• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS TENTANG PENGGUNAAN KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR BERVARIASI DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SEKOLAH DASAR : Penelitian Deskriptif di SDN Sirnasari Kecamatan Sariwangi Kabupaten Tasikmalaya.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS TENTANG PENGGUNAAN KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR BERVARIASI DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SEKOLAH DASAR : Penelitian Deskriptif di SDN Sirnasari Kecamatan Sariwangi Kabupaten Tasikmalaya."

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS TENTANG PENGGUNAAN KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR BERVARIASI

DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SEKOLAH DASAR

(Penelitian Deskriptif di SDN Sirnasari Kecamatan Sariwangi Kabupaten Tasikmalaya)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

oleh:

Itan Tanjilurohmah 0903592

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UNIVERITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

2013

ANALISIS TENTANG PENGGUNAAN KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR BERVARIASI

DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SEKOLAH DASAR

(Penelitian Deskriptif di SDN Sirnasari Kecamatan Sariwangi Kabupaten Tasikmalaya)

Oleh: Itan Tanjilurohmah

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar

© Itan Tanjilurohmah 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2013

Hak Cipta dilindungi Undang-undang.

(3)

dengan dicetak ulang, difotokopi, atau cara lainnyatanpa ijin dari penulis.

ITAN TANJILUROHMAH

ANALISIS TENTANG PENGGUNAAN KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR BERVARIASI

DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SEKOLAH DASAR

(Penelitian Deskriptif di SDN Sirnasari Kecamatan Sariwangi Kabupaten Tasikmalaya)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I,

Drs. Sumardi, M.Pd. NIP. 195707191984031001

Pembimbing II,

Dra. Ade Rokhayati, M.Pd. NIP. 195201011982112001

Mengetahui,

(4)
(5)

Itan Tanjilurohmah,2013

ABSTRAK

ANALISIS TENTANG PENGGUNAAN KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR BERVARIASI

DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SEKOLAH DASAR

(Penelitian Deskriptif di SDN Sirnasari Kecamatan Sariwangi Kabupaten Tasikmalaya)

Studi Deskriptif Tentang Penggunaan Keterampilan Dasar Mengajar Bervariasi di SDN Sirnasari Kecamatan Sariwangi Kabupaten Tasikmalaya. Latar belakang masalah disini adalah lemahnya proses pembelajaran, contohnya siswa kurang di ajarkan untuk aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran dikarenakan kebosanan dan kejenuhan siswa yang diakibatkan oleh kurangnya pemahaman keterampilan dasar mengajar guru terlebih pada keterampilan mengadakan variasi. Rumusan masalahnya adalah bagaimana cara guru dalam menggunakan ketarampilan mengadakan variasi pada pembelajaran IPS di Sekolah Dasar. Penelitian ini difokuskan pada keterampilan mengadakan varaiasi dalam pembelajaran IPS di kelas tinggi. Landasan teori yang mendukung adalah kebiasaan mengajar, teori belajar dan pembelajaran serta 8 keterampilan mengajar khususnya keterampilan mengadakan variasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif yang dilakukan secara wajar, apa adanya yang sesuai dengan kondisi objek di lapangan tanpa adanya rekayasa. Pada hakekatnya metode deskriptif ini hanya mencari teori, bukan menguji teori. Subjek dalam penelitian ini adalah guru-guru yang mengajar di kelas tinggi di SDN Sirnasari. Pengumpilan data dilakukan langsung oleh penulis. Untuk memperoleh data yang objektif, penulis melakukan teknik pengumpulan data dengan melakukan wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Analisa data dilakukan melalui tiga tahap, yaitu reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Temuan hasil penelitian ini meliputi: keterampilan dasar mengajar yang dilakukan guru khususnya keterampilan mengadakan variasi pada pembelajaran IPS di kelas tinggi sudah sangat dikuasai oleh para guru. Akan tetapi ada salah satu komponen variasi yang jarang digunakan, yaitu variasi dalam media dan alat peraga. Dikarenakan fasilitas yang dipakai guru hanyalah fasilitas yang ada di sekolah saja. Tetapi secara garis besarnya dapat disimpulkan bahwa penggunaan keterampilan mengadakan variasi di kelas tinggi di SDN Sirnasari Kecamatan Sariwangi Kabupaten Tasikmalaya dikategorikan baik.

(6)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan berlangsung dalam berbagai bentuk kegiatan, berbagai

bentuk tindakan, dan berbagai peristiwa. Pendidikan berlangsung di berbagai

tempat dan lingkungan, baik dalam keluarga, sekolah dan masyarakat. Sudah

menjadi kepentingan dan kebutuhan bersama untuk meningkatkan kualitas

pendidikan yang ada di Indonesia ini. Apalagi di era globalisasi ini,

pendidikan merupakan salah satu unsur penting yang selalu diusahakan

peningkatannya sehingga tercipta sumber daya manusia yang berkualitas dan

mampu mengikuti berbagai kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan

teknologi. Dalam buku yang berjudul Landasan Pendidikan menurut

(Syaripudin, 2007:21) “Pendidikan berlangsung dalam konteks hubungan manusia yang bersifat multi dimensi”. Dalam arti sempit, pendidikan hanyalah berlangsung bagi mereka yang menjadi siswa atau mahasiswa pada suatu

lembaga. Pendidikan terbentuk dalam bentuk pengajaran yang terstruktur dan

bersifat formal. Lamanya pendidikan untuk setiap individu bervariasi.

Sedangkan dalam arti luas pendidikan berlangsung bagi siapa pun, kapan pun,

dan dimana pun individu itu berada.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1).

Definisi Pendidikan secara umum lainnya adalah “segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau

masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan” (Notoatmodjo, 2003:16). Kualitas pendidikan di negara kita ini masih sangat memprihatinkan dan jauh dari harapan. Padahal pendidikan

(7)

dan perkembangan manusia. Pendidikan sangat menentukan model manusia

yang dihasilkannya.

Sedikitnya terdapat tiga syarat utama yang harus diperhatikan dalam pembangunan pendidikan agar dapat berkontribusi terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM), yakni (1) sarana gedung, (2) buku yang berkualitas, (3) guru dan tenaga kependidikan yang profesional1 (Mulyasa, 2008:3).

Hanya melalui pendidikan manusia dapat terbebas dari belenggu

kebodohan yang berkepanjangan. Melalui pendidikan juga akan terlahir

sumber daya manusia yang akan mempunyai prestasi yang membanggakan

negara Indonesia ini. Diharapkan dengan sumber daya manusia yang

berkualitas mampu membuat suatu negara menjadi besar, kuat, dan

bermartabat yang pada akhirnya terciptalah kemakmuran, kesejahteraan, dan

kemajuan di segala bidang. Menurut Tilaar dalam Mulyasa (2001) terdapat

enam masalah pokok sistem pendidikan nasional, yaitu:

1. Menurunnya akhlak dan moral peserta didik 2. Pemerataan kesempatan belajar

3. Masih rendahnya efisiensi internal sistem pendidikan 4. Status kelembagaan

5. Manajemen pendidikan yang tidak sejalan dengan pembangunan nasional

6. Sumber daya yang belum profesional

Melihat hal tersebut, perlu sekali dilakukan penataan pada sistem

pendidikan secara menyeluryuh terutama pada kualitas pendidikan yang

sangat menjamin sekali pada kesejahteraan. Dengan demikian, dalam

pendidikan sangat mengedepankan kreativitas pada setiap manusia agar dapat

tumbuh rasa kemadirian dan rasa kewirausahaan pada dirinya. Masih menurut

Soekidjo Notoatmodjo, mengungkapkan tiga tujuan pendidikan, diantaranya:

1. Menanamkan pengetahuan / pengertian, pendapat dan konsep-konsep

2. Mengubah sikap dan persepsi

3. Menanamkan tingkah laku / kebiasaan yang baru

Pendidikan formal berlangsung dari yang terendah PAUD, TK, SD,

SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi. Sumber daya manusia yang berkualitas

(8)

memegang peranan yang sangat penting dalam suatu institusi. Dikatakan

penting karena Sekolah Dasar merupakan pendidikan dasar yang formal bagi

anak. Di lembaga ini anak pertama kali mengenal berbagai keterampilan dasar

seperti menulu, membaca, dan menghitung. Pendidikan tidak lepas dari

belajar, mengajar dan pembelajaran. Belajar merupakan perubahan perilaku

dimana perubahan perilaku itu dilakukan secara sadar dan bersifat menetap.

Mengajar berarti menyerahkan atau manyampaikan ilmu pengaetahuan atau

keterampilandan lain sebagainya kepada orang lain, dengan menggunakan

cara-cara tertentu sehingga ilmu -ilmu tersebut bisa menjadi milik orang lain.

Sedangkan pembelajaran merupakan proses transaksional antara guru dengan

siswanya sebagai timbal balik dalam belajar.

Untuk menghasilkan calon guru yang profesional sebelum praktik

belajar mengajar di sekolah calon guru perlu di latih mengembangkan

keterampilan dasar mengajar dengan di berikan kesempatan mengembangkan

gaya mengajarnya sendiri dan mengurangi atau menghilangkan

kesalahan-kesalahan yang paling mencolok. Guru merupakan komponen paling

menentukan dalam sistem pendidikan secara keseluruhan, yang harus

mendapat perhatian sentral, pertama dan utama, figur yang satu ini akan

senantiasa menjadi sorotan strategis ketika berbicara masalah pendidikan,

karena guru selalu terkait dengan komponen manapun dalam sistem

pendidikan, guru memegang peran utama dalam pembangunan pendidikan,

khususnya yang diselenggarakan secara formal di sekolah, guru juga sangat

menentukan keberhasilan peserta didik, terutama dalam kaitannya dengan

proses belajar mengajar. Pemahaman seorang guru terhadap pengertian

pembelajaran akan mempengaruhi cara guru itu mengajar. Pertama,

pembelajaran sebagai usaha memperoleh perubahan perilaku, kedua bahwa

perubahan perilaku sebagai hasil pembelajaran yang meliputi beberapa aspek

diantaranya aspek kognitif, efektif dan otorik. Kondisi pembelajaran tersebut

merupakan pencapaian tujuan yang diharapkan oleh seorang guru, maka dari

itu guru harus menciptakan kondisi dan situasi yang memngkinkan siswa

(9)

Guru merupakan komponen yang paling berpengaruh terhadap

terciptanya proses dan hasil pendidikan yang berkualitas. Oleh karena itu

upaya perbaikan apapun yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas

pendidikan tidak akan memberikan sumbangan yang signifikan tanpa di

dukung oleh guru yang profesional dan berkualitas. Sebagai pengajar atau

pendidik guru merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan setiap upaya

pendidikan. Kinerja guru dalam merencanakan dan melaksanakan

pembelajaran, merupakan faktor utama dalam pencapaian tujuan pengajaran,

keterampilan peguasaan proses pembelajaran ini sangat erat kaitannya dengan

tugas dan tanggung jawab guru sebagai pengajar dan pendidik. Adanya

peningkatan dalam mutu pendidikan tidak terlepas dari peran guru sebagai

unsur utama dalam keseluruhan proses pendidikan. Kualitas pembelajaran pun

sangat ditentukan oleh keprofesionalan guru dalam memberikan atau

mentransfer pembelajaran kepada siswa. Seorang guru yang baik adalah guru

yang mampu mewujudkan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan

membuat siswa merasa nyaman menuntut ilmu bersama gurunya. Untuk

kepentingan sekolah memiliki guru yang professional merupakan kunci

keberhasilan proses pembelajaran guru professional adalah orang yang

terdidik dan terlatih dengan baik. Berarti guru bukan hanya memperoleh

pendidikan formal tetapi juga harus menguasai landasan kependidikan. Pada

hakekatnya dalam pelaksanaan pembelajaran dapat terlaksana dengan baik

apabila guru menguasai keterampilan dasar mengajar. Seperti dalam buku yang berjudul “Belajar dan Pembelajaran SD” menurut Hernawan, dkk (2007:199) bahwa ada delapan keterampilan dasar mengajar, diantaranya:

(1) Keterampilan bertanya;

(2) Keterampilan memberikan penguatan (3) keterampilan mengadakan variasi (4) Keterampilan menjelaskan;

(5) Keterampilan membuka dan menutup pelajaran; (6) Keterampilan membimbing diskusi;

(10)

Oleh karena itu, dalam langkah penguasaan komponen perbuatan

mengajar, calon guru perlu berlatih secara persial artinya setiap komponen

perbuatan mengajar itu perlu dikuasai melalui latihan secara terpisah-pisah.

Salah satu ketrampilan dasar mengajar yang harus di kuasai oleh seorang guru

atau pengajar adalah ketrampilan mengadakan variasi. Salah satu komponen

belajar mengajar adalah keterampilan-ketarmpilan dasar mengajar termasuk

di dalamnya keterampilan mengadakan variasi yang berguna untuk mengatasi

kejenuhan atau kebosanan yang dialami siswa dalam kegiatan atau proses

pembelajaran dan juga untuk mengatasi kondisi ruangan yang tidak nyaman,

performance guru kurang menyejukkan hati peserta didik serta materi yang

diajarkan kurang menarik. Dengan memperbaiki gaya mengajar saja belum

dapat mengatasi persoalan yang terjadi namun, dengan harapan bervariasinya

proses pembelajaran yang diberikan akan membawa cakrawala kecerahan bagi

para siswa. Berdasarkan jenjang dan karakteristik perkembangan intelektual

anak seusia siswa SD, maka dalam penyajian konsep dan keterampilan dalam

pembelajaran IPS harus mulai dari nyata (konkrit) ke abstrak, dari mudah ke

sulit, dari dekat kejauh. Dengan kata lain, mulailah apa yang ada pada atau di

sekitar siswa dan yang dikenal, diminati serta diperlukan siswa. Secara

psikologis siswa usia SD berada dalam dunia bermain. Hal ini merupakan hal

positif dalam kegiatan seorang guru di dalam kelas khusunya pada

pembelajaran IPS. Jika beberapa keterampilan tersebut tercapai secara optimal

dalam pembelajaran IPS yang diselenggarakan guru adalah pembelajaran IPS

yang benar-benar efektif.

Tetapi pada kenyataannya pembelajaran di sekolah dasar khususnya

pada pembelajaran IPS pada saat ini kurang optimal. Masih saja kegiatan

mengajar itu didominasi dengan sistem yang monoton dan menjenuhkan bagi

siswa, Kurang memberikan rangsangan untuk siswa di kehidupan sehari-hari.

Selain itu pun masih ada yang kurang terampil menggunkan alat peraga

sederhana saat pembelajaran IPS berlangsung. penggunaan metode, strategi,

dan pendekatan pun masih kurang optimal. Dan sudah menjadi hal yang tak

(11)

adalah pelajaran yang tidak mengasikkan dan jenuh. Dalam penyampaiaan

materi juga, kurangnya guru dalam pemberian variasi mengajar. Penguasaan

keseluruh aspek keterampilan dasar mengajar cukup dikuasai oleh guru di

SDN Sirnasari apalagi dalam keterampilan mengadakan variasi. Dalam

mengajar guru di SDN Sirnasari selalu menggunakan keterampilan

mengadakan variasi dalam pembelajarannya khususnya pembelajaran IPS

dikelas tinggi. Tetapi ada salah satu komponen yang jarang digunakan, yaitu

komponen variasi dalam media dan alat peraga. Para guru di SDN Sirnasari

hanya menggunakan media yang telah tersedia di sekolah saja. Tetapi sesekali

mereka juga selalu membuat media dan alat peraga yang variatif guna

menunjang dalam pembelajarannya. Upaya meningkatkan kualitas

pembelajaran adalah dengan cara memperbaiki cara pembelajaran terhadap

siswa khususnya pada pembelajaran IPS. Hal ini menyatakan bahwa guru di

sini harus mempunyai pengetahuan dan strategi-strategi pembelajaran

khususnya pada pembelajaran IPS yang sangat menyenangkan dan dalam hal

pembelajaran juga guru harus memberikan variasi agar pembelajaran IPS tidak

menjenuhkan siswa. Karena pembelajaran IPS pada kenyataannya lebih

menekankan pada pengalaman-pengalaman belajar yang nyata melalui

penggunaan dan pengembangan keterampilan proses, kepribadian individu

maupun sosial, dan lebih menekankan pada fakta-fakta yang ada dalam

kehidupan sehari-hari. Mengacu pada permasalahan diatas penulis mengambil judul “Analisis Tentang Penggunaan Keterampilan Dasar Mengajar Bervariasi dalam Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar”.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi dan Analisis Masalah

Berdasarkan pada latar belakang diatas, maka dapat

diidentifikasikan sebagai berikut:

a. Masih terdapatnya masalah yaitu, kebiasaan mengajar guru yang hanya

menggunakan metode dan strategi yang tidak mengajak siswa untuk

(12)

b. Rendahnya kinerja yang dimiliki para guru sehingga loyalitas kerja

guru kurang memuaskan.

c. Masih rendahnya kemampuan guru dalam memahami keterampilan

dasar mengajar.

d. Masih rendahnya kemampuan guru dalam mengadakan variasi pada

setiap pembelajarannya.

2. Rumusan Masalah

Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah guru yang mengajar di kelas tinggi di SDN Sirnasari

Kecamatan Sariwangi Kabupaten Tasikmalaya selalu menggunakan

keterampilan mengadakan variasi pada pembelajaran IPS?

2. Bagaimana cara penggunaan keterampilan mengadakan variasi pada

pembelajaran IPS di SDN Sirnasari Kecamatan Sariwangi Kebupaten

Tasikmalaya?

3. Apa yang menjadi faktor penghambat dalam menggunakan

keterampilan mengadakan variasi pada pembelajaran IPS di kelas

tinggi di SDN Sirnasari Kecamatan Sariwangi Kabupaten

Tasikmalaya?

C. Tujuan Penelitian

Memperhatikan rumusan masalah yang telah disampaikan diatas, maka

tujuan dalm penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui digunakan tidaknya keterampilan mengadakan variasi

pada pembelajaran IPS di kelas tinggi di SDN Sirnasari Kecamatan

Sariwangi Kabupaten Tasikmalaya.

2. Mengetahui cara penggunaan keterampilan mengadakan variasi pada

pembelajaran IPS di SDN Sirnasari Kecamatan Sariwangi Kebupaten

Tasikmalaya.

3. Mengungkap faktor penghambat dalam menggunakan keterampilan

mengadakan variasi pada pembelajaran IPS di kelas tinggi di SDN

(13)

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini memiliki beberapa manfaat khususnya untuk

seorang guru, siswa dan peneliti diantaranya :

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan sebagai sumbangan perkembangan ilmu

administrasi pendidikan, khususnya motivasi kerja, kepuasan kerja,

inovasi dalam pembelajaran, dan prestasi kerja guru, serta sebagai

sumbangan pemikiran bagi peneliti yang akan melakukan penelitian lebih

lanjut.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru

a. Memberikan masukan yang positif dan menambahkan

pengalaman dalam pembelajaran IPS sehingga guru senantiasa

dapat memahami pentingnya mengadakan keterampilan variasi

dalam setiap pembelajaran.

b. Upaya membenahi diri sejauh mana peningkatan cara mengajar

di dalam kelas.

c. Supaya lebih dapat memahami keterampilan dasar mengajar dan

memberikan masukan tentang keterampilan mengadakan variasi

dalam pembelajaran.

b. Bagi Siswa

Menambah pengalaman belajar yang baru, inovatif, variatif, dan

menyenangkan yang dapat membuat siswa lebih termotivasi, lebih

aktif, dan lebih bersemangat dalam pembelajaran IPS di kelas.

c. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan dan pengalaman yang lebih luas pada saat

memahami keterampialan dasar mengajar khususnya pada

pembelajaran IPS di Sekolah Dasar.

d. Bagi Sekolah

Memberikan sumbangan yang positif terhadap kemajuan sekolah,

(14)

dalam memperbaiki proses pembelajaran dan memecahkan masalah

pembelajaran sehingga tercipta situasi pendidikan yang kondusif.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Struktur organisasi dalam penelitian ini disusun berdasarkan

pokok-pokok pikiran yang tercantum disetiap bab. Didalam sikripsi ini terdiri atas 5

bab. Setiap bab berisi tentang pembahasan yang sesuai dengan fokus dari

setiap bab.

Bab I yaitu Pendahuluan yang di dalamnya terdapat latar belakang

penelitian, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, dan struktur organisasi skripsi. Latar belakang penelitian

menjelaskan dasar-dasar dilaksanakannya penelitian berdasarkan fenomena

yang terjadi di lapangan. Perumusan masalah penelitian berisi identifikasi

masalah yakni mengkaji lebih dalam terkait permasalahan yang akan di angkat

dalam penelitian, rumusan masalah yakni terdiri dari rumusan masalah umum

dan rumusan masalah khusus. Rumusan masalah umum merupakan paparan

berdasarkan identifikasi masalah yang dirumuskan secara umum. Rumusan

masalah khusus merupakan pengkhususan masalah yang akan diteliti, yakni

mengspesifikan permasalahan menjadi pertanyaan-pertanyaan yang harus

dijawab dengan melaksanakan penelitian. Tujuan penelitian berisi hal-hal

yang akan dicapai dalam penelitian ini sesuai dengan rumusan masalah.

Manfaat penelitian berisi penjelasan tentang manfaat yang akan didapat dari

hasil penelitian ini. Baik bagi penulis, maupun bagi pembaca. Struktur

organisasi skripsi yakni berisi deskripsi sistematika penulisan laporan

penelitian ini.

Bab II yaitu Kajian Pustaka dan Kerangka Pemikiran.. Di dalamnya

berisi kajian terhadap teori-teori bahkan konsep-konsep yang berkaitan dengan

bidang kajian penelitian ini. Sumber-sumber pustaka yang dikumpulkan

digunakan sebagai landasan proses, dan analisis data hasil penelitian.

Kerangka pemikiran merupakan pola berpikir peneliti terkait proses

(15)

Bab III yaitu Metode Penelitian, yakni di dalamnya merupakan

penjabaran konsep-konsep, alur, dan teknik-teknik yang dilakukan dalam

melaksanakan penelitian. Diantaranya metode penelitian, lokasi dan subjek

penelitian, desain penelitian, definisi operasional variabel, instrumen

penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. Metode

penelitian berisi terkait cara yang dilakukan dalam penelitian seperti halnya

penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif berdasarkan

pendekatan kualitatif. Lokasi dan subjek penelitian didalamnya menjelaskan

terkait hal-hal baik perantara maupun yang menjadi fokus dalam penelitian.

Desain penelitian yakni berisi alur penelitian dari mulai perencanaan hingga

pelaporan. Definisi operasional variabel merupakan menjabaran

definisi-definisi terkait maksud penelitian ini. Instrumen penelitian yakni menjabarkan

teknik ataupun alat yang digunakan dalam penelitian ini. Teknik pengumpulan

data yakni mendeskripsikan cara-cara peneliti dalam mengumpulkan data-data

yang dibutuhkan dalam penelitian. Teknik analisis data yakni berisi deskripsi

cara-cara peneliti dalam menganalisis dan mengolah data yang terkumpul

sebagai bahan penulisan bab IV.

Bab IV yaitu Hasil Penelitian dan Pembahasan. Didalam bab ini

mendeskripsikan pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan

yang berkaitan dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian. Deskripsi hasil

analisis data yang terkumpul merupakan sebagai laporan akhir dan jawaban

dari pertanyaan yang terdapat pada perumusan masalah penelitian. Sehingga

dari hasil pembahasan ini dapat ditarik kesimpulan dalam bab V.

Bab V yaitu Kesimpulan dan Saran, merupakan rincian kesimpulan

dari hasil penelitian. Sehingga dari kesimpulan ini akan diperoleh

rekomendasi berupa saran terhadap hal yang menjadi masalah dalam

(16)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan cara utama yang digunakan peneliti

untuk mencapai tujuan dan menentukan jawaban atas masalah yang diajukan.

Metode penelitian juga merupakan strategi umum yang dianut dalam

pengumpulan dan analisis data yang diperlukan guna menjawab persoalan

yang dihadapi. Metode penelitian adalah cara-cara ilmiah untuk mendapatkan

data yang valid, dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan dan

dibuktikan suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat

digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan metode kualitatif, yaitu penelitian yang menggambarkan

keadaan yang sebenarnya dari fenomena objek yang diteliti dan dibandingkan

dengan teori yang sesuai dengan masalah penelitian.

“Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi” (Sugiyono, 2012:1).

Metode ini muncul karena terjadi perubahan paradigma dalam

memandang suatu realitas atau fenomena. Dalam paradigma ini realitas sosial

dipandang sebagai sesuatu yang utuh, dinamis, dan penuh makna. Dalam

penelitian kualitatif, pengumpulan data tidak dipandu oleh teori, tetapi

dipandu oleh fakta-fakta yang ditemukan pada saat penelitian di lapangan.

Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu

data yang mengandung makna. Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif,

tidak menekankan pada generalisasi tetapi lebih menekankan pada makna.

Objek dalam penelitian kualitatif adalah objek yang ilmiah. Objek yang ilmiah

(17)

kondisi pada saat peneliti memasuki objek, setelah berada di objek, dan

setelah keluar dari objek relatif tidak berubah.

“Pendekatan kualitatif dikenal mempunyai bermacam nama dalam beberapa disiplin ilmu. Antropologi menamakan etnografi kepada pendekatan kualitatif; Sosiologi menyebutkan versthen atau pengamatan terlibat; Psikologi dengan folklor. Linguistik, etnomuskologi, etnometodologi, dan banyak disiplin ilmu lainnya, menggunakan istilah-istilah seperti studi kasus, interpretative inquiry, natural inquiry, dan

phenomenology sebagai sebutan dati pendekatan kualitatif” (Patilima,

2011:2).

Dalam metode kualitatif dapat digunakan scope/lingkup yang paling

kecil, yaitu satu sisi sosial sampai masyarakat yang luas. Temuan dalam

penelitian kualitatif bisa yang sesederhana sampai yang kompleks, terjadi pada

peristiwa tunggal maupun majemuk, kecil atau besar. Spradley (1980) dalam

Sugiyono (2012:20) mengemukakan lingkup penelitian kualitatif seperti

ditunjukan pada gambar 3.1

SCOPE OF RESEARCH SOCIAL UNITS STUDIES

Macro

Micro

Complex Society (masyarakat yang kompleks)

Multiple communities (beberapa kelompok

masyarakat)

A single community study (sekelompok

masyarakat)

Multiple social institutions (beberapa lembaga

sosial)

A single social institution (satu lembaga sosial)

Multiple social situation (beberapa situasi

sosial)

Single social situation (satu situasi sosial)

Tabel 3.1

(18)

Terbukti bahwa metode penelitian kualitatif dapat digunakan untuk

meneliti suatu situasi yang sangat mikro yaitu satu situasional, sampai yang

makro masyarakat luas yang komplek.

“Metode kalitatif lebih berdasarkan pada fenomena yang mengutamakan penghayatan. Penelitian deskriptif kualitatif diuraikan dengan kata-kata menurut pendapat responden, apa adanya sesuai dengan pertanyaan penelitiannya, kemudian dianalisis pula dengan kata-kata yang melatarbelakangi responden” (Usman dan Purnomo Setiady Akbar, 2009:130).

Metode pada penelitian ini memberikan pertanyaan-pertanyaan yang

diajukan sebagai pertanyaan penelitian bukan hanya mencangkup apa, siapa,

dimana, kapan, nbagaimana, dan mengapa tetapi semua yang ada yang ada

dalam subjek penelitian tersebut yang termasuk kedalam masalah yang sedang

diteliti. Menurut Sudjana dan Ibrahim (2001:197-199) yang menegaskan

bahwa ada lima ciri pokok dari penelitian kualitatif, yaitu :

1. Penelitian kualitatif menggunakan lingkungan alamiah sebagai sumber data langsung.

2. Penelitian kualitatif sifatnya deskriptif-analitik.

3. Tekanan penelitian kualitatif ada pada proses bukan pada hasil. 4. Penelitian kualitatif sifatnya induktif.

5. Penelitian kualitatif mengutamakan makna.

Menurut Merriam yang dikutip oleh John W. Creswell dalam

bukunya Hamid Patilima (2011:60), ada enam asumsi dalam pendekatan

kualitatif yang perlu diperhatika oleh peneliti, yaitu:

1. Peneliti kualitatif lebih menekankan perhatian pad proses, bukan pada hasil atau produk;

2. Peneliti kualitatif tertarik pada makna-bagaimana orang membuat hidup, pengalaman, dan struktur kehidupannya masuk akal;

3. Peneliti kualitatif merupakan instrumen pokok untuk pengumpulan dan analisis data. Data didekati melalui instrumen manusia, bukan melalui inventaris daftar pertanyaan atau alat lainnya;

4. Peneliti kualitatif melibatkan kerja lapangan. Peneliti secara fisik berhubungan dengan orang, latar belakang, lokasi atau institusi, untuk mengamati atau mencatat perilaku dalam latar alamiahnya; 5. Peneliti kualitatif bersifat deskriftif dalam arti peneliti tertarik proses,

makna, dan pemahaman yang didapat melalui kata atau gambar; dan 6. Proses penelitian kualitatif bersifat induktif, peneliti

(19)

Metode deskriptif digunakan dalam penelitian ini untuk melukiskan

secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu.

Sehingga peneliti hanya bekerja dengan informasi-informasi data dan didalam

menganalisanya tidak menggunakan analisa data statistik. Penelitian kualitatif

juga sering disebut naturalistik karena karena situasi dilapangan bersifat

natural, wajar, apa adanya, tanpa dimanipulasi atau diukur dengan eksperimen

atau tes. Peneliti menggunakan metode kualitatif sebenarnya bukan karena

selera peneliti atau pembimbing, tetapi sesungguhnya penelitian kualitatif

lebih bersifat eksploratif dan peneliti menggunakan pendekatan tersebut untuk

mengupas sebuah topik ketika variabel dan dasar teorinya tidak diketahui serta

penelitian tersebut bertujuan memahami suatu situasi sosial, peristiwa, peran,

interaksi dan kelompok. Serta dikarenakan bahwa peneliti ingin

menggambarkan keadaan yang sebenarnya tentang kebiasaan cara mengajar

guru pada pembelajaran IPS di Sekolah Dasar khususnya di SDN Sirnasari

Kecamatan Sariwangi Kabupaten Tasikamalaya pada keterampilan

mengadakan variasi.

B. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi

Lokasi penelitian ini adalah di SDN Sirnasari Kecamatan

Sariwangi Kabupaten Tasikmalaya. Gedung ini dibangun di atas tanah

seluas 1720 m2. Sekolah ini memiliki visi dan misi sebagai berikut:

a. Visi:

Mewujudkan peserta didik mandiri, aktif, kreatif, serta berakhlak

dilandasi iman dan takwa.

b. Misi:

1. Seluruh warga sekolah memiliki disiplin tinggi dalam

melaksanakan tugasnya.

2. Mengembangkan sikap dan semangat kemandirian dalam belajar.

3. Meningkatkan kegiatan ekstra kulikuler.

(20)

5. Meningkatkan pelaksanaan 5K.

6. Meningkatkan kerjasama dengan orang tua dan komite sekolah.

2. Subjek Penelitian

Pada penelitian ini tidak menggunakan populasi karena berangkat

dari kasus yang ditemukan pada saat peneliti mengadakan studi

pendahuluan. Menurut Sugiyono (2009:216) memandang populasi untuk

penelitian kualitatif adalah sebagai berikut:

“Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan populasi, karena penelitian kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang ada pada situasi sosial tertentu dan hasil kajiannya tidak akan diberlakukan ke populasi, tetapi ditransferkan ke tempat lain pada situasi sosial yang memiliki kesamaan dengan situasi sosial pada kasus yang dipelajari.”

Sehingga dalam penelitian ini juga tidak mengenal sampel. Karena sampel adalah sebagian dari populasi. “Dalam penelitian kualitatif lebih

mengenal istilah ‘informan-narasumber’ dibandingkan dengan istilah

sampel” (Juwono, 2007:3). Selanjutnya menurut Raymond (2009:2-3),

“dalam pendekatan kualitatif ada beberapa istilah yang digunakan untuk

menunjukan subjek penelitian, diantaranya informan, partisipan, dan tetap

dengan istilah subjek”. Dalam penelitian kualitatif, penelitian harus

dilakukan secara teliti, mendalam, dan menyeluruh untuk memperoleh

gambaran mengenai prinsip-prinsip umum atau pola-pola yang berlaku

umum sehubungan dengan gejala-gejala yang ada dalam kehidupan sosial

masyarakat yang diteliti sabagai kasus itu sendiri. Apapun yang dipakai

istilahnya, yang terpenting adalah hubungan antara peneliti dengan subjek

penelitiannya. Subyek bagaimanapun dipandang sebagai seorang individu

yang bermartabat dengan pribadi yang utuh, dan bukannya sekedar sumber

informasi atau obyek penelitian.

Adapun subjek dalam penelitian ini adalah Kepala Sekolah SDN

Sirnasari dan guru-guru yang mengajar dikelas tinggi (kelas 4,5,6) di SDN

Sirnasari yang berjumlah 4 orang, 1 orang Kepala Sekolah dan 3 orang

guru yang terdiri dari 1 orang guru laki-laki dan 2 orang guru perempuan.

(21)

Tabel 3.2

Nama-nama guru yang mengajar dikelas tinggi (4,5,6) di SDN Sirnasari Tahun Ajaran 2012/2013

No .

Nama NIP dan Tempat, tanggal lahir

Jabatan Pendidikan Mengajar di kelas

Gol/ Rua ng

1.

Euis Badriah, S.Pd 195803051978032001

Tsm, 05 Maret 1958

Kepala

Sekolah S1 - IV/A

2.

Laela Sumiati 196330671984122001

Tsm, 07 Maret 1963

Guru S1 IV IV/A

3.

Cucu Nurlaela 196908122005012013 Grt, 12 agustus 1969

Guru S1 V IV/A

4.

Jajang Supriadi 196103081983051002 Tsm, 08 maret 1961

Guru S1 VI IV/A

Dalam penelitian ini, Kepala Sekolah dan guru-guru yang mengajar

dikelas tinggi di SDN Sirnasari merupakan narasumber dari hasil data

penelitian. Alasan peneliti mengambil data dari subjek-subjek tersebut

ialah agar sujek yang diambil tidak terlalu banyak dan mudah dipahami

sehingga peneliti memutuskan untuk mengambil subjek penelitian

guru-guru yang mengajar di kelas tinggi dan Kepala Sekolah di SDN Sirnasari. Patton dalam Raymond (2009:3) mengemukakan bahwa “dalam penelitian kualitatif, tidak ada aturan baku tentang jumlah minimal dari partisipan”. Adapun jumlah guru yang diambil berdasarkan kepada keterbatasan

waktu. Dalam hai ini sependapat dengan pendapat yang dikemukan oleh

Raymond (2009:3) bahwa “Pertimbangan yang lebih pragmatis kadang

-kadang juga lebih dapat dipertanggungjawabkan. Pertimbangan ini

termasuk masalah keterbatsan waktu dan dana”. Sehingga selain dari

pembatasan subjek penelitian ditentukan apabila data yang diperoleh

sudak tidak lagi ditemukan informasi baru, dapat juga ditentukan dari

(22)

C. Desain Penelitian

“Desain penelitian adalah rencana atau rancangan yang dibuat oleh peneliti sebagai ancar-ancar kegiatan yang dilaksanakan” (Arikunto, 2006:45). Sedangkan desain penelitian menurut Mc Millan (Ibnu Hadjar,1999, dalam

Fatimah,2011:35) adalah “rencana dan struktur penyelidikan yang digunakan untuk memperoleh bukti-bukti empiris dalam menjawab pertanyaan

penelitian”. Jadi desain penelitian adalah rancangan atau rencana yang

diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian.

Maka desaian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain

deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif yaitu suatu

penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan suatu keadaan alami tanpa

ada manipulasi. Desain penelitian ini bersifat umum, fleksibel, berkembang,

dan muncul dalam proses penelitian. Deskriptif adalah menggambarkan atau

melukiskan. Penelitian kualitatif dilakukan dalam kondisi yang wajar dan data

yang dikumpulkan bersifat kualitatif. Desain deskriptif digunakan dalam

penelitian ini untuk melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik

populasi tertentu atau bidang tertentu. Sehingga peneliti hanya bekerja dengan

informasi-informasi data dan didalam menganalisanya tidak menggunakan

analisa data statistik. Desain deskriptif memiliki tujuan untuk menguraikan

sifat atau karakteristik dari suatu fenomena tertentu. Dalam menggunakan

desain ini, tidak boleh melakukan kesimpulan yang terlalu jauh atas data yang

ada. Oleh karena itu, desain ini pun bertujuan melakukan kajian secara

induktif yang berkaitan erat dengan permasalahan yang hendak dipecahkan

yaitu mengenai kebiasan mengajar seorang guru saat pembelajaran IPS

khususnya keterampilan mengadakan variasi di kelas tinggi.

D. Definisi Operasional Variabel

Pada dasarnya guru mengajar memilih kebiasaan masing-masing

dalam mengaplikasikannya, kebiasaan mengajar merupakan kegiatan atau

perilaku lazim dan sering dilakukan oleh guru tersebut saat melaksanakan

(23)

seorang guru tersebut. Untuk mengetahui kebiasaan mengajar guru khususnya

keterampilan mengadakan variasi dalam pembelajaran IPS di SDN Sirnasari di

kelas tinggi, digunakan instrumen penelitian berupa lembar observasi,

wawancara, dan dokumentasi tentang kebiasaan mengajar guru khususnya

kebiasaan mengadakan variasi dalam pembelajaran IPS di kelas tinggi.

1. Pengertian Kebiasaan

Pada dasarnya guru mengajar memilih kebiasaan masing-masing

dalam mengaplikasikannya. Kebiasaan adalah pola perilaku yang

diperoleh melalui pengulangan sepanjang kehidupan seseorang.

2. Pengertian Belajar, Mengajar dan Pembelajaran

a. Pengertian Belajar

Belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan

dengan tujuan dan bahan acuaninteraksi, baik yang bersifat eksplisit

maupun implisit (tersembunyi). Menurut Hernawan, dkk dalam bukunya Belajar dan Pembelajaran SD (2007:2) “Belajar adalah proses perubahan perilaku, dimana perubahan perilaku tersebut dilakukan

secara sadar dan bersifat menetap, perubahan perilaku tersebut meliputi perubahan dalam hal kognitif, afektif, dan psikomotor”. b. Pengertian Mengajar

“Mengajar adalah mengorganisasikan aktivitas siswa dalam arti yang luas” (Sagala, 2003:61). Mengajar adalah suatu aktivitas yang tersistem dari sebuah lingkungan yang terdiri dari pendidikan dan

peserta didik untuk saling berinteraksi dalam melakukan suatu

kegiatan sehingga terjadi proses belajar dan tujuan pengajaran tercapai.

c. Pengertian Pembelajaran

“Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses komunikasi transaksional antara guru dan siswa dimana proses tersebut bersifat

timbal balik, proses transaksional juga terjadi antara siswa dengan

siswa”. (Hernawan, dkk 2007:3). Pembelajaran ialah membelajarkan

siswa menggunakan asa pendidikan maupun teori belajar merupakan

(24)

3. Pembelajaran IPS

Menurut Sapriya, dkk dalam bukunya yang berjudul Konsep Dasar IPS ”merupakan gabungan dari sejumlah mata pelajaran atau didiplin ilmu”. Sedangkan menurut Kurikulum SD 2004, ‘Pengetahuan sosial merupakan mata pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta,

konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial dan

kewarganegaraan’ (Tim Dosen Pengajar IPS 2011:11).

4. Pengertian Guru

Guru adalah sebagai pendidik dan pengajar anak, guru diibaratkan

seperti ibu kedua yang mengajarkan berbagai macam hal yang baru

dan sebagai fasilitator anak supaya dapat belajar dan mengembangkan

potensi dasar dan kemampuannya secara optimal,hanya saja ruang

lingkupnya guru berbeda, guru mendidik dan mengajar di sekolah negeri

ataupun swasta.

5. Keterampilan Mengadakan Variasi

“Keterampilan mengadakan variasi adalah keterampilan dalam membuat perubahan-perubahan cara (inovasi) dalam kegiatan proses pembelajaran” (Hernawan, dan dkk. 2007:121).

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk

mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Dalam kualitatif yang

menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri, namun

selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka kemungkinan akan

dikembangkan instrumen penelitian sederhana, yang diharapkan data

melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah ditemukan

melalui observasi dan wawancara. Sehubungan dengan hal tersebut, Moleong

(2007:169-172) mengemukakan peneliti sebagai instrumen memiliki beberapa

kelebihan, antara lain :

(25)

2. Dapat menyesuaikan diri dengan keadaan dan situasi lapangan penelitian terutama jika ada kenyataan ganda.

3. Mampu melihat persoalan dalam suatu keutuhan dalam konteks suasana, keadaan, dan perasaan.

4. Mampu memproses data secepatnya setelah diperolehnya, menyusunnya kembali, mengubah arah inkuiri, merubah hipotesis sewaktu berada di lapangan, dan mengetes hipotesis tersebut pada responden.

Sugiyono, (2012:60) mengemukakan bahwa “rancangan penelitian

masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti memasuki

objek penelitian”. Ketika melakukan penelitian, peneliti sebagai intrumen

utama dibantu oleh intrumen lain yakni pedoman wawancara dan lembar

observasi dan dokumentasi. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis

observasi non partisipasi, yaitu dalam observasi ini pengobservasi tidak ikut

terlibat dalam kegiatan yang diobservasi dan hanya sebagai pengamat

independen. Wawancara yang dilakukan yaitu dengan cara wawancara tertulis

kepada responden untuk dijawab. Dan dokumentasi yang digunakan dalam

penelitian ini adalah berupa foto tentang kebiasaan mengajar guru. Penelitian

kualitatif menggunakan istilah yang berbeda dengan penelitian kuantitatif

dalam pengujian keabsahan data. Berbeda dengan istilah dalam penelitian

kualitatif, seperti yang diungkapkan oleh Sugiyono (2009: 366), “Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif ini terdiri dari uji credibility,

dependability, dan confirmability”. Untuk mengetahui nilai kebenaran data

dalam penelitian kualitatif maka dilakukan uji kredibilitas (credibility). Ada

beberapa cara yang digunakan untuk menguji kredibilitas data pada penelitian

(26)

Gambar 3.1

Macam-macam cara uji kredibilitas data dalam penelitian kualitatif

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan Triangulasi, member check,

dan diskusi dengan teman. Triangulasi yaitu gabungan dari Observasi,

Wawancara, dan Dokumentasi. Member check adalah pengecekan data yang

diperoleh peneliti kepada pemberi data (Sugiyono, 2009: 375). Tujuan

member check adalah mengetahui seberapa jauh kesesuaian data yang

ditemukan peneliti dengan apa yang diberikan oleh sampel sumber data.

Sedangkan diskusi dengan teman merupakan sarana yang sangat penting yang

mempunyai fungsi seperti halnya kita bisa mendapatkan informasi dan

pengetahuan baru, saling bertukar pikiran, dan juga saling mengisi,

mengoreksi serta saling memotivasi.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat

digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Ridwan (2009:69)

menjelaskan: “metode pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang

Uji Kredibilitas

Perpanjangan Pengamatan

Penigkatan Ketekunan

Triangulasi

Diskusi

dengan Teman

Analisis Kasus Negatif

(27)

Macam-macam teknik pengumpulan data

Observasi

Wawancara

Dokumentasi

Triangulasi/Gabungan

dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data”. Teknik

pengumpulan data dalam penelitian kualitatif ini adalah observasi, wawancara,

dan dokumentasi dan juga gabungan ketiganya atau triangulasi.

Gambar 3.2

Macam-macam Teknik Pengumpulan Data

Data kemudian dikelompokkan menjadi data primer dan data sekunder. Data

primer berasal dari hasil observasi dan wawancara guru, sedangkan data sekunder

didapat dari studi dokumentasi.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan tiga instrumen penelitian,

diantaranya observasi, wawancara, dan dokumentasi.

1. Observasi

Mengutip pendapat Sutrisno Hadi dari buku yang ditulis Sugiyono

(2007:310) mengemukakan bahwa “observasi merupakan suatu proses

yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis

dan psikilogis”. Sedangkan menurut Mulyatiningsih, (2012:26) “Observasi merupakan metode pengumpulan data melalui pengamatan dan pencatatan perilaku subjek penelitian yang dilakukan secara sistematik”. Alat yang digunakan dalam observasi dapat berupa lembar pengamatan atau check

list. Observasi digunakan karena banyak kejadian penting yang hanya

dapat diperoleh melalui observasi. Observasi memiliki beberapa

(28)

diselidiki dengan observasi, hasilnya lebih akurat dan tidak dapat

disangkal” (Mulyatiningsih, 2012:27). Terdapat dua macam observasi, yaitu observasi partisipan dan observasi non partisipan. Observasi

partisipan adalah dalam observasi ini peneliti terlibat langsung dengan

kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan

sebagai sumber data penelitian. Sedangkan observasi non partisipan adalah

dalam observasi ini pengobservasi tidak ikut terlibat dalam kegiatan yang

diobservasi dan hanya sebagai pengamat independen. Yang digunakan

dalam penelitian ini adalah observasi non partisipan, yang peneliti tidak

ikut terlibat dalam kegiatan yang sedang diteliti. Peneliti hanya mengamati

dan memperhatikan objek yang ditelitinya. Adapun gambaran lembar

observasi yang akan digunakan adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3

Lembar observasi keterampilan mengadakan variasi

LEMBAR OBSERVASI KETERAMPILAN MENGADAKAN VARIASI PADA

PEMBELAJARAN IPS

Nama Pengajar : ……… Hari/Tanggal : ……… NIP : ……… Kelas : ……… Topik : ………

Komentar

Variasi dalam gaya mengajar guru

1. Suara

Guru member variasi dalam

nada suara, volume suara,

kecepatan bicara

2. Mimik dan gerak

Guru mengadakan perubahan

mimic dan gerak (tangan dan

badan) untuk memperjelas

penyajiaannya

3. Kesenyapan

(29)

memberikan waktu senyap atau

hening dalam pembicaraannya

4. Kontak pandang

Guru melayangkan pandang dan

melakukan kontak pandang

dengan siswanya

5. Perubahan posisi

Guru bergerak di dalam kelas

untuk maksud yang

berbeda-beda

6. Memusatkan

Guru memberikan tekanan pada

butir-butir yang penting dari

penyajiannya dengan

menggunakan bahasa lisan

(seperti “dengar baik-baik”,

“perhatikan ini”, dll.) dan isyarat

yang cocok (seperti mengangkat

tangan atau menunjuk dengan

jari)

Variasi penggunaan media dan alat

bantu pengajaran

7. Variasi Visual

Guru menggunakan alat bantu

yang dapat dilihat (menulis di

papan tulis, menunujukan

gambar atau benda, dsb.)

8. Variasi Aural

Guru menggunakan berbagai

suara langsung atau rekaman

dalam pengajarannya

9. Variasi alat bantu yang dapat

dipegang dan manipulasi

Guru memberikan kesempatan

kepada siswa memegang atau

memanipulasi benda-benda atau

alat bantu pegajaran

Variasi pola interaksi dan kegiatan

(30)

10. Guru memperkenalkan

perubahan dalam pola interaksi

antara dia dengan siswa dan juga

menganekaragamkan kegiatan

belajar siswa yang terlibat

2. Wawancara

“Wawancara merupakan sebuah percakapan antara dua orang atau lebih, yang pertanyaannya diajukan oleh peneliti kepada subjek atau sekelompok subjek penelitian untuk dijawab” (Danim, 2002:130). Menurut Esterberg dalam Sugiyono (2012) “wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya

jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu”. Wawancara digunakan sebagai instrumen penelitian apabila ingin

melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus

diteliti dari responden yang lebih mendalam. Data hasil wawancara

tersebut sebagian digunakan untuk pembahasan hasil penelitian.

Wawancara juga sering digunakan untuk melengkapi data hasil observasi.

Mulyatiningsih (2012:32) wawancara memiliki beberapa keunggulan, yaitu “peneliti dapat memperoleh informasi yang luas dan mendalam tentang sikap, pikiran, harapan, dan perasaan responden yang ingin diketahuinya”. Wawancara merupakan metode pengumpulan data utama dalam penelitian kualitatif. Untuk menambah keabsahan data hasil

wawancara dapat dilakukan triangulasi, yaitu melakukan cross check

dengan mewawancarai narasumber lain yang memiliki kedekatan

hubungan dengan subjek penelitian.

Wawancara yang dilakukan yaitu dengan cara wawancara tertulis

kepada responden untuk dijawab. Pada penelitian ini peneliti melakukan

wawancara kepada Guru-guru yang mengajar di kelas tinggi dan kepala

sekolah. Pada penelitian ini wawancara digunakan sebagai alat pengumpul

data untuk memperoleh data dari responden mengenai bagaimana

(31)
[image:31.595.118.505.137.773.2]

Tabel 3.4

Transkrip wawancara dengan Kepala Sekolah

TRANSKRIP WAWANCARA

Objek tujuan : Kepala Sekolah

Nama :

NIP :

Hari dan Tanggal :

Tempat :

Pewawancara :

Item Pertanyaan

1. Bagaimana kondisi sekolah SDN Sirnasari?

2. Berapa jumlah tenaga pengajar disini?

3. Berapa jumlah siswa ditahun ini dan bagaimana cara pengelolaan siswanya?

4. Bagaimana kegiatan pembelajaran disini?

5. Bagaimana hubungan sekolah dengan masyarakat sekitar?

6. Bagaimana keadaan sarana prasarana dan fasilitas sekolah yang mendukung

dalam kegiatan pembelajaran?

7. Bagaimana pengelolaan kurikulum di SDN Sirnasari?

8. Bagaimana cara pengelolaan siswa di SDN Sirnasari ini?

9. Berapa alokasi waktu untuk pembelajarn IPS di SDN Sirnasari?

10. Apakah alokasi waktu tersebut sudah cukup untuk menyampaikan target

materi?

11. Apakah semua guru disini menguasai keterampilan dasar mengajar?

12. Apakah semua guru disini menguasai keterampilan mengadakan variasi?

13. Apakah guru di SDN Sirnasari selalu menggunakan keterampilan

mengadakan variasi saat KBM berlangsung?

14. Keterampilan variasi apa saja yang sering digunakan oleh guru di SDN

Sirnasari?

15. Menurut Ibu apa tujuan dari mengadakan variasi dalam pembelajaran

khususnya pembelajaran IPS?

16. Metode dan strategi apa saja yang selalu digunakan para guru dalam

menyampaikan materi kepada siswa?

17. Media apa saja yang selalu digunakan disini?

(32)
[image:32.595.118.509.193.764.2]

Tabel 3.5

Transkrip wawancara dengan guru kleas tinggi

TRANSKRIP WAWANCARA DENGAN GURU DI KELAS TINGGI

Objek tujuan : Guru Kelas …..

Nama :

NIP :

Hari dan Tanggal :

Tempat :

Pewawancara :

Item Pertanyaan

1. Bagaimana kegiatan pembelajaran IPS di SDN Sirnasari ini?

2. Sudah cukupkah fasilitas dan alat peraga disini dalam mendukung

pembelajaran terutama pada pembelajaran IPS?

3. Bagaimana pengembangan kurikulum dan program mengajar di kelas

khususnya pada pembelajaran IPS?

4. Berapa alokasi waktu untuk pembelajarn IPS di SDN Sirnasari?

5. Apakah alokasi waktu tersebut sudah cukup untuk menyampaikan target

materi?

6. Metode dan media apa saja yang selalu digunakan dalam menyampaikan

materi kepada siswa?

7. Apakah Bapak/Ibu mengetahui keterampilan dasar mengajar khususnya

keterampilan mengadakan variasi?

8. Apakah Bapak/Ibu selalu menggunakan keterampilan mengadakan variasi

saat KBM berlangsung, khususnya pada pembelajaran IPS?

9. Keterampilan variasi apa saja yang sering Bapak/Ibu gunakan dalam

mengajar?

10. Menurut Bapak/Ibu apa tujuan dari mengadakan keterampilan variasi dalam

pembelajaran khususnya pembelajaran IPS?

11. Apakah Bapak/Ibu selalu melakukan evaluasi setelah pembelajaran IPS

selesai?

12. Bagaimana upaya Bapak/Ibu dalam memahami siswa?

(33)

Lanjutan dari tabel 3.5

14. Adakah kendala yang Bapak/Ibu hadapi dalam mengajar IPS dengan

menggunakan keterampilan mengadakan variasi?

15. Bagaimana tanggapan Bapak/Ibu atas kendala atau kesulitan tersebut?

16. Menurut Bapak/Ibu sudah cukupkah materi pembelajaran IPS yang ada

dalam buku paket yang Bapak/Ibu gunakan?

3. Dokumentasi

“Dokumentasi adalah kegiatan khusus berupa pengumpulan, pengolahan,

penyimpanan, penemuan kembali, dan penyebaran dokumen yang dapat

dipakai sebagai bukti atau keterangan”. (wawan

-junaedi.blogspot.com/2011/12/pengertian-dokumentasi.html). Penggunaan

studi dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode

observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Adapun alat-alat

yang akan digunakan dalam studi dokumentasi diantaranya yaitu berupa

[image:33.595.115.513.115.633.2]

tulisan/dokumen dari sekolah, kamera digital sebagai dokumen berupa

gambar. Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa

foto tentang kebiasaan mengajar guru. Fotografi mempunyai nilai cukup

tinggi dan tautan yang kuat dengan penelitian kualitatif sebab fotografi

memuat data deskriptif yang dapat digunakan untuk memahami subjek

melalui proses analisis secara deduktif.

G. Teknik Analisis Data

Menurut Patton dalam Lexy dalam Mulyatiningsih (2012:43) “analisis data dalam kualitatif adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian”. Data kualitatif berupa sekumpulan hasil wawancara, obervasi atau pengamatan, dan

dokumentasi. Menurut Sugiyono (2009:245), “analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan,

dan setelah selesai di lapangan”. Pernyataan itu menunjukkan Penelitian

(34)

analisis data dengan mengadakan interpretasi untuk memecahkan masalah

yang dihadapi.

Tahapan-tahapan dalam aktivitas analisis data meliputi:

1) Data reduction (reduksi data),

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

menfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. “Reduksi

merupakan proses berfikir sensitif yang memerlukan kecerdasan dan keluasan

dan kedalaman wawasan yang tinggi” (Sugiyono, 2012:92).

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari data penelitian di lapangan. Mereduksi data berarti merangkum,

memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari

tema dan polanya. Pada penelitian ini. setelah data terkumpul maka akan

dilakukan tahap reduksi yaitu memilih data pokok dan memisahkan dengan

data-data yang kurang penting untuk penelitian. Dengan demikian, data yang

telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan

mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.

2) Data display (penyajian data)

Setelah data direduksi langkah selanjutnya adalah penyajian data.

Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan uraian singkat dalam

menyajikan data yang telah diperoleh, sehingga didapat gambaran yang mudah

dipahami dari data yang telah terkumpul. Dengan mendisplaykan data maka

akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja

selanjutnya bertdasarkan apa yang telah dipahami. Dalam penelitian kualitatif,

penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan

antar kategori, flowchart dan sejenisnya (Sugiono, 2012: 249).

3) Conclusion drawing (penarikan kesimpulan).

Menarik kesimpulan merupakan langkah terakhir dalam analisis data. Hal ini

(35)

Dengan adanya langkah ini maka data yang sudah dikumpulkan melalui

bukti-bukti yang kuat akan semakin jelas dan dapat mendukung pada tahap

pengumpulan data berikutnya.

H. Hasil Analisis data

Data yang diperoleh dari hasil analisis kemudian akan diolah terlebih

dahulu dengan mendeskripsikan data sekunder dan data primer. Pertama-tama

data akan diklasifikasikan, diverifikasi, diinterpretasi, lalu dianalisis sehingga

diperoleh kesimpulan yang sistematis mengenai kebiasaan cara mengajar guru

pada pembelajaran IPS di Sekolah Dasar khususnya pada keterampilan

mengadakan variasi di kelas tinggi di SDN Sirnasari Kecamatan Sariwangi

(36)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan rumusan masalah penelitian yang penulis angkat dan

pembahasan hasil penelitian, maka kesimpulan tentang penggunaan

keterampilan dasar mengajar bervariasi dalam pembelajaran IPS khususnya di

kelas tinggi di SDN Sirnasari Kecamatan Sariwangi Kabupaten Tasikmalaya

adalah sebagai berikut:

1. Penguasaan 8 keterampilan dasar mengajar di SDN Sirnasari cukup

dikuasi oleh para guru-gurunya khususnya keterampilan mengadakan

variasi. Para guru di SDN Sirnasari khusunya yang mengajar di kelas

tinggi selalu menggunakan keterampilan dasar mengajar bervariasi dalam

pembelajarannya khususnya pada pembelajaran IPS. Penggunaan

keterampilan mengadakan variasi dalam setiap pembelajaran merupakan

kegiatan guru dalam kontek proses interaksi belajar mengajar yang

bertujuan untuk mengatasi kebosanan dan kejenuhan siswa belajar dan

menerima materi dari gurunya, sehingga dalam situasi belajar mengajar

siswa senantiasa menunjukan ketekunan, antusiasme, meningkatkan minat

dan keingintahuan siswa.

2. Cara pemberian keterampilan mengadakan variasi adalah dengan

memperhatikan, memahami, dan melaksanakan 10 komponen yang

terkadung didalamnya. Hampir semua komponen yang ada didalam

keterampilan variasai dilaksanakan dengan baik, diantaranya penggunaan

variasi suara, mimik dan gerak, kesenyapan, kontak pandang, perubahan

posisi, memusatkan atau pemusatan perhatian, variasi visual, variasi aural,

variasi alat bantu yang dapat dipegang, dan variasi pola interaksi dan

kegiatan siswa. Tetapi pada variasi penggunaan media dan alat peraga

kurang dilaksanakan. Dikarenakan rasa malas guru dalam membuat media

(37)

hanya ada di sekolah saja. Jika tidak ada, pembelajaran pun dilaksanakan

tanpa menggunakan media dan alat peraga.

3. Terdapat beberapa faktor penghambat yang menjadi kendala pada

pembelajaran IPS dengan menggunakan keterampilan mengadakan variasi,

diantaranya mood guru yang sedang tidak baik dan kondisi guru yang tidak

baik juga dalam melaksanakan keterampilan variasi. Keterampilan

mengadakan variasi memerlukan alokasi waktu yang lama karena banyak

terdapat komponen-komponen yang harus dilaksanakan, sedangkan jika

dilihar dari alokasi waktu pembelajaran IPS sangat sebentar sekali.

Penggunaan variasi pada penggunaan media dan alat bantu pengajaran

juga terhambat dikarenakan rasa malas guru dalam membuat media

pembelajaran. Buku-buku yang tidak bervariatif juga sangat menghambat

terhadap proses belajar mengajar. Pada saat pembelajaran, guru hanya

menggunakan satu buku pelajaran saja. Ini berakibat kurang bervariatifnya

pengetahuan yang diterima siswa.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dikemukakan

di atas, maka saran yang ingin penulis sampaikan adalah sebagai berikut:

1. Hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan keterampilan dasar

mengajar bervariasi dalam pembelajaran IPS di kelas tinggi di SDN

Sirnasari Kecamatan Sariwangi Kabupaten Tasikmalaya terkategori baik.

Keterampilan mengajar cukup dikuasi oleh guru-guru di SDN Sirnasari.

Pengguanaan keterampilan mengadakan variasi merupakan jenis

keterampilan yang bertujuan menghilangkan rasa kebosanan dan

kejenuhan siswa saat pembelajaran berlangsung.

2. Untuk mengatasi situasi yang membosankan dalam pembelajaran di

sekolah, penggunaan keterampian mengadakan variasi merupakan solusi

yang paling tepat. Penggunaan variasi suara, mimik dan gerak,

kesenyapan, kontak pandang, perubahan posisi, memusatkan atau

(38)

dapat dipegang, dan variasi pola interaksi dan kegiatan siswa merupakan

komponen yang harus dikuasi oleh seorang guru guna menciptakan situasi

belajar yang baru, inovatif, menyenangkan, dan berkualitas.

3. Guru dan kepala sekolah sebagai komponen pendidikan dituntut untuk

memiliki pemahaman yang utuh tentang 8 pokok

keterampilan-keterampilan dasar dalam mengajar. Karena dengan menguasai

keterampilan-keterampilan dasar dalam mengajar, tujuan pendidikan yang

diharapkan akan tercapai dengan baik.

4. Karena keterbatasan penelitian dan mengingat dalam penelitian ini masih

jauh untuk dikatakan sempurna, maka penulis mengharapkan dari

peneliti-peneliti berikutnya untuk dapat melengkapi pembahasan melalui peneliti-penelitian

terhadap aspek-aspek yang tidak terjangkau oleh peneliti ini, yang lebih

mendalam dan akurat sehingga keseluruhan hasil pembahasan dapat

dijadikan sebagai pedoman umum dalam melaksanakan kegiatan

(39)

DAFTAR PUSTAKA

Alinawati, Muthia. (2012). Tujuan sebagai Komponen Pertama dalam Proses

Pembelajaran. [Online]. Tersedia:

(http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR_KURIKULUM_DAN_TEK._PE

NDIDIKAN/195806191986012-MUTHIA_ALINAWATI/TUJUAN_SEBAGAI_KOMPONEN_PERAM A_DALAM_PROSES_PEMBELAJARAN.pdf) [2 April 2013].

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Atmodjo, Juwono Tri. (2007). Metode Penelitian Kualitatif 1 : Pengertian dan

Unsur-unsur Penelitian Kualitatif. [Online]. Tersedia: (http://pksm.marcubuana.ac.id/new/elearning/files_modul/42019-9-796929637994.pdf) [15 April 2013].

Danim, Sudarwan. (2002). Menjadi Peneliti Kualitatif. Bengkulu: CV. Pustaka Setia.

Djamarah, Syaiful Bahri. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Fatimah, E. T. (2011). Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a

Match Untuk Mningkatkan Motivasi Belajar Siswa dalam Pembelajaran Matematik. Skripsi S1 PGSD UPI Kampus Tasikmalaya: tidak di

Terbitkan.

Junaedi, Wawan. (2011). Pengertian Dokumentasi. [Online]. Tersedia: (wawan-junaedi.blogspot.com/2011/12/pengertian-dokumentasi.html). [2 April 2013].

Hasibuan, J.J. dan Moedjiono. (1999). Proses Belajar Mengajar. Malang: PT Remaja Rosdakarya.

Hernawan, Asep Herry, dkk. (2007). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: UPI PRESS.

Ichal, Faisal. (2002). Pengertian Belajar & Pengertian Pembelajaran. [Online]. Tersedia: (http://Ichaledutech.blogspot.com/2013/03/pengertian-belajar-pengertian.html). [23 April 2013]

Kartono, Kartini. (1990). Pengantar Metodologi Riset Sosial. Bandung: Mandar Maju.

(40)

Muhibbin, Syah. (2000). Psikologi Pendidikan dengan Suatu Pendekatan baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Mulyatiningsih, Endang. (2011). Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Mulyasa, E. (2007). Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran

Kreatif dan Menyenangkan. Bandung : Rosdakarya.

Nasution, S. (2010). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Bandung: Bumi Aksara.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Patrilima, Hamid. (2007). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Ridwan. (2009). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan dan Peneliti

Pemula. Bandung: Alfabeta.

Sabeni, Mohammad. (2008). Keterampilan Mengadakan Variasi Gaya Mengajar.

[Online]. Tersedia:

(http://www.ahmadzainuddin.com/netbookislami/?id=sabeni). [26 Mei 2013].

Sagala, Syaiful. (2003). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Sapriya. (2007). Konsep Dasar IPS. Bandung: CV. Yasindo Multi Aspek.

Sugandi, Acmad, dkk. (2000). Belajar dan Pembelajaran. [Online]. Tersedia:

(http://Ichaledutech.blogspot.com/2013/03/pengertian-belajar-pengertian.html). [23 April 2013]

Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suhaedan, D. (2006). Supervisi Bantuan Profesional (Layanan dalam

Meningkatkan Mutu Pembelajaran di Era Otonomi Daerah. Bandung:

(41)

Soemarjadi. (1991). Pengertian Keterampilan. [Online]. Tersedia:

(http://cumanulisaja.blogspot.com/2012/09/pengertian-keterampilan.html). [25 Juni 2013].

Syaripudin, Tatang. (2010). Landasan Pendidikan. Bandung: Percikan Ilmu.

Tabunan, Raymond. (2009). Metode Kualitatif. [Online]. Tersedia: (http://konselingcenter.co.cc/konvertpdf.php?id=70). [15 April 2013].

Tim Dosen Pengajar IPS. (2011). Bahan Ajar Pendidikan IPS Sekolah Dasar. Tasikmalaya: UPI Kampus Tasikmalaya.

Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan

Nasional. Jakarta : Depdiknas.

Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar. (2009). Metodologi Penelitian

Gambar

Tabel 3.1 Scope penelitian kualitatif
Tabel 3.2 Nama-nama guru yang mengajar dikelas tinggi (4,5,6) di SDN
Gambar 3.1  Macam-macam cara uji kredibilitas data dalam penelitian kualitatif
Gambar 3.2   Macam-macam Teknik Pengumpulan Data
+6

Referensi

Dokumen terkait

Peneliti menginginkan pendapat anda mengenai “ PENGARUH KOMPENSASI FINANSIAL, GAYA KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI TERHADAP KINERJA.. KARYAWAN

Program bimbingan pribadi sosial berdasarkan profil perilaku asertif peserta didik dapat menjadikan berperilaku asertif sebagai perilaku yang diterapkan sehari-hari

[r]

Tugas kader pada saat hari buka saja (5 meja). Merencanakan kegiatan, melakukan komunikasi, menggerakkan masyarakat, memberikan pelayanan, melakukan pencatatan, melakukan

Persepsi Siswa Terhadap Prosedur Pembelajaran Yang Digunakan Guru PAI Hubungannya Dengan Motivasi Belajar Mereka Pada Bidang Studi PAI.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Sebagai tindak lanjut dari Surat Penunjukan Penyedia Barang/lasa (SPPBI) ini Saudara diharuskan untuk menyerahkan Jaminan Pelaksanaan dan menandatangani Surat

Pada Hari ini Senin tanggal Lima Belas Bulan Oktober Tahun Dua Ribu Dua Belas, Kami Panitia Pengadaan Barang dan Jasa Dinas Kesehatan Kab.Nunukan sesuai jadwal yang ada pada Sistem

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (1) apakah kemampuan membaca novel dan hikayat siswa dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran kooperatif dengan teknik