• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN 1974-2008.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN 1974-2008."

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

Mochammad Rendy Putra Harfiansyah, 2015

PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN 1974-2008 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan Departemen Pendidikan Sejarah

Oleh:

MOCHAMMAD RENDY PUTRA HARFIANSYAH

0800963

DEPARTEMEN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Mochammad Rendy Putra Harfiansyah, 2015

PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN 1974-2008 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Oleh:

MOCHAMMAD RENDY PUTRA HARFIANSYAH

Sebuah Skripsi Yang Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Mochammad Rendy Putra Harfiansyah 2015

Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2015

Hak Cipta dilindungi Undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

Mochammad Rendy Putra Harfiansyah, 2015

PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN 1974-2008 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

TAHUN 1974-2008

Oleh:

Mochammad Rendy Putra Harfiansyah

0800963

Disetujui dan disahkan oleh:

Pembimbing I

Drs. H. Ayi Budi Santosa, M.Si. NIP. 19630311 198901 1001

Pembimbing II

Drs. Syarif Moeis NIP. 19590305 198901 1001

Mengetahui,

Ketua Departemen Pendidikan Sejarah

(4)

Mochammad Rendy Putra Harfiansyah, 2015

PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN 1974-2008 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

i ABSTRAK

Perkembangan Kesenian Brai di Kota Cirebon Tahun 1974-2008 Oleh

Mochammad Rendy Putra Harfiansyah

0800963

Skripsi ini membahas mengenai sejarah lokal pada masyarakat Kota Cirebon. Penelitian ini diharapkan dapat menumbuhkan apresiasi baik dari masyarakat maupun pemerintah untuk berusaha menjaga dan melestarikan budaya lokal. Latar belakang permasalahan yang dikaji karena adanya kekhawatiran peneliti terhadap perkembangan kebudayaan daerah Cirebon yang semakin lama mulai terlupakan. Pada umumnya masyarakat Cirebon belum banyak mengetahui mengenai budaya asli daerahnya. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian

ini adalah “Bagaimana Perkembangan Kesenian Brai di Kota Cirebon Tahun

1974-2008?”.Untuk memfokuskan penelitian, terdapat empat rumusan masalah, yaitu; “1). Bagaimana Latar Belakang munculnya kesenian Brai di Kota Cirebon Tahun 1974-2008? 2). Bagaimana Peran dan Fungsi Kesenian Brai di Kota Cirebon Tahun 1974-2008? 3). Bagaimana Tanggapan Masyarakat Terhadap Kesenian Brai di Kota Cirebon Tahun 1974-2008? 4). Apa Upaya yang dilakukan Pemerintah Terhadap Kesenian Brai di Kota Cirebon Tahun 1974-2008?”. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode historis yang tahapan pertamanya adalah pengumpulan data, kedua, analisis sumber, ketiga, interpretasi, dan keempat adalah historiografi. Dari tahapan tersebut, dapat diketahui perkembangan yang terjadi pada kesenian Brai di Cirebon pada tahun 1974-2008, yang didalamnya terdapat peran kesenian Brai di masyarakat, perubahan fungsi, alat musik yang digunakan, bentuk pementasan, lagu-lagu yang dibawakan, tanggapan-tanggapan, hingga upaya-upaya pelestarian kesenian Brai sebagai bagian dari budaya lokal. Pada perkembangannya tahun 1974-2008, kesenian Brai mengalami tiga perubahan fungsi, pertama, sebagai media dakwah dalam penyebaran agama Islam, kedua, sebagaibagiandari ritual adatmasyarakat, dan ketiga, sebagai seni hiburan di masyarakat hingga bersifat komersil.

(5)

Mochammad Rendy Putra Harfiansyah, 2015

PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN 1974-2008 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK………..…...…………..…........…...... i

KATA PENGANTAR……….………...……... ii

UCAPAN TERIMAKASIH…...………..………... iii

DAFTAR ISI……….………... v

DAFTAR LAMPIRAN...……….………... viii

BAB I PENDAHULUAN………...……….…... 1

1.1. Latar Belakang Penelitian…………...….……….…….... 1

1.2. Rumusan Masalah…..………...……….…... 6

1.3. Tujuan Penelitian……..……….……...… 7

1.4. Manfaat Penelitian…..……...………...….... 7

1.5. Struktur Organisasi Skripsi...……...……....…... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA…...………... 10

2.1. Kebudayaan ... 10

2.1.1. Kesenian.…...…..………...……… 12

2.1.2. Kearifan Budaya Lokal... 15

2.1.3. Warisan Budaya……… 16

2.2. Akulturasi... 17

2.3. Teori Orientasi Nilai Budaya...18

2.4. Teori Upacara... 20

2.5. Penelitian Terdahulu... 22

2.5.1. Skripsi... 22

2.5.2. Jurnal... 23

2.5.3. Buku-Buku... 25

BAB III METODE PENELITIAN……..…….………... 27

3.1 Persiapan Penelitian……….……...………... 28

3.1.1. Penentuan dan Pengajuan Tema Penelitian..………….... 28

3.1.2. Penyusunan Rancangan Penelitian…...

(6)

Mochammad Rendy Putra Harfiansyah, 2015

PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN 1974-2008 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

vi

3.1.3. Proses Bimbingan dan Konsultasi…....…... 31

3.2. Pelaksanaan Penelitian………..……..……...………... 31

3.2.1. Pengumpulan Sumber (Heuristik)..…...…… 32

3.2.2. Verifikasi (Kritik Sumber)…………... 37

3.2.2.1. Kritik Eksternal…………... 38

3.2.2.2. Kritik Internal…………... 39

3.3. Interpretasi……...…..………...………... 40

3.4. Pendekatan………….…...………... 41

3.5. Laporan Penelitian………... 41

BAB IV KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON (1974-2008)... 43

4.1 Gambaran Umum………... 43

4.1.1. Kondisi Geografis………... 43

4.1.2. Masyarakat Cirebon... 44

4.1.3. Kesenian Cirebon……….. 46

4.2 Latar Belakang Munculnya Kesenian Brai... 47

4.2.1. Brai Nurul Iman……….... 51

4.2.2. Brai Gunung Jati ... 53

4.2.3. Brai Bakung... 54

4.2.4. Brai Purwawinangun………. 54

4.3. Peranan Kesenian Brai... 55

4.4. Fungsi Kesenian Brai... 58

4.4.1. Alat Musik (Waditra) dan Busana... 68

4.4.2. Lagu-Lagu dalam Kesenian Brai... 70

4.4.3. Bentuk Pementasan Kesenian Brai... 71

4.4.4. Tokoh-Tokoh Kesenian Brai………. 72

4.5. Tanggapan Pelaku dan Penikmat Terhadap Kesenian Brai…… 73

4.6. Upaya yang dilakukan Pemerintah dan Masyarakat…………... 75

BAB V SIMPULAN DAN SARAN………... 80

5.1 Kesimpulan... 80

5.2 Saran... 82

(7)

Mochammad Rendy Putra Harfiansyah, 2015

PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN 1974-2008 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

vii

LAMPIRAN

(8)

Mochammad Rendy Putra Harfiansyah, 2015

PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN 1974-2008 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Kesenian tradisional yang tumbuh dan berkembang di Jawa Barat

memiliki jenis yang beragam. Keanekaragaman jenis kesenian tradisional itu

dalam perkembangannya tidak dapat dilepaskan dari kehidupan masyarakat

pendukungnya, sebab kesenian tradisional telah lahir, tumbuh dan berkembang

dalam lingkungan masyarakat penyangganya. Demikian pula dengan

perkembangannya yang mendapat pengaruh dari lingkungan. Di tengah-tengah

perubahan pola kehidupan masyarakat tersebut, masih diharapkan kesenian

tradisional di wilayah Jawa Barat tidak sirna dalam kehidupan masyarakatnya.

Penguatan suatu nilai budaya biasanya terjadi pada masyarakat yang

belum banyak tersentuh pola pengaruh budaya asing walaupun dalam kondisi

yang cukup memprihatinkan. Adanya perhatian dari kaum intelektual terhadap

pentingnya nilai-nilai budaya dan seni tradisional yang masih hidup di dalam

masyarakat sangatlah berarti bagi generasi penerus yang akan mewarisi nilai-nilai

budaya tradisional tersebut. Kesenian Brai adalah seni tradisional yang tumbuh di

daerah Cirebon dan Indramayu, Jawa Barat, sejenis solawatan atau terebangan

yang terdapat pada masyarakat Muslim di banyak daerah di Nusantara.

Berdasarkan (Wahidin, 2013: 32) sejarah munculnya Kesenian Brai,

diperkirakan sekitar abad ke-14 Masehi. Bentuknya berupa nyanyian yang

dibawakan sekelompok masyarakat dan dinyanyikan secara berbarengan,

kemudian kesenian ini digunakan sebagai media penyebaran agama Islam. Oleh

karena itu, syair lagu yang dinyanyikan dalam kesenian Brai berisikan puji-pujian

dan ajakan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Lantunan lagu dalam kesenian tersebut bernuansa Islami dengan

(9)

Mochammad Rendy Putra Harfiansyah, 2015

PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN 1974-2008 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ketipung, atau kendang. Kesenian Brai biasanya dilakukan pada saat terang bulan

purnama dan dipertunjukkan di halaman atau pelataran rumah.

Memasuki tahun 1970-an kesenian tersebut telah banyak dimainkan di

pesantren-pesantren di Cirebon sebagai seni hiburan oleh para santri sehingga

kesenian tersebut menyebar ke desa-desa di Cirebon. Pada perkembangan

selanjutnya, Seni Brai sering dimainkan oleh warga pada acara-acara keagamaan

maupun syukuran, contohnya pada tanggal belasan sampai dua puluhan bulan

Muharam, malam Lailatul Qadar, Maulid Nabi, kelahiran bayi, selamatan rumah,

dan selamatan di makam. Dengan demikian, kesenian Brai tidak biasa dan

memang bukan dimaksudkan sebagai seni hiburan dalam panggung untuk untuk

ditonton oleh banyak orang.

Namun dengan mulai munculnya beberapa grup Brai yang sering

mengadakan pertunjukan yang tujuannya agar kesenian ini tetap lestari dan tidak

punah seiring berkembangnya zaman. Untuk tetap mempertahankan keberadaan

Brai, para grup Brai di Cirebon mulai menampilkan kesenian itu pada acara yang

ramai pengunjungnya, seperti pembukaan Musabaqah Tilawatil Alquran (MTQ).

Hal itu sesuai dengan apa yang diungkapkan Yoety (1986:13) dalam

bukunya Budaya Tradisi Yang Hampir Punah bahwa:

“Kesenian tradisional adalah kesenian yang sejak lama turun temurun hidup dan berkembang pada suatu daerah, masyarakat etnik tertentu yang perwujudannya mempunyai peranan tertentu dalam masyarakat pendukungnya”.

Berlakunya peraturan mengenai otonomi daerah pada tahun 1999 hingga

memasuki tahun 2004 pemerintah pusat melakukan amandemen dengan

mengeluarkan UU No 32 Tahun 2004 mengenai Pemerintah Daerah, seharusnya

dengan diberlakukannya Undang-Undang tersebut pemerintah daerah, yaitu

Walikota atau Bupati bisa lebih memperhatikan aset-aset yang dimiliki daerahnya

khususnya aset budaya dengan berbagai cara serta mengajak masyarakatnya ikut

menjaga kesenian lokal agar kesenian tersebut tetap lestari dan berkembang

terutama kesenian Brai. Walaupun keberadaan kesenian Brai masih bisa bertahan

(10)

Mochammad Rendy Putra Harfiansyah, 2015

PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN 1974-2008 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

orang tua dan generasi mudanya kurang tertarik dengan kesenian ini karena lebih

tertarik dengan musik-musik modern yang lebih banyak menawarkan berbagai

genre musik dan lirik lagu yang lebih simpel dan mudah diingat sehingga

berdampak pada kurangnya minat generasi muda untuk mempelajari kesenian

Brai. Dengan alasan tersebut, pemerintah daerah dengan otonominya diharapkan

dapat menjaga kesenian di daerahnya. Hal ini senada dengan apa yang

diungkapkan Soedarsono dalam bukunya Perkembangan Kesenian Kita

Menjelang Abad XXI (1991:26) bahwa:

“Dampak paling jelas dari masuknya budaya luar terutama barat ke Indonesia adalah menurunnya minat masyarakat, terutama generasi muda terhadap sesuatu yang sifatnya etnik. Hal ini disebabkan pemahaman tentang seluk beluk seni ini sendiri sangat lemah”.

Keberadaan kesenian tradisional yang semakin hari semakin ditinggalkan

oleh masyarakat yang terpengaruh oleh perkembangan zaman memerlukan

adanya sikap mental yang bertanggung jawab dari para pecinta seni khususnya

kesenian Brai yang sekarang ini kurang begitu diminati oleh masyarakat pada

umumnya dan generasi muda khusunya, hal ini tercermin dengan pendapat

Sedyawati dalam bukunya Pertumbuhan Seni Pertunjukan (1981 :61) berikut: “Seni tradisi juga menjadi isoterik karena sebagian besar pendukungnya sudah meninggalkan dengan berbagai alasan, bahwa seni tradisi sudah tidak sesuai lagi dengan arus perkembangan zaman, sudah tidak memadai cita rasa modern. Alangkah celaka masyarakat kita sekarang ini dengan yang lama belum dikenal, dengan yang baru sudah dikenal. Dalam keadaan seperti ini kegiatan apresiasi menjadi lebih penting”. Bentuk dari kesenian tradisional saat ini sedang atau telah mengalami

pergeseran fungsi di masyarakat akibat dari dinamisasi kehidupan yang menuntut

adanya perubahan seiring dengan berubahnya zaman dan pola pikir masyarakat.

Perubahan-perubahan tersebut menyebabkan terjadinya pergeseran nilai sehingga

pada kenyataan di lapangan terdapat beberapa versi atau pandangan terhadap seni

dan budaya. Pada satu pihak ada yang ingin menyesuaikan diri dengan perubahan

kemajuan dari ilmu pengetahuan dan teknologi, pada lain pihak ada yang masih

(11)

Mochammad Rendy Putra Harfiansyah, 2015

PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN 1974-2008 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bahkan tidak sedikit orang yang mengetahui seni dan budaya daerahnya

sendiri, sementara seni dan budaya asing dipertahankan dalam gaya

kehidupannya. Kepunahan sebuah kesenian lokal sebagai aset budaya daerah

dapat terjadi apabila dalam masyarakatnya terutama generasi muda kurang peduli

dan tidak mempunyai keinginan untuk meneruskan, mengembangkan serta

melestarikan keberadaan seni tradisional tersebut. Para generasi muda umumnya

lebih memilih untuk menikmati kesenian-kesenian yang bersifat lebih modern.

Kesenian Brai merupakan salah satu aset kesenian yang ada di daerah

Kota Cirebon. Sebagai salah satu seni budaya yang sangat menyatu dengan

kehidupan masyarakat maka kesenian ini perlu dipertahankan eksistensi dan

kelestariannya. Menurut salah satu pelaku kesenian Brai Haji Samir (21-3-15)

menyebutkan kalau kesenian ini hanya dilakukan dan dinikmati oleh satu generasi

saja yaitu kebanyakan dari mereka yang sudah berumur 40 tahun keatas, dengan

kenyataan seperti ini bukan tidak mungkin jika beberapa tahun kedepan aset seni

yang berharga ini bisa hilang ditelan zaman yang semakin modern.

Upaya untuk pelestarian dari instansi terkait di Cirebon pun dirasakan

masih kurang terhadap keberadaan dan perkembangan kesenian Brai. Setelah

semakin berkembangnya modernisasi ditengah kehidupan masyarakat, maka

kesenian Brai mulai dipentaskan diberbagai kesempatan yang tujuannya agar

kesenian ini dapat diperkenalkan pada generasi muda dan sebagai bentuk upaya

agar kesenian Brai tetap lestari sampai generasi-generasi yang akan datang.

Seni budaya tradisional yang ada di Kota Cirebon sudah seharusnya

dijaga, bukan hal yang mustahil jika suatu saat akan mengalami kekosongan yang

berujung pada punahnya kesenian tersebut ditempat seni budaya itu muncul dan

berkembang. Padahal mengingat keberadaannya itu sebagai salah satu komoditi

penting dalam seni budaya masyarakat khususnya seni rupa, kesenian Brai ini

sudah seharusnya mendapat perhatian yang lebih dari pemerintah, karena hal ini

dikhawatirkan bisa mengikis secara perlahan kelestariannya. Kekhawatiran ini

pun diperkuat dengan adanya kenyataan bahwa ada permasalahan dari segi

(12)

Mochammad Rendy Putra Harfiansyah, 2015

PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN 1974-2008 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka penulis berpendapat bahwa

kesenian ini sangat penting untuk diteliti dengan beberapa alasan sebagai berikut:

Pertama, Sebagai putra daerah merupakan suatu kewajiban untuk

melestarikan sejarah dan budaya lokal yang ada di Kota Cirebon. Hal ini

bertujuan untuk memahami sejarah dan perkembangan kesenian di Cirebon,

sehingga diharapkan dengan adanya penelitian ini bisa memberikan suatu

pengetahuan baru kepada generasi muda tentang adanya kesenian Brai yang

merupakan kesenian tradisional di Kota Cirebon. Berangkat dari rasa kepedulian

terhadap nilai-nilai seni dan budaya lokal yang akhir-akhir ini kurang mendapat

perhatian dan dukungan sehingga ikut mengancam terhadap eksistensi seni

budaya nasional. Begitu pula dengan kesenian Brai yang ada di daerah Cirebon ini

di tengah arus modernisasi seperti sekarang, kesenian Brai hampir kurang

diperhatikan oleh masyarakat, namun patut disyukuri karena kesenian ini masih

bisa terus berkembang hingga saat ini. Hal ini disebabkan antara lain bahwa

kesenian Brai sendiri kurang diminati para penerusnya terutama generasi muda

sehingga terhambat dari segi regenerasi yang seharusnya dapat

berkesinambungan. Masyarakat, sebagai pemilik sah kesenian ini, hendaknya

melakukan usaha untuk terus melestarikan kesenian Brai ini dengan cara

menggerakkan kesadaran bersama atau mengadakan pementasan-pementasan di

lingkungan pemerintahan dan lingkungan pendidikan untuk lebih

memperkenalkan kesenian Brai ini kepada masyarakat yang belum mengetahui

bahwa kesenian Brai ini merupakan salah satu dari identitas budaya masyarakat

Cirebon.

Kedua, Sebagai mahasiswa sejarah, penulis tertarik dengan penelitian

mengenai kesenian tradisional yang ada di Kota Cirebon yaitu kesenian Brai.

Berdasarkan permasalahan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

lebih jauh tentang kesenian Brai. Penelitian ini ditujukan guna mengetahui lebih

jauh tentang perkembangan kesenian Brai serta ingin mengetahui bagaimana

upaya seniman, masyarakat setempat, dan instansi pemerintah setempat

(13)

Mochammad Rendy Putra Harfiansyah, 2015

PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN 1974-2008 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

melestarikan kesenian Brai. Alasan ketertarikan peneliti pada masalah tersebut

karena ada sebuah kesenjangan yang terjadi antara pelaku kesenian Brai dengan

masyarakat karena hingga saat ini, kesenian Brai masih hidup dan berkembang

tetapi kurang begitu dikenal oleh masyarakat Cirebon umumnya dan para generasi

muda khususnya. Di samping memiliki nilai tatanan budaya serta pesan moral

yang tinggi tetapi keberadaan dan perkembangannya kurang begitu mendapat

perhatian dari pihak-pihak terkait dan pemerintah. Selain itu kesenian ini

dihadapkan pada perubahan masyarakat serta perubahan lingkungan sosial

sebagai dampak modernisasi. Penelitian ini juga bertujuan untuk melihat

pengaruh perubahan yang terjadi pada masyarakat Kota Cirebon terutama

terhadap perkembangan sosial dan budaya masyarakatnya. Dalam skripsi ini

penulis untuk mengkaji lebih dalam tentang perkembangan kesenian Brai di Kota

Cirebon. Maka diangkatlah judul Perkembangan Kesenian Brai di Kota Cirebon

Tahun 1974-2008 (Suatu Kajian Sosial Budaya).

1.2. Rumusan Masalah

Dari judul penelitian yang penulis ajukan, penulis membatasi kajiannya

dalam satu rumusan masalah besar yaitu “Bagaimana Perkembangan Kesenian

Brai di Kota Cirebon pada tahun 1974-2008 ditinjau dari sudut pandang Sosial dan Budaya?” Dari rumusan masalah tersebut penulis akan membatasi dengan beberapa sebagai berikut :

1. Bagaimanakah latar belakang munculnya Kesenian Brai di Kota Cirebon?

2. Bagaimanakah peran dan fungsi Kesenian Brai di Kota Cirebon tahun

1974-2008?

3. Bagaimanakah tanggapan masyarakat baik pelaku maupun penikmat Kesenian

Brai di Kota Cirebon tahun 1974-2008?

4. Apakah upaya yang di lakukan masyarakat Cirebon untuk mempertahankan

(14)

Mochammad Rendy Putra Harfiansyah, 2015

PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN 1974-2008 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan utama yang ingin dicapai penulis dalam penelitian ini adalah

menjelaskan perkembangan kesenian Brai tahun 1974-2008 di Kota Cirebon.

Adapun tujuan khusus dalam penelitian adalah sebagai berikut :

1. Mendeskripsikan tentang latar belakang munculnya Kesenian Brai di Kota

Cirebon;

2. Mendeskripsikan peran dan fungsi Kesenian Brai di Kota Cirebon tahun

1974-2008;

3. Mengungkapkan tanggapan dari masyarakat baik pelaku maupun penikmat

Kesenian Brai di Kota Cirebon tahun 1974-2008;

4. Menjelaskan upaya apa saja yang dilakukan oleh masyarakat Cirebon untuk

mempertahankan keberadaan Kesenian Brai tahun 1974-2008.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut:

1. Menambah wawasan penulis tentang keberadaan kesenian tradisional yang

perlu dilestarikan, khususnya kesenian Brai di Kota Cirebon.

2. Memperkaya penulisan sejarah terutama sejarah lokal yang ada di Jawa Barat.

3. Dapat memberikan suatu masukkan kepada pemerintah daerah setempat

khususnya, kepada pemerintah pusat pada umumnya, agar terus melakukan

upaya-upaya yang dapat membangkitkan kembali kesenian tradisional yang

hampir punah baik melalui regenerasi maupun melalui upaya-upaya lainnya.

Apalagi mengingat kesenian Brai merupakan salah satu aset kesenian yang

dimiliki Kota Cirebon, sebagai salah satu seni budaya yang sangat menyatu

dengan kehidupan masyarakat sehingga kesenian ini perlu diperhatikan

eksistensi dan kelestariannya.

4. Menjadi bahan muatan lokal di sekolah sehingga generasi muda khususnya

(15)

Mochammad Rendy Putra Harfiansyah, 2015

PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN 1974-2008 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1.5. Struktur Organisasi Skripsi

Penelitian ini disusun berdasarkan struktur organisasi skripsi yang

telah ditentukan oleh pihak Universitas Pendidikan Indonesia untuk menyusun

skripsi.

Adapun struktur yang akan digunakan dalam skripsi ini adalah sebagai

berikut:

Bab I Pendahuluan, bab ini akan menjelaskan tentang latar belakang

masalah yang di dalamnya termuat penjelasan mengapa masalah yang diteliti

muncul dan penting serta memuat alasan pemilihan masalah tersebut sebagai

judul. Bab ini juga berisi perumusan dan pembatasan masalah yang disajikan

dalam bentuk pertanyaan untuk mempermudah peneliti mengkaji dan

mengarahkan pembahasan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penjelasan

judul, metode dan teknik penelitian serta sistematika penulisan.

Bab II Kajian Pustaka, dalam bab ini, akan diuraikan mengenai tinjauan

terhadap sumber-sumber yang akan digunakan dalam penelitian ini. Penulis

akan menjelaskan mengenai sumber-sumber yang akan digunakan oleh

penulis dalam mengkaji permasalahannya

Bab III Metode Penelitian, bab ini membahas langkah-langkah, metode dan

teknik penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam mencari sumber-sumber,

cara pengolahan sumber, analisis dan cara penulisannya. Semua prosedur

dalam penelitian akan di bahas pada bab ini

Bab IV Pembahasan, bab ini merupakan isi utama tulisan yang akan

menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada pada rumusan masalah dan batasan

masalah. Pada Bab ini akan dijelaskan Perkembangan Kesenian Brai di Kota

Cirebon Tahun 1974-2008: Suatu Kajian Sosial Budaya, yang meliputi: Latar

belakang lahirnya kesenian Brai di Kota Cirebon, perkembangan kesenian Brai

pada kurun waktu 1974 hingga 2008, tanggapan masyarakat baik pelaku

maupun penikmat Kesenian Brai di Kota Cirebon, dan upaya masyarakat Cirebon

(16)

Mochammad Rendy Putra Harfiansyah, 2015

PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN 1974-2008 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bab V Simpulan dan Saran, bab ini mengemukakan kesimpulan yang

merupakan jawaban dan analisis peneliti terhadap masalah-masalah secara

keseluruhan. Hasil temuan akhir ini merupakan pandangan dan interpretasi

(17)

Mochammad Rendy Putra Harfiansyah, 2015

PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN 1974-2008 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

METODE PENELITIAN

Dalam bab ini akan membahas mengenai metode penelitian yang digunakan

untuk proses penyusunan skripsi ini. Metode yang digunakan untuk menyusun

penelitian ini adalah metode sejarah, Metode sejarah mengandung pengertian

proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa

lampau (Gotschalk, 2008:39). Dalam penyusunan penelitian ini dituntut

menemukan fakta, menilai dan menafsirkan fakta-fakta yang diperoleh secara

sistematis dan objektif untuk disimpulkan dari objek yang ditulis.

Adapun langkah-langkah yang akan penulis gunakan dalam melakukan

penelitian sejarah ini sebagaimana dijelaskan oleh Sjamsuddin (2007: 89):

1. Pemilihan Topik agar fokus penelitian menjadi terarah dan mempunyai

batasan untuk dibahas.

2. Pengumpulan Sumber atau Heuristik. Dalam buku Sjamsuddin (2007: 86).

Heuristik yaitu sebuah kegiatan mencari sumber-sumber dalam

mendapatkan data-data atau materi sejarah, atau evidensi sejarah. Tahap

pengumpulan sumber-sumber sejarah yang dianggap relevan dengan topik

yang dipilih. Cara yang dilakukan adalah mencari dan mengumpulkan

sumber, buku-buku dan artikel-artikel yang berkaitan dengan permasalahan

yang dikaji. Sumber penelitian sejarah terbagi menjadi tiga yaitu sumber

benda, sumber tertulis dan sumber lisan. Topik yang penulis pilih berbentuk

studi literatur sehingga sumber yang diambil merupakan sumber tertulis.

3. Verifikasi atau Kritik. Langkah kritik dilakukan menyangkut verifikasi

sumber yaitu pengujian mengenai kebenaran atau ketepatan (akurasi) dari

sumber tersebut. Dalam metode sejarah dikenal dengan cara melakukan

kritik eksternal dan kritik internal (Sjamsuddin,2007:132). Pada tahap ini

penulis melakukan pengkajian terhadap sumber-sumber yang didapat untuk

(18)

Mochammad Rendy Putra Harfiansyah, 2015

PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN 1974-2008 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

terhadap fakta-fakta yang diperoleh dengan cara menghubungkan satu sama

lainnya. Pada tahapan ini penulis mencoba menafsirkan fakta-fakta yang

diperoleh selama penelitian. Dimana penafsiran meliputi fakta yang

ditemukan mengenai perkembangan kesenian Brai tahun 1974-2008.

5. Penulisan atau Historiografi yaitu tahap akhir dalam penulisan sejarah.

Menurut Gottschalk (2008: 39) Historiografi merupakan rekonstruksi yang

imajinatif dari masa lampau berdasarkan data yang diperoleh. Pada tahapan

ini penulis menyajikan hasil temuannya pada tiga tahap sebelumnya dengan

cara menyusun dalam bentuk tulisan dengan jelas dengan gaya bahasa yang

sederhana menggunakan tata bahasa penulisan yang baik dan benar. Dalam

penulisan atau Historiografi ini peneliti berusaha mengajukan laporan

penelitian yang berjudul Perkembangan Kesenian Brai di Kota Cirebon

Tahun 1974-2008.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti membagi metode historis yang digunakan ke

dalam empat tahapan penelitian, yaitu teknik, persiapan penelitian, pelaksanaan

penelitian dan laporan penelitian.

3.1 Persiapan Penelitian

3.1.1 Penentuan dan Pengajuan Topik Penelitian

Dalam proses penentuan dan pengajuan topik ini merupakan langkah

yang harus pertamakali ditempuh oleh peneliti sebelum ke tahapan penelitian

yang lebih lanjut. Proses penentuan topik penelitian ini berawal pada saat

perkuliahaan Seminar Penulisan Karya Ilmiah dimana perkuliahan ini mewajibkan

para mahasiswanya memilih topik untuk dijadikan sebagai bahasan proposal

penelitian yang menjadi syarat dalam perkuliahan ini. Dari awal perkuliahan

peneliti tertarik untuk membahas sejarah kawasan khususnya kawasan Asia

Timur, pilihan pertama peneliti adalah peranan Chaebol (konglomerat) dalam

perekonomian Korea Selatan dan ternyata telah ada yang menulis. Maka dari itu,

(19)

Mochammad Rendy Putra Harfiansyah, 2015

PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN 1974-2008 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kesenian tersebut juga menjadi salah satu kesenian tradisional Cirebon yang

mulai terlupakan, oleh karena itu diputuskanlah untuk membahas perkembangan

kesenian Brai di kota Cirebon dan berlanjut menjadi proposal penelitian skripsi

dan akhirnya menjadi topik dalam skripsi.

Setelah yakin akan membahas mengenai Kesenian Brai, peneliti

berkonsultasi dengan ketua TPPS Departemen Pendidikan Sejarah untuk

kemudian didaftarkan dalam seminar pra-rancangan penelitian dengan judul,

Perkembangan Kesenian Brai di Kota Cirebon Tahun 1990-2000 (Suatu Kajian

Sosial Budaya). Adapun isi dari proposal tersebut antara lain : Judul, Latar

Belakang Masalah, Rumusan dan Batasan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat

Penelitian, Kajian Pustaka, Metode Penelitian, Sistematika Penulisan, Daftar

Pustaka.

3.1.2 Penyusunan Rancangan Penelitian

Setelah mendaftarkan judul serta proposal penelitian kepada TPPS di

Departemen Pendidikan Sejarah dengan judul Perkembangan kesenian Brai di

Kota Cirebon Tahun 1990-2000 (Suatu Kajian Sosial Budaya), peneliti diizinkan

untuk melakukan presentasi proposal tersebut di dalam seminar Pra-rancangan

Penelitian yang diadakan TPPS Departemen Pendidikan Sejarah, Universitas

Pendidikan Indonesia (UPI).

Dalam seminar tersebut hadir calon pembimbing 1 Bapak Drs. Ayi Budi

Santosa, M.Si dan pembimbing 2 Bapak Drs. Syarif Moeis. Setelah

mempresentasikan proposal yang berjudul Perkembangan kesenian Brai di Kota

Cirebon Tahun 1990-2000 (Suatu Kajian Sosial Budaya), para calon pembimbing

satu maupun dua menyetujui judul serta rumusan masalah yang telah

dipresentasikan peneliti, karena bahasan yang diajukan oleh peneliti tidak terlalu

kompleks, serta dari rumusan masalah yang diajukan telah mencukupi untuk

dibahas dalam penelitian. Calon pembimbing 1 menyarankan agar peneliti lebih

(20)

Mochammad Rendy Putra Harfiansyah, 2015

PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN 1974-2008 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kesenian Brai karena pada tahun periodisasi dalam proposal peneliti terlalu sempit

untuk suatu perubahan dan perkembangan suatu kebudayaan.

Setelah mendapat masukan dari para calon pembimbing dan ditemukannya

lagi fakta baru mengenai kesenian Brai, maka peneliti memutuskan untuk

membahas mengenai sejarah lokal dan mengganti periodisasinya, dengan judul

Perkembangan kesenian Brai di Kota Cirebon Tahun 1974-2008 (Suatu Kajian

Sosial Budaya). Setelah mengajukan revisi proposal dengan judul tersebut,

kembali peneliti mendapat masukan dari calon Pembimbing 1 untuk lebih

meringkas isi proposal baik secara isi maupun penulisan.

Adapun struktur yang akan digunakan dalam skripsi ini adalah sebagai

berikut:

Bab I Pendahuluan, bab ini akan menjelaskan tentang latar belakang

masalah yang di dalamnya termuat penjelasan mengapa masalah yang diteliti

muncul dan penting serta memuat alasan pemilihan masalah tersebut sebagai

judul. Bab ini juga berisi perumusan dan pembatasan masalah yang disajikan

dalam bentuk pertanyaan untuk mempermudah peneliti mengkaji dan

mengarahkan pembahasan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penjelasan

judul, metode dan teknik penelitian serta sistematika penulisan.

Bab II Kajian Pustaka, dalam bab ini, akan diuraikan mengenai tinjauan

terhadap sumber-sumber yang akan digunakan dalam penelitian ini. Penulis

akan menjelaskan mengenai sumber-sumber yang akan digunakan oleh

penulis dalam mengkaji permasalahannya

Bab III Metode Penelitian, bab ini membahas langkah-langkah, metode dan

teknik penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam mencari sumber-sumber,

cara pengolahan sumber, analisis dan cara penulisannya. Semua prosedur

dalam penelitian akan di bahas pada bab ini

Bab IV Pembahasan, bab ini merupakan isi utama tulisan yang akan

menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada pada rumusan masalah dan batasan

(21)

Mochammad Rendy Putra Harfiansyah, 2015

PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN 1974-2008 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

belakang lahirnya kesenian Brai di Kota Cirebon, perkembangan kesenian Brai

pada kurun waktu 1974 hingga 2008, tanggapan masyarakat baik pelaku

maupun penikmat Kesenian Brai di Kota Cirebon, dan upaya masyarakat Cirebon

untuk mempertahankan Kesenian Brai.

Bab V Simpulan dan Saran, bab ini mengemukakan kesimpulan yang

merupakan jawaban dan analisis peneliti terhadap masalah-masalah secara

keseluruhan. Hasil temuan akhir ini merupakan pandangan dan interpretasi

peneliti tentang inti pembahasan penulis.

3.1.3 Proses Bimbingan dan Konsultasi

Proses ini merupakan salah satu yang penting bagi peneliti dalan

penyusunan penelitian skripsi ini. Karena dalam proses inilah peneliti mendapat

masukan yang menunjang untuk penelitian. Dari setiap hasil penyusunan

penelitian yang telah dilakukan selanjutnya peneliti menyerahkan kepada

pembimbing untuk diberikan bimbingan serta konsultasi dari hal yang ditulis

peneliti.

Rekomendasi yang dihasilkan dalam proses bimbingan dan konsultasi

tersebut menjadi masukan dalam memperbaiki hal-hal yang kurang dalam

penyusunan peneltian ini. Beberapa hal yang menjadi masukan dalam proses

bimbingan dan konsultasi ini antara lain adalah masalah redaksi judul, latar

belakang masalah, rumusan masalah, serta fokus penelitian akan diarahkan

kemana dan tata cara penulisan.

Proses bimbingan dilakukan secara berkelanjutan dan bertahap. Dari proses

tersebut peneliti mendapat masukan yang sangat berarti bagi penyusunan

penelitian ini hingga akhirnya dapat terbentuk sebuah laporan peneltian.

Bimbingan dilakukan dengan dosen pembimbing 1 di kampus, serta dengan

pembimbing 2 melalui email ke alamat (syarifutama@yahoo.com).

(22)

Mochammad Rendy Putra Harfiansyah, 2015

PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN 1974-2008 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

metodologi sejarah yang berlaku. Seperti yang dijelaskan oleh Sjamsuddin

(2007:89) dan juga terdapat dalam Kuntowijoyo (2005: 90) penetian sejarah

meliputi, pemilihan topik, pengumpulan sumber (Heuristic), verifikasi data (kritik

internal dan eksternal), interpretasi, serta penulisan atau historiografi. Setelah

melakukan poin yang pertama yaitu pemilihan topik, dalam pelaksanaan

penelitian ini meliputi tiga hal yang dilakukan, yaitu Heuristic, Kritik sumber, dan

juga Interpretasi. Sedangkan untuk penulisan atau Historiografi akan dibahas

dalam tahapan selanjutnya yaitu tahapan laporan penelitian.

3.2.1 Pengumpulan Sumber (Heuristic)

Dalam tahapan heuristic ini peneliti mencoba mencoba mengumpulkan

sumber yang berkaitan dengan penelitian. Sesuai dengan teknik peneltian yang

dipilih oleh penelti yaitu teknik literatur maka sumber-sumber yang dikumpulkan

berupa buku ataupun artikel yang berhubungan dengan penelitian. Pengumpulan

sumber tersebut diperoleh dari berbagai tempat dan media, yaitu perpustakaan,

media internet, dan jurnal. Pengumpulan sumber ini telah dilakukan sejak pra

peneltian, dimana pada saat itu peneliti mencari tempat-tempat yang terdapat

sumber lalu pada saat peneltian kembali ke tempat tersebut.

Teknik pengumpulan data yang digunakkan peneliti dalam penyusunan

skripsi yang bertema seni tradisional Brai ini menggunakan tiga macam teknik

penelitian, yaitu studi kepustakaan (literatur), wawancara, dan studi dokumentasi

yang akan dipaparkan dibawah ini:

1. Studi Kepustakaan (Literatur)

Studi literatur digunakan untuk mengumpulkan fakta-fakta dengan

mempelajari buku-buku, jurnal, artikel, arsip, dan majalah yang relevan dengan

permasalahan yang dikaji dalam penulisan skripsi, sehingga informasi yang

diperoleh dapat dijadikan rujukan untuk memperkuat argumentasi yang ada.

Sumber berupa literatur dipelajari untuk memperoleh informasi secara teoritis

(23)

Mochammad Rendy Putra Harfiansyah, 2015

PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN 1974-2008 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

teknik penelitian untuk membantu peneliti dalam mengkaji permasalahan yang

diangkat.

Tema skripsi yang dijadikan bahan penulisan adalah sejarah lokal. Dalam

hal ini, peneliti sedikit mengalami kendala dalam mencari literatur berupa buku

yang berhubungan secara langsung dengan kesenian Brai karena buku yang

banyak ditemukan hanya membahas seni secara umum. Walaupun demikian ada

beberapa literatur yang memfokuskan kajiannya kesenian tradisional terutama

seni pertunjukkan. Sehubungan dengan hal tersebut, peneliti akhirnya

menggunakan literatur tersebut untuk dijadikan referensi dalam mengkaji

kesenian Brai sebagai salah satu seni tradisional di Cirebon.

Adapun tempat-tempat yang dijadikan sebagai pencarian sumber antara lain:

a. Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) tanggal 5 Desember

2014, ditempat ini peneliti menemukan sumber sumber yang berkenaan dengan

kebudayaan, walaupun tidak berhubungan langsung dengan kesenian Brai dan

buku-buku tentang metodologi penelitian sejarah.

b. Perpustakaan 400 Kota Cirebon tanggal 7 Januari 2015 di tempat ini peneliti

menemukan beberapa sumber yang dijadikan sebagai referensi tambahan untuk

proses penyusunan penelitian. Beberapa buku yang didapatkan di perpustakaan

ini penulis menemukan beberapa buku mengenai kesenian yang ada di daerah

Cirebon salah satunya buku yang berjudul Kompilasi Kesenian Tradisional

Cirebon (2013) karangan Dede Wahidin yang didalamnya terdapat pembahasan

mengenai kesenian Brai.

c. Perpustakaan Umum Kabupaten Cirebon tanggal 9 Januari 2015 di tempat ini

tidak berbeda jauh dengan buku yang ditemukan di Perpustakaan Kota

Cirebon, namun ada buku yang membahas mengenai seni hiburan dan

pertunjukan tradisional yang berjudul Hiburan Masa Lalu dan Tradisi Lokal:

Kumpulan Esai Seni, Budaya, dan Sejarah Indonesia (2011) karangan Fandi

Hutari serta Deskripsi Kesenian Cirebon (2004) karangan DISBUDPAR

(24)

Mochammad Rendy Putra Harfiansyah, 2015

PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN 1974-2008 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menemukan buku yang membahas mengenai perkembangan kebudayaan yang

berjudul kecenderungan Perkembangan Sosial Budaya Abad XXI (Perspektif

Sejarah), Falsafat dan Mistisisme dalam islam, dan Kebudayaan Pembangunan

dalam Perspektif Sejarah.

e. Koleksi buku pribadi yang penulis punya, antara lain; Kebudayaaan di

Nusantara, dari Keris, Tor-Tor sampai Industri Budaya, Spiritualitas dan Seni

Islam, dan perspektif sosial Budaya Pembangunan Nasional Kita.

Selain sumber yang terdapat di perpustakaan, peneliti juga mengumpulkan

sumber dari internet. Kualifikasi pemilihan sumber dari internet peneliti

melakukannya dengan berbagai pertimbangan setelah melakukan pencarian

sumber yang relevan di internet. Sumber sumber yang ditemukan di berbagai

tempat tersebut dibantu juga oleh sumber-sumber yang dimiliki oleh peneliti

pribadi di antaranya, Pengantar Antropologi (2002) karangan Koentjaraningrat,

dan Kebudayaan di Nusantara: Dari Keris, Tor-Tor sampai Industri Budaya

karangan Edy Sedyawati.. Setelah sumber-sumber tersebut terkumpul maka

sumber tersebut akan dikritisi secara eksternal maupun internal, dan peneliti

kemudian melakukan analisis. Hasil analisis inilah yang dijadikan rujukan bagi

peneliti untuk menjawab permasalahan dalam skripsi ini dan penulisan skripsi ini

menggunakan sistem penulisan sesuai dengan aturan dalam penulisan karya

ilmiah yang ditetapkan oleh Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).

2. Wawancara

Teknik wawancara merupakan teknik yang penting dalam skripsi ini

karena sebagian besar dari pengumpulan sumbernya diperoleh melalui

wawancara, karena literatur yang membahas secara khusus mengenai kesenian

Brai sangat terbatas, maka teknik wawancara lebih dominan digunakan sebagai

salah satu sumber dalam skripsi ini, yaitu sumber lisan. Wawancara bertujuan

untuk memperoleh sumber sejarah dalam bentuk lisan yang dilakukan dengan cara

(25)

Mochammad Rendy Putra Harfiansyah, 2015

PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN 1974-2008 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Brai di Cirebon. Pengertian mengenai wawancara menurut Nazir (1985: 234)

adalah sebagai berikut:

Proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan tanya

jawab sambil bertatap muka antara penanya atau pewawancara dengan penjawab

atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan pedoman wawancara

(interview guide).

Wawancara banyak digunakan dalam penelitian-penelitian, oleh karena

itu, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data tersebut dalam penelitian ini.

Tetapi penggunaan metode wawancara dalam mengumpulkan sumber ini tidak

bisa seenaknya terutama dalam memilih responden karena terdapat beberapa

aturan dalam pelaksanaannya. Pernyataan tersebut diperkuat oleh pendapat

Koentjaraningrat (1993: 130), yang mengemukakan bahwa sebelum dapat

memulai wawancara atau sebelum dapat bertatap muka dengan seseorang dan

mendapat keterangan lisan, maka ada beberapa soal mengenai persiapan untuk

melakukan wawancara yaitu sebagai berikut:

1) Seleksi individu untuk diwawancara.

2) Pendekatan orang yang telah diseleksi untuk diwawancara.

3) Pengembangan suasana lancar dalam wawancara, serta usaha untuk

menimbulkan pengertian dan bantuan sepenuhnya dari orang yang

diwawancara.

Menurut Koentjaraningrat (1993: 130) bahwa dalam melakukan penelitian

ada dua macam wawancara yang berbeda sifatnya, yaitu:

1) Wawancara untuk mendapatkan keterangan dan data dari

individu-individu tertentu untuk kepentingan informasi.

2) Wawancara untuk mendapatkan keterangan tentang diri pribadi, pendirian

atau pandangan dari individu yang diwawancara, untuk keperluan

kooperatif.

Dalam teknik wawancara tidak lupa pula peneliti berusaha mencari

(26)

Mochammad Rendy Putra Harfiansyah, 2015

PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN 1974-2008 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

narasumber, pengamat, dan para seniman Brai sehingga dapat memperoleh suatu

informasi serta gambaran tentang permasalahan yang dikaji dalam skripsi.

Menurut Koentjaraningrat (1993: 138-139) teknik wawancara dibagi

menjadi dua bagian, yaitu:

1) Wawancara terstruktur atau berencana yang terdiri dari suatu daftar

pertanyaan yang telah direncanakan dan disusun sebelumnya. Semua

responden yang diselidiki untuk diwawancara diajukan pertanyaan yang

sama dengan kata-kata dan urutan yang seragam.

2) Wawancara tidak berstruktur atau tidak berencana adalah wawancara yang

tidak mempunyai suatu persiapan sebelumnya dari suatu daftar pertanyaan

dengan suasana kata-kata dan tata urut yang harus dipatuhi peneliti.

Teknik wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah teknik

wawancara gabungan dengan menggabungkan wawancara terstruktur dengan

yang tidak terstruktur. Dipilihnya teknik wawancara tersebut karena peneliti

menganggap lebih mudah melakukannya untuk memperoleh sumber lisan yang

dibutuhkan dalam skripsi ini. Untuk memperolehnya maka memerlukan kerja

sama yang baik antara peneliti dan narasumber.

Wawancara terstruktur dilakukan dengan cara, seluruh narasumber yang

diwawancarai diberi pertanyaan yang sama secara kata-kata dan tata urutan daftar

pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya secara seragam. Dalam wawancara

tang tidak terstruktur, peneliti melakukan tanya jawab langsung dengan

narasumber karena tidak adanya persiapan berupa daftar pertanyaan dengan

susunan kata-kata dan urutan yang harus dipatuhi oleh peneliti.

Setelah mendapatkan data yang diperlukan melalui hasil wawancara

dengan narasumber, kemudian data itu diperiksa kembali untuk memperoleh suatu

keabsahan. Pemeriksaan data yang terkumpul dapat dianggap sah apabila telah

melalui teknik pemeriksaan keabsahan. Menurut Moleong (2002: 192-205),

(27)

Mochammad Rendy Putra Harfiansyah, 2015

PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN 1974-2008 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kondisi tenang agar informasi yang diperoleh dapat sedalam mungkin

b) Wawancara diupayakan mengarah pada fokus penelitian sehingga

tercapai kedalaman bahasa yang diajukan.

c) Data yang diperoleh melalui wawancara atau hasil dokumentasi dicek

keabsahannya dengan memanfaatkan pembanding yang bukan berasal

dari data yang terungkap dengan hasil dokumen.

d) Data yang terkumpul setelah dideskripsikan kemudian didiskusikan,

dikritik ataupun dibandingkan dengan pendapat orang lain.

e) Data yang telah terkumpul selanjutnya diklasifikasikan dan dikategorikan

sesuai dengan fokus penelitian.

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara

melakukan sebuah kajian terhadap dokumen yang ada untuk memperoleh data

yang dapat memiliki keterkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Metode

dokumentasi merupakan salah satu cara mencari data mengenai hal-hal atau

variabel berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen

rapat, legger, agenda, dan sebagainya (S. Arikunto, 2002: 236). Menurut

Sukmadinata (2006: 221) juga mengemukakan bahwa studi dokumenter

merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis

dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik.

Dalam bukunya, Sartono Kartodirjo (1993: 65) mengemukakan bahwa

bahan dokumen sangat berguna dalam membantu penelitian ilmiah untuk

memperoleh pengetahuan yang dekat dengan gejala yang dipelajari, dengan

memberikan pengertian menyusun persoalan yang tepat, mempertajam perasaan

untuk meneliti, membuat analisa yang lebih subur, pendeknya membuka

kesempatan memperluas pengalaman ilmiah. Dengan demikian, dalam penulisan

(28)

Mochammad Rendy Putra Harfiansyah, 2015

PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN 1974-2008 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dalam skripsi ini

3.2.2. Verifikasi (Kritik Sumber)

Setelah melakukan Heuristic atau pengumpulan sumber, langkah selajutnya

peneliti melakukan proses yaitu verifikasi atau kritik sumber. Sebagaimana

dijelaskan oleh Kuntowijoyo (2005: 90) tahapan dalam penelitian sejarah setelah

melakukan pengumpulan sumber, maka dilakukanlah verifikasi atau kritik

sumber. Menurut Kuntowijoyo Verifikasi terdapat dua macam, yaitu otensitas atau

keaslian sumber atau kritik ekstern, dan kredibilitas atau kritik intern. Hal ini

dijelaskan pula oleh Sjamsudin bahwa setelah sejarawan berhasil mengumpulkan

sumber-sumber dalam penelitiannya, langkah selanjutnya yaitu harus

menyaringnya secara kritis. Langkah langkah inilah yang disebut kritik sumber,

yang dilakukan terhadap bahan materi (ekstern) sumber maupun terhadap

substansi (isi) sumber (Sjamsuddin, 2007:131).

3.2.2.1. Kritik Ekstern

Dari penjelasan diatas, proses kritik sumber terdapat dua langkah yaitu

kritik ekstern dan kritik intern. Kritik Ekstern bertujuan untuk melakukan

verifikasi atau pengujian terhadap aspek luar dari sumber sejarah (Sjamsuddin,

2007: 132). Jadi kritik eksternal dapat disimpulkan untuk menetahui otensitas dari

sumber yang telah ditemukan. Kritik ekstern lebih banyak dilakukan terhadap

sumber pertama atau sumber primer, untuk menilai keaslian dokumen tersebut

atau kesaksian yang sesuai dengan pada zamannya. sebagaimana dijelaskan oleh

Sjamsuddin bahwa kritik sumber umumnya dilakukan terhadap sumber-sumber

pertama (Sjamsuddin, 2007:132)

Temuan sumber dalam proses penyusunan penelitian ini lebih banyak

berupa sumber sekunder. Objek kajian yang memiliki rentang waktu yang cukup

jauh dengan waktu yang dilakukan pada saat peneltian, membuat peneliti

(29)

Mochammad Rendy Putra Harfiansyah, 2015

PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN 1974-2008 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Karena sumber temuan peneliti berupa sumber sekunder, maka proses kritik

ekstern dalam penelitian ini tidak dilakukan. Hal tersebut tidak terlepas dari

proses kritik ekstern yang memverifikasi sumber dari segi fisik sumber pertama.

Sesuai dengan penjelasan yang telah dijelaskan oleh Sjamsuddin (2007) di atas,

bahwa kritik ekstern lebih banyak digunakan untuk memverifikasi sumber

pertama.

3.2.2.2. Kritik Intern

Setelah proses kritik eksternal dilakukan, sesuai dengan yang telah

dijelaskan diatas, proses kritik sumber dilanjutkan dengan kritik intern.

Sebagaimana terlihat dari istilahnya, krikitik intern lebih menekankan aspek “dalam” yaitu isi dari sumber (Sjamsuddin, 2007:143). Dalam penelitian ini kritik intern dilakukan dengan mengkaji banding satu sumber buku dengan sumber buku

yang lain.

Kaji banding terhadap sumber yang berkontribusi terhadap penelitian,

peneliti lakukan terhadap beberapa permasalahan. Diantaranya peneliti melakukan

kaji banding terhadap dua sumber buku, yaitu buku Dede Wahidin (2013)

Kompilasi Kesenian Tradisional Cirebon dengan Harnish dan Rasmusen (2011)

Divine Inspiration: Music & Islam in Indonesia. Dari kedua buku ini peneliti

mengkaji permasalahan mengenai isi dari buku tersebut.

Buku pertama yang ditulis oleh Dede Wahidin dapat disimpulkan dalam

salah satu subbabnya bahwa dari awal munculnya hingga perkembangannya

sampai sekarang, kesenian Brai telah terjadi perubahan dalam kesenian tersebut

terutama dari alat musik dan berubahnya fungsi dari kesenian Brai yang tadinya

merupakan media penyebaran agama Islam menjadi seni hiburan rakyat untuk

dipentaskan. Buku kedua yang ditulis oleh Harnis dan Rasmusen dalam salah satu

(30)

Mochammad Rendy Putra Harfiansyah, 2015

PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN 1974-2008 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

syairnya berisi pujian dan rasa syukur umat Islam kepada Tuhannya.

Proses kritik dilakukan untuk menemukan pandangan objektif dari

sumber-sumber yang telah dikumpulkan,dengan begitu maka dapat dihasilkan karya yang

bersifat ilmiah jauh dari unsur subjektivitas di dalamnya. Peneliti mengakui

bahwa dari sumber-sumber yang ditemukan, masih banyak kekurangan, terutama

dari penemuan sumber primer yang dapat dibilang tidak ada. Namun dari

sumber-sumber yang ditemukan lalu melalui proses kritik, dapat membantu dalam

menyusun peneletian ini.

3.3. Interpretasi

Tahapan ini merupakan proses penafsiran dari fakta-fakta yang ditemukan

dalam sumber yang telah melalui proses kritik, baik itu secara ekstern maupun

secara intern. Peneliti melakukan penafisran dari fakta-fakta yang telah ditemukan

dan dikritik secara ektern dan intern, setelah itu maka dijelaskan melalui proses

penafsiran atas sumber-sumber tersebut. Fakta-fakta yang ditemukan dan

ditafsirkan menjadi pondasi dalam penyususnan penelitian skripsi ini.

Penafsiran yang dilakukan peneliti terutama untuk menjelaskan mengenai

objek penelitian yaitu perkembangan kesenian Brai di Cirebon. Dalam buku

Sjamsuddin (2007:158) menjelaskan ada dua dorongan utama mengapa sejarawan

menulis sejarah, yaitu keinginan mencipta ulang (re-create) dan menafsirkan

(Interpret). Dalam penelitian ini peneliti mencoba menafsirkan mengenai

perkembangan kesenian Brai di Cirebon, dan mencipta ulang, karena

sumber-sumber yang digunakan terdapat kesamaan dengan penelitian-penelitian

sebelumnya dengan objek yang sama.

Melalui proses pengumpulan fakta peneliti melakukan proses interpretasi

untuk mengemukakan hal-hal yang menjadi objek kajian. Salah satu proses

interpretasi yang dilakukan oleh penelti adalah sebagai berikut. Dari sumber yang

(31)

Mochammad Rendy Putra Harfiansyah, 2015

PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN 1974-2008 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

walaupun dengan adanya modernisasi dalam kehidupan sosial masyarakatnya

karena suatu tradisi lokal memiliki sifat tidak mudah punah walaupun ada

ancaman dengan masuknya budaya asing, kedua adanya sekelompok masyarakat

yang mengubah fungsi kesenian tradisional, seperti kesenian Brai yang awal

munculnya sebagai salah satu media penyebaran agama Islam di Cirebon yang

pada perkembangan selanjutnya dijadikan sebagai seni hiburan tradisional

masyarakat oleh sekelompok orang dengan mendirikan grup Brai. Dari proses

interpretasi ini peneliti dapat menyususn penelitian ini berdasarkan

sumber-sumber yang ada. Sumber-sumber-sumber yang ditemukan banyak membantu dalam

proses interpretasi hingga dapat tersusun sebuah laporan penelitian.

3.4. Pendekatan

Dalam proses penafisran mengenai tema yang diteliti, peneliti menggunakan

salah satu pendekatan dalam metodenya. Pendekatan yang digunakan oleh peneliti

bersifat interdisipliner, atau dari ranah ilmu lain. Pendekatan yang digunakan

yaitu pendekatan sosiologi antropologi.

Pendekatan ini digunakan untuk menafsirkan dimensi sosial yang terdapat

dalam masyarakat Cirebon pada umumnya sehingga ada keterkaitan dengan

perkembangan Kesenian Brai.

3.5. Laporan Penelitian

Tahapan ini merupakan proses akhir dari rangkaian penelitian yang telah

dilakukan sebelumnya. Proses ini dalam kaidah metodologi sejarah bernama

Historiografi. Penulisan atau Historiografi yaitu tahap akhir dalam penulisan

sejarah. Menurut Gotschalk (2008: 39) Historiografi merupakan rekonstruksi

yang imajinatif dari masa lampau berdasarkan data yang diperoleh. Pada tahapan

ini penulis menyajikan hasil temuannya pada tiga tahap sebelumnya dengan cara

menyusun dalam bentuk tulisan dengan jelas dengan gaya bahasa yang sederhana

(32)

Mochammad Rendy Putra Harfiansyah, 2015

PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN 1974-2008 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pedoman karya ilmiah yang berlaku di Universitas Pendidikan Indonesia, serta

menggunakan bahasa baku serta EYD dalam merangkai kalimatnya. Laporan

peneltian ini terdiri dari lima bab dan daftar pustaka serta beberapa lampiran yang

menunjang pada proses penelitian ini.

Adapun struktur organisasi dalam penulisan skripsi yang akan dilakukan

oleh penulis adalah:

Bab I Pendahuluan, bab ini berisi latar belakang masalah yang menguraikan

mengenai latar belakang dari permasalahn yang akan dikaji. Untuk memperinci

dan membatasi permasalah agar tidak melebar maka dicantumkan perumusan dan

pembatasan masalah sehingga permasalah dapat dikaji dalam penulisan skripsi.

Pada bagian akhir dari bab ini akan dimuat tentang metode dan teknik penelitian

yang dilakukan oleh penulis, juga sistematika penulisan yang akan menjadi

kerangka dan pedoman penulisan skripsi.

Bab II Kajian Pustaka, memaparkan mengenai teori-teori yang digunakan

sebagai referensi yang dianggap relevan. Dijelaskan pula tentang beberapa teori

untuk mendukung pembahasan skripsi ini.

Bab III Metode Penelitian, merupakan bab yang isinya menerangkan

mengenai serangkaian kegiatan serta cara-cara yang ditempuh dalam melakukan

penelitian guna mendapatkan sumber yang relevan dengan permasalah yang

sedang dikaji oleh penulis. Diantaranya heuristic yaitu proses pengumpulan

data-data yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini. Setelah heuristik dilakukan

kritik yaitu proses pengolahan data-data yang telah didapatkan dari langkah

sebelumnya sehingga data yang diperoleh adalah data yang reliabel dan otentik,

lalu interpretasi yaitu penafsiran sejarawan terhadap data-data yang telah disaring,

dan tahap akhir yaitu historiografi yaitu penyajian penelitian dalam bentuk tulisan

yang enak dibaca dan mudah dimengerti.

Bab IV Perkembangan Kesenian Brai di Kota Cirebon Tahun 1974-2008, di

(33)

Mochammad Rendy Putra Harfiansyah, 2015

PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN 1974-2008 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

perumusan masalah yang telah disusun.

Bab V Simpulan dan Saran, merupakan bab terakhir yang berisikan

beberapa kesimpulan sebagai jawaban pertanyaan yang diajukan serta sebagai inti

dari pembahasan pada bab-bab sebelumnya dan menguraikan hasil-hasil temuan

penulis tentang permasalahan yang dikaji pada penulisan skripsi ini. Dan

merekomendasi hal yang bisa diterapkan dari hasil penelitian ini terhadap

pengembangan materi ajar disekolah khususnya mata pelajaran sejarah yang

sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Serta dalam mata

pelajaran muatan lokal di sekolah-sekolah di Cirebon agar generasi muda lebih

(34)

Mochammad Rendy Putra Harfiansyah, 2015

PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN 1974-2008 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari pembahasan yang telah dikaji sebelumnya, ada beberapa hal penting

dalam kesenian Brai ini.

1. Kesenian Brai memiliki peran serta fungsi tersendiri bagi masyarakat Cirebon.

Bagi masyarakat Cirebon, kesenian Brai merupakan kesenian yang memiliki

nilai religi di dalamnya. Kesenian ini tidak serta merta digunakan sebagai

media hiburan saja. Kesenian Brai digunakan sebagai media dakwah untuk

menyebarkan agama Islam pada awal kemunculannya. Penggunaan Brai

sebagai media ritual banyak digunakan ketika masyarakat masih kental dengan

nuansa animisme-dinamisme. Meskipun masyarakat sudah memeluk agama

monotheisme, penggunaan Brai sebagai media ritual masih digunakan oleh

sebagian masyarakat yang masih memegang teguh nilai tradisi. Biasanya

penggunaan kesenian Brai ini selain untuk panen raya, juga digunakan untuk

selamatan rumah yang akan ditempati. Ada juga yang menggunakannya dalam

acara pernikahan ataupun khitanan. Meskipun demikian, penggunaan kesenian

Brai sebagai sarana ritual sudah semakin jarang dilakukan. Selain karena

kepercayaan baru yang masyarakat yakini, hal ini juga dikarenakan pola pikir

masyarakat yang sudah berubah.

2. Setelah tidak lagi digunakan sebagai media ritual, kesenian Brai kemudian

menjadi kesenian yang berfungsi sebagai penguat dalam acara adat di

masyarakat, dan pada perkembangan selanjutnya menjadi seni hiburan yang di

pentaskan di masyarakat.

3. Sebagai kesenian tradisional yang terus dikembangkan, kesenian Brai memiliki

nilai komersial. Minat masyarakat untuk mementaskan kesenian Brai pada saat

ada acara syukuran memunculkan grup-grup Brai yang menggantukan hidup

dari kesenian ini. Era tahun 1970an menjadi puncak kekayaan kesenian Brai.

(35)

Mochammad Rendy Putra Harfiansyah, 2015

PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN 1974-2008 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

modern seperti lagu pop maupun dangdut belum begitu diminati oleh

masyarakat. Para grup kesenian Brai yang masih eksis di Cirebon diharapkan

menjadi media penyalur kepada khalayak agar kesenian ini bisa dikenal oleh

masyarakat Cirebon. Dengan semakin dikenalnya grup ini maka panggilan

untuk mementaskan kesenian Brai ini dalam acara pemerintahan maupun acara

lainnya semakin banyak. Agar pertunjukan kesenian ini semakin menarik maka

dalam penyajiannya kesenian ini juga ditambahkan dengan beberapa waditra

lainnya. Penggunaan kendang dan gitar menjadi pengisi kekurangan pada

kesenian Brai. Dengan semakin berkembangnya zaman, pengunaan perangkat

elektronik lainnya seperti keyboard digunakan agar pertunjukan Brai ini

semakin meriah. Dengan menambahkan beberapa waditra lainnya, kesenian

Brai tidak hanya kepada lagu-lagu aslinya saja. Kesenian Brai juga bisa

dipadukan dengan lagu Islami yang lebih populer seperti Hadad Alwi, Sulis

dan lain lain sehingga kesenian Brai bisa menjadi lebih hidup dan bisa

menyesuaikan diri dengan selera masyarakat kebanyakan. Inovasi-inovasi yang

demikian ini sebagai langkah untuk mengikuti selera penonton.

4. Sebagai upaya pelestarian kesenian Brai ini, inovasi dari permainannya harus

tetap dilakukan. Pengenalan kesenian ini dari panggung ke panggung menjadi

salah satu cara untuk mengenalkan kembali kesenian Brai ini. Hal ini ditujukan

untuk menarik minat generasi muda terhadap kesenian tradisional khususnya

Brai. Selama ini kesenian Brai cenderung lebih banyak dinikmati oleh orang

tua. Sedangkan generasi muda lebih tertarik pada kesenian modern yang datang

dari luar. Dengan menarik perhatian generasi muda diharapkan kesenian ini

bisa menunda kepunahannya. Sebagai media untuk mengenalkan kembali

kesenian Brai ini pada masyarakat, maka dengan semakin seringnya

pementasan apalagi ditambah peran dari stasiun televisi lokal seperti Cirebon

TV atau Radar Cirebon Televisi (RCTV) agar menampilkan kembali

(36)

Mochammad Rendy Putra Harfiansyah, 2015

PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN 1974-2008 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

nasional. Bangsa Indonesia harus mengelola dengan baik keragaman sosial dan

budaya sebagai aset pembangunan. Dalam masyarakat yang heterogen seperti

di Indonesia, terdapat berbagai jenis lembaga sosial yang saling berhubungan

dan saling melengkapi satu sama lain. Kelembagaan yang dimaksud adalah

lembaga keluarga, lembaga agama, lembaga ekonomi, lembaga pendidikan,

lembaga budaya, dan lembaga politik. Lembaga sosial mempunyai sejumlah

ciri atau karakteristik. Ciri-ciri umum dari lembaga sosial antara lain. Pertama,

lembaga sosial biasanya memiliki kekekalan tertentu yang berlangsung lama.

Lembaga sosial berisi sekumpulan norma-norma yang harus dipertahankan.

Norma tersebut dibutuhkan untuk mengatur kehidupan atau hubungan antar

manusia, contohnya kehidupan atau hubungan dalam keluarga. Kedua,

lembaga sosial memiliki satu atau lebih tujuan tertentu, misalnya lembaga

pendidikan memiliki tujuan untuk mentransfer nilai, norma, dan ilmu

pengetahuan kepada generasi berikutnya. Ketiga, lembaga sosial memiliki

sejumlah perangkat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya,

misalnya bendera atau lambang pada lembaga politik, uang sebagai alat tukar

pada lembaga ekonomi, dan lain-lain.

5.2. Saran

Semakin hilangnya minat masyarakat terhadap kesenian daerah menjadi

faktor yang menyebabkan punahnya kesenian tradisional. Agar kesenian daerah

tidak punah begitu saja, kita sebagai masyarakat harus bisa memberikan apresiasi

yang lebih terhadap kesenian tradisional dibandingkan dengan kesenian asing.

Kesenian tradisional bisa menjadi bahan ekstrakulikuler untuk sekolah sekaligus

sebagai sarana untuk tetap melestarikan kesenian tradisional yang ada.

Menumbuhkan rasa kecintaan terhadap kesenian tradisional sejak kecil

diharapkan akan mampu untuk memperlambat laju kepunahan. Promosi

besar-besaran juga bisa menjadi alternatif dalam melestarikn kesenian tradisional ini.

(37)

Mochammad Rendy Putra Harfiansyah, 2015

PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN 1974-2008 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan itu. Meskipun kesenian Brai kurang menarik untuk dimainkan dari pada

kesenian lainnya, seperti angklung, tari topeng, dan lain-lain.

Kesenian tradisional merupakan kesenian yang kampungan dan

ketinggalan zaman. Anggapan ini selalu dikeluarkan oleh generasi muda yang

lebih banyak mengemari kesenian asing dari pada kesenian daerah mereka

masing-masing. Padahal kesenian tradisional kita adalah kesenian yang disukai

oleh bangsa lain. Sehingga banyak kesenian daerah yang kemudian diakui oleh

mereka. Ini menjadi dilematis tersendiri, di sisi lain kita tidak mau kesenian kita

diakui bangsa lain. Namun bangsa kita sendiri juga yang tidak mau mempelajari

atau paling tidak memberikan apresiasi kepada kesenian daerah untu

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi dengan judul “Perkembangan Pelabuhan Cirebon dan Kegiatan Ekonomi Masyarakat Sekitar Cirebon Tahun 1980-2000” mengkaji tentang perkembangan pelayaran di

Data yang disajikan pada Tabel 4 menunjukkan bahwa sebagian besar (88%) butir soal tes ujian akhir semester hukum bisnis memiliki daya beda yang baik.. Butir soal

Your Email: Ini akan menjadi pengguna email atau orang yang4.

Jika Audio Multitasking aktif, maka telepon, GPS, dan percakapan interkom bisa berlapisan dengan audio radio FM, musik, atau suara GPS ponsel di latar belakang dengan suara

1. Menyusun rancangan kebijakan dan prosedur pelayanan sesuai SPO. Menyusun rencana kerja klinik VCT. Menyusun usulan kebutuhan fasilitas, tenaga, pemeliharaan sarana dan

DAN TRANSMIGRASI Belanja Bahan Pelatihan Keterampilan Masyarakat Kerjasama Pendidikan dan Pelatihan Belanja Barang Barang 215.817.700 7 paket Kota Cirebon APBD Kota

Dari hasil penelitian yang dilakukan di RSUD Kelas C Kabupaten Banyuwangi diperoleh kesimpulan bahwa pada tahap perencanaan dikaitkan dengan indikator kesesuaian

Secara umum data akan dievaluasi serta dideseminasikan kepada seluruh komponen rumah sakit setiap tiga bulan yang dikoordinasikan oleh Komite PMKP.. AREA Unit