Mochammad Rendy Putra Harfiansyah, 2015
PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN 1974-2008 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan Departemen Pendidikan Sejarah
Oleh:
MOCHAMMAD RENDY PUTRA HARFIANSYAH
0800963
DEPARTEMEN PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Mochammad Rendy Putra Harfiansyah, 2015
PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN 1974-2008 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Oleh:
MOCHAMMAD RENDY PUTRA HARFIANSYAH
Sebuah Skripsi Yang Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
© Mochammad Rendy Putra Harfiansyah 2015
Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2015
Hak Cipta dilindungi Undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
Mochammad Rendy Putra Harfiansyah, 2015
PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN 1974-2008 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
TAHUN 1974-2008
Oleh:
Mochammad Rendy Putra Harfiansyah
0800963
Disetujui dan disahkan oleh:
Pembimbing I
Drs. H. Ayi Budi Santosa, M.Si. NIP. 19630311 198901 1001
Pembimbing II
Drs. Syarif Moeis NIP. 19590305 198901 1001
Mengetahui,
Ketua Departemen Pendidikan Sejarah
Mochammad Rendy Putra Harfiansyah, 2015
PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN 1974-2008 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
i ABSTRAK
Perkembangan Kesenian Brai di Kota Cirebon Tahun 1974-2008 Oleh
Mochammad Rendy Putra Harfiansyah
0800963
Skripsi ini membahas mengenai sejarah lokal pada masyarakat Kota Cirebon. Penelitian ini diharapkan dapat menumbuhkan apresiasi baik dari masyarakat maupun pemerintah untuk berusaha menjaga dan melestarikan budaya lokal. Latar belakang permasalahan yang dikaji karena adanya kekhawatiran peneliti terhadap perkembangan kebudayaan daerah Cirebon yang semakin lama mulai terlupakan. Pada umumnya masyarakat Cirebon belum banyak mengetahui mengenai budaya asli daerahnya. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian
ini adalah “Bagaimana Perkembangan Kesenian Brai di Kota Cirebon Tahun
1974-2008?”.Untuk memfokuskan penelitian, terdapat empat rumusan masalah, yaitu; “1). Bagaimana Latar Belakang munculnya kesenian Brai di Kota Cirebon Tahun 1974-2008? 2). Bagaimana Peran dan Fungsi Kesenian Brai di Kota Cirebon Tahun 1974-2008? 3). Bagaimana Tanggapan Masyarakat Terhadap Kesenian Brai di Kota Cirebon Tahun 1974-2008? 4). Apa Upaya yang dilakukan Pemerintah Terhadap Kesenian Brai di Kota Cirebon Tahun 1974-2008?”. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode historis yang tahapan pertamanya adalah pengumpulan data, kedua, analisis sumber, ketiga, interpretasi, dan keempat adalah historiografi. Dari tahapan tersebut, dapat diketahui perkembangan yang terjadi pada kesenian Brai di Cirebon pada tahun 1974-2008, yang didalamnya terdapat peran kesenian Brai di masyarakat, perubahan fungsi, alat musik yang digunakan, bentuk pementasan, lagu-lagu yang dibawakan, tanggapan-tanggapan, hingga upaya-upaya pelestarian kesenian Brai sebagai bagian dari budaya lokal. Pada perkembangannya tahun 1974-2008, kesenian Brai mengalami tiga perubahan fungsi, pertama, sebagai media dakwah dalam penyebaran agama Islam, kedua, sebagaibagiandari ritual adatmasyarakat, dan ketiga, sebagai seni hiburan di masyarakat hingga bersifat komersil.
Mochammad Rendy Putra Harfiansyah, 2015
PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN 1974-2008 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK………..…...…………..…........…...... i
KATA PENGANTAR……….………...……... ii
UCAPAN TERIMAKASIH…...………..………... iii
DAFTAR ISI……….………... v
DAFTAR LAMPIRAN...……….………... viii
BAB I PENDAHULUAN………...……….…... 1
1.1. Latar Belakang Penelitian…………...….……….…….... 1
1.2. Rumusan Masalah…..………...……….…... 6
1.3. Tujuan Penelitian……..……….……...… 7
1.4. Manfaat Penelitian…..……...………...….... 7
1.5. Struktur Organisasi Skripsi...……...……....…... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA…...………... 10
2.1. Kebudayaan ... 10
2.1.1. Kesenian.…...…..………...……… 12
2.1.2. Kearifan Budaya Lokal... 15
2.1.3. Warisan Budaya……… 16
2.2. Akulturasi... 17
2.3. Teori Orientasi Nilai Budaya...18
2.4. Teori Upacara... 20
2.5. Penelitian Terdahulu... 22
2.5.1. Skripsi... 22
2.5.2. Jurnal... 23
2.5.3. Buku-Buku... 25
BAB III METODE PENELITIAN……..…….………... 27
3.1 Persiapan Penelitian……….……...………... 28
3.1.1. Penentuan dan Pengajuan Tema Penelitian..………….... 28
3.1.2. Penyusunan Rancangan Penelitian…...
Mochammad Rendy Putra Harfiansyah, 2015
PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN 1974-2008 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
vi
3.1.3. Proses Bimbingan dan Konsultasi…....…... 31
3.2. Pelaksanaan Penelitian………..……..……...………... 31
3.2.1. Pengumpulan Sumber (Heuristik)..…...…… 32
3.2.2. Verifikasi (Kritik Sumber)…………... 37
3.2.2.1. Kritik Eksternal…………... 38
3.2.2.2. Kritik Internal…………... 39
3.3. Interpretasi……...…..………...………... 40
3.4. Pendekatan………….…...………... 41
3.5. Laporan Penelitian………... 41
BAB IV KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON (1974-2008)... 43
4.1 Gambaran Umum………... 43
4.1.1. Kondisi Geografis………... 43
4.1.2. Masyarakat Cirebon... 44
4.1.3. Kesenian Cirebon……….. 46
4.2 Latar Belakang Munculnya Kesenian Brai... 47
4.2.1. Brai Nurul Iman……….... 51
4.2.2. Brai Gunung Jati ... 53
4.2.3. Brai Bakung... 54
4.2.4. Brai Purwawinangun………. 54
4.3. Peranan Kesenian Brai... 55
4.4. Fungsi Kesenian Brai... 58
4.4.1. Alat Musik (Waditra) dan Busana... 68
4.4.2. Lagu-Lagu dalam Kesenian Brai... 70
4.4.3. Bentuk Pementasan Kesenian Brai... 71
4.4.4. Tokoh-Tokoh Kesenian Brai………. 72
4.5. Tanggapan Pelaku dan Penikmat Terhadap Kesenian Brai…… 73
4.6. Upaya yang dilakukan Pemerintah dan Masyarakat…………... 75
BAB V SIMPULAN DAN SARAN………... 80
5.1 Kesimpulan... 80
5.2 Saran... 82
Mochammad Rendy Putra Harfiansyah, 2015
PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN 1974-2008 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
vii
LAMPIRAN
Mochammad Rendy Putra Harfiansyah, 2015
PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN 1974-2008 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Kesenian tradisional yang tumbuh dan berkembang di Jawa Barat
memiliki jenis yang beragam. Keanekaragaman jenis kesenian tradisional itu
dalam perkembangannya tidak dapat dilepaskan dari kehidupan masyarakat
pendukungnya, sebab kesenian tradisional telah lahir, tumbuh dan berkembang
dalam lingkungan masyarakat penyangganya. Demikian pula dengan
perkembangannya yang mendapat pengaruh dari lingkungan. Di tengah-tengah
perubahan pola kehidupan masyarakat tersebut, masih diharapkan kesenian
tradisional di wilayah Jawa Barat tidak sirna dalam kehidupan masyarakatnya.
Penguatan suatu nilai budaya biasanya terjadi pada masyarakat yang
belum banyak tersentuh pola pengaruh budaya asing walaupun dalam kondisi
yang cukup memprihatinkan. Adanya perhatian dari kaum intelektual terhadap
pentingnya nilai-nilai budaya dan seni tradisional yang masih hidup di dalam
masyarakat sangatlah berarti bagi generasi penerus yang akan mewarisi nilai-nilai
budaya tradisional tersebut. Kesenian Brai adalah seni tradisional yang tumbuh di
daerah Cirebon dan Indramayu, Jawa Barat, sejenis solawatan atau terebangan
yang terdapat pada masyarakat Muslim di banyak daerah di Nusantara.
Berdasarkan (Wahidin, 2013: 32) sejarah munculnya Kesenian Brai,
diperkirakan sekitar abad ke-14 Masehi. Bentuknya berupa nyanyian yang
dibawakan sekelompok masyarakat dan dinyanyikan secara berbarengan,
kemudian kesenian ini digunakan sebagai media penyebaran agama Islam. Oleh
karena itu, syair lagu yang dinyanyikan dalam kesenian Brai berisikan puji-pujian
dan ajakan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Lantunan lagu dalam kesenian tersebut bernuansa Islami dengan
Mochammad Rendy Putra Harfiansyah, 2015
PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN 1974-2008 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ketipung, atau kendang. Kesenian Brai biasanya dilakukan pada saat terang bulan
purnama dan dipertunjukkan di halaman atau pelataran rumah.
Memasuki tahun 1970-an kesenian tersebut telah banyak dimainkan di
pesantren-pesantren di Cirebon sebagai seni hiburan oleh para santri sehingga
kesenian tersebut menyebar ke desa-desa di Cirebon. Pada perkembangan
selanjutnya, Seni Brai sering dimainkan oleh warga pada acara-acara keagamaan
maupun syukuran, contohnya pada tanggal belasan sampai dua puluhan bulan
Muharam, malam Lailatul Qadar, Maulid Nabi, kelahiran bayi, selamatan rumah,
dan selamatan di makam. Dengan demikian, kesenian Brai tidak biasa dan
memang bukan dimaksudkan sebagai seni hiburan dalam panggung untuk untuk
ditonton oleh banyak orang.
Namun dengan mulai munculnya beberapa grup Brai yang sering
mengadakan pertunjukan yang tujuannya agar kesenian ini tetap lestari dan tidak
punah seiring berkembangnya zaman. Untuk tetap mempertahankan keberadaan
Brai, para grup Brai di Cirebon mulai menampilkan kesenian itu pada acara yang
ramai pengunjungnya, seperti pembukaan Musabaqah Tilawatil Alquran (MTQ).
Hal itu sesuai dengan apa yang diungkapkan Yoety (1986:13) dalam
bukunya Budaya Tradisi Yang Hampir Punah bahwa:
“Kesenian tradisional adalah kesenian yang sejak lama turun temurun hidup dan berkembang pada suatu daerah, masyarakat etnik tertentu yang perwujudannya mempunyai peranan tertentu dalam masyarakat pendukungnya”.
Berlakunya peraturan mengenai otonomi daerah pada tahun 1999 hingga
memasuki tahun 2004 pemerintah pusat melakukan amandemen dengan
mengeluarkan UU No 32 Tahun 2004 mengenai Pemerintah Daerah, seharusnya
dengan diberlakukannya Undang-Undang tersebut pemerintah daerah, yaitu
Walikota atau Bupati bisa lebih memperhatikan aset-aset yang dimiliki daerahnya
khususnya aset budaya dengan berbagai cara serta mengajak masyarakatnya ikut
menjaga kesenian lokal agar kesenian tersebut tetap lestari dan berkembang
terutama kesenian Brai. Walaupun keberadaan kesenian Brai masih bisa bertahan
Mochammad Rendy Putra Harfiansyah, 2015
PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN 1974-2008 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
orang tua dan generasi mudanya kurang tertarik dengan kesenian ini karena lebih
tertarik dengan musik-musik modern yang lebih banyak menawarkan berbagai
genre musik dan lirik lagu yang lebih simpel dan mudah diingat sehingga
berdampak pada kurangnya minat generasi muda untuk mempelajari kesenian
Brai. Dengan alasan tersebut, pemerintah daerah dengan otonominya diharapkan
dapat menjaga kesenian di daerahnya. Hal ini senada dengan apa yang
diungkapkan Soedarsono dalam bukunya Perkembangan Kesenian Kita
Menjelang Abad XXI (1991:26) bahwa:
“Dampak paling jelas dari masuknya budaya luar terutama barat ke Indonesia adalah menurunnya minat masyarakat, terutama generasi muda terhadap sesuatu yang sifatnya etnik. Hal ini disebabkan pemahaman tentang seluk beluk seni ini sendiri sangat lemah”.
Keberadaan kesenian tradisional yang semakin hari semakin ditinggalkan
oleh masyarakat yang terpengaruh oleh perkembangan zaman memerlukan
adanya sikap mental yang bertanggung jawab dari para pecinta seni khususnya
kesenian Brai yang sekarang ini kurang begitu diminati oleh masyarakat pada
umumnya dan generasi muda khusunya, hal ini tercermin dengan pendapat
Sedyawati dalam bukunya Pertumbuhan Seni Pertunjukan (1981 :61) berikut: “Seni tradisi juga menjadi isoterik karena sebagian besar pendukungnya sudah meninggalkan dengan berbagai alasan, bahwa seni tradisi sudah tidak sesuai lagi dengan arus perkembangan zaman, sudah tidak memadai cita rasa modern. Alangkah celaka masyarakat kita sekarang ini dengan yang lama belum dikenal, dengan yang baru sudah dikenal. Dalam keadaan seperti ini kegiatan apresiasi menjadi lebih penting”. Bentuk dari kesenian tradisional saat ini sedang atau telah mengalami
pergeseran fungsi di masyarakat akibat dari dinamisasi kehidupan yang menuntut
adanya perubahan seiring dengan berubahnya zaman dan pola pikir masyarakat.
Perubahan-perubahan tersebut menyebabkan terjadinya pergeseran nilai sehingga
pada kenyataan di lapangan terdapat beberapa versi atau pandangan terhadap seni
dan budaya. Pada satu pihak ada yang ingin menyesuaikan diri dengan perubahan
kemajuan dari ilmu pengetahuan dan teknologi, pada lain pihak ada yang masih
Mochammad Rendy Putra Harfiansyah, 2015
PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN 1974-2008 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Bahkan tidak sedikit orang yang mengetahui seni dan budaya daerahnya
sendiri, sementara seni dan budaya asing dipertahankan dalam gaya
kehidupannya. Kepunahan sebuah kesenian lokal sebagai aset budaya daerah
dapat terjadi apabila dalam masyarakatnya terutama generasi muda kurang peduli
dan tidak mempunyai keinginan untuk meneruskan, mengembangkan serta
melestarikan keberadaan seni tradisional tersebut. Para generasi muda umumnya
lebih memilih untuk menikmati kesenian-kesenian yang bersifat lebih modern.
Kesenian Brai merupakan salah satu aset kesenian yang ada di daerah
Kota Cirebon. Sebagai salah satu seni budaya yang sangat menyatu dengan
kehidupan masyarakat maka kesenian ini perlu dipertahankan eksistensi dan
kelestariannya. Menurut salah satu pelaku kesenian Brai Haji Samir (21-3-15)
menyebutkan kalau kesenian ini hanya dilakukan dan dinikmati oleh satu generasi
saja yaitu kebanyakan dari mereka yang sudah berumur 40 tahun keatas, dengan
kenyataan seperti ini bukan tidak mungkin jika beberapa tahun kedepan aset seni
yang berharga ini bisa hilang ditelan zaman yang semakin modern.
Upaya untuk pelestarian dari instansi terkait di Cirebon pun dirasakan
masih kurang terhadap keberadaan dan perkembangan kesenian Brai. Setelah
semakin berkembangnya modernisasi ditengah kehidupan masyarakat, maka
kesenian Brai mulai dipentaskan diberbagai kesempatan yang tujuannya agar
kesenian ini dapat diperkenalkan pada generasi muda dan sebagai bentuk upaya
agar kesenian Brai tetap lestari sampai generasi-generasi yang akan datang.
Seni budaya tradisional yang ada di Kota Cirebon sudah seharusnya
dijaga, bukan hal yang mustahil jika suatu saat akan mengalami kekosongan yang
berujung pada punahnya kesenian tersebut ditempat seni budaya itu muncul dan
berkembang. Padahal mengingat keberadaannya itu sebagai salah satu komoditi
penting dalam seni budaya masyarakat khususnya seni rupa, kesenian Brai ini
sudah seharusnya mendapat perhatian yang lebih dari pemerintah, karena hal ini
dikhawatirkan bisa mengikis secara perlahan kelestariannya. Kekhawatiran ini
pun diperkuat dengan adanya kenyataan bahwa ada permasalahan dari segi
Mochammad Rendy Putra Harfiansyah, 2015
PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN 1974-2008 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka penulis berpendapat bahwa
kesenian ini sangat penting untuk diteliti dengan beberapa alasan sebagai berikut:
Pertama, Sebagai putra daerah merupakan suatu kewajiban untuk
melestarikan sejarah dan budaya lokal yang ada di Kota Cirebon. Hal ini
bertujuan untuk memahami sejarah dan perkembangan kesenian di Cirebon,
sehingga diharapkan dengan adanya penelitian ini bisa memberikan suatu
pengetahuan baru kepada generasi muda tentang adanya kesenian Brai yang
merupakan kesenian tradisional di Kota Cirebon. Berangkat dari rasa kepedulian
terhadap nilai-nilai seni dan budaya lokal yang akhir-akhir ini kurang mendapat
perhatian dan dukungan sehingga ikut mengancam terhadap eksistensi seni
budaya nasional. Begitu pula dengan kesenian Brai yang ada di daerah Cirebon ini
di tengah arus modernisasi seperti sekarang, kesenian Brai hampir kurang
diperhatikan oleh masyarakat, namun patut disyukuri karena kesenian ini masih
bisa terus berkembang hingga saat ini. Hal ini disebabkan antara lain bahwa
kesenian Brai sendiri kurang diminati para penerusnya terutama generasi muda
sehingga terhambat dari segi regenerasi yang seharusnya dapat
berkesinambungan. Masyarakat, sebagai pemilik sah kesenian ini, hendaknya
melakukan usaha untuk terus melestarikan kesenian Brai ini dengan cara
menggerakkan kesadaran bersama atau mengadakan pementasan-pementasan di
lingkungan pemerintahan dan lingkungan pendidikan untuk lebih
memperkenalkan kesenian Brai ini kepada masyarakat yang belum mengetahui
bahwa kesenian Brai ini merupakan salah satu dari identitas budaya masyarakat
Cirebon.
Kedua, Sebagai mahasiswa sejarah, penulis tertarik dengan penelitian
mengenai kesenian tradisional yang ada di Kota Cirebon yaitu kesenian Brai.
Berdasarkan permasalahan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
lebih jauh tentang kesenian Brai. Penelitian ini ditujukan guna mengetahui lebih
jauh tentang perkembangan kesenian Brai serta ingin mengetahui bagaimana
upaya seniman, masyarakat setempat, dan instansi pemerintah setempat
Mochammad Rendy Putra Harfiansyah, 2015
PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN 1974-2008 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
melestarikan kesenian Brai. Alasan ketertarikan peneliti pada masalah tersebut
karena ada sebuah kesenjangan yang terjadi antara pelaku kesenian Brai dengan
masyarakat karena hingga saat ini, kesenian Brai masih hidup dan berkembang
tetapi kurang begitu dikenal oleh masyarakat Cirebon umumnya dan para generasi
muda khususnya. Di samping memiliki nilai tatanan budaya serta pesan moral
yang tinggi tetapi keberadaan dan perkembangannya kurang begitu mendapat
perhatian dari pihak-pihak terkait dan pemerintah. Selain itu kesenian ini
dihadapkan pada perubahan masyarakat serta perubahan lingkungan sosial
sebagai dampak modernisasi. Penelitian ini juga bertujuan untuk melihat
pengaruh perubahan yang terjadi pada masyarakat Kota Cirebon terutama
terhadap perkembangan sosial dan budaya masyarakatnya. Dalam skripsi ini
penulis untuk mengkaji lebih dalam tentang perkembangan kesenian Brai di Kota
Cirebon. Maka diangkatlah judul Perkembangan Kesenian Brai di Kota Cirebon
Tahun 1974-2008 (Suatu Kajian Sosial Budaya).
1.2. Rumusan Masalah
Dari judul penelitian yang penulis ajukan, penulis membatasi kajiannya
dalam satu rumusan masalah besar yaitu “Bagaimana Perkembangan Kesenian
Brai di Kota Cirebon pada tahun 1974-2008 ditinjau dari sudut pandang Sosial dan Budaya?” Dari rumusan masalah tersebut penulis akan membatasi dengan beberapa sebagai berikut :
1. Bagaimanakah latar belakang munculnya Kesenian Brai di Kota Cirebon?
2. Bagaimanakah peran dan fungsi Kesenian Brai di Kota Cirebon tahun
1974-2008?
3. Bagaimanakah tanggapan masyarakat baik pelaku maupun penikmat Kesenian
Brai di Kota Cirebon tahun 1974-2008?
4. Apakah upaya yang di lakukan masyarakat Cirebon untuk mempertahankan
Mochammad Rendy Putra Harfiansyah, 2015
PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN 1974-2008 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan utama yang ingin dicapai penulis dalam penelitian ini adalah
menjelaskan perkembangan kesenian Brai tahun 1974-2008 di Kota Cirebon.
Adapun tujuan khusus dalam penelitian adalah sebagai berikut :
1. Mendeskripsikan tentang latar belakang munculnya Kesenian Brai di Kota
Cirebon;
2. Mendeskripsikan peran dan fungsi Kesenian Brai di Kota Cirebon tahun
1974-2008;
3. Mengungkapkan tanggapan dari masyarakat baik pelaku maupun penikmat
Kesenian Brai di Kota Cirebon tahun 1974-2008;
4. Menjelaskan upaya apa saja yang dilakukan oleh masyarakat Cirebon untuk
mempertahankan keberadaan Kesenian Brai tahun 1974-2008.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut:
1. Menambah wawasan penulis tentang keberadaan kesenian tradisional yang
perlu dilestarikan, khususnya kesenian Brai di Kota Cirebon.
2. Memperkaya penulisan sejarah terutama sejarah lokal yang ada di Jawa Barat.
3. Dapat memberikan suatu masukkan kepada pemerintah daerah setempat
khususnya, kepada pemerintah pusat pada umumnya, agar terus melakukan
upaya-upaya yang dapat membangkitkan kembali kesenian tradisional yang
hampir punah baik melalui regenerasi maupun melalui upaya-upaya lainnya.
Apalagi mengingat kesenian Brai merupakan salah satu aset kesenian yang
dimiliki Kota Cirebon, sebagai salah satu seni budaya yang sangat menyatu
dengan kehidupan masyarakat sehingga kesenian ini perlu diperhatikan
eksistensi dan kelestariannya.
4. Menjadi bahan muatan lokal di sekolah sehingga generasi muda khususnya
Mochammad Rendy Putra Harfiansyah, 2015
PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN 1974-2008 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1.5. Struktur Organisasi Skripsi
Penelitian ini disusun berdasarkan struktur organisasi skripsi yang
telah ditentukan oleh pihak Universitas Pendidikan Indonesia untuk menyusun
skripsi.
Adapun struktur yang akan digunakan dalam skripsi ini adalah sebagai
berikut:
Bab I Pendahuluan, bab ini akan menjelaskan tentang latar belakang
masalah yang di dalamnya termuat penjelasan mengapa masalah yang diteliti
muncul dan penting serta memuat alasan pemilihan masalah tersebut sebagai
judul. Bab ini juga berisi perumusan dan pembatasan masalah yang disajikan
dalam bentuk pertanyaan untuk mempermudah peneliti mengkaji dan
mengarahkan pembahasan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penjelasan
judul, metode dan teknik penelitian serta sistematika penulisan.
Bab II Kajian Pustaka, dalam bab ini, akan diuraikan mengenai tinjauan
terhadap sumber-sumber yang akan digunakan dalam penelitian ini. Penulis
akan menjelaskan mengenai sumber-sumber yang akan digunakan oleh
penulis dalam mengkaji permasalahannya
Bab III Metode Penelitian, bab ini membahas langkah-langkah, metode dan
teknik penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam mencari sumber-sumber,
cara pengolahan sumber, analisis dan cara penulisannya. Semua prosedur
dalam penelitian akan di bahas pada bab ini
Bab IV Pembahasan, bab ini merupakan isi utama tulisan yang akan
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada pada rumusan masalah dan batasan
masalah. Pada Bab ini akan dijelaskan Perkembangan Kesenian Brai di Kota
Cirebon Tahun 1974-2008: Suatu Kajian Sosial Budaya, yang meliputi: Latar
belakang lahirnya kesenian Brai di Kota Cirebon, perkembangan kesenian Brai
pada kurun waktu 1974 hingga 2008, tanggapan masyarakat baik pelaku
maupun penikmat Kesenian Brai di Kota Cirebon, dan upaya masyarakat Cirebon
Mochammad Rendy Putra Harfiansyah, 2015
PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN 1974-2008 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Bab V Simpulan dan Saran, bab ini mengemukakan kesimpulan yang
merupakan jawaban dan analisis peneliti terhadap masalah-masalah secara
keseluruhan. Hasil temuan akhir ini merupakan pandangan dan interpretasi
Mochammad Rendy Putra Harfiansyah, 2015
PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN 1974-2008 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
METODE PENELITIAN
Dalam bab ini akan membahas mengenai metode penelitian yang digunakan
untuk proses penyusunan skripsi ini. Metode yang digunakan untuk menyusun
penelitian ini adalah metode sejarah, Metode sejarah mengandung pengertian
proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa
lampau (Gotschalk, 2008:39). Dalam penyusunan penelitian ini dituntut
menemukan fakta, menilai dan menafsirkan fakta-fakta yang diperoleh secara
sistematis dan objektif untuk disimpulkan dari objek yang ditulis.
Adapun langkah-langkah yang akan penulis gunakan dalam melakukan
penelitian sejarah ini sebagaimana dijelaskan oleh Sjamsuddin (2007: 89):
1. Pemilihan Topik agar fokus penelitian menjadi terarah dan mempunyai
batasan untuk dibahas.
2. Pengumpulan Sumber atau Heuristik. Dalam buku Sjamsuddin (2007: 86).
Heuristik yaitu sebuah kegiatan mencari sumber-sumber dalam
mendapatkan data-data atau materi sejarah, atau evidensi sejarah. Tahap
pengumpulan sumber-sumber sejarah yang dianggap relevan dengan topik
yang dipilih. Cara yang dilakukan adalah mencari dan mengumpulkan
sumber, buku-buku dan artikel-artikel yang berkaitan dengan permasalahan
yang dikaji. Sumber penelitian sejarah terbagi menjadi tiga yaitu sumber
benda, sumber tertulis dan sumber lisan. Topik yang penulis pilih berbentuk
studi literatur sehingga sumber yang diambil merupakan sumber tertulis.
3. Verifikasi atau Kritik. Langkah kritik dilakukan menyangkut verifikasi
sumber yaitu pengujian mengenai kebenaran atau ketepatan (akurasi) dari
sumber tersebut. Dalam metode sejarah dikenal dengan cara melakukan
kritik eksternal dan kritik internal (Sjamsuddin,2007:132). Pada tahap ini
penulis melakukan pengkajian terhadap sumber-sumber yang didapat untuk
Mochammad Rendy Putra Harfiansyah, 2015
PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN 1974-2008 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
terhadap fakta-fakta yang diperoleh dengan cara menghubungkan satu sama
lainnya. Pada tahapan ini penulis mencoba menafsirkan fakta-fakta yang
diperoleh selama penelitian. Dimana penafsiran meliputi fakta yang
ditemukan mengenai perkembangan kesenian Brai tahun 1974-2008.
5. Penulisan atau Historiografi yaitu tahap akhir dalam penulisan sejarah.
Menurut Gottschalk (2008: 39) Historiografi merupakan rekonstruksi yang
imajinatif dari masa lampau berdasarkan data yang diperoleh. Pada tahapan
ini penulis menyajikan hasil temuannya pada tiga tahap sebelumnya dengan
cara menyusun dalam bentuk tulisan dengan jelas dengan gaya bahasa yang
sederhana menggunakan tata bahasa penulisan yang baik dan benar. Dalam
penulisan atau Historiografi ini peneliti berusaha mengajukan laporan
penelitian yang berjudul Perkembangan Kesenian Brai di Kota Cirebon
Tahun 1974-2008.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti membagi metode historis yang digunakan ke
dalam empat tahapan penelitian, yaitu teknik, persiapan penelitian, pelaksanaan
penelitian dan laporan penelitian.
3.1 Persiapan Penelitian
3.1.1 Penentuan dan Pengajuan Topik Penelitian
Dalam proses penentuan dan pengajuan topik ini merupakan langkah
yang harus pertamakali ditempuh oleh peneliti sebelum ke tahapan penelitian
yang lebih lanjut. Proses penentuan topik penelitian ini berawal pada saat
perkuliahaan Seminar Penulisan Karya Ilmiah dimana perkuliahan ini mewajibkan
para mahasiswanya memilih topik untuk dijadikan sebagai bahasan proposal
penelitian yang menjadi syarat dalam perkuliahan ini. Dari awal perkuliahan
peneliti tertarik untuk membahas sejarah kawasan khususnya kawasan Asia
Timur, pilihan pertama peneliti adalah peranan Chaebol (konglomerat) dalam
perekonomian Korea Selatan dan ternyata telah ada yang menulis. Maka dari itu,
Mochammad Rendy Putra Harfiansyah, 2015
PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN 1974-2008 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kesenian tersebut juga menjadi salah satu kesenian tradisional Cirebon yang
mulai terlupakan, oleh karena itu diputuskanlah untuk membahas perkembangan
kesenian Brai di kota Cirebon dan berlanjut menjadi proposal penelitian skripsi
dan akhirnya menjadi topik dalam skripsi.
Setelah yakin akan membahas mengenai Kesenian Brai, peneliti
berkonsultasi dengan ketua TPPS Departemen Pendidikan Sejarah untuk
kemudian didaftarkan dalam seminar pra-rancangan penelitian dengan judul,
Perkembangan Kesenian Brai di Kota Cirebon Tahun 1990-2000 (Suatu Kajian
Sosial Budaya). Adapun isi dari proposal tersebut antara lain : Judul, Latar
Belakang Masalah, Rumusan dan Batasan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat
Penelitian, Kajian Pustaka, Metode Penelitian, Sistematika Penulisan, Daftar
Pustaka.
3.1.2 Penyusunan Rancangan Penelitian
Setelah mendaftarkan judul serta proposal penelitian kepada TPPS di
Departemen Pendidikan Sejarah dengan judul Perkembangan kesenian Brai di
Kota Cirebon Tahun 1990-2000 (Suatu Kajian Sosial Budaya), peneliti diizinkan
untuk melakukan presentasi proposal tersebut di dalam seminar Pra-rancangan
Penelitian yang diadakan TPPS Departemen Pendidikan Sejarah, Universitas
Pendidikan Indonesia (UPI).
Dalam seminar tersebut hadir calon pembimbing 1 Bapak Drs. Ayi Budi
Santosa, M.Si dan pembimbing 2 Bapak Drs. Syarif Moeis. Setelah
mempresentasikan proposal yang berjudul Perkembangan kesenian Brai di Kota
Cirebon Tahun 1990-2000 (Suatu Kajian Sosial Budaya), para calon pembimbing
satu maupun dua menyetujui judul serta rumusan masalah yang telah
dipresentasikan peneliti, karena bahasan yang diajukan oleh peneliti tidak terlalu
kompleks, serta dari rumusan masalah yang diajukan telah mencukupi untuk
dibahas dalam penelitian. Calon pembimbing 1 menyarankan agar peneliti lebih
Mochammad Rendy Putra Harfiansyah, 2015
PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN 1974-2008 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kesenian Brai karena pada tahun periodisasi dalam proposal peneliti terlalu sempit
untuk suatu perubahan dan perkembangan suatu kebudayaan.
Setelah mendapat masukan dari para calon pembimbing dan ditemukannya
lagi fakta baru mengenai kesenian Brai, maka peneliti memutuskan untuk
membahas mengenai sejarah lokal dan mengganti periodisasinya, dengan judul
Perkembangan kesenian Brai di Kota Cirebon Tahun 1974-2008 (Suatu Kajian
Sosial Budaya). Setelah mengajukan revisi proposal dengan judul tersebut,
kembali peneliti mendapat masukan dari calon Pembimbing 1 untuk lebih
meringkas isi proposal baik secara isi maupun penulisan.
Adapun struktur yang akan digunakan dalam skripsi ini adalah sebagai
berikut:
Bab I Pendahuluan, bab ini akan menjelaskan tentang latar belakang
masalah yang di dalamnya termuat penjelasan mengapa masalah yang diteliti
muncul dan penting serta memuat alasan pemilihan masalah tersebut sebagai
judul. Bab ini juga berisi perumusan dan pembatasan masalah yang disajikan
dalam bentuk pertanyaan untuk mempermudah peneliti mengkaji dan
mengarahkan pembahasan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penjelasan
judul, metode dan teknik penelitian serta sistematika penulisan.
Bab II Kajian Pustaka, dalam bab ini, akan diuraikan mengenai tinjauan
terhadap sumber-sumber yang akan digunakan dalam penelitian ini. Penulis
akan menjelaskan mengenai sumber-sumber yang akan digunakan oleh
penulis dalam mengkaji permasalahannya
Bab III Metode Penelitian, bab ini membahas langkah-langkah, metode dan
teknik penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam mencari sumber-sumber,
cara pengolahan sumber, analisis dan cara penulisannya. Semua prosedur
dalam penelitian akan di bahas pada bab ini
Bab IV Pembahasan, bab ini merupakan isi utama tulisan yang akan
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada pada rumusan masalah dan batasan
Mochammad Rendy Putra Harfiansyah, 2015
PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN 1974-2008 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
belakang lahirnya kesenian Brai di Kota Cirebon, perkembangan kesenian Brai
pada kurun waktu 1974 hingga 2008, tanggapan masyarakat baik pelaku
maupun penikmat Kesenian Brai di Kota Cirebon, dan upaya masyarakat Cirebon
untuk mempertahankan Kesenian Brai.
Bab V Simpulan dan Saran, bab ini mengemukakan kesimpulan yang
merupakan jawaban dan analisis peneliti terhadap masalah-masalah secara
keseluruhan. Hasil temuan akhir ini merupakan pandangan dan interpretasi
peneliti tentang inti pembahasan penulis.
3.1.3 Proses Bimbingan dan Konsultasi
Proses ini merupakan salah satu yang penting bagi peneliti dalan
penyusunan penelitian skripsi ini. Karena dalam proses inilah peneliti mendapat
masukan yang menunjang untuk penelitian. Dari setiap hasil penyusunan
penelitian yang telah dilakukan selanjutnya peneliti menyerahkan kepada
pembimbing untuk diberikan bimbingan serta konsultasi dari hal yang ditulis
peneliti.
Rekomendasi yang dihasilkan dalam proses bimbingan dan konsultasi
tersebut menjadi masukan dalam memperbaiki hal-hal yang kurang dalam
penyusunan peneltian ini. Beberapa hal yang menjadi masukan dalam proses
bimbingan dan konsultasi ini antara lain adalah masalah redaksi judul, latar
belakang masalah, rumusan masalah, serta fokus penelitian akan diarahkan
kemana dan tata cara penulisan.
Proses bimbingan dilakukan secara berkelanjutan dan bertahap. Dari proses
tersebut peneliti mendapat masukan yang sangat berarti bagi penyusunan
penelitian ini hingga akhirnya dapat terbentuk sebuah laporan peneltian.
Bimbingan dilakukan dengan dosen pembimbing 1 di kampus, serta dengan
pembimbing 2 melalui email ke alamat (syarifutama@yahoo.com).
Mochammad Rendy Putra Harfiansyah, 2015
PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN 1974-2008 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
metodologi sejarah yang berlaku. Seperti yang dijelaskan oleh Sjamsuddin
(2007:89) dan juga terdapat dalam Kuntowijoyo (2005: 90) penetian sejarah
meliputi, pemilihan topik, pengumpulan sumber (Heuristic), verifikasi data (kritik
internal dan eksternal), interpretasi, serta penulisan atau historiografi. Setelah
melakukan poin yang pertama yaitu pemilihan topik, dalam pelaksanaan
penelitian ini meliputi tiga hal yang dilakukan, yaitu Heuristic, Kritik sumber, dan
juga Interpretasi. Sedangkan untuk penulisan atau Historiografi akan dibahas
dalam tahapan selanjutnya yaitu tahapan laporan penelitian.
3.2.1 Pengumpulan Sumber (Heuristic)
Dalam tahapan heuristic ini peneliti mencoba mencoba mengumpulkan
sumber yang berkaitan dengan penelitian. Sesuai dengan teknik peneltian yang
dipilih oleh penelti yaitu teknik literatur maka sumber-sumber yang dikumpulkan
berupa buku ataupun artikel yang berhubungan dengan penelitian. Pengumpulan
sumber tersebut diperoleh dari berbagai tempat dan media, yaitu perpustakaan,
media internet, dan jurnal. Pengumpulan sumber ini telah dilakukan sejak pra
peneltian, dimana pada saat itu peneliti mencari tempat-tempat yang terdapat
sumber lalu pada saat peneltian kembali ke tempat tersebut.
Teknik pengumpulan data yang digunakkan peneliti dalam penyusunan
skripsi yang bertema seni tradisional Brai ini menggunakan tiga macam teknik
penelitian, yaitu studi kepustakaan (literatur), wawancara, dan studi dokumentasi
yang akan dipaparkan dibawah ini:
1. Studi Kepustakaan (Literatur)
Studi literatur digunakan untuk mengumpulkan fakta-fakta dengan
mempelajari buku-buku, jurnal, artikel, arsip, dan majalah yang relevan dengan
permasalahan yang dikaji dalam penulisan skripsi, sehingga informasi yang
diperoleh dapat dijadikan rujukan untuk memperkuat argumentasi yang ada.
Sumber berupa literatur dipelajari untuk memperoleh informasi secara teoritis
Mochammad Rendy Putra Harfiansyah, 2015
PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN 1974-2008 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
teknik penelitian untuk membantu peneliti dalam mengkaji permasalahan yang
diangkat.
Tema skripsi yang dijadikan bahan penulisan adalah sejarah lokal. Dalam
hal ini, peneliti sedikit mengalami kendala dalam mencari literatur berupa buku
yang berhubungan secara langsung dengan kesenian Brai karena buku yang
banyak ditemukan hanya membahas seni secara umum. Walaupun demikian ada
beberapa literatur yang memfokuskan kajiannya kesenian tradisional terutama
seni pertunjukkan. Sehubungan dengan hal tersebut, peneliti akhirnya
menggunakan literatur tersebut untuk dijadikan referensi dalam mengkaji
kesenian Brai sebagai salah satu seni tradisional di Cirebon.
Adapun tempat-tempat yang dijadikan sebagai pencarian sumber antara lain:
a. Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) tanggal 5 Desember
2014, ditempat ini peneliti menemukan sumber sumber yang berkenaan dengan
kebudayaan, walaupun tidak berhubungan langsung dengan kesenian Brai dan
buku-buku tentang metodologi penelitian sejarah.
b. Perpustakaan 400 Kota Cirebon tanggal 7 Januari 2015 di tempat ini peneliti
menemukan beberapa sumber yang dijadikan sebagai referensi tambahan untuk
proses penyusunan penelitian. Beberapa buku yang didapatkan di perpustakaan
ini penulis menemukan beberapa buku mengenai kesenian yang ada di daerah
Cirebon salah satunya buku yang berjudul Kompilasi Kesenian Tradisional
Cirebon (2013) karangan Dede Wahidin yang didalamnya terdapat pembahasan
mengenai kesenian Brai.
c. Perpustakaan Umum Kabupaten Cirebon tanggal 9 Januari 2015 di tempat ini
tidak berbeda jauh dengan buku yang ditemukan di Perpustakaan Kota
Cirebon, namun ada buku yang membahas mengenai seni hiburan dan
pertunjukan tradisional yang berjudul Hiburan Masa Lalu dan Tradisi Lokal:
Kumpulan Esai Seni, Budaya, dan Sejarah Indonesia (2011) karangan Fandi
Hutari serta Deskripsi Kesenian Cirebon (2004) karangan DISBUDPAR
Mochammad Rendy Putra Harfiansyah, 2015
PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN 1974-2008 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menemukan buku yang membahas mengenai perkembangan kebudayaan yang
berjudul kecenderungan Perkembangan Sosial Budaya Abad XXI (Perspektif
Sejarah), Falsafat dan Mistisisme dalam islam, dan Kebudayaan Pembangunan
dalam Perspektif Sejarah.
e. Koleksi buku pribadi yang penulis punya, antara lain; Kebudayaaan di
Nusantara, dari Keris, Tor-Tor sampai Industri Budaya, Spiritualitas dan Seni
Islam, dan perspektif sosial Budaya Pembangunan Nasional Kita.
Selain sumber yang terdapat di perpustakaan, peneliti juga mengumpulkan
sumber dari internet. Kualifikasi pemilihan sumber dari internet peneliti
melakukannya dengan berbagai pertimbangan setelah melakukan pencarian
sumber yang relevan di internet. Sumber sumber yang ditemukan di berbagai
tempat tersebut dibantu juga oleh sumber-sumber yang dimiliki oleh peneliti
pribadi di antaranya, Pengantar Antropologi (2002) karangan Koentjaraningrat,
dan Kebudayaan di Nusantara: Dari Keris, Tor-Tor sampai Industri Budaya
karangan Edy Sedyawati.. Setelah sumber-sumber tersebut terkumpul maka
sumber tersebut akan dikritisi secara eksternal maupun internal, dan peneliti
kemudian melakukan analisis. Hasil analisis inilah yang dijadikan rujukan bagi
peneliti untuk menjawab permasalahan dalam skripsi ini dan penulisan skripsi ini
menggunakan sistem penulisan sesuai dengan aturan dalam penulisan karya
ilmiah yang ditetapkan oleh Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).
2. Wawancara
Teknik wawancara merupakan teknik yang penting dalam skripsi ini
karena sebagian besar dari pengumpulan sumbernya diperoleh melalui
wawancara, karena literatur yang membahas secara khusus mengenai kesenian
Brai sangat terbatas, maka teknik wawancara lebih dominan digunakan sebagai
salah satu sumber dalam skripsi ini, yaitu sumber lisan. Wawancara bertujuan
untuk memperoleh sumber sejarah dalam bentuk lisan yang dilakukan dengan cara
Mochammad Rendy Putra Harfiansyah, 2015
PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN 1974-2008 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Brai di Cirebon. Pengertian mengenai wawancara menurut Nazir (1985: 234)
adalah sebagai berikut:
Proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan tanya
jawab sambil bertatap muka antara penanya atau pewawancara dengan penjawab
atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan pedoman wawancara
(interview guide).
Wawancara banyak digunakan dalam penelitian-penelitian, oleh karena
itu, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data tersebut dalam penelitian ini.
Tetapi penggunaan metode wawancara dalam mengumpulkan sumber ini tidak
bisa seenaknya terutama dalam memilih responden karena terdapat beberapa
aturan dalam pelaksanaannya. Pernyataan tersebut diperkuat oleh pendapat
Koentjaraningrat (1993: 130), yang mengemukakan bahwa sebelum dapat
memulai wawancara atau sebelum dapat bertatap muka dengan seseorang dan
mendapat keterangan lisan, maka ada beberapa soal mengenai persiapan untuk
melakukan wawancara yaitu sebagai berikut:
1) Seleksi individu untuk diwawancara.
2) Pendekatan orang yang telah diseleksi untuk diwawancara.
3) Pengembangan suasana lancar dalam wawancara, serta usaha untuk
menimbulkan pengertian dan bantuan sepenuhnya dari orang yang
diwawancara.
Menurut Koentjaraningrat (1993: 130) bahwa dalam melakukan penelitian
ada dua macam wawancara yang berbeda sifatnya, yaitu:
1) Wawancara untuk mendapatkan keterangan dan data dari
individu-individu tertentu untuk kepentingan informasi.
2) Wawancara untuk mendapatkan keterangan tentang diri pribadi, pendirian
atau pandangan dari individu yang diwawancara, untuk keperluan
kooperatif.
Dalam teknik wawancara tidak lupa pula peneliti berusaha mencari
Mochammad Rendy Putra Harfiansyah, 2015
PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN 1974-2008 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
narasumber, pengamat, dan para seniman Brai sehingga dapat memperoleh suatu
informasi serta gambaran tentang permasalahan yang dikaji dalam skripsi.
Menurut Koentjaraningrat (1993: 138-139) teknik wawancara dibagi
menjadi dua bagian, yaitu:
1) Wawancara terstruktur atau berencana yang terdiri dari suatu daftar
pertanyaan yang telah direncanakan dan disusun sebelumnya. Semua
responden yang diselidiki untuk diwawancara diajukan pertanyaan yang
sama dengan kata-kata dan urutan yang seragam.
2) Wawancara tidak berstruktur atau tidak berencana adalah wawancara yang
tidak mempunyai suatu persiapan sebelumnya dari suatu daftar pertanyaan
dengan suasana kata-kata dan tata urut yang harus dipatuhi peneliti.
Teknik wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah teknik
wawancara gabungan dengan menggabungkan wawancara terstruktur dengan
yang tidak terstruktur. Dipilihnya teknik wawancara tersebut karena peneliti
menganggap lebih mudah melakukannya untuk memperoleh sumber lisan yang
dibutuhkan dalam skripsi ini. Untuk memperolehnya maka memerlukan kerja
sama yang baik antara peneliti dan narasumber.
Wawancara terstruktur dilakukan dengan cara, seluruh narasumber yang
diwawancarai diberi pertanyaan yang sama secara kata-kata dan tata urutan daftar
pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya secara seragam. Dalam wawancara
tang tidak terstruktur, peneliti melakukan tanya jawab langsung dengan
narasumber karena tidak adanya persiapan berupa daftar pertanyaan dengan
susunan kata-kata dan urutan yang harus dipatuhi oleh peneliti.
Setelah mendapatkan data yang diperlukan melalui hasil wawancara
dengan narasumber, kemudian data itu diperiksa kembali untuk memperoleh suatu
keabsahan. Pemeriksaan data yang terkumpul dapat dianggap sah apabila telah
melalui teknik pemeriksaan keabsahan. Menurut Moleong (2002: 192-205),
Mochammad Rendy Putra Harfiansyah, 2015
PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN 1974-2008 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kondisi tenang agar informasi yang diperoleh dapat sedalam mungkin
b) Wawancara diupayakan mengarah pada fokus penelitian sehingga
tercapai kedalaman bahasa yang diajukan.
c) Data yang diperoleh melalui wawancara atau hasil dokumentasi dicek
keabsahannya dengan memanfaatkan pembanding yang bukan berasal
dari data yang terungkap dengan hasil dokumen.
d) Data yang terkumpul setelah dideskripsikan kemudian didiskusikan,
dikritik ataupun dibandingkan dengan pendapat orang lain.
e) Data yang telah terkumpul selanjutnya diklasifikasikan dan dikategorikan
sesuai dengan fokus penelitian.
3. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara
melakukan sebuah kajian terhadap dokumen yang ada untuk memperoleh data
yang dapat memiliki keterkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Metode
dokumentasi merupakan salah satu cara mencari data mengenai hal-hal atau
variabel berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen
rapat, legger, agenda, dan sebagainya (S. Arikunto, 2002: 236). Menurut
Sukmadinata (2006: 221) juga mengemukakan bahwa studi dokumenter
merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis
dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik.
Dalam bukunya, Sartono Kartodirjo (1993: 65) mengemukakan bahwa
bahan dokumen sangat berguna dalam membantu penelitian ilmiah untuk
memperoleh pengetahuan yang dekat dengan gejala yang dipelajari, dengan
memberikan pengertian menyusun persoalan yang tepat, mempertajam perasaan
untuk meneliti, membuat analisa yang lebih subur, pendeknya membuka
kesempatan memperluas pengalaman ilmiah. Dengan demikian, dalam penulisan
Mochammad Rendy Putra Harfiansyah, 2015
PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN 1974-2008 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dalam skripsi ini
3.2.2. Verifikasi (Kritik Sumber)
Setelah melakukan Heuristic atau pengumpulan sumber, langkah selajutnya
peneliti melakukan proses yaitu verifikasi atau kritik sumber. Sebagaimana
dijelaskan oleh Kuntowijoyo (2005: 90) tahapan dalam penelitian sejarah setelah
melakukan pengumpulan sumber, maka dilakukanlah verifikasi atau kritik
sumber. Menurut Kuntowijoyo Verifikasi terdapat dua macam, yaitu otensitas atau
keaslian sumber atau kritik ekstern, dan kredibilitas atau kritik intern. Hal ini
dijelaskan pula oleh Sjamsudin bahwa setelah sejarawan berhasil mengumpulkan
sumber-sumber dalam penelitiannya, langkah selanjutnya yaitu harus
menyaringnya secara kritis. Langkah langkah inilah yang disebut kritik sumber,
yang dilakukan terhadap bahan materi (ekstern) sumber maupun terhadap
substansi (isi) sumber (Sjamsuddin, 2007:131).
3.2.2.1. Kritik Ekstern
Dari penjelasan diatas, proses kritik sumber terdapat dua langkah yaitu
kritik ekstern dan kritik intern. Kritik Ekstern bertujuan untuk melakukan
verifikasi atau pengujian terhadap aspek luar dari sumber sejarah (Sjamsuddin,
2007: 132). Jadi kritik eksternal dapat disimpulkan untuk menetahui otensitas dari
sumber yang telah ditemukan. Kritik ekstern lebih banyak dilakukan terhadap
sumber pertama atau sumber primer, untuk menilai keaslian dokumen tersebut
atau kesaksian yang sesuai dengan pada zamannya. sebagaimana dijelaskan oleh
Sjamsuddin bahwa kritik sumber umumnya dilakukan terhadap sumber-sumber
pertama (Sjamsuddin, 2007:132)
Temuan sumber dalam proses penyusunan penelitian ini lebih banyak
berupa sumber sekunder. Objek kajian yang memiliki rentang waktu yang cukup
jauh dengan waktu yang dilakukan pada saat peneltian, membuat peneliti
Mochammad Rendy Putra Harfiansyah, 2015
PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN 1974-2008 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Karena sumber temuan peneliti berupa sumber sekunder, maka proses kritik
ekstern dalam penelitian ini tidak dilakukan. Hal tersebut tidak terlepas dari
proses kritik ekstern yang memverifikasi sumber dari segi fisik sumber pertama.
Sesuai dengan penjelasan yang telah dijelaskan oleh Sjamsuddin (2007) di atas,
bahwa kritik ekstern lebih banyak digunakan untuk memverifikasi sumber
pertama.
3.2.2.2. Kritik Intern
Setelah proses kritik eksternal dilakukan, sesuai dengan yang telah
dijelaskan diatas, proses kritik sumber dilanjutkan dengan kritik intern.
Sebagaimana terlihat dari istilahnya, krikitik intern lebih menekankan aspek “dalam” yaitu isi dari sumber (Sjamsuddin, 2007:143). Dalam penelitian ini kritik intern dilakukan dengan mengkaji banding satu sumber buku dengan sumber buku
yang lain.
Kaji banding terhadap sumber yang berkontribusi terhadap penelitian,
peneliti lakukan terhadap beberapa permasalahan. Diantaranya peneliti melakukan
kaji banding terhadap dua sumber buku, yaitu buku Dede Wahidin (2013)
Kompilasi Kesenian Tradisional Cirebon dengan Harnish dan Rasmusen (2011)
Divine Inspiration: Music & Islam in Indonesia. Dari kedua buku ini peneliti
mengkaji permasalahan mengenai isi dari buku tersebut.
Buku pertama yang ditulis oleh Dede Wahidin dapat disimpulkan dalam
salah satu subbabnya bahwa dari awal munculnya hingga perkembangannya
sampai sekarang, kesenian Brai telah terjadi perubahan dalam kesenian tersebut
terutama dari alat musik dan berubahnya fungsi dari kesenian Brai yang tadinya
merupakan media penyebaran agama Islam menjadi seni hiburan rakyat untuk
dipentaskan. Buku kedua yang ditulis oleh Harnis dan Rasmusen dalam salah satu
Mochammad Rendy Putra Harfiansyah, 2015
PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN 1974-2008 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
syairnya berisi pujian dan rasa syukur umat Islam kepada Tuhannya.
Proses kritik dilakukan untuk menemukan pandangan objektif dari
sumber-sumber yang telah dikumpulkan,dengan begitu maka dapat dihasilkan karya yang
bersifat ilmiah jauh dari unsur subjektivitas di dalamnya. Peneliti mengakui
bahwa dari sumber-sumber yang ditemukan, masih banyak kekurangan, terutama
dari penemuan sumber primer yang dapat dibilang tidak ada. Namun dari
sumber-sumber yang ditemukan lalu melalui proses kritik, dapat membantu dalam
menyusun peneletian ini.
3.3. Interpretasi
Tahapan ini merupakan proses penafsiran dari fakta-fakta yang ditemukan
dalam sumber yang telah melalui proses kritik, baik itu secara ekstern maupun
secara intern. Peneliti melakukan penafisran dari fakta-fakta yang telah ditemukan
dan dikritik secara ektern dan intern, setelah itu maka dijelaskan melalui proses
penafsiran atas sumber-sumber tersebut. Fakta-fakta yang ditemukan dan
ditafsirkan menjadi pondasi dalam penyususnan penelitian skripsi ini.
Penafsiran yang dilakukan peneliti terutama untuk menjelaskan mengenai
objek penelitian yaitu perkembangan kesenian Brai di Cirebon. Dalam buku
Sjamsuddin (2007:158) menjelaskan ada dua dorongan utama mengapa sejarawan
menulis sejarah, yaitu keinginan mencipta ulang (re-create) dan menafsirkan
(Interpret). Dalam penelitian ini peneliti mencoba menafsirkan mengenai
perkembangan kesenian Brai di Cirebon, dan mencipta ulang, karena
sumber-sumber yang digunakan terdapat kesamaan dengan penelitian-penelitian
sebelumnya dengan objek yang sama.
Melalui proses pengumpulan fakta peneliti melakukan proses interpretasi
untuk mengemukakan hal-hal yang menjadi objek kajian. Salah satu proses
interpretasi yang dilakukan oleh penelti adalah sebagai berikut. Dari sumber yang
Mochammad Rendy Putra Harfiansyah, 2015
PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN 1974-2008 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
walaupun dengan adanya modernisasi dalam kehidupan sosial masyarakatnya
karena suatu tradisi lokal memiliki sifat tidak mudah punah walaupun ada
ancaman dengan masuknya budaya asing, kedua adanya sekelompok masyarakat
yang mengubah fungsi kesenian tradisional, seperti kesenian Brai yang awal
munculnya sebagai salah satu media penyebaran agama Islam di Cirebon yang
pada perkembangan selanjutnya dijadikan sebagai seni hiburan tradisional
masyarakat oleh sekelompok orang dengan mendirikan grup Brai. Dari proses
interpretasi ini peneliti dapat menyususn penelitian ini berdasarkan
sumber-sumber yang ada. Sumber-sumber-sumber yang ditemukan banyak membantu dalam
proses interpretasi hingga dapat tersusun sebuah laporan penelitian.
3.4. Pendekatan
Dalam proses penafisran mengenai tema yang diteliti, peneliti menggunakan
salah satu pendekatan dalam metodenya. Pendekatan yang digunakan oleh peneliti
bersifat interdisipliner, atau dari ranah ilmu lain. Pendekatan yang digunakan
yaitu pendekatan sosiologi antropologi.
Pendekatan ini digunakan untuk menafsirkan dimensi sosial yang terdapat
dalam masyarakat Cirebon pada umumnya sehingga ada keterkaitan dengan
perkembangan Kesenian Brai.
3.5. Laporan Penelitian
Tahapan ini merupakan proses akhir dari rangkaian penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya. Proses ini dalam kaidah metodologi sejarah bernama
Historiografi. Penulisan atau Historiografi yaitu tahap akhir dalam penulisan
sejarah. Menurut Gotschalk (2008: 39) Historiografi merupakan rekonstruksi
yang imajinatif dari masa lampau berdasarkan data yang diperoleh. Pada tahapan
ini penulis menyajikan hasil temuannya pada tiga tahap sebelumnya dengan cara
menyusun dalam bentuk tulisan dengan jelas dengan gaya bahasa yang sederhana
Mochammad Rendy Putra Harfiansyah, 2015
PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN 1974-2008 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pedoman karya ilmiah yang berlaku di Universitas Pendidikan Indonesia, serta
menggunakan bahasa baku serta EYD dalam merangkai kalimatnya. Laporan
peneltian ini terdiri dari lima bab dan daftar pustaka serta beberapa lampiran yang
menunjang pada proses penelitian ini.
Adapun struktur organisasi dalam penulisan skripsi yang akan dilakukan
oleh penulis adalah:
Bab I Pendahuluan, bab ini berisi latar belakang masalah yang menguraikan
mengenai latar belakang dari permasalahn yang akan dikaji. Untuk memperinci
dan membatasi permasalah agar tidak melebar maka dicantumkan perumusan dan
pembatasan masalah sehingga permasalah dapat dikaji dalam penulisan skripsi.
Pada bagian akhir dari bab ini akan dimuat tentang metode dan teknik penelitian
yang dilakukan oleh penulis, juga sistematika penulisan yang akan menjadi
kerangka dan pedoman penulisan skripsi.
Bab II Kajian Pustaka, memaparkan mengenai teori-teori yang digunakan
sebagai referensi yang dianggap relevan. Dijelaskan pula tentang beberapa teori
untuk mendukung pembahasan skripsi ini.
Bab III Metode Penelitian, merupakan bab yang isinya menerangkan
mengenai serangkaian kegiatan serta cara-cara yang ditempuh dalam melakukan
penelitian guna mendapatkan sumber yang relevan dengan permasalah yang
sedang dikaji oleh penulis. Diantaranya heuristic yaitu proses pengumpulan
data-data yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini. Setelah heuristik dilakukan
kritik yaitu proses pengolahan data-data yang telah didapatkan dari langkah
sebelumnya sehingga data yang diperoleh adalah data yang reliabel dan otentik,
lalu interpretasi yaitu penafsiran sejarawan terhadap data-data yang telah disaring,
dan tahap akhir yaitu historiografi yaitu penyajian penelitian dalam bentuk tulisan
yang enak dibaca dan mudah dimengerti.
Bab IV Perkembangan Kesenian Brai di Kota Cirebon Tahun 1974-2008, di
Mochammad Rendy Putra Harfiansyah, 2015
PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN 1974-2008 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
perumusan masalah yang telah disusun.
Bab V Simpulan dan Saran, merupakan bab terakhir yang berisikan
beberapa kesimpulan sebagai jawaban pertanyaan yang diajukan serta sebagai inti
dari pembahasan pada bab-bab sebelumnya dan menguraikan hasil-hasil temuan
penulis tentang permasalahan yang dikaji pada penulisan skripsi ini. Dan
merekomendasi hal yang bisa diterapkan dari hasil penelitian ini terhadap
pengembangan materi ajar disekolah khususnya mata pelajaran sejarah yang
sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Serta dalam mata
pelajaran muatan lokal di sekolah-sekolah di Cirebon agar generasi muda lebih
Mochammad Rendy Putra Harfiansyah, 2015
PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN 1974-2008 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah dikaji sebelumnya, ada beberapa hal penting
dalam kesenian Brai ini.
1. Kesenian Brai memiliki peran serta fungsi tersendiri bagi masyarakat Cirebon.
Bagi masyarakat Cirebon, kesenian Brai merupakan kesenian yang memiliki
nilai religi di dalamnya. Kesenian ini tidak serta merta digunakan sebagai
media hiburan saja. Kesenian Brai digunakan sebagai media dakwah untuk
menyebarkan agama Islam pada awal kemunculannya. Penggunaan Brai
sebagai media ritual banyak digunakan ketika masyarakat masih kental dengan
nuansa animisme-dinamisme. Meskipun masyarakat sudah memeluk agama
monotheisme, penggunaan Brai sebagai media ritual masih digunakan oleh
sebagian masyarakat yang masih memegang teguh nilai tradisi. Biasanya
penggunaan kesenian Brai ini selain untuk panen raya, juga digunakan untuk
selamatan rumah yang akan ditempati. Ada juga yang menggunakannya dalam
acara pernikahan ataupun khitanan. Meskipun demikian, penggunaan kesenian
Brai sebagai sarana ritual sudah semakin jarang dilakukan. Selain karena
kepercayaan baru yang masyarakat yakini, hal ini juga dikarenakan pola pikir
masyarakat yang sudah berubah.
2. Setelah tidak lagi digunakan sebagai media ritual, kesenian Brai kemudian
menjadi kesenian yang berfungsi sebagai penguat dalam acara adat di
masyarakat, dan pada perkembangan selanjutnya menjadi seni hiburan yang di
pentaskan di masyarakat.
3. Sebagai kesenian tradisional yang terus dikembangkan, kesenian Brai memiliki
nilai komersial. Minat masyarakat untuk mementaskan kesenian Brai pada saat
ada acara syukuran memunculkan grup-grup Brai yang menggantukan hidup
dari kesenian ini. Era tahun 1970an menjadi puncak kekayaan kesenian Brai.
Mochammad Rendy Putra Harfiansyah, 2015
PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN 1974-2008 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
modern seperti lagu pop maupun dangdut belum begitu diminati oleh
masyarakat. Para grup kesenian Brai yang masih eksis di Cirebon diharapkan
menjadi media penyalur kepada khalayak agar kesenian ini bisa dikenal oleh
masyarakat Cirebon. Dengan semakin dikenalnya grup ini maka panggilan
untuk mementaskan kesenian Brai ini dalam acara pemerintahan maupun acara
lainnya semakin banyak. Agar pertunjukan kesenian ini semakin menarik maka
dalam penyajiannya kesenian ini juga ditambahkan dengan beberapa waditra
lainnya. Penggunaan kendang dan gitar menjadi pengisi kekurangan pada
kesenian Brai. Dengan semakin berkembangnya zaman, pengunaan perangkat
elektronik lainnya seperti keyboard digunakan agar pertunjukan Brai ini
semakin meriah. Dengan menambahkan beberapa waditra lainnya, kesenian
Brai tidak hanya kepada lagu-lagu aslinya saja. Kesenian Brai juga bisa
dipadukan dengan lagu Islami yang lebih populer seperti Hadad Alwi, Sulis
dan lain lain sehingga kesenian Brai bisa menjadi lebih hidup dan bisa
menyesuaikan diri dengan selera masyarakat kebanyakan. Inovasi-inovasi yang
demikian ini sebagai langkah untuk mengikuti selera penonton.
4. Sebagai upaya pelestarian kesenian Brai ini, inovasi dari permainannya harus
tetap dilakukan. Pengenalan kesenian ini dari panggung ke panggung menjadi
salah satu cara untuk mengenalkan kembali kesenian Brai ini. Hal ini ditujukan
untuk menarik minat generasi muda terhadap kesenian tradisional khususnya
Brai. Selama ini kesenian Brai cenderung lebih banyak dinikmati oleh orang
tua. Sedangkan generasi muda lebih tertarik pada kesenian modern yang datang
dari luar. Dengan menarik perhatian generasi muda diharapkan kesenian ini
bisa menunda kepunahannya. Sebagai media untuk mengenalkan kembali
kesenian Brai ini pada masyarakat, maka dengan semakin seringnya
pementasan apalagi ditambah peran dari stasiun televisi lokal seperti Cirebon
TV atau Radar Cirebon Televisi (RCTV) agar menampilkan kembali
Mochammad Rendy Putra Harfiansyah, 2015
PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN 1974-2008 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
nasional. Bangsa Indonesia harus mengelola dengan baik keragaman sosial dan
budaya sebagai aset pembangunan. Dalam masyarakat yang heterogen seperti
di Indonesia, terdapat berbagai jenis lembaga sosial yang saling berhubungan
dan saling melengkapi satu sama lain. Kelembagaan yang dimaksud adalah
lembaga keluarga, lembaga agama, lembaga ekonomi, lembaga pendidikan,
lembaga budaya, dan lembaga politik. Lembaga sosial mempunyai sejumlah
ciri atau karakteristik. Ciri-ciri umum dari lembaga sosial antara lain. Pertama,
lembaga sosial biasanya memiliki kekekalan tertentu yang berlangsung lama.
Lembaga sosial berisi sekumpulan norma-norma yang harus dipertahankan.
Norma tersebut dibutuhkan untuk mengatur kehidupan atau hubungan antar
manusia, contohnya kehidupan atau hubungan dalam keluarga. Kedua,
lembaga sosial memiliki satu atau lebih tujuan tertentu, misalnya lembaga
pendidikan memiliki tujuan untuk mentransfer nilai, norma, dan ilmu
pengetahuan kepada generasi berikutnya. Ketiga, lembaga sosial memiliki
sejumlah perangkat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya,
misalnya bendera atau lambang pada lembaga politik, uang sebagai alat tukar
pada lembaga ekonomi, dan lain-lain.
5.2. Saran
Semakin hilangnya minat masyarakat terhadap kesenian daerah menjadi
faktor yang menyebabkan punahnya kesenian tradisional. Agar kesenian daerah
tidak punah begitu saja, kita sebagai masyarakat harus bisa memberikan apresiasi
yang lebih terhadap kesenian tradisional dibandingkan dengan kesenian asing.
Kesenian tradisional bisa menjadi bahan ekstrakulikuler untuk sekolah sekaligus
sebagai sarana untuk tetap melestarikan kesenian tradisional yang ada.
Menumbuhkan rasa kecintaan terhadap kesenian tradisional sejak kecil
diharapkan akan mampu untuk memperlambat laju kepunahan. Promosi
besar-besaran juga bisa menjadi alternatif dalam melestarikn kesenian tradisional ini.
Mochammad Rendy Putra Harfiansyah, 2015
PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN 1974-2008 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dengan itu. Meskipun kesenian Brai kurang menarik untuk dimainkan dari pada
kesenian lainnya, seperti angklung, tari topeng, dan lain-lain.
Kesenian tradisional merupakan kesenian yang kampungan dan
ketinggalan zaman. Anggapan ini selalu dikeluarkan oleh generasi muda yang
lebih banyak mengemari kesenian asing dari pada kesenian daerah mereka
masing-masing. Padahal kesenian tradisional kita adalah kesenian yang disukai
oleh bangsa lain. Sehingga banyak kesenian daerah yang kemudian diakui oleh
mereka. Ini menjadi dilematis tersendiri, di sisi lain kita tidak mau kesenian kita
diakui bangsa lain. Namun bangsa kita sendiri juga yang tidak mau mempelajari
atau paling tidak memberikan apresiasi kepada kesenian daerah untu