• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH MNJ KEUANGAN KEL. 5 MNJ PERSEDIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH MNJ KEUANGAN KEL. 5 MNJ PERSEDIA"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

Disusun Oleh :

1. Misto

NIM. 43110120163

2. Sely Enggar R

NIM. 43112110244

3. Johanes Hervindo NIM. 43111110193

4. Teta

NIM. 43112120365

5. Harry

NIM. 43112120436

Dosen Mata Kuliah :

Bpk. Moch. Soelton Ibrahem

Halaman DAFTAR ISI

MAKALAH MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA

TOPIK

PERENCANAAN KARYAWAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MERCU BUANA

(2)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... iii DAFTAR PUSTAKA ... xv BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 5 1.3 Tujuan Penulisan Makalah ... 6

BAB II PEMBAHASAN

(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah Yang Maha Esa atas kuasa dan rahmatNya sehingga penyusunan makalah ini dapat berjalan dengan baik dan lancar. Kami juga berterimakasih kepada Bapak Yuhasril selaku dosen untuk mata kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia sehingga dengan bimbingannya selama ini dapat membantu kami dalam penyusunan makalah ini.

Pada kesempatan kali ini kami berkesempatan untuk mengangkat topik Pengadaan Karyawan. Makalah ini berusaha untuk menjelaskan apa bagaimana manajemen persediaan barang yang ada di perusahaan baik perusahaan dagang, manufaktur, maupun jasa.. Demikian pengantar yang dapat kami sampaikan, kami mengakui bahwa makalah ini masih banyak memiliki keterbatasan dan kelemahan dalam isi, cara-cara pengutipan para ahli, dan sebagainya. Oleh sebab itu, kritik dan saran dari semua kalangan yang menaruh minat pada makalah ini khususnya kepada pembimbing yang telah membantu kami dan teman-teman sangatlah kami harapkan. Selain itu, masukan dan sumbang saran dari semua pihak sangat berarti bagi perbaikan-perbaikan berikutnya. Semoga makalah ini dapat berguna bagi semua pihak.

Terima kasih.

BAB I

(4)

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Kepuasan pelanggan dapat diraih dengan cara menjual barang dengan kualitas yang baik, harga yang terjangkau dan dengan pengadaan barang yang tepat waktu. Untuk dapat mencapai hal tersebut perlu didukung dengan perencanaan bahan baku yang baik. Perencanaan persediaan bahan baku merupakan hal yang penting pada suatu proses produksi, terutama dalam industri manufaktur. Apabila persediaan bahan baku tidak tersedia dengan baik sesuai dengan rencana atau kebutuhan ,maka akan menghambat proses produksi.

Setiap perusahaan, apakah perusahaan itu perusahaan perdagangan ataupun perusahaan pabrik serta perusahaan jasa selalu mengadakan persediaan. Tanpa adanya persediaan, para pengusaha akan dihadapkan pada resiko bahwa perusahaannya pada suatu waktu tidak dapat memenuhi keinginan pelanggan yang memerlukan atau meminta barang/jasa. Persediaan diadakan apabila keuntungan yang diharapkan dari persediaan tersebut hendaknya lebih besar daripada biaya-biaya yang ditimbulkannya. Persediaan bahan baku yang melebihi kebutuhan akan menimbulkan biaya ekstra atau biaya simpan yang tinggi. Sedangkan jumlah persediaan yang terlalu sedikit malah akan menimbulkan biaya kerugian yaitu terganggunya proses produksi dan juga berakibat hilangnya kesempatan untuk memperoleh keuntungan apabila ternyata permintaan pada kondisi yang sebenarnya melebihi permintaan yang diperkirakan.

Persediaan merupakan salah satu aset yang paling mahal dan penting pada sebuah perusahaan baik perusahaan jasa maupun perusahaan dagang. Perusahaan harus focus terhadap pengendalian persediaan karena persediaan merupakan salah satu bagian yang menyerap investasi terbesar. Nilai invesatasi perusahaan dalam bentuk barang persediaan besarnya bervariasi antara 25%-35% dari nilai seluruh aset (Indrajit dan Djokopranoto, 2003) dalam (Henmaidi dan Suci Hidayati). Perusahaan harus bisa mencapai titik balance (seimbang) antara investasi persediaan dan tingkat pelayanan konsumen. Manajemen persediaan merupakan hal yang mendasar dalam penetapan keunggulan kompetatif jangka panjang.

(5)

produksi yang berlangsung. Adanya penanganan yang tepat terhadap persediaan bahan baku sangat diperlukan untuk mengantisipasi keadaan apabila permintaan pasar tiba – tiba pada suatu periode tertentu. Dengan demikian produk dapat dioptimalkan serta biaya – biaya yang terkait didalamnya ditekan se-efisien mungkin. Maka dari itu diperlukan Manajemen persediaan merupakan hal yang mendasar dalam penetapan keunggulan kompetatif jangka panjang.

2. Perumusan Masalah

Dalam rangka untuk mempertajam telaah makalah ini, diambil beberapa permasalahan yaitu :

1. Apa yang dimaksud Persediaan ?

2. Apa saja metoda/ sistem yang digunakan dalam manajemen persediaan ?

3. Tujuan Penulisan Makalah

Makalah ini bertujuan untuk memberikan wawasan mengenai berbagai macam metoda / sistem persediaan yang berlaku saat ini serta untuk memberikan pengetahuan cara penerapannya di perusahaan dan solusi apa saja yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan.

(6)

BAB II MATERI

1. Pengertian Persediaan

Manajemen persediaan yang baik merupakan hal yang sangat penting bagi suatu perusahaan. Pada satu sisi, pengurangan biaya persediaan dengan cara menurunkan tingkat persediaan dapat dilakukan perusahaan, tetapi pada sisi lainnya, konsumen akan tidak puas apabila suatu produk stocknya habis. Oleh karena itu keseimbangan antara investasi persediaan dan tingkat pelayanan kepada konsumen harus dapat dicapai ( Zulian Yamit, 2005).

Pendapat Warren, reeve, Fess (2005:440) mengatakan persediaan adalah barang dagang yang disimpan untuk dijual dalam operasi bisnis perusahan, dan bahan yang digunakan dalam proses produksi atau disimpan untuk tujuan itu. Persediaan yang diperoleh perusahaan langsung dijual kembali tanpa mengalami proses produksi selanjutnya disebut persediaan barang dagang. Menurut Freddy Rangkuti (2004, p1), persediaan adalah sebagai berikut. Persediaan merupakan bahan-bahan, bagian yang disediakan, dan bahan-bahan dalam proses yang terdapat dalam perusahaan untuk proses produksi, serta barang- barang jadi atau produk yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari konsumen atau pelanggan setiap waktu.

Jadi dapat disimpulkan bahwa persediaan adalah bahan-bahan, bagian yang disediakan, dan bahan-bahan dalam proses yang terdapat dalam perusahaan untuk proses produksi, serta barang-barang jadi atau produk yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari konsumen atau pelanggan setiap waktu yang disimpan dan dirawat menurut aturan tertentu dalam tempat persediaan agar selalu dalam keadaan siap pakai dan dicatat dalam bentuk buku perusahaan.

2. JENIS-JENIS PERSEDIAAN FISIK

Persediaan yang ada di perusahaan biasanya 5 terdiri dari tipe yaitu :  Persediaan bahan mentah

 Persediaan komponen-komponen rakitan, bahan pembantu atau penolong  Persediaan barang setengah jadi

(7)

a. Persediaan Bahan Mentah yang telah dibeli, tetapi belum diproses. Pendekatan yang lebih banyak diterapkan adalah dengan menghapus variabilitas pemasok dalam mutu, jumlah atau waktu pengiriman sehingga tidak perlu pemisahan.

b. Persediaan Barang Dalam Proses yang telah mengalami beberapa perubahan tetapi belum selesai. Persediaan ini ada karena untuk membuat produk diperlukan waktu yang disebut waktu siklus. Pengurangan waktu siklus menyebabkan persediaan ini berkurang.

c. Persediaan MRO merupakan persediaan yang dikhususkan untuk perlengkapan pemeliharaan, perbaikan, operasi. Persediaan ini ada karena kebutuhan akan adanya pemeliharaan dan perbaikan dari beberapa peralatan yang tidak diketahui. Sehingga persediaan ini merupakan fungsi jadwal pemeliharaan dan perbaikan. d. Persediaan Barang Jadi, termasuk dalam persediaan karena permintaan

konsumen untuk jangka waktu tertentu mungkin tidak diketahui.

Istilah persediaan adalah suatu istilah umum yang menunjukkan segala sesuatu atau sumber daya organisasi yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan.

Sistem persediaan adalah serangkaian kebijaksanaan dan pengendalian yang memonitor tingkat persediaan yang harus dijaga, kapan persediaan harus diisi, dan berapa besar pesanan yang harus dilakukan. Sistem ini bertujuan menetapkan dan menjamin tersedianya sumber daya yang tepat dan pada waktu yang tepat.

3. FUNGSI-FUNGSI PERSEDIAAN

Persediaan mempunyai beberapa fungsi penting yang menambah fleksibilitas dari operasi suatu perusahaan, antara lain :

a. Fungsi “Decoupling” dalam proses diadakan agar departemen-departemen dan proses-proses individual

(8)

perusahaan terjaga "kebebasan"-nya. Persediaan barang jadi diperlukan untuk memenuhi permintaan produk yang tidak pasti dari para langganan. Persediaan yang diadakan untuk menghada pi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat diperkirakan atau diramalkan disebut fluctuation stock.

b. Fungsi "Economic Lot Sizing"

Melalui penyimpanan persediaan, perusahaan dapat memproduksi dan membeli sumber daya-sumber daya dalam kuantitas yang dapat mengurangi biaya-biaya per unit. Persediaan "lot-size"ini perlu mempertimbangkan "penghematan- penghematan" (potongan pembelian, biaya pengangkutan per unit lebih murah dan sebagainya) karena perusahaan melakukan pembelian dalam kuanti tas yang lebih besar, dibandingkan dengan biaya-biaya yang timbul karena besarnya persediaan (biaya sewa gudang, investasi, risiko, dan sebagainya).

c. Fungsi “Antisipasi”

Sering perusahaan menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diperkirakan dan diramalkan berdasar pengalaman atau data-data masa lalu, yaitu permintaan musiman. Dalam hal ini perusahaan dapat mengadakan persediaan musiman (seasonal inventories) .

Di samping itu, perusahaan juga sering menghadapi ketidakpastian jangka waktu pengiriman dan permintaan akan barang-barang selama periode pemesanan kembali, sehingga memerlukan kuantitas persediaan ekstra yang sering disebut persediaan pengaman (safety inventories). Pada kenyataannya, persediaan penga- man merupakan pelengkap fungsi "decoupling" yang telah diuraikan di atas. Persediaan antisipasi ini penting agar kelancaran proses produksi tidak terganggu.

 Fungsi lain dari adanya persediaan adalah :

a. Untuk memberikan stock agar dapat memenuhi permintaan yang diantisipasi akan terjadi.

b. Untuk menyeimbangkan produksi dengan distribusi.

c. Untuk memperoleh keuntungan dari potongan kuantitas, karena membeli dalam jumlah banyak biasanya ada diskon.

(9)

e. Untuk menghindari kekurangan stok yang dapat terjadi karena cuaca, kekurangan pasokan, mutu, ketidaktepatan pengiriman.

f. Untuk menjaga kelangsungan operasi dengan cara persediaan dalam proses

4. BIAYA-BIAYA PERSEDIAAN

Dalam pembuatan setiap keputusan yang akan mempengaruhi besarnya (jumlah)persediaan, biaya-biaya variabel berikut ini harus dipertimbangkan. Biaya penyimpanan. Biaya penyimpanan (holding costs atau carrying costs) terdiri atas biaya-biaya yang bervariasi secara langsung dengan kuantitas persediaan. Biaya penyimpanan per periode akan semakin besar apabila kuantitas bahan yang dipesan semakin banyak, atau rata-rata persediaan semakin tinggi. Biaya- biaya yang termasuk sebagai biaya penyimpanan adalah :

1. Biaya fasilitas-fasilitas penyimpanan (termasuk, penerangan, pemanas atau pendingin).

2. Biaya modal (opportunity cost of capital, yaitu alternatif pendapatan atas dana yang diinvestasikan dalam persediaan).

3. Biaya keusangan.

4. Biaya penghitungan phisik dan konsiliasi laporan. 5. Biaya asuransi persediaan.

6. Biaya pajak persediaan.

7. Biaya pencurian, pengrusakan, atau perampokan. 8. Biaya penanganan persediaan; dan sebagainya.

Biaya-biaya ini adalah variabel bila bervariasi dengan tingkat persediaan. Bila biaya fasilitas penyimpanan (gudang) tidak variabel, tetapi teta p; maka tidak dimasukkan dalam biaya penyimpanan per unit. Biaya penyimpanan persediaan biasanya berkisar antara 12 sampai 40 persen dari biaya atau harga barang. Untuk perusahaanperusahaan manufacturing. biasanya biaya penyimpanan rata-rata secara konsisten sekitar 25 persen.

Biaya pemesanan (pembelian). Setiap kali suatu bahan dipesan, perusahaan menanggung biaya pemesanan (order costs atau procurement costs). Biaya-biaya pemesanan secara terperinci meliputi.

1. Pemrosesan pesanan dan biaya ekspedisi.

(10)

2. Upah. yang dilakukan setiap periode dikalikan biaya yang harus dikeluarkan setiap kali pesan.

o Biaya penyiapan (manufacturing).

Bila bahan-bahan tidak dibeli, tetapi diproduksi sendiri "dalam pabrik", perusahaan menghadapi biaya penyiapan (setup costs) untuk memproduksi komponen tertentu. Biaya-biaya ini terdiri dari :

1. Biaya mesin-mesin menganggur 2. Biaya persiapan tenaga kerja langsung 3. Biaya scheduling

4. Biaya ekspedisi, dan sebagainya.

Seperti biaya pemesanan, biaya penyiapan total per periode adalah sama dengan biaya penyiapan dikalikan jumlah penyiapan per periode.

o Biaya kehabisan atau kekurangan bahan.

Dari semua biaya-biaya yang berhubungan dengan tingkat persediaan, biaya keku rangan bahan (shortage costs) adalah yang paling sulit diperkirakan. Biaya ini timbul bilamana persediaan tidak mencukupi adanya permintaan bahan. Biaya-biaya yang termasuk biaya kekurangan bahan adalah sebagai berikut :

(11)

2. Kehilangan pelanggan 3. Biaya pemesanan khusus 4. Biaya ekspedisi

5. Selisih harga

6. Terganggunya operasi

7. Tambahan pengeluaran kegiatan menajerial, dan sebagain ya

Biaya kekurangan bahan sulit diukur dalam praktek, teruta ma karena kenyataan bahwa biaya ini sering merupakan opportunity costs, yang sulit diperkirakan secara obyektif.

o Biaya Variabel dari persediaan tersebut dapat digolongkan kedalam : a. Procurement atau Ordering Cost

Ordering cost adalah biaya-biaya yang berubah-ubah sesuai dengan frekuensi pesanan, yang terdiri dari :

(1) Biaya selama proses pesanan

a. Persiapan-persiapan yang diperlukan untuk pemesanan b. Penentuan besarnya kuantitas yang akan dipesan (2) Biaya pengiriman pesanan

a. Auditing dan perbandingan antara laporan penerimaan dengan pesanan yang asli

b. Persiapan pembuatan cheque untuk pembayaran c. Pengiriman cheque dan kemudian auditnya.

b. Carrying Cost

Carrying cost adalah biaya yang berubah-ubah sesuai dengan besarnya persediaan. Penentuan besarnya carrying cost didasarkan pada “Average Inventory ” (persediaan

(12)

rata), dan biaya ini dinyatakan dalam persentase dari nilai dalam rupiah dari average inventory. Biaya-biaya yang termasuk kedalam carrying cost adalah :

(1) Biaya penggunaan/sewa ruangan gudang

(2) Biaya pemeliharaan material dan allowances untuk kemungkinan rusak (3) Biaya untuk menghitung atau menimbang barang yang dibeli

(4) Biaya asuransi (5) Biaya modal (6) Biaya absolescence

(7) Pajak dari persediaan yang ada dalam gudang

5. Model / Sistem Pengendalian Persediaan

Dalam keyataannya banyak sekali mdel-model persediaan, Namun umunya yang digunakan yaitu diantaranya sebagai berikut :

a. MODEL ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ)

Metoda manajemen persediaan yang paling terkenal adalah model-model economic order quantity (EOQ) atau economic lot size (ELS). Metode ini pertama kali dicetuskan oleh Ford Harris pada tahun 1915, tetapi lebih dikenal dengan nama metode Wilson karena dikembangkan oleh Wilson pada tahun 1934. Metode ini digunakan untuk menghitung minimasi total biaya persediaan berdasarkan persamaan tingkat atau titik equilibrium kurva biaya simpan dan biaya pesan Metoda -metoda ini dapat digunakan baik untuk barang-barang yang dibeli maupun yang diproduksi sendiri. Model EOQ adalah nama yang biasa digunakan uniuk barang-barang yang dibeli, sedangkan ELS digunakan untuk barang -barang yang diproduksi secara internal. Perbedaan pokoknya adalah bahwa, untuk ELS, biaya pemesanan (ordering cost) meliputi biaya penyiap an pesanan untuk dikirimkan ke pabrik dan biaya penyiapan mesin-mesin (setup costs) yang diperlukan untuk mengerjakan pesanan. Dalam hal ini akan digunakan istilah EOQ yang mencakup pengertian keduanya EOQ dan ELS.

(13)

Model persediaan yang paling sederhana ini memakai asumsi-asumsi sebagai berikut :  Hanya satu item barang (produk) yang diperhitungkan.

 Kebutuhan (permintaan) setiap periode diketahui (tertentu).

 Barang yang dipesan diasumsikan dapat segera tersedia (instaneously) atau

 tingkat produksi (production rate) barang yang dipesan berlimpah ( tak terhingga )

 Ancang-ancang (lead time) bersifat konstan.

 Setiap pesanan diterima dalam sekali pengiriman dan langsung dapat digunakan.  Tidak ada pesanan ulang (back order) karena kehabisan persediaan (shortage).  Tidak ada diskon untuk jumlah pembelian yang banyak (quantity discount).

Dari asumsi-asumsi diatas, model ini mungkin diaplikasikan baik pada system manufaktur sperti penentuan persediaan bahan baku dan pada sistem non manufaktur seperti pada penentuan jumlah bola lampu pada suatu bangunan; penggunaan perlengkapan habis pakai (office suppliesi) seperti kertas, buku nota dan pensil ; konsumsi bahan-bahan makanan sperti beras, jagung dan lain-lain. Tujuan model ini adalah untuk menentukan jumlah ekonomis setiap kali pemesanan (EOQ) sehingga meminimasi biaya total persediaan dimana :

Biaya Total persediaan = Ordering Cost + Holding Cost + Purchasing Cost

Berikut Rumus yang digunakan :

Q =

2.D .CO Cc

Parameter-parameter yang dipakai dalam metode ini dalah :

D = jumlah kebutuhan barang selama satu periode (misalnya: 1 tahun) Co = ordering cost ( biaya pesan) setiap kali pesan

Cc = Carrying cost (biaya simpan) setiap kali pesan.

(14)

Secara grafis, model dasar persediaan ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1.1. Model dasar persediaan EOQ

Gambar 1.1 diatas dapat membantu kita memahami pembentukan model matematisnya.Sejumlah Q unit barang dipesan secara periodic. Order point merupakansaat siklus persediaan (inventory cycle) yang baru dimulai dan yang lama berakhir, karena pesanan diterima. Setiap siklus persediaan berlangsung selama siklus waktu t, artinya setiap t hari (atau mingguan, bulanan dsb) dilakukan pemesanan kembali. Lamanya t sama dengan proporsi kebutuhan satu periode (D) yang dapat dipenuhi oleh Q, sehingga dapat ditulis t = Q/D. Gradien negatif Dt (-Dt) dapat dipakai untuk menunjukkan jumlah persediaan dari waktu ke waktu. Karena barang yang dipesan diasumsikan dapat segera tersedia (instaneously), maka setiap siklus persediaan dapat dilukiskan dalam bentuk segitiga dengan alas t dan tinggi Q.

(15)

Biaya

Total biaya = ( Q/2 ) C + ( S

Biaya penyimpanan = [Q / 2 ] C

Biaya pemesanan = [ S / Q ] O

EOQ Ukuran pemesanan (unit)

Maka, total biaya persediaan: TC=Co. D/Q + Q/2.Cc + Ss, dimana Ss adalah Safety Stock.

a.1. Reorder Point

Reorder point (ROP) yaitu, batas/titik jumlah pemesanan kembali. ROP berguna untuk mengetahui kapan suatu perusahaan mengadakan pemesanan. Terjadi apabila jumlah persediaan yang terdapat dalam stock berkurang terus sehingga harus ditentukan berapa banyak batas minimal tingkat persediaan yang harus dipertimbangkan sehingga tidak terjadi kekurangan persediaan.

Jumlah yang diharapkan tersebut dihitung selama masa tenggang, ditambah dengan persediaan pengaman (safety stock) yang biasanya mengacu kepada probabilitas atau kemungkinan terjadinya kekurangan stok selama masa tenggang (lead time). Untuk tingkat pelayanan dari siklus pemesanan, semakin besar tingkat permintaan atau masa tenggang menyebabkan jumlah safety stock harus lebih banyak sehingga dapat memenuhi tingkat pelayanan yang diinginkan.

Berikut rumusnya : ROP = d x Lt

Dimana : d = jumlah permintaan per hari

(16)

Lt= Lead time

a.2 Safety Stock

Safety stock adaalah persediaan tambahan yang diadakan untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan. (Assaury,sofjan;2000). Semakin besar persediaan keamanan, tentu saja semakin kecil kemungkinan perusahaan kehabisan persediaan. Sebaliknya biaya simpan tambahan akan semakin besar dengan semakin bertambahnya persediaan keamanan ini. Dengan demikian secara konsepsional besarnya safety stock yang optimal adalah yang akan menyamakan tambahan biaya simpan ini dengan kerugian yang diharapkan karena perusahaan kehabisan persediaan. Karena sulitnya memperkirakan kerugian yang ditanggung kalau perusahaan kehabisan bahan, sering perusahaan menggunakan cara penentuan resiko yang bersedia ditanggung oleh perusahaan.

b. Metoda poq (periodic order quantity)

Period Order Quantity (POQ) : Pendekatan menggunakan konsep jumlah pemesanan ekonomis agar dapat dipakai pada periode bersifat permintaan diskrit, teknik ini dilandasi oleh metode EOQ. Dengan mengambil dasar perhitungan pada metode pesanan ekonomis maka akan diperoleh besarnya jumlah pesanan yang harus dilakukan dan interval periode pemesanannya adalah setahun.

- PenggunaanPOQ terdiri dari :

 POQ digunakan sebagai pengganti EOQ, bila permintaan tidak uniform.

 Formula EOQ digunakan untuk menghitung waktu antarpemesanan (economic time between orders)

 POQ = EOQ/Rata2 pemakaian per minggu

 Dengan POQ ini kuantitas pemesanan ditentukan oleh permintaan aktual, sehingga akan menurunkan biaya penyimpanan (carrying cost).

c. Quantity discount model

(17)

Dalam model potongan harga ini kita harus mempertimbangkan trade off antara biaya pembelian dengan biaya penyimpanan, dimana semakin banyak jumlah yang dibeli maka biaya pembelian per unit akan semakin menurun, tapi di lain pihak biaya penyimpanan akan semakin meningkat.

Asumsi dalam Quantity Discount Model 1. Permintaan Bebas (Independent Demand)

2. Tingkat permintaan konstan (Demand rate is constant).

3. Lead time tetap dan diketahui (Lead time is constant and know)

4. Harga per unit tergantung kepada kuantitas (Unit cost depent on quantity)

5. Biaya penyimpanan proporgsional dengan rata-rata tingkat persediaan (Carrying cost depends linearly on the average level of inventory)

6. Biaya pemesana per pesanan tetap (Ordering/setup cost per order is fixed) 7. Hanya satu item yang dikendalikan (The item is a single product)

Dalam rangka mencari biaya terendah dengan menggunakan model ini dimasukan biaya pembelian untuk mencari biaya total, secara matematis ditulis :

D QH TC = − S + − + PD Q 2

Kalau terdapat beberapa potongan harga, maka untuk menentukan jumlah pemesanan yang akan meminimaliasi biaya persediaan total tahunan, perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Hitung nilai EOQ untuk potongan harga tertinggi (harga terendah). Apabila jumlah ini fisibel, artinya jumlah yang akan dibeli mencapau jumlah yang dipersyaratkan dalam potongan harga, maka jumlah tersebut merupakan jumlah pembelian/pesanan yang optimal. Jika tidak lanjutkan ke tahap 2.

2. Hitung biaya total untuk kuantitas pada harga terendah tersebut.

3. Hitung EOQ pada harga terendah kedua. Jika jumlah ini fisibel hitung biaya totalnya, dan bandingkan dengan biaya total pada kuantitas sebelumnya (langkah 2). Kuantitas optimal adalah kuantitas yang memiliki biaya terendah.

(18)

4. Jika langkah ketiga masih tidak fisibel, ulangi langkah-langkah di atas sampai diperoleh EOQ fisibel atau perhitungan tidak bisa dilanjutkan.

d. Model Persediaan ABC

Salah satu sistem pengelolaan persediaan adalah system analisis ABC. Analisis ABC adalah analisis bagaimana mengelompokkan produk-produk persediaan serta mempertahankan catatan persediaan yang ada. Analisa ABC merupakan penerapan dari prinsip Pareto bahwa dalam persediaan ada bagian yang penting dan yang sepele. Dasar pemikirannya adalah bagaimana focus pada sumber daya persediaan yang penting yang sedikit, bukan pada barang yang banyak tapi sepele. Kebijakan pengendalian persediaan untuk tiap kelas menurut analisa ABC adalah:

a. Perkembangan sumber daya pembelian yang dibayarkan pemasok harus lebih tinggi untuk persediaan A dibanding C.

b. Persediaan A beda dengan B dan C, harus dikendalikan secara ketat, wilayah lebih tertutup dan untuk keakuratan catatan persediaan harus lebih sering diverifikasi.

c. Meramalkan persediaan A lebih hati-hati daripada yang lainnya.

Meski persediaan sudah akurat, catatan atau arsip harus diverifikasi melalui pemeriksaan atau audit yang berkelanjutan. Audit ini disbut penghitungan siklus ( Cycle counting) Prosedur penghitungan siklus menurut klasifikasi analisa ABC yaitu setiap komponen persediaan dihitung, arsi diverifikasi dan ketidak akuratan didokumentasi secara berkala. Ketidak akuratan dilacak dan tindakan perbaikan yang tepat diambil sesuai klasifikasi ABC, yaitu sebagai berikut:

Kelas A = persediaan dihitung rutin yaitu sebulan sekali

Kelas B = persediaan dihitung kurang rutin yaitu empat sebulan sekali Kelas C = persediaan dihitung tidak rutin yaitu setahun sekali

e. Just In time

(19)

membuat perusahaan mampu bersaing dengan perusahaan lain serta mencapai laba dan hasil dari investasi yang maksimal.

f. . Material Requirement Planning

Material Requirement Planning menurut Herry P. Chandra adalah suatu metode untuk menentukan apa, kapan dan berapa jumlah komponen dan material yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dari suatu perencanaan produksi. Perencanaan material secara detail dilakukan dengan Material Requirement Planning, yaitu pengabungan aktivitas yang mempengaruhi koordinasi dari suatu usaha didalam perusahaan.

Untuk menjalankan sistem MRP, ada tiga elemen utama yang harus dimasukkan, yaitu:

1. Jadwual induk produksi (Master Production Schedule/MPS)

2. Jumlah kebutuhan Material (Bill of Material/BOM)

3. Status persediaan (Inventory Status)

Dalam jumlah induk produksi diuraikan bahan jadi yang akan diproduksi, yaitu meliputi waktu dan jumlah yang diproduksi. Jumlah kebutuhan material berisi jumlah kebutuhan material-material pembentuk bahan jadi, baik bahan mentah maupun bahan yang dibeli jadi. Status persediaan berisi informasi tentang persediaan material, order pembelian dan order pekerjaan.

Dari data imput kedalam sistem MRP akan didapat beberapa informasi sebagai berikut:

1. Kebutuhan komponen/material pada periode-periode dalam jangka waktu tertentu (Gross Requirement).

2. Komponen/material yang harus disediakan pada awal produksi (overdue)

3. Status persediaan komponen/material pada akhir suatu periode (Project On Hand)

4. Jumlah komponen/material yang harus disediakan pada awal suatu periode (planned order)

Pada metode MRP terdapat beberapa hal yang mendasar, yaitu:

1. Permintaan material bersifat tergantung (dependent)

2. Filosofi pemesanan sesuai permintaan

(20)

3. Ramalan/perkiraan berdasarkan Master Production Schedule

4. Konsep pengawasan meliputi semua item

5. Lot sizing bersifat beragam

6. memenuhi kebutuhan produksi

7. Tipe persediaan adalah bahan mentah atau setengah jadi

Sebagai alat perencana dan pengontrol yang merupakan metode efektif dalam manajemen persediaan, MRP memberikan beberapa keuntungan, yaitu:

1. Investasi persediaan dapat ditekan serendah mungkin

2. perencanaan dapat dilakukan secara detail dapat berubah sesuai keadaan

3. Penyediaan data untuk masa mendatang dengan basis tiap item

4. Pengontrolan persediaan dapat dilakukan setiap saat

5. Jumlah pemesanan berdasarkan kebutuhan

(21)

BAB 3 CONTOH KASUS

Sebuah perusahaan Garmen memiliki kebutuhan bahan baku Kayu jati sebesar 10.000 unit per tahun. Biaya pemesanan untuk pengadaan bahan tersebut adalah sebesar Rp 150,-/order. Biaya simpan yang terjadi sebesar Rp 0,75/unit /tahun. Hari kerja per tahun adalah 350 hari. Waktu tunggu (lead time) untuk pengiriman bahan tersebut selama 10 hari Pertanyaan:

1. Hitunglah EOQ

2. Berapa total biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk pengadaan bahan tersebut

3. Berapa kali perusahaan melakukan pemesanan dalam 1 tahun

4. Berapa lama EOQ akan habis dikonsumsi perusahaan

5. Tentukan reorder point (titik pemesanan kembali)

6. Bagan persediaan perusahaan

Jawab : Diketahui :

D = 10.000 unit/tahun hari kerja 1 tahun = 350 hari Co = Rp. 150 / order Lead time = 10 hari.

Cc= 0,75/unit/tahun

1. EOQ =

2.D .CC O c =

2.10.000 .150

0,75 =2000unit

2. TC=Co. D/Q + Q/2.Cc= (150 x 10000/2000) + (0.75 x 2000/2) = 750 + 750

= Rp.

1500,-3. Jumlah pemesanan/th = D/Q = 10000/2000 = 5 kali

4. Reorder point = d x Lt

= (10000/350) x 10 = 285. 7 hari

(22)

BAB 4 KESIMPULAN 2.1 Kesimpulan

1. bahwa persediaan adalah bahan, bagian yang disediakan, dan bahan-bahan dalam proses yang terdapat dalam perusahaan untuk proses produksi, serta barang-barang jadi atau produk yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari konsumen

2. Metode yang umum digunakan dalam pengendalian persediaan adalah EOQ model (Economic Order Quantity), POQ (Periodyc Order Quantity), Discount Model, ABC model, dan Just In Time dan Material Requirement Planning.

2.2 Saran

(23)

DAFTAR PUSTAKA

1. Handoko, Hani.202.Manajemen Produksi dan Operasi.BPFE.Yogyakarta 2.

http://kk.mercubuana.ac.id/files/31003-9-393883995184.doc 3.

http://kk.mercubuana.ac.id/files/31005-4-111196241976.doc

4. Rangkuti, freddy.1995.Manajemen Persediaan.PT. Raja Grafindo Persada Jakarta.

5. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20970/4/Chapter%20II.pdf

6. Yamit Drs, Zulian. 2005. Manajemen Persediaan. Ekonisia. Yogyakarta 7. Herry P. Chandra cs,2001, Material Requirement Planning

Gambar

Gambar 1.1. Model dasar persediaan EOQ

Referensi

Dokumen terkait

Nisbah keefektifan (kemanjuran) pupuk organik Superganik dan arang hayati adalah perbandingan nilai karakterisitik pertumbuhan tanaman (tinggi tanaman, jumlah daun,

Sadoso Sumosardjuno (1992:35) menyarankan bahwa dalam mengembangkan program latihan sirkuit harus memperhatikan karakteristik berikut ini; 1) Sirkuit pendek terdiri

Berbagai cara komunikasi dapat digunakan agar terjadi penguasaan bahasa yang sama, walaupun cara bicara merupakan cara komunikasi yang paling efektif, dan kita

Uraian di atas memberikan gambaran bahwa perlakuan tetes pada jerami padi memperlihatkan hasil yang lebih baik daripada perlakuan urea, terutama dilihat dari segi kadar

Hubungan antara self-efficacy, konsep diri, dan konformitas terhadap kelompok sebaya dengan perilaku menyontek: Penelitian pada mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Adab IAIN

Seksi Pelayanan Kesehatan Primer dan Krisis Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat ( 1) huruf a mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas

Menurut Campbell (2008:4), dalam menanggapi struktur nilai, pilihan- pilihan dapat dilakukan suatu industri dengan menciptakan unsur-unsur dinamis. Unsur dinamis rantai nilai

konsumen tentang terjadinya pelanggaran. Melakukan penelitian dan pemeriksaan sengketa konsumen. Memanggil pelaku usaha yang diduga telah melakukan pelanggaran terhadap