SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Kepada Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Diajukan Oleh :
HESTI RAHMASARI 0713010022/FE/EA
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
PENGARUH PERPUTARAN KAS, PERPUTARAN PIUTANG,
PERPUTARAN PERSEDIAAN TERHADAP LABA USAHA
PADA PERUSAHAAN DAGANG YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA
yang diajukan:
HESTI RAHMASARI
0713010022/FE/EA
disetujui untuk ujian lisan oleh
Pembimbing Utama
Dra. Ec. Rr. Dyah Ratnawati, MM Tanggal:……….
NIP. 030.212.028
Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi
Dengan mengucapkan Alhamdulillah dan puji syukur atas kehadirat Allah
SWT dan RasulNya Nabi Muhammad SAW, karena dengan rahmat dan
hidayah-Nya, peneliti dapa menyelesaikan skripsi dengan judul: “PENGARUH
PERPUTARAN KAS, PERPUTARAN PIUTANG, DAN PERPUTARAN
PERSEDIAAN TERHADAP LABA USAHA PADA PERUSAHAAN
DAGANG YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA”.
Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi.
Keberhasilan menyelesaikan penulisan skripsi ini tentu tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan yang baik ini, penulis ingin
menyampaikan terima kasih yamg sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof.Dr.Ir.Teguh Soedarto,MP, selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Ibu DR. Sri Trisnaningsih SE, MSi, selaku Kepala Program Studi Akuntansi
fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Dra. Ec. Rr. Dyah Ratnawati, MM, selaku Dosen Pembimbing yang telah
6. Ayahanda dan Ibunda, Kakak-kakakku, tiada kata ucapkan, selain kata terima
kasih yang sebanyak-banyaknya karena beliaulah yang telah memberikan
kasih sayang, dukungan dan semangat baik materiil maupun spiritual sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
7. Sahabat-sahabat kuliahku yang selalu memberikan doa, dukungan dan
semangat demi kelancaran skripsi ini.
8. Dan berbagai pihak yang turut membantu demi terselesainya skripsi ini, yang
tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa pa yang telah disusun dalam skripsi
ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulkis sangat berharap kritik dan
saran yang membangun dari pembaca dan pihak lain.
Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
semua pihak yang berkepentingan san dapat member sumbangan yang berguna
bagi almamater tercinta.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Surabaya, Mei 2011
Halaman
KATA PENGANTAR...i
DAFTAR ISI...iii
DAFTAR TABEL ...vii
DAFTAR GAMBAR...viii
DAFTAR LAMPIRAN ...ix
ABSTRAKSI...x
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang...1
1.2. Perumusan Masalah ...7
1.3. Tujuan Penelitian ...8
1.4. Manfaat Penelitian ...8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu ... 10
2.2. Landasan Teori ...20
2.2.1. Modal Kerja ...20
2.2.1.1. Pengertian Modal Kerja ...20
2.2.1.2. Perputaran Modal Kerja ...22
2.2.1.3. Efisiensi Modal Kerja ...23
2.2.1.4. Jenis-jenis Modal Kerja ...24
2.2.2.3. Pengadaan Kas ...30
2.2.2.4. Perputaran Kas ...31
2.2.3. Investasi Dalam Piutang ...31
2.2.3.1. Pengertian Piutang ... 31
2.2.3.2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Piutang ...32
2.2.3.3. Risiko Kredit ...33
2.2.3.4. Perputaran Piutang...35
2.2.4. Investasi Dalam Persediaan ...37
2.2.4.1. Pengertian Persediaan ...37
2.2.4.2. Peranan Persediaan ...39
2.2.4.3. Metode Penilaian Persediaan ...39
2.2.4.4. Perputaran Persediaan ...40
2.2.5. Pengertian Laba Usaha ...42
2.2.6. Arti Penting Analisis Keuangan ...43
2.3. Kerangka Pikir ...44
2.3.1. Pengaruh Perputaran Kas Terhadap Laba Usaha... 44
2.3.2. Pengaruh Perputaran Piutang Terhadap Laba Usaha ...45
2.3.3. Pengaruh Perputaran Persediaan Terhadap Laba Usaha ...46
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ...49
3.2. Populasi dan Teknik Penentuan Sampel... 51
3.2.1. Populasi ...51
3.2.2. Sampel ...52
3.3. Teknik Pengumpulan Data ...54
3.3.1. Jenis-jenis Data Yang Diambil ...54
3.3.2. Sumber Data ...54
3.3.3. Pengumpulan Data ...54
3.4. Uji Kualitas Data ...54
3.4.1. Uji Asumsi Klasik ...54
3.5. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ...57
3.5.1. Teknik Analisis ...57
3.5.2. Uji Hipotesis ...58
3.5.2.1. Uji Kesesuaian Model ...58
3.5.2.2. Uji Parsial ...59
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ...61
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ...65
4.2.1. Uji Normalitas...69
4.2.2. Uji Asumsi Klasik ...70
4.3. Teknik Analisis Dan Uji Hipotesis ...73
4.4. Pembahasan ...79
4.4.1. Implikasi ...79
4.4.2. Perbedaan Dengan Penelitian Sebelumnya ...81
4.4.3. Konfirmasi Hasil Penelitian dengan
Tujuan dan Manfaat ...84
4.4.4. Keterbatasan Penilitian ...84
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ...86
5.2. Saran ...87
DAFTAR PUSTAKA ...93
LAMPIRAN
Halaman
Tabel 2.1. Perbedaan Peneliti Terdahulu Dengan Peneliti Sekarang ...19
Tabel 3.1. Klasifikasi Durbin Watson ...57
Tabel 4.1. Rekapitulasi Data Perputaran Kas (X1) Periode 2007-2009 ...66
Tabel 4.2. Rekapitulasi Data Perputaran Piutang (X2) Periode 2007-2009 ...67
Tabel 4.3. Rekapitulasi Data Perputaran Persediaan (X3) Periode 2007-2009 ...68
Tabel 4.4. Rekapitulasi data Laba Usaha (Y) Periode 2007-2009 ...69
Tabel 4.5. Hasil Uji Normalitas ...70
Tabel 4.6. Hasil Uji Multikolineritas ...72
Tabel 4.7. Hasil Uji Heteroskedastisitas ...73
Tabel 4.8. Hasil Pendugaan parameter Regresi Linier Berganda...74
Tabel 4.9. Hasil Analisis hubungan Kesesuaian Model...76
Tabel 4.10. Koefisien Determinasi (R square/ R2)...76
Tabel 4.11. Hasil Analisis Varians Hubungan Secara Parsial...77
Halaman
Gambar 1.1. Grafik Kinerja Keuangan Perusahaan Dagang yang
Terdaftar di BEI Tahun 2007-2009 ...4
Gambar 1.2. Grafik Tingkat Aktivitas Modal Kerja Pada Perusahaan
Yang Terdaftar di BEI tahun 2007-2009 ...5
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir ...48
Lampiran 1: Tabulasi Data Perputaran Kas (X1) Perusahaan Dagang Yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2009.
Lampiran 2: Tabulasi Data Perputaran Piutang (X2) Perusahaan Dagang Yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2009.
Lampiran 3: Tabulasi Data Perputaran Persediaan (X3) Perusahaan Dagang
YangTerdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2009.
Lampiran 4: Tabulasi Data Laba Usaha (Y) Perusahaan Dagang Yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2009.
Lampiran 5: Uji Normalitas, Kolmogorov Smirnov Dengan Program SPSS. 16.0
For Windows.
Lampiran 6: Uji Regresi Linier Berganda, Dengan Program SPSS. 16.0
For Windows.
Lampiran 7: Uji Nonparametric Correlation Rank Spearman Dengan Program
DI BURSA EFEK INDONESIA Oleh:
Hesti Rahmasari
ABSTRAK
Kegiatan operasi perusahaan dapat digambarkan pada pengelolaan modal kerja. Perputaran modal kerja diharapkan terjadi dalam jangka waktu yang relatif pendek, sehingga modal kerja yang ditanamkan cepat kembali. Komponen modal kerja terdiri dari kas, piutang serta persediaan. Semakin tinggi tingkat perputaran kas, piutang dan persediaan menunjukkan tingginya volume penjualan yang dicapai oleh perusahaan, dan laba yang diterima akan menjadi banyak jumlahnya. Berdasarkan data dari Bursa Efek Indonesia diketahui pada periode 2007-2009 terjadi peningkatan kinerja keuangan perusahaan dagang, sedangkan tingkat aktivitas modal kerja cenderung mengalami penurunan. Adanya fenomena tersebut serta hasil penelitian terdahulu yang tidak konsisten, menarik peneliti untuk melakukan penelitian dengan tujuan mengetahui dan membuktikan secara empiris pengaruh perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan terhadap perolehan laba usaha perusahaan dagang (trade retail) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, serta mengetahui mana di antara perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan yang berpengaruh dominan terhadap perolehan laba usaha.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan perusahaan dagang (trade retail) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2007–2009. Analisis statistik yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.
Berdasarkan hasil analisis kesesuian model uji F dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh signifikan pada perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan terhadap laba usaha perusahaan dagang (trade retail) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, sehingga hipotesis pertama teruji kebenarannya. Selanjutnya dari hasil Uji parsial atau uji t menunjukkan bahwa perputaran persediaan memiliki pengaruh yang paling dominan terhadap laba usaha pada perusahaan dagang (trade retail) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, sehingga hipotesis kedua teruji kebenarannya.
Key Word : Perputaran Kas, Perputaran Piutang, Perputaran Persediaan,
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perusahaan adalah suatu organisasi yang didirikan oleh suatu
seseorang atau sekelompok orang atau badan lain yang kegiatannya adalah
melakukan produksi dan distribusi guna memenuhi kebutuhan ekonomis
manusia. Kegiatan produksi dan distribusi pada umumnya dilakukan
untuk memperoleh laba. Didasarkan atas kegiatan utama yang dijalankan
secara garis besar jenis perusahaan dapat digolongkan menjadi: (a)
perusahaan jasa, (b) perusahaan dagang, (c) perusahaan industri
(Soemarso, 2004: 22)
Perusahaan dagang merupakan perusahaan yang bergerak dibidang
perdagangan suatu produk dan aktivitas perusahaan dagang untuk
menghasilkan pendapatan yang melibatkan pembelian dan penjualan
barang dagang (Warren dan Reeve, 2005: 298). Perusahaan dagang harus
terlebih dahulu membeli barang dagang dan disimpan untuk sementara
waktu, kemudian dikeluarkan untuk dijual kembali kepada pelanggan
dengan tujuan mendapatkan pendapatan atau laba usaha.
Tujuan dari sebuah perusahaan adalah mendapatkan laba yang
optimal dalam menjalankan usahanya. Laba perusahaan yang diperoleh
perusahaan tersebut. Going concern merupakan salah satu konsep penting
akuntansi konvensional. Inti going concern terdapat pada neraca (Balance
Sheet) perusahaan yang harus merefleksikan nilai perusahaan untuk
menentukan eksistensi dan masa depannya, sehingga dapat tetap
beroperasi dalam jangka waktu ke depan (http://www.ajidedim.com).
Kegiatan operasi perusahaan dapat digambarkan pada pengelolaan
modal kerja, pengelolaan modal kerja meliputi pengambilan keputusan
mengenai jumlah dan komposisi aktiva lancar. Komposisi modal kerja
terdiri dari kas, piutang, persediaan, investasi jangka pendek, biaya yang
dibayar dimuka. Besarnya modal kerja harus sesuai dengan kebutuhan
perusahaan, karena modal kerja yang berlebihan atau kekurangan modal
kerja sama-sama membawa dampak negatif bagi perusahaan (Hernawati,
2007).
Munawir (2002: 80) untuk menilai keefektifan modal kerja dapat
menggunakan rasio antara total penjualan dengan modal kerja dengan
modal kerja rata-rata (working capital turnover). Rasio ini dapat
menunjukkan hubungan antara modal kerja dengan penjualan, dan
menunjukkan banyaknya penjualan yang dapat diperoleh perusahaan untuk
tiap rupiah (Rp) modal kerja. Perputaran yang lama menunjukkan adanya
kelebihan modal kerja yang disebabkan rendahnya perputaran persediaan,
piutang, atau adanya saldo kas yang terlalu besar.
Lamanya periode perputaran tergantung dari sifat atau kegiatan
menentukan besar atau kecilnya kebutuhan modal kerja. Perputaran modal
kerja diharapkan terjadi dalam jangka waktu yang relatif pendek, sehingga
modal kerja yang ditanamkan cepat kembali. Periode perputaran modal
kerja dimulai pada saat dimana kas yang tersedia diinvestasikan dalam
komponen-komponen modal kerja sampai saat dimana kembali lagi
menjadi kas. Komponen modal kerja tersebut adalah kas dan bank, piutang
dan persediaan (Riyanto, 1997: 62).
Dengan demikian makin tinggi tingkat perputaran kas, piutang dan
persediaan menunjukkan tingginya volume penjualan yang dicapai oleh
perusahaan, dan laba yang diterima akan menjadi banyak jumlahnya. Laba
yang diterima adalah selisih antara blaba bruto dan beban usaha, laba
usaha yang diperoleh samata-mata dari kegiatan utama perusahaan
(Soemarso, 2004: 227).
Penulis dalam penelitian ingin memilih perusahaan dagang (trade
retail) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2009 sebagai
objek penelitian. Pemilihan perusahaan dagang (trade retail) dikarenakan
perusahaan ini selalu mempunyai kinerja keuangan dan tingginya
persaingan perusahaan dagang (trade retail). Dalam kenyataannya
perusahaan dagang semakin banyak, dengan munculnya gedung pertokoan
seperti mall, minimarket, supermarket, disekitar lingkungan kita,
sedangakan harga kebutuhan pokok selalu mengalami kenaikan.
Berdasarkan sumber data yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia
menggambarkan trend yang selalu meningkat secara fluktuaktif mengenai
modal kerja, penjualan bersih, dan laba usaha selama tahun 2007-2009
dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 1.1.
Grafik Kinerja Keuangan Perusahaan Dagang yang Terdaftar di BEI Tahun 2007-2009
Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan Dagang yang Terdaftar di BEI
Sedangkan tingkat aktivitas modal kerja pada Perusasahaan
dagang yang Terdaftar di BEI selama tahun 2007-2009 dapat dilihat pada
gambar berikut:
2007 2008 2009
Moda l Kerja Rp997.324.203.495 Rp1.166.840.012.17 Rp1.366.827.666.51
Penjua la n Bersih Rp3.807.901.361.95 Rp4.024.106.175.00 Rp4.469.178.722.93
La ba Usa ha Rp170.447.068.778 Rp217.910.517.640 Rp225.323.784.646
Rp997.324 Rp1.166.840
Rp1.366.828 Rp3.807.901 Rp4.024.106
Rp4.469.179
Rp170.447 Rp217.911 Rp225.324
Rp-Gambar 1.2.
Grafik Tingkat Aktivitas Modal Kerja Pada Perusahaan Dagang yang Terdaftar di BEI Tahun 2007-2009
Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan Dagang yang Terdaftar di BEI
Penelitian Hernawati (2007) efisiensi modal kerja, berpengaruh
postif dan signifikan terhadap profitabilitas pada perusahan industri barang
konsumsi yang terdaftar di BEJ periode 2002-2005. Pada penelitian
Hastuti (2010) menunjukkan bahwa periode perputaran persediaan, rasio
lancar, dan pertumbuhan penjualan tidak memiliki pengaruh dalam
pencapaian profitabilitas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
BEI pada tahun 2006-2008.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Leni (2007) yaitu
pengaruh perputaran kas, perputaran piutang, perputaran persediaan
dan perputaran persediaan terbukti kebenarannya, untuk perputaran
piutang tidak dapat terbukti pengaruh terhadap perolehan laba usaha pada
Perusahaan Otomotif di Bursa Efek Jakarta. Namun hal ini berbeda
dengan penelitian yang dilakukan oleh Kusuma, Aditya (2008)
menunjukkan bahwa perputaran kas, perputaran piutang, perputaran
persediaan berpengaruh secara signifikan terhadap laba usaha, sedangkan
yang mempunyai pengaruh dominan terhadap laba usaha adalah
perputaran piutang terhadap perolehan laba usaha pada Perusahaan
Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Berdasarkan penelitian terdahulu dapat diketahui bahwa efisisien
modal kerja dapat mempengaruhi pencapaian profitabilitas pada perusahan
industri barang konsumsi yang terdaftar di BEJ, pada perputaran
persediaan tidak memiliki pengaruh pada profitabilitas perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI, perputaran kas dan perputaran
persediaaan mempengaruhi perolehan laba pada perusahaan Otomotif di
BEJ, dan hanya perputaran piutang yang mempengaruhi perolehan laba
pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Kenyataan tersebut menyimpang dari teori yang ada, dimana
secara teori Riyanto (1997: 69) persediaan barang sebagai elemen utama
dari modal kerja merupakan aktiva yang selalu dalam keadaan berputar,
dimana secara terus menurus mengalami perubahan. Kesalahan dalam
penetapan besarnya investasi dalam persediaan akan menekan keuntungan
baik neraca maupun laporan laba rugi. Kesalahan dalam perhitungan fisik
persediaan akan menyebabkan salah saji untuk persediaan akhir, aset
lancar, jumlah aset dalam neraca, kesalahan dalam persediaan juga akan
mempengaruhi harga pokok penjualan dan laba kotor dalam laporan laba
rugi ( Reeve dan Warren, 2009: 360).
Berdasarkan fenomena yang terjadi dan penelitian sebelumnya
maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul
“PENGARUH PERPUTARAN KAS, PERPUTARAN PIUTANG,
DAN PERPUTARAN PERSEDIAAN TERHADAP LABA USAHA
PADA PERUSAHAAN DAGANG YANG TERDAFTAR DI BURSA
EFEK INDONESIA”.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka
perumusahan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh dari perputaran kas, perputaran piutang, dan
perputaran persediaan terhadap perolehan laba usaha pada perusahaan
dagang (trade retail) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
2. Manakah diantara ketiga variabel, yaitu perputaran kas, perputaran
piutang, dan perputaran persediaan yang memiliki pengaruh yang
paling dominan terhadap perolehan laba usaha pada perusahaan
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dengan adanya penelitian ini
yaitu:
1. Mengetahui dan membuktikan secara empiris dari pengaruh perputaran
kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan terhadap perolehan
laba usaha.
2. Menganalis secara empiris dan menganilis adanya pengaruh dominan
terhadap laba usaha diantara variabel perputaran kas, perputaran
piutang, dan perputaran persediaan.
1.4. Manfaat Penelitian
Secara umum, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat terhadap perkembangan ilmu ekonomi dalam bidang analisa
laporan keuangan terutama hal-hal dengan perputaran kas, perputaran
piutang, dan perputaran persediaan terhadap perolehan laba usaha.
Manfaat dari penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat
untuk:
a. Bagi Perusahaan
Memberikan sumbangan informasi yang dapat dijadikan salah satu
bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam mengelola modal kerjanya
khususnya kas, piutang, dan persediaan beserta perputarannya. Maka
untuk masa yang akan datang pihak manajemen dapat lebih cermat dan
b. Bagi Universitas
Hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai referensi dalam
melakukan penelitian yang berkaitan dengan topik tentang pengaruh
perputaran kas, perputaran piutang, perputaran persediaan terhadap
laba usaha pada perusahaan Dagang (trade retail) yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia.
c. Bagi Peneliti
Dapat menambah dan mengembangkan wawasan peneliti khususnya
mengenai pengaruh perputaran modal kerja, yaitu perputaran kas,
perputaran piutang, dan perputaran persediaan bagi perolehan laba
usaha suatu perusahaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian dari peneliti-peneliti terdahulu yang relevan untuk
dikaji dalam penelitian penulis adalah sebagai berikut:
1) Ustianah, Leni (2007)
a. Judul
“Pengaruh Perputaran Kas, Perputaran Piutang, dan Perputaran
Persediaan Terhadap Laba Usaha Pada Perusahaan Otomotif di
Bursa Efek Jakarta”.
b. Perumusan Masalah
1. Apakah ada pengaruh dari perputaran kas, perputaran piutang
dan perputaran persediaan terhadap laba usaha pada Perusahaan
Otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta?
2. Manakah diantara Variabel Perputaran Kas, Perputaran
Piutang, dan Perputaran Persediaan yang memiliki pengaruh
dominan terhadap Laba Usaha pada Perusahaan Otomotif yang
terdaftar di Bursa Efek Jakarta?
c. Teknik Analis
Teknnik analisis yang digunakan dalam penelitian ini
d. Hasil Penelitian
1. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis pertama yang
menyatakan bahwa perputaran kas, perputaran piutang,
perputaran persediaan berpangaruh positif terhadap perolehan
laba usaha pada perusahaan Otomotif hanya perputaran kas
dan perputaran persediaan yang dapat terbukti kebenarannya,
sedangkan untuk perputaran piutang tidak dapat terbukti.
2. Untuk hipotesis kedua menyatakan bahwa yang mempunyai
pengaruh dominan terhadap perolehan laba usaha pada
Perusahaan Otomotif adalah perputaran kas tidak dapat
terbukti karena yang memiliki pengaruh dominan adalah
perputaran persediaan sebesar 22,75 %.
2) Kusuma, Aditya (2008)
a. Judul
“Pengaruh Perputaran Kas, Perputaran Piutang, Perputaran
Persediaan Terhadap Laba Usaha Pada Perusahaan Makanan dan
Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.
b. Perumusan Masalah
1. Apakah ada pengaruh dari perputaran kas, perputaran piutang,
dan perputaran piutang, dan perputaran persediaan terhadap
perolehan laba usaha pada perusahaan makanan dan minuman
2. Manakah diantara ketiga variabel, yaitu perputaran kas,
perputaran piutang, dan perputaran persediaan yang memiliki
pengaruh yang paling dominan terhadap perolehan laba usaha
pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia?
c. Teknik Analis
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
regresi linier berganda.
d. Hasil Penelitian
1. Berdasarkan pengujian hipotesis (Uji F) diperoleh kesimpulan
yang menunjukkan bahwa perputaran kas, perputaran piutang,
perputaran persediaan berpengaruh secara secara signifikan
terhadap laba usaha. Maka hipotesis pertama yang menyatakan
bahwa perputran kas, perputaran piutang, dan perputaran
persediaan berpengaruh terhadap laba usaha telah teruji
kebenarannya.
2. Berdasarkan Uji t juga dapat disimpulkan bahwa variabel yang
mempunyai pengaruh dominan terhadap laba usaha adalah
perputaran piutang. Maka hipotesis kedua menyatakan bahwa
yang memiliki pengaruh paling dominan adalah perputaran kas
3) Hastuti, Niken (2010)
a. Judul
“Analisis Pengaruh Preiode Perputaran Persediaan, Periode
Perputaran Hutang Dagang, Rasio Lancar, Leverage, Pertumbuhan
Penjualan dan Ukuran Perusahaan Terhadap Profitabilitas
Perusahaan (Studi pada: Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di
BEI pada Tahun 2006-2008)”.
b. Perumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh periode perputaran piutang terhadap
ROA?
2. Bagaimana pengaruh periode perputaran hutang dagang
terhadap ROA?
3. Bagaimana pengaruh rasio lancar terhadap ROA?
4. Bagaimana pengaruh rasio utang terhadap ROA?
5. Bagaimana pengaruh pertumbuhan penjualan terhadap ROA?
6. Bagaimana pengaruh ukuran perusahaan terhadap ROA?
c. Teknik Analisis
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik analisis regresi.
1. Variabel periode perputaran persediaan, periode perputaran
hutang dagang, rasio lancar, rasio leverage, pertumbuhan
penjualan dan ukuran perusahaan mempunyai pengaruh secara
bersama-sama terhadap variabel ROA.
2. Berdasarkan uji t, variabel perputaran persediaan, periode
perputaran hutang dagang, rasio lancar dan leverage memiliki
koefisien regresi yang negative, sedangkan pertumbuhan
penjualan dan ukuran perusahaan mempunyai koefisien regresi
yang positif. Hal ini berarti bahwa perusahaan dengan periode
perputaran persediaan, periode perputaran hutang dagang, rasio
lancar dan laverage yang tinggi akan menghasilkan ROA yang
rendah, sedangkan perusahaan dengan pertumbuhan penjualan
dan ukuran perusahaan yang tinggi akan menghasilkan ROA
yang tinggi.
3. Berdasarkan hasil uji koefisien determinasi, nilai adjusted R2
dalam model regresi perusahaan manufactur diperoleh sebesar
0,306. Hal ini menunjukkan bahwa besar pengaruh variabel
independen yaitu LnINVP, LnAP_DAYS, LnLEV, LnCR,
LnGROWTH dan LnSIZE terhadap variabel dependen ROA
yang dapat diterangkan oleh persamaann ini sebesar 30,6 %
sedangkan 69,4 % dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak
4) Gunarto (2007)
a. Judul
“Pengaruh Tingkat Perputaran Piutang dan Tingkat Perputaran
Persediaan Terhadap Rentabilitas Ekonomi Pada KPRI di
Kabupaten Kudus Tahun 2004-2007”.
b. Perumusan Masalah
1. Apakah ada pengaruh antara tingkat perputaran piutang dan
tingkat perputaran persediaan terhadap rentabilitas ekonomi
pada KPRI di Kabupaten Kudus pada tahun 2006-2007?
2. Seberapa besar pengaruh perputaran piutang dan tingkat
perputaran persediaan terhadap rentabilitas ekonomi pada KPRI
di Kabupaten Kudus pada tahun 2004-2006?
c. Teknik Analisis
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis regresi berganda.
d. Hasil Penelitian
1. Berdasarkan uji secara simultan diketahui bahwa tingkat
perputaran piutang dan tingkat perputaran persediaan
terhadap rentabilitas ekonomi pada KPRI di Kabupaten Kudus
selama tahun 2004-2006. Pengaruh tersebut adalah sebesar
64,1 %, sedangkan siasanya 35,9 % dipengaruhi oleh faktor
lain.
2. Berdasarkan hasil uji secara parsial diketahui bahwa tingkat
perputaran piutang dan tingkat perputaran persediaan terhadap
rentabilitas ekonomi pada KPRI di Kabupaten Kudus selama
tahun 2004-2006 berpengaruh secara signifikan.
3. Besarnya pengaruh antara tingkat perputaran piutang terhadap
rentabilitas ekonomi adalah sebesar 45,59 % dan besarnya
pengaruh tingkat perputaran persediaan terhadap rentabilitas
ekonomi sebesar 40,96 %.
5) Hernawati, Ima (2007)
a. Judul
“Analisis Pengaruh Efisiensi Modal Kerja, Likuiditas, dan
Solvabilitas Terhadap Profitabilitas (Studi Kasus Pada Industri
Barang Konsumsi di Bursa Efek Jakarta)”
b. Perumusan Masalah
1. Adakah pengaruh efisisensi modal kerja terhadap profitabilitas
industri barang konsumsi di BEJ dan seberapa besar
pengaruhnya?
2. Adakah pengaruh likuiditas terhadap profitabilitas industri
3. Adakah pengaruh solvabilitas terhadap profitabilitas industri
barang konsumsi di BEJ dan seberapa besar pengaruhnya?
4. Adakah pengaruh efisiensu modal kerja, likuiditas, solvabilitas
terhadap profitabilitas industri barang konsumsi di BEJ dan
seberapa besar pengaruhnya?
c. Teknik Analisis
Teknik analisis yang digunakan adalah regresi berganda
d. Hasil Penelitian
Hasil analisis menunjukkan efisiensi modal kerja, likuiditas
dan solvabilitas berpengaruh terhadap profitabilitas pada
perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di BEJ dari
tahun 2002-2005 terbukti. Sedangkan secara parsial efisiensi modal
kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas.
6) Yulistri, Imelda (2009)
a. Judul
“Pengaruh Efektivitas dan Kebutuhan Modal Kerja Terhadap Laba
Bersih Industri Barang Konsumsi Di BEI”.
b. Perumusan Masalah
1. Apakah terdapat pengarus secara simultan efektifitas dan
kebutuhan modal kerja terhadap laba bersih industri barang
2. Apakah terdapat pengaruh secara parsial efektivitas dan
kebutuhan modal kerja terhadap laba bersih industri barang
konsumsi di BEI?
c. Teknik Analisis
Teknik analisis pada penelitian adalah menggunakan regresi linier
berganda.
d. Hasil Penelitian
1. Secara simultan efektifitras modal kerja dan kebutuhan modal
kerja berpengaruh terhadap laba bersih industri barang
konsumsi di BEI.
2. Secara parsial efektivitas modal kerja dan kebutuhan modal
kerja dan kebutuhan modal kerja berpengaruh terhadap laba
Tabel 2.1 Perbedaan Peneliti Terdahulu Dengan Peneliti Sekarang
No Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian 1. Ustianah,
Leni (2007)
Pengaruh Perputaran Kas, Perputaran Piutang, dan Perputaran Persediaan Terhadap Laba Usaha Pada Perusahaan Otomotif di Bursa Efek Jakarta.
(X):
Pengaruh Perputaran Kas, Perputaran Piutang, Perputaran Persediaan Terhadap Laba Usaha Pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(X):
Analisis Pengaruh Periode Perputaran Persediaan, Periode Perputaran Hutang Dagang, Rasio Lancar, Leverage, Pertumbuhan Penjualan dan Ukuran Perusahaan Terhadap Profitabilitas Perusahaan (Studi pada: Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI pada tahun 2006-2008)
(X) Periode
perputaran persediaan, periode perputaran hutang dagang, rasio lancar, leverage, pertumbuhan, penjualan dan ukuran perusahaan.
(Y):
Profitabilitas perusahaan.
4. Gunarto (2007)
Pengaruh Tingkat Perputaran Piutang dan Tingkat Perputaran Persediaan Terhadap Rentabilitas Ekonomi Pada KPRI di Kabupaten Kudus Tahun 2004-2007.
(X): Tingkat perputaran piutang dan tingkat perputaran persediaan,
(Y):
Rentabilitas ekonomi.
5. Hernawati, Ima (2007)
Analisis Pengaruh Efisiensi Modal Kerja, Likuiditas, dan Solvabilitas Terhadap Profitabilitas (Studi Kasus Pada Industri Barang Konsumsi di Bursa Efek Jakarta)
(X):
Efisiensi modal kerja, likuiditas, solvabilitas
(Y):
6. Yulistri, Imelda (2009)
Pengaruh Efektivitas dan Kebutuhan Modal Kerja Terhadap Laba Bersih Industri Barang Konsumsi di BEI
(X):
Efektivitas modal kerja dan kebutuhan modal kerja.
Pengaruh Perputaran Kas, Perputaran Piutang, Perputaran Persediaan Terhadap Laba Usaha Pada Perusahaan Dagang Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia .
(X):
Pengaruh Perputaran Kas, Perputaran Piutang, Perputaran Persediaan
(Y): Laba
usaha.
Sumber: Skripsi terdahulu dan jurnal.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Modal Kerja
2.2.1.1. Pengertian Modal Kerja
Modal kerja harta yang dimilki perusahaan yang dipergunakan
untuk menjalankan kegiatan usaha atau membiayai operasional
perusahaan tanpa mengorbankan aktiva yang lain dengan tujuan
memperoleh laba yang optimal. Dana yang telah dikeluarkan diharapkan
dapat kembali dalam waktu yang pendek dengan melalui hasil penjualan
barang dagangannya. Setiap perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya
atau operasinya sehari-hari selalu membutuhkan modal kerja. Modal
kerja merupakan investasi dalam kas, surat-surat berharga, piutang dan
persediaan dikurangi hutang lancar yang digunakan untuk melindungi
aktiva lancar. Dengan demikian maka dana tersebut akan terus menerus
Setiap perusahaan dalam melakukan kegiatan usahanya pada
umumnya melakukan tiga macam aktivitas pokok yang berurutan, yaitu
mengubah dana kas menjadi persediaan barang dagangan, menjual
barang dagangan tersebut sehingga terjadi tagihan, dan mengumpulkan
tagihan sehingga menjadi dana kas kembali.
Menurut Riyanto (1997: 57-58) mengemukakan terdapat 3
konsep modal kerja yang umum digunakan, yaitu:
1. Konsep Kuantitatif
Modal kerja menurut konsep kuantitatif menggambarkan
keseluruhan atau jumlah dari aktiva lancar seperti kas, surat-surat
berharga, piutang, persediaan atau keseluruhan dari pada jumlah
aktiva lancar dimana aktiva lancar ini sekali berputar dan dapat
kembali ke bentuk semula atau dana tersebut dapat bebas lagi
dalam waktu yang relatif pendek atau singkat. Konsep ini biasanya
disebut modal kerja bruto (gross working capital).
2. Konsep Kualitatif
Menurut konsep kualitatif modal kerja merupakan selisih antara
aktiva lancar diatas hutang lancar. Modal kerja ini digunakan
sebagaian dari aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan
Konsep ini biasanya disebut dengan modal kerja netto (net working
capital).
3. Konsep Fungsional
Modal kerja menurut konsep ini menitik beratkan pada fungsi dari
pada dana dalam menghasilkan pendapatan atau laba dari usaha
pokok perusahaan. Setiap dana yang digunakan dalam perusahaan
dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan. Ada sebagian dana
yang digunakan dalam suatu periode akuntansi tertentu yang
menghasilkan pendapatan pada periode tersebut. Sementara itu, ada
pula dana yang dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan pada
periode-periode selanjutnya atau dimasa yang akan datang,
misalnya bangunan, mesin-mesin, alat-alat kantor dan aktiva tetap
lainnya yang disebut future income. Jadi modal kerja menurut
konsep ini adalah dana yang digunakan untuk menghasilkan
pendapatan pada saat ini sesuai dengan maksud utama didirikannya
perusahaan.
2.2.1.2. Perputaran Modal Kerja
Menurut Riyanto (1997: 62), modal kerja selalu dalam keadaan
operasi atau berputar dalam perusahaan selama perusahaan yang
bersangkutan dalam keadaan usaha. Periode perputarannya (working
capital turnover period) dimulai dari saat dimana kas diinvestasikan
dalam komponen-komponen modal kerja sampai saat dimana kembali
Semakin pendek periode tersebut berarti semakin cepat
perputarannya atau semakin tinggi tingkat perputarannya. Berapa lama
periode perputaran modal kerja adalah tergantung kepada beberapa lama
periode perputaran dari masing-masing komponen dari modal kerja
tersebut. Periode perputaran barang dagangan adalah lebih pendek
daripada barang yang mengalami proses produksi.
Tingkat perputaran modal kerja dapat diukur dengan
menggunakan rasio, yaitu diambil dari data laporan laba rugi dan neraca.
Menurut Munawir (2002: 80), untuk menilai modal kerja dapat
digunakan rasio antara total penjualan dengan modal kerja rata-rata
tersebut (Working Capital Turnover). Rasio ini menunjukkan hubungan
antar modal kerja dengan penjualan dan menunjukkan banyaknya
penjualan yang dapat diperoleh perusahaan untuk tiap rupiah modal
kerja.
Rumus yang digunakan untuk menentukan besarnya angka
perputaran modal kerja adalah:
(Munawir, 2002: 80)
Modal kerja rata-rata dapat dicari dengan menjumlahkan modal
kerja tahun pertama dan modal kerja tahun kedua kemudian dibagi dua.
Menurut Munawir (2002: 80) untuk menilai keefektifan modal kerja
dapat digunakan rasio antara total penjualan dengan jumlah modal kerja
rata-rata tersebut (working capital turn over). Rasio ini menunjukkan
hubungan antara modal kerja dengan penjualan dan menunjukkan
banyaknya penjualan yang dapat diperoleh perusahaan untuk tiap rupiah
modal kerja. Perputaran modal kerja yang rendah menunjukkan adanya
kelebihan modal kerja yang mungkin disebabkan rendahnya perputaran
persediaan, piutang atau adanya saldo kas yang terlalu besar.
2.2.1.4. Jenis-jenis Modal Kerja
Modal kerja yang dipergunakan oleh perusahaan harus
mencukupi jumlahnya dalam arti harus mampu membiayai pengeluaran
atau operasi perusahaan sehari-hari. Modal kerja merupakan kekayaan
atau aktiva yang diperlukan oleh perusahaan untuk menyelenggarakan
kegiatan sehari-hari yang selalu berputar dalam periode tertentu.
Menurut Riyanto (1997: 61), modal kerja dalam suatu
perusahaan dapat digolongkan menjadi:
1. Modal kerja permanen (Permanent-Working Capital)
Yaitu modal kerja yang harus selalu ada pada perusahaan agar dapat
berfungsi dengan baik dalam suatu periode akuntansi. Modal kerja
a. Modal kerja primer (Primary Working Capital), yaitu modal kerja
minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin
kelangsungan kegiatan usahanya.
b. Modal kerja normal (Normal-Working Capital) yaitu sejumlah
modal kerja yang dipergunakan untuk dapat menyelenggarakan
kegiatan produksi pada kapasitas normal.
2. Modal kerja variabel (Variabel-Working Capital)
Yaitu modal kerja yang dibutuhkan saat-saat tertentu dengan
jumlah yang berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan dalam
satu periode, modal kerja dibedakan menjadi:
a. Modal kerja musiman (Seasonal-Working Capital) yaitu sejumlah
modal kerja yang besarnya berubah-ubah yang disebabkan oleh
perubahan musim.
b. Modal kerja siklis (Cyclical-Working Capital) yaitu sejumlah
modal kerja yang besarnya berubah-ubah disebabkan oleh
perubahan permintaan produk.
c. Modal kerja darurat (Emergency-Working Capital) yaitu modal
kerja yang besarnya berubah-ubah yang penyebabnya tidak
diketahui sebelumnya.
2.2.1.5. Unsur-unsur Modal Kerja
Mengacu konsep kuantitatif modal kerja, yaitu keseluruhan dari
aktiva lancar, maka unsur-unsur modal kerja yang pada hakekatnya
1. Uang kas dan bank.
2. Surat berharga atau investasi jangka pendek.
3. Piutang wesel, piutang dagang.
4. Persediaan.
5. Piutang penghasilan yang masih harus diterima.
6. Biaya yang dibayar dimuka.
Dalam penelitian ini penulis membahas tiga unsur dari modal kerja
yaitu kas, piutang, dan persediaan, karena ketiga komponen tersebut
merupakan komponen pokok dalam perputaran modal kerja.
Kas diperlukan oleh setiap perusahaan yang sedang menjalankan
operasinya dan juga dibutuhkan untuk investasi dalam aktiva tetap.
Menurut Munawir (2002: 14) mengemukakan definisi dari kas yaitu uang
tunai yang dapat digunakan untuk membiayai kegiatan operasi
perusahaan. Dengan demikian kas yang cukup harus disediakan oleh
perusahaan tidak mengalami kesulitan dalam menjaga kontinuitas
usahanya dan kas yang cukup juga perlu untuk menilai likuidasi dari
suatu perusahaan.
Menurut Munawir (2002: 15) Piutang adalah tagihan kepada pihak
lain (kepada pihak kreditor atau langganan) sebagai akibat adanya
penjualan barang dagangan secara kredit. Piutang merupakan unsur yang
paling penting dalam neraca sebagian besar perusahaan. Prosedur yang
wajar dan cara pengamanan yang cukup terhadap piutang bukan saja
yang memuaskan dengan para pelanggan. Piutang yang terjadi dalam
perusahaan dagang yaitu, penjualan yang dilakukan dengan sistem kredit.
Dengan demikian piutang ini merupakan aset perusahaan yang timbul
karena telah melaksanakan kebijakan kredit dalam menjual barang
dagangannya.
Persediaan adalah semua barang yang diperdagangkan tetapi
barang-barang tersebut masih terdapat gudang atau belum dalam laku
terjual, termasuk juga bahan baku yang masih dalam produksi.
Persediaan menurut SAK (2009: 14.1) yaitu:
a. Tersdia untuk dijual dalam kegiatan usaha biasa.
b. Dalam proses produksi untuk penjualan tersebut, atau
c. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam
proses produksi atau pemberian jasa.
Kesalahan dalam menentukan persediaan pada akhir periode akan
berpengaruh terhadap laba rugi dan neraca yang berdampak pada
kesalahan jumlah aktiva lancar dan total aktiva, harga pokok penjualan
laba kotor dan laba bersih, taksiran pajak penghasilan, penghasilan
deviden dan laba rugi ditahan dan kesalahan-kesalahan itu akan terbawa
juga pada periode berikutnya. Karena itu penanaman modal kerja yang
besar pada persediaan itu akan mengalami kerusakan, keusangan dan
turunnya kualitas barang sehingga akan memperkecil laba perusahaan.
2.2.2.1. Pengertian Kas
Kas adalah uang tunai yag dapat dipergunakan untuk membiayai
operasi perusahaan dalam pengertian kas adalah cek yang diterima dari
pelanggan dan simpanan perusahaan di Bank yang dapat diambil kembali
(dengan menggunakan cek atau bilyet), setiap saat diperlukan (Munawir,
2002 : 14).
Kas (cash) meliputi koin, uang kertas, cek, wesel (money order
atau kiriman uang melalui pos yang lazim berbentuk draft bank atau cek
bank; hal ini untuk selanjutnya diistilahkan dengan wesel), dan uang yang
disimpan di bank yang dapat ditarik tanpa pembatasan dari bank
bersangkutan (Warren Reeve Fess, 2005: 362).
Kas adalah salah satu pertukaran dan juga digunakan sebagai
ukuran dalam akuntansi (Baridwan, 2000: 83). Dalam neraca, kas
merupakan aktiva yang paling lancar, dalam arti yang paling sering
berubah. Hampir ada setiap transaksi dengan pihak luar selalu
mempengaruhi kas.
Kas adalah salah satu unsur modal paling tinggi tingkat
likuidasinya, semakin besar jumlah kas yang ada di dalam perusahaan
berarti semakin tinggi tingkat likuidasinya. Ini berarti bahwa perusahaan
mempunyai risiko yang lebih kecil untuk tidak dapat memenuhi
kewajiban finansialnya (Riyanto, 1997: 94).
2.2.2.2. Aliran Kas Dalam Perusahaan
Menurut (Riyanto, 1997: 93), setiap perusahaan dalam
untuk membiayai operasi perusahaan sehari-hari maupun untuk
mengadakan investasi baru dalam aktiva tetap. Pengeluaran kas suatu
perusahaan dapat bersifat terus-menerus atau kontinyu dan tidak
kontinyu.
Pengeluaran kas yang bersifat kontinyu, misalkan pengeluaran kas
untuk pembelian bahan mentah, pembayaran upah buruh dan gaji, dan lain
sebagainya. Dan disamping itu juga ada aliran kas keluar yang bersifat
tidak kontinyu, misalnya pengeluaran untuk pembayaran bunga, deviden,
pajak penghasilan atau laba, pembayaran angsuran hutang, pembelian
kembali saham perusahaan, pembelian aktiva tetap dan lain sebagainya.
Aliran kas keluar juga terdapat aliran kas masuk di dalam
perusahaan, aliran kas masuk terdapat aliran yang bersifat kontinyu dan
yang bersifat intermitten. Aliran kas masuk yang bersifat kontinyu
misalkan aliran kas berasal dari hasil penjualan produk secara tunai,
penerimaan piutang, sedangakan aliran kas yang tidak kontinyu misalkan
aliran kas masuk yang berasal dari penyertaan pemilik perusahaan,
penjualan saham, penerimaan kredit dari bank, penjualan aktiva tetap yang
tidak terpakai, dan lain sebagainya.
Perusahaan akan mengalami kerugian apabila semakin besarnya
kas, berarti semakin besar uang yang mengatur dalam perusahaan sehingga
tingkat profitabilitas perusahaan akan turun. Demikian pula sebaliknya
apabila aliran kas masuk lebih kecil dari pada aliran kas keluar yang
kas yang tersedia dalam perusahaan akan menjadi lebih kecil atau terjadi
underinvestment pada kas. Tindakan demikian ini akan menempatkan
perusahaan dalam keadaan illikuid apabila sewaktu-waktu terjadi tagihan
hutang.
Kas sangat berperan dalam menentukan kelancaran kegiatan
perusahaan, oleh karena itu kas harus direncanakan dan diawasi dengan
baik, baik penerimanya maupun penggunanya (Munawir, 2002: 158).
2.2.2.3. Pengadaan Kas
Pengadaan kas di dalam perusahaan mempunyai tujuan yang
berbeda-beda, seperti yang disebutkan oleh (Suad, 2004: 105) terdapat tiga
motif perusahaan tersebut yang membentuk kas, yaitu:
a. Motif transaksi, adalah penyediaan kas untuk tujuan operasional
perusahaan sehari-hari.
b. Motif jaga, adalah penyediaan kas untuk tujuan
berjaga-jaga terhadap pengeluaran-pengeluaran yang tak terduga.
c. Motif spekulasi, adalah penyediaan kas untuk maksud
mendapatkan keuntungan dari perubahan-perubahan yang
diharapkan dari harga surat-surat berharga.
2.2.2.4. Perputaran Kas
Perputaran kas (cash turnover) adalah perbandingan antara sales
dengan jumlah kas rata-rata (Riyanto, 1997: 95). Tingkat perputaran kas
perusahaan. Karena tingkat perputaran kas menggambarkan kecepatan
arus kas kembalinya kas yang telah ditanamkan di dalam modal kerja.
Tinggi rendahnya perputaran kas mempunyai pengaruh langsung
terhadap besar kecilnya modal yang diinvestasikan dalam kas.
Perputaran kas merupakan perbandingan net sales dengan jumlah kas
rata-rata, rata-rata dapat dihitung dengan penjumlahan antara kas awal
tahun dengan kas akhir tahun kemudian dibagi dua. Perputaran kas
dalam satu periode dapat dihitung dengan rumus:
Dimana penjualan bersih dapat dihitung dari laporan laba rugi
pada penjualan bersih perusahaan, dan kas rata-rata dapat dihitung dari
neraca aset lancar pada kas dan setara kas.
2.2.3. Investasi Dalam Piutang
2.2.3.1. Pengertian piutang
Piutang (receivable) meliputi semua klaim dalam bentuk uang
terhadap terhadap pihak lainnya, termasuk individu, perusahaan, atau
organisasi lainnya. Piutang biasanya memiliki bagian yang signifikan dari
total aktiva lancar perusahaan. Transaksi paling umum yang menciptakan
piutang adalah penjualan barang dagang atau jasa secara kredit. Piutang
dicatat dengan mendebit akun piutang usaha. Piutang usaha (account
receivable) semacam ini diperkirakan akan tertagih dalam periode waktu
Piutang pada umumnya dapat dikelompokkan menjadi piutang
dagang dan piutang lain-lain. Piutang yang berasal dari penjualan barang
dan jasa merupakan kegiatan usaha normal perusahaan disebut piutang
dagang atau piutang usaha (trade receivables). Disamping piutang dagang
terdapat piutang-piutang jenis lain misalnya piutang pegawai, piutang
bunga, piutang dari perusahaan afiliasi, piutang pemegang saham, dan
lain-lain (Soemarso, 2004: 338)
Menurut (Riyanto, 1997: 85) penjualan kredit tidak segera
menghasilkan penerimaan kas, tetapi menimbulkan piutang langganan
dan barulah kemudian pada hari jatuhnya terjadi aliran kas masuk yang
berasal dari pengumpulan piutang tersebut. Piutang merupakan elemen
modal kerja yang juga selalu dalam keadaan berputar secara
terus-menerus dalam rantai perputaran modal kerja, piutang mempunyai
tingkat likuiditas yang lebih tinggi daripada persediaan, karena perputaran
piutang ke kas membutuhkan satu langkah saja.
2.2.3.2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Piutang
Menurut Riyanto (1997: 85-87), faktor-faktor yang
mempengaruhi piutang adalah:
a. Volume penjualan kredit
Semakin besar proporsi penjualan kredit dari keseluruhan
penjualan memperbesar jumlah investasi dalam piutang. Dengan
bahwa perusahaan itu harus menyediakan investasi yang lebih besar
lagi dalam piutang.
b. Syarat pembayaran penjualan kredit
Syarat pembayaran penjualan kredit dapat bersifat ketat atau
lunak. Apabila perusahaan menetapkan syarat pembayaran yang ketat
berarti bahwa perusahaan lebih mengutamakan keselamatan kredit
daripada profitabilitas.
c. Ketentuan tentang pembatasan kredit
Dalam penjualan kredit perusahaan dapat menetapkan batas
maksimal atau batas bagi kredit yang diberikan kepada para
pelangannya. Semakin tinggi batas yang ditetepkannya bagi
masing-masing langganan berarti semakin besar pula dana yang
diinvestasikan dalam piutang.
d. Kebijaksanaan dalam mengumpulkan piutang
Perusahaan dapat menjalankan kebijaksanaan dalam
mengumpulkan piutang secara aktif atau pasif. Perusahaan yang
menjalankan kebijaksanaan secara aktif dalam pengumpulan piutang
akan mempunyai pengeluaran uang yang lebih besar untuk
membiayai aktivitas pengumpulan piutang tersebut dibandingkan
dengan perusahaan lain yang menjalankan kebijakasanaannya secara
pasif.
Ada sebagian langganan yang mempunyai kebiasaan untuk
membayar dengan menggunakan kesempatan mendapatkan cash
discount, dan ada sebagian lain yang tidak menggunakan kesempatan
itu. Perbedaan cara pembayaran ini tergantung kepada cara penilaian
mereka terhadap mana yang lebih menguntungkan antara kedua
alternatif tersebut. Kebiasaan para pelanggan untuk membayar dalam
cash discount period atau sesudahnya akan mempunyai efek terhadap
investasi dalam piutang.
2.2.3.3. Risiko Kredit
Menurut Riyanto (1997: 87-88) risiko kredit adalah risiko tidak
terbayarnya kredit yang telah diberikan kepada para pelanggan. Sebelum
perusahaan memutuskan untuk menyetujui permintaan atau penambahan
kredit oleh para pelanggan perulah mengadakan evaluasi risiko kredit dari
pelanggan tersebut.
Penilaian risiko kredit pada suatu perusahaan atau bank adalah
dengan memperhatikan lima “C”, lima “C” tersebut adalah:
a. Character
Menunjukkan kemungkinan atau profitabilitas dari pelanggan untuk
secara jujur berusaha untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya.
b. Capacity
Pendapat subyektif mengenai kemampuan dari pelanggan. Ini diukur
dengan record di waktu yang lalu, dilengkapi dengan observasi fisik
c. Capital
Diukur oleh posisi keuangan perusahaan secara umum, dimana hal ini
ditunjukan oleh analisa rasio keuangan, yang khususnya ditekankan
pada “tangible net worth” dari perusahaan.
d. Collateral
Dicerminkan oleh aktiva dari pelanggan yang dikaitkan, atau
dijadikan jaminan bagi keamanan kredit yang diberikan kepada
pelanggan tersebut.
e. Conditions
Menunjukkan pengaruh langsung dari trend ekonomi pada umumnya
terhadap perusahaan yang bersangkutan atau perkembangan khusus
dalam suatu bidang ekonomi tertentu yang mungkin mempunyai efek
terhadap kemampuan pelanggan untuk memenuhi kewajibannya.
Dengan demikian sebelum perusahaan memberikan kredit
perusahaan akan melakukan penilaian terhadap mental, kemampuan
pelanggan dalam bidang finansial, jaminan kredit yang diberikan, modal
dan kondisi dari pelanggan. Faktor-faktor tersebut sangat penting karena
merupakan tindakan preventif untuk melindungi investasi dari
perusahaan.
2.2.3.4. Perputaran Piutang
Piutang adalah tagihan kepada pihak lain (kepada kreditur atau
langganan) sebagai akibat penjualan barang secara kredit. Piutang sebagai
piutang tergantung dari panjang pendeknya ketetentuan waktu yang
dipersyaratkan dalam syarat pembayaran, sehingga semakin lama syarat
pembayaran kredit berarti semakin lama terikatnya modal kerja tersebut
dalam piutang dan bearti semakin kecil tingkat perputaran piutang dalam
satu periode dan begitu pula sebaliknya (Riyanto, 1997: 90).
Tingkat perputaran piutang dapat diketahui dengan membagi
jumlah penjualan kredit selama periode tertentu dengan jumlah rata-rata
piutang, seperti rumus di bawah ini (Riyanto, 1997: 90):
Dimana penjualan kredit bersih dapat dihitung dari neraca aset
lancar pada piutang usaha, dan piutang dapat dihitung dari neraca aset
lancar pada piutang dengan menjumlahkan keseluruhan piutang
perusahaan.
Periode terikatnya modal dalam piutang dapat dihitung dengan
membagi tahun dari hari perputarannya. Hari rata-rata tersebut dapat
dihitung dengan cara sebagai berikut: (dianggap 1 tahum = 360 hari)
Hari rata-rata pengumpulan piutang dapat dihitung dengan rumus
Sangat penting membandingkan hari rata-rata pengumpulan
piutang dengan syarat pembayaran yang telah ditentukan oleh
perusahaan, apabila hari rata-rata pengumpulan piutang selalu lebih
besar dari batas waktu pembayaran yang telah ditetapkan, ini berarti cara
pengumpulan piutang tidak efisien.
Tinggi rendahnya perputaran piutang mempunyai efek yang
langsung terhadap besar kecilnya modal yang diinvestasikan ke dalam
piutang. Semakin tinggi perputarannya, maka semakin tinggi atau cepat
perputarannya sehingga semakin pendek waktu terikatnya modal dalam
piutang dan modal yang dibutuhkan akan semakin kecil.
2.2.4. Investasi Dalam Persediaan
2.2.4.1. Pengertian Persediaan
Pengertian persediaan menurut Standar Akuntansi Keuangan
(2009: 14.2) persediaan meliputi barang yang dibeli dan dimiliki untuk
dijual kembali, barang dagangan yang dibeli oleh pengecer untuk dijual
kembali, atau pengadaan tanah dan properti lainnya untuk dijual kembali.
Di dalam perusahaan dagang, persediaan yang ada hanya satu jenis
persediaan saja yaitu persediaan barang dagangan (marchandise
inventory).
Persediaan barang dagang adalah barang-barang yang dimiliki
perusahaan untuk dijual kembali, persediaan pada umumnya meliputi
jenis barang yang cukup banyak dan merupakan bagian yang cukup
berarti dari seluruh aktiva perusahaan. Persediaan barang dagang pada
pasar atau nilai yang diharapkan dapat direalisasikan. Cara penilaian dan
metode penetapan harga pokok harus diungkapkan dalam laporan
keuangan (Soemarso, 2004: 384).
Menurtut Riyanto (1997: 69) menerangkan bahwa inventory atau
persediaan barang sebagai elemen utama dari modal kerja merupakan
aktiva yang selalu dalam keadaan berputar, dimana secara terus menerus
mengalami perubahan. Masalah investasi dalam persediaan merupakan
masalah pembelanjaan aktif, seperti halnya investasi dalam aktiva-aktiva
lainnya. Masalah penentuan besarnya investasi atau alokasi modal dalam
persediaan mempunyai efek yang langsung terhadap keuntungan
perusahaan.
Kesalahan dalam penetapan besarnya investasi dalam persediaan
akan menekan keuntungan perusahaan. Adanya investasi dalam
persediaan yang terlalu besar dibandingkan dengan kubutuhan akan
memperbesar beban bunga, memperbesar biaya penyimpanan dan
pemeliharaan di gudang, memperbesar kemungkinan kerugian akan
kerusakan, turunnya kualitas, keusangan, sehingga semuanya ini akan
memperkecil keuntungan perusahaan.
Dengan demikian sebaliknya, adanya investasi yang terlalu kecil
dalam persediaan akan mempunyai efek yang menekan keuntungan juga,
karena kekurangan material, perusahaan tidak dapat bekerja dengan luas
produksi yang optimal. Oleh karena perusahaan tidak bekerja dengan
didayagunakan dengan sepenuhnya, sehingga hal ini akan mempertinggi
biaya produksi rata-ratanya, yang pada akhirnya akan menekan
keuntungan yang diperolehnya.
Fungsi dari persediaan adalah untuk memenuhi permintaan
pelanggan tanpa harus tergantung dari supplier, melalui penyimpanan
persediaan perusahaan juga dapat mengurangi biaya yang timbul karena
adanya pembelian barang setiap kali akan melaksanakn proses produksi
dan untuk mengantisipasi hal-hal yang akan terjadi di dalam melakukan
proses produksi dapat berjalan dengan lancar tanpa gangguan karena
adanya kekurangan bahan baku untuk melakukan persediaan ekstra yang
disebut persediaan pengaman.
2.2.4.2. Peranan Persediaan
Peranan dari persediaan adalah sangat besar sekali di dalam
menentukan maju tidaknya suatu perusahaan, karena itu semua perusahaan
baik perusahaan industri, dagang maupun jasa selalu mengadakan
persediaan karena tanpa adanya persediaan apabila langganan meminta
barang atau jasa di luar kemampuan produksi perusahaan, dengan adanya
persediaan maka hal tersebut akan dapat teratasi, sehingga peluang untuk
mendapatkan keuntungan akan selalu terbuka.
2.2.4.3. Metode Penilaian Persediaan
Pada akhir periode akuntansi, total biaya persediaan harus
dialokasikan ke persediaan yang masih ada (untuk dilaporkan di neraca
(untuk dilaporkan di laporan laba rugi sebagai beban harga pokok
penjualan). Menurut Stice (2004: 667-670) metode-metode yang paling
umum adalah:
1. Identifikasi khusus (specific identification)
Biaya dapat dialokasikan ke barang yang terjual selama periode
berjalan dan ke barang yang ada di tangan pada akhir periode
berdasarkan biaya actual dari unit tersebut. Metode identifikasi
khusus memerlukan suatu cara untuk mengidentifikasikan biaya
historis dari unit persediaan.
2. Biaya rata-rata (average cost)
Metode biaya rata-rata membebankan biaya rata-rata yang sama ke
setiap unit. Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa barang yang
terjual seharusnya dibebankan dengan biaya rata-rata, yaitu rata-rata
tertimbang dari jumlah unit yang dibeli pada tiap harga.
3. Metode masuk pertama, keluar pertama (first-in, first-out-FIFO)
Metode masuk pertama, keluar pertama didasarkan pada asumsi
bahwa unit yang terjual adalah unit yang lebih dahulu unit yang lebih
dulu masuk. Selain itu, dalam FIFO, unit yang tersisa pada persediaan
akhir adalah unit yang paling akhir dibeli, sehingga biaya yang
dilaporkan akan mendekati atau sama dengan biaya penggantian di
akhir periode (end-of-period replacement cost).
Metode masuk terakhir, keluar pertama didasarkan pada asumsi
bahwa barang yang paling barulah yang terjual. Metode ini tidak
cocok dengan arus barang yang terjadi dalam sebuah perusahaan.
LIFO menghasilkan nilai lama dalam neraca dan dapat memberikan
angka harga pokok penjualan yang ketika tingkat persediaan
menurun. Namun, LIFO adalah metode yang paling baik dalam
pengaitan biaya persediaan saat ini dengan pendapatan saat ini.
2.2.4.4. Perputaran Persediaan
Menurut Horngren (1997: 250) perputaran persediaan yaitu rasio
antara harga pokok penjualan terhadap persediaan rata-rata menunjukkan
seberapa cepat persediaan tersebut dapat dijual. Penghitungannya
sebagai berikut:
Dimana persediaan rata-rata barang:
Dimana harga pokok penjualan dapat dihitung dari laporan laba
rugi perusahaan pada beban pokok penjualan, dan persediaan dapat
dihitung dari neraca aset lancar pada persediaan. Persediaan rata-rata
dapat dihitung dengan menggunakan angka-angka mingguan, bulanan,
diketahui pula hari rata-rata penjualanannya atau hari rata-rata barang
disimpan di gudang, dapat diketahui dengan rumus:
Atau dengan rumus:
Di dalam perusahaan dagang pada dasarnya ada satu golongan
persediaan yang mempunyai sifat perputaran yang sama yaitu, disebut
persediaan barang dagang, persediaan ini merupakan persediaan barang
yang selalu dalam perputaran, artinya yang selalu dibeli kemudian dijual
lagi dan tidak mengalami proses yang lebih lanjut dan tingkat
perputarannya dapat diukur dengan rumus berikut (Riyanto, 1997: 70):
Atau bisa juga dengan rumus:
Dimana persediaan rata-rata barang:
2.2.5. Pengertian Laba Usaha
Laba merupakan selisih antara laba bruto dan beban usaha (income
from operation) atau laba operasi (operating income). Laba usaha adalah
(Soemarso, 2002: 227). Laba usaha memegang peranan yang sangat
penting di dalam suatu perusahaan dan mempunyai pengaruh yang cukup
besar terhadap perekonomian.
Laba perusahaan selalu menarik perhatian para pemiliknya maupun
investor, laba sebenarnya dari suatu kegiatan usaha baru akan dapat
diketahui apabila perusahaan yang bersangkutan telah menghentikan
kegiatannya dan perusahaan tersebut dilikuidasi. Pendapatan laba secara
periodik ini, dengan demikian memerlukan perhatian yang serius, sebab
laba harus benar-benar mencerminkan laba yang diperoleh pada periode
yang bersangkutan. Penetapan laba secara periodik juga mengandung
konsekuensi bahwa di dalamnya terdapat unsur-unsur taksiran, bukan
merupakan kunci dari kelayakan penetapan laba usaha.
2.2.6. Arti Penting Analisis Keuangan
Untuk dapat memperoleh gambaran tentang perkembangan
keuangan suatu perusahaan perulah mengadakan interprestasi atau analisa
terhadapat data keuangan perusahaan yang bersangkutan, dan data
keuangan itu akan tercermin di dalam laporan keuangannya (Riyanto, 1997:
327). Laporan finansial memberikan ikhtisar mengenai keadaan finansial
suatu perusahaan, dimana neraca mencerminkan nilai aktiva, hutang dan
modal sendiri pada suatu saat tertentu, dan laporan laba rugi mencerminkan
hasil-hasil yang dicapai selama suatu periode satu tahun.
Menurut Munawir (2002: 1) mereka yang mempunyai
untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan tersebut, dan kondisi
keuangan suatu perusahaan akan dapat diketahui dari laporan keuangan
perusahaan yang bersangkutan, yang terdiri dari neraca, laporan
perhitungan laba rugi serta laporan-laporan keuangan lainnya. Dengan
mengadakan analisa terhadap pos-pos neraca akan dapat diketahui atau
akan diperoleh gambaran tentang posisi keuangannya, sedangkan analisa
terhadap laporan laba ruginya akan memberikan gembaran tentang hasil
atau perkembangan usaha perusahaan yang bersangkutan.
Dengan mengadakan analisa laporan keuangan perusahaan,
maka akan dapat mengetahui keadaan dan perkembangan finansial dari
perusahaannya, dan akan dapat diketahui hasil-hasil finansial yang telah
dicapai di waktu-waktu yang lalu dan waktu yang sedang berjalan. Dengan
demikian dapat diketahui kelemahan dari perusahaan, maka dapat
diusahakan agar dalam penyusunan rencana untuk tahun-tahun yang akan
datang kelemahan tersebut dapat diperbaiki sehingga akan diperoleh
kenaikan dari laba usaha bagi perusahaan.
2.3. Kerangka Pikir
2.3.1. Pengaruh Perputaran Kas Terhadap Laba Usaha
Kas merupakan suatu alat pertukaran dan juga digunakan
sebagai alat ukuran dalam akuntansi. Dalam neraca, kas merupakn aktiva
yang paling lancar, dalam arti paling sering berubah. Hampir pada setiap
transaksi dengan pihak luar selalu mempengaruhi kas (Baridwan, 2000:
Laba usaha yang diperoleh perusahaan mempunyai efek langsung
terhadap modal kerja, hal ini sesuai dengan penpadat yang dikemukakan
Riyanto (1997: 73) tinggi rendahnya perputaran kas mempunyai efek yang
langsung terhadap besar kecilnya modal yang adanya investasi dalam
persediaan yang terlalu besar dibandingkan dengan kebutuhan akan
memperbesar beban bunga, memperbesar biaya penyimpanan dan
pemeliharaan di gudang, memperbesar kemungkinan kerugian.
Tingkat rendahnya perputaran kas mempunyai pengaruh
langsung terhadap besar kecilnya modal yang diinvestasikan dalam kas.
Perputaran kas merupakan perbandingan penjualan bersih dengan jumlah
kas rata-rata, rata-rata dapat dihitung dengan penjumlahan antara kas awal
dengan kas akhir tahun kemudian dibagi dua (Leni, 2007).
Perbandingan antara penjualan dengan jumlah kas rata-rata
mengambarkan tingakat perputaran kas. Semakin tinggi perputaran kas
semakin baik, berarti semakin tinggi efisiensi penggunaan kasnya (Riyanto,
1997: 95).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa penggunaan elemen
penjualan bersih pada perputaran kas adalah untuk mengetahui keefektifan
kas yang ada terhadap kelancaran proses penjualan. Mengetahui dana yang
ada pada kas tersebut cukup untuk proses penjualan. Jika perusahaan yang
mempunyai jumlah kas yang besar maka tingkat perputaran tersebut rendah
dan akan mengalami kerugian dan apabila jumlah kas relatif kecil maka
akan diperoleh tingkat perputaran kas yang tinggi dan keuntungan atau laba
2.3.2. Pengaruh Perputaran Piutang Terhadap Laba Usaha
Tinggi rendahnya perputaran piutang mempunyai efek yang
langsung terhadap besar kecilnya modal yang diinvestasikan ke dalam
piutang. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Munawir
(2002: 76) bahwa semakin semakin besar perputaran piutang suatu
perusahaan semakin besar pula risiko kemungkinan tidak tertagihnya
piutang, dan jika perusahaan tidak membuat cadangan terhadap
kemungkinan kerugian yang timbul karena tidak tertagihnya piutang.
Piutang merupakan elemen modal kerja yang selalu dalam keadaan
berputar. Periode perputaran piutang dipengaruhi oleh syarat
pembayarannya. Semakin lunak syarat pembayarannya maka semakin lama
modal tersebut terikat dalam piutang yang berarti tingkat perputarannya
semakin rendah (Gunarto, 2007).
Menurut Leni (2007) setiap perusahaan pada umumnya ingin
mencapai keuntungan yang sebesar-besarnya dengan jalan meningkatkan
omset penjualannya, untuk itu perusahaan melakukan kebijakan penjualan
secara kredit sehingga menimbulkan piutang.
Posisi piutang dan taksiran waktu pengumpulannya dapat dinilai
dengan menghitung tingkat perputaran piutang tersebut, yaitu dengan
membagi total penjualan kredit dengan piutang rata-rata (Munawir, 2002:
75).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perusahaan dapat
periode. Jika semakin lama pelunasan piutang maka semakin besar risiko
kemungkinan tidak tertagihnya piutang, sehingga perusahaan tidak
memperoleh laba melainkan kerugian.
2.3.3 Pengaruh Perputaran Persediaan Terhadap Laba Usaha
Persediaan barang sebagai elemen utama dari modal kerja
merupakan aktiva yang selalu dalam keadaan berputar, dimana secara terus
menerus mengalami perubahan. Masalah penentuan atau alokasi modal
dalam persediaan mempunyai efek yang langsung terhadap keuntungan
perusahaan (Riyanto, 1997:69).
Periode perputaran persediaan perlu diperhatikan untuk
mengetahui berapa lama waktu yang dibuthkan oleh perusahaan untuk
menghabiskan persediaan dalam proses penjualan atau produksi. Hal ini
dikarenakan semakin lama periode perputaran persediaan, maka semakin
banyak biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk menjaga agar
persediaan di gudang tetap baik. Oleh karena itu, diperlukan adanya tingkat
perputaran persediaan yang tinggi untuk mengurangi biaya yang timbul,
karena kelebihan persediaan (Hastuti: 2010).
Perputaran persediaan merupakan rasio antara jumlah harga pokok
barang yang dijual dengan nilai rata-rata persediaan yang dimiliki oleh
perusahaan. Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan maka semakin
cepat kembalinya dana yang tertanam pada persediaan. Pada tingkat
perputaran persediaan yang tinggi berarti terjadi tingkat penjualan barang