• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya peningkatkan motivasi belajar siswa melalui metode pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament (TGT) pada mata pelajaran akuntansi : studi kasus siswa kelas X Jurusan Akuntansi SMK BOPKRI 1 Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Upaya peningkatkan motivasi belajar siswa melalui metode pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament (TGT) pada mata pelajaran akuntansi : studi kasus siswa kelas X Jurusan Akuntansi SMK BOPKRI 1 Yogyakarta."

Copied!
200
0
0

Teks penuh

(1)

xi ABSTRAK

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI

Studi Kasus pada Siswa Kelas X Jurusan Akuntansi SMK BOPKRI 1Yogyakarta

Crescentiana Sri Widiarti Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2009

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peningkatan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi dengan pokok bahasan siklus akuntansi perusahaan dagang melalui penerapan metode kooperatif tipe teams games tournament (TGT).

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Dengan subyek penelitian adalah siswa kelas X Jurusan Akuntansi SMK BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2008/2009 yang berjumlah 23 siswa. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam 2 siklus dan masing-masing siklus menggunakan waktu 2 jam pertemuan. Dalam penelitian ini diterapkan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan pokok bahasan siklus akuntansi perusahaan dagang. Komponen-komponen utama dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah presentasi materi, pembagian kelompok, games, turnamen, dan penghargaan kepada kelompok. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) instrumen observasi terhadap guru, (2) instrumen observasi terhadap siswa, (3) instrumen observasi terhadap kelas, (4) kuesioner motivasi, (5) instrumen refleksi oleh guru mitra, dan (6) instrumen refleksi oleh siswa terhadap perangkat dan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.

(2)

xii

(3)

xiii ABSTRACT

AN EFFORT TO IMPROVE STUDENTS’ MOTIVATION BY APPLYING COOPERATIVE LEARNING METHOD OF TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) IN ACCOUNTING A Case Study on Students of The Tenth Grade of Accounting Study Program

at BOPKRI 1 Vocational High School Yogyakarta

Crescentiana Sri Widiarti Sanata Dharma University

Yogyakarta 2009

This research aims to find out the increase of student's motivation in learning Accounting on the topic of the trading company's accounting cycle using the cooperative learning method of Teams-Games-Tournament (TGT).

It is a Classroom Action Research (CAR). The research subjects were 23 students of the tenth grade of Accounting Study Program at BOPKRI 1 Vocational High School Yogyakarta in 2008/2009 academic year. The classroom action research was conducted in two cycles, which every cycle lasts in a two-hour lesson. This research applied a cooperative learning method of TGT to teach the trading company's accounting cycle. The primary components of the research consist of (1) instruments for teacher observation, (2) instruments for student observation, (3) instruments for classroom observation, (4) questionnaires on motivation, (5) instruments for reflection from partner teacher, and (6) instruments for reflection from students about the cooperative learning method of TGT.

(4)

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI Studi Kasus: Siswa Kelas X Jurusan Akuntansi SMK BOPKRI 1 Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh:

CRESCENTIANA SRI WIDIARTI NIM: 051334066

PROGAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(5)

i

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI Studi Kasus: Siswa Kelas X Jurusan Akuntansi SMK BOPKRI 1 Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh:

CRESCENTIANA SRI WIDIARTI NIM: 051334066

PROGAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(6)
(7)
(8)

iv

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini untuk:

1. My Lord Jesus Christ, yang selalu mengasihiku lebih dari yang aku tahu dan selalu menemaniku serta menguatkanku dalam menghadapi hari-hariku;

2. Bapak Ignatius Suyadi dan Ibu Yustina Murniati, kedua orang tuaku yang telah memberikan pengorbanan, perhatian dan kasih sayang, serta dukungan dari aku lahir sampai saat ini;

3. Adikku Benediktus Wahyu Widi Arisman, yang memberikan inspirasi kepadaku agar aku bisa jadi kakak yang baik dan bisa menjadi teladan;

(9)

v

MOTTO

Aku berkata kepadamu: ” Engkau hamba-Ku, Aku telah memilih engkau

dan tidak menolak engkau”, janganlah takut, sebab aku menyertai engkau,

janganlah bimbang, sebab aku ini Allahmu, Aku akan meneguhkan, bahkan

akan menolong engkau, Aku akan memegang engkau dengan tangan

kanan-Ku yang membawa kemenangan.

(Yesaya 41:9b-10)

Sebab itu, terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa

Kristus turun menaungi aku. Karena itu aku senang dan rela di dalam

kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan

dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.

(2 Korintus 12:9b-10)

(10)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini merupakan karya asli saya yang tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 22 Agustus 2009

(11)

vii

LEMBAR PERYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Crescentiana Sri Widiarti

Nomor Mahasiswa : 051334066

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul “UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI”. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 22 Agustus 2009

Yang menyatakan

(12)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih-Nya yang besar, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TURNAMENT (TGT) PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI”.

Penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan skripsi ini tidaklah mungkin terlaksana dengan baik tanpa bantuan, kerjasama dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

2. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta; sekaligus selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dan pikiran dalam memberikan bimbingan, memberikan nasehat, memberikan kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini;

4. Bapak S. Widanarto Prijowuntato, S.Pd., M.Si. selaku Dosen Penguji yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini;

5. Ibu B. Indah Nugraheni, S.Pd., S.I.P., M.Pd. selaku Dosen Penguji yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini;

6. Staf pengajar Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan tambahan pengetahuan dalam proses perkuliahan;

(13)

ix

8. Ibu Dra. Indri Pamiyarti selaku Kepala Sekolah SMK BOPKRI 1 Yogyakarta yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian; 9. Staf pengajar, tenaga administrasi, dan siswa SMK BOPKRI 1 Yogyakarta,

khususnya untuk kelas X Akuntansi yang telah membantu kelancaran pelaksanaan penelitian;

10. Seluruh keluargaku: kedua orang tuaku Bapak Ignatius Suyadi dan Ibu Yustina Murniati, adikku Benediktus Wahyu Widi Arisman terima kasih atas segala cinta, kasih sayang, nasehat, pengorbanan serta dukungan baik moril, materiil, maupun spiritual yang telah diberikan selama ini, serta seluruh keluarga besar FX. Hadi Suwignyo dan Pawiro Utomo;

11. Potherku tercinta terima kasih untuk waktu dan perhatian yang selalu kamu berikan untuk menemaniku hari-hariku selama kurang lebih 3 tahun ini, untuk kesabaran dalam menghadapi aku, serta bantuan yang telah kamu berikan selama ini;

12. Keluarga besar Gatotkaca 9: Om Hepy, Bulek Yekti, Budhe Ria, Mas Yudo terima kasih sudah boleh tinggal selama 3 tahun ini, dan d’ Zita terima kasih atas keceriaan yang selalu kamu berikan, serta Dhita, Sance, Vita, Mba Mety, Mba Ningrum, Rya, Tere, Tetty, Mas Anton, dan Mas Budi terima kasih untuk bantuan, dukungan dan kebersamaan yang telah kita lewati bersama-sama, kalian adalah keluarga keduaku;

13. Teman dan sahabat aku: Andry, Rina, Mba Tya, Mba Rina, Mba Asih, Villa, Ertyn, Wulan, Tithe, Tri, Riri, Mas Eka, Wika, Toshu, Erra, Rini, Vita dan semua teman angkatan 2005 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terimakasih untuk kebersamaan selama kurang lebih empat tahun di kampus tercinta, Universitas Sanata Dharma. Hadiah terindah yang penulis terima saat berkenalan, berteman, bersahabat, berbagi, dan memperoleh kenangan indah bersama kalian. Kenangan itu tidak akan pernah terlupakan;

14. Teman-teman kecilku: Dwi Utami dan Radit, Fenty, Vincent, Tri Windarto, Dwi Sadono terima kasih untuk bantuan yang diberikan;

(14)

x

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis senantiasa menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi semua pihak yang berkepentingan.

Penulis

(15)

xi ABSTRAK

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI

Studi Kasus pada Siswa Kelas X Jurusan Akuntansi SMK BOPKRI 1Yogyakarta

Crescentiana Sri Widiarti Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2009

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peningkatan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi dengan pokok bahasan siklus akuntansi perusahaan dagang melalui penerapan metode kooperatif tipe teams games tournament (TGT).

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Dengan subyek penelitian adalah siswa kelas X Jurusan Akuntansi SMK BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2008/2009 yang berjumlah 23 siswa. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam 2 siklus dan masing-masing siklus menggunakan waktu 2 jam pertemuan. Dalam penelitian ini diterapkan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan pokok bahasan siklus akuntansi perusahaan dagang. Komponen-komponen utama dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah presentasi materi, pembagian kelompok, games, turnamen, dan penghargaan kepada kelompok. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) instrumen observasi terhadap guru, (2) instrumen observasi terhadap siswa, (3) instrumen observasi terhadap kelas, (4) kuesioner motivasi, (5) instrumen refleksi oleh guru mitra, dan (6) instrumen refleksi oleh siswa terhadap perangkat dan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.

(16)

xii

(17)

xiii ABSTRACT

AN EFFORT TO IMPROVE STUDENTS’ MOTIVATION BY APPLYING COOPERATIVE LEARNING METHOD OF TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) IN ACCOUNTING A Case Study on Students of The Tenth Grade of Accounting Study Program

at BOPKRI 1 Vocational High School Yogyakarta

Crescentiana Sri Widiarti Sanata Dharma University

Yogyakarta 2009

This research aims to find out the increase of student's motivation in learning Accounting on the topic of the trading company's accounting cycle using the cooperative learning method of Teams-Games-Tournament (TGT).

It is a Classroom Action Research (CAR). The research subjects were 23 students of the tenth grade of Accounting Study Program at BOPKRI 1 Vocational High School Yogyakarta in 2008/2009 academic year. The classroom action research was conducted in two cycles, which every cycle lasts in a two-hour lesson. This research applied a cooperative learning method of TGT to teach the trading company's accounting cycle. The primary components of the research consist of (1) instruments for teacher observation, (2) instruments for student observation, (3) instruments for classroom observation, (4) questionnaires on motivation, (5) instruments for reflection from partner teacher, and (6) instruments for reflection from students about the cooperative learning method of TGT.

(18)

xiv DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

PERSEMBAHAN... iv

MOTTO... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi

KATA PENGANTAR... vii

ABSTRAK... x

ABSTRACT... xii

DAFTAR ISI... xiii

DAFTAR TABEL... xvi

DAFTAR GAMBAR... xvii

DAFTAR LAMPIRAN... xviii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Batasan Masalah... 5

C. Rumusan Masalah... 5

D. Tujuan Penelitian... 5

E. Manfaat Penelitian... 6

BAB II TINJAUAN TEORITIK ... 7

A. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)... 7

B. Pengertian Pembelajaran Kooperatif... 11

C. Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT)... 15

D. Motivasi Belajar Siswa... 19

(19)

xv

BAB III METODE PENELITIAN... 23

A. Jenis Penelitian... 25

B. Lokasi dan Waktu Penelitian... 25

C. Subjek dan Objek Penelitian... 26

D. Prosedur Penelitian... 26

E. Instrumen Penelitian... 32

F. Analisis Data... 34

BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH... 35

A. Sejarah SMK BOPKRI 1 Yogyakarta... 35

B. Visi, Misi, dan Tujuan SMK BOPKRI 1 Yogyakarta... 36

C. Sistem Pendidikan SMK BOPKRI 1 Yogyakarta... 38

D. Kurikulum SMK BOPKRI 1 Yogyakarta... 39

E. Organisasi Sekolah SMK BOPKRI 1 Yogyakarta ... 42

F. Sumber Daya Manusia SMK BOPKRI 1 Yogyakarta... 51

G. Siswa SMK BOPKRI 1 Yogyakarta... 52

H. Kondisi Fisik dan Lingkungan Sekolah SMK BOPKRI 1 Yogyakarta. 52 I. Fasilitas Pendidikan dan Latihan SMK BOPKRI 1 Yogyakarta... 54

J. Majelis Sekolah/Dewan Sekolah/Komite Sekolah SMK BOPKRI 1 Yogyakarta... 55

K. Hubungan SMK BOPKRI 1 Yogyakarta dengan Instansi Lain ... 56

L. Usaha-usaha Peningkatan Kualitas Lulusan SMK BOPKRI 1 Yogyakarta 57 BAB V HASIL OBSERVASI DAN PEMBAHASAN……… 59

A. Deskripsi Penelitian ……….. 59

1. Observasi Pendahuluan……… 59

a. Observasi Guru……….. 60

b. Observasi Siswa………. 63

(20)

xvi

2. Siklus Pertama………. 69

a. Perencanaan……….. 70

b. Tindakan ……… 73

c. Observasi……… 75

d. Tingkat Motivasi Siswa………. 79

e. Refleksi……….. 81

3. Siklus Kedua ……… 86

a. Perencanaan ……….. 86

b. Tindakan ……… 89

c. Observasi……… 91

d. Tingkat Motivasi Siswa………. 95

e. Refleksi……….. 97

B. Komparasi Motivasi Belajar Siswa Sebagai Dampak Penerapan Metode Kooperatif Tipe TGT ... 102

BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN... 106

A. Kesimpulan ... 106

B. Keterbatasan Penelitian ... 107

C. Saran... 107

(21)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel... 33

Tabel 5.1 Kegiatan Guru Dalam Proses Pembelajaran ... 62

Tabel 5.2 Kegiatan Siswa dalam Proses Pembelajaran... 64

Tabel 5.3 Analisis Tingkat Motivasi Siswa Pra Penelitian... 64

Tabel 5.4 Kondisi Kelas Selama Proses Pembelajaran... 66

Tabel 5.5 Aktivitas Guru Pada Siklus I... 76

Tabel 5.6 Minat Siswa Pada Pembelajaran TGT Siklus I... 77

Tabel 5.7 Pengamatan Terhadap Kelas... 78

Tabel 5.8 Analisis Tingkat Motivasi Belajar Siswa Siklus I... 80

Tabel 5.9 Kesan Guru Mitra Terhadap Perangkat Pembelajaran Dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT... 81

Tabel 5.10 Respon Siswa Terhadap Perangkat dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT... 83

Tabel 5.11 Aktivitas Guru Pada Siklus II... 92

Tabel 5.12 Minat Siswa Pada Pembelajaran TGT Siklus II... 94

Tabel 5.13 Pengamatan Terhadap Kelas... 94

Tabel 5.14 Analisis Tingkat Motivasi Belajar Siswa Siklus II... 96

Tabel 5.15 Kesan Guru Mitra Terhadap Perangkat Pembelajaran Dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT... 97

Tabel 5.16 Respon Siswa Terhadap Perangkat dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT... 99

(22)

xviii

DAFTAR GAMBAR

(23)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran... 113 Lampiran 2 Catatan Anekdotal Terhadap Guru dalam Proses Pembelajaran 119

Lampiran 3 Catatan Anekdotal Terhadap Siswa dalam Proses Pembelajaran120 Lampiran 4 Catatan Anekdotal Terhadap Kondisi Kelas dalam Proses

Pembelajaran... 121 Lampiran 5 Instrumen Pengamatan Terhadap Guru dalam Proses

Pembelajaran... 122 Lampiran 6 Instrumen Pengamatan Terhadap Siswa... 123

Lampiran 7 Instrumen Pengamatan Kelas... 124 Lampiran 8 Kuesioner Motivasi Sebelum Pembelajaran... 126 Lampiran 9 Kuesioner Motivasi Setelah Pembelajaran... 127 Lampiran 10 Instrumen Refleksi Kesan Guru Mitra Terhadap Perangkat

Pembelajaran dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT 129 Lampiran 11 Instrumen Refleksi Siswa Terhadap Perangkat dan Model

(24)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Guru sebagai tenaga pendidik dan pengajar di sekolah dituntut mampu

berperan aktif dalam peningkatan kualitas pendidikan Indonesia. Dalam

menjalankan tugasnya tersebut, sayangnya banyak guru belum menyampaikan

materi pelajaran dengan menggunakan metode dan media pembelajaran yang

tepat guna mendukung proses pembelajaran. Dampaknya siswa yang

diajarnya tidak mudah mengerti dan memahami materi pelajaran. Cara-cara

tersebut, juga menyebabkan siswa memiliki motivasi yang rendah selama

mengikuti proses belajar mengajar.

Menurut Uno (2007:1), motivasi adalah dorongan dasar yang

menggerakkan seseorang bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri

seseorang yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu sesuai dengan

dorongan dalam dirinya. Oleh karenanya, motivasi dalam belajar dapat

diartikan sebagai kekuatan atau daya penggerak yang mendorong diri seorang

siswa untuk belajar. Sebagai salah satu bentuk penanda bahwa seseorang

termotivasi dalam belajar adalah adanya hasrat atau keinginan dan kesadaran

untuk belajar.

Guru idealnya mampu menarik kembali perhatian siswa dengan cara

menyampaikan materi pelajaran dengan menggunakan metode dan media

(25)

siswa termotivasi untuk belajar. Tetapi banyak fakta menunjukkan bahwa

motivasi siswa sering tidak muncul ketika siswa mengikuti proses belajar

mengajar. Hal ini disebabkan banyak guru masih menggunakan metode

ceramah saja dalam menyampaikan materi pelajaran. Meskipun tidak ada yang

salah dengan penggunaan metode tersebut, akan tetapi metode tersebut dalam

situasi tertentu tidak tepat. Umumnya, banyak siswa merasa bosan ketika

siswa harus mendengarkan dan memperhatikan materi pelajaran yang sedang

dijelaskan oleh guru.

Pemerintah sudah memberlakukan Kurikulum Berbasis Kompetensi

(KBK) pada tahun 2004. Pada tahun 2006, kurikulum tersebut diubah menjadi

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP adalah kurikulum

operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan

pendidikan (Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006:3). Salah satu prinsip

pelaksanaan KTSP adalah kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan lima

pilar belajar, yaitu: (a) belajar untuk beriman dan bertaqwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa; (b) belajar untuk memahami dan menghayati; (c) belajar

untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif; (d) belajar untuk

hidup bersama dan berguna bagi orang lain; dan (e) belajar untuk membangun

dan menemukan jati diri, melalui proses pembelajaran yang aktif, kreatif,

efektif, dan menyenangkan (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.22,

2006:5). Berdasarkan prinsip tersebut, proses pembelajaran idealnya

menyenangkan dan mendorong siswa terlibat aktif di dalamnya. Guru

(26)

KTSP sudah diterapkan di berbagai sekolah, termasuk di dalamnya SMK

BOPKRI 1 Yogyakarta. Pada setiap mata pelajaran kurikulum disusun

berdasarkan standar isi (SI) yang mencakup lingkup materi dan tingkat

kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis

pendidikan tertentu dan standar kompetensi lulusan (SKL) yang merupakan

kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan dan

keterampilan. Meskipun kurikulum sudah disusun berdasarkan SI dan SKL,

akan tetapi implementasi pada proses belajar mengajarnya belum sesuai

dengan salah satu prinsip KTSP karena proses pembelajaran belum

menyenangkan dan siswa tidak sepenuhnya terlibat dalam proses

pembelajaran tersebut.

Para guru di SMK BOPKRI 1 Yogyakarta umumnya belum

menggunakan metode dan media pembelajaran yang dapat menumbuhkan

keterlibatan seluruh siswa. Sebagian besar siswa memiliki perhatian yang

rendah terhadap proses pembelajaran yang ditunjukkan dengan tidak

dimilikinya hasrat dan kebutuhan untuk belajar. Karena masih dijumpai dalam

kelas terdapat beberapa siswa yang bersikap acuh tak acuh, tidur-tiduran,

bermain HP, ataupun asyik membicarakan hal-hal lain dengan teman di luar

materi pelajaran pada saat guru menjelaskan. Kondisi tersebut menunjukkan

bahwa motivasi belajar siswa masih rendah.

Berdasarkan fenomena tersebut di atas, guru idealnya merubah metode

mengajar yang dirasa kurang efektif. Salah satu metode pembelajaran yang

(27)

Pembelajaran kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam

pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama anggota lainnya

dalam kelompok tersebut. Dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa

tipe, salah satunya adalah tipe teams games tournament (TGT). TGT adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan

seluruh siswa tanpa ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai

tutor sebaya dan mengandung unsur permainan yang menyenangkan (Slavin,

1995:84). Dalam pembelajaran ini terdapat lima komponen yaitu: (1)

presentasi kelas berupa penyampaian materi kepada siswa; (2) pembagian

kelompok/tim untuk mendalami materi; (3) games yang dirancang untuk pembelajaran dalam bentuk permainan yang menyenangkan; (4) turnamen

yang bertujuan untuk menciptakan kompetisi yang sehat antar siswa; dan (5)

penghargaan bagi kelompok yang mendapatkan prestasi terbaik. Diharapkan

dengan menggunakan metode TGT ini akan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dikarenakan pembelajaran dilakukan dalam kelompok. Siswa

akan berdiskusi dengan teman-temannya dan penilaian hasil belajar

menggunakan sistem permainan akademik sehingga pembelajaran menjadi

lebih menyenangkan.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

tindakan kelas, yaitu dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe

teams games tournament (TGT) dan menyelidiki dampaknya terhadap motivasi belajar siswa. Penelitian ini selanjutnya dituangkan dalam judul

(28)

Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) pada Mata Pelajaran Akuntansi”. Penelitian ini akan dilaksanakan pada siswa kelas X

jurusan Akuntansi SMK BOPKRI 1 Yogyakarta.

B. Batasan Masalah

Penelitian ini dimaksudkan untuk menyelidiki bagaimana penerapan

metode pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament pada upaya meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran akuntasi dengan

pokok bahasan siklus akuntansi perusahaan dagang.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka, dirumuskan

permasalahan: bagaimana peningkatan motivasi belajar siswa pada mata

pelajaran akuntansi dengan pokok bahasan siklus akuntansi perusahaan

dagang melalui penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament ?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui bagaimana peningkatan motivasi belajar siswa pada mata

pelajaran akuntansi dengan pokok bahasan siklus akuntansi perusahaan

(29)

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Peneliti

Penelitian ini tentunya akan sangat bermanfaat bagi peneliti yaitu untuk

menambah pengetahuan dan sebagai calon guru dapat memanfaatkan

metode pembelajaran kooperatif ini sebagai alternatif penyampaian materi

pelajaran sehingga pembelajaran menjadi menyenangkan dan berpusat

pada siswa.

2. Guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi guru-guru

untuk menggunakan variasi metode pembelajaran, salah satunya metode

pembelajaran kooperatif tipe TGT sehingga nantinya dapat meningkatkan partisipasi dan minat belajar siswa.

3. SMK BOPKRI 1 Yogyakarta

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan kazanah ilmu

pengetahuan dalam mata pelajaran akuntansi di SMK BOPKRI 1

(30)

BAB II

TINJAUAN TEORITIK

A. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan kelas adalah penelitian oleh sekelompok guru untuk

dapat mengorganisasikan kondisi praktik pembelajaran mereka, dan belajar

dari pengalaman mereka sendiri. Mereka dapat mencobakan suatu gagasan

perbaikan dalam praktek pembelajaran mereka, dan melihat pengaruh nyata

dari upaya itu (Wiriaatmaja, 2007:13). Sedangkan Aqib (2007:12)

mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas atau yang disebut classroom

action research mengandung tiga pengertian yang dapat diterangkan, yaitu: 1. Penelitian

Kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu dari suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.

2. Tindakan

Sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian ini berbentuk rangkaian siklus kegiatan.

3. Kelas

Sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari seseorang guru.

Pendapat lain dikemukakan oleh Susento (2007:1) bahwa penelitian tindakan

kelas merupakan bentuk khusus dari penelitian tindakan. Kekhususannya

terletak pada: (1) situasi sosial yang dimaksud adalah situasi kelas, dan (2)

tindakan atau praktek yang dimaksud adalah pembelajaran dalam kelas

tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa konsep penelitian tindakan

kelas ditujukan untuk memperbaiki suatu proses pembelajaran untuk dapat

(31)

meningkatkan keaktifan peserta didik, sesuai dengan kurikulum yang ada saat

ini. Website PPPG Tertulis Bandung (Susento, 2007:1) menyajikan dua

karakteristik dari penelitian tindakan kelas, yaitu:

1. Permasalahan yang diangkat untuk dipecahkan melalui PTK harus selalu berangkat dari persoalan praktek pembelajaran sehari-hari yang dihadapi guru. Oleh karena itu, PTK dapat dilaksanakan jika guru sejak awal memang menyadari adanya persoalan yang terkait dengan proses dan hasil pembelajaran yang ia hadapi di kelas. Kemudian dari persoalan itu, guru menyadari pentingnya persoalan tersebut untuk dipecahkan secara profesional.

2. PTK diindikasikan oleh adanya tindakan-tindakan (aksi) tertentu untuk memperbaiki proses belajar mengajar di kelas. Oleh karena itu, ciri khas PTK terletak pada adanya tindakan yang dilakukan untuk memperbaiki proses pembelajaran yang ada.

Sedangkan dalam DIKTI penelitian tindakan kelas memiliki tiga

ciri/karakteristik, yaitu:

1. Inkuiri reflektif

PTK berangkat dari permasalahan pembelajaran riil yang sehari-hari dihadapi oleh guru ataupun dosen. Jadi, kegiatan penelitian didasarkan pada pelaksanaan tugas dan pengambilan tindakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

2. Kolaboratif

Upaya perbaikan proses dan hasil pembelajaran tidak dapat dilakukan sendiri oleh dosen, tetapi ia harus berkolaborasi dengan guru. Penelitian tindakan kelas merupakan upaya bersama dari berbagai pihak untuk mewujudkan perbaikan yang diinginkan. Kolaborasi ini harus ditampilkan dalam keseluruhan proses perencanaan, pelaksanaan tindakan, sampai dengan penyusunan laporan hasil penelitian.

3. Reflektif

Penelitian tindakan kelas memiliki ciri khusus, yaitu sikap reflektif yang berkelanjutan. Penelitian tindakan kelas lebih menekankan pada proses refleksi terhadap proses dan hasil penelitian secara terus-menerus untuk mendapatkan penjelasan dan justifikasi tentang kemajuan, peningkatan, kemunduran, kekurangefektivan, dan sebagainya dari pelaksanaan sebuah tindakan untuk dapat dimanfaat-gunakan memperbaiki proses tindakan pada siklus kegiatan lainnya.

Dilakukannya sebuah penelitian dikarenakan terdapat suatu problema

(32)

diperoleh. Begitu juga dengan penelitian tindakan kelas. Dalam Website

PPPG Tertulis Bandung (Susento, 2007:3) dijelaskan beberapa manfaat dari

PTK, yaitu:

1. Inovasi pembelajaran

Dalam inovasi pembelajaran guru perlu selalu mencoba untuk mengubah, mengembangkan, dan meningkatkan gaya mengajarnya agar mampu melahirkan model pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kelasnya. Dalam konteks ini, guru selalu berhadapan dengan siswa yang berbeda dari tahun ke tahun. Oleh sebab itu, jika guru melakukan PTK dari kelasnya sendiri, dan berangkat dari persoalannya sendiri, dan kemudian menghasilkan solusi terhadap persoalan tersebut, maka secara tidak langsung telah terlibat dalam proses inovasi pembelajaran.

2. Pengembangan kurikulum di sekolah dan di kelas

Untuk kepentingan pengembangan kurikulum pada level kelas, PTK akan sangat bermanfaat sebagai salah satu sumber masukan. Hal ini terjadi karena, proses reformasi kurikulum secara teoritik tidak netral. Sebaliknya proses tersebut akan dipengaruhi oleh gagasan-gagasan yang saling berhubungan mengenai hakikat pendidikan, pengetahuan, dan pengajaran. PTK dapat membantu guru untuk dapat lebih memahami hakikat tersebut secara empirik dan bukan sekedar pemahaman yang bersifat teoritik. 3. Peningkatan profesionalisme guru

Guru yang profesional, tidak akan merasa enggan melakukan berbagai perubahan dalam praktik pembelajaran sesuai dengan kondisi kelasnya. PTK merupakan salah satu media yang dapat digunakan oleh guru untuk memahami apa yang terjadi di kelas, dan kemudian meningkatkannya menuju ke arah perbaikan-perbaikan secara profesional. Guru yang profesional perlu melihat dan menilai sendiri secara kritis terhadap praktik pembelajarannya di kelas. Dengan melihat unjuk kerjanya sendiri, kemudian merefleksikan, dan lalu diperbaiki, guru pada akhirnya akan mendapat otonomi secara profesional.

Adapun tujuan dilakukannya penelitian tindakan kelas antara lain

(DIKTI):

1. Memperbaiki dan meningkatkan kualitas isi, masukan, proses, dan hasil pembelajaran

2. Menumbuh-kembangkan budaya meneliti para dosen dan guru agar lebih proaktif mencari solusi terhadap permasalahan pembelajaran

3. Menumbuhkan dan meningkatkan produktivitas meneliti para dosen dan guru, khususnya dalam mencari solusi masalah-masalah pembelajaran 4. Meningkatkan kolaborasi antar dosen-guru dalam memecahkan masalah

(33)

Dalam tahap PTK dilakukan kegiatan-kegiatan yang membentuk siklus.

Tiap-tiap siklus terdiri dari empat langkah sebagai berikut (Susento, 2007:5):

1. Perencanaan tindakan

Menyusun rencana tindakan untuk menguji secara empiris hipotesis tindakan. Rencana tindakan mencakup semua langkah tindakan secara rinci, segala keperluan untuk melaksanakan tindakan, dan berbagai kendala yang mungkin timbul beserta cara mengatasinya.

2. Pelaksanaan tindakan

Melaksanakan semua rencana tindakan dalam proses pembelajaran di kelas.

3. Observasi tindakan

Mengamati pelaksanaan tindakan. Observasi bertujuan untuk mengumpulkan data yang berisi tentang pelaksanaan tindakan dan dampaknya terhadap proses dan hasil pembelajaran. Dalam melaksanakan observasi, guru bisa dibantu oleh pengamat luar (teman sejawat atau orang yang berkompeten).

4. Refleksi terhadap tindakan

(34)

Gambar 2.1

Model Penelitiaan Tindakan Kelas

B. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Menurut Slavin (Solihatin dan Raharjo, 2007:4), cooperative learning adalah suatu model pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam

kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4

sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen.

Sedangkan menurut Anita Lie (2007:12), sistem pengajaran yang memberi

kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa Pelaksanaan

Tindakan (Aksi)

Observasi Perencanaan

Tindakan

Refleksi

Pelaksanaan Tindakan

(Aksi)

Observasi Perencanaan

Ulang

Refleksi SIKLUS I

(35)

dalam tugas-tugas yang terstruktur disebut sebagai sistem “pembelajaran

gotong-royong” atau cooperative learning. Dalam sisitem ini, guru bertindak sebagai fasilitator. Pada dasarnya cooperative learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau

membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam

kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja

sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri.

Cooperative learning juga dapat diartikan sebagai suatu struktur tugas bersama dalam suasana kebersamaan di antara sesama anggota kelompok

(Solihatin dan Raharjo, 2007:4). Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

kooperatif adalah model pembelajaran yang melibatkan kelompok-kelompok

kecil terdiri dari dua orang atau lebih yang anggotanya bersifat heterogen,

dimana kerja sama kelompok sangat dibutuhkan.

Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran

gotong royong harus diterapkan (Anita Lie, 2002:31-35):

1. Saling ketergantungan positif

Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka. Dalam metode jigsaw, Aronson menyarankan jumlah anggota kelompok dibatasi sampai dengan empat orang saja dan keempat anggota ini ditugaskan membaca bagian yang berlainan. Keempat anggota ini lalu berkumpul dan bertukar informasi. Selanjutnya, pengajar akan mengevaluasi mereka mengenai seluruh bagian. Dengan cara ini, mau tidak mau setiap anggota merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya agar yang lain berhasil .

2. Tanggung jawab perseorangan

(36)

adalah persiapan guru dalam penyusunan tugasnya. Dalam teknik jigsaw yang dikembangkan Aronson misalnya, bahan bacaan dibagi menjadi empat bagian dan masing-masing siswa mendapat dan membaca satu bagian. Dengan cara demikian, siswa yang tidak melaksanakan tugasnya akan diketahui dengan jelas dan mudah.

3. Tatap muka

Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Inti dari sinergi adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing.

4. Komunikasi antar anggota

Pembelajar perlu diberitahu secara eksplisit mengenai cara-cara berkomunikasi secara efektif seperti bagaimana caranya menyanggah pendapat orang lain tanpa harus menyinggung perasaan orang tersebut. Tidak ada salahnya mengajar siswa beberapa ungkapan positif atau sanggahan dalam ungkapan yang lebih halus.

5. Evaluasi proses kelompok

Waktu evaluasi tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok, tetapi bisa diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa kali pembelajar terlibat dalam kegiatan pembelajaran kooperatif. Format evaluasi bisa bermacam-macam, bergantung pada tingkat pendidikan siswa.

Ada lima tipe pembelajaran kooperatif (Slavin, 1995:5-7):

1. Student Teams Achievement Division(STAD)

STAD merupakan tipe pembelajaran kooperatif dimana pelajar

berkelompok mengerjakan soal latihan dalam lembar kerja. Tiap kelompok

terdiri dari 4 atau 5 orang, yang terdiri dari seseorang yang berkemampuan

rendah, seorang berkemampuan tinggi, dan sisanya berkemampuan

sedang. Setelah semua kelompok selesai bekerja, pengajar memberi kunci

jawaban soal dan meminta mereka memeriksa hasil kerja. Kemudian

pengajar mengadakan kuis.

2. Teams Games Tournament(TGT)

(37)

dengan mempresentasikan sebuah pelajaran kemudian siswa bekerja di

dalam kelompok-kelompok untuk memastikan bahwa seluruh anggota

kelompok menuntaskan pelajaran tersebut. Namun kuis dalam STAD diganti dengan turnamen. Dalam turnamen ini siswa bertanding dengan

anggota kelompok lain yang mempunyai kemampuan serupa. Dari

turnamen inilah tiap anggota kelompok akan mendapat skor yang akan

disumbangkan pada kelompoknya. Kemudian skor-skor ini akan

dirata-rata untuk menentukan skor kelompok. Skor kelompok yang diperoleh

akan menentukan penghargaan kelompok.

3. Jigsaw

Jigsaw merupakan tipe pembelajaran kooperatif dimana kelompok dibentuk secara heterogen yang terdiri dari 5-6 orang, tiap-tiap pelajar

mempelajari satu bagian materi pelajaran dan kemudian menjelaskan

bagian itu kepada semua anggota kelompok. Kemudian pengajar

mengadakan ulangan/kuis.

4. Learning Together

Tipe learning together merupakan tipe pembelajaran kooperatif dimana pelajar melakukan presentasi bahan kuliah. Setelah itu pelajar dalam

kelompok heterogen terdiri dari 4 sampai 5 orang mengerjakan satu

lembar kerja. Pengajar menilai hasil kerja kelompok. Pelajar kemudian

secara individual mengerjakan kuis yang dinilai oleh pengajar sebagai

(38)

5. Group Investigation

Tipe group investigation merupakan tipe pembelajaran kooperatif dimana tiap-tiap kelompok mempelajari satu bagian materi pelajaran dan

kemudian menjelaskan materi itu kepada semua pelajar di kelas. Pelajar

diharapkan menerima tanggung jawab yang besar untuk menentukan apa

yang akan dipelajari, mengorganisasi kelompok mereka sendiri bagaimana

cara menguasai materi dan memutuskan bagaimana mengkomunikasikan

hasil belajar mereka kepada seluruh kelas.

C. Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT)

Menurut Saco (Suhadi, 2008), dalam TGT siswa memainkan permainan-permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh skor bagi tim

mereka masing-masing. Permainan dapat disusun guru dalam bentuk kuis

berupa pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran.

Kadang-kadang dapat juga diselingi dengan pertanyaan yang berkaitan dengan

kelompok (identitas kelompok mereka). Menurut Suherman (2008), penerapan

model TGT adalah dengan cara mengelompokkan siswa heterogen, tugas tiap kelompok bisa sama bisa berbeda. Setelah memperoleh tugas, setiap kelompok

bekerja sama dalam bentuk kerja individual dan diskusi. Usahakan dinamika

kelompok kohesif dan kompak serta tumbuh rasa kompetisi antar kelompok,

suasana diskusi nyaman dan menyenangkan seperti dalam kondisi permainan

(39)

Setelah selesai kerja kelompok, sajikan hasil kelompok sehingga terjadi

diskusi kelas.

Komponen dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT sebagai berikut

(Slavin 1995:84-88):

1. Presentasi Kelas

Materi yang akan dipelajari dalam kegiatan belajar mengajar

diperkenalkan kepada siswa melalui pengajaran secara langsung yang

dipandu oleh guru. Selama guru menyampaikan materi, siswa harus

memperhatikan. Hal ini akan memudahkan siswa dalam memahami materi

dan mengerjakan soal-soal pada kegiatan belajar kelompok. Presentasi

materi oleh guru menurut Slavin (1995:77) mencakup tiga hal yaitu

pendahuluan, pengembangan dan memandu latihan.

a. Pendahuluan

Dalam pendahuluan guru menyampaikan kepada siswa apa yang akan

mereka pelajari hari itu dan mengapa hal itu penting dipelajari.

b. Pengembangan

1) Dalam menyampaikan materi guru tidak menyimpang dari materi

yang akan diujikan

2) Guru memperagakan konsep bisa dengan alat peraga

3) Guru menguji pemahaman siswa dengan mengajukan pertanyaan

4) Guru menjelaskan mengapa suatu jawaban benar dan mengapa suatu

(40)

5) Segera berganti konsep jika siswa telah menangkap pengertian dari

materi yang disampaikan

c. Memandu latihan

1) Guru mengkondisikan siswa untuk menyiapkan jawaban terhadap

pertanyaan yang disampaikan oleh guru

2) Guru memanggil siswa secara acak, hal ini penting agar seluruh

siswa menyiapkan jawaban atas pertanyaan guru.

2. Kelompok (Teams)

Kelompok atau tim terdiri dari 4-5 orang siswa yang heterogen

berdasarkan kemampuan siswa. Selama kegiatan kelompok berlangsung,

masing-masing anggota kelompok bertugas mempelajari materi atau

menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru pada lembar latihan dan

membantu teman satu kelompok menguasai materi pelajaran tersebut.

Sebelum memulai belajar kelompok, guru dapat menjelaskan beberapa

sikap yang perlu diterapkan kepada siswa agar kerja sama dalam

kelompok dapat berjalan dengan efektif. Pada waktu diskusi, seluruh

anggota kelompok hendaknya berbicara dengan suara pelan, tidak boleh

meninggalkan tugas selama bekerja dalam kelompok, mendiskusikan

jawaban secara bersama-sama, jika ada pertanyaan hendaknya bertanya

dahulu pada teman lain dalam kelompok sebelum bertanya pada guru,

membantu teman lain yang mengalami kesulitan. Selama siswa belajar

dalam kelompok, sebaiknya guru berkeliling kelas, memuji pekerjaan

(41)

3. Permainan (Games)

Permainan ini dirancang untuk mengetahui pemahaman siswa selama

mengikuti kelas presentasi dan belajar dalam kelompok. Dimana

permainan ini berisi tentang pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan

materi sewaktu guru menyajikan materi dan latihan kelompok. Permainan

dilakukan di meja turnamen oleh wakil dari masing-masing kelompok.

Permainan adalah berupa pertanyaan yang dinomori pada selembar kertas,

seorang siswa mengambil nomor kartu dan mencoba menjawab pertanyaan

sesuai dengan nomor yang diambil itu kemudian mencocokan jawaban

bersama-sama dengan teman dalam satu meja turnamen.

4. Turnament (Tournament)

Turnamen dalam hal ini adalah suatu pertandingan antar anggota

kelompok yang berbeda. Turnamen diadakan sesudah guru menyajikan

materi dan siswa belajar dalam kelompok. Pada awal turnamen, guru

menugaskan siswa untuk pindah pada suatu meja turnamen yang sudah

ditentukan sebelumnya, penentuan meja turnamen dalam penelitian ini

didasarkan pada pengamatan oleh guru kelas dan hasil dari tes

sebelumnya. Dalam penelitian ini terdapat 5 meja turnamen yaitu meja I

ada 4 siswa dengan kemampuan tinggi, meja II ada 4 siswa dengan

kemampuan sedang, meja III ada 4 siswa dengan kemampuan sedang,

meja IV ada 3 siswa dengan kemampuan rendah, dan meja V ada 2 siswa

dengan kemampuan rendah. Jalannya turnamen adalah sebagai berikut:

(42)

nomor kartu dan menjawab pertanyaan sesuai dengan nomor kartu yaitu

pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan materi yang telah dipelajari. Apabila

siswa yang mengambil nomor kartu tidak bisa menjawab pertanyaan,

maka pertanyaan bisa dilempar ke teman lain dalam satu meja turnamen

sesuai dengan urutan yang telah disepakati, dan yang benar dalam

menjawab pertanyaan berhak menyimpan kartu tersebut. Kartu yang telah

didapat nantinya akan dijadikan skor untuk penghargaan kelompok.

5. Penghargaan Kelompok

Kelompok yang telah memenangkan pertandingan akan mendapat

sertifikat penghargaan sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.

Pemberian penghargaan tiap kelompok dapat ditentukan berdasarkan skor

kelompok yang didapat dengan menjumlah poin yang didapat pada skor

lembar permainan setiap anggotanya, dan kemudian dicari skor

rata-ratanya.

D. Motivasi Belajar Siswa 1. Pengertian motivasi

Menurut Davies (1987:214), motivasi ialah kekuatan tersembunyi di

dalam diri kita, yang mendorong kita untuk berkelakuan dan bertindak

dengan cara yang khas. Hal senada dikemukakan oleh Uno (2007:1) yang

menyatakan motivasi sebagai dorongan dasar yang menggerakkan

seseorang bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri seseorang yang

(43)

dirinya. Pendapat lain diungkapkan oleh Winkel (Uno, 2007:3) yang

menyatakan bahwa motivasi berasal dari kata motif yaitu daya penggerak

dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu, demi mencapai

tujuan tertentu. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa motivasi belajar

merupakan kekuatan atau daya penggerak yang mendorong diri seorang

siswa untuk belajar.

2. Klasifikasi motivasi

Menurut Uno (2007:4) dari sudut sumber yang menimbulkannya, motif

dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

a. Motif intrinsik

Motif intrinsik timbulnya tidak memerlukan rangsangan dari luar karena memang telah ada dalam diri individu sendiri, yaitu sesuai atau sejalan dengan kebutuhannya. Motif intrinsik dapat ditimbulkan dengan menumbuhkan dan mengembangkan minat terhadap bidang studi yang relevan. Sebagai contoh, memberitahukan sasaran yang hendak dicapai dalam bentuk tujuan instruksional pada saat pembelajaran akan dimulai yang menimbulkan motif keberhasilan mencapai sasaran.

b. Motif ekstrinsik

Motif ekstrinsik timbul karena adanya rangsangan dari luar individu, misalnya dalam bidang pendidikan terdapat minat yang positif terhadap kegiatan pendidikan yang timbul karena melihat manfaatnya. Berikut beberapa hal yang dapat menimbulkan motif ekstrinsik, antara lain (Uno, 2007:4):

1). Pendidik memerlukan anak didiknya, sebagai manusia yang berpribadi, menghargai pendapatnya, pikiranya, perasaannya, maupun keyakinannya

2). Pendidik menggunakan berbagai metode dalam melaksanakan kegiatan pendidikannya

3). Pendidik senantiasa memberikan bimbingan dan juga pengarahan kepada anak didiknya dan membantu apabila mengalami kesulitan, baik yang bersifat pribadi maupun akademis

4). Pendidik harus mempunyai pengetahuan yang luas dan penguasaan bidang studi atau materi yang diajarkan kepada peserta didiknya 5). Pendidik harus mempunyai rasa cinta dan sifat pengabdian kepada

(44)

Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan

keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan

cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan,

lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik.

Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada

siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku,

pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang

mendukung.

Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Uno,

2007:10): (a) adanya hasrat dan keinginan berhasil; (b) adanya

dorongan dan kebutuhan dalam belajar; (c) adanya harapan dan

cita-cita masa depan; (d) adanya penghargaan dalam belajar; (e) adanya

kegiatan yang menarik dalam belajar; dan (f) adanya lingkungan

belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seorang siswa dapat

belajar dengan baik.

3. Peranan motivasi belajar

Menurut Uno (2007:27), ada beberapa peranan penting dari motivasi

dalam belajar dan pembelajaran, antara lain:

a. Peran motivasi dalam menentukan penguatan belajar

Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila seorang anak yang belajar dihadapkan pada suatu masalah yang memerlukan pemecahan, dan hanya dapat dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang pernah dilaluinya.

b. Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar

(45)

jika yang dipelajari itu sedikitnya sudah dapat diketahui atau dinikmati manfaatnya bagi anak.

c. Motivasi menentukan ketekunan belajar

Seorang anak yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu, akan berusaha mempelajarinya dengan baik dan tekun, dengan harapan memperleh hasil yang baik. Dalam hal itu, tampak bahwa motivasi untuk belajar menyebabkan seseorang tekun belajar.

4. Teknik-teknik motivasi

Beberapa teknik motivasi yang dapat dilakukan dalam pembelajaran

sebagai berikut (Uno, 2007:34):

a. Pernyataan penghargaan secara verbal

b. Menggunakan nilai ulangan sebagai pemicu keberhasilan c. Menimbulkan rasa ingin tahu

d. Memunculkan sesuatu yang tidak diduga oleh siswa e. Menjadikan tahap dini dalam belajar mudah bagi siswa

f. Menggunakan materi yang dikenal siswa sebagai contoh dalam belajar g. Gunakan kaitan yang unik dan tak terduga untuk menerapkan suatu

konsep dan prinsip yang telah dipahami

h. Menuntut siswa untuk menggunakan hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya

i. Menggunakan simulasi dan pemainan

j. Memberi kesempatan kepada siswa untuk memperlihatkan kemahirannya di depan umum

k. Mengurangi akibat yang tidak menyenangkan dan keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar

l. Membuat suasana persaingan yang sehat di antara siswa

E. Kerangka Teoritis

Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang

bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri seseorang yang menggerakkan

untuk melakukan sesuatu sesuai dengan dorongan dalam dirinya (Uno,

2007:1). Menurut Uno (2007:34), ada beberapa teknik untuk meningkatkan

motivasi dalam pembelajaran yaitu menggunakan permainan dan membuat

(46)

motivasi belajar adalah adanya penghargaan yang diberikan kepada siswa

dalam proses pembelajaran.

Metode kooperatif tipe TGT adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan seluruh siswa tanpa ada

perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan

mengandung unsur permainan yang menyenangkan (Slavin, 1995:84). Dalam

pembelajaran ini terdapat lima komponen yaitu: (1) presentasi kelas berupa

penyampaian materi kepada siswa; (2) pembagian kelompok/tim untuk

mendalami materi; (3) games yang dirancang untuk pembelajaran dalam bentuk permainan yang menyenangkan; (4) turnamen yang bertujuan untuk

menciptakan kompetisi yang sehat antar siswa; dan (5) penghargaan bagi

kelompok yang mendapatkan prestasi terbaik.

Metode kooperatif tipe TGT ini akan diterapkan pada mata pelajaran

akuntansi dengan pokok bahasan siklus akuntansi perusahaan dagang.

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan di tempat penelitian,

menunjukkan bahwa motivasi siswa masih rendah dalam mengikuti

pembelajaran akuntansi. Terbukti masih dijumpai dalam kelas terdapat

beberapa siswa yang bersikap acuh tak acuh, tidur-tiduran, bermain HP,

ataupun asyik membicarakan hal-hal lain dengan teman di luar materi

pelajaran pada saat guru menjelaskan materi pelajaran. Hal tersebut dapat

terjadi karena guru belum menggunakan metode dan media pembelajaran yang

menyenangkan, hanya memakai metode ceramah dan latihan soal saja.

(47)

dalam kelas sebagai upaya untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.

Karena dalam pembelajaran dengan menggunakan metode kooperatif tipe

TGT siswa diajak untuk belajar dalam kelompok-kelompok yang memungkinkan mereka dapat saling berdiskusi dan dengan adanya permainan

yang menyenangkan, turnamen, serta penghargaan bagi kelompok akan dapat

merangsang siswa untuk tertarik terlibat dalam proses pembelajaran sehingga

(48)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

tindakan kelas (PTK). Ebbut (Wiriaatmadja, 2005:12), PTK adalah kajian

sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan oleh

sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran,

berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut.

Dalam penelitian ini PTK diterapkan pada mata pelajaran akuntansi. PTK

dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe teams

games tournament.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian akan dilaksanakan di SMK BOPKRI 1 Yogyakarta, Jl.

Cik Ditiro No. 37, Yogyakarta.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan Januari-Mei 2009.

(49)

C. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X Jurusan Akuntansi SMK

BOPKRI 1 Yogyakarta.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah peningkatan motivasi belajar siswa melalui

penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament pada mata pelajaran akuntansi.

D. Prosedur Penelitian

Secara operasional penelitian tindakan kelas yang diterapkan dalam

penelitian ini diuraikan sebagai berikut:

1. Kegiatan prapenelitian

a. Observasi pada guru

Salah satu bentuk instrumen observasi adalah observasi anekdoktal

(anecdotal record). Observasi terhadap guru meliputi kegiatan prapembelajaran (melakukan apersepsi dan menyampaikan kompetensi

yang akan dicapai), kegiatan inti (penguasaan materi pelajaran,

pemanfaatan media/sumber belajar, pembelajaran yang memicu dan

memelihara keterlibatan siswa, penilaian proses dan hasil belajar,

penggunaan bahasa), dan kegiatan penutup (melakukan refleksi,

(50)

b. Observasi pada siswa

Observasi anekdotal terhadap perilaku siswa dapat mengungkapkan

berbagai hal yang menarik. Masing-masing individu siswa dapat

diamati secara individual atau berkelompok sebelum, saat berlangsung,

dan sesudah usai pembelajaran. Perubahan pada setiap individu juga

dapat diamati pada saat pembelajaran. Observasi terhadap siswa

meliputi kegiatan prapembelajaran (siswa siap mengikuti proses

pembelajaran), kegiatan inti (siswa memperhatikan penjelasan guru,

siswa menanggapi pembahasan pembelajaran, siswa mencatat hal-hal

penting), kegiatan penutup (siswa mengerjakan tugas dengan baik,

secara pribadi maupun dalam kelompok).

c. Observasi pada kelas

Pengamatan ini sangat bermanfaat karena dapat mengungkapkan

praktik-praktik pembelajaran yang menarik di kelas. Di samping itu,

observasi demikian dapat menunjukkan strategi yang digunakan guru

dalam menangani kendala dan hambatan pembelajaran yang terjadi di

kelas. Observasi anekdotal kelas meliputi deskripsi tentang lingkungan

fisik kelas, tata letaknya, dan suasana pembelajaran dalam kelas

(kerjasama dan hubungan antar siswa).

2. Siklus pertama

Kegiatan yang dilakukan dalam siklus pertama dilaksanakan dalam satu

(51)

a. Perencanaan

Pada tahap ini, dilakukan penyusunan rencana tindakan berupa

penyiapan pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament, yaitu:

1) Peneliti dan guru menggali data awal karakteristik siswa untuk

memetakan para siswa berdasarkan kemampuannya dan

selanjutnya membagi siswa ke dalam kelompok secara heterogen.

Kelompok ini biasanya terdiri dari 4-5 siswa yang heterogen dilihat

dari prestasi akademik, ras, atau etnik. Beberapa perangkat yang

disiapkan dalam tahap ini adalah: rencana pembelajaran dengan

model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament, materi presentasi, latihan soal, lembar jawab siswa, meja turnamen

dan hadiah sebagai penghargaan.

2) Peneliti menyusun instrumen pengumpulan data, meliputi:

a) instrumen untuk mengetahui motivasi belajar siswa berupa

kuesioner sebelum dan setelah pembelajaran

b) instrumen untuk mengobservasi kegiatan guru di kelas

c) instrumen observasi terhadap siswa dalam mengikuti proses

belajar terkait dengan metode pembelajaran kooperatif tipe

TGT

d) instrumen observasi terhadap kelas

e) instrumen refleksi oleh guru mitra

(52)

b. Tindakan

Pada tahap ini, dilaksanakan implementasi pembelajaran kooperatif

tipe teams games tournament sesuai dengan rencana tindakan, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Presentasi kelas

Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi pelajaran

dalam presentasi kelas, baik dengan metode ceramah maupun

diskusi. Selama guru menyampaikan materi, siswa diharapkan

untuk memperhatikan dengan tujuan agar mereka dapat membantu

siswa lainnya dalam kerja kelompok.

2) Membagi siswa dalam kelompok

Guru membagi siswa ke dalam kelompok yang terdiri dari 4-5

orang siswa secara heterogen, dilihat dari prestasi akademik, jenis

kelamin, ras atau etnik. Sebelum penelitian guru membagi siswa

dalam empat kelompok dengan cara meranking siswa berdasarkan

kemampuan akademik. Golongan pertama adalah siswa yang

memiliki prestasi akademik tinggi, golongan kedua adalah siswa

yang memiliki prestasi akademik sedang, golongan ketiga adalah

siswa yang memiliki prestasi akademik rendah, dan golongan

keempat adalah siswa yang memiliki prestasi akademik sangat

(53)

3) Permainan (games)

Permainan ini berupa pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan

dengan materi pelajaran dengan tujuan untuk menguji pengetahuan

siswa dalam presentasi kelas oleh guru dan belajar kelompok.

Games ini berisi pertanyaan sederhana bernomor. Salah satu siswa dari setiap kelompok diharapkan mengambil kartu bernomor dan

mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor

tersebut.

4) Turnamen

Turnamen dilakukan pada akhir siklus atau pada setiap unit setelah

guru melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan

lembar kerja. Setiap kelompok akan bertanding dalam meja

turnamen dan akan dipertandingkan kemampuannya. Setiap

kelompok yang benar dalam menjawab pertanyaan akan mendapat

skor.

5) Penghargaan kelompok

Berdasarkan skor yang diperoleh dalam turnamen, guru akan

mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing tim akan

mendapat sertifikat penghargaan sesuai skor yang didapatkan.

c. Observasi

Pada tahap ini, peneliti melakukan pengamatan atas hasil atau dampak

pelaksanaan tindakan, yaitu meliputi: pengamatan terhadap guru,

(54)

Pengamatan juga dilakukan menggunakan perekaman dengan video camcorder.

d. Refleksi

Pada tahap ini dilaksanakan analisis, pemaknaan, dan penyimpulan

hasil observasi terhadap minat belajar siswa. Analisis dilakukan

dengan menggunakan analisis deskriptif. Ada dua macam refleksi yang

dilakukan, yaitu:

1). Refleksi segera setelah suatu pertemuan berakhir, digunakan untuk

mengidentifikasi kekurangan-kekurangan dalam pembelajaran dan

pemecahannya untuk perbaikan dalam pertemuan berikutnya

(penyesuaian rencana pembelajaran atau instrumen yang perlu

disempurnakan).

2). Refleksi pada akhir siklus pertama, digunakan untuk mengetahui

apakah target yang ditetapkan sesuai indikator keberhasilan

tindakan telah tercapai. Secara teknis peneliti melakukan self-reflection dahulu terkait dengan keterampilan kooperatif siswa dalam kegiatan masing-masing fase, kemudian dilakukan refleksi

dan diskusi bersama guru untuk penyempurnaan tindakan dalam

siklus kedua.

2. Siklus kedua

Tahap-tahap dan kegiatan-kegiatan pada siklus kedua pada dasarnya sama

(55)

siklus kedua ini pada dasarnya adalah perbaikan siklus pertama dan

didasarkan atas refleksi siklus pertama.

E. Instrumen Penelitian

Beberapa instrumen yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:

1. Instrumen prapenelitian

a. instrumen untuk mengobservasi kegiatan guru di kelas (catatan

anekdotal, lampiran 2)

b. instrumen observasi terhadap siswa dalam mengikuti proses belajar

mengajar di kelas (catatan anekdotal, lampiran 3)

c. instrumen observasi terhadap kelas (catatan anekdotal, lampiran 4)

2. Siklus pertama

a. Perencanaan

Dalam tahap perencanaan dilakukan penyusunan rencana tindakan

berupa persiapan pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan menggunakan instrumen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

RPP ini disusun oleh peneliti untuk menetapkan langkah-langkah apa

saja yang akan dilakukan guru dalam pembelajaran, seperti materi

pelajaran dan strategi pembelajaran serta kegiatan-kegiatan apa saja

yang harus dilakukan siswa dalam rangka implementasi tindakan

(56)

b. Tindakan

Tindakan ini merupakan implementasi pembelajaran kooperatif tipe

teams games tournament yang telah direncanakan. Instrumen yang diperlukan meliputi: instrumen untuk mengobservasi guru (lampiran

5), instrumen untuk mengobservasi perilaku siswa (lampiran 6),

instrumen untuk mengobservasi kelas (lampiran 7) dan instrumen

motivasi belajar siswa menggunakan kuesioner sebelum dan setelah

mengikuti pembelajaran kooperatif tipe TGT (lampiran 8&9). Tabel 3.1 Operasionalisasi variabel

Variabel Indikator Nomor butir

Positif Negatif Motivasi belajar 1.adanya hasrat dan

keinginan berhasil

2.adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar 3.adanya harapan dan

cita-cita masa depan

4.adanya penghargaan dalam belajar

5.adanya kegiatan yang menarik dalam belajar

6.adanya lingkungan belajar yang kondusif

1, 7, 10

2, 12, 13

3, 6

15, 16, 17

5, 20

9, 18

4, 8, 11

14

19

Untuk mengukur motivasi ini menggunakan skala Likert dengan empat

alternatif jawaban yang diberi tanda (V) pada lembar yang telah

disediakan yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak

setuju. Bobot yang diberikan untuk alternatif jawaban adalah: sangat

setuju (SS) diberi skor 4, setuju (S) diberi skor 3, tidak setuju (TS)

(57)

c. Refleksi

Refleksi dimaksudkan sebagai upaya untuk mengkaji apa yang telah

dan belum terjadi, apa yang dihasilkan, kenapa hal tersebut terjadi

demikian, dan apa yang perlu dilakukan selanjutnya.

Komponen-komponen refleksi dapat digambarkan sebagai berikut:

Analisis pemaknaan penjelasan penyimpulan tindak

lanjut. Instrumen yang digunakan adalah lember refleksi guru dan

lembar refleksi siswa (lampiran 10&11).

F. Analisis Data

Dalam menganalisis data digunakan analisis deskriptif yaitu dengan

pemaparan (deskripsi) data/informasi tentang suatu gejala yang diamati dalam

proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, dan tingkat

keberhasilan dari metode kooperatif tipe TGT sebagaimana adanya dalam bentuk paparan naratif maupun tabel.

(58)

BAB IV

GAMBARAN UMUM SEKOLAH

A. Sejarah SMK BOPKRI 1 Yogyakarta

1. Pada tanggal 19 Januari 1967 SMEA BOPKRI Yogyakarta didirikan oleh

Pengurus Yayasan BOPKRI Yogyakarta. Semula menempati gedung di Jl.

Jendral Sudirman No. 57 Yogyakarta, sekarang untuk SMPS BOPKRI

Yogyakarta.

2. Pada tahun 1968 pindah di Jl. Jendral Sudirman No. 24 Yogyakarta

3. Pada tahun 1974 mendapat status Berbantuan.

4. Pada tanggal 1 Maret 1974 SMEA BOPKRI Yogyakarta pindah tempat di

Jalan Wardani No. 2 Kotabaru Yogyakarta.

5. Pada tanggal 28 Desember 1977 mendapat status Bersubsidi.

6. Pada tahun 1986 status atau jenjang akreditasinya Disamakan, berdasarkan

Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah tertanggal 6

Januari 1986 Nomor : 01/C/Kep/I.86

7. Mulai bulan Juli 1997 pindah di Jl. Cik Di Tiro No.37 Yogyakarta.

Namanya diganti menjadi SMK BOPKRI 1 Yogyakarta.

8. Pada tahun 1991 akreditasi yang kedua statusnya tetap sama yaitu

Disamakan.

9. Pada 1998 akreditasi yang ketiga statusnya tetap sama yaitu Disamakan.

10.Pada tahun 2006 akreditasi untuk jurusan Akuntansi dengan peringkat Gol.

A.

(59)

B. Visi, Misi, dan Tujuan SMK BOPKRI 1 Yogyakarta 1. Visi SMK BOPKRI 1 Yogyakarta

Menjadi SMK unggul yang menghasilkan lulusan cerdas, terampil,

mandiri, berani berkompetisi, dan berdasarkan kasih.

2. Misi SMK BOPKRI 1 Yogyakarta

a Melaksanakan proses belajar mengajar secara optimal dalam iklim

yang kondusif berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi

b Mengembangakan etos kerja yang produktif dan efisien

c Mengembangkan sekolah dengan instansi lain

d Mengembangkan sarana dan prasarana sekolah

3. Tujuan SMK BOPKRI 1 Yogyakarta

a Tujuan Umum

1) Mengembangkan sistem pembelajaran dan keterampilan kerja

praktik

2) Meningkatkan kualifikasi dan kompetensi guru

3) Meningkatkan budaya kerja yang sesuai dengan dunia kerja

4) Memberikan bekal sikap mental, perilaku luhur, dan kepribadian

yang kuat

5) Menumbuhkan semangat bersaing dan berkompetisi

6) Meningkatkan hubungan yang baik dengan DU/DI dan instansi lain

7) Memperbaiki ruang kelas, laboratorium, dan perpusatakaan yang

memadai

(60)

b Tujuan Program Keahlian Akuntansi

Menyiapkan peserta didik agar memiliki sikap, pengetahuan, dan

keterampilan yang kompeten dalam:

1) Menyelesaikan siklus akuntansi perusahaan jasa

2) Menyelesaikan siklus akuntansi perusahaan dagang

3) Menyelesaikan siklus akuntansi perusahaan

c Tujuan Program Keahlian Administrasi Perkantoran

1) Menerapkan dan mengembangkan kemampuan berkomunikasi baik

lisan maupun tertulis kepada relasi dengan memperhatikan norma

dan lingkungan masyarakat

2) Menerapkan dan mengembangkan kemampuan teknologi informasi

untuk melaksanakan tugas secara efektif dan efisien

3) Menerapkan dan mengembangkan kemampuan untuk

merencanakan, melaksanakan, mengorganisasi, dan mengevaluasi

tugas menjadi tanggung jawabnya

4) Menerapkan dan mengembangkan kemampuan dalam mengelola

surat/dokumen sesuai dengan standar operasi dan prosedur untuk

mendukung tugas pokok lembaga

5) Menerapkan dan mengembangkan pelayanan terhadap relasi

sehingga diperoleh manfaat bagi masing-masing pihak

6) Menerapkan dan mengembangkan kemampuan mengelola

administrasi keuangan sehingga segala aspek keuangan dapat

(61)

C. Sistem Pendidikan SMK BOPKRI 1 Yogyakarta

Tujuan pendidikan tingkat satuan Pendidikan di SMK BOPKRI 1

Yogyakarta mengacu pada tujuan umum Pendidikan yaitu:

Tujuan Pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan,

pengetahuan, akhlak mulia, serta ketrampilan untuk hidup mandiri dan

mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.

Konsekuensi dari tujuan tersebut sekolah harus memberikan bekal

keilmuan untuk studi lebih lanjut dan mempersiapkan lulusan menjadi tenaga

kerja yang handal dan sesuai dengan kebutuhan Dunia Usaha/Industri/Kerja

(DU/DI/DK), maka SMK BOPKRI 1 Yogyakarta melaksanakan Pendidikan

Sistem Ganda (PSG), yaitu pendidikan yang dilaksanakan di dua tempat

yaitu di sekolah dan di dunia industri, dunia usaha, dan dunia kerja. Bentuk

penyelenggaraan pendidikan keahlian profesional yang memadukan secara

sistematis dan sinkron antara program pendidikan di sekolah dan program

penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kegiatan bekerja langsung di

Dunia Usaha/Industri/Kerja.

Perlu diketahui bahwa mulai tahun pelajaran 1996/1997 SMK BOPKRI

1 Yogyakarta (saat itu bernama SMEA BOPKRI 1) telah melaksanakan

Gambar

Gambar 2.1 Model Penelitian Tindakan Kelas..........................................
Gambar 2.1 Model Penelitiaan Tindakan Kelas
Tabel 3.1 Operasionalisasi variabel
tabel berikut:
+7

Referensi

Dokumen terkait

, “Android Application Development for GPS Based Location Tracker & NITR Attendance Management System,” Tesis Electronics & Communication Engineering National

Berdasarkan hasil evaluasi dokumen kualifikasi yang dilaksanakan Panitia Pengadaan Barang/Jasa Dinas Pendidikan Kabupaten Muna Tahun Anggaran 2013, untuk pekerjaan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sifat fisik biji kopi (warna, kadar air, bulk density) yang dihasilkan dari tiga perlakuan penundaan pulping yaitu

Selain itu didapatkan juga 5 atribut kualitas layanan dengan nilai terendah yaitu ketersediaan layanan kesehatan, ketersediaan fasilitas rekreasi dan istirahat,

[r]

Dalam memberikan usulan peralatan pemindah ini dilakukan analisis persentase jumlah kaca pecah dalam waktu pengiriman selama 25 hari kerja, membandingkan beberapa

Dengan demikian, apabila definisi ilmu atau pengetahuan tersebut diaplikasikan terhadap objek materia atau sesuatu, yang mana sesuatu atau objek pengetahuan

tanpa ijin tertulis dari Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.. Diperiksa oleh :