tindakan
Sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian ini berbentuk rangkaian siklus kegiatan.
3. Kelas
Sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari seseorang guru.
Pendapat lain dikemukakan oleh Susento (2007:1) bahwa penelitian tindakan
kelas merupakan bentuk khusus dari penelitian tindakan. Kekhususannya
terletak pada: (1) situasi sosial yang dimaksud adalah situasi kelas, dan (2)
tindakan atau praktek yang dimaksud adalah pembelajaran dalam kelas
tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa konsep penelitian tindakan
kelas ditujukan untuk memperbaiki suatu proses pembelajaran untuk dapat
meningkatkan keaktifan peserta didik, sesuai dengan kurikulum yang ada saat
ini. Website PPPG Tertulis Bandung (Susento, 2007:1) menyajikan dua
karakteristik dari penelitian tindakan kelas, yaitu:
1. Permasalahan yang diangkat untuk dipecahkan melalui PTK harus selalu berangkat dari persoalan praktek pembelajaran sehari-hari yang dihadapi guru. Oleh karena itu, PTK dapat dilaksanakan jika guru sejak awal memang menyadari adanya persoalan yang terkait dengan proses dan hasil pembelajaran yang ia hadapi di kelas. Kemudian dari persoalan itu, guru menyadari pentingnya persoalan tersebut untuk dipecahkan secara profesional.
2. PTK diindikasikan oleh adanya tindakan-tindakan (aksi) tertentu untuk memperbaiki proses belajar mengajar di kelas. Oleh karena itu, ciri khas PTK terletak pada adanya tindakan yang dilakukan untuk memperbaiki proses pembelajaran yang ada.
Sedangkan dalam DIKTI penelitian tindakan kelas memiliki tiga
ciri/karakteristik, yaitu:
1. Inkuiri reflektif
PTK berangkat dari permasalahan pembelajaran riil yang sehari-hari dihadapi oleh guru ataupun dosen. Jadi, kegiatan penelitian didasarkan pada pelaksanaan tugas dan pengambilan tindakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
2. Kolaboratif
Upaya perbaikan proses dan hasil pembelajaran tidak dapat dilakukan sendiri oleh dosen, tetapi ia harus berkolaborasi dengan guru. Penelitian tindakan kelas merupakan upaya bersama dari berbagai pihak untuk mewujudkan perbaikan yang diinginkan. Kolaborasi ini harus ditampilkan dalam keseluruhan proses perencanaan, pelaksanaan tindakan, sampai dengan penyusunan laporan hasil penelitian.
3. Reflektif
Penelitian tindakan kelas memiliki ciri khusus, yaitu sikap reflektif yang berkelanjutan. Penelitian tindakan kelas lebih menekankan pada proses refleksi terhadap proses dan hasil penelitian secara terus-menerus untuk mendapatkan penjelasan dan justifikasi tentang kemajuan, peningkatan, kemunduran, kekurangefektivan, dan sebagainya dari pelaksanaan sebuah tindakan untuk dapat dimanfaat-gunakan memperbaiki proses tindakan pada siklus kegiatan lainnya.
Dilakukannya sebuah penelitian dikarenakan terdapat suatu problema
diperoleh. Begitu juga dengan penelitian tindakan kelas. Dalam Website
PPPG Tertulis Bandung (Susento, 2007:3) dijelaskan beberapa manfaat dari
PTK, yaitu:
1. Inovasi pembelajaran
Dalam inovasi pembelajaran guru perlu selalu mencoba untuk mengubah, mengembangkan, dan meningkatkan gaya mengajarnya agar mampu melahirkan model pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kelasnya. Dalam konteks ini, guru selalu berhadapan dengan siswa yang berbeda dari tahun ke tahun. Oleh sebab itu, jika guru melakukan PTK dari kelasnya sendiri, dan berangkat dari persoalannya sendiri, dan kemudian menghasilkan solusi terhadap persoalan tersebut, maka secara tidak langsung telah terlibat dalam proses inovasi pembelajaran.
2. Pengembangan kurikulum di sekolah dan di kelas
Untuk kepentingan pengembangan kurikulum pada level kelas, PTK akan sangat bermanfaat sebagai salah satu sumber masukan. Hal ini terjadi karena, proses reformasi kurikulum secara teoritik tidak netral. Sebaliknya proses tersebut akan dipengaruhi oleh gagasan-gagasan yang saling berhubungan mengenai hakikat pendidikan, pengetahuan, dan pengajaran. PTK dapat membantu guru untuk dapat lebih memahami hakikat tersebut secara empirik dan bukan sekedar pemahaman yang bersifat teoritik. 3. Peningkatan profesionalisme guru
Guru yang profesional, tidak akan merasa enggan melakukan berbagai perubahan dalam praktik pembelajaran sesuai dengan kondisi kelasnya. PTK merupakan salah satu media yang dapat digunakan oleh guru untuk memahami apa yang terjadi di kelas, dan kemudian meningkatkannya menuju ke arah perbaikan-perbaikan secara profesional. Guru yang profesional perlu melihat dan menilai sendiri secara kritis terhadap praktik pembelajarannya di kelas. Dengan melihat unjuk kerjanya sendiri, kemudian merefleksikan, dan lalu diperbaiki, guru pada akhirnya akan mendapat otonomi secara profesional.
Adapun tujuan dilakukannya penelitian tindakan kelas antara lain
(DIKTI):
1. Memperbaiki dan meningkatkan kualitas isi, masukan, proses, dan hasil pembelajaran
2. Menumbuh-kembangkan budaya meneliti para dosen dan guru agar lebih proaktif mencari solusi terhadap permasalahan pembelajaran
3. Menumbuhkan dan meningkatkan produktivitas meneliti para dosen dan guru, khususnya dalam mencari solusi masalah-masalah pembelajaran 4. Meningkatkan kolaborasi antar dosen-guru dalam memecahkan masalah
Dalam tahap PTK dilakukan kegiatan-kegiatan yang membentuk siklus.
Tiap-tiap siklus terdiri dari empat langkah sebagai berikut (Susento, 2007:5):
1. Perencanaan tindakan
Menyusun rencana tindakan untuk menguji secara empiris hipotesis tindakan. Rencana tindakan mencakup semua langkah tindakan secara rinci, segala keperluan untuk melaksanakan tindakan, dan berbagai kendala yang mungkin timbul beserta cara mengatasinya.
2. Pelaksanaan tindakan
Melaksanakan semua rencana tindakan dalam proses pembelajaran di kelas.
3. Observasi tindakan
Mengamati pelaksanaan tindakan. Observasi bertujuan untuk mengumpulkan data yang berisi tentang pelaksanaan tindakan dan dampaknya terhadap proses dan hasil pembelajaran. Dalam melaksanakan observasi, guru bisa dibantu oleh pengamat luar (teman sejawat atau orang yang berkompeten).
4. Refleksi terhadap tindakan
Gambar 2.1
Model Penelitiaan Tindakan Kelas
B. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Menurut Slavin (Solihatin dan Raharjo, 2007:4), cooperative learning adalah suatu model pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4
sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen.
Sedangkan menurut Anita Lie (2007:12), sistem pengajaran yang memberi
kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa Pelaksanaan
Tindakan (Aksi)
Observasi Perencanaan
Tindakan
Refleksi
Pelaksanaan Tindakan
(Aksi)
Observasi Perencanaan
Ulang
Refleksi SIKLUS I
dalam tugas-tugas yang terstruktur disebut sebagai sistem “pembelajaran
gotong-royong” atau cooperative learning. Dalam sisitem ini, guru bertindak sebagai fasilitator. Pada dasarnya cooperative learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau
membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam
kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja
sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri.
Cooperative learning juga dapat diartikan sebagai suatu struktur tugas bersama dalam suasana kebersamaan di antara sesama anggota kelompok
(Solihatin dan Raharjo, 2007:4). Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
kooperatif adalah model pembelajaran yang melibatkan kelompok-kelompok
kecil terdiri dari dua orang atau lebih yang anggotanya bersifat heterogen,
dimana kerja sama kelompok sangat dibutuhkan.
Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran
gotong royong harus diterapkan (Anita Lie, 2002:31-35):
1. Saling ketergantungan positif
Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka. Dalam metode jigsaw, Aronson menyarankan jumlah anggota kelompok dibatasi sampai dengan empat orang saja dan keempat anggota ini ditugaskan membaca bagian yang berlainan. Keempat anggota ini lalu berkumpul dan bertukar informasi. Selanjutnya, pengajar akan mengevaluasi mereka mengenai seluruh bagian. Dengan cara ini, mau tidak mau setiap anggota merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya agar yang lain berhasil .
2. Tanggung jawab perseorangan
adalah persiapan guru dalam penyusunan tugasnya. Dalam teknik jigsaw yang dikembangkan Aronson misalnya, bahan bacaan dibagi menjadi empat bagian dan masing-masing siswa mendapat dan membaca satu bagian. Dengan cara demikian, siswa yang tidak melaksanakan tugasnya akan diketahui dengan jelas dan mudah.
3. Tatap muka
Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Inti dari sinergi adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing.
4. Komunikasi antar anggota
Pembelajar perlu diberitahu secara eksplisit mengenai cara-cara berkomunikasi secara efektif seperti bagaimana caranya menyanggah pendapat orang lain tanpa harus menyinggung perasaan orang tersebut. Tidak ada salahnya mengajar siswa beberapa ungkapan positif atau sanggahan dalam ungkapan yang lebih halus.
5. Evaluasi proses kelompok
Waktu evaluasi tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok, tetapi bisa diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa kali pembelajar terlibat dalam kegiatan pembelajaran kooperatif. Format evaluasi bisa bermacam-macam, bergantung pada tingkat pendidikan siswa.
Ada lima tipe pembelajaran kooperatif (Slavin, 1995:5-7):
1. Student Teams Achievement Division(STAD)
STAD merupakan tipe pembelajaran kooperatif dimana pelajar
berkelompok mengerjakan soal latihan dalam lembar kerja. Tiap kelompok
terdiri dari 4 atau 5 orang, yang terdiri dari seseorang yang berkemampuan
rendah, seorang berkemampuan tinggi, dan sisanya berkemampuan
sedang. Setelah semua kelompok selesai bekerja, pengajar memberi kunci
jawaban soal dan meminta mereka memeriksa hasil kerja. Kemudian
pengajar mengadakan kuis.
2. Teams Games Tournament(TGT)
dengan mempresentasikan sebuah pelajaran kemudian siswa bekerja di
dalam kelompok-kelompok untuk memastikan bahwa seluruh anggota
kelompok menuntaskan pelajaran tersebut. Namun kuis dalam STAD diganti dengan turnamen. Dalam turnamen ini siswa bertanding dengan
anggota kelompok lain yang mempunyai kemampuan serupa. Dari
turnamen inilah tiap anggota kelompok akan mendapat skor yang akan
disumbangkan pada kelompoknya. Kemudian skor-skor ini akan
dirata-rata untuk menentukan skor kelompok. Skor kelompok yang diperoleh
akan menentukan penghargaan kelompok.
3. Jigsaw
Jigsaw merupakan tipe pembelajaran kooperatif dimana kelompok dibentuk secara heterogen yang terdiri dari 5-6 orang, tiap-tiap pelajar
mempelajari satu bagian materi pelajaran dan kemudian menjelaskan
bagian itu kepada semua anggota kelompok. Kemudian pengajar
mengadakan ulangan/kuis.
4. Learning Together
Tipe learning together merupakan tipe pembelajaran kooperatif dimana pelajar melakukan presentasi bahan kuliah. Setelah itu pelajar dalam
kelompok heterogen terdiri dari 4 sampai 5 orang mengerjakan satu
lembar kerja. Pengajar menilai hasil kerja kelompok. Pelajar kemudian
secara individual mengerjakan kuis yang dinilai oleh pengajar sebagai
5. Group Investigation
Tipe group investigation merupakan tipe pembelajaran kooperatif dimana tiap-tiap kelompok mempelajari satu bagian materi pelajaran dan
kemudian menjelaskan materi itu kepada semua pelajar di kelas. Pelajar
diharapkan menerima tanggung jawab yang besar untuk menentukan apa
yang akan dipelajari, mengorganisasi kelompok mereka sendiri bagaimana
cara menguasai materi dan memutuskan bagaimana mengkomunikasikan
hasil belajar mereka kepada seluruh kelas.
C. Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT)
Menurut Saco (Suhadi, 2008), dalam TGT siswa memainkan permainan-permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh skor bagi tim
mereka masing-masing. Permainan dapat disusun guru dalam bentuk kuis
berupa pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran.
Kadang-kadang dapat juga diselingi dengan pertanyaan yang berkaitan dengan
kelompok (identitas kelompok mereka). Menurut Suherman (2008), penerapan
model TGT adalah dengan cara mengelompokkan siswa heterogen, tugas tiap kelompok bisa sama bisa berbeda. Setelah memperoleh tugas, setiap kelompok
bekerja sama dalam bentuk kerja individual dan diskusi. Usahakan dinamika
kelompok kohesif dan kompak serta tumbuh rasa kompetisi antar kelompok,
suasana diskusi nyaman dan menyenangkan seperti dalam kondisi permainan
Setelah selesai kerja kelompok, sajikan hasil kelompok sehingga terjadi
diskusi kelas.
Komponen dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT sebagai berikut
(Slavin 1995:84-88):
1. Presentasi Kelas
Materi yang akan dipelajari dalam kegiatan belajar mengajar
diperkenalkan kepada siswa melalui pengajaran secara langsung yang
dipandu oleh guru. Selama guru menyampaikan materi, siswa harus
memperhatikan. Hal ini akan memudahkan siswa dalam memahami materi
dan mengerjakan soal-soal pada kegiatan belajar kelompok. Presentasi
materi oleh guru menurut Slavin (1995:77) mencakup tiga hal yaitu
pendahuluan, pengembangan dan memandu latihan.
a. Pendahuluan
Dalam pendahuluan guru menyampaikan kepada siswa apa yang akan
mereka pelajari hari itu dan mengapa hal itu penting dipelajari.
b. Pengembangan
1) Dalam menyampaikan materi guru tidak menyimpang dari materi
yang akan diujikan
2) Guru memperagakan konsep bisa dengan alat peraga
3) Guru menguji pemahaman siswa dengan mengajukan pertanyaan
4) Guru menjelaskan mengapa suatu jawaban benar dan mengapa suatu
5) Segera berganti konsep jika siswa telah menangkap pengertian dari
materi yang disampaikan
c. Memandu latihan
1) Guru mengkondisikan siswa untuk menyiapkan jawaban terhadap
pertanyaan yang disampaikan oleh guru
2) Guru memanggil siswa secara acak, hal ini penting agar seluruh
siswa menyiapkan jawaban atas pertanyaan guru.
2. Kelompok (Teams)
Kelompok atau tim terdiri dari 4-5 orang siswa yang heterogen
berdasarkan kemampuan siswa. Selama kegiatan kelompok berlangsung,
masing-masing anggota kelompok bertugas mempelajari materi atau
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru pada lembar latihan dan
membantu teman satu kelompok menguasai materi pelajaran tersebut.
Sebelum memulai belajar kelompok, guru dapat menjelaskan beberapa
sikap yang perlu diterapkan kepada siswa agar kerja sama dalam
kelompok dapat berjalan dengan efektif. Pada waktu diskusi, seluruh
anggota kelompok hendaknya berbicara dengan suara pelan, tidak boleh
meninggalkan tugas selama bekerja dalam kelompok, mendiskusikan
jawaban secara bersama-sama, jika ada pertanyaan hendaknya bertanya
dahulu pada teman lain dalam kelompok sebelum bertanya pada guru,
membantu teman lain yang mengalami kesulitan. Selama siswa belajar
dalam kelompok, sebaiknya guru berkeliling kelas, memuji pekerjaan
3. Permainan (Games)
Permainan ini dirancang untuk mengetahui pemahaman siswa selama
mengikuti kelas presentasi dan belajar dalam kelompok. Dimana
permainan ini berisi tentang pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan
materi sewaktu guru menyajikan materi dan latihan kelompok. Permainan
dilakukan di meja turnamen oleh wakil dari masing-masing kelompok.
Permainan adalah berupa pertanyaan yang dinomori pada selembar kertas,
seorang siswa mengambil nomor kartu dan mencoba menjawab pertanyaan
sesuai dengan nomor yang diambil itu kemudian mencocokan jawaban
bersama-sama dengan teman dalam satu meja turnamen.
4. Turnament (Tournament)
Turnamen dalam hal ini adalah suatu pertandingan antar anggota
kelompok yang berbeda. Turnamen diadakan sesudah guru menyajikan
materi dan siswa belajar dalam kelompok. Pada awal turnamen, guru
menugaskan siswa untuk pindah pada suatu meja turnamen yang sudah
ditentukan sebelumnya, penentuan meja turnamen dalam penelitian ini
didasarkan pada pengamatan oleh guru kelas dan hasil dari tes
sebelumnya. Dalam penelitian ini terdapat 5 meja turnamen yaitu meja I
ada 4 siswa dengan kemampuan tinggi, meja II ada 4 siswa dengan
kemampuan sedang, meja III ada 4 siswa dengan kemampuan sedang,
meja IV ada 3 siswa dengan kemampuan rendah, dan meja V ada 2 siswa
dengan kemampuan rendah. Jalannya turnamen adalah sebagai berikut:
nomor kartu dan menjawab pertanyaan sesuai dengan nomor kartu yaitu
pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan materi yang telah dipelajari. Apabila
siswa yang mengambil nomor kartu tidak bisa menjawab pertanyaan,
maka pertanyaan bisa dilempar ke teman lain dalam satu meja turnamen
sesuai dengan urutan yang telah disepakati, dan yang benar dalam
menjawab pertanyaan berhak menyimpan kartu tersebut. Kartu yang telah
didapat nantinya akan dijadikan skor untuk penghargaan kelompok.
5. Penghargaan Kelompok
Kelompok yang telah memenangkan pertandingan akan mendapat
sertifikat penghargaan sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.
Pemberian penghargaan tiap kelompok dapat ditentukan berdasarkan skor
kelompok yang didapat dengan menjumlah poin yang didapat pada skor
lembar permainan setiap anggotanya, dan kemudian dicari skor
rata-ratanya.
D. Motivasi Belajar Siswa 1. Pengertian motivasi
Menurut Davies (1987:214), motivasi ialah kekuatan tersembunyi di
dalam diri kita, yang mendorong kita untuk berkelakuan dan bertindak
dengan cara yang khas. Hal senada dikemukakan oleh Uno (2007:1) yang
menyatakan motivasi sebagai dorongan dasar yang menggerakkan
seseorang bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri seseorang yang
dirinya. Pendapat lain diungkapkan oleh Winkel (Uno, 2007:3) yang
menyatakan bahwa motivasi berasal dari kata motif yaitu daya penggerak
dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu, demi mencapai
tujuan tertentu. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa motivasi belajar
merupakan kekuatan atau daya penggerak yang mendorong diri seorang
siswa untuk belajar.
2. Klasifikasi motivasi
Menurut Uno (2007:4) dari sudut sumber yang menimbulkannya, motif
dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
a. Motif intrinsik
Motif intrinsik timbulnya tidak memerlukan rangsangan dari luar karena memang telah ada dalam diri individu sendiri, yaitu sesuai atau sejalan dengan kebutuhannya. Motif intrinsik dapat ditimbulkan dengan menumbuhkan dan mengembangkan minat terhadap bidang studi yang relevan. Sebagai contoh, memberitahukan sasaran yang hendak dicapai dalam bentuk tujuan instruksional pada saat pembelajaran akan dimulai yang menimbulkan motif keberhasilan mencapai sasaran.
b. Motif ekstrinsik
Motif ekstrinsik timbul karena adanya rangsangan dari luar individu, misalnya dalam bidang pendidikan terdapat minat yang positif terhadap kegiatan pendidikan yang timbul karena melihat manfaatnya. Berikut beberapa hal yang dapat menimbulkan motif ekstrinsik, antara lain (Uno, 2007:4):
1). Pendidik memerlukan anak didiknya, sebagai manusia yang berpribadi, menghargai pendapatnya, pikiranya, perasaannya, maupun keyakinannya
2). Pendidik menggunakan berbagai metode dalam melaksanakan kegiatan pendidikannya
3). Pendidik senantiasa memberikan bimbingan dan juga pengarahan kepada anak didiknya dan membantu apabila mengalami kesulitan, baik yang bersifat pribadi maupun akademis
4). Pendidik harus mempunyai pengetahuan yang luas dan penguasaan bidang studi atau materi yang diajarkan kepada peserta didiknya 5). Pendidik harus mempunyai rasa cinta dan sifat pengabdian kepada
Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan
keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan
cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan,
lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik.
Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada
siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku,
pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang
mendukung.
Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Uno,
2007:10): (a) adanya hasrat dan keinginan berhasil; (b) adanya
dorongan dan kebutuhan dalam belajar; (c) adanya harapan dan
cita-cita masa depan; (d) adanya penghargaan dalam belajar; (e) adanya
kegiatan yang menarik dalam belajar; dan (f) adanya lingkungan
belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seorang siswa dapat
belajar dengan baik.
3. Peranan motivasi belajar
Menurut Uno (2007:27), ada beberapa peranan penting dari motivasi
dalam belajar dan pembelajaran, antara lain:
a. Peran motivasi dalam menentukan penguatan belajar
Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila seorang anak yang belajar dihadapkan pada suatu masalah yang memerlukan pemecahan, dan hanya dapat dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang pernah dilaluinya.
b. Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar
jika yang dipelajari itu sedikitnya sudah dapat diketahui atau dinikmati manfaatnya bagi anak.
c. Motivasi menentukan ketekunan belajar
Seorang anak yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu, akan berusaha mempelajarinya dengan baik dan tekun, dengan harapan memperleh hasil yang baik. Dalam hal itu, tampak bahwa motivasi untuk belajar menyebabkan seseorang tekun belajar.
4. Teknik-teknik motivasi
Beberapa teknik motivasi yang dapat dilakukan dalam pembelajaran
sebagai berikut (Uno, 2007:34):
a. Pernyataan penghargaan secara verbal
b. Menggunakan nilai ulangan sebagai pemicu keberhasilan c. Menimbulkan rasa ingin tahu
d. Memunculkan sesuatu yang tidak diduga oleh siswa e. Menjadikan tahap dini dalam belajar mudah bagi siswa
f. Menggunakan materi yang dikenal siswa sebagai contoh dalam belajar g. Gunakan kaitan yang unik dan tak terduga untuk menerapkan suatu
konsep dan prinsip yang telah dipahami
h. Menuntut siswa untuk menggunakan hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya
i. Menggunakan simulasi dan pemainan
j. Memberi kesempatan kepada siswa untuk memperlihatkan kemahirannya di depan umum
k. Mengurangi akibat yang tidak menyenangkan dan keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar
l. Membuat suasana persaingan yang sehat di antara siswa
E. Kerangka Teoritis
Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang
bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri seseorang yang menggerakkan
untuk melakukan sesuatu sesuai dengan dorongan dalam dirinya (Uno,
2007:1). Menurut Uno (2007:34), ada beberapa teknik untuk meningkatkan
motivasi dalam pembelajaran yaitu menggunakan permainan dan membuat
motivasi belajar adalah adanya penghargaan yang diberikan kepada siswa
dalam proses pembelajaran.
Metode kooperatif tipe TGT adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan seluruh siswa tanpa ada
perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan
mengandung unsur permainan yang menyenangkan (Slavin, 1995:84). Dalam
pembelajaran ini terdapat lima komponen yaitu: (1) presentasi kelas berupa
penyampaian materi kepada siswa; (2) pembagian kelompok/tim untuk
mendalami materi; (3) games yang dirancang untuk pembelajaran dalam bentuk permainan yang menyenangkan; (4) turnamen yang bertujuan untuk
menciptakan kompetisi yang sehat antar siswa; dan (5) penghargaan bagi
kelompok yang mendapatkan prestasi terbaik.
Metode kooperatif tipe TGT ini akan diterapkan pada mata pelajaran
akuntansi dengan pokok bahasan siklus akuntansi perusahaan dagang.
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan di tempat penelitian,
menunjukkan bahwa motivasi siswa masih rendah dalam mengikuti
pembelajaran akuntansi. Terbukti masih dijumpai dalam kelas terdapat
beberapa siswa yang bersikap acuh tak acuh, tidur-tiduran, bermain HP,
ataupun asyik membicarakan hal-hal lain dengan teman di luar materi
pelajaran pada saat guru menjelaskan materi pelajaran. Hal tersebut dapat
terjadi karena guru belum menggunakan metode dan media pembelajaran yang
menyenangkan, hanya memakai metode ceramah dan latihan soal saja.
dalam kelas sebagai upaya untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.
Karena dalam pembelajaran dengan menggunakan metode kooperatif tipe
TGT siswa diajak untuk belajar dalam kelompok-kelompok yang memungkinkan mereka dapat saling berdiskusi dan dengan adanya permainan
yang menyenangkan, turnamen, serta penghargaan bagi kelompok akan dapat
merangsang siswa untuk tertarik terlibat dalam proses pembelajaran sehingga
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
tindakan kelas (PTK). Ebbut (Wiriaatmadja, 2005:12), PTK adalah kajian
sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan oleh
sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran,
berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut.
Dalam penelitian ini PTK diterapkan pada mata pelajaran akuntansi. PTK
dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe teams
games tournament.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian akan dilaksanakan di SMK BOPKRI 1 Yogyakarta, Jl.
Cik Ditiro No. 37, Yogyakarta.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan Januari-Mei 2009.
C. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X Jurusan Akuntansi SMK
BOPKRI 1 Yogyakarta.
2. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah peningkatan motivasi belajar siswa melalui
penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament pada mata pelajaran akuntansi.
D. Prosedur Penelitian
Secara operasional penelitian tindakan kelas yang diterapkan dalam
penelitian ini diuraikan sebagai berikut:
1. Kegiatan prapenelitian
a. Observasi pada guru
Salah satu bentuk instrumen observasi adalah observasi anekdoktal
(anecdotal record). Observasi terhadap guru meliputi kegiatan prapembelajaran (melakukan apersepsi dan menyampaikan kompetensi
yang akan dicapai), kegiatan inti (penguasaan materi pelajaran,
pemanfaatan media/sumber belajar, pembelajaran yang memicu dan
memelihara keterlibatan siswa, penilaian proses dan hasil belajar,
penggunaan bahasa), dan kegiatan penutup (melakukan refleksi,
b. Observasi pada siswa
Observasi anekdotal terhadap perilaku siswa dapat mengungkapkan
berbagai hal yang menarik. Masing-masing individu siswa dapat
diamati secara individual atau berkelompok sebelum, saat berlangsung,
dan sesudah usai pembelajaran. Perubahan pada setiap individu juga
dapat diamati pada saat pembelajaran. Observasi terhadap siswa
meliputi kegiatan prapembelajaran (siswa siap mengikuti proses
pembelajaran), kegiatan inti (siswa memperhatikan penjelasan guru,
siswa menanggapi pembahasan pembelajaran, siswa mencatat hal-hal
penting), kegiatan penutup (siswa mengerjakan tugas dengan baik,
secara pribadi maupun dalam kelompok).
c. Observasi pada kelas
Pengamatan ini sangat bermanfaat karena dapat mengungkapkan
praktik-praktik pembelajaran yang menarik di kelas. Di samping itu,
observasi demikian dapat menunjukkan strategi yang digunakan guru
dalam menangani kendala dan hambatan pembelajaran yang terjadi di
kelas. Observasi anekdotal kelas meliputi deskripsi tentang lingkungan
fisik kelas, tata letaknya, dan suasana pembelajaran dalam kelas
(kerjasama dan hubungan antar siswa).
2. Siklus pertama
Kegiatan yang dilakukan dalam siklus pertama dilaksanakan dalam satu
a. Perencanaan
Pada tahap ini, dilakukan penyusunan rencana tindakan berupa
penyiapan pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament, yaitu:
1) Peneliti dan guru menggali data awal karakteristik siswa untuk
memetakan para siswa berdasarkan kemampuannya dan
selanjutnya membagi siswa ke dalam kelompok secara heterogen.
Kelompok ini biasanya terdiri dari 4-5 siswa yang heterogen dilihat
dari prestasi akademik, ras, atau etnik. Beberapa perangkat yang
disiapkan dalam tahap ini adalah: rencana pembelajaran dengan
model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament, materi presentasi, latihan soal, lembar jawab siswa, meja turnamen
dan hadiah sebagai penghargaan.
2) Peneliti menyusun instrumen pengumpulan data, meliputi:
a) instrumen untuk mengetahui motivasi belajar siswa berupa
kuesioner sebelum dan setelah pembelajaran
b) instrumen untuk mengobservasi kegiatan guru di kelas
c) instrumen observasi terhadap siswa dalam mengikuti proses
belajar terkait dengan metode pembelajaran kooperatif tipe
TGT
d) instrumen observasi terhadap kelas
e) instrumen refleksi oleh guru mitra
b. Tindakan
Pada tahap ini, dilaksanakan implementasi pembelajaran kooperatif
tipe teams games tournament sesuai dengan rencana tindakan, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Presentasi kelas
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi pelajaran
dalam presentasi kelas, baik dengan metode ceramah maupun
diskusi. Selama guru menyampaikan materi, siswa diharapkan
untuk memperhatikan dengan tujuan agar mereka dapat membantu
siswa lainnya dalam kerja kelompok.
2) Membagi siswa dalam kelompok
Guru membagi siswa ke dalam kelompok yang terdiri dari 4-5
orang siswa secara heterogen, dilihat dari prestasi akademik, jenis
kelamin, ras atau etnik. Sebelum penelitian guru membagi siswa
dalam empat kelompok dengan cara meranking siswa berdasarkan
kemampuan akademik. Golongan pertama adalah siswa yang
memiliki prestasi akademik tinggi, golongan kedua adalah siswa
yang memiliki prestasi akademik sedang, golongan ketiga adalah
siswa yang memiliki prestasi akademik rendah, dan golongan
keempat adalah siswa yang memiliki prestasi akademik sangat
3) Permainan (games)
Permainan ini berupa pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan
dengan materi pelajaran dengan tujuan untuk menguji pengetahuan
siswa dalam presentasi kelas oleh guru dan belajar kelompok.
Games ini berisi pertanyaan sederhana bernomor. Salah satu siswa dari setiap kelompok diharapkan mengambil kartu bernomor dan
mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor
tersebut.
4) Turnamen
Turnamen dilakukan pada akhir siklus atau pada setiap unit setelah
guru melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan
lembar kerja. Setiap kelompok akan bertanding dalam meja
turnamen dan akan dipertandingkan kemampuannya. Setiap
kelompok yang benar dalam menjawab pertanyaan akan mendapat
skor.
5) Penghargaan kelompok
Berdasarkan skor yang diperoleh dalam turnamen, guru akan
mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing tim akan
mendapat sertifikat penghargaan sesuai skor yang didapatkan.
c. Observasi
Pada tahap ini, peneliti melakukan pengamatan atas hasil atau dampak
pelaksanaan tindakan, yaitu meliputi: pengamatan terhadap guru,
Pengamatan juga dilakukan menggunakan perekaman dengan video camcorder.
d. Refleksi
Pada tahap ini dilaksanakan analisis, pemaknaan, dan penyimpulan
hasil observasi terhadap minat belajar siswa. Analisis dilakukan
dengan menggunakan analisis deskriptif. Ada dua macam refleksi yang
dilakukan, yaitu:
1). Refleksi segera setelah suatu pertemuan berakhir, digunakan untuk
mengidentifikasi kekurangan-kekurangan dalam pembelajaran dan
pemecahannya untuk perbaikan dalam pertemuan berikutnya
(penyesuaian rencana pembelajaran atau instrumen yang perlu
disempurnakan).
2). Refleksi pada akhir siklus pertama, digunakan untuk mengetahui
apakah target yang ditetapkan sesuai indikator keberhasilan
tindakan telah tercapai. Secara teknis peneliti melakukan self-reflection dahulu terkait dengan keterampilan kooperatif siswa dalam kegiatan masing-masing fase, kemudian dilakukan refleksi
dan diskusi bersama guru untuk penyempurnaan tindakan dalam
siklus kedua.
2. Siklus kedua
Tahap-tahap dan kegiatan-kegiatan pada siklus kedua pada dasarnya sama
siklus kedua ini pada dasarnya adalah perbaikan siklus pertama dan
didasarkan atas refleksi siklus pertama.
E. Instrumen Penelitian
Beberapa instrumen yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:
1. Instrumen prapenelitian
a. instrumen untuk mengobservasi kegiatan guru di kelas (catatan
anekdotal, lampiran 2)
b. instrumen observasi terhadap siswa dalam mengikuti proses belajar
mengajar di kelas (catatan anekdotal, lampiran 3)
c. instrumen observasi terhadap kelas (catatan anekdotal, lampiran 4)
2. Siklus pertama
a. Perencanaan
Dalam tahap perencanaan dilakukan penyusunan rencana tindakan
berupa persiapan pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan menggunakan instrumen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
RPP ini disusun oleh peneliti untuk menetapkan langkah-langkah apa
saja yang akan dilakukan guru dalam pembelajaran, seperti materi
pelajaran dan strategi pembelajaran serta kegiatan-kegiatan apa saja
yang harus dilakukan siswa dalam rangka implementasi tindakan
b. Tindakan
Tindakan ini merupakan implementasi pembelajaran kooperatif tipe
teams games tournament yang telah direncanakan. Instrumen yang diperlukan meliputi: instrumen untuk mengobservasi guru (lampiran
5), instrumen untuk mengobservasi perilaku siswa (lampiran 6),
instrumen untuk mengobservasi kelas (lampiran 7) dan instrumen
motivasi belajar siswa menggunakan kuesioner sebelum dan setelah
mengikuti pembelajaran kooperatif tipe TGT (lampiran 8&9). Tabel 3.1 Operasionalisasi variabel
Variabel Indikator Nomor butir
Positif Negatif Motivasi belajar 1.adanya hasrat dan
keinginan berhasil
2.adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar 3.adanya harapan dan
cita-cita masa depan
4.adanya penghargaan dalam belajar
5.adanya kegiatan yang menarik dalam belajar
6.adanya lingkungan belajar yang kondusif
1, 7, 10
2, 12, 13
3, 6
15, 16, 17
5, 20
9, 18
4, 8, 11
14
19
Untuk mengukur motivasi ini menggunakan skala Likert dengan empat
alternatif jawaban yang diberi tanda (V) pada lembar yang telah
disediakan yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak
setuju. Bobot yang diberikan untuk alternatif jawaban adalah: sangat
setuju (SS) diberi skor 4, setuju (S) diberi skor 3, tidak setuju (TS)
c. Refleksi
Refleksi dimaksudkan sebagai upaya untuk mengkaji apa yang telah
dan belum terjadi, apa yang dihasilkan, kenapa hal tersebut terjadi
demikian, dan apa yang perlu dilakukan selanjutnya.
Komponen-komponen refleksi dapat digambarkan sebagai berikut:
Analisis pemaknaan penjelasan penyimpulan tindak
lanjut. Instrumen yang digunakan adalah lember refleksi guru dan
lembar refleksi siswa (lampiran 10&11).
F. Analisis Data
Dalam menganalisis data digunakan analisis deskriptif yaitu dengan
pemaparan (deskripsi) data/informasi tentang suatu gejala yang diamati dalam
proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, dan tingkat
keberhasilan dari metode kooperatif tipe TGT sebagaimana adanya dalam bentuk paparan naratif maupun tabel.
BAB IV
GAMBARAN UMUM SEKOLAH
A. Sejarah SMK BOPKRI 1 Yogyakarta
1. Pada tanggal 19 Januari 1967 SMEA BOPKRI Yogyakarta didirikan oleh
Pengurus Yayasan BOPKRI Yogyakarta. Semula menempati gedung di Jl.
Jendral Sudirman No. 57 Yogyakarta, sekarang untuk SMPS BOPKRI
Yogyakarta.
2. Pada tahun 1968 pindah di Jl. Jendral Sudirman No. 24 Yogyakarta
3. Pada tahun 1974 mendapat status Berbantuan.
4. Pada tanggal 1 Maret 1974 SMEA BOPKRI Yogyakarta pindah tempat di
Jalan Wardani No. 2 Kotabaru Yogyakarta.
5. Pada tanggal 28 Desember 1977 mendapat status Bersubsidi.
6. Pada tahun 1986 status atau jenjang akreditasinya Disamakan, berdasarkan
Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah tertanggal 6
Januari 1986 Nomor : 01/C/Kep/I.86
7. Mulai bulan Juli 1997 pindah di Jl. Cik Di Tiro No.37 Yogyakarta.
Namanya diganti menjadi SMK BOPKRI 1 Yogyakarta.
8. Pada tahun 1991 akreditasi yang kedua statusnya tetap sama yaitu
Disamakan.
9. Pada 1998 akreditasi yang ketiga statusnya tetap sama yaitu Disamakan.
10.Pada tahun 2006 akreditasi untuk jurusan Akuntansi dengan peringkat Gol.
A.
B. Visi, Misi, dan Tujuan SMK BOPKRI 1 Yogyakarta 1. Visi SMK BOPKRI 1 Yogyakarta
Menjadi SMK unggul yang menghasilkan lulusan cerdas, terampil,
mandiri, berani berkompetisi, dan berdasarkan kasih.
2. Misi SMK BOPKRI 1 Yogyakarta
a Melaksanakan proses belajar mengajar secara optimal dalam iklim
yang kondusif berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi
b Mengembangakan etos kerja yang produktif dan efisien
c Mengembangkan sekolah dengan instansi lain
d Mengembangkan sarana dan prasarana sekolah
3. Tujuan SMK BOPKRI 1 Yogyakarta
a Tujuan Umum
1) Mengembangkan sistem pembelajaran dan keterampilan kerja
praktik
2) Meningkatkan kualifikasi dan kompetensi guru
3) Meningkatkan budaya kerja yang sesuai dengan dunia kerja
4) Memberikan bekal sikap mental, perilaku luhur, dan kepribadian
yang kuat
5) Menumbuhkan semangat bersaing dan berkompetisi
6) Meningkatkan hubungan yang baik dengan DU/DI dan instansi lain
7) Memperbaiki ruang kelas, laboratorium, dan perpusatakaan yang
memadai
b Tujuan Program Keahlian Akuntansi
Menyiapkan peserta didik agar memiliki sikap, pengetahuan, dan
keterampilan yang kompeten dalam:
1) Menyelesaikan siklus akuntansi perusahaan jasa
2) Menyelesaikan siklus akuntansi perusahaan dagang
3) Menyelesaikan siklus akuntansi perusahaan
c Tujuan Program Keahlian Administrasi Perkantoran
1) Menerapkan dan mengembangkan kemampuan berkomunikasi baik
lisan maupun tertulis kepada relasi dengan memperhatikan norma
dan lingkungan masyarakat
2) Menerapkan dan mengembangkan kemampuan teknologi informasi
untuk melaksanakan tugas secara efektif dan efisien
3) Menerapkan dan mengembangkan kemampuan untuk
merencanakan, melaksanakan, mengorganisasi, dan mengevaluasi
tugas menjadi tanggung jawabnya
4) Menerapkan dan mengembangkan kemampuan dalam mengelola
surat/dokumen sesuai dengan standar operasi dan prosedur untuk
mendukung tugas pokok lembaga
5) Menerapkan dan mengembangkan pelayanan terhadap relasi
sehingga diperoleh manfaat bagi masing-masing pihak
6) Menerapkan dan mengembangkan kemampuan mengelola
administrasi keuangan sehingga segala aspek keuangan dapat
C. Sistem Pendidikan SMK BOPKRI 1 Yogyakarta
Tujuan pendidikan tingkat satuan Pendidikan di SMK BOPKRI 1
Yogyakarta mengacu pada tujuan umum Pendidikan yaitu:
Tujuan Pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, akhlak mulia, serta ketrampilan untuk hidup mandiri dan
mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.
Konsekuensi dari tujuan tersebut sekolah harus memberikan bekal
keilmuan untuk studi lebih lanjut dan mempersiapkan lulusan menjadi tenaga
kerja yang handal dan sesuai dengan kebutuhan Dunia Usaha/Industri/Kerja
(DU/DI/DK), maka SMK BOPKRI 1 Yogyakarta melaksanakan Pendidikan
Sistem Ganda (PSG), yaitu pendidikan yang dilaksanakan di dua tempat
yaitu di sekolah dan di dunia industri, dunia usaha, dan dunia kerja. Bentuk
penyelenggaraan pendidikan keahlian profesional yang memadukan secara
sistematis dan sinkron antara program pendidikan di sekolah dan program
penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kegiatan bekerja langsung di
Dunia Usaha/Industri/Kerja.
Perlu diketahui bahwa mulai tahun pelajaran 1996/1997 SMK BOPKRI
1 Yogyakarta (saat itu bernama SMEA BOPKRI 1) telah melaksanakan