• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan Alat Peraga Blok Pecahan untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Senilai dalam Pembelajaran Matematika di Kelas IV SDN Rajagaluh Lor II Kecamatan Rajagaluh Kabupaten Majalengka.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penggunaan Alat Peraga Blok Pecahan untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Senilai dalam Pembelajaran Matematika di Kelas IV SDN Rajagaluh Lor II Kecamatan Rajagaluh Kabupaten Majalengka."

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

(Penelitian Tindakan Kelas)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Sekolah Dasar

Oleh : I N A H 0908253

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR KAMPUS SUMEDANG

(2)

i DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah dan Pemecahan Masalah ... 9

1. Perumusan Masalah ... 9

2. Pemecahan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ... 13

1. Tujuan Penelitian ... 13

2. Manfaat Hasil Penelitian ... 15

D. Batasan Istilah ... 15

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 17

A. Pembelajaran Matematika ... 17

1. Hakikat Matematika ... 17

2. Tujuan Pembelajaran Matematika di SD ... 18

3. Teori Belajar Matematika dalam Mengajarkan Matematika di Sekolah Dasar ... 19

a. Teori Belajar Menurut Jean Piaget ... 19

b. Teori Belajar Menurut Jerome S. Brunner ... 21

B. Alat Peraga Pembelajaran ... 23

1. Pengertian Alat Peraga ... 24

2. Manfaat Alat Peraga ... 24

3. Tujuan Penggunaan Alat Peraga ... 25

4. Syarat –syarat Alat Peraga yang Baik ... 25

5. Alat Peraga Blok Pecahan ... 26

C. Kajian Penelitian yang Relevan ... 28

D. Hipotesis ... 30

BAB III METODE PENELITIAN ... 31

A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 31

1. Lokasi Penelitian ... 31

2. Waktu Penelitian ... 31

(3)

ii

C. Metode dan Desain Penelitian ... 32

1. Metode Penelitian ... 32

2. Desain penelitian ... 33

D. Prosedur Penelitian... 35

1. Tahap Perencanaan Tindakan ... 35

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan ... 35

3. Tahap Observasi ... 37

4. Tahap Refleksi ... 37

E. Instrumen Penelitian... 38

1. Lembar Observasi Kinerja Guru ... 38

2. Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 38

3. Pedoman Wawancara ... 38

4. Lembar Soal Tes Hasil Belajar ... 39

5. Catatan Lapangan ... 39

F. Teknik Pengolahan Data ... 40

1. Teknik Pengolahan Data ... 40

a. Teknik Pengolahan Data Kinerja Guru ... 40

b. Teknik Pengolahan Data Aktivitas Siswa ... 40

c. Teknik Pengolahan Data Tes Hasil Belajar ... 41

2. Analisis Data ... 42

G. Validasi Data ... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 46

A. Paparan Data Awal ... 46

B. Paparan Data Tindakan Siklus I ... 48

1. Paparan Data Perencanaan Siklus I ... 48

2. Paparan Data Proses Siklus I ... 49

a. Paparan Hasil Observasi Kinerja Guru pada Siklus I ... 51

b. Paparan Data Hasil aktivitas Siswa pada Siklus I ... 57

c. Paparan Data Hasil Tes Siswa pada Siklus I ... 59

3. Analisis dan Refleksi Siklus I ... 62

C. Paparan Data Tindakan Siklus II... 66

1. Paparan Data Perencanaan Tindakan Siklus II ... 66

2. Paparan Data Pelaksanaan Tindakan Siklus II ... 67

a. Paparan Hasil Observasi Kinerja Guru pada Siklus II ... 68

b. Paparan Hasil Aktivitas Siswa pada Siklus II ... 74

c. Paparan Data Hasil Tes Siswa pada Siklus II ... 77

3. Analisis dan Reflksi ... 79

D. Paparan Pendapat Siswa dan Guru ... 81

1. Paparan Pendapat Siswa ... 82

2. Paparan Pendapat Guru ... 82

(4)

iii

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 88

A. Kesimpulan ... 88

B. Saran ... 90

1. Untuk Guru ... 91

2. Untuk Siswa ... 91

3. Untuk Peneliti Lain ... 92

(5)

iv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Data Hasil Tes awal ... 6

4.1 Data Hasil Tes Awal Siswa ... 47

4.2 Hasil Observasi Kinerja Guru pada Siklus I ... 51

4.3 Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus I ... 57

4.4 Data Hasil Tes Siswa pada Siklus I ... 60

4.5 Analisis Hasil Observasi dan Tes Hasil Belajar pada Siklus I ... 63

4.6 Data Hasil Observasi Kinerja Guru pada Siklus II ... 69

4.7 Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus II ... 75

4.8 Data hasil Tes Siswa pada Siklus II ... 77

(6)

v

DAFTAR GAMBAR

Tabel Halaman

1.1 Potongan kertas karton persegipanjang .yang bernilai 1 ... 12

1.2 Potongan kertas karton persegipanjang yang bernilai ... 12

1.3 Potongan kertas karton persegipanjang yang bernilai ... 12

2.1 Potongan kertas kartn persegipanjang utuh ... 27

2.2 Potongan kertas karton persegipanjang dua bagian (a), empat bagian (b), dan delapan bagian (c) sama besar ... 28

3.1 Model Spiral dari Kemmis dan Taggart ... 34

3.2 Bagan Analisis Data Miles dan Huberman ... 43

4.1 Diagram Persentase Jumlah Siswa yang Tuntas pada Siklus I ... 62

4.2 Diagram Persentase Kinerja Guru pada Siklus II ... 73

4.3 Diagram Aktivitas Siswa pada Siklus II ... 77

(7)

vi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Siklus I Halaman

Rencna Pelaksanaan Pembelajaran... 95

Hasil Observasi kinerja Guru Selama Pembelajaran ... 100

Hasil Observasi aktivitas Siswa Selama pembelajaran ... 104

Data Hasil Belajar Siswa ... 106

Hasil Wawancara Siswa ... 108

Hasil Wawancara dengan Guru ... 109

Catatan Lapangan ... 110

Lembar Hasil Tes Siswa ... 111

Lampiran Siklus II Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 117

Hasil Observasi kinerja Guru Selama Pembelajaran ... 122

Hasil Observasi aktivitas Siswa Selama pembelajaran ... 126

Data Hasil Belajar Siswa ... 128

Hasil Wawancara Siswa ... 130

Hasil Wawancara dengan Guru ... 131

Catatan Lapangan ... 132

Lembar Hasil Tes Siswa ... 133 Surat-surat

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Belajar adalah upaya sadar untuk mengubah perilaku yang bersifat relatif tetap sebagai hasil dari pengalaman sehingga bermanfaat bagi kehidupan orang yang akan melakukan pembelajaran. Belajar bukan hanya sekedar menghafal sejumlah fakta atau informasi.

Menurut Sanjaya (2009: 198), yang dimaksud dengan belajar adalah: Proses perubahan tingkah laku melalui pengalaman. Pengalaman itu dapat berupa pengalaman langsung dan pengalaman tidak langsung. Pengalaman langsung dapat diperoleh melalui aktivitas sendiri pada situasi yang sebenarnya.

Sadiman (1996: 1-2), mengemukakan bahwa:

Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar sesuatu adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif).

Belajar adalah berbuat, memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu, pengalaman belajar siswa harus dapat mendorong agar siswa beraktivitas melakukan sesuatu.

(9)

Throndike (Hamalik, 2001: 39-40) dengan S-R Bond Theory, menyusun hukum-hukum belajar seperi:

(1) Hukum pengaruh (the law of effect), dalam hukum ini ada hubungan- hubungan yang diperkuat atau diperlemah tergantung pada kepuasan atau ketidaksenangan yang berkenaan dengan penggunaannya ; (2) hukum latihan (the law exercise), di mana dalam hukum ini menyatakan bahwa apabila hubungan itu sering dilatih maka ia akan menjadi kuat ; dan (3) hukum kesediaan/kesiapan (the law of readiness), yaitu apabila suatu ikatan siap untuk berbuat,perbuatan itu akan memberikan kepuasan, sebaliknya apabila tidak siap maka akan menimbulkan ketidakpuasan/ketidaksenangan.

Hukum-hukum di atas, kini lebih dilengkapi lagi dengan prinsip-prinsip yaitu : (1) siswa harus mampu membuat berbagai jawaban terhadap stimulus; (2) belajar dibimbing atau diarahkan kesuatu tingkatan yang penting melalui sikap itu sendiri; (3) suatu jawaban yang telah dipelajari dengan baik dapat digunakan juga terhadap stimulus yang lain (bukan stimulus semula).

(10)

pembelajaran yang matang agar hasil belajar yang dicapai siswa lebih optimal. Termasuk dalam pembelajaran matematika. Matematika adalah terjemahan dari Mathematics. Namun arti dari definisi yang tepat matematika tidak dapat diterapkan secara pasti. Definisi matematika makin lama makin sukar untuk dibuat, karena cabang-cabang matematika makin lama makin bertambah dan makin bercampur satu sama lainnya.

James dan James (Ruseffendi, 1992: 42), mengatakan bahwa:

Matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang saling berhubungan saru sama lainnya dengan jumlah yang banyaknya terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis, dan geometri.

Johnson dan Rising (Ruseffendi, dkk., 1992: 43) mengatakan bahwa:

Matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan pembuktian yang logis, matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat, representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide (gagasan) daripada mengenai bunyi, matematika adalah pengetahuan struktur yang terorganisasikan sifat-sifat atau teori-teori itu dibuat secara deduktif berdasarkan kepada unsur-unsur yang didefinisikan atau tidak didefinisikan, aksioma-aksioma, sifat-sifat, atau teori-teori yang telah dibuktikan kebenarannya. Matematika adalah ilmu tentang pola, keteraturan, pola atau ide, dan matematika adalah suatu seni, keindahannya terdapat pada keterurutan dan keharmonisannya.

(11)

dan masih banyak lagi masalah dalam kehidupan yang berkaitan dengan pola pikir matematika.

Semua kegiatan pembelajaran di sekolah termasuk salah satunya mata pelajaran matematika dalam hal ini yang akan dikupas tidak terlepas dari peran penting seorang guru, jadi dalam hal ini guru hendaknya dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif dalam menyampaikan materi bahan ajar sehingga tujuan pembelajaran bias tercapai dengan baik sesuai dengan yang diinginkan. Guru hendaknya tidak hanya menyampaikan materi dengan cara ceramah saja, walaupun ceramah juga penting. Namun hendaknya ceramah merupakan satu dari beberapa metode yang menjadi satu kesinambungan dengan metode lain. Jadi, guru hendaknya menggunakan multimetode dalam menyampaikan materi agar anak tidak jenuh.

(12)

yang sudah dikenal siswa atau yang berada di sekitar siswa. Dengan penggunaan alat peraga dalam pembelajaran anak akan lebih memahami akan arti penting saling ketergantungan apa yang ada di sekitarnya.

Penggunaan alat peraga yang tepat akan dapat dijadikan alat motivasi dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Karakteristik matematika terutama dalam hal ini materi pecahan adalah bersifat atau berbentuk simbol-simbol yang abstrak, karena anak kelas IV masih bersifat operasional konkret, guru hendaknya memberi kesempatan pada siswa untuk memanipulasi benda-benda konkret dalam memahami konsep sehingga mereka mampu menguasai materi dengan mudah dan mengingatnya lebih lama.

(13)

kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kreativitasnya. Selain itu, melalui hasil wawancara secara langsung kepada siswa, ada beberapa masalah yang dihadapi siswa seperti:

1. Siswa tidak bisa menentukan pecahan yang senilai dari suatu pecahan biasa, karena kurang memahami konsep.

2. Siswa tidak dilibatkan secara aktif, sehingga ketika siswa mengerjakan soal, siswa mengalami kesulitan menjawab.

Berikut ini nilai yang diperoleh siswa setelah mengikuti pembelajaran: Tabel 1.1

Nilai Perolehan Siswa pada Pembelajaran Matematika tentang Konsep Pecahan Senilai

No Nama Siswa Nilai KKM T BT

1. Ari 20 54 √

2. Eki 0 54 √

3. Enok 20 54 √

4. Haidar Hilmy M 40 54 √

5. Lia Nurmalia 60 54 √

6. Lingga D. Manika 80 54 √

7. M.Yaser 40 54 √

8. Maulinda 60 54 √

9. Miftah H 80 54 √

10. Nani 40 54 √

11. Neneng Yati 20 54 √

12. Nurdiyanto 40 54 √

13. Olik Nurkholis 0 54 √

14. Rian F 0 54 √

15. Roida Saragi 0 54 √

16. Shanti Manalu 20 54 √

17. Syifa N 40 54 √

18. Trio 0 54 √

19. Yeyen Nurahmayanti 80 54 √

20. Yoga P 40 54 √

21. Yusuf Hamami 0 54 √

Jumlah 680 5 16

Rata-rata 32,38

(14)

Hasil yang diperoleh dari evaluasi tersebut ternyata tidak optimal, karena dari 21 siswa hanya 5 siswa (24%) yang tuntas berdasarkan KKM yang ditetapkan, dan 16 siswa (76%) yang belum tuntas.

Melihat hasil yang diperoleh siswa di atas, maka perlu adanya suatu upaya untuk meningkatkan pemahaman siswa mengenai materi pembelajaran yang disampaikan, dalam hal ini tentang konsep pecahan senilai, agar hasil belajar yang diperoleh siswa meningkat dan optimal.

Berangkat dari permasalahan di atas, dalam rangka meningkatkan pemahaman konsep pecahan senilai ini diperlukan suatu upaya pembelajaran yang lebih menarik perhatian anak dan tidak menimbulkan kesulitan bagi anak yaitu dengan menggunakan alat peraga. Alat peraga dalam pembelajaran mempunyai manfaat yang cukup besar dalam proses pembelajaran, seperti yang diutarakan oleh Ruseffendi, dkk (1992: 140) yaitu:

1. Dengan adanya alat peraga, anak-anak akan lebih banyak mengikuti pelajaran matematika dengan gembira, sehingga minatnya dalam mempelajari matematika semakin besar. Anak akan senang, terangsang, tertarik dan bersikap positif terhadap pengajaran.

2. Dengan disajikannya konsep abstrak matematika dalam bentuk konkret, maka pada tingkat-tingkat yang lebih rendah akan lebih mudah memahami dan mengerti.

3. Alat peraga dapat membantu daya tilik ruang, karena tidak membayangkan bentuk-bentuk geometri terutama bentuk geometri ruang sehingga dengan melalui gambar dan benda-benda nyatanya akan terbantu daya tiliknya sehingga lebih berhasil dalam belajarnya.

4. Anak akan menyadari adanya hubungan antara pengajaran dengan benda-benda yang ada disekitarnya atau antara ilmu dengan alam sekitar dan masyarakat.

(15)

Berdasarkan uraian di atas, sudah sangat jelas bahwa manfaat dari alat peraga sangat besar sekali dalam pembelajaran. Dengan bantuan alat peraga ini siswa seolah-olah bermain, memudahkan anak dalam memahami konsep yang bersifat abstrak dan dengan bantuan alat peraga ini siswa tidak lagi membayangkan bentuk-bentuk benda karena sudah ada dihadapan siswa. Dengan penggunaan alat peraga ini siswa akan lebih banyak mengikuti pelajaran dengan gembira sehingga minat siswa dalam belajarpun semakin besar. Dilihat dari manfaat alat peraga, peneliti melakukan penelitian mengenai pembelajaran konsep pecahan senilai pada anak kelas IV SDN Rajagaluh Lor II dengan menggunakan blok pecahan. Blok pecahan dalam pembelajaran konsep pecahan senilai di sini menggunakan potongan kertas karton berbentuk persegi panjang dan lingkaran yang digunting menjadi beberapa bagian yang sama besar.

(16)

B. Perumusan Masalah dan Pemecahan Masalah

1. Perumusan Masalah

Berdasarkan hasil observasi, permasalahan yang muncul adalah ditemukannya kesulitan siswa dalam memahami konsep pecahan senilai. Hal ini diketahui melalui tes hasil belajar yaitu hanya 5 siswa (24%) yang mendapat nilai mencapai KKM yang ditetapkan yaitu 54.

Beranjak dari permasalahan tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan yang menjadi fokus kajian dalam penelitian adalah sebagai berikut ini.

a. Bagaimana perencanaan pembelajaran dengan menggunakan alat peraga blok pecahan untuk meningkatkan pemahaman konsep pecahan senilai dalam pembelajaran matematika di kelas IV SDN Rajagaluh Lor II Kecamatan Rajagaluh Kabupaten Majalengka?

b. Bagaimana kinerja guru dalam pembelajaran dengan menggunakan alat peraga blok pecahan untuk meningkatkan pemahaman konsep pecahan senilai dalam pembelajaran matematika di kelas IV SDN Rajagaluh Lor II Kecamatan Rajagaluh Kabupaten Majalengka?

(17)

pemahaman konsep pecahan senilai dalam pembelajaran matematika di kelas IV SDN Rajagaluh Lor II Kecamatan Rajagaluh Kabupaten Majalengka?

d. Bagaimana peningkatan pemahaman siswa dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan alat peraga blok pecahan dalam konsep pecahan senilai di kelas IV SDN Rajagaluh Lor II Kecamatan Rajagaluh Kabupaten Majalengka?

2. Pemecahan Masalah

Masalah yang timbul dalam pembelajaran matematika perlu direalisasikan dengan berbagai variasi metodologi pembelajaran. Pembelajaran yang diberikan harus berupa benda-benda konkret yang menarik agar siswa termotivasi untuk menerima pembelajaran dan memberikan kebebasan kepada siswa dalam pembelajaran, tetapi kebebasan tersebut masih bisa dikendalikan.

Bruner (Ruseffendi, 1992: 109) mengungkapkan bahwa:

Dalam proses pembelajaran sebaiknya anak diberi kesempatan untuk memanipulasi benda-benda (alat peraga). Dengan alat peraga tersebut, anak dapat melihat langsung bagaimana keteraturan serta pola terhadap benda yang sedang diperhatikannya. Keteraturan tersebut kemudian oleh anak dihubungkan dengan keteraturan intuitif yang telah melekat pada diri anak.

(18)

dikemukakan oleh Bruner, yakni dalil penyusunan (kontruksi) menyatakan bahwa “Dalam proses perumusan dan penyusunan ide-ide harus disertai dengan bantuan benda-benda konkret”. Dalam penelitian ini, benda konkret yang dijadikan alat peraga dalam pembelajaran konsep pecahan senilai adalah blok pecahan.

Blok pecahan yang peneliti gunakan adalah kertas karton yang dibentuk persegi panjang dan lingkaran. Alat peraga ini dibuat oleh anak secara berkelompok. Adapun prosedur penggunaan blok pecahan yaitu sebagai berikut ini.

a. Mempersiapkan alat peraga blok pecahan.

1) Menggunting karton membentuk persegi panjang dan lingkaran masing-masing sebanyak 3 buah.

2) Pada masing-masing kertas tersebut, potong menjadi dua bagian, empat bagian dan delapan bagian yang sama ukurannya.

b. Menentukan pecahan senilai dari blok pecahan tersebut.

1) Pasangkan bagian-bagian potongan karton tersebut pada karton yang utuh.

(19)

c. Pembahasan guru tentang pecahan senilai.

Gambar 1.1: Potongan kertas karton persegipanjang yang bernilai 1

Gambar 1.2: Potongan kertas karton persegipanjang yang bernilai

Gambar 1.3: Potongan kertas karton persegipanjang yang bernilai

Dengan penggunaan alat peraga blok pecahan dalam pembelajaran konsep pecahan senilai di kelas IV SDN Rajagaluh Lor II diharapkan siswa dapat mencapai target sebagai berikut ini.

1) Target Proses Aktivitas Siswa

(20)

2) Target Proses Kinerja Guru

Target proses kinerja guru dalam pembelajaran konsep pecahan senilai yaitu pada saat menyampaikan pembelajaran diharapkan dapat membantu siswa dengan menggunakan berbagai media atau alat peraga pembelajaran yang tepat. Guru mampu melaksanakan dengan baik yaitu 80% dari aktivitas pembelajaran yang direncanakan.

3) Target Hasil

Dari data awal yang diperoleh bahwa siswa yang menempuh batas KKM hanya 5 siswa (24%), sedangkan 16 siswa (76%) belum dapat menempuh batas KKM. Setelah menggunakan alat peraga blok pecahan ditetapkan target 75% tercapai dari keseluruhan siswa dapat mengerjakan soal-soal pecahan senilai dengan benar.

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

(21)

pemahaman konsep pecahan senilai dalam pembelajaran matematika di kelas IV SDN Rajagaluh Lor II Kecamatan Rajagaluh Kabupaten Majalengka.

b. Untuk mengetahui bagaimana gambaran kinerja guru dalam pembelajaran dengan menggunakan alat peraga blok pecahan untuk meningkatkan pemahaman konsep pecahan senilai dalam pembelajaran matematika di kelas IV SDN Rajagaluh Lor II Kecamatan Rajagaluh Kabupaten Majalengka.

c. Untuk mengetahui bagaimana gambaran aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan alat peraga blok pecahan untuk meningkatkan pemahaman konsep pecahan senilai dalam pembelajaran matematika di kelas IV SDN Rajagaluh Lor II Kecamatan Rajagaluh Kabupaten Majalengka.

(22)

2. Manfaat Hasil Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

a. Bagi siswa, diharapkan dapat membantu kesulitannya dalam pembelajaran konsep pecahan senilai sehingga dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep pecahan senilai.

b. Bagi guru, diharapkan hasil penelitian ini menjadi alternatif yang mampu meningkatkan kemampuan dan menambah wawasan dalam melaksanakan pembelajaran.

c. Bagi penulis, diharapkan menjadi suatu pengalaman yang dapat meningkatkan mutu pembelajaran siswa.

D. Batasan Istilah

Untuk menghindari kesalahpahaman terhadap pokok-pokok permasalahan yang diteliti, berikut ini akan dijelaskan secara operasional beberapa istilah teknis yang dirasa perlu untuk diketahui kejelasannya.

Alat Peraga adalah media atau alat yang dapat membantu proses belajar (Sanjaya, 2009: 198).

(23)

Alat Peraga Blok pecahan adalah alat atau media yang dibuat dari kertas katon yang disesuaikan dengan ukuran masing-masing, berbentuk persegi panjang atau lingkaran.

Pemahaman adalah siswa didik mampu memahami (mengartikan) apa yang sedang dikomunikasikan kepadanya dan dapat mempergunakan materi yang dikomunikasikan tanpa perlu menghubungkan dengan materi lain (Winataputra, 1997: 181). Dalam hal ini target pemahaman yang harus dicapai siswa, yaitu:

1. Dapat menyajikan pecahan senilai.

2. Dapat menentukan pecahan senilai.

Konsep adalah abstraksi kesamaan atau keterhubungan dari sekelompok benda atau sifat (Sanjaya, 2009: 142).

(24)

BAB III

METODE PENELITIAN

A Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di SDN Rajagaluh Lor II Desa Rajagaluh Lor Kecamatan Rajagaluh Kabupaten Majalengka. Adapun alasan dipilihnya SDN Rajagaluh Lor II dengan pertimbangan sebagai berikut ini.

a. Sekolah yang dijadikan sebagai tempat penelitian merupakan tempat peneliti bertugas, sehingga dapat mempermudah peneliti dalam mengumpulkan data yang diperlukan.

b. Peneliti lebih memahami keadaan sekolah, karakteristik siswa dan proses pembelajaran yang dilaksanakan.

c. SDN Rajagaluh Lor II memerlukan perbaikan proses maupun hasil dalam pembelajaran matematika khususnya pada materi konsep pecahan senilai.

2. Waktu Penelitian

(25)

Selanjutnya, direncanakan dan dilaksanakan perbaikan pembelajaran, serta penyusunan dan revisi. Lebih jelasnya lagi dapat dilihat pada lampiran.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas IV SDN Rajagaluh Lor II Kecamatan Rajagajuh Kabupaten Majalengka tahun ajaran 2010-2011, yang berjumlah 21 siswa (12 orang siswa laki-laki dan 9 orang siswa perempuan).

Dipilihnya siswa kelas IV SDN Rajagaluh Lor II sebagai subjek dalam penelitian karena dinilai perlu adanya inovasi dalam proses pembelajaran, khususnya pembelajaran matematika yang diharapkan dapat memberi dampak positif berupa peningkatan prestasi belajar siswa.

C. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian

(26)

Ebbutt (Wiriaatmaja, 2005: 12) menjelaskan bahwa:

Penelitian tindakan adalah kajian sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut.

Kemudian menurut Suhardjono (Arikunto, dkk. 2006: 58), “Penelitian tindakan kelas adalah penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktek pembelajaran di kelasnya”.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas adalah bentuk penelitian tindakan yang dilakukan di kelas dengan tujuan untuk memperbaiki praktik pembelajaran. Penelitian tindakan kelas berfokus pada permasalahan proses pembelajaran yang terjadi di kelas pada komponen-komponen pembelajaran seperti metode pembelajaran yang kurang tepat, media pembelajaran yang kurang mendukung, suasana kelas yang kurang kondusif, atau sistem penilaian yang kurang tepat.

2. Desain Penelitian

(27)

dan analisis penelitian sesudah tindakan dilakukan sehingga memberikan arah bagi perbaikan selanjutnya”.

Model tindakan ini menggunakan beberapa siklus, jika pada siklus pertama hasil refleksi menunjukkan tindakan yang perlu direvisi maka penelitian dilanjutkan pada siklus kedua dengan melakukan perbaikan terhadap rencana penelitian yang pertama. Siklus akan berhenti sampai dengan penelitian yang dilakukan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Setiap siklus akan dilaksanakan evaluasi untuk mengetahui pengaruh dari tindakan yang telah dilakukan secara keseluruhan. Dalam perencanaan Kemmis digunakan alur spiral. Adapun alur dari model spiral Kemmis dan Mc. Taggart dapat dilihat pada bagan berikut ini:

Reflect

Cycle I Observe

Reflect

Bagan 3.1

Alur Siklus Spiral Kemmis dan Mc. Taggart

Plan

Revised Plan

Action

(28)

D. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang akan dilakukan dalam penelitian ini sesuai dengan model Kemmis dan Mc. Taggart, yaitu terdiri dari rencana tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Untuk lebih jelasnya lagi, prosedur penelitian tindakan tersebut adalah sebagai berikut ini.

1. Tahap Perencanaan Tindakan

a. Merancang pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik dan perkembangan anak usia sekolah dasar. Rancangan pembelajaran tersebut terangkum dalam RPP.

b. Membuat lembar observasi untuk mengamati kinerja guru dan aktivitas siswa, dengan tujuan mengetahui segala hal yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung.

c. Membuat alat evaluasi yang sesuai, untuk mengetahui sejauhmana peningkatan pemahaman yang dialami siswa tentang materi yang dipelajari.

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan

a. Kegiatan Awal

1) Berdo`a dan memberi salam

(29)

3) Melakukan apersepsi melalui tanya-awab

b. Kegiatan Inti

1) Guru menjelaskan materi dengan tanya-jawab dengan menggunakan benda konkret, seperti menunjukkan tiga buah cokelat yang akan dibagikan kepada 2 siswa. Cokelat yang satu dipotong menjadi 2 bagian yang sama besar, yang satu lagi dipotong menjadi 4 bagian yang sama besar, cokelat yang satu lagi dipotong menjadi 8 bagian yang sama besar. Kemudian melakukannya lagi dengan menggunakan buah apel.

2) Siswa dikelompokkan menjadi 4 kelompok.

3) Setiap kelompok membuat bangun persegipanjang dan lingkaran masing-masing 5 buah.

4) Setiap kelompok ditugaskan menentukan nilai pecahan yang senilai.

5) Setiap kelompok membacakan hasilnya dan kelompok yang lain memberi komentar dan saran.

c. Kegiatan Akhir

1) Siswa dibantu guru menyimpulkan materi.

(30)

3. Tahap Observasi

Observasi dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan karena pada dasarnya kegiatan observasi adalah kegiatan mengamati segala sesuatu yang sedang berlangsung, yaitu kinerja guru dan aktivitas siswa. Dalam penelitian ini, kegiatan observasi yang dilakukan dalam mengamati proses pembelajaran matematika tentang konsep pecahan senilai dengan menggunakan alat peraga blok pecahan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kinerja guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran. Setiap temuan yang diperoleh selama pembelajaran berlangsung dikumpulkan melalui pedoman observasi.

4. Tahap Refleksi

(31)

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi hal-hal sebagai berikut ini.

1. Lembar Observasi Kinerja Guru

Observasi merupakan kegiatan memperhatikan sesuatu dengan menggunakan mata (Arikunto, 2006: 156). Pelaksanaan observasi ini dengan menggunakan lembar observasi sebagai alat pengumpul data yang berupa sebuah format berisi aspek-aspek yang akan diamati tentang kinerja guru pada saat pembelajaran berlangsung. Aspek tersebut mencakup kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Format observasi selengkapnya dapat dilihat pada bagian lampiran.

2. Lembar Observasi Aktivitas Siswa

Lembar observasi aktivitas siswa digunakan untuk mengumpulkan data tentang perilaku siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Aspek yang diamati yaitu, keaktivan dan kerjasama. Format observasi selengkapnya dapat dilihat pada bagian lampiran.

3. Pedoman Wawancara

(32)

Rajagaluh Lor II. Format wawancara selengkapnya dapat dilihat pada bagian lampiran

4. Lembar Soal Tes Hasil Belajar

Tes hasil belajar dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat ketercapaian dan keberhasilan siswa dalam belajar, antara sebelum dan sesudah tindakan dilaksanakan, yaitu dengan cara membandingkan nilai yang diperoleh siswa. Selain itu, tes hasil belajar dilakukan untuk menjaring data mengenai peningkatan hasil belajar siswa khususnya tentang konsep pecahan senilai. Tes diberikan kepada siswa secara individu setelah pembelajaran selesai, untuk mengetahui peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal.

5. Catatan Lapangan

Catatan lapangan berupa catatan yang yang tertulis tentang apa yang ditemukan selama pelaksanaan tindakan, mencatat apa yang dilihat dan didengar. Menurut Wiriaatmaja (2005: 125) catatan lapangan adalah “Data yang memuat secara deskriptif berbagai kegiatan, suasana kelas, iklim sekolah, kepemimpinan, berbagai bentuk interaksi sosial, dan nuansa-nuansa lainnya”. Catatan lapangan digunakan untukmencatat

(33)

F. Teknik Pengolahan Data 1. Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah teknik analisis kualitatif berupa uraian atau pembahasan. Data yang dikaji dalam penelitian ini adalah data pelaksanaan penelitian dan hasil belajar siswa. Adapun teknik pengolahannya adalah sebagai berikut ini.

a. Teknik Pengolahan Data Kinerja Guru

Data hasil observasi terhadap kinerja guru diolah sesuai dengan aspek-aspek yang dilaksanakan oleh guru dalam pembelajaran yang meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir, sehingga tingkat keberhasilan guru diperoleh melalui rumus:

Persentase dilaksanakan = x100%

Adapun kriteria sebagai interpretasi data kinerja guru adalah:

Baik (B) : 71-100%

Cukup (C) : 41-700%

Kurang (K) : 0-40%

Target keberhasilan yang ditentukan adalah 80% dari kategori baik (B). b. Teknik Pengolahan Data Aktivitas Siswa

(34)

diamati yakni keaktivan dan kerjasama. Jumlah skor yang diperoleh dari kedua aspek yang diamati merupakan nilai dari aktivitas tersebut.

Nilai = Perolehan skor A + Perolehan skor B

Selanjutnya nilai tersebut diinterpretasikan ke dalam kriteria baik (B), cukup (C) dan kurang (K).

Kriteria sebagai interpretasi data aktivitas siswa adalah: B = Baik : Jika memperoleh 4-6

C = Cukup : Jika memperoleh 2-3 K = Kurang : Jika memperoleh 0-1

Target keberhasilan yang ditentukan adalah 75% dari kategori baik (B). c. Teknik Pengolahan Data Tes Hasil Belajar

Teknik pengolahan data untuk tes hasil belajar dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu menentukan skor yang diperoleh dari setiap soal, menghitung jumlah skor yang diperoleh siswa kemudian memberi nilai. Teknik pengolahan data untuk tes hasil belajar adalah sebagai berikut:

a) Soal terdiri dari 2 soal b) Setiap soal mendapat skor 4 c) Skor ideal adalah 8

(35)

e) Persentase ketuntasan diperoleh dari hasil bagi jumlah siswa yang tuntas dengan jumlah siswa seluruhnya lalu dikalikan 100%.

f) Kriteria keberhasilan ditentukan oleh batas ketuntasan berdasarkan KKM. Setiap siswa dikatakan tuntas apabila telah mencapai nilai ≥ 54. Target ketuntasan belajar klasikal 75%.

2 Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dan bahan-bahan lain dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan, ke dalam unit-unit, menyusun ke dalam pola, melakukan sintesis, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan memuat kesimpulan sehingga mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain (Sugiyono, 2007).

(36)

Gambar 3.2: Bagan Analisis Data Miles dan Huberman (Sugiyono, 2007) Menurut Sugiyono (2007), “Mereduksi data berarti merangkum,

memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dan membuang yang yang tidak perlu”. Setelah data di reduksi, kemudian

menyajikan data dalam bentuk uraian singkat dengan teks yang bersifat naratif, juga dapat berupa tabel bagan ataupun grafik. Langkah terakhir dalam analisis data adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Dengan demikian analisis data dalam penelitian ini dimulai dengan menelaah dan mempelajari seluruh data yang terkumpul dari berbagai sumber, kemudian data tersebut di reduksi dengan merangkumnya menjadi intisari, selanjutnya data tersebut disusun dan dikategorisasikan, kemudian disajikan dan dimaknai, lalu ditarik kesimpulan.

Kesimpulan dan Verifikasi (conclusion

drawing/verification) Penyajian Data

(37)

G. Validasi Data

Pada penelitian ini validasi data adalah sebagai berikut ini.

a. Member Check, menurut Hopkins (Wiriaatmadja, 2005: 168) yaitu, “Memeriksa kembali keterangan-keterangan atau informasi yang

diperoleh selama observasi atau wawancara dari nara sumber (kepala sekolah, guru, siswa, dan lain-lain) apakah keterangan atau informasi, atau atau penjelasan itu tetap sifatnya atau atau tidak berubah sehingga dapat dipastikan keajegannya, dan data itu terperiksa kebenarannya”.

Member Check, yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan mengkonfirmasikan data temuan yang diperoleh baik kepada guru maupun siswa melalui kegiatan refleksi-kolaborasi pada setiap akhir kegiatan pembelajaran untuk memperoleh tanggapan, sanggahan, atau informasi tambahan baik dari guru maupun siswa sehingga terkumpul data yang benar dan memiliki derajat validasi yang tinggi.

b. Triangulasi, menurut Hopkins (Wiriaatmadja, 2005: 168) yaitu “Memeriksa kebenaran data yang diperoleh peneliti dengan

membandingkan terhadap hasil yang diperoleh sumber lain, yang hadir dan menyaksikan situasi yang sama”. Untuk memperoleh derajat

(38)

triangulasi ini kemudian dijabarkan dalam bentuk hasil observasi dan wawancara.

c. Audit Trail, menurut Hopkins (Wiriaatmadja, 2005: 170) yaitu “Mengecek kebenaran prosedur dan metode pengumpulan data dengan

cara mendiskusikan dengan pembimbing”.

d. Expert Opinion, menurut Hopkins (Wiriaatmadja, 2005: 171) yaitu “Meminta nasihat kepada pakar. Melalui kegiatan ini pakar atau

(39)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Dari penelitian awal yang dilaksanakan di kelas IV SDN Rajagaluh Lor II diperoleh data bahwa siswa kurang memahami tentang materi pecahan senilai. Hal tersebut disebabkan karena kurang maksimalnya kinerja guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran, sehingga mempengaruhi terhadap keberhasilan tes akhir siswa. Berdasarkan temuan tersebut, maka dibuatlah suatu rencana tindakan perbaikan yang dapat meningkatkan proses pembelajaran dan pemahaman siswa. Setelah melakukan diskusi dengan para ahli maka penggunaan alat peraga blok pecahan digunakan sebagai salah satu cara untuk memperbaiki tingkat pemahaman siswa. Penelitian tindakan perbaikan ini dilaksanakan dalam dua siklus. Berdasarkan hasil observasi, wawancara, catatan lapangan, dan tes akhir yang telah dilaksanakan maka dapat disimpulkan sebagai berikut ini.

(40)

penggunaan alat perga blok pecahan dapat melibatkan siswa dalam langkah-langkah pembelajaran.

2. Pelaksanaan penggunaan alat peraga blok pecahan dapat meningkatkan kinerja guru dalam setiap siklusnya. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut ini.

a. Pada kegiatan awal, kinerja guru pada siklus I masih belum optimal karena guru belum dapat memberikan penguatan terhadap motivasi yang diberikan, namun pada pelaksaan tindakan siklus II guru dapat memberikan penguatan motivasinya sehingga siswa lebih siap menerima materi dengan baik.

b. Pada kegiatan inti masih terdapat beberapa aspek yang belum dilaksanakan dengan optimal, volume suara ketika menjelaskan kurang terdengar jelas oleh seluruh siswa dalam ruangan kelas, namun pada pelaksanaan tindakan siklus II volume suara sudah diesuaikan dengan kondisi lingkungan dalam kelas. Kemudian guru kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh temannya, pada pelaksanaan tindakan siklus II untuk komponen ini sudah dilaksanakan tetapi belum optimal karena beberapa petanyaan yang diajukan siswa langsung dijawab oleh guru.

(41)

guru membagi perhatian dan bimbingan secara menyeluruh terutama bagi siswa yang mengalami kesulitan dalam menjawab pertanyaan.

3. Aktivitas siswa dalam setiap siklus memperlihatkan adanya peningkatan, meskipun dalam aspek keaktifan masih terdapat siswa siswa yang tidak melaksanakan komponen yang ditentukan yaitu, bertanya, menjawab, dan memberi komentar dalam pelaksanaan pembelajaran namun secara keseluruhan aktivitas siswa sudah meningkat lebih baik dari tiap siklusnya.

4. Penggunaan alat peraga blok pecahan sudah dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam menentukan pecahan senilai. Hal tersebut dapat dilihat dari persentase ketuntasan yang dicapai oleh siswa dalam setiap siklusnya. Dari penelitian data awal sampai pelaksanaan penelitian tindakan siklus II, ketuntasan minimal yang diperoleh siswa meningkat sebesar 66,48% dari 24% menjadi 90,48%. Dengan demikian maka siswa kelas IV SDN Rajagaluh Lor II sudah dapat memahami materi pecahan senilai dengan baik.

B. Saran

(42)

1. Untuk Guru

a. Dalam penggunaan alat peraga blok pecahan pada pembelajaran matematika tentang pecahan senilai guru sangat berperan penting dalam memberikan motivasi, sebagai fasilitator, dan bertanggungjawab terhadap seluruh kegiatan kelas khususnya dalam memberikan arahan dan bimbingan pada saat menggunakan alat peraga. Oleh karena itu, sebaiknya guru memberikan arahan dan bimbingan pada saat mengerjakan soal.

b. Penggunaan alat peraga blok pecahan merupakan salah satu alternatif pemecahan masalah yang dapat digunakan oleh guru dalam materi pecahan senilai di sekolah dasar.

c. Guru sebaiknya mengelola dan mengontrol kelas dengan baik selama pembelajaran berlangsung, supaya perhatian siswa fokus pada pembelajaran.

d. Dalam pembelajaran selanjutnya, sebaiknya guru lebih memberikan kesempatan bertanya kepada siswa dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pendapatnya.

2. Untuk Siswa

(43)

b. Dalam menentukan pecahan senilai, siswa harus lebih teliti lagi menentukannya.

3. Untuk Peneliti Lain

(44)
(45)

93

DAFTAR PUSTAKA

Adjie N, Maulana. (2009). Pemecahan Masalah Matematika. Bandung: UPI PRESS Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Burhan dan Astuty A. (2009). Ayo Belajar Matematika. Bandung: Depdiknas.

Darhim. (2001). Work Shop Matematika. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.

Depdikbud. (1996). Pedoman Pembuatan dan Penggunaan Alat Peraga/Praktik Sederhana Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar. Jakarta: Ditjen Dikti.

Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

Hamalik, O. (2001). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Haryanti, N. (2009). Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika dengan Menggunakan Alat Peraga pada Siswa Kelas III. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Karim, Muchtar A. (1996/1997). Pendidikan Matematika 1. Jakarta: Depdikbud Ditjen Dikti.

Ruseffendi, ET. Dkk. (1992). Pendidikan Matematika 3. Jakarta: Depdikbud Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Pendidikan Tinggi.

Ruseffendi. (1998). Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Potensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.

Ruswandi, Mujono dan Surahman A. (2010). Metode Penelitian Pendidikan SD. Bandung: UPI Press.

Sadiman, A.S. et al. (1996). Media Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sanjaya, W. (2009). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:

(46)

94

Setiana, Ninik (2011). Peningkatan Efektivitas Pembelajaran Pecahan Senilai melalui Penggunaan Juring Pecahan pada Siswa Kelas IV Semester II SDN Bareng 4 Malang. [Online]. Tersedia: http://karya-ilmiah.um.ac.id/index .php/KSDP/article/ view/ 12597. [04 Juni 2011].

Subarinah, Sri. (2006). Inovasi Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Depdiknas. Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sukarman, H. (2003). Dasar-dasar Didaktik dan Penerapannya dalam Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas.

Suminten. (2010). Peningkatan Hasil Belajar Operasi Hitung Pecahan Menggunakan Metode Demonstrasi dengan Media Kertas Lipat pada Siswa Kelas V

SDN Sidomulyo 02. [Online]. Tersedia:

http://digilib.uns.ac.id/upload/dokumen/13033058201001511.pdf. [04 Juni 2011].

Wardhani, IGAK, dkk. (2007). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.

Winataputra, U. (1996). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud Dirjen. Dikdasmen.

Gambar

Gambar 1.1: Potongan kertas karton persegipanjang yang bernilai 1

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini menyimpulkan bahwa media alat peraga dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa pada materi pecahan.. Kata kunci :

Hasil penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Penggunaan alat peraga stik kayu dapat meningkatkan pemahaman matematika materi pecahan sederhana pada siswa kelas III di

Syukur alhamdulillah dengan ridho Allah penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul Penerapan Alat Peraga Gambar Sebagai Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa alat peraga tangram berpengaruh secara signifikan terhadap pemahaman konsep matematika pecahan untuk anak

Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together dengan alat peraga blok pecahan dapat meningkatkan sikap disiplin dan prestasi

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa minat belajar siswa dalam pembelajaran matematika menunjukan hasil yang baik dengan diterapkannya peraga blok pecahan lingkaran

Dari hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa materi pada alat peraga KERADIGA telah memenuhi aspek pembelajaran berupa alat peraga KERADIGA dapat menyajikan konsep matematika yaitu

Hasil yang diharapkan adalah dengan menerapkan penggunaan alat peraga papan penjumlahan dan pengurangan pecahan dalam proses belajar mengajar maka diharapkan pembelajaran akan lebih