• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM PERTANIAN TERPA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM PERTANIAN TERPA"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM

SISTEM PERTANIAN TERPADU

Asisten Pendamping: Anita Triya Ningrum

Oleh:

Kelompok O4

Yurike Ainur Rofiqoh 155050101111122

Mia Agusfina 155050101111012

Olpha Agustin PutriAnshari 155050101111014

Muh.Fajar Alfikri 155050101111121

Nanda Avisha Putri 155050101111127

PROGRAM STUDI PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah S.W.T. yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Sistem Pertanian Terpadu.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.Untuk itu kami menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Sistem Pertanian Terpadu ini dapat memberikan manfaat dan inpirasi terhadap pembaca maupun penulis sendiri.

Malang, 03 Mei 2017

(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...ii

DAFTAR ISI...iii

DAFTAR TABEL...iv

DAFTAR GAMBAR...v

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...1

1.2 Rumusan Masalah...2

1.3 Tujuan...2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Tani Campuran (Mixed Farming System)...3

2.2 Sistem produksi Tanaman-Ternak (Crops-Livestock Production Systems)...4

2.3 Model Pertanian Tekno-Ekologis (di Ekosistem Lahan Sawah)...4

2.4 Model Pertanian Tekno-Ekologis (di Ekosistem Lahan Perkebunan-Ternak)...5

BAB III MATERI DAN METODE 3.1 Waktu dan LokasiPraktikum...7

3.2 Materi Praktikum...7

3.3 Metode Praktikum...7

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Usaha Tani Campuran (Mixed Farming System)...8

4.2 Sistem produksi Tanaman-Ternak (Crops-Livestock Production Systems)...10

4.3 Model Pertanian Tekno-Ekologis (di Ekosistem Lahan Sawah)...12

4.4 Model Pertanian Tekno-Ekologis (di Ekosistem Lahan Perkebunan-Ternak)...14

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...17

DAFTAR PUSTAKA...18

(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Modal Komoditas usaha tani campuran...8

Tabel.2 Hasil Penjualan Komoditas Usahatani Campuran...8

Tabel 3. Modal Komoditas tanaman Sistem Produksi Tanaman-Ternak...10

Tabel 4. Hasil Penjualan Komoditas tanaman Sistem Produksi Tanaman-Ternak...10

Tabel 5. Modal Komoditas Ternak Sistem Produksi Tanaman-Ternak...11

Tabel 6. Hasil Penjualan Komoditas Ternak Sistem Produksi Tanaman-Ternak...11

Tabel 7. Modal Komoditas Tanaman Pertanian Tekno-Ekologis (Sawah)...12

Tabel 8. Hasil Penjualan Tanaman Pertanian Tekno-Ekologis (sawah)...12

Tabel 9. Modal Komoditas Ternak Ekologis Sawah...13

Tabel 10. Hasil Penjualan Komoditas Ternak Pertanian Ekologis Sawah...13

Tabel 11. Modal Komoditas tanaman pertanian tekno-ekologis (Kebun)...14

Tabel 12. Hasil Penjualan komoditas tanaman sistem tekno-ekologis (perkebunan)...14

Tabel 13. Modal Komoditas Ternak Sistem Tekno-ekologis (Perkebunan)...15

(6)
(7)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang

Sistem Pertanian Terpadu memiliki 4 sistem dalam penerapannya. Di kota Malang, Jawa Timur sendiri, sudah banyak petani maupun peternak yang menerapkan ke-4 sistem dalam Sistem Pertanian Terpadu tersebut. Sistem-sistem tersebut berupa Usaha Tani Campuran (Mixed Farming System), Sistem produksi Tanaman-Ternak (Crops-Livestock Production Systems), Model Pertanian Tekno-Ekologis (di Ekosistem Lahan Sawah), dan Model PertanianTekno-Ekologis (di Ekosistem Lahan Perkebunan-Ternak).

Model Usaha Tani Campuran (Mixed Farming System) adalah usaha tani yang dilakukan dengan penanaman lebih dari satu komoditas pada waktu bersamaan. Contohnya menanam cabai, terong, jeruk, rumput gajah dan lainnya dalam waktu bersamaan. Model Sistem produksi Tanaman-Ternak (Crops-Livestock Production Systems) adalah usaha tani yang melibatkan lebih dari satu komoditas dan terdapat interaksi saling menguntungkan antara system tanaman pangan, ternak dan tanaman pakan ternak. Contohnya tanaman pangan jagung dan cabai rawit, tanaman pakan berupa rumput gajah dengan ternak sapi atau kambing.

Model Pertanian Tekno-Ekologis (di Ekosistem Lahan Sawah) terdiri dari integrasi sederhana dan kompleks. Integrasi sederhana yaitu kawasan lahan sawah umumnya hanya berorientasi pada usaha tani tanaman padi dan sebagian digilir dengan menanam pala wija saat musim kemarau dan dapat berintegrasi dengan ternak, sedangkan intergrasi kompleks yaitu integrasi sederhana yang diintroduksi spesies baru yang memiliki hubungan fungsional dengan spesies yang sudah ada. Model Pertanian Tekno-Ekologis (di Ekosistem Lahan Sawah) juga memiliki integrasi sederhana dan kompleks. Integrasi sederhana berupa kawasan kopi, kelapa, coklat dan tanaman sengon umumnya banyak dijumpai di daerah tropis yang mana diintegrasikan dengan ternak dengan sentuhan teknologi yaitu pengolahan limbah sebagai pakan ternak dan kotoran ternak sebagai pupuk kandang. Integrasi kompleks model ini yaitu integrasi sederhana dapat diisi dengan spesies lain sehingga dapat memperpanjang rantai ekosistem, ditanami juga tanaman penaung sebagai sumber pakan ternak dan dipadukan dengan pengolahan hasil.

(8)

1.2 RumusanMasalah

1. Bagaimana analisa dan penerapan Usaha Tani Campuran di kota Malang? 2. Bagaimana analisa dan penerapan Sistem Produksi Tanaman-Ternak di kota

Malang?

3. Bagaimana analisis dan penjabaran dari model Pertanian Tekno-Ekologis di Lahan Sawah dengan pola integrasi sederhana maupun integrasi kompleks?

4. Bagaimana analisis dan penjabaran dari model PertanianTekno-Ekologis di Lahan Perkebunan-Ternak dengan pola integrasi sederhana maupun integrasi kompleks?

1.3 Tujuan

1. Mahasiswa mampu memahami dan menganalisa tentang Usaha Tani Campuran berdasarkan pendataan pada responden.

2. Mahasiswa mampu memahami dan menganalisa tentang Sistem Produksi Tanaman-Ternak berdasarkan pendataan pada responden.

3. Mahasiswa mampu mengerti dan menjabarkan pola dari integrasi sederhana dan kompleks pada model Pertanian Tekno-Ekologis di Lahan Sawah.

(9)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Usaha Tani Campuran (Mixed Farming)

Dalam praktek di lapangan, petani mengelola tanamannya dengan melakukan pengaturan pola tanam, pengaturan jarak tanam, pemangkasan cabang dan ranting dan sebagainya. Pada sistem campuran dari berbagai jenis tanaman atau mixed cropping (pohon dengan tanaman semusim, atau hanya pepohonan saja), maka setiap jenis tanaman dapat mengubah lingkungannya dengan caranya sendiri. Sebagai contoh, jenis tanaman yang bercabang banyak akan menaungi tanaman yang lain. Beberapa tanaman yang jaraknya tidak terlalu dekat akan memperoleh keuntungan, prosesnya sering disebut dengan facilitation. Contohnya, pohon dadap yang tinggi dan lebar sebaran kanopinya memberikan naungan yang menguntungkan bagi tanaman kopi (Hairiah, 2012).

Karakteristik yang umum dijumpai adalah setiap petani selalu melakukan usaha tani campuran terlepas dari luas pemilikan lahan, lokasi, atau kepadatan penduduk. Hal ini menunjukkan konsistensi dari kedua tujuan berusaha tani, yaitu memaksimalkan keuntungan atau menimalkan resiko. Alasan lain petani melakukan usaha tani campuran adalah karena kebiasaan (tradisi), untuk memaksimalkan penerimaan dari sumber daya yang terbatas dan meningkatkan manfaat keterkaitan antar cabang usaha seperti tanaman dan ternak (sumber pakan), ternak dan tanah (kesuburan), serta tanaman dan tanaman (tumpang sari). Alasan tradisional tersebut telah tercakup dalam keinginan untuk memaksimalkan penerimaan dan meminimalkan resiko serta keinginan mengambil manfaat dari adanya usaha tani campuran tersebut (Soedjana, 2007).

Jenis tanaman hortikultura yang dibudidayakan petani untuk kebutuhan pasar jumlahnya mencapai sekitar 27 jenis tanaman, disamping beberapa tanaman lain yang hanya untuk subsistensi di kebun-kebun kecil di sekitar rumah atau di dekat pondok di ladang mereka. Pengelompokan tanaman-tanaman hortikultura didasarkan pada kriteria-kriteria tertentu. Kriteria-kriteria itu berkenaan dengan bentuk fisik dan kemampuan produksi tanaman, juga dihubungkan dengan kondisi lingkungan alam dan kegiatan-kegiatan ekonomi. Klasifikasi (pengelompokkan) tanaman ini dibuat petani untuk memudahakan mereka dalam memilih beberapa alternatif jenis tanaman yang akan ditanam di ladang (Sembiring, 2005).

Usaha tani campuran meliputi berbagai macam komoditas antara lain tanaman pangan, hortikula, dan juga tanah perkebunan (Suratiyah, 2006).

(10)

2.2 Sistem Produksi Tanaman-Ternak ( Crop Livestock Cropping System)

Ciri utama dari pengintegrasian tanaman dengan ternak adalah terdapatnya keterkaitan yang saling menguntungkan antara tanaman dengan ternak. Keterkaitan tersebut terlihat dari pembagian lahan yang saling terpadu dan pemanfaatan limbah dari masing masing komponen. Saling keterkaitan berbagai komponen sistem integrasi merupakan faktor pemicu dalam mendorong pertumbuhan pendapatan masyarakat tani dan pertumbuhan ekonomi wilayah yang berkelanjutan (Pasandaran, 2006).

Salah satu harapan dalam pengembangan pertanian (termasuk sistem integrasi tanaman ternak, produksi tanaman pangan dan daging) di Indonesia adalah meningkatkan kesejahteraan hidup petani dan mengurangi beban impor yang kian membengkak terutama sapi hidup dan daging. Sistem integrasi tanaman-ternak mengandung arti bahwa kedua usaha diharapkan berlangsung dalam satu sistem usaha agribisnis Crop-Livestock System (CLS) yang saling mengisi, yaitu tanaman tersedia input berupa pakan dan dari ternak termanfaatkan kogtoran ternak menjadi pupuk organik (Hau, 2005).

Salah satu usaha sistem pertanian terpadu yaitu sistem integrasi tanaman ternak. Contohnya sistem integrasi tanaman semusim-ternak sapi potong yang merupakan intensifikasi sistem usaha tani melalui pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan secara terpadu dengan komponen ternak sapi potong sebagai 2 bagian kegiatan usaha (Zakariah, 2012).

Sebanyak 85 % petani melakukan penanaman padi sawah dengan cara tanam pindah dengan umur benih lebih dari 21 hari setelah semai (HSS) dan sebanyak 15 % petani melakukan penanaman dengan cara tanam pindah dengan umur benih kurang dari 21 hari setelah semai (HSS). Sistem tanam pindah tidak mendukung sistem pertanian berkelanjutan pada budidaya padi sawah. Sistem tanam yang sesuai dengan pertanian tekno-ekologis adalah sistem tanam benih langsung (tabela) karena memiliki keunggulan antara lain lebih hemat waktu, lebih hemat air, produktivitas meningkat (rata-ratasekitar 16,4 %) dan lebih hemat tenaga karena tidak memerlukan tenaga untuk mencabut dan menanam bibit (Istiantoro, 2013).

2.3 Model Pertanian Tekno – Ekologis (Ekosistem Lahan Sawah)

(11)

Penanaman tanaman pakan sebagai tanaman konservasi tanah sangat penting dan perlu disosialisasikan kepada masyarakat. Ada dua sasaran yang dapat dicapai oleh penanaman tanaman pakan ternak di lahan kering DAS bagian hulu, yaitu sebagai sumber hijauan dan sebagai pengendali erosi tanah. Ada beberapa cara konservasi tanah dengan menggunakan tanaman pakan, disesuaikan dengan kondisi agroekologi dan jenis tanamannya, yaitu penataan tanaman pakan di lahan berteras, strip rumput, system tiga strata, tanaman lorong dan tanaman penutup tanah. (Prawiradiputra, 2011)

Umumnya petani menanam dan mengusahakan berbagai jenis tanaman, ternak, dan usaha lainnya dalam suatu kesatuan usaha rumah tangga untuk mengurangi risiko serangan penyakit serta kegagalan panen. Sebagian besar lahan yang dikuasai dimanfaatkan untuk tanaman pangan dalam upaya memenuhi kebutuhan keluarga (Soedjana, 2007)

Penerapan model integrasi tanaman ternak pada suatu kawasan yang memiliki potensi pengembangan usaha tani campuran harus mempertimbangkan paling sedikit empat skenario, yaitu: 1) skenario alami yang dilakukan atau dipraktekkan oleh petani setempat, 2) skenario sistem usahatani tanpa ternak, 3) skenario sistem usaha tani dengan ternak, dan 4) skenario yang berbasis sumber daya (lahan, tenaga kerja, modal) dan peluang pengembangan kegiatan produktif, seperti tanaman, ternak, jasa buruh, transaksi nilai tambah antar komoditas, dan sumber-sumber pendapatan lainnya (Iswari, 2012).

Skala usaha dalam suatu sistem usaha tani dapat diukur dengan berbagai cara, antara lain dari investasi, biaya tetap, biaya variabel, total nilai penjualan, luas areal tanam, dan jumlah satuan ternak. Perhitungan biaya setiap luasan areal tanam atau satuan ternak dapat dilakukan untuk melihat perbedaan efisiensi di antara petani yang mengusahakan komoditas serupa (Zakariah, 2012).

2.4 Model Pertanian Tekno – Ekologis (Ekosistem Lahan Perkebunan – Ternak)

Penerapan teknologi di lapang sangat ditentukan oleh pengetahuan dan keterampilan peternak. Kebiasaan peternak dalam pemberian pakan yang dilakukan secara turun-temurun menyebabkan lambatnya penyerapan teknologi baru yang dianjurkan. Tata laksana pemberian pakan ternak ruminansia yang mengandalkan pada mencari rumput setiap hari, menyebabkan skala kepemilikan ternak rendah. Kebiasaan menyimpan pakan sebagai cadangan pada saat kekurangan pakan belum menjadi budaya bagi peternak (Haryanto, 2009).

Limbah tanaman pangan merupakan sumber daya pakan berserat yang potensial dan sesuai untuk sapi dan ternak ruminansia lainnya. Di banyak daerah limbah tanaman pangan seperti jerami padi belum dimanfaatkan sebagai sumber pakan ternak. Petani cenderung membakarnya, yang berarti membuang bahan organic yang berpotensi menjadi pakan ternak (Zakariah, 2012).

(12)

menurunkan luas lahan untuk pertanian (penyediaan bahan pangan). (Nurcholis dan Supangkat, 2011).

Usaha tani ramah lingkungan (enviromentally friendly agriculture) menghendaki pemilihan dan penerapan teknologi yang serasi dengan lingkungan, sehingga produkstivitas usahatani optimal dan produk yang dihasilkan aman. Salah satu kunci pelestarian lahan, baik lahan kering maupun lahan sawah adalah kandungan bahan organik yang cukup di dalam tanah. Penambahan pupuk kandang kedalam tanah, selain memperbaik istruktur tanah juga meningkatkan kandungan nitrogen. (Prawiradiputra, 2011).

(13)

BAB III

MATERI DAN METODE

3.1 Waktu Dan Lokasi Praktikum

Praktikum dilaksanakan pada tanggal 20 April 2017, yang mengambil lokasi didaerah Sumber Sekar Kec. Dau, Malang. Dengan pembagian materi 1 didaerah Gading Kulon, Sumber Sekar. Materi 2, 3, dan 4 didaerah Desa Sumber Sekar, Kec Dau.

3.2 Materi Praktikum (Responden, Tanaman, Ternak) Responden 1 : Bapak Supiyono

Jenis Tanaman : cabai, terong hijau, jeruk, alpukat, pisang, rumput gajah.

Ternak :

-Responden 2 : Bapak Suprayitno

Jenis tanaman : jagung, cabai rawit, jahe, rumput gajah

Ternak : sapi, kambing

Responden 3 : Bapak Purnomo

Jenis tanaman : jagung, rumput gajah, sawah padi Ternak ; sapi PO dan PFH (penggemukan) Responden 4 : Bapak Suprayitno

Jenis tanaman : kopi arabica, pisang, rumput gajah Ternak : sapi dan kambing PE.

3.3 Metode Praktikum

(14)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Materi I

Usaha Tani Campuran (Mixed Farming Systems) Nama : Bapak Supiyono

Alamat : Desa Gading Kulon, Krajan No. Hp : 081952999051

Jenis Tanaman: Cabai Rawit, Jeruk Manis, Terong, Alpukat, dan Pisang. Analisis Usaha:

1 Cabai Rawit 3.000,- 800 2.400.000,-

2.500.000,-2 Terong 2.500,- 500 1.250.000,-

1.400.000,-3 Alpukat 10.000,- 4 40.000,-

50.000,-4 Jeruk 10.000,- 54 540.000,-

600.000,-5 Pisang 3000,- 10 30.000,-

30.000,-TOTAL MODAL (Rp) 4.260.000,-

4.580.000,-Tabel 1. Modal Komoditas usaha tani campuran

NO NAMA

1 Cabai Rawit 35 Kg 35.000,- 1.225.000,-

6.125.000,-2 Terong 150 Kg 7.000,- 1.050.000,-

3.150.000,-3 Alpukat 50 Kg 7.000,- 350.000,-

700.000,-4 Jeruk - - -

-5 Pisang - - -

-TOTAL PENJUALAN (Rp) 2.625.000,-

9.975.000,-Tabel.2 Hasil Penjualan Komoditas Usahatani Campuran

Keuntungan Dalam 1 Tahun

= Total Penjualan Dalam 1 Tahun – Total Modal Dalam 1 Tahun = 9.975.000 – 4.580.000

= Rp

(15)

Usahatani campuran yang dilakukan oleh bapak Supiyono mengalami keuntungan yang cukup banyak, sebesar Rp 5.395.000,-. Hal tersebut dapat disebabkan karena terdapat beberapa tanaman yang di tanam dalam jangka waktu yang berdekatan dan dengan pengaturan jarak tanam yang sesuai dengan kebutuhan tanaman yang ditanam. Hairiah, dkk (2012) menerangkan Dalam praktek di lapangan, petani mengelola tanamannya dengan melakukan pengaturan pola tanam, pengaturan jarak tanam, pemangkasan cabang dan ranting dan sebagainya. Pada sistem campuran dari berbagai jenis tanaman atau mixed cropping (pohon dengan tanaman semusim, atau hanya pepohonan saja), maka setiap jenis tanaman dapat mengubah lingkungannya dengan caranya sendiri. Sebagai contoh, jenis tanaman yang bercabang banyak akan menaungi tanaman yang lain. Beberapa tanaman yang jaraknya tidak terlalu dekat akan memperoleh keuntungan, prosesnya sering disebut dengan facilitation. Contohnya, pohon dadap yang tinggi dan lebar sebaran kanopinya memberikan naungan yang menguntungkan bagi tanaman kopi.

Bapak Supiyono menerapkan sistem usahatani campuran dikarenakan lahan yang tidak terlalu luas, hanya sekitar 3.000 m2. Dengan memanfaatkan lahan yang ada, petani ini juga berpendapat akan lebih menguntungkan apabila menanam lebih dari 1 macam tanaman dalam 1 lahan, karena ekonomis dan pengetahuan yang diperoleh dari lingkungan masyarakatnya. Hal tersebut dapat dikaitkan dengan pendapat dari Soedjana (2007), karakteristik yang umum dijumpai adalah setiap petani selalu melakukan usaha tani campuran terlepas dari luas pemilikan lahan, lokasi, atau kepadatan penduduk. Hal ini menunjukkan konsistensi dari kedua tujuan berusaha tani, yaitu memaksimalkan keuntungan atau menimalkan resiko. Alasan lain petani melakukan usaha tani campuran adalah karena kebiasaan (tradisi), untuk memaksimalkan penerimaan dari sumber daya yang terbatas dan meningkatkan manfaat keterkaitan antar cabang usaha seperti tanaman dan ternak (sumber pakan), ternak dan tanah (kesuburan), serta tanaman dan tanaman (tumpang sari). Alasan tradisional tersebut telah tercakup dalam keinginan untuk memaksimalkan penerimaan dan meminimalkan resiko serta keinginan mengambil manfaat dari adanya usaha tani campuran tersebut.

Tanaman yang ditanam pada lahan ini bervariasi. Namun, rata-rata yang ditanam adalah tanaman pangan yang memiliki sifat hampir sama. Seperti terong dan cabai yang merupakan tanaman perdu (pendek). Suratiyah (2006) berpendapat usaha tani campuran meliputi berbagai macam komoditas antara lain tanaman pangan, hortikula, dan juga tanah perkebunan. Lalu diterangkan lagi oleh Siswati (2012), tanaman hortikultura merupakan tanaman yang sangat dibutuhkan oleh manusia untuk memenuhi kebutuahan vitamin dan mineral, Sayuran hijau bermanfaat sebagai sumber vitamin dan mineral yang penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Dengan bertambahnya penduduk, meningkatnya pendapatan dan pendidikan akan mempengaruhi kesadaran masyarakat terhadap pentingnya nilai gizi dan kesehatan.

(16)

Sistem Produksi Tanaman – Ternak (Crops – Livestock Production Systems) Nama : Bapak Suprayitno

Alamat : Dsn. Precet, Ds. Sumber Sekar, Kec. Dau No. Hp : 081232516848

Jenis Tanaman: Cabai Rawit, Akasia, Jagung, Jahe dan Rumput Gajah Jenis Ternak: Sapi Potong dan Kambing Peranakan Etawah (PE) Analisis Usaha:

1 Cabai Rawit 3.000,- 300 900.000,-

1.100.000,-2 Jahe 2.000,- 10 20.000,-

40.000,-3 Jagung 60.000,- 5 300.000,-

400.000,-4 Akasia 15.000,- 15 225.000,-

250.000,-5 Rumput Gajah 350,- 5 1.750,-

7.000,-TOTAL MODAL (Rp) 1.446.750,-

1.797.000,-Tabel 3. Modal Komoditas tanaman Sistem Produksi Tanaman-Ternak

NO NAMA

1 Cabai Rawit 10 Kg 35.000,- 350.000,-

1.750.000,-2 Jahe 50 Kg 1.500,- 75.000,-

150.000,-3 Jagung - - -

-4 Akasia - - -

-5 Rumput Gajah 50 Kg - -

-TOTAL PENJUALAN (Rp) 425.000,-

1.900.000,-Tabel 4. Hasil Penjualan Komoditas tanaman Sistem Produksi Tanaman-Ternak

Keuntungan Dalam 1 Tahun

= Total PenjualanDalam 1 Tahun – Total Modal Dalam 1 Tahun = 1.900.000 –

1.797.000,-= Rp

103.000,-NO NAMA KOMODITAS HARGA BELI(Rp) KUANTITAS JUMLAH (Rp)

(17)

8.000.000,-2 Kambing PE Jantan 2.250.000,- 1

2.250.000,-3 Kambing PE Betina 2.000.000,- 2

4.000.000,-TOTAL MODAL

14.250.000,-Tabel 5. Modal Komoditas Ternak Sistem Produksi Tanaman-Ternak

NO NAMA KOMODITAS JUAL (Rp)HARGA KUANTITAS JUMLAH HARGAPENJUALAN (Rp)

1 Sapi Potong 13.000.000,- 1

13.000.000,-2 Kambing PE Jantan 2.750.000,- 2

5.500.000,-3 Kambing PE Betina 2.500.000,- 4

10.000.000,-TOTAL PENJUALAN

28.500.000,-Tabel 6. Hasil Penjualan Komoditas Ternak Sistem Produksi Tanaman-Ternak

KEUNTUNGAN

= TOTAL PENJUALAN – TOTAL MODAL = 28.500.000 –

= Rp

14.250.000,-Pembahasan:

Keuntungan yang didapatkan oleh petani ini sebesar Rp 14.353.000,- yang didapatkan dari hasil penjualan tanaman dan ternak, Rp 103.000,- + Rp 14.250.000,- . Dengan memanfaatkan lahan yang dimiliki, petani menanam tanaman pangan dan tanaman pakan dalam 1 luasan area. Tanaman pakan ditujukan untuk ternak dan pangan untuk dijual. Tanaman pangan juga dapat menghasilkan limbah yang nantinya dapat pula digunakan untuk pakan tambahan bagi ternak dan kotoran ternak yang menjadi limah juga dapat dgunakan sebagai pupuk. Pasandaran (2006) menerangkan ciri utama dari pengintegrasian tanaman dengan ternak adalah terdapatnya keterkaitan yang saling menguntungkan antara tanaman dengan ternak. Keterkaitan tersebut terlihat dari pembagian lahan yang saling terpadu dan pemanfaatan limbah dari masing masing komponen. Saling keterkaitan berbagai komponen sistem integrasi merupakan faktor pemicu dalam mendorong pertumbuhan pendapatan masyarakat tani dan pertumbuhan ekonomi wilayah yang berkelanjutan.

(18)

Crop-Livestock System (CLS) yang saling mengisi, yaitu tanaman tersedia input berupa pakan dan dari ternak termanfaatkan kogtoran ternak menjadi pupuk organik.

4.3 Materi III

Model Pertanian Tekno – Ekologis (Ekosistem Lahan Sawah) Nama : Bapak Purnomo

Alamat : Dsn. Precet, Ds. Sumber Sekar, Kec. Dau No. Hp : 085755288409

Jenis Tanaman: Jagung dan Rumput Gajah Jenis Ternak : Sapi Potong

Teknologi :

- Pembajakan dengan traktor dan cangkul - Penanaman bibit dari biji

- Pemupukan menggunakan puput NPK dan Ponska - Menggunakan tenaga sendiri dan keluarga

Analisis Usaha:

1 Jagung 60.000,- 5 300.000,-

500.000,-2 Rumput Gajah 500,- 50 25.000,-

100.000,-TOTAL MODAL (Rp) 325.000,-

600.000,-Tabel 7. Modal Komoditas Tanaman Pertanian Tekno-Ekologis (Sawah)

NO NAMA

1 Jagung 500 Kg 4.000,- 2.000.000,-

2.000.000,-2 Rumput Gajah - - -

-TOTAL PENJUALAN (Rp)

2.000.000,-Tabel 8. Hasil Penjualan Tanaman Pertanian Tekno-Ekologis (sawah)

Keuntungan Dalam 1 Tahun = Total Penjualan – Total Modal = 2.000.000 –

600.000,-= Rp

1.400.000,-NO NAMA KOMODITAS HARGA BELI(Rp) KUANTITAS JUMLAH (Rp)

1 Sapi Potong 8.000.000,- 3

24.000.000,-TOTAL MODAL

(19)

NO NAMA KOMODITAS JUAL (Rp)HARGA KUANTITAS JUMLAH HARGAPENJUALAN (Rp)

1 Sapi Potong 13.000.000,- 3

39.000.000,-TOTAL PENJUALAN

39.000.000,-Tabel 10. Hasil Penjualan Komoditas Ternak Pertanian Ekologis Sawah

Keuntungan

= 39.000.000 – 24.000.000 = Rp

15.000.000,-Pembahasan:

Lahan ini ditanami jagung dikarenakan sudah waktunya musim kemarau. Dalam 1 tahun dapat menerima keuntungan sebesar Rp 1.400.000,- dari lahan ini. Hal ini sesuai dengan Istiantoro (2013) Sistem tanam yang sesuai dengan pertanian tekno-ekologis adalah sistem tanam benih langsung (tabela) karena memiliki keunggulan antara lain lebih hemat waktu, lebih hemat air, produktivitas meningkat (rata-ratasekitar 16,4 %) dan lebih hemat tenaga karena tidak memerlukan tenaga untuk mencabut dan menanam bibit.

Bapak Purnomo mengganti tanaman sawahnya dengan jagung dikarenakan alasan ekonomi,dimana biaya yang dikelurakan untuk menanam padi saat musism kemarau hanya akan menghabiskan biaya yang banyak. Hal tersebut berkaitan dengan pendapat Zakariah (2012) skala usaha dalam suatu sistem usaha tani dapat diukur dengan berbagai cara, antara lain dari investasi, biaya tetap, biaya variabel, total nilai penjualan, luas areal tanam, dan jumlah satuan ternak. Perhitungan biaya setiap luasan areal tanam atau satuan ternak dapat dilakukan untuk melihat perbedaan efisiensi di antara petani yang mengusahakan komoditas serupa.

Hasil perhintungan didapatkan keuntungan Rp 15.000.000,-. Hal ini disebabkan keuntungan setiap ternaknya sebesar Rp 5.000.000,-, namun belum dihitung dengan pengurangan biaya-biaya pakan. Terdapat beberapa keuntungan dari sistem ini yaitu hasil samping dari petanian dapat diberikan ke ternak untuk mengurangi biaya pakan. Berkaitan dengan Iswari (2012) Penerapan model integrasi tanaman ternak pada suatu kawasan yang memiliki potensi pengembangan usaha tani campuran harus mempertimbangkan paling sedikit empat skenario, yaitu: 1) skenario alami yang dilakukan atau dipraktekkan oleh petani setempat, 2) skenario sistem usahatani tanpa ternak, 3) skenario sistem usaha tani dengan ternak, dan 4) skenario yang berbasis sumber daya (lahan, tenaga kerja, modal) dan peluang pengembangan kegiatan produktif, seperti tanaman, ternak, jasa buruh, transaksi nilai tambah antar komoditas, dan sumber-sumber pendapatan lainnya.

4.4 Materi IV

Model Pertanian Tekno – Ekologis (Ekosistem Lahan Perkebunan – Ternak) Nama : Bapak Suprayitno

Alamat : Dsn. Precet Ds. Sumber Sekar Kec. Dau No. Hp : 081232516848

(20)

Jenis Ternak: Sapi potong dan kambing PE Teknologi :

- Penanaman dari bibit semai

- Penanaman dan pemanenan tanaman kopi dengan bantuan tenaga kerja keluarga - Pembajakan dengan traktor dan cangkul

Analisis Usaha:

1 Kopi 25.000,- 50 1.250.000,-

1.250.000,-2 Cabai Rawit 3.000,- 300 900.000,-

900.000,-3 Jahe 2.000,- 10 20.000,-

40.000,-4 Pisang 3.000,- 15 45.000,-

45.000,-5 Rumput Gajah 350,- 5 1.750,-

7.000,-TOTAL MODAL (Rp) 2.216.750,-

2.223.750,-Tabel 11. Modal Komoditas tanaman pertanian tekno-ekologis (Kebun)

NO KOMODITASNAMA JUMLAHPANEN

1 Kopi 200 Kg 10.000,- 2.000.000,-

2.000.000,-2 Cabai Rawit 50 Kg 35.000,- 350.000,-

1.750.000,-3 Jahe 50 Kg 1.500,- 75.000,-

150.000,-4 Pisang - - -

-5 Rumput Gajah 50 Kg - -

-TOTAL PENJUALAN (Rp) 2.425.000,-

3.900.000,-Tabel 12. Hasil Penjualan komoditas tanaman sistem tekno-ekologis (perkebunan)

Keuntungan Dalam 1 Tahun: = Total penjualan – Total Modal = 3.900.000 – 2.223.750

= Rp

1.676.250,-NO NAMA KOMODITAS HARGA BELI

(Rp) KUANTITAS JUMLAH (Rp)

(21)

8.000.000,-2 Kambing PE Jantan 2.250.000,- 1

2.250.000,-3 Kambing PE Betina 2.000.000,- 2

4.000.000,-TOTAL MODAL

14.250.000,-Tabel 13. Modal Komoditas Ternak Sistem Tekno-ekologis (Perkebunan)

NO NAMA KOMODITAS HARGA

JUAL (Rp) KUANTITAS

JUMLAH HARGA PENJUALAN (Rp)

1 Sapi Potong 13.000.000,- 1

13.000.000,-2 Kambing PE Jantan 2.750.000,- 2

5.500.000,-3 Kambing PE Betina 2.500.000,- 4

10.000.000,-TOTAL PENJUALAN

28.500.000,-Tabel 14. Hasil Penjualan Komoditas Ternak Sistem Produksi Tanaman-Ternak

KEUNTUNGAN

= TOTAL PENJUALAN – TOTAL MODAL = 28.500.000 –

= Rp

14.250.000,-Pembahasan:

Lahan perkebunan milik Bapak Suprayitno merupakan lahan yang kurang air, keras dan minim unsur hara. Namun hal tersebut dapat diatasi dengan pengolahan lahan yang baik. Dalam hal ini pengetahuan dan kemampuan dari petani sangat dibutuhkan. Hal tersebut seuai dengan pendapat dari Haryanto (2009), penerapan teknologi di lapang sangat ditentukan oleh pengetahuan dan keterampilan peternak. Kebiasaan peternak dalam pemberian pakan yang dilakukan secara turun-temurun menyebabkan lambatnya penyerapan teknologi baru yang dianjurkan. Tata laksana pemberian pakan ternak ruminansia yang mengandalkan pada mencari rumput setiap hari, menyebabkan skala kepemilikan ternak rendah. Kebiasaan menyimpan pakan sebagai cadangan pada saat kekurangan pakan belum menjadi budaya bagi peternak.

Ternak dari bapak Suprayitno diberikan daun kopi, rumput gajah dan campuran jerami. Sesuai dengan Zakaria (2012), limbah tanaman pangan merupakan sumber daya pakan berserat yang potensial dan sesuai untuk sapi dan ternak ruminansia lainnya. Di banyak daerah limbah tanaman pangan seperti jerami padi belum dimanfaatkan sebagai sumber pakan ternak. Petani cenderung membakarnya, yang berarti membuang bahan organic yang berpotensi menjadi pakan ternak.

(22)

menunjukkan hubungan antara rumah tangga petani, koomponen tanaman dan ternak merupakan satu kesatuan yang menjadi dasar dalamp proses pengambilan keputusan petani.

(23)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

 Pada sistem usahatani campuran dibutuhkan tanaman pangan yang dapat berintegrasi satu sama lain untuk menunjang kesuburan tanah dan tanaman itu sendiri.

 Pada sistem tanaman – ternak didapatkan bahwa limbah-limbah yang dihasilkan oleh kedua faktor tersebut saling mendukung satu sama lain. Limbah tanaman pangan dapat dijadikan pakan bagi ternak dan limbah ternak berupa kotoran dapat menjadi pupuk organik bagi tanah lahan yang ditanami tanaman pakan.

 Pada sistem ekologis sawah didapatkan cara untuk mengatasi kekurangan air saat musim kemarau pada lahan sawah, yaitu dengan menanam tanaman yang memerlukan air yang tidak terlalu banyak.

 Pada sistem tanaman perkebunan – ternak didapatkan bahwa pengolahan lahan yan kurang baik dapat dilakukan dengan mengintegrasikan beberapa tanaman dan memerlukan pengetahuan dari petani.

SARAN

 Sebaiknya para petani lebih memerhatikan perhitungan biaya yang dikeluarkan untuk usaha, agar dapat memaksimalkan keuntungan yang didapat.

(24)

DAFTAR PUSTAKA

Hairiah dkk. 2012. Interaksi Antara Pohon-Tanah-Tanaman Semusim: Kunci Keberhasilan Atau Kegagalan Dalam Sistem Agroforestri. Bahan Ajar 2

Hau,dkk. 2005.Prospek Pengembangan Sistem Integrasi Tanaman-Ternak di Nusa Tenggara Timur. Lokakarya Pengembangan Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi

Istiantoro dkk. 2013. Tingkat Penerapan Sistem Pertanian Berkelanjutan Pada Budidaya Padi Sawah. Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Pasandaran, Effendi. Djayanegara, Andi. Kariyasa, Ketut. Kasryno. Faisal.2006. Integrasi Tanaman Ternak di Indonesia. Badan penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta. Sembiring Sri Alem. 2005. Pengetahuan Petani dan Stabilitas Ekosistem Ladang: Urgensinya

Dalam Sistem Pertanian Berkelanjutan. Jurnal Antropologi Sosial Budaya ETNOVISI. Vol 2(1)

Soedjana Tjeppy D, 2007. Sistem Usaha Tani Terintregasi Tanaman-Ternak Sebagai Respon Petani Terhadap Faktor Resiko. Jurnal Litbang Pertanian. Vol 26 (2)

Syamsidar. 2012. Analisis Pendapatan Pada Sistem Integrasi Tanaman Semusim- Ternak Sapi Potong. Skripsi Fakultas Peternakan. Universitas Hasanuddin. Makassar

(25)

LAMPIRAN

(26)

Ket: fieldtrip materi 2

Gambar

Tabel 1. Modal Komoditas usaha tani campuran
Tabel 3. Modal Komoditas tanaman Sistem Produksi Tanaman-Ternak
Tabel 5. Modal Komoditas Ternak Sistem Produksi Tanaman-Ternak
Tabel 9. Modal Komoditas Ternak Ekologis Sawah
+4

Referensi

Dokumen terkait

Pengembangan Integrasi Ternak Tanaman Hortikultura Pengadaan Bibit Ternak Ayam Potong JB: Barang/jasa JP: Barang. 1

Total rata-rata penerimaan yang diterima oleh Keluarga Petani berasal dari jumlah penerimaan usaha tani dan non usaha tani. Total rata-rata penerimaan tersebut

Sebagai konsekwensinya adalah keluarga petani tanaman yang akan mengusaha tanikan integrasi ternak dalam tanamannya, harus menguasai teknik pemeliharaan dan pemanfaatan

Integrasi sapi - sawit memiliki potensi besar untuk pengembangan bioindustri, baik berupa bioindustri pakan ternak maupun pupuk organik. Potensi

Hampir segala aspek usaha tani yang dilakukan oleh keempat.. petani memiliki kesamaan, seperti perlakuan-perlakuan dalam budidaya

Pengembangan sistem integrasi padi dan ternak (SIPT) sapi telah terjadi secara berkelanjutan di kelompok tani Mawar, Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang

(3) Garis sempadan sungai kecil tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, ditentukan paling sedikit 50 (lima puluh)

Judul Tesis : Analisis Komparasi Usaha Tani Pola Integrasi Dan Non Integrasi Antara Tanaman Jeruk Dan Ternak Sapi Di Kabupaten Karo.. Nama Mahasiswa :