• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA VIDEO TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS IV DI SDN 2 KANDANGWANGI KABUPATEN BANJARNEGARA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA VIDEO TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS IV DI SDN 2 KANDANGWANGI KABUPATEN BANJARNEGARA."

Copied!
177
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Yogyakarta

untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan

guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

Mohamad Nur Prasetiyo

NIM. 10105241035

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)

i

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Yogyakarta

untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan

guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

Mohamad Nur Prasetiyo

NIM. 10105241035

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)
(6)

v

"Kebanyakan dari kita tidak mensyukuri apa yang sudah kita miliki, tetapi kita

selalu menyesali apa yang belum kita capai."

(Schopenhauer)

"jangan takut kepada apapun kecuali kepada ALLAH SWT."

(Penulis)

"Tiada doa yg lebih indah selain doa agar segala urusan dipermudah"

(7)

vi

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rakhmat dan hidayahnya yang telah

memberikan kekuatan, kesehatan dan kesabaran untuk ku dalam mengerjakan

skripsi ini. Skripsi ini peneliti dedikasikan kepada:

1. Allah SWT yang menempatkan, mengajarkan peneliti pada jalan terbaik.

2. Nusa, Bangsa dan Negara Indonesia

3. Ibuku dan Almarhum Bapakku, serta kakak-kakakku yang telah menjadi

motivasi dan inspirasi dan tiada henti memberikan dukungan do'anya buat

saya.

4. Dosen-dosen ku, terutama pembimbingku yang tak pernah lelah dan sabar

memberikan bimbingan dan arahan kepada ku.

5. Sahabatku yang senantiasa menjadi penyemangat dan menemani disetiap

hariku. “Sahabat merupakan salah satu sumber kebahagiaan dikala kita merasa

tidak bahagia.”

(8)

vii

Oleh

Mohamad Nur Prasetiyo NIM 10105241035

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) perbedaan hasil belajar IPA siswa kelas IV SDN 2 Kandangwangi antara yang diajar dengan media video dan pembelajaran konvensional (2) efektifitas penggunaan media video dalam pembelajaran IPA siswa kelas IV SDN 2 kandangwangi.

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan menggunakan quasi eksperimen dengan jenis pretest-posttest control group design.Subjek penelitian adalah siswa kelas IV SDN 2 Kandangwangi, sejumlah 40 orang siswa kelas IVA dan kelas IVB. Penelitian ekperimen ini dilakukan dengan membandingkan kelas eksperimen dan kelas kontrol, yakni kelas eksperimen menggunakan media video sementara kelas kontrol menggunakan bentuk pembelajaran konvensional yaitu ceramah dan penugasan. Data penelitian diperoleh dari hasil tes soal pretest dan posttest, serta dokumentasi yang dilakukan sebelum penelitian terhadap kedua kelompok dengan menggunakan pengontrolan variabel sehingga hasil penelitian tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti. Validasi instrumen menggunakan validitas isi dan validitas konstruk. Uji validitas instrumen menggunakan korelasi product moment, sedangkan untuk reliabilitas instrumen diuji menggunakan rumus Spearman-Brown. Analisa data dilakukan secara kuantitatif yakni menggunakan perhitungan t-test. Semua hasil dilakukan dengan bantuan aplikasi SPSS versi 15.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada perbedaan hasil belajar IPA antara yang diajar dengan menggunakan media video dan model pembelajaran konvensional. Hal ini ditunjukan dengan hasil uji-t pretest antara kelompok eksperiman dan kelompok kontrol tidak ada perbedaan yang signifikan dengan perolehan t-hitung -0,136 lebih kecil dari t-tabel 2,024. Adapun perolehan posttest

antar kelompok eksperimen dan kelompok kontrol menunjukan perbedaan yang signifikan dengan perolehan t-hitung 4,591 lebih besar dari t-tabel 2,024. (2) Pembelajaran dengan media video lebih efektif daripada model pembelajaran konvensional dalam pembelajaran IPA dengan bobot keefektifan 21,74%. Hal ini ditunjukan dari Mean difference kelas eksperimen sebesar 71,25, lebih tinggi dari pada Mean difference kelas kontrol sebesar 64.625.

(9)

viii

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat, ridho, dan anugerah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini. Skripsi yang berjudul “Efektifitas Penggunaan Media Video Terhadap Hasil

Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV Di SDN 2 Kandangwangi

Kabupaten Banjarnegara.” Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian

persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Kurikulum

dan Teknologi Pendidikan, Program Studi Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu

Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, bantuan serta dorongan

dari berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini izinkanlah penulis untuk

mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan

penulis untuk menimba ilmu dari awal studi sampai terselesaikanya skripsi

ini.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah

memberikan ijin dalam penelitian ini serta arahanya.

3. Ketua Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu

Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ijin

penelitian, bimbingan serta arahan demi terselesaikanya skripsi ini.

4. M. Djauhar Siddiq, M. Pd. selaku dosen pembimbing I yang telah bersedia

meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing dan mengarahkan

dalam penyusunan skripsi ini.

5. Estu Miyarso, M. Pd. selaku dosen pembimbing II yang telah bersedia

meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing dan mengarahkan

dalam penyusunan skripsi ini.

6. Singgih Raharjo, M. Ed selaku kepala Balai Teknologi Komunikasi

Pendidikan DIY (BTKP) yang telah berkenan memberikan ijin penulis

(10)
(11)

x

HALAMAN JUDUL ...i

HALAMAN PERSETUJUAN ...ii

HALAMAN PERNYATAAN ...iii

HALAMAN PENGESAHAN ...iv

HALAMAN MOTTO ...v

HALAMAN PERSEMBAHAN ...vi

ABSTRAK ...vii

KATA PENGANTAR ...viii

DAFTAR ISI ... ...x

DAFTAR TABEL ...xiii

DAFTAR GAMBAR ...xiv

DAFTAR LAMPIRAN ...xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...1

B. Identifikasi Masalah ...6

C. Pembatasan Masalah ...7

D. Rumusan Masalah ...7

E. Tujuan Penelitian ...7

F. Manfaat Penelitian ...8

G. Definisi Operasional...9

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Tentang Media Pembelajaran ...10

1. Pengertian Media Pembelajaran ...10

2. Ciri-ciri Media Pembelajaran ...11

3. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran ...13

4. Jenis-jenis Media Pembelajaran ...15

(12)

xi

2. Macam Media Video ...21

3. Kelebihan dan Kekurangan Media Video ...21

4. Manfaat Penggunaan Media Video dalam Pembelajaran ...24

5. Penggunaan Media Video di Dalam Kelas ...26

C. Kajian Tentang Hasil Belajar ...29

1. Pengertian Hasil Belajar ...29

2. Dominan Hasil Belajar ...31

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ...32

4. Indikator Hasil Belajar...33

D. Kajian Tentang Karakteristik Siswa Sekolah Dasar ...34

E. Kajian Tentang Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar ...40

1. Hakikat IPA ...40

2. Tujuan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar ...44

3. Prinsip Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar ...46

4. Ruang Lingkup Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar ...53

F. Kerangka Berfikir...55

G. Hipotesis Penelitian ...57

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ...58

B. Variabel Penelitian ...59

C. Tempat dan Waktu Penelitian ...59

D. Populasi dan Sampel Penelitian ...60

E. Desain Penelitian ...61

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ...62

G. Metode Pengumpulan Data ...72

H. Instrumen Penelitian...74

I. Teknik Analisis Data ...79

(13)

xii

2. Deskripsi Data Posttest Kelas Eksperiman dan Kelas Kontrol ...92

3. Uji Persyaratan Analisis ...97

C. Pengujian Hipotesis ...99

D. Pembahasan Hasil Penelitian ...101

E. Keterbatasan Penelitian ...99

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ...106

B. Implikasi ...106

C. Saran ...107

DAFTAR PUSTAKA ...108

(14)

xiii

Tabel 1. Desain Penelitian ... 61

Tabel 2. Data Usia Subyek Penelitian ... 63

Tabel 3. Data Jenis Kelamin Subyek Penelitian ... 64

Tabel 4. Data Latar Belakang Pekerjaan Orang Tua Subyek Penelitian ... 64

Tabel 5. Data Latar Belakang Pendidikan Orang Tua Subyek Penelitian ... 65

Tabel 6. Data Ketersediaan Media Elektronik Keluarga Subyek Penelitian . 65 Tabel 7. Matching Data Sekunder ... 66

Tabel 8. Matching Data Primer ... 66

Tabel 9. Hasil AnalisaValidasi Butri-Butir Soal Tes IPA ... 77

Tabel 10. Hasil Uji Reabilitas Butir-Butir Soal Tes IPA ... 79

Tabel 11. Validasi Butir-Butir Soal Tes IPA ... 84

Tabel 12. Distribusi Frekuensi Data Skor Pretest Kelas Eksperimen ... 85

Tabel 13. Katagori Skor Pretest Kelas Eksperimen ... 87

Tabel 14. Katagori Distribusi Frekuensi Pretest Kelas Eksperimen ... 87

Tabel 15. Distribusi Frekuensi Data Skor Pretest Kelas Kontrol ... 88

Tabel 16. Katagori Skor Pretest Kelas Kontrol... 90

Tabel 17. Katagori Distribusi Frekuensi Pretest Kelas Kontrol ... 90

Tabel 18. Rangkuman Data Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen .... 91

Tabel 19. Rangkuman Hasil Uji Pretest Antar Kelas... 91

Tabel 20. Distribusi Frekuensi Data Posttest Kelas Eksperimen ... 92

Tabel 21. Katagori Skor Posttest Kelas Eksperimen... 94

Tabel 22. Katagori Distribusi Frekuensi Posttest Kelas Eksperimen... 94

Tabel 23. Distribusi Frekuensi Data Skor Posttest Kelas Kontrol ... 95

Tabel 24. Katagori Skor Posttest Kelas Kontrol ... 97

Tabel 25. Katagori Distribusi Frekuensi Posttest Kelas Kontrol ... 97

Tabel 26. Hasil Uji Normalitas ... 98

Tabel 27. Hasil Uji Homogenitas varians... 99

Tabel 28. Rangkuman Hasil Uji Posttest Antar Kelas ... 94

(15)

xiv

hal Gambar 1. Kerangka Berfikir Penelitian ... 56

Gambar 2. Histogram Distribusi Frekuensi Skor Pretest Kelas

Ekesperimen ... 86

Gambar 3. Histogram Distribusi Frekuensi Skor Pretest Kelas

Kontrol ... 89

Gambar 4. Histogram Distribusi Frekuensi Skor Posttest Kelas

Eksperimen ... 93

Gambar 5. Histogram Distribusi Frekuensi Skor Posttest Kelas

(16)

xv

hal

Lampiran 1. HasilPerhitungan Validasi Butir Soal ... 112

Lampiran 2. HasilPerhitungan Reliabilitas Butir Soal ... 115

Lampiran 3. HasilPerhitungan Mean, Median, Modus, dan Simpangan Baku ... 116

Lampiran 4. HasilPerhitungan Chi Kuadrat Untuk Pengontrolan Usia Siswa ... 120

Lampiran 5. HasilPerhitungan Chi Kuadrat Untuk Pengontrolan Jenis Kelamian Siswa ... 121

Lampiran 6. HasilPerhitungan Chi Kuadrat Untuk Pengontrolan Pekerjaan Orang Tua Siswa ... 122

Lampiran 7. HasilPerhitungan Chi Kuadrat Untuk Pengontrolan Pendidikan Orang Tua Siswa ... 123

Lampiran 8. HasilPerhitungan Chi Kuadrat Untuk Pengontrolan Ketersediaan Media Siswa ... 124

Lampiran 9. HasilPerhitungan Normalitas... 125

Lampiran 10. HasilPerhitungan Homogenitas ... 126

Lampiran 11. HasilPerhitungan Uji-T ... 127

Lampiran 12. HasilPerhitungan Bobot Keefektifan ... 129

Lampiran 13. Lembar Soal Tes IPA Sebelum Validasi ... 130

Lampiran 14. Lembar Soal Tes IPA Sesudah Diperbaiki ... 134

Lampiran 15. Lembar Dokumentasi Data Pengontrolan Subyek Penelitian ... 137

Lampiran 16. RPP Kelas Eksperimen ... 138

Lampiran 17. RPP Kelas Kontrol ... 142

Lampiran 18. Silabus ... 146

Lampiran 19. Dokumentasi Penelitian ... 148

Lampiran 20. Daftar Nama Siswa ... 150

Lampiran 21. Daftar Nilai Pretest dan Posttest Siswa... 151

Lampiran 22. Surat Keterangan Validasi Instrumen ... 152

(17)

xvi

Lampiran 26. Surat Izin Penelitian BPMD Jateng ... 156

Lampiran 27. Surat Izin Penelitian KESBANGPOL & LINMAS

Banjarnegara ... 158

Lampiran 28. Surat Izin Penelitian BPPD Banjarnegara ... 159

(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

IPA Pada hakikatnya merupakan ilmu pengetahuan tentang gejala alam

yang dituangkan berupa fakta, konsep, prinsip dan hukum yang teruji

kebenarannya dan melalui suatu rangkaian kegiatan dalam metode ilmiah.

Hakikat sebagai produk dan proses tidak bisa dibedakan atau dipisahkan,

karena produk dan proses mempunyai hubungan terikat satu dengan yang

lainya dalam melakukan pengamatan ilmiah sehingga dapat membentuk sikap

ilmiah. IPA yaitu ilmu yang tidak hanya memuat sekumpulan teori

pengetahuan, namun sejumlah ketrampilan proses untuk memperoleh dan

mengembangkan ilmu tersebut, bahkan mampu membentuk sikap ilmiah pada

siswa.Pelajaran IPA di SD memuat materi tentang pengetahuan-pengetahuan

alam yang dekat dengan kehidupan siswa SD. Siswa diharapkan dapat

mengenal dan mengetahui pengetahuan-pengetahuan alam tersebut dalam

kehidupan sehari-hari

IPA adalah pelajaran yang sangat penting karena ilmunya dapat

diterapkan secara langsung dalam masyarakat. Menurut Srini M. Iskandar

(1997: 16)beberapa alasan pentingnya mata pelajaran IPA yaitu, IPA berguna

bagi kehidupan atau pekerjaan anak dikemudian hari, bagian kebudayaan

bangsa, melatih anak untuk berfikir kritis, dan mempunyai nilai-nilai

pendidikan yaitu mampunyai potensi dapat membentuk pribadi anak secara

(19)

2

Pendidikan IPA seharusnya dilaksanakan dengan baik dalam proses

pembelajaran di sekolah mengingat pentingnya pembelajaran tersebut bagi

masa depan anak. Pembelajaran IPA dikatakan berhasil apabila semua tujuan

pembelajaran yang telah ditentukan dapat tercapai, yang terungkap dalam hasil

belajar IPA. Namun dalam kenyataanya, masih ada sekolah-sekolah yang

memiliki hasil belajar IPA yang rendah karena belum mancapai standar

ketuntasan yang telah ditentukan.

Kenyataan tersebut didasarkan pada observasi yang dilaksanakan pada

tanggal 10 Januari 2015 di SDN 2 Kandangwangi pada siswa kelas IV. Hasil

belajar IPA yang didapatkan masih rendah, hal ini ditunjukan pada UAS

semester gasal yang sebagian siswanya masih belum mancapai standar

ketuntasan minimal (KKM). Batas nilai KKM IPA yang telah ditentukan

adalah 6,5. Namun siswa yang belum tuntas hasil belajarnya adalah sebanyak

28 siswa dari 40 siswa. Ke-28 siswa tersebut masih memiliki nilai hasil belajar

siswa dibawah 6,5.

Dari hasil observasi tersebut diketahui bahwa rendahnya hasil belajar

IPA disebabkan karena beberapa faktor yang mempengaruhi selama proses

pembelajaran berlangsung. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi proses

pembelajaran IPA diantaranya adalah metode pembelajaran yang digunakan

guru kurang bervariasi, antusias siswa dalam belajar IPA rendah, kondisi

lingkungan yang kurang mendukung siswa dalam belajar, dan kurangnya

(20)

3

Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru selama proses

pembelajaran IPA berlangsung adalah ceramah dan penugasan. Hal tersebut

menyebabkan pembelajaran IPA berlangsung secara monoton atau kurang

bervariasi. Pembelajaran yang berlangsung secara monoton akan membuat

siswa merasa bosan dan kurang memperhatikan pelajaran yang sedang

disampaikan.

Sebagian siswa kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran.

Sebagian siswa terlihat kurang memperhatikan penjelasan dari guru saat

pelajaran berlangsung, ada yang bermain dan ada yang berbicara dengan

teman, beraktivitas sendiri, dan kurang konsentrasi dengan penjelasan guru.

Selama proses pembelajaran IPA berlangsung, sumber belajar yang digunakan

adalah buku pelajaran IPA saja. Belum ada media pembelajaran yang

digunakan ketika pembelajaran berlangsung. Sehingga kegiatan siswa hanya

menulis, membaca, dan mendengarkan ceramah dari guru.

Beberapa faktor di atas menunjukan bahwa proses pembelajaran yang

terjadi di dalam kelas masih bersifat secara konvensional. Materi pelajaran IPA

disampaikan dengan metode ceramah. Peran siswa dalam pembelajaran

hanyalah mendengarkan dan memperhatikan penjelasan dari guru, sedangkan

sumber belajar yang digunakan oleh guru hanyalah buku pelajaran IPA.

Pembelajaran konvensional yang dilakukan secara terus-menerus pada

siswa ternyata menimbulkan masalah yang menyebabkan hasil belajar IPA

tidak tercapai dengan baik. Masalah yang timbul adalah siswa merasa kesulitan

(21)

4

ceramah oleh guru. Siswa kurang dapat mengerti dan memahami

konsep-konsep IPA yang disampaikan dengan metode ceramah. Siswa sulit untuk

mengkonstruksikan materi pelajaran IPA yang disampaikan dengan metode

ceramah saja. Kesulitan dalam belajar tersebut membuat siswa tidak dapat

mengerjakan soal-soal tes yang diberikan guru sehingga hasil belajar yang

didapat rendah.

Kesulitan yang dialami oleh siswa dalam mempelajari IPA

menimbulkan dampak rendahnya motivasi belajar selama pembelajaran

berlangsung. Siswa menjadi bosan dan kurang tertarik dalam belajar IPA.

Sebagian besar siswa tidak memperhatikan penjelasan dari guru. Mereka ada

yang bermain sendiri dan bercanda dengan teman sebangkunya. Hal tersebut

menyebabkan proses pembelajaran yang berlangusng di kelas tidak dapat

berjalan dengan baik.

Dari masalah yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran IPA yang telah berlangsung kurang berjalan dengan baik.

Masalah-masalah yang timbul dalam pembelajaran merupakan suatu

kendalayang menyebabkan hasil belajar IPA yang dicapai rendah atau masih

dibawah KKM.

Melihat kenyataan itu, perlu dilakukan suatu upaya pembaharuan dalam

pembelajaran IPA di SDN 2 Kandangwangi. Salah satu alternatif dapat

menggunkan media video. Media video adalah salah satu media yang tepat

dalam pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Media video dapat

(22)

5

yang dinamis. Materi yang memerlukan visualisasi yang mendemontrasikan

hal-hal yang bersifat konsep dan gerakan motorik tertentu, maupun suasana

lingkungan tertentu paling baik disajikan melalui pemanfaatan video.

Adapun materi pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam yang diterapkan

untuk siswa kelas IV di SD Negeri 2 Kandangwangi adalah tentang Perubahan

Lingkungan, dimana materi Perubahan Lingkungan ini menjelaskan tentang

pengaruh perubahan lingkungan fisik terhadap daratan misalnya terjadinya

erosi, abrasi, air laut pasang, gunung meletus, kebakaran hutan, banjir, angin

topan dan tanah longsor serta mendeskripsikan cara pencegahan kerusakan

lingkungannya. Ketika materi Perubahan Lingkungan itu disampaikan dengan

metode ceramah dan penugasan saja, maka siswa akan kurang dapat mengerti

dan memahami materi tersebut.Untuk itu dibutuhkan penggunaan media video

yang berisi materi mengenai Perubahan Lingkungan agar siswa lebih mudah

memahami konsep materi IPA tersebut dengan visualisasi yang lebih baik.

Karakteristik siswa kelas IV Sekolah Dasar berbeda dengan

pembelajaran di jenjang yang lebih tinggi. Sesuai dengan teori perkembangan

Piaget, Asri Budiningsih (2003: 38) mengemukakan bahwa siswa usia 8-12

tahun termasuk dalam tahap operasional konkret. Salah satu media yang dapat

membantu siswa untuk berfikir logis mengenai konsep-konsep Ilmu

Pengetahuan Alam adalah media video. penggunaan media Video dalam

pembelajaran IPA diharapkan membangkitkan rasa ingin tahu dan minat siswa

serta memotivasi untuk belajar. Media video ini juga diharapkan

(23)

6

disampaikan. Melalui pembelajaran IPA ini, implementasi media video akan

memberikan suasana pembelajaran yang menarik dan menyenangkan sehingga

membantu siswa dalam memahami materi-materi IPA dengan begitu hasil

belajar diharapkan dapat tercapai.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti akan meneliti “Efektifitas

Penggunaan Media Video Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran

IPA Kelas IV di SDN 2 Kandangwangi Kabupaten Banjrnegara”.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasikan

permasalahan belajar siswa kelas IV di SDN 2 Kandangwangi adalah sebagai

berikut:

1. Masih rendahnya tingkat ketercapaian hasil belajar IPA siswa kelas IV

SDN 2 Kandangwangi.

2. Pembelajaran IPA di sekolah lebih ditekankan kepada penguasaan bahan

atau materi sebanyak mungkin, sehingga suasana belajar bersifat kaku dan

tidak memberikan kesempatan bagi siswa untuk mencapai serangkaian

belajar yang bermakna.

3. Kurangnya antusias siswa dalam mengikuti proses pembelajaran IPA.

4. Kurangnya sumber belajar yang digunakan selama pembelajaran.

5. Penyampaian materi IPA di SDN 2 Kandangwangi masihdilakukan secara

konvensional.

6. Kurangnya usaha guru dalam menciptakan situasi belajar yang membuat

(24)

7

7. Belum dimanfaatkanya media Video dalam proses pembelajaran IPA kelas

IV di SDN 2 Kandangwangi.

8. Aktivitas pembelajaran yang dimunculkan adalah dominasi guru melalui

komunikasi satu arah, sehingga menyebabkan siswa belajar secara pasif.

C.Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah diperlukan agar penelitian lebih efektif, efisien,

terarah dan dapat dikaji lebih dalam lagi.Adapun masalah yang dibatasi yaitu

nomor 1 dan 7. Pada nomor 1 masalah hanya dibatasi pada tingkat ketercapaian

hasil belajar IPA siswa kelas IV SDN 2 Kandangwangi. Sementara pada nomor

7 masalah dibatasi pada efektivitas pemanfaatan media Video dalam proses

pembelajaran IPA.

D.Perumusan Masalah

Perumusan masalah yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah ada perbedaan yang signifikan hasil belajar kelompok siswa yang

menggunakan media video dengan kelompok siswa yang menggunakan

bentuk pembelajaran konvensional pada mata pelajaran IPA di kelas IV

SD?

2. Apakahpenggunaan media video lebih efektif dalam pembelajaran IPA

daripada bentuk pembelajaran konvensional?

E.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan

(25)

8

1. Untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA siswa kelas

IV SDN 2 Kandangwangi antara yang diajar dengan menggunakan media

video dan yang diajar dengan menggunakan bentuk pembelajaran

konvensional.

2. Untuk mengetahui keefektifanmedia video dalam pembelajaran IPA siswa

kelas IV SDN 2 Kandangwangi.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penilitian diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara

teoritis maupun praktis. Manfaat tersebut antara lain:

1. Manfaat Teoritis

secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat membuktikan bahwa

pemanfaatan media video dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata

pelajaran IPA kelas IV SD.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu:

a. Bagi Guru

1) Menambah pemahaman guru dalam pelaksanaan pembelajaran

melalui penggunaan media video sebagai alternatif dalam

pembelajaran IPA.

2) Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pemilihan dan

penggunaan media pembelajaran khususnya pada mata pelajaran IPA

(26)

9

b. Bagi Siswa

1) Memperoleh suatu media pembelajaran, sehingga mendapatkan

suasana pembelajaran yang menyenangkan

2) Membuat situasi belajar tidak monoton, memotivasi belajar siswa

agar memperhatikan apa yang disampaikaan guru, siswa cepat dan

mudah memahami materi yang dismpaikan oleh guru.

G.Definisi Operasioanl

Agar tidak menimbulkan kesalahan penafsiran dalam memahami

variabel-variabel yang terlibat dalam penelitian, maka perlu dijelaskan definisi

oprasional variabel sebagai berikut:

1. MediaVideo IPA

Media video IPA yang dimaksud disini adalah video pembelajaran IPA

berjudul “Dia Berubah” yang dikembangkan oleh Balai Teknologi

Komunikasi Pendidikan DIY (BTKP) yang dibuat melalui tahapan pra

produksi, produksi, dan pasca produksi yang telah divalidasi oleh para

ahli.

2. Hasil Belajar

Hasil belajar yang dimaksud disini adalah tingkat penguasaan dan

pemahaman (kognitif) yang dicapai siswa setelah mengikuti proses

pembelajaran. Dalam penelitian ini hasil belajar kognitif diukur

(27)

10 BAB II KAJIAN TEORI

A. Kajian Tentang Media Pembelajaran 1. Pengertian Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang berarti “tengah”, “perantara”. Dalam bahasa arab, media adalah perantara atau pengantar

pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Gerlach dan Ely (Azhar

Arsyad, 1996:3) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis

besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi

siswa yang mampu memperoleh pengetahuan, ketrampilan, atau sikap.

Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan

media.

Di samping sebagai sistem penyampai atau pengantar, media yang sering diganti dengan kata mediator adalah penyebab atau alat yang turut

campur tangan dalam dua pihak dan mendamaikanya. Dengan istilah

mediator media menunjukan fungsi atau peranya, yaitu mengatur

hubungan yang efektif antara dua pihak utama dalam proses belajar (siswa

dan isi pelajaran). Ringkasnya media adalah alat yang menyampaikan atau

mengantarkan pesan-pesan pembelajaran (Fleming, dalam Azhar Arsyad

1996:4).

Berdasarkan penjelasan di atas dapat dikatakan, bahwa media

(28)

11

dari pengirim (dalam pembelajaran adalah guru) kepada penerima (dalam

pembelajaran adalah siswa) agar pesan yang disampaikan menjadi jelas.

2. Ciri-ciri Media Pembelajaran

Menurut Azhar Arsyad (2011: 6), berdasarkan uraian batasan

tentang media, berikut ini dikemukakan ciri-ciri umum yang terkandung

pada setiap batasan ini:

a. Media pendidikan memiliki pengertian fisik yang dewasa ini dikenal

sebagai hardware (perangkat keras), yaitu sesuatu benda yang dapat

dilihat, didengar, atau diraba dengan pancaindra.

b. Media pendidikan memiliki pengertian nonfisik yang dikenal sebagai

software (perangkat lunak), yaitu kandungan pesan yang terdapat

dalam perangkat keras yang merupakan isi yang ingin disampaikan

kepada siswa.

c. Penekanan media pendidikan terhadap pada visual dan audio.

d. Media pendidikan memiliki pengertian alat bantu pada proses belajar

baik di dalam maupun diluar kelas.

e. Media pendidikan digunakan dalam rangka komunikasi dan interaksi

guru dengan siswa dalam proses pembelajaran.

f. Media pendidikan dapat digunakan secara massal (misalnya: radio,

televisi), kelompok besar dan kelompok kecil (misalnya: film, slide,

video, OHP), atau perorangan (mislanya: odul, komputer, radio tape/

kaset, video recorder). Sikap, perbuatan, organisasi, strategi, dan

(29)

12

Gerlach dan Ely (Azhar Arsyad, 2011: 12), mengemukakan tiga

ciri media yang merupakan petunjuk mengapa media digunakan dan apa

saja yang dapat dilakukan oleh media yang mungkin guru tidak mampu

(atau kurang efisien) melakukanya antara lain sebagai berikut:

a. Ciri fiksatif ( Fixative Property)

Ciri ini menggambaran kemampuan media merekam, menyimpan,

melestarikan, dan merekonstruksikan suatu peristiwa atau objek.

b. Ciri manipulatif ( Manipulative Property)

Ciri ini memiliki makna, bahwa transformasi suatu kejadian atau objek

dimungkinkan karena media memiliki manipulasi. kejadian yang

memakan waktu sehari-hari dapat disajikan kepada siswa dalam waktu

dua atau tiga menit dengan teknik pengambilan gambar time-lapse

recording.

c. Ciri distributif ( Distributive Property)

Ciri distributif dari media memungkinkan suatu objek atau kejadian

ditransportasikan melalui ruang secara bersama kejadian tersebuat

disajikan kepada jumlah besar siswa dengan stimulus pengalaman yang

relatif sama mengenai kejadian itu.

Jadi menurut kedua pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa

media pembelajaran mempunyai ciri-ciri umum dan ciri-ciri pemilihan

media, dimana kedua ciri tersebut sangat penting dalam guru

(30)

13

3. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran

Dalam suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang amat penting

adalah metode mengajar dan media pembelajaran. Kedua aspek ini saling

berkaitan. Pemilihan salah satu cara metode mengajar tertentu akan

mempengaruhi jenis media pembelajaran yang sesuai, meskipun masih ada

berbagai aspek lain yang harus diperhatikan dalam memilih media, antara

lain tujuan pembelajaran, jenis tugas dan respon yang diharapkan siswa

kuasai setelah pembelajaran berlangsung, dan konteks pembelajaran

termasuk karakteristik siswa. Meskipun demikian, dapat dikatakan bahwa

salah satu fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu

mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar

yang ditata dan diciptakan oleh guru.

Media pembelajaran, menurut Kemp dan Dyton (Aryad, 2011: 19),

dapat memenuhi tiga fungsi utama apabila media itu digunakan untuk

perorangan, kelompok, atau kelompok pendengar yang besar jumlahnya,

yaitu (1) Memotivasi minat atau tindakan, (2) Menyajikan informasi, dan

(3) Member instruksi.

Manfaat media pembelajaran adalah memperjelas penyajian pesan

atau informasi sehinga dapat meningkatkan proses dan hasil belajar,

meningkatkan dan mengarahan perhatian siswa, mengatasi keterbatsan

indra, ruang, waktu, memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa

tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan siswa, serta memungkinkan

(31)

14

Manfaat media pembelajaran sesuai dengan pendapat para ahli seperti

dibawah ini. Manfaat media pembelajaran, menurut Kemp & Dayton

(Azhar Arsyad 2011: 21), adalah sebagai berikut:

a. Penyampaian materi pembelajaran dapat diseragaman. b. Proses pembelajaran menjadi lebih menarik.

c. Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif. d. Jumlah waktu belajar dapat dikurangi.

e. Kualitas belajar siswa dpata ditingkatkan.

f. proses pembelajaran dapat dapat terjadi dimana saja dan kapan saja. g. Sikap positif siswa terhadap proses belajar dapat ditingkatkan. h. Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif dan produktif

Ada beberapa manfaat praktis menurut Azhar Arsyad (2011: 26),

dari penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar

sebagai berikut:

a. Media pembeljaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi. b. Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian

anak.

c. Media pembelajaran dapat mengatasai keterbatasan indra, ruang, dan maktu.

d. Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkungan mereka.

Dari pendapat diatas dapat dikatakan bahwa manfaat media

pembelajaran, sebagai berikut:

a. Media pembelajaran dapat memperjelas penyampaian materi kepada

siswa dan juga meningkatkan hasil belajar siswa.

b. Media pembelajaran dapat mengarahkan perhatian siswa, karena

(32)

15

menarik perhatian siswa yang bedampak siswa akan antusias,

senang, interaksi dan produktif.

c. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu,

seperti penelitian ini bahwa siswa dapat melihat dan mendengar

tentang perubahan alam yang terjadi di lingkungan dan alam

semesta.

4. Jenis-jenis Media Pembelajaran

Media pembelajaran menurut Wina Sanjaya (2010: 211) dapat

diklasifikasikan menjadi beberapa klasifikasi tergantung dari sudut

melihatnya, sebagai berikut:

a. Dilihat dari sifatnya, media dapat dibagi ke dalam:

1) Media auditif, yaitu media yang hanya dapat didengar saja, atau

media yang hanya memiliki unsur suara, seperti radio dan

rekaman suara.

2) Media visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat saja, tidak

mengandung unsur suara. Yang termasuk ke dalam media ini

adalah film slide, foto, transparasi, lukisan, gambar, dan berbagai

bentuk bahan yang dicetak seperti media grafis.

3) Media audiovisual, Yaitu jenis media yang selain mengandung

unsur suara juga mengandung unsur gambar yang dapat dilihat,

seperti rekaman video, berbagai ukuran film, slide suara, dan lain

(33)

16

menarik, sebab mengandung unsur jenis media yang pertama dan

kedua.

b. Dilihat dari kemampuan jangkauanya, media dapat pula dibagi ke

dalam:

1) Media yang memiliki daya iput yang luas dan serentak seperti

radio dan televisi. Melalui media ini siswa dapat mempelajari

hal-hal atau kejadian-kejadian yang aktual secara serentak tanpa harus

menggunakan ruang khusus.

2) Media yang mempunyai daya liput yang terbatas oleh ruang dan

waktu, seperti film slide, film, video, dan lain sebagainya.

c. Dilihat dari cara atau teknik pemakaianya, media dapat dibagi ke

dalam:

1) Media yang diproyeksikan, seperti film, slide, film strip,

transparasi, dan lain sebagainya, jenis media yang demikian

memerlukan alat proyeksi khusus, sepeti film projector untuk

memproyeksikan film, slide projektor untuk memproyeksikan

transparasi. Tanpa dukungan alat proyeksi semacam ini, maka

media semacam ini tidak akan berfungsi apa-apa.

2) Media yang tidak diproyeksikan seperti gambar, foto, lukisan,

radio, dan lain sebagainya.

d. Berdasarkan perkembangan teknologi

Berdasarkan Seels dan Richey (Azhar Arsyad, 2011: 29),

(34)

17

1) Media hasil teknologi cetak.

2) Media hasil teknologi audio-visual.

3) Media hasil teknologi berbasis komputer.

4) Media hasil gabungan teknologi cetak dan komputer.

Setiap media pembelajaran memiliki manfaat masing-masing,

maka dari itulah guru diharapkan dapat memilih media yang sesuai dengan

kebutuhan atau tujuan pembelajaran. Dengan harapan bahwa penggunaan

media akan mempercepat dan mempermudah pencapaian tujuan

pembelajaran. Media digunakan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari

sistem belajar mengajar yang berlaku. Karena iu, kita harus

mempertimbangkan dalam memilih media pembelajaran.

5. Kriteria Pemilihan Media

Menurut Azhar Arsyad (2011: 75), ada beberapa kriteria yang

perlu diperhatikan dalam pemilian media pembelajaran, sebagao berikut:

a. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

b. Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi.

c. Praktis, luwes, dan bertahan. d. Guru terampil menggunakanya. e. Penglompokan sasaran

f. Mutu teknis.

Sedangkan, menurut Basuki Wibawa (1991: 67) keriteria

pemilihan media harus menyesuaikan tujuan, karakteristik siswa,

karakteristik media alokasi waktu, ketersediaan, efektifitas,

(35)

18

Dari dua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kriteria

pemilihan media adalah sebagai berikut:

a. Sesuai dengan tujuan yang akan dicapai, kalau yang diajarkan

suatau proses media yang cocok adalah video, film, atau tv. Kalau

yang diajarkan adalah suatu ketrampilan dalam menggunakan alat

tertentu benda sesungguhnya merupakan pilihan yang sesuai. Dan

jika tujuanya hanya memperkenalkan faktor atau konsep tertentu

maka media yang tepat adalah foto, slide, atau realita.

b. Karakteristik siswa dimana melihat jumlah siswa, lokasinya,

maupun gaya belajarnya.

c. Karakteristik media, pemilihan media harus mempertimbangkan

kelebihan dan keterbatasanya.

d. Alokasi waktu ikut dipertimbangkan dalam pembelajaran.

e. melihat ketersediaan media dan penunjangnya.

f. Efektifitas, apakah media tersebut efektif untuk mencapai tujuan

pembelajaran.

g. Kompatibelitas, media yang digunakan seharusnya tidak

bertentangan dengan norma-norma yang berlaku.

h. Biaya, melihat dari pengadaan, pengelolaan, maupun

(36)

19 B. Kajian Tentang Media Video

1. Pengertian Media Video

Media video merupakan salah satu jenis media audio visual.

Media audio visoal adalah gabungan dari media audio (suara) dan visual

(gambar). Jadi, media audio visual adalah media yang mengandalkan indra

pendengaran dan penglihatan. Media audio visual merupakan salah satu

media yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPA. Media ini dapat

menambah ketertarikansiswa dalam belajar karena siswa dapat belajar

sekaligus melihat gambar. Media audio visual mengacu pada indra yang

menjadi sasaran dari sebuah media. Media audio visual mengandalkan

pendengaran dan penglihatan dari khalayak sasaran (penonton). Produk

audio visual dapat menjadi media dokumntasi dan dapat juga menjadi

media komunikasi. Sebuah Produk audio-visual melibatkan lebih banyak

elemen media dan lebih membutuhkan perencanaan agar dapat

mengkomunikasikan sesuatu.

Dalam modul video pembelajaran (2007), dituliskan bahwa video

merupakan suatu medium yang sangat efektif untuk membantu proses

pembelajaran, baik untuk pembelajaran massal, individual, maupun

berkelompok. Pada pembelajaran yang bersifat massal (mass instruction),

manfaat kaset video sangat nyata. Di mana ukuran tampilan video dapat

diatur sesuai dengan kebutuhan.

lebih lanjut dalam modul tersebut dikatakan bahwa video juga

(37)

20

dapat sampai ke hadapan siswa secara langsung. Di samping itu, video

juga menambah suatu dimensi baru terhadap pembelajaran, hal ini karena

karakteristik teknologi video yang dapat menyajikan gambar bergerak

pada siswa, di samping suara yang menyertainya. Sehingga, siswa merasa

seperti berada di suatu tempat yang sama dengan program yang

ditayangkan video.

Kemampuan video dalam memvisualisasikan materi terutama

efektif untuk membantu guru menyampaikan materi yang bersifat dinamis.

Materi yang bersifat visualisasi yang mendemonstrasikan hal-hal seperti

gerakan motorik tertentu, ekspresi wajah, maupun suasana lingkungan

tertentu adalah paling baik disajikan melalui pemanfaatan teknologi video.

Misalnya tentang perubahan kepompong menjadi kupu-kupu, akan terlihat

detail dan dramatis kalau hal itu divisualisasikan lewat teknologi video.

Video, dilihat sebagai media penyampai materi pesan, termasuk

media audio-visual atau media pandang-dengar (Setyosari & Sihkabuden,

2005: 117). Media audio visual dapat dibagi menjadi dua jenis; Pertama,

dilengkapi fungsi peralatan suara dan gambar dalam satu unit, dinamakan

media audio-visual murni; dan kedua, media audio-visual tidak murni.

Film bergerak (movie), televisi, dan video termasuk jenis yang pertama,

sedangkan slide, opaque, OHP dan peralatan visual lainya yang diberi

suara termasuk jenis yang kedua (Munadi, 2008: 113).

Dari beberapa definisi di atas, dapat dikatakan bahwa video itu

(38)

21

(bergerak;motion), proses perekamanya, dan penayanganya yang tentunya

melibatkan teknologi.

2. Macam Media Video

Memuat Sharon E. Smaldino (2011: 406), menyatakan ada tiga

macam video, sebagai berikut:

a. Dokumenter

Video merupakan sasaran utama untukmendokumentasikan kejadian aktual dan menghadirkan ke dalam ruang kelas. dokumentaer terkait dengan fakta, bukan fiksi, atau versi fakta yang difiksasikan. Dokumenter berusaha menggambarkan secara rill kisah-kisah nyata mengenai situasi dan orang-orang nyata.

b. Dramatisasi

Video memiliki kemampuan untuk membuat para siswa terpesona ketika drama kemanusiaan ditampilkan di hadapan mereka.

c. Peceritaan Kisah

Menceritakan kisah merupakan salah satu kemampuan penting untuk dikembangkan pada siswa dari seluruh usia. penceritaan kisah lewat

video memungkinkan para siswa untuk kreatif sembari

mengembangkan kemampuan mereka memahami visual, kemampuan menulis, dan kemampuan memprodukasi video. Tujuan seharusnya adalah mengajari para siswa untuk menyampaikan gagasan melalui kisah. Dalam proses tersebut siswa bisa saling mengajar dan belajar satu sama lain.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan video penceritaan

kisah untuk menggambarkan tentang perubahan alam yang terjadi

disekitarnya dengan menghadirkannya ke dalam kelas.

3. Kelebihan dan Kekurangan Media Video

Ada banyak kelebihan video ketika digunakan sebagai media

pembelajaran di antaranya menurut Nugent (Smaldino dkk, 2008; 310),

video merupakan media yang cocok untuk berbagai ilmu pembelajaran,

seperti kelas, kelompok kecil, bahkan satu siswa seseorang diri sekalipun.

(39)

22

tumbuh berkembang dalam dekapan budaya televisi, dimana paling tidak

setiap 30 menit menayangkan program yang berbeda.

Selain itu, menurut Smaldino sendiri, pembelajaran dengan video

multi-suara bisa ditunjukan bagi beragan tipe pembelajar. Teks bisa

didisplay dalam aneka bahasa untuk menjelaskan isi video. Beberapa DVD

bahkan menawarkan kemampuan memperlihatkan suatu objek dari

berbagai sudut pandang yang berbeda. Disc juga memberikan fasilitas

indeks pencaharian melalui judul, topik, jejak atau kode-waktu untuk

pencarian yang lebih cepat.

Video juga bisa dimanfaatkan untuk hampir semua topik, tipe

pembelajar, dan setiap ranah: kognitif, afektif, psikomotorik, dan

interpersonal. Pada ranah kognitif, pebelajar bisa mengobservasi rekreasi

dramatis dari kejadian sejarah masa lalu dan rekaman aktual dari peristiwa

terkini, karena unsur warna, suara dan gerak di sini mampu membuat

karakter berasa lebih hidup. Selain itu menonton video, setelah atau

sebelum membaca, dapat memperkuat pemahaman siswa terhadap materi

ajar.

Pada ranah afektif, video dapat memperkuat siswa dalam

merasakan unsur emosi dan penyikapan dari pembelajaran yang efektif.

hal ini tidak dapat dilepaskan dari potensi emosional impact yang dimiliki

oleh video, dimana ia mampu secara langsung membatasai penyikapan

personal dan sosial siswa. Membuat mereka tertawa terbahak-bahak (atau

(40)

23

mata karena sediah. Dan lebih dari itu, menggiring mereka pada

penyikapan seperti menolak ketidakadilan, atau sebaliknya pemihakan

kepada yang tertindas.

Pada ranah psikomotorik, video memiliki keunggulan dalam

memperlihatkan bagaimana sesuatu bekerja. Misalnya dalam

mendemonstrasikan bagaimana tata cara merangkai bunga, membuat

origami pada anak-anak TK, atau memasak pada pelajaran tataboga dan

lain sebagainya. Semua itu akan terasa lebih simpel, mendetail, dan bisa

diulang-ulang. Video pembelajaran yang merekam kegiatan motorik siswa

juga memberikan kesempatan pada mereka untuk mengamati dan

mengevaluasi kerja praktikum mereka, baik secara pribadi maupun

feesback dari teman-temanya.

Sedangkan pada ranah meningkatkan kompetensi interpersonal,

video memberikan kesempatan pada mereka untuk mendiskusikan apa

yang telah mereka saksikan secara berjama’ah. Misalnya tentang resolusi

konflik dan hubungan antar sesama, maka bisa saling mengobservasi dan

menganalisis sebelum menyaksikan tayangan video.

Hal lain dikemukakan Ronald Anderson (1994;103-105), beliau

mengatakan bahwa dalam media video terdapat kelebihan dan kekurangan.

Kelebihan media video antara lain: 1) dapat digunakan untuk klasikal atau

individual; 2) dapat digunakan seketika; 3) digunakan secara berulang; 4)

(41)

24

secara detail; 6) tidak memerlukan ruang gelap; 7) dapat diperlambat dan

dipercepat; 8) menyajikan gambar dan suara.

Sedangkan menurut Azhar Arsyad (2011: 49), kelebihan media

video adalah sebagai berikut:

a. Video dapat melengkapi pengalaman-pengalaman alaman dasar dari siswa ketika mereka membaca, berdiskusi, berpraktek, dan lain-lain. b. Video dapat menggambarkan suatu proses secara tepat yang dapat

disaksikan secara berulang-ulang jika dipandang perlu. c. Video menamakan sikap dan segi-segi afektif lainya.

d. Video yang mengandung nilai-nilai positif dapat mengandung

pemikiran dan pembahasan dalam kelompok siswa.

e. Video dapat menyajikan peristiwa yang berbahaya bila dilihat secara langsung seperti lahar dingin, gunung erapi dan binatang buas.

f. Video dapat ditunjukan kepada kelompok kecil, kelompok yang

hetrogen maupun perseorangan.

Selain kelebihan, video juga memiliki kekurangan, di antaranya:

sebagaimana media audio-visual yang lain, video juga terlalu menekankan

pentingnya materi ketimbang proses pengembangan materi tersebut;

pemanfaatan media ini juga terkesan memakan biaya tidak murah; dan

penayanganya juga terkait peralatan lainya seperti videoplayer, layar bagi

kelas besar beserta LCDnya, dan lain-lain. Selain itu, Ronld Anderson

(1994: 105) mengatakan bahwa kelemahan media video antara lain; 1)

sukar untuk dapat direvisi; 2) relatif mahal; serta 3) memerlukan keahlian

khusus.

4. Manfaat Penggunaan Media Video dalam Pembelajaran

Anderson (Miarso, 1986: 104) mengemukakan tentang beberapa

(42)

25

tujuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Ketiga tujuan ini dijelaskan

sebagai berikut:

a. Untuk tujuan kognitif

1) Dapat mengembangkan mitra kognitif yang menyangkut

kemampuan mengenal kembali dan kemampuan memberikan

rangsangan berupa gerak dan serasi.

2) Dapat mempertunjukan serangkaian gambar diam tanpa suara

sebagaimana media foto dan film bingkai meskipun kurang

ekonomis.

3) Melalui video juga dapat diajarkan pengetahuan tentang

hukum-hukum dan prinsip-prinsip tertentu.

4) Video dapat digunakan untuk menunjukan contoh dan cara

bersikap atau berbuat dalam suatu penampilan, khususnya yang

menyangkut interaksi manusiawi.

b. Untuk tujuan afektif

1) Video merupakan media yang baik sekali untuk menyampaikan

informasi dalam bentuk afektif.

2) Dengan menggunakan efek dan teknik, video dapat menjadi

media yang sangat baik dalam mempengaruhi sikap dan emosi.

c. Untuk tujuan psikomotor

1) Video merupakan media yang tepat untuk memperlihatkan contoh

(43)

26

baik dengan cara memperlambat maupun mempercepat gerakan

yang ditampilkan.

Melalui video, siswa langsung mendapat umpan balik secara

visual terhadap kemampuan mereka sehingga mampu mencoba

ketrampilan yang menyangkut gerakan tadi.

5. Penggunaan Media Video di Dalam Kelas

Cynthia Sparks (2000) mengatakan bahwa, dalam menggunakan

video guru perlu memperhatikan gagasan sebagai berikut.

a. Pratinjau setiap program pertama. Guru harus menentukan video yang

sesuai dengan pelajaran. Pilihlah video yang sesuai dengan tujuan

pembelajaran dan akan melibatkan siswa dalam pembelajaran,

memperkenalkan konsep baru, memperkuat konsep yang telah

dipelajarai sebelumnya, atau mampu meningkatkan dan memperluas

pengetahuan saat ini.

b. Memberikan fokus/alasan untuk dilihat. berikan siswa sesuatu yang

khusus untuk melihat atau mendengarkan segmen video. Hal ini akan

memfokuskan perhatian, mendorong keaktivan, dan memberikan

siswa tujuan atau alasan untuk dilihat.

c. segmen video. Video pembelajaran berisi sejumlah besar informasi,

hal ini memungkinkan siswa lebih mudah memenuhi tujuan

pembelajaran.

d. Melakukan kegiatan pra dan pasca menonton yang akan

(44)

27

pra menonton dapat melayani beberapa tujuan, yaitu memerikasa

pengetahuan sebelumya, memperkenalkan kosa kata yang diperlukan,

dan menetapkan tahap untuk belajar baru. Kegiatan pasca menonton

harus memungkinkan siswa untuk memperkuat, melihat, menerapkan

atau memperluas pengetahuan baru mereka.

e. Memanipulasi fitur medium untuk meningkatkan pelajaran. Salah

satu yang paling fleksibel dari semua kontrol VCR, fitur ini dapat

benar-benar membuat media interaktif. Fitur ini akan menghentikan

video pada frame individu. Hal ini memungkinkan guru menggunakan

TV sebagai papan tulis video. Siswa dapat menunjukan rincian,

menganalisis konten, atau bahkan menulis pada gambar dengan

menggunakan asetat yang jelas di atas layar atau penenda overhed

yang akan di bersihkan. Guru dapat menghentikan sebentar video

untuk diskusi singkat atau pertanyaan selama video.

f. Gunakan Remote Control. Remote control memberikan kontrol guru

pelajaran berbasis video. menggunakan remote control memberikan

fleksibelitas gerakan dan presentasi.

g. Jangan lupa Frame Advance. Hal ini memungkinkan anda untuk

memajukan frame-video by frem. Ini adalah fitur yang besar untuk

digunakan untuk menunjukan secara rinci peristiswa, seperti anak

(45)

28

Dengan menggunakan kiat-kiat penggunaan video tersebut,

diharapkan penggunaan media video dalam pembelajaran bisa berjalan

sesuai dengan tujuan pembelajaran. Dalam penelitian kiat-kiat yang

digunakan adalah sebagai berikut:

a. Garis Pandang

Sebelum penelitian dilaksanakan guru memeriksa pencahayaan LCD,

tempat duduk siswa diatur agar siswa bisa melihat video dengan baik,

volume suara agar siswa dapat mendengar video dengan jelas.

b. kontrol tata cahaya

Pencahayaan diatur agar video dapat dilihat siswa dengan jelas.

Sebelum penelitian dimulai, guru menutup jendela dan pintu yang ada

diruangan.

c. Persiapan mental

Sebelum siswa melihat video guru mengulas materi sebelumnya agar

siswa bisa menerima video dengan baik.

d. Pengelolaan pendahuluan

Sebelum penelitian guru membuat poin-poin materi yang akan

diberikan agar siswa bisa mudah menerima materi.

e. Kosa kata

Sebelum penelitian dilaksanakan guru melihat video terlebih dahulu

kalau ada kosa kata yang sulit diterima oleh siswa. sehingga saat

penelitiaan guru bisa menjelaskan kosa kata tersebut sesuai dengan

(46)

29

f. Segmen-segmen singkat

Video yang diberikan antara 5 sampai 10 menit.

g. Model peran

Guru selalu melibatkan diri saat video ditayangkan. Sehingga siswa

lebih jelas menerima materi.

h. Tindak lanjut

Guru memperkuat materi dengan memberikan soal.

C. Kajian Tentang Hasil Belajar 1. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang

membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil menunjukan

pada suatu perolehan akibat dilakukanya suatu aktivitas atau proses yang

mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Menurut Slameto

(2003: 2), belajar didefinisikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan

seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru

secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam interaksi

dengan lingkunganya. Sedangkan, menurut Howard L. Kingskey (Syaiful

Bahri Djamarah, 2008; 13), mengatakan bahwa learning is the process by

which behavior (in the broader sense) is originated or changed through

practice or training. Belajar adalah proses dimana tingkah laku (dalam arti

luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan. Dari pendapat

para ahli dapat disimpulkan bahwa belajar dilakukan untuk mengusahakan

(47)

30

merupakan hal yang sangat penting dalam proses belajar mengajar karena

dapat dijadikan petunjuk untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan

siswa dalam belajar. Hasil belajar tersebut dapat diperoleh melalui

evaluasi dengan alat evaluasi baik tes maupun non-tes.

Menurut Nana Sudjana (2010: 3), penilain hasil belajar adalah

proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu

berdasarkan suatu kriteria tertentu. Hasil belajar siswa pada hakikatnya

adalah perubahan tingkah laku dan sebagai umpan balik dalam upaya

memperbaiki proses belajar mengajar. Tingkah laku sebagai hasil belajar

dalam pengertian luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan

psikomotorik. Hasil belajr merupakan hasil yang sangat penting dalam

proses belajar mengajar karena dapat dijadikan petunjuk untuk mengetahui

sejauh mana keberhasilan siswa dalam belajar.

Menurut Eko Putro Widoyoko (2009: 1), ada istilah yang sering

digunakan dalam evaluasi yaitu tes, pengukuran, dan penilaian (test,

measurement, and assessment). Hasil pembeljaran terkait dengan

pengukuran, kemudian akan terjadi suatu penilaian dan menuju evaluasi

baik menggunakan tes maupun non-tes. Pengukuran, penilaian dan

evaluasi bersifat hirarki. Evaluasi didahului dengan penilaian

(assessment), sedangkan penilaian didahului dengan pengukuran. hasil

pembelajaran merupakan upaya melakukan pengukuran terhadap hasil

belajar siswa dalah hal ini adalah penguasaan kompetensi oleh setiap siswa

(48)

31

Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar tersebut berupa perubahan perilaku baik dari aspek kognitif,

afektif, dan psikomotorik serta hard skill, soft skill, dan sebagainya. sesuai

dengan tujuan pendidikan yaitu untuk membentuk manusia seutuhnya.

Bukan hanya pada kemampuan intelektualnya saja tetapi pada aspek

emosional, sosial, spiritual dan sebagainya.

2. Domain Hasil Belajar

Menurut Nana Sudjana (2010: 22), klasifikasi hasil belajar dari

Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah,

yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik, sebagai

berikut:

a. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.

b. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.

c. Ranah Psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik, yakni gerakan refleks, ketrampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan ketrampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif.

Dari tinjauan hasil belajar di atas, maka dalam penelitian ini

peneliti membatasi hasil belajar ranah kognitif pada aspek

pengetahuan atau ingatan (C1), dan pemahaman (C2). Menurut

Suharsimi Arikunto (2006: 121) karakteristik anak usia SD baru

(49)

32

dan seterusnya. Akan tetapi penggunaan C3 belum tentu ada pada

setiap materi yang diajarkan, sehingga C3 disesuaikan dengan materi

yang diajarkan.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Banyak faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya suatu

pembelajaran bagi siswa. Menurut Sugiharto (2007: 76) hasil belajar siswa

dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu:

a. Faktor Internal, merupakan faktor yang ada dalam diri individu yang

sedang belajar. Faktor ini dikelompokan menjadi dua, yaitu:

1) Faktor Jasmaniah

Faktor yang mempengaruhi belajar siswa meliputi faktor

kesehatan dan cacat tubuh.

2) Faktor Psikologis

Faktor yang mempengaruhi belajar siswa meliputi intelegensi,

perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kelelahan.

b. Faktor Eksternal

Merupakan faktor yang ada di luar diri individu yang sedang belajar.

Faktor inii dikelompokan menjadi tiga , yaitu:

1) Faktor Keluarga

Faktor yang mempengaruhi belajar siswa meliputi cara orang tua

mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan

ekonomi keluarga, pengertian orangtua, dan latar belakang

(50)

33

2) Faktor Sekolah

Faktor yang mempengaruhi belajar siswa meiputi metode

mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi antar siswa,

disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran,

keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah.

3) Faktor Masyarakat

Faktor yang mempengaruhibelajar siswa meliputi kegiatan siswa

dalam masyarakat, teman bergaul, bentuk kehidupan dalam

masyarakat, dan media massa.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa secara keseluruhan adalah faktor-faktor

internal, eksternal, dan pendekatan belajar siswa. Salah satu tindakan yang

dapat mempengaruhi belajar siswa pada faktor pendekatan belajar siswa

yaitu penggunaan media video pembelajaran sebagai alat bantu dalam

proses kegiatan belajar mengajar yang dilakukan sebagai upaya untuk

meningkatkan hasil belajar siswa, dalam hal ini hasil belajar pada mata

pelajaran IPA kelas IV di SDN 2 Kandangwangi.

4. Indikator Hasil Belajar

Pembelajaran yang dilakukan oleh guru dikatakan berhasil harus

ditetapkan kriteria keberhasilan pengajaran terlebih dahulu. Menurut

Sudjana (Asep Jihad dan Abdul Haris 2009: 21) ada dua kriteria yang

(51)

34

a. Kriteria ditinjau dari sudut prosesnya

Kriteria dari sudut prosesnya menekankan kepada pengajaran sebagai suatu proses yang merupakan interaksi dinamis sehingga siswa sebagai subjek mampu mengembangkan potensinya melalui belajar sendiri.

b. Kriteria ditinjau dari hasilnya

Disamping ditinjau dari segi proses, keberhasilan pengajaran dapat dilihat dari hasil belajarnya.

Menurut Sunaryo (1989: 146) ada lima katagori hasil belajar yaitu

ketrampilanya intelektual, strategi kognitif, informatif verbal, ketrampilan

motorik dan sikap. Lima katagori tersebut merupakan jenis kemampuan

belajar siswa. Setiap jenis kemampuan memiliki indikator yang dihrapkan

sebagai hasil belajar.

Tes sebagai alat penilaian adalah pernyataan-pernyataan yang

diberikan kepada siswa untuk mendapatkan jawaban dari siswa dalam

bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes tertulis) atau dalam

bentuk perbuatan (tes tindakan) (Nana Sudjana, 2005:35). Tes tertulis

berupa tes uraian dan tes obyektif. Tes ini digunakan untuk menilai ranah

kognitif.

D. Kajian Tentang Karakteristik Siswa Sekolah Dasar

Usia siswa Sekolah Dasar berkisar 6-12 tahun. masa ini merupakan

“masa sekolah”. Pada masa ini anak sudah matang untuk belajar atau sekolah.

Pada masa sekolah dasar ini sering pula sebagai masa intelektual atau masa

keserasian sekolah. Hali ini sesuai dengan pendapat M. Dalyono (2009:96)

menyatakan bahwa usia 6/7 tahun sampai dengan 12/13 tahun merupakan

(52)

35

M. Dalyono (2009:96) mengatakan bahwa tetap perkembangan

intelektual anak mulai ketika anak sudah dapat berfikir atau mencapai kesan

logis serta membuat keputusan tentang apa yang dihubung-hubungkan secara

logis. perkembangan intelektual ini biasanya dimulai pada anak siap

memasuiki SD. Dengan berkembangnya fungsi berpikir anak, maka anak

sudah dapat menerima pendidikan dan pengajaran.

Menurut Jean Piaget (Hendro Darmodjo dan Jenny R. E. Kaligis

1992:18) mengindentifikasikan tingkat-tingkat perkembangan intelektual

anak sebagai berikut:

a. Tahap sensori motorik (0-2 tahun)

1) Perkembangan pikiranya sangat tergantung pengaruh luar

2) Ungkapan pikiran melalui perbuatan

3) Mengenal benda-benda sekitarnya, membedakan dan akhirnya

mengenal fungsinya.

4) Tertarik pada waktu sekarang (tidak dapat membedakan waktu lalu

atau akan datang)

b. Tahap operasional (2-7 tahun)

1) Mulai mengenal kata-kata

2) Berfikir selalu kedepan (tidak berfikir apa yang pernah dipikir)

3) Egosentris

4) Pikiran atau perbuatanya masih banyak dipengaruhi oleh

rangsangan luar.

(53)

36

6) Pada akhir tahap ini mereka dapat membedakan tentang masa lalu,

masa sekarang, dan akan datang dalam jangka pendek.

7) mengenal urutan penambahan, pengurangan dan klasifikasi atas

dasar bentuk luarnya.

c. Tahap operasional konkret (7-11 tahun)

1) Dapat mengalikan, membagi, mengurutkan, mengganti,

menganalisis, dan mensintetis.

2) Pada akhir tahun ini anak dapat mengorespondesi.

3) Memahami konsep yang abstrak misalnya konsep berat, gaya, dan

energi.

d. Tahap operasional formal (11-14 + beberapa tahun)

1) Dapat berfikir deduktif, membuat hipotesis.

2) Dapat berfikir reflekktif dan evaluatif.

3) Dapat mengontrol variabel dari berbagai kemungkinan.

Menurut Slameto (2003: 12-13) mengenai perkembangan proses

belajar pada anak-anak berdasarkan pendapat Piaget adalah sebagai

berikut:

a. Anak mempunyai struktur mental yang berbeda dengan orang dewasa.

Anak bukan merupakan orang dewasa dalam bentuk kecil, dan

mempunyai cara yang khas untuk menyatakan dan untuk menghayati

(54)

37

b. Perkrmbangan mental pada anak melalui tahap-tahap tertentu menurut

suatu urutan yang sama bagi semua anak.

c. Walaupun berlangsungnya tahap-tahap perkembngan ini melalui suatu

urutan tertentu, tetepi jangka waktu untuk berlatih dari satu tahap ke

tahap lainya tidaklah sama pada setiap anak.

d. Perkembangan mental anak dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu: 1)

kemasakan, 2) pengalaman, 3) interaksi sosial, dan 4) equilibration

(proses dari ketiga faktor diatas bersama-sama untuk membangun dan

memperbaiki struktur mental).

e. Tahap perkembangan menurut Piaget terdiri atas 3, yaitu (a) berfikir

secara intuitif ± 4 tahun, (b) beroperasi secara konkret ± 7 tahun, dan

(c) beroperasi secara formal ± 11 tahun.

Bruner (Sugihartono, dkk, 2007: 112) mengemukakan bahwa

proses belajar lebih diutamakan oleh cara mengatur meteri pelajaran dan

bukan ditentukan oleh umur seseorang seperti yang telah ditentukan oleh

Piaget. Bruner menjelaskan perkembangan dalam tiga tahap sebagai

berikut.

a. Enaktif (0-3 tahun), yaitu pemahaman anak dicapai melalui eksplorasi

dirinya sendiri dan manipulasi fisik-motorik melalui pengalaman baru.

b. ikonik (3-8 tahun), yaitu anak menyadari sesuatu ada secara mandiri

melalui gambar yang konkret bukan yang abstrak.

c. Simbolik (>8 tahun), yaitu anak sudah memahami simbol-simbol dan

(55)

38

Pada umumnya anak indonesia mulai masuk Sekolah Dasar pada

usia 6-7 tahun dan rentang waktu belajar di SD selama 6 tahun, maka usia

anak Sekolah Dasar bervariasi antara 6-12 tahun. Berarti meliputi tahap

akhir pra-oprasional sampai awal oprasional formal. Pada usia atau tahap

tersebut umumnya anak memiliki sifat:

a. Memiliki rasa ingin tahu yang kuat.

b. Senang bermain atau suasana yang mengembirakan.

c. Mengatur dirinya sendiri, mengeksplorasi situasi sehingga suka

mencoba-coba.

d. Memiliki dorongan yang kuat untuk berprestasi, tidak suka

mengalamai kegagalan.

e. Akan belajar efektif bila ia merasa senang dengan situasi yang ada.

f. Belajar dengan cara bekerja dan suka mengajarkan apa yang ia bisa

pada temannya.

Usman Samatowa (2006: 7) berpendapat bahwa masa keserasian

bersekolah dibagidalam dua fase, yaitu:

a. Masa kelas-kelas rendah sekolah dasar (6-8 tahun). Anak pada usai

tersebut termasuk dalam kelas 1-3.

b. Masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar (9-12 tahun). Anak pada usia

tersebut termasuk adalm kelas 4-6.

Siswa yang berada di kelas atas atau kelas 4-6 pada umumnya

memiliki usia antaar 9-12 tahun, sehingga berdasar klasifikasi Piaget pada

(56)

39

oprasional formal, sedangkan berdasarkan kalsifikasi Bruner pada tahap

simbolik.

Usman Samatowa (2006:8) menyebutkan bahwa pada masa-masa

kelas tinggi siswa memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

a. Adanya minat terhadap Kehidupan praktis sehhari-hari yang konkret:

hal ini menimbulkan adanya kecendrungan untuk membandingkan

pekerjaan-pekerjaan yang praktis:

b. Amat realistik, ingin tahu dan ingin belajar,

c. Menjelang akhir masa usia ini ada minat terhadap hal-hal atau mata

pelajaran khusus:

d. Anak mencapai kira-kira umur 11 tahun akan membutuhkan guru atau

orang-orang dewasa lainya untuk menyelesaikan tugas dan memenuhi

keinginanya, setelah umur 11 tahun pada umumnya anak menghadapi

tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha menyelesaikanya sendiri.

e. Anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran yang tepat

mengenai prestasi sekolah.

f. Anak pada usia ini gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya

untuk dapat bermain bersama, serta membuat peraturan sendiri.

g. Peran manusia idola sangat penting, pada umumnya orang tua dan

kakak-kakanya dianggap manusia idola yang sempurna, karena itu

guru acapkali dianggap sebagai manusia serba tahu.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik

(57)

40

oprasional konkrit sampai pada awal oprasioanl formal. Anak sudah mulai

belajar tentang simbol, konsep bahasa, dan angka. Sehingga, hendaknya

dalam pembelajaran di SD guru harus bisa memilih dan memanfaatkan

media pembelajaran sesuai karakteristik siswanya, agar tujuan dari

pembelajaran bisa tercapai.

E. Kajian Tentang Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar 1. Hakikat IPA

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau Sains berasal dari kata

natural science. Natural artinya alamiah dan berhubungan dengan alam,

sedangkan science artinya ilmu pengetahuan (Patta Bundu, 2006: 9). Ilmu

Pengetahuan Alam memiliki pengertian sebagai ilmu pengetahuan tentang

alam.

Menurut Nash yang dikutip oleh Hendro Darmodjo dan Jenny R. E.

Kaligis (1992: 3) dalam bukunya “The Nature of Natural Sciences”,

mengatakan bahwa Science is away of looking at the world yang artinya

bahwa IPA adalah suatu cara metode untuk mengamati alam. Nash juga

menjelaskan bahwa cara IPA mengamati dunia bersifat analitis, lengkap,

cermat, serta menghubungkan antara satu fenomena dengan fenomena

yang lain sehingga keseluruhanya membentuk suatu prespektif yang baru

tentang objek yang diamatinya itu.

Ilmu Pengetahuan Alam membahas tentang gejala-gejala alam

yang diperoleh dengan cara yang terkontrol, yaitu secara sistematis yang

Gambar

gambaran dari kerangka berfikir dalam penelitian ini:
Tabel 2. Data Usia Subyek Penelitian
Tabel 4. Data Latar Belakang Pekerjaan Orang Tua Subyek
Tabel 6. Data Kesediaan Media Elektronik Keluarga Subyek
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sambungan baut dilakukan dengan cara suatu pasak melintang (baut) dipasang pada suatu lubang, yang dengan menembus masuk pada bagian konstruksi yang

Gaya Viskositas pada permukaan laut ditimbulkan karena adanya pergerakan angin pada permukaan laut sehingga menyebabkan pertukaran massa air yang berdekatan secara periodik,

Penelitian ini bertujuan untuk menghitung perubahan penggunaan dan tutupan lahan yang terjadi dalam kurun 2 dekade, antara 1989 dan 2006 dengan mengggunakan citra Landsat 5

Pembelajaran ini menggunakan gerak dan lagu yang di dalamnya terkandung syair atau lirik mengenai arah kanan, kiri, depan, belakang, atas dan bawah yang dalam

Kemudian mesin akan menjalankan proses demi proses, indikator status menunjukkan keadaan masukan dan keluaran PLC dan animasi pada Intellution sesuai dengan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Nilai Tukar Rupiah, Inflasi dan Suku Bunga terhadap Net Profit Margin pada Industri Barang Konsumsi yang Go Public di

Satuan untuk reaktan (atau produk) dapat berupa mol, gram, liter (untuk gas), atau beberapa satuan lain, kita menggunakan mol untuk menghitung jumlah produk yang

Demikian dalam penelitian yang dilakukan oleh Lilikanti (2005) mengenai hubungan antara efektivitas komunikasi dengan kepuasan kerja pada karyawan PDAM Malang, diperoleh