• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL KONDISI ATLET ANGGAR KADET DAN JUNIOR DALAM PEMBINAAN PRESTASI TEAM JAWA BARAT.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROFIL KONDISI ATLET ANGGAR KADET DAN JUNIOR DALAM PEMBINAAN PRESTASI TEAM JAWA BARAT."

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

PROFIL KONDISI FISIK ATLET ANGGAR KADET DAN JUNIOR DALAM PEMBINAAN PRESTASI TEAM JAWA BARAT

(Studi Deskriptif pada Atlet Anggar Jawa Barat)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Prodi Pendidikan Kepelatihan Olahraga

Oleh Idon Jaya Wiguna

050621

PRODI PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

(2)

Halaman Hak Cipta untuk Mahasiswa S1

Profil Kondisi Fisik Atlet Anggar

Kadet dan Junior dalam Pembinaan

Prestasi Team Jawa Barat

Oleh Idon Jaya Wiguna

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

© Idon Jaya Wiguna 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Nama : IDON JAYA WIGUNA NIM : 050621

Jurusan : Pendidikan Kepelatihan Olahraga

Judul :PROFIL KONDISI FISIK ATLET ANGGAR KADET DAN JUNIOR DALAM PEMBINAAN PRESTASI TEAM JAWA

BARAT.

Disetujui dan disahkan oleh : Pembimbing I

(Drs. H. Hadi Sartono, M.Pd.) NIP. 196001131987031002

Pembimbing II

( Alen Rismayadi, M.Pd.) NIP. 197612282008121002

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga

(4)

ABSTRAK

PROFIL KONDISI ATLET ANGGAR KADET DAN JUNIOR DALAM PEMBINAAN PRESTASI TEAM JAWA BARAT

Pembimbing : 1. Drs. H. HadiSartono, M. Pd 2. AlenRismayadi, M.Pd

*Idon Jaya Wiguna

Dalam latar belakang permasalahan, peneliti ingin mengetahui bagaimanakah profil kondisi fisik atlet anggar kadet dan junior dalam pembinaan prestasi team Jawa Barat.

Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan teknik purposive sampel.Sample atle tanggar kadet dan junior sebanyak 20 atlet yang terdiri dari 10 atlet putra dan 10 atlet putri. Pengambilan data dilakukan dengan metode observasi atau pengamatan menggunakan instrument tes yang sesuai dengan karakteristik cabang olahraga anggar.

Data atlet putra rata-rata skor 6.85 dan nilai simpangan baku 0.72 dangan baran kondisi fisik atlet putra secara maksimum 90% pada kategori baik dan 10% pada kategori baik sekali. Data dari kondisi fisik atlet putri rata-rata skor 6.39 dan nilai simpangan baku 0.91, gambaran kondisi fisik atlet putrid secara maksimum tersebut 60% pada kategori baik, 10% atlet putri pada kategori baik sekali, dan 30% pada kategori cukup.

Kesimpulannya di tinjau dari keseluruhan item tes maka yang paling dominan atlet putra pada kategori baik dan atlet putri berada pada kategori baik pula, jika di tinjau dari nilai kondisi fisik secara individual atlet putra dan atlet putri kategori kondisi fisiknya dominan berada pada kategori kondisi fisik baik.

(5)

ABSTRAK

PROFIL KONDISI ATLET ANGGAR KADET DAN JUNIOR DALAM PEMBINAAN PRESTASI TEAM JAWA BARAT

Pembimbing : 1. Drs. H. HadiSartono, M. Pd 2. AlenRismayadi, M.Pd

*Idon Jaya Wiguna

In the background of the problem, the researchers wanted to know how the physical condition of the athlete profiles cadet and junior fencing in West Java development team achievement.

The method used is descriptive method with purposive sampel.Sample Atle tanggar cadet and junior athletes as much as 20 athletes comprising 10 men and 10 women athletes. Data were collected by observation method using a test instrument in accordance with the characteristics of the sport of fencing.

Data son athletes average score of 6.85 and standard deviation value of 0.72 Dangan barrage physical condition of the athlete's son is a maximum of 90% in both categories, and 10% in the excellent category. Data from the physical condition of women athletes average score of 6.39 and the standard deviation value of 0.91, the image of the physical condition of the athlete's maximum putrid 60% in both categories, 10% of both women athletes in all categories, and 30% in the category of pretty.

The conclusion in the review of all the test items most dominant athlete in the category of good men and women athletes in the category well too, if in the review of the value of the physical condition of individual men and women athletes athlete category dominant physical condition is in good physical condition category.

(6)
(7)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iii

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Batasan Penelitian ... 7

F. Batasan Istilah ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Sejarah Perkembangan Olahraga Anggar ... 9

B. Permainan Olahraga Anggar ... 18

C. Peranan Kondisi Fisik ... 25

(8)

F. Pembinaan Atlet Anggar di Jawa Barat………..54

G. Anggapan Dasar ... 54

BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 57

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 59

C. Alur Penelitian ... 61

D. Instrumen Penelitian ... 62

F. Prosedur Pengelolaan Data ... 71

BAB IV. HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA A. Penyajian Hasil Analisis Data... 76

B. Diskusi Penemuan ... 83

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 86

B. Rekomendasi ... 87

DAFTAR PUSTAKA ... 88

LAMPIRAN ... 90

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Olahraga merupakan salah satu kegiatan jasmani yang terdapat di dalam permainan, perlombaan, dan kegiatan intensif dalam rangka memperoleh kemenangan dan prestasi yang maksimal. Pembinaan dan olahraga prestasi adalah bagian upaya peningkatan kualitas manusia yang ada di Indonesia, salah satu cara untuk meningkatkan olahraga prestasi dalam peningkatan kualitas manusia di Indonesia yang harus lebih dulu ditingkatkan adalah meningkatkan kesehatan jasmani, mental, rohani masyarakat, serta ditujukan untuk pembentukan watak dan kepribadian, disiplin dan sportivitas yang tinggi, serta peningkatan prestasi yang dapat membangkitkan rasa percaya diri dan bangga terhadap diri sendiri.

(10)

motivasi tersebut karena tidak percaya diri yang diakibatkan karena didalam dirinya tidak dipersiapkan konsep diri yang baik atau konsep diri positif. Seandainya saja jika seorang atlet dapat mengkonsep dirinya dengan baik atau secara positif maka atlet tersebut akan lebih percaya diri dan termotivasi untuk meraih prestasi yang diinginkan. Tetapi jika sebaliknya, dia mengkonsep dirinya secara negative dan kurang baik dia tidak akan merasa percaya diri setiap kali dia melakukan tindakan atau kegiatan.

Olahraga prestasi berarti olahraga kompetitif yang mempunyai tujuan akhir yaitu untuk mencapai prestasi setinggi-tingginya. Dimana setiap orang dapat menggeluti salah satu cabang olahraga yang dinikmati selanjutnya ditujukan untuk berprestasi baik itu ditingkat daerah, nasional, bahkan sampai ditingkat internasional. Olahraga prestasi menurut Lutan (1991:14) : “ Berdasarkan penekanan tujuannya orang mengenal olahraga

prestasi (olahraga kompetitif) yang menekankan pencapaian prestasi, kemenangan atau keunggulan dalam perlombaan atau pertandingan.

(11)

secara sempurna apabila kondisi fisiknya prima. Selain itu akan menambah kepercayaan diri dan mental atlet ketika menghadapi latihan atau pun suatu pertandingan. “Perfect fitness result in the best psychology

!Why ? Because you have more self-confidence and psychological energy

if psychological factory rely on psysical improvement” (Bompa, 1999:54). Dari pertanyaan tersebut dapat disimpulkan bahwa kondisi fisik merupakan faktor yang penting dalam pencapaian suatu prestasi olahraga.

Seni bela diri Anggar dapat diartikan sebagai permainan beladiri yang menggunakan pedang. Karena sebelum adanya bentuk Anggar seperti sekarang, pedang digunakan pada masa Persia, Yunani, Romawi dan Babilonia. Relief yang terdapat di candi Luxor di Mesir menggambarkan adegan pertandingan Anggar sekitar abad 19 sebelum Masehi, menggunakan pedang sebagai alat. Saat itu, permainan pedang juga sudah menggunakan pelindung muka juga pelindung pada ujung pedang agar tidak mencelakakan orang. Disamping itu, ada seorang yang bertugas mencatat hasil pertandingan yang digambarkan dengan indahnya dalam relief tersebut (vietry3.wordpress.com/2008/12/05/sejarah-anggar/).

(12)

dalam menggunakan pedang merupakan salah satu teknik dalam bermain anggar. Pedang tipis dan tajam adalah senjata yang digunakan dalam bermain anggar. Bangsa Indonesia baru mengenal permainan anggar sejak tahun 1940 yaitu pada waktu jaman penjajahan belanda.

Penyebar anggar di indonesia adalah perwira tentara belanda sehingga tumbuh dan berkembanglah olahraga anggar di Indonesia, para penggemar olahraga anggar bergabung dalam organisasi yaitu Ikatan Pendekar Anggar Indonesia (IPADI). Pada tahun 1953 IPADI menjadi IKASI (Ikatan Anggar Seluruh Indonesia). Diharapkan melalui IKASI bermunculan atlet yang berprestasi yang dapat mengharumkan Indonesia di forum Internasional, termasuk perkembangan olahraga anggar di Indonesia pada saat ini sudah berkembang di daerah Jawa Barat.

Olahraga anggar salah satu cabang olahraga yang dikembangkan dan dibina di Indonesia, pada umumnya olahraga anggar dimainkan oleh putra putri. Dalam olahraga anggar dikenal ada tiga jenis senjata, yaitu

floret (foil), degen (epee), dan sabel (sabre). Setiap senjata memiliki

(13)

karakteristiknya olahraga ini adalah olahraga yang aktif bergerak sehingga menuntut para atlet memiliki kondisi fisik yang benar-benar prima dalam setiap pertandingannya agar setiap melakukan gerakannya yang berulang-ulang dan cepat bisa bergerak dengan efektif tanpa mengalami kelelahan yang berarti. Kondisi fisik terdiri atas beberapa komponen antara lainkekuatan, kecepatan, kelentukan, daya tahan, koordinasi gerak yang baik. Selanjutnya kondisi fisik ini dikembangkan sesuai dengan karakteristik permainan anggar, misalnya power kaki untuk melakukan serangan, kelincahan dan kecepatan pada saat menyerang dan bertahan, koordinasi yang baik untuk melakukan rangkaian gerakan, kekuatan tangan untuk menangkis, daya tahan aerobic dan anaerobic untuk mencegahnya terjadinya kelelahan yang cepat dan berlebihan yang mengakibatkan efek buruk pada pertandingan.

(14)

empat aspek yaitu fisik, teknik, taktik, dan mental diharapakan terjadi perubahan fisik dan psikis. Dalam hal ini Harsono (1998:100) menjelaskan bahwa “ada empat aspek latihan yang diperlukan diperhatikan dan dilatih

secara seksama oleh atlet yaitu latihan fisik, latihan teknik, latihan taktik, dan latihan mental”. Khususnya dikelas kadet dan yunior yang saat ini

sudah mulai terkejar prestasinya oleh propinsi dari daerah-daerah lainnya yang sering menjadi juara umum di nasional.

Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, kiranya peneliti menganggap penting untuk mengangkat masalah ini dalam penelitian dengan harapan penelitian ini dapat bermanfaat bagi team Jawa barat, juga menjadi acuan dalam menghadapi kejuaraan nasional kadet dan junior yang akan datang. Oleh karena itu, penulis ingin meneliti lebih lanjut tentang profil kondisi fisik dalam pembinaan prestasi atlet anggar kadet dan junior, dan mengambil judul “Profil Kondisi Fisik Atlet Anggar Kadet

dan Junior Dalam Pembinaan Prestasi TeamJawa Barat”. B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut: “ Bagaimanakah profil kondisi fisik atlet

anggar kadet dan junior dalam pembinaan prestasi team Jawa Barat ?”. C. Tujuan Penelitian

(15)

junior di Jawa Barat dan untuk mengetahui pembinaan prestasi atlet anggar kadet dan junior di Jawa Barat”.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang penulis paparkan, maka penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi seluruh mahasiswa olahraga khususnya FPOK dan pihak lain yang berkepentingan dalam bidang olahraga anggar di Jawa Barat.

1. Secara teoretis dapat dijadikan sumbangan informasi dan keilmuan yang berarti bagi para pelatih anggar dalam upaya membina dan menambah keilmuan di bidang kepelatihan.

2. Secara praktis dapat menjadi acuan bagi atlet, pelatih, serta pembina anggar dimanapun berada dalam meningkatkan kondisi fisik dalam pembinaan prestasi di Jawa Barat.

3. Dapat dijadikan informasi dan acuan PB. IKASI Jawa Barat untuk memelihara dan meningkatkan kondisi fisik atlet anggar kadet dan yunior dalam pembinaan prestasi di Jawa Barat.

E. Batasan Penelitian

Pembatasan penelitian sangat diperlukan dalam setiap penelitian agar masalah yang diteliti lebih terarah, maka penulis membatasi masalah penelitiannya.

(16)

2. Penelitian ini hanya membahas tentang profil kondisi fisik atlet anggar kadet dan yunior dalam pembinaan prestasi Jawa Barat.

F. Batasan Istilah

Penafsiran seseorang tentang suatu istilah sering berbeda-beda. Untuk menghindari kesalah-pengertian penafsiran istilah dalam penelitian ini, maka penulis menjelaskan istilah-istilah yang tertera pada halaman 8 1. Kondisi fisik. Bompa (1999:54) menjelaskan bahwa, “psysical training is

one of the most, and is some cases the most, important ingredient in

training to achieve high performance”. Persiapan fisik sangat penting

untuk mencapai performa yang tinggi.

2. Olahraga prestasi menurut Lutan (1991:14) : “ Berdasarkan penekanan tujuannya orang mengenal olahraga prestasi (olahraga kompetitif) yang menekankan pencapaian prestasi, kemenangan atau keunggulan dalam perlombaan atau pertandingan.

3. Olahraga anggar menurut Anderson (1970:6). “fencingis essentially an

“open” skill, where the perfection of the technique can be seen as a

means to an end-to defeat an opponent”.Artinya bahwa anggar adalah

suatu keterampilan dimana kesempurnaan dari ilmu pengetahuan tentang teknik dapat dilihat sebagai suatu usaha dalam mengalahkan lawan. 4. Serangan Dalam Anggar adalah ”the offense is the act of attacking the

adversary”. Artinya serangan adalah aksi dari serang musuh. Gaugler

(17)

5. Olahraga Anggar dalam artian global adalah olahraga beladiri yang menggunakan senjata berupa pedang anggar yang dimainkan dengan cara menusuk, memarang, dan menangkis. Teknik dasar olahraga anggar meliputi teknik siap (on guard position) dan bergerak (movement and

(18)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Dalam suatu penelitian diperlukan cara atau langkah-langkah yang dapat memecahkan suatu permasalahan penelitian. Dalam memecahkan masalah tersebut diperlukan metode penelitian sesuai dengan kebutuhan penelitian agar dapat menungkap jawaban yang diinginkan. Metode ini ditujukan untuk mengumpulkan, mengolah, dan menganalisis data penelitian. Cara tersebut disebut dengan metode penelitian. “Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu” (Sugiyono,2012:2).

Jenis-jenis metode penelitian dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuan dan tingkat kealamiahan (natural setting) objek yang diteliti.Berdasarkan tujuan, metode penelitian dapat diklasifikasikan menjadi penelitian dasar (basic research), penelitian terapan (applied

research), dan penelitian pengembangan (research and development).

(19)

Penggunaan metode dalam suatu penelitian disesuaikan dengan masalah dan tujuan.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Surakhmad (2004:139) menjelaskan bahwa “Penyelidikan deskriptif tertuju pada masalah yang ada pada masa

sekarang”.Hal serupa dikemukakan oleh Arikunto (2006:309) bahwa, ”penelitian deskriptif adalah penelitian dengan tujuan untuk

menggambarkan suatu peristiwa pada saat sekarang yang nampak dalam suatu situasi.”

Mengenai langkah pelaksanaan metode deskriptif, Surakhmad (2004:139) mengatakan “...tidak terbatas hanya sampai pada pengumpulan

data, tetapi meliputi analisa dan interpretasi tentang arti data itu”. Data yang diperoleh dari hasil tes masih merupakan data mentah yang harus diolah sehingga data tersebut mempunyai arti. Selanjutnya Surakhmad (2004:140) mengemukakan ciri-ciri metode penelitian deskriptif sebagai berikut:

1. Memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang, pada masalah-masalah yang aktual.

2. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan, dan kemudian dianalisa (karena itu metode ini sering pula disebut metode analitik.

(20)

dengan menggunakan metode penlitian yang tepat diharapkan dapat mencapai tujuan yang diinginkan.Berdasarkan ciri-ciri metode deskriptif tersebut, penulis dapat kemukakan bahwa dalam penelitian ini data yang diperoleh dikumpulkan, disusun, dijelaskan, dan dianalisis.

B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian

Untuk memperoleh pemecahan masalah tentu diperlukan adanya data. Data yang dimaksud diperoleh dari objek penelitian atau populasi yang diselidiki. Populasi dalam suatu penelitian merupakan kumpulan individu atau objek yang mempunyai sifat-sifat umum. Dalam hal ini Arikunto (2006:130) menjelaskan sebagai berikut: “Populasi adalah

keseluruhan dari objek penelitian”. Selanjutnya menurut Lutan dkk

(1991:82) menjelaskan bahwa “...populasi itu adalah sekelompok subjek yang diperlukan oleh peneliti, yaitu kelompok dimana peneliti ingin menggeneralisasikan temuan penelitiannya”.Dari kedua pendapat

diatas di ambil kesimpulan bahwa populasi merupakan subjek/objek penelitian secara umum atau keseluruhan.Berdasarkan pernyataan diatas maka ditetapkan populasi dalam penelitian ini adalah seluruh atlet anggar kadet dan junior team Jawa Barat.

(21)

Sampel merupakan sebagian atau wakil dari populasi sebagai sumber informasi/data. Sampel yang diambil sebagai percobaan harus diperhatikan. Menurut Arikunto (2006:174), dijelaskan “Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti”. Sedangkan menurut

Sugiyono (2012:118) menjelaskan bahwa: “Sampel adalah sebagian dari jumah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Adapun cara-cara pengambilan sampel dalam penelitian yang dikemukakan oleh Sugiyono (2012:119) dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:

Probability Sampling dan Nonprobability. Probability sampling meliputi, simple random, proportionate stratified random, disproportionate stratified random, dan area random. Non-probability sampling meliputi, sampling sistematis, sampling kuota, sampling aksidental, purposive sampling, sampling jenuh,dan snowball sampling.

Seperti dipaparkan di atas, bahwa dalam teknik sampling tersebut tidak memungkinkan unsur lain diluar populasi digunakan sebagai sampel. Sampel sudah ditentukan dimana disesuaikan dengan tujuan penelitian. Oleh karena itu penulis akan menggunakan teknik purposive sampling. Dikemukakan Sugiyono (2012:218), “Purposif

sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu”. Pertimbangan diantaranya kesesuaian karakter sampel

(22)

pencapaian prestasi dinasional berikutnya. Lebih lanjut Sukmadinata (2010:254) menjelaskan, “Pengambilan sampel berdasarkan tujuan

atau purposive sampling, pengambilan sampel disesuaikan dengan tujuan penelitian”. Adapun ciri-ciri khusus sampel purposive menurut

Lincoln dan Guba dalam Sugiyono, (2012;219), yaitu :

1) Emergent sampling desain/sementara, 2) Serial selection of sample unit/menggelinding seperti bola salju (snowball), 3) Continuous adjustment orfocusing of the sample/disesuaikan

dengan kebutuhan, 4) Selection to the point of redundancy/dipilih sampai jenuh.

Dalam penelitian ini, meskipun penelitian berkenaan dengan gambaran kondisi fisik atlet anggar, namun tujuannya lebih diarahkan pada gambaran kondisi fisik atlet anggar kadet dan junior maka sampelnya difokuskan pada atlet anggar kadet dan junior team Jawa Barat yang pengambilan sampel secara purposive dikarenakan sampel bisa dijadikan gambaran maupun acuan untuk pencapaian prestasi di nasional berikutnya. 3. Alur Penelitian

(23)

desain penelitian yang digunakan adalah seperti yang tertera pada halaman 62

OBSERVASI

DATA POPULASI DAN TES KONDISI FISIK

(24)

Gambar 3.1 Desain Penelitian

4. Instrumen Penelitian

Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, sehingga dibutuhkan alat ukur yang baik. Instrumen merupakan suatu alat yang diperlukan dalam suatu penelitian. Seperti yang dikemukakan Sugiyono (2012:102), “instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan

mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati”. Alat ini merupakan agar dapat data yang dapat digunakan pada suatu penelitian, dalam penelitian ini penulis menggunakan instrument dengan metode observasi.

“Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan data dengan jalan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung” (Sukmadinata,2010:220). Penulis melakukan data

dengan cara mengamati kegiatan yang berlangsung. Kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan pengukuran yang dilakukan dengan cara tes. Arikunto dalam Nurhasan dan Cholil (2007:3), “tes adalah merupakan

(25)

sesuatu dalam suasana dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan”. Hasil dari tes tersebut berupa tes kondisi fisik.Tes ini

mengacu pada jenis tes fisik secara umum yang diperlukan pada cabang olahraga anggar. Terdapat beberapa factor yang penting untuk mengukur tes kondisi fisik secara umum pada cabang olahraga anggar, kekuatan power otot lengan dan tungkai kaki, daya tahan otot lokal lengan, otot local tungkai kaki, dan otot local perut, kemampuan anaerobic dan aerobic, serta kemampuan teknik. Dari beberapa factor kondisi fisik secara umum tersebut akan mempengaruhi hasil dan prestasi olahraga anggar khususnya di Jawa Barat, adapun klasifikasi tes kondisi fisik secara umum yang peneliti gunakan dan penjelasan dari instrumen-instrumen tersebut adalah seperti yang tertera pada halaman 64

1. Kekuatan

a. Power otot lengan

1) Two hand medicine ball put

a) Tujuan :

Tes ini bertujuan untuk mengetahui dan mengukur kekuatan otot lengan dan bahu.

b) Alat/fasilitas

(26)

II. Bola medicine III.Meteran

IV.Kamera/handycam c) Pelaksanaan

Orang coba duduk tegak dikursi, sambil kedua tangan memegang bola medicine. Sehingga bola tersebut menyentuh dada. Kemudian kedua tangan mendorong bola tersebut kedepan sejauh mungkin.Sebelum orang mencoba mendorang bola medicine, seutas tali dilingkaran pada dada orang coba dan ditarik ke belakang, sehingga badan bersandar pada kursi. Hal ini untuk mencegah agar orang coba pada waktu mendorong tidak dibantu oleh gerakan badan ke depan. Orang coba diberi kesempatan sebanyak 3 kali percobaan.

d) Skor

Jarak tolakan yang terjauh dari 3 kali percobaan, yang diukur mulai dari tepi luar kursi sampai batas/tanda dimana bola medicine tersebut jatuh.Jarak diukur dengan cm.

b. Power otot tungkai kaki

1) Standing broad jump

(27)

Tes ini bertujuan untuk mengetahui dan mengukur kekuatan otot tungkai kaki.

b) Alat/fasilitas

I. Pita ukuran/meteran II. Matras/lantai yang datar c) Pelaksanaan

Orang coba berdiri pada papan tolak dengan lutut ditekuk sampai membentuk sudut kurang lebih 45 derajat, kedua lengan lurus ke belakang.Kemudian orang coba menolak kedepan dengan kedua kaki.Orang coba diberi kesempatan 3 kali percobaan.

d) Skor

Jarak lompatan terbaik yang diukur mulai dari tepi dalam papan tolak sampai batas tumpuan kaki/badan yang terdekat dengan papan tolak, dari 3 kali percobaan.

2. Kemampuan aerobic

a. Bleep test

1) Tujuan

Untuk mengetahui dan mengukur kapasitas oksigen/daya tahan aerob

(28)

I. Lapangan/ruangan luas dan sepanjang 22 meter atau lebih II. Sound/Pita kaset

III.Meteran untuk lintasan IV.Stopwatch

3) Pelaksanaan

Tested harus berlari dan menyentuh/menginjak salah satu kaki pada garis akhir dan berputar untuk kembali berlari setelah bunyi terdengar (tunggu sampai bunyi “bleep” terdengar).Lari

bolak balik terdir dari beberapa tingkatan, setiap tingkatan terdiri dari beberapa balikan.Setiap tingkatan ditandai dengan bunyi “bleep” sebanyak tiga kali, sedangkan setiap balikan ditandai

dengan bunyi bleep. Tested dianggap todak mampu apabila dua kali berturut turut tidak dapat menyentuhkan/menginjakkan kakinya pada garis.

4) Skor

Dihitung dari besarnya VO2 Max ditentukan dahulu pada tingkatan dan balikan paling akhir yang dapat dilakukan tested/peserta.

(29)

a. Lari 20 meter 1) Tujuan

Untuk mengetahui dan mengukur kapasitas oksigen anaerob 2) Alat/fasilitas

I. Stopwatch II. Meteran III.Lintasan IV.Peluit 3) Pelaksanaan

Orang coba berdiri di belakang pada start, dengan sikap start melayang.Pada aba-aba “ya” lalu peserta berusaha lari secepat mungkin mencapai finish.Tiap orang coba diberikan kesempatan 2 kali percobaan.

4) Skor

Jumlah waktu tempuh yang terbaik dari 2 kali kesempatan.

4. Daya tahan otot a. Otot local lengan

1) Push up

a) Tujuan

Mengukur komponen daya tahan local otot lengan (ekstensor) b) Alat/fasilitas

(30)

c) Pelaksanaan

Orang cobang berbaringdengan sikap telungkup, kedua tangan dilipat disamping badan. Kedua tangan menekan lantai dan diluruskan, Sehingga badan terangkat, sedangkan sikap badan dan tungkai merupakan garis lurus. Setelah ini turunkan badan dengan cara membengkokkan lengan pada siku, sehingga dada menyentuh lantai. Lakukan gerak tersebut secara berulang-ulang dan kontinyu sampai orang coba tak dapat mengangkat badannya lagi.

d) Skor

Jumlah gerakan sit up yang benar yang dapat dilakukan oleh orang coba tersebut.

b. Otot local Perut

1) Sit up

a) Tujuan

Mengukur komponen daya tahan local otot perut b) Alat/fasilitas

Matras

c) Pelaksanaan

(31)

erat-erat kedua pergelangan kaki orang coba dan menekannya pada saat orang coba bangun.Orang coba berusaha bangun sehingga berada dalam sikap duduk dan kedua siku dikenakan pada kedua lutut dan kemudian dia kembali ke sikap semula. Lakukan gerakan ini secara berulang-ulang, sampai orang coba tak mampu mengangkat badannya lagi. Perhatikan agar sikap tungkai selalu membentuk sudut 90 derajat, pada waktu melakukan sit up.

d)Skor

Jumlah gerakan sit up yang betul, yang dapat dilakukan oleh orang coba.

5. Kemampuan teknik anggar a.Kuhadja fencing test 1) Tujuan

Untuk mengukur dan mengetahui kemampuan teknik serangan olahraga anggar

2) Alat/fasilitas I. Senjata anggar II. Sasaran/popi anggar III.Stopwatch

(32)

3) Pelaksanaan

Target sasaran serangan yang berbentuk lingkaran dengan garis jari-jari 30 cm, target ini dibagi menjadi 5 daerah yang dimulai pada titik tengah garis jari-jari 6 cm. dengan tusukan nilai 5.Lingkaran kedua dengan garis jari-jari 12 cm, dengan tusukan nilai 4.Lingkaran ketiga dengan garis jari-jari 18 cm, dengan tusukan nilai 3.Lingkaran keempat dengan garis jari-jari 24 cm, dengan tusukan nilai. 2. Lingkaran kelima dengan garis jari-jari 30 cm, dengan tusukan nilai 1. Tusukan yang jatuh tepat pada garis batas lingkaran diberi nilai sesuai dengan lingkaran diatasnya dan tusukan yang jatuh diluar target tidak diberi nilai.

Tested berdiri dalam keadaan on guard menghadap ke arah sasaran yang telah disiapkan.Setelah aba-aba “ya” testee melakukan serangan ke arah sasaran sebanyak mungkin dalam waktu 15 detik. 4) Skor

(33)

Gambar 3.2

Kuhadja Fencing Test

5. Prosedur pengolahan data

(34)

Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengolahan data hasil penelitian tersebut sebagai berikut:

1. Menghitung rata-rata nilai dengan menggunakan rumus :

X =

Arti tanda-tanda rumus diatas adalah: X = nilai rata-rata yang dicari

x = skor mentah n = jumlah sampel ∑ = jumlah dari

2. Menghitung Simpangan Baku

Untuk menghitung simpangan bakunya penulis menggunakan rumus sebagai berikut :

Arti tanda-tanda rumus di atas adalah : S = simpangan baku yang dicari ∑ = jumlah dari

= nilai data mentah

= nilai rata-rata yang dicari

jumlah sampel

3. Penentuan kategori

(35)

dilakukan. Adapaun kriteria penilaian atau norma untuk putra maupun putri dilakukan secara terpisah, seperti yang tertera pada halaman 73

a. Kriteria Bleep Test Putra dan Putri Tabel 3.1

Kategori test data Normal untuk Bleep test Putra

Jumlah hasil di atas merupakan jumlah maksimal yang diharapkan dari setiap tes yang dilakukan. Untuk memudahkan klasifikasi hasil tes, penulis membagi kategori hasil sebagai berikut :

b. Kriteria Lari Sprint 20 yard

Tabel 3.2

Kategori Test Normal Lari Sprint 20yard Putra dan Putri

Umur Putra (detik) Putri (detik)

14-16 3,05 3,35

(36)

c. Kriteria Medicine Ball

Tabel 3.3

Kategori Skor Tes Medicine Ball Putra dan Putri

Umur Putra (Meter) Putri (Meter)

14-16 5 4

17-20 5,3 4,4

d. Kriteria Push up

Tabel 3.4

Kategori Skor TesPush Up 1menit Putra dan Putri

Umur Putra Putri dengan lutut

14-16 32 28

17-20 40 32

e. Kriteria Sit Ups

Tabel 3.5

Kategori Skor Tes Sit Ups 1menit putra dan Putri

Umur Putra Putri

14-16 35 30

17-20 45 40

Sumber : Kumpulan Materi Ilmu Kepelatihan Olahraga

(37)

Penentuan Konversi nilai dari setiap komponen tes kondisi fisik adalah seperti yang tertera pada halaman 75

Tabel 3.6

5. Penentuan nilai kondisi fisik atlet

Rumus : skor =

6. Penentuan kategori kondisi fisik secara umum (Untuk mengetahui status kondisi fisik individual atlet)

Penentuan kategori kondisi fisik atlet secara umum adalah sebegai berikut : Tabel 3.7

Tabel Kategori Status Kondisi Fisik

Rentang Skor Kategori Kemampuan

(38)
(39)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, pengolahan dan analisis data yang penulis lakukan maka di ambil kesimpulan bahwa pada atlet putra kondisi fisik setiap tesnya berada pada kategori baik, sedangkan pada atlet putri kondisi fisik setiap tesnya berada pada kategori baik pula. Jika di tinjau dari nilai kondisi fisik secara individual, atlet putra dan atlet putri kategori kondisi fisik dominan berada pada kategori baik. Ada beberapa atlet yang meraih medali status kondisi fisiknya lebih baik dari yang tidak meraih medali, dan ada pula atlet yang meraih medali status kondisi fisiknya sama dengan status kondisi fisik atlet yang tidak meraih medali.

(40)

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian, yang penulis lakukan, selanjutnya penulis mengajukan rekomendasi atau implikasi sebagai berikut:

1. Bagi para atlet hendaknya menjaga kondisi fisik di luar program latihan, juga di harapkan agar dapat meningkatkan komponen kondisi fisik yang masih kurang agar tingkat kondisi fisiknya menjadi lebih baik. Sehingga dapat bersaing di level kompetisi yang lebih tinggi.

2. Bagi para pelatih hendaknya bisa memberikan program latian yang sistematis, analisis yang baik, dan jelas bentuk latiannya pada atlet baik secara fisik, teknik, taktik, maupun mental yang nantinya bertujuan untuk menjadikan atlet berprestasi.

(41)

DAFTAR PUSTAKA

Almutakbar, (2009). Pendekatan Kedokteran dalam Kasus Cedera Olahraga. Bandung

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta. PT.rineka Cipta.

Anderson, B. (1970). All About Fencing. London: Stanley Paul.

Bompa, Tudor O. (1999). Periodization: Training for Sports. USA: Human Kinetics.

Bompa, Tudor O. (1999). Periodization: Theory and Methodology of Training. USA: Human Kinetics.

Damiri, A. (1994). Anatomi Manusia. FPOK IKIP Bandung

Gaugler, W. (1997). The Science of Fencing. Naples, Italy: Laureate Press Gaugler, W. (1998). The History of Fencing. Naples, Italy: Laureate Press. Harsono, (2001). Latihan Kondisi Fisik. Bandung

Harsono, (1998). Coaching dan Aspek aspek Psikologis dalam Coaching. Jakarta; C.V. Tambak Kusuma

http://blog.uny.ac.id/faidillahkurniawan/2010/08/31/sejarah-perkembangan- olahraga-anggar/

Lutan, Rusli dkk. (1991). Seri Bahan Kuliah Olahraga di ITB. Bandung: ITB dan FPOK/IKIP Bandung.

Nurhasan dan Cholil, D. H. (2007). Tes dan Pengukuran Keolahragaan. Bandung.

Sidik, Dikdik Japar, dkk. (2007). Modul Metodologi Kepelatihan Olahraga. Bandung.

(42)

Sukmadinata, (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosda Karya.

Sumoprawiro, S. (2009). Artikel-Artikel Tentang Olahraga. [online]. Tersedia: http://www.jurnalilmiaholahraga.blogspot.com

Surakhmad, W. (2004). Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito.

Gambar

Gambar 3.2 Kuhadja Fencing Test
Tabel 3.1  Kategori test data Normal untuk
Tabel 3.6 Tabel Konversi Nilai

Referensi

Dokumen terkait

Perhitungan cawan sebar pada pengenceran 10 -4 dan 10 -5 serta pengenceran 10 -4 pada cawan tuang tidak bisa untuk dihitung (TBUD) karena jumlah bakteri yang terisolasi

Apabila Saudara tidak hadir pada waktu yang telah ditentukan tersebut di atas, akan dinyatakan gugur / tidak memenuhi persyaratan kualifikasi. Demikian undangan ini

Pemerintah juga harus memahami dan mengejawantahkan sistem ekonomi Pancasila dalam koperasi Indonesia, yang mana harus berdasarkan asas kekeluargaan (Sumodiningrat

[r]

Gambar 4.30 Grafik perbandingan simulasi mengunakan model turbulen k- ε , k- ω , dan RSM dengan eksperimen terhadap hubungan temperatur campuran udara EGR (K) dengan

‘PengaruhKarakteristik Pemerintah Daerah terhadap KepatuhanPengungkapan Wajib dalam Laporan Keuangan PemerintahDaerah (Studi Empiris pada Kabupaten/Kota di

[r]

Pada saat mengolah tanah menggunakan traktor dan alat bajak maka akan diperoleh tanah terolah dengan luas tertentu dan selesai ditempuh dalam waktu tertentu, sehingga kemampuan