commit to user
i
“PENERAPAN ANALISIS SWOT PADA KOMPONEN
PENAWARAN PARIWISATA TAMAN BALEKAMBANG
SURAKARTA”
Diajukan Guna Melengkapi Tugas – Tugas dan Memenuhi Syarat – Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Disusun oleh :
HAPSARI DYAH RATNA FURI
F0108069
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul :
commit to user
commit to user
iv MOTTO
“Kegagalan hanya terjadi bila kita menyerah.” (Lessing)
“Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh.” (Confusius)
“Musuh yang paling berbahaya di atas dunia ini adalah penakut dan bimbang. Teman yang paling setia, hanyalah keberanian dan keyakinan yang teguh.” (Andrew Jackson)
“Sesungguhnya beserta kesusahan ada kemudahan maka apabila kamu telah selesai dari suatu urusan kepada Tuhanmulah kamu kembali”
commit to user
v
PERSEMBAHAN
Penelitian ini saya persembahkan untuk :
1. Alm. Papa yang sudah tenang di sisi-Nya.
2. Mama dan Ayah.
3. Kakak dan adik : Mas Tiok, Mbak Tutut, dan Desi. 4. Semua keluarga besar.
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan Alhamdulillah, penulis panjatkan puji syukur ke
hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada
penulis sehingga dapat menyelesaikan penelitian dengan judul : PENERAPAN
ANALISIS SWOT PADA KOMPONEN PENAWARAN TAMAN
BALEKAMBANG SURAKARTA. Analisis SWOT ini terdiri dari Strength
(Kekuatan), Weakness (Kelemahan), Opportunity (Kesempatan), dan Threat
(Ancaman). Analisis SWOT dalam ekonomi pariwisata dapat dijadikan acuan
untuk membuat kebijakan dalam pengembangan potensi pariwisata.
Dalam penyusunan penelitian ini, penulis banyak sekali mendapat bantuan
dan pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini,
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. BRM. Bambang Irawan, M.Si, selaku dosen pembimbing
skripsi atas bimbingan dan arahannya selama ini.
2. Ibu Drs. Endang Sri Muniyarti, selaku Kepala UPTD Kawasan Wisata dan
Maliawan yang telah memberikan berbagai izin serta informasi terkait
Taman Balekambang.
3. Bapak FX. Rudy Hardiyatmo (Wakil Walikota Surakarta), Bapak Widi
(Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta), Bapak Heri
Jumadi (Anggota Komisi 4 DPRD Kota Surakarta), Bapak Suharto
(Kepala Ashitta), Bapak Suhanto (Kepala Bidang Pertamanan dan
commit to user
vii
(Kepala Badan Promosi Pariwisata Indonesia Kota Surakarta), dan Bapak
Bambang Gunadi (Humas Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia Kota
Surakarta) yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
wawancara terkait dengan penelitian ini.
4. Semua pengunjung Taman Balekambang yang telah memberikan
waktunya untuk menjadi sampel dalam penelitian ini.
5. Teman seperjuangan EP 2008 : Memel, Gilang, Fadil, Asha, Desi, Devi,
Arif, Deary, Pipik, dan teman-teman seangkatan EP 2008.
6. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam
penulisan penelitian ini. Oleh karena itu masukan, saran, dan kritik sangat penulis
harapkan untuk perbaikan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak yang membutuhkan.
Surakarta, Juni 2012
commit to user
viii
DAFTAR ISI
ABSTRAKSI ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
HALAMAN PENGESAHAN... iv
MOTTO ... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 9
C. Tujuan Penelitian ... 9
D. Kegunaan Penelitian ... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pariwisata ... 11
B. Sifat dan Ciri Pariwisata ... 13
C. Jenis – Jenis Pariwisata ... 15
D. Permintaan Pariwisata ... 17
E. Penawaran Pariwisata ... 18
F. Produk Pariwisata ... 18
commit to user
ix
H. Atraksi Wisata ... 20
I. Kebijakan Pariwisata ... 21
J. Pengembangan Pariwisata ... 22
K. Dampak Pengembangan Pariwisata ... 25
L. Perencanaan Strategis ... 28
M. Manfaat Manajemen Strategis ... 32
N. Analisis SWOT dan Penyusunan Formula Strategi... 34
O. Analisis SWOT dalam Pariwisata ... 40
P. Penelitian Terdahulu ... 43
Q. Kerangka Pemikiran ... 47
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ... 48
B. Populasi dan Sampel ... 49
C. Teknik Sampling ... 51
D. Sumber Data ... 52
E. Teknik Pengumpulan Data ... 52
F. Metode Analisis Data... 54
G. Alat Analisis Data ... 54
BAB IV PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Daerah Penelitian ... 60
B. Sejarah Taman Balekambang ... 60
C. Komponen Penawaran Pariwisata ... 65
commit to user
x
E. Analisis Data dan Pembahasan ... 71
F. Analisis SWOT ... 102
G. Implikasi Kebijakan ... 127
H. Keterbatasan Penelitian ... 130
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 131
B. Saran ... 131
commit to user
xi
DAFTAR TABEL
Tabel I.1 Jumlah Wisdom dan Wisman di Kota Surakarta ... 5
Tabel III.1 Penentuan Jumlah Sampel Menurut Krejcie dan Morgan ... 49
Tabel IV.1 Periodisasi Kawasan Wisata Taman Balekambang ... 64
Tabel IV.2 Atraksi Wisata yang Terdapat di Taman Balekambang ... 69
Tabel IV.3 Asal Kota/Daerah ... 71
Tabel IV.4 Umur Responden ... 72
Tabel IV.5 Jenis Kelamin... 72
Tabel IV.6 Status Tingkat Pendidikan ... 73
Tabel IV.7 Pekerjaan ... 73
Tabel IV.8 Tujuan Berkunjung ... 74
Tabel IV.9 Sumber Informasi Taman Balekambang ... 75
Tabel IV.10 Daftar Teman Berkunjung Pengunjung Taman Balekambang .... 76
Tabel IV.11 Opini Responden Terhadap Daya Tarik Taman Balekambang ... 76
Tabel IV.12 Opini Responden Terhadap Kebersihan di Taman Balekambang 77 Tabel IV.13 Opini Responden Terhadap Perawatan Tanaman ... 77
Tabel IV.14 Opini Responden Terhadap Perawatan Hewan ... 78
Tabel IV.15 Opini Responden Terhadap Perawatan Hewan di Taman Reptil 79 Tabel IV.16 Opini Responden Terhadap Perawatan dan Kebersihan Kolam .. 79
Tabel IV.17 Opini Responden Terhadap Amenitas di Taman Balekambang .. 80
Tabel IV.18 Opini Responden Terhadap Shelter Kursi di Taman Balekambang81 Tabel IV.19 Opini Responden Terhadap Fasilitas Parkir Motor ... 81
Tabel IV.20 Opini Responden Terhadap Fasilitas Parkir Mobil ... 82
Tabel IV.21 Opini Responden Terhadap Fasilitas Toilet ... 83
commit to user
xii
Tabel IV.23 Opini Responden Terhadap Fasilitas Warung Makanan ... 84
Tabel IV.24 Opini Responden Terhadap Fasilitas Hotspot Internet ... 85
Tabel IV.25 Opini Responden Terhadap Fasilitas Tempat Sampah ... 85
Tabel IV.26 Opini Responden Terhadap Aksesibilitas Taman Balekambang . 86 Tabel IV.27 Opini Responden Terhadap Kemudahan Akses ... 87
Tabel IV.28 Opini Responden Terhadap Petunjuk Jalan ... 87
Tabel IV.29 Opini Responden Terhadap Atraksi di Taman Balekambang ... 88
Tabel IV.30 Opini Responden Terhadap Perahu Bebek ... 88
Tabel IV.31 Opini Responden Terhadap Pemancingan ... 89
Tabel IV.32 Opini Responden Terhadap Pertunjukkan Ketoprak ... 90
Tabel IV.33 Opini Responden Terhadap Keberadaan Hewan ... 90
Tabel IV.34 Opini Responden Terhadap Keberadaan Taman Reptil ... 91
Tabel IV.35 Opini Responden Terhadap Pertunjukkan Ketoprak ... 92
Tabel IV.36 Opini Responden Terhadap Suasana Taman Balekambang ... 92
Tabel IV.37 Opini Responden Terhadap Pengalaman Kunjungan ... 93
Tabel IV.38 Opini Responden Terhadap Frekuensi Kunjungan ... 93
Tabel IV.39 Opini Responden Terhadap Fasilitas Perahu Bebek ... 94
Tabel IV.40 Opini Responden Terhadap Jumlah Shelter Kursi ... 95
Tabel IV.41 Opini Responden Terhadap Jumlah Tempat Sampah ... 95
Tabel IV.42 Opini Responden Terhadap Promosi Event ... 96
Tabel IV.43 Opini Responden Terhadap Event ... 97
Tabel IV.44 Opini Responden Terhadap Berita Negatif Taman Balekambang97 Tabel IV.45 Opini Responden Terhadap Kelayakan Taman Balekambang .... 98
Tabel IV.46 Opini Responden Terhadap Ketidaknyamanan ... 98
Tabel IV.47 Opini Responden Terhadap Kelengkapan Fasilitas ... 99
commit to user
xiii
Tabel IV.49 Lama Kunjungan ... 100
Tabel IV.50 Opini Responden Terhadap Ketertarikan Kunjungan Selanjutnya101 Tabel IV.51 Keinginan Pengunjung Untuk Merekomendasikan ... 102
Tabel IV.52 Opini Responden Terhadap Harga Tiket Masuk Maksimum .... 102
Tabel IV.53 Faktor-faktor Strategis SWOT yang Teridentifikasi ... 104
Tabel IV.54 IFAS (Internal Factor Analysis Summary) ... 112
Tabel IV.55 EFAS (External Factor Analysis Summary) ... 115
Tabel IV.56 Matriks Space ... 118
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1 Kerangka Pemikiran ... 46
Gambar III.1 Matriks Internal-Eksternal ... 56
Gambar III.2 Matriks Space ... 57
Gambar IV.1 Matriks Internal-Eksternal ... 117
commit to user
i
ABSTRAK
Penerapan Analisis SWOT Pada Komponen Penawaran Pariwisata Taman Balekambang Surakarta
Oleh
Hapsari Dyah Ratna Furi F0108069
Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana profil dan strategi pengembangan yang dibutuhkan oleh Taman Balekambang dengan cara mengidentifikasi komponen penawaran menggunakan analisis SWOT. Data diambil dengan menggunakan teknik random sampling yaitu cara pengambilan sampel yang memberikan kesempatan yang sama untuk diambil kepada setiap elemen populasi. Penelitian ini mengambil 300 responden yang merupakan pengunjung Taman Balekambang dan hasil pengisian kuesioner tersebut diolah menggunakan analisis SWOT.
Analisis SWOT menghasilkan total skor IFAS yaitu dan EFAS. Skor tersebut dimasukkan ke dalam Matriks Internal-Eksternal dan matriks space untuk mengetahui bagaimana posisi Taman Balekambang dan strategi yang dibutuhkan. Perumusan strategi pengembangan berdasarkan strategi yang didasarkan pada strategi kekuatan dan peluang (strategi SO), strategi kelemahan dan peluang (strategi WO), strategi kekuatan dan ancaman (ST), dan strategi kelemahan dan ancaman (strategi WO). Faktor strategi internal dan eksternal dimasukkan ke dalam tabel IFAS (Internal Factor Analysis Summary) dan EFAS (Internal Factor Analysis Summary) untuk mengetahui posisi dan strategi yang dibutuhkan. Hasil skor IFAS adalah 3,30 dan skor EFAS 3,45. Skor IFAS dan EFAS dimasukkan ke kuadran matriks internal dan eksternal, hasilnya Taman Balekambang berada di kuadran I yaitu posisi pertumbuhan (urgent). Matriks space menyebutkan bahwa Taman Balekambang berada di posisi agresif.
Saran dalam penelitian ini adalah Taman Balekambang harus meningkatkan kualitas komponen penawarannya dan membuat sebuah rencana pengembangan yang jelas sehingga dapat meningkatkan jumlah pengunjungnya.
commit to user
ii ABSTRACT
SWOT Analysis Aplication to Supply Component Tourism of Balekambang Park Surakarta
By
Hapsari Dyah Ratna Furi F0108069
The research aimed to see what kind of profile and development strategy which is needed by Balekambang Park to identify supply component using SWOT analysis. Balekambang Park areas as research region. The data is taken by using random sampling technic; the prosedure is to take sample which give the same opportunity to every population element as a sample. This research uses 300 respondents who is the Balekambang Park’s visitors and then the result of the questionares analyzed with SWOT analysis.
SWOT analysis produce IFAS and EFAS total Score, those total scores are included into Intrenal-External Matrixs and Matrixs Space is used to understand the position of Balekambang Park and the strategy that is needed. The formulation of development strategy is based by strategy based from strength and opportunity (SO Strategy), weakness and opportuntiy strategy (ST atrategy), and weakness and threat strategy (WO strategy). Internal and External strategy factors are included into IFAS and EFAS table to detect the postion Balekambang Park in Internal-External Matrix. The total score for IFAS and EFAS are 3,30 and 3,45. Both will be put into quadrant I named growth postion (urgent). Matrix space stated that Balekambang Park on agrressive postion.
Balekambang Park have to increase supply component quality and make a clear development plan, so it can increase the number of visitors.
commit to user
1 BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG MASALAH
Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor penting dalam
pembangunan ekonomi. Industri pariwisata menjadi salah satu sektor yang
penting dalam pembangunan dikarenakan sektor ini mampu meningkatkan
cadangan devisa negara, memperluas lapangan kerja, meningkatkan
pemerataan pendapatan, meningkatkan penerimaan pajak, meningkatkan GDP
negara, memperkuat posisi neraca pembayaran, dan meningkatkan
pembangunan ekonomi. Pariwisata adalah agent of development atau
katalisator pembangunan dilihat dari berbagai peranannya di dalam
perekonomian. World Tourism Organization menyatakan bahwa industri
pariwisata diramalkan akan menjadi industri terbesar di dunia.
Pariwisata merupakan salah satu industri dengan pertumbuhan
tercepat di dunia. Antara tahun 1970 dan 2000 pariwisata global tumbuh 1,4
kali lebih cepat dari perekonomian dunia. World Tourism Organization (WTO)
menyatakan bahwa perkembangan industri pariwisata diramalkan akan terus
bertumbuh mencapai 4,3% per tahun sampai tahun 2020. Peranan pariwisata
dalam perekonomian, 10% GDP dunia dan menciptakan kesempatan kerja 8%
commit to user
2 Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman budaya
dan sumber daya alam yang berlimpah. Kedua potensi ini merupakan modal
yang potensial untuk mendukung industri pariwisata. Potensi ini harus
dimanfaatkan dengan baik sehingga nantinya pariwisata Indonesia akan
mampu bersaing dengan negara-negara lain. Hal ini merupakan tugas yang
tidak mudah dimana industri pariwisata harus berusaha untuk menarik warga
negaranya untuk berwisata di negeri sendiri untuk menjadi wisatawan domestik
dan menarik wisatawan asing untuk datang ke Indonesia. Dampak pariwisata
pada perekonomian juga sangat dirasakan, salah satunya kontribusi pariwisata
terhadap PDB nasional. Data Nesparnas Departemen Kebudayaan dan
Pariwisata 2008 mengatakan bahwa pada tahun 2006 kontribusi pariwisata
terhadap PDB nasional mengalami peningkatan sebesar 134,62 atau 4,30%,
namun pada tahun 2007 kontribusi pariwisata kembali meningkat menjadi
169,67 trilyun atau sebesar 4,29% dari total keseluruhan PDB nasional.
Industri pariwisata juga dapat menciptakan berbagai lapangan
pekerjaan yang menyerap banyak tenaga kerja sehingga mengurangi angka
pengangguran di Indonesia. Industri pariwisata akan menghasilkan berbagai
lapangan pekerjaan seperti usaha akomodasi, restoran atau kuliner,
pramuwisata, penterjemah, hotel, biro perjalanan, dan lain-lain. Nesparnas
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata menyebutkan bahwa kontribusi
pariwisata menciptakan lapangan kerja mengalami pasang surut. Pada tahun
2004, kontribusi pariwisata terhadap lapangan kerja sebanyak 8,49 juta orang
atau 9,06% dari total lapangan kerja nasional. Pada tahun 2005 kontribusi
commit to user
3 nasional sebesar 93,96 juta orang. Pada tahun 2006 kembali turun menjadi 4,41
juta orang, atau 4,65% dari total lapangan kerja kerja. Namun pada tahun 2007
kembali meningkat menjadi 5,22 juta orang atau 5,22% dari total lapangan
kerja sebesar 99,93 juta orang. Peningkatan jumlah lapangan kerja tersebut
menunjukkan bahwa pariwisata adalah salah satu industri yang penting di
dalam perekonomian.
Industri pariwisata juga dapat meningkatkan pendapatan asli daerah
(PAD) bagi suatu daerah. Industri ini mampu memberikan kontribusi lebih dari
10% dari PAD. Maka saat ini, banyak daerah yang berusaha untuk memajukan
dan mengembangkan industri pariwisata dengan harapan memberikan
kontribusi yang besar pada pendapatan daerahnya.
Kota Surakarta atau yang lebih terkenal dengan nama Solo adalah kota
yang memiliki kebudayaan yang sangat kental dan kebudayaan tersebut masih
terpelihara hingga saat ini. Kota Solo sarat akan kebudayaan Jawa sehingga
kota Solo memiliki berbagai obyek wisata budaya dan sejarah masa lampau.
Faktor inilah yang mendasari Pemerintah Kota (Pemkot) Solo berusaha untuk
mengembangkan sektor pariwisatanya agar dapat memberikan kontribusi yang
lebih banyak pada PAD dan memberikan dampak ekonomi pada masyarakat
kota Solo sehingga secara langsung maupun tidak langsung sehingga akan
meningkatkan kesejahteraannya. Kota Solo yang sebelumnya terkenal dengan
kota perdagangan karena keberadaan pasar gedhe dan pasar klewer yang
tersohor sejak dulu, saat ini kota Solo mulai memposisikan diri sebagai kota
commit to user
4 Kota Solo yang memiliki kesamaan profil dengan Kota Yogyakarta
dalam hal kekentalan budaya jawa mulai berbenah diri untuk mengembangkan
pariwisatanya. Tidak bisa dipungkiri bahwa Kota Solo memiliki potensi
pariwisata yang sangat besar. Kota ini memiliki banyak objek wisata budaya
dan sejarah seperti Keraton Kasunanan, Keraton Mangkunegaran, Pasar Gedhe,
Pasar Klewer, Museum Radya Pustaka, Museum Batik Kuno Danar Hadi,
Kampung Batik Laweyan, Kampung Batik Kauman, dan masih banyak lagi.
Kemudian padah tahun 2008, Pemkot Solo mulai membuat berbagai acara
kesenian dan budaya untuk menarik minat wisatawan seperti SIEM (Solo
International Ethnic Music) dan SIPA (Solo International Performing Arts)
yang nyatanya mendapat sambutan positif dari masyarakat Kota Solo. Setelah
SIEM dan SIPA mendapat sambutan yang positif, maka Pemkot menjadikan
SIPA menjadi agenda tahunan sedangkan SIEM diselenggarakan setiap 2 tahun
sekali.
Kota Solo juga memiliki banyak event kebudayaan dan kesenian
selain SIEM dan SIPA, yaitu SBC (Solo Batik Carnival), Festival Keroncong,
Solo Jazz Festival, Festival Kethoprak, Festival Dolanan Bocah, Kampung Art
Festival, dan sebagainya. Selain itu, Solo juga terkenal dengan wisata
kulinernya. Berbagai macam makanan tradisional jawa tersedia di kota ini
sehingga banyak wisatawan yang merupakan pecinta kuliner tidak akan
melewatkan kesempatan untuk mencicipi kuliner Solo.
Solo juga didukung oleh tersedianya fasilitas hotel, transportasi,
MICE, kemudahan akses, dan lain-lain. Pada tahun 2011 saja, ada 9 hotel baru
commit to user
5 memberikan kemudahan bagi wisatawan yang datang. Kemudahan akses juga
tidak luput dari perhatian, Solo mudah diakses dari kota Yogyakarta melalui
perjalanan darat melalui mobil dan kereta, akses dari Kota Semarang mulai
diperbaiki seiring dengan pembuatan jalan tol Semarang-Solo, kemudian akses
dari berbagai kota besar di Indonesia dan beberapa penerbangan internasional
melalui Bandara Adi Soemarmo yang saat ini sudah berstatus bandara
internasional.
Beberapa tahun terakhir ini telah terjadi peningkatan jumlah
wisatawan di Surakarta. Pada bulan Agustus 2011, Kadisbudpar Kota
Surakarta, Drs. Purnomo Subagyo mengatakan bahwa pada tahun 2010 terjadi
peningkatan jumlah wisatawan asing maupun domestik.
Tabel I.1 Jumlah Wisdom dan Wisman di Kota Surakarta (orang)
Tahun Wisatawan Domestik Wisatawan Mancanegara
2009 855.090 14.400
2010 1.019.925 19.800
2011 1.695.731 38.420
Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta, 2012
Berdasarkan tabel tersebut, dapat dilihat bahwa perbandingan jumlah
wisatawan domestik dengan wisatawan asing sangat jauh. Memang
kenyataannya wisatawan domestik (wisdom) masih mendominasi
dibandingkan wisatawan asing (wisman). Hal ini menjadi pekerjaan yang
commit to user
6 mancanegara dalam jumlah yang besar. Kota Solo harus memiliki banyak
strategi dan inovasi baru untuk mendatangkan lebih banyak wisatawan
mancanegara.
Salah satu objek wisata yang mulai menarik minat masyarakat kota
Solo adalah adanya taman kota. Kota Solo memiliki beberapa taman kota
seperti Taman Balekambang, Taman Sekartaji, dan Taman Tirtonadi. Di Kota
Solo, Taman Balekambang merupakan taman kota yang paling populer dan
sering dikunjungi oleh masyarakat kota Solo. Taman yang semula milik Puro
Mangkunegaran akhirnya dibuka untuk umum dan telah dimanfaatkan untuk
berbagai macam kegiatan sejak puluhan tahun yang lalu.
Taman balekambang ini adalah taman dan hutan kota yang memiliki
nilai historis yang tinggi dilihat dari sejarah awal pembuatannya. Di taman ini
juga terdapat dua peninggalan sejarah yang berbentuk batu marmer yang berisi
tulisan aksara jawa kuno. Peneliti menemukan fakta bahwa ternyata banyak
pengunjung yang tidak mengetahui sejarah Taman Balekambang beserta
peninggalan tulisan Jawa kuno tersebut.
Taman Balekambang ini sempat tidak terurus dan digunakan oleh
orang-orang yang tidak bertanggungjawab. Seorang petugas kebersihan Taman
Balekambang menyatakan bahwa taman ini sempat menjadi tempat prostitusi
dan klub malam. Pada tahun 2008, Pemerintah Kota Solo mengambil alih
perawatannya dan melakukan revitalisasi. Revitalisasi taman balekambang ini
dilakukan tanpa mengubah konsep dan tatanan tamannya. Taman Balekambang
yang di revitalisasi pada tahun 2008, disamping fungsi utamanya sebagai
commit to user
7 ruang publik yang dapat difungsikan sebagai Taman Seni & Budaya, Taman
Botani, Taman Edukasi dan Taman Rekreasi. Perawatan Taman Balekambang
ini dilakukan oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Kawasan Wisata dan
Maliawan. Pemerintah Kota Solo juga membangun kantor untuk UPTD
Kawasan Wisata dan Maliawan. UPTD Kawasan Wisata dan Maliawan ini
berada di bawah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta, sehingga
Kepala UPTD nya bertanggung jawab langsung kepada Kepala Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta. Tugas UPTD ini adalah mengelola
Taman Balekambang dan hotel Maliawan yang terdapat di Tawangmangu.
Taman ini memiliki beberapa daya tarik yaitu suasana taman yang
asri, keberadaan hewan-hewan, adanya arena outbond, adanya pertunjukan
ketoprak, dan lain-lain. Salah satu kelebihan Taman Balekambang ini adalah
pengunjung tidak memerlukan banyak uang untuk berkunjung ke taman ini
karena hanya membayar biaya parkir saja. Tidak mengherankan bahwa taman
ini sering kali dikunjungi banyak pengunjung. Petugas parkir mengatakan
bahwa penerimaan parkir di Taman Balekambang cukup menguntungkan,
apalagi jika di akhir pekan atau pada saat ada acara tertentu penerimaan
parkirnya dapat mencapai dua kali lipat dari hari biasanya.
Beberapa tahun terakhir, Taman Balekambang menjadi salah satu
tempat favorit untuk berekreasi bagi warga kota Solo. Masyarakat juga dapat
menyewa taman ini untuk menyelenggarakan berbagai acara seperti resepsi
pernikahan, konser, reuni, pameran, dan lain-lain. Pihak yang ingin
mengadakan acara tertentu dapat menyewa seluruh area Taman Balekambang
commit to user
8 diantaranya adalah taman kodok, bale tirtayasa, halaman depan mushalla, bale
agung beserta kursinya, kolam ikan, daerah utara kolam/batu lintang, barat
gedung ketoprak, gedung kesenian beserta kursi dan sound system, depan
kantor UPTD, open space, partinah bosch, open stage, dan arena outbond.
Masing-masing area memiliki tarif sewa yang berbeda.
Taman Balekambang saat ini hanya menjadi alternatif refreshing
untuk masyarakat kota Solo dan sekitarnya, tempat ini jarang dikunjungi oleh
wisatawan dari luar kota ataupun wisatawan asing.
Jumlah pengunjung Taman Balekambang juga cukup banyak,
pengelola Taman Balekambang menyebutkan bahwa pada hari biasa jumlah
pengunjungnya rata-rata 400-500 orang, sedangkan pada akhir pekan (Sabtu
dan Minggu) jumlah pengunjungnya rata-rata 500-1000 orang. Berdasarkan
data tersebut, maka jumlah pendapatan parkir sangat menguntungkan. Melihat
tingginya jumlah pengunjung maka dapat dikatakan bahwa Taman
Balekambang sebenarnya memiliki banyak potensi yang dapat mengundang
pengunjung untuk datang.
Berdasarkan kegiatan magang yang dilakukan pada bulan Juli 2011 di
UPTD Kawasan Wisata yang mengelola Taman Balekambang ini, ternyata
fakta menunjukkan bahwa tingginya jumlah pengunjung setiap harinya ternyata
membawa masalah yang serius yaitu adanya kerusakan lingkungan. Semakin
banyak pengunjung, maka semakin tinggi peluang kerusakan yang akan terjadi.
Tingginya biaya perawatan membuat pengelola tidak bisa memaksimalkan
commit to user
9 Taman Balekambang tidak memiliki konsep dan arah pengembangan yang
jelas.
Taman Balekambang ternyata memiliki banyak potensi pariwisata,
maka diperlukan suatu pengembangan pariwisata yang berkelanjutan. Taman
Balekambang perlu dilakukan sebuah analisis SWOT dalam upaya untuk
mengembangkan potensi wisata ke depannya. Hasil analisis SWOT nantinya
memungkinkan pembuat keputusan dapat mengembangkan kekuatan dan
peluang yang ada serta dapat meminimalisir berbagai kelemahan dan
ancamannya. Pihak yang berkepentingan diharapkan dapat membuat suatu
kebijakan untuk langkah pengembangan lebih lanjut. Analisis SWOT juga
dapat dijadikan acuan untuk mengambil suatu kebijakan pengembangan Taman
Balekambang ini. Berdasarkan latar belakang tersebut maka judul penelitian ini
adalah “Penerapan Analisis SWOT Pada Komponen Penawaran Pariwisata Taman Balekambang Surakarta ”.
B.RUMUSAN MASALAH
Bagaimanakah profil atau gambaran umum dan pengembangan potensi
pariwisata di Taman Balekambang Surakarta dilihat dari komponen
penawaran pariwisata dengan menggunakan analisis SWOT?
C.TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka tujuan
commit to user
10 Mengetahui bagaimana profil atau gambaran umum dan pengembangan
potensi pariwisata di Taman Balekambang Surakarta dilihat dari komponen
penawaran pariwisata dengan menggunakan analisis SWOT.
D.KEGUNAAN PENELITIAN
Ada beberapa kegunaan dari penelitian ini diantaranya adalah :
1. Dapat memberikan masukan dan informasi kepada pembuat kebijakan,
khususnya kepada pengelola Taman Balekambang agar pengembangan dan
pengelolaannya bisa berkembang ke arah yang lebih baik. Selain itu, dengan
penelitian ini diharapkan pengelola Taman Balekambang dapat mengetahui
bagaimana pandangan dan pendapat pengunjung tentang Taman
Balekambang itu sendiri sehingga dapat menjadi masukan dalam pembuatan
kebijakan dalam pengembangan potensinya.
2. Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dan dapat
memberikan informasi tentang pengembangan potensi pariwisata dengan
menggunakan analisis SWOT.
3. Bagi peneliti, penelitian ini dapat digunakan untuk sarana pembelajaran
dalam menerapkan pengembangan ekonomi pariwisata beserta
kebijakannya.
4. Untuk umum, penelitian ini diharapkan menjadi sebuah pengetahuan baru
tentang pengembangan potensi Taman Balekambang sehingga masyarakat
umum juga terus mendukung pengembangan potensi pariwisata Taman
Balekambang. Peneliti berharap nantinya ada kerja sama yang baik antara
commit to user
11 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.Pengertian Pariwisata
Pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta. Secara etimologis
pariwisata berasal dari dua suku kata yaitu pari yang berarti banyak,
berkali-kali, berputar-putar, sedangkan wisata yang berarti perjalanan dan bepergian.
Berdasarkan pengertian secara etimologis diatas dapat disimpulkan bahwa
pariwisata adalah perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau berputar-putar
dari suatu tempat ke tempat yang lain.
Menurut UU no. 10 tahun 2009, wisata adalah kegiatan perjalanan
yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat
tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari
keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.
Pengertian pariwisata menurut UU no. 10 tahun 2009 adalah berbagai macam
kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan
oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah pusat, dan pemerintah daerah.
Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata,
termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang
terkait di bidang tersebut (Pendit, 1999). Pengertian pariwisata modern
menurut E. Guyer Freuler (Nyoman S. Pendit, 1986: 32) adalah suatu
commit to user
12 hawa, penilaian yang sadar, dan menumbuhkan cinta kepada alam dan
khususnya disebabkan oleh bertambahnya pergaulan sebagai bangsa dan kelas
masyarakat manusia sebagai hasil dari perkembangan perniagaan, industri
perdagangan serta penyempurnaan dari alat-alat pengangkutan.
Pengertian pariwisata menurut Dr. Salah Wahab dalam Tourism
Management adalah jenis industri baru yang mampu menghasilkan
pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam penyediaan lapangan kerja,
meningkatkan penghasilan masyarakat, meningkatkan standar hidup, serta
menstimulasikan sektor-sektor produktivitas lainnya. Menurut H. Kodhyat
(1983:4), pariwisata adalah perjalanan dari satu tempat ke tempat yang lain,
bersifat sementara yang dilakukan oleh perorangan ataupun kelompok sebagai
usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan
lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, dan ilmu. Lain lagi dengan
pengertian pariwisata menurut R. G., Soekadijo (1996 : 12), pariwisata adalah
keseluruhan jaringan dan gejala-gejala yang berkaitan dengan tinggalnya orang
asing di suatu tempat dengan syarat bahwa mereka tidak tinggal dari tempat
tersebut untuk melakukan sesuatu keuntungan yang bersifat permanen
maupun sementara.
James J. Spillane menyatakan bahwa pariwisata adalah kegiatan
melakukan perjalanan dengan tujuan mendapatkan kenikamatan, mencari
kepuasan, mengetahui sesuatu, memperbaiki kesehatan, menikmati
commit to user
13 B.Sifat dan Ciri Pariwisata
Ismayanti (2010 : 15-17) mengutarakan sifat dari pariwisata yaitu
sebagai berikut :
1. Perpaduan sifat fana (intagible) dengan sifat berwujud (tangible). Pada
intinya, apa yang ditawarkan di industri pariwisata adalah sesuatu yang
tidak berbentuk dan tidak dapat dibawa untuk ditunjukkan kepada orang
lain. Namun, sarana dan prasarana yang digunakan untuk memberikan
kenyamanan yang ditawarkan dapat dikatakan sebagai sesuatu yang
berwujud.
2. Sifat tak terpisahkan (inseparable).
Kegiatan wisatawan membutuhkan interaksi antara wisatawan sebagai
pengguna jasa dan tuan rumah sebagi penyedia jasa, bahkan partisipasi
konsumen dalam setiap produk yang ditawarkan menjadi hal yang sangat
penting. Wisatawan tidak dapat dipisahkan dengan penyedia jasa, maka
kedua pihak tersebut harus bertemu dan melakukan kontak sosial.
Wisatawan harus secara aktif memberikan kontribusi kepada penyedia jasa
agar apa yang dihasilkan dapat memenuhi kebutuhan.
3. Keatsirian (volatility)
Pelayanan yang diberikan oleh penyedia jasa dipengaruhi banyak faktor
seperti pribadi, sosio-budaya, pengetahuan dan pengalaman. Ada faktor
yang mempengaruhi secara internal dan adapula faktor yang mempengaruhi
secara eksternal. Akibat dari perubahan internal maupun eksternal tersebut
commit to user
14 mudah berubah. Pemenuhan keinginan wisatawan oleh penyedia jasa ini
harus disertai dengan inovasi.
4. Keragaman
Setiap wisatawan memiliki keinginan dan kebutuhan yang berbeda-beda,
sehingga ia tidak ingin kebutuhan dan keinginannya disamaratakan dengan
wisatawan lain. Karena itu penyedia jasa harus mengetahui kebutuhan dan
keinginan setiap wisatawan dan memberikan pelayanan yang maksimal.
5. Sifat Rapuh (perishable)
Jasa adalah sesuatu yang fana, tetapi dapat memberikan pengalaman
menyenangkan, suatu sensasi tersendiri, dan perasaan yang puas. Sifat rapuh
merujuk pada jasa yang ditawarkan dalam pariwisata yang tidak dapat
disimpan untuk dikonsumsi di kemudian hari.
6. Musiman (seasonility)
Pariwisata seringkali mengalami musim ramai pada waktu tertentu dan
mengalami musim sepi pada waktu tertentu. Kondisi ini menyebabkan
penyedia jasa harus terus-menerus melakukan inovasi dan menghasilkan ide
kreatif agar pendapatan usaha tidak mengalami penurunan.
7. Tak Bertuan (no-ownership)
Wisatawan adalah pembeli jasa, tetapi ia tidak bisa memiliki apa yang telah
ia bayar dan ia beli, sehingga pariwisata adalah sesuatu yang tidak bertuan
commit to user
15 Ismayanti (2010 : 17-18) mengungkapkan beberapa ciri-ciri pariwisata
diantaranya sebagai berikut :
1. Sarat dimensi manusia.
Manusia sebagai pelaku utama dalam pariwisata. Manusia sebagai pengguna
jasa, penyedia jasa, pembuat keputusan, pembuat inovasi dan ide baru,
inisiator dalam perjalanan, dan lain-lain.
2. Pembedaan antara konsumen dan pelanggan dalam pelayanan.
Dalam pariwisata ada perbedaan yang sangat mencolok antara pelayanan
terhadap pelanggan dan konsumen. Penyedia jasa cenderung mendapatkan
sebanyak-banyaknya pelanggan sebanyak-banyaknya. Kebutuhan loyalitas
untuk menjaga konsumen agar tetap menggunakan jasa yang ditawarkan
sekalihus menjadi keunggulan persaingan.
3. Partisipasi aktif konsumen
Keberadaan konsumen adalah penting karena tingginya interaksi antara
pengguna jasa dan penyedia jasa, antara hotel dan tamu, antara turis dan
pemandu wisata, dan lain-lain.
C. Jenis-Jenis Pariwisata
Jenis pariwisata menurut Pendit (1986;36-42) :
1. Wisata Budaya
Suatu perjalanan wisata yang mempelajari kebudayaan dan adat istiadat di
commit to user
16 2. Wisata Kesehatan
Suatu perjalanan wisata yang dilakukan dengan tujuan mendapat
kesehatan jasmani dan rohani. Misalnya mengunjungi mata air panas.
3. Wisata Olahraga
Suatu perjalanan wisata dengan tujuan melakukan olahraga ataupun
menyaksikan pesta olahraga.
4. Wisata Komersil
Suatu perjalanan wisata yang melakukan kunjungan ke pameran dan pekan
raya seperti pameran perindustrian dan pameran perdagangan.
5. Wisata Industri
Rombongan pelajar atau mahasiswa yang melakukan kunjungan ke
kawasan perindustrian.
6. Wisata Politik
Suatu perjalanan wisata yang melakukan kegiatan negara, misalnya ulang
tahun negara.
7. Wisata Konvensi
Orang-orang yang menghadiri suatu konvensi biasanya melakukan
kunjungan wisata juga.
8. Wisata Sosial
Adanya kemudahan bagi masyarakat yang ingin mendapatkan perjalanan
murah.
9. Wisata Pertanian
Suatu perjalanan wisata yang melakukan kunjungan ke proyek pertanian
commit to user
17 10. Wisata Maritim dan Bahari
Suatu perjalanan wisata yang melakukan wisata air dan olahraga air.
11. Wisata Cagar Alam
Suatu perjalanan wisata yang melakukan kunjungan ke cagar lama, hutan
lindung, dan lain-lain.
12. Wisata Buru
Suatu perjalanan wisata yang mengunjungi daerah-daerah berburu.
13. Wisata Pilgrim
Suatu perjalanan wisata yang melakukan kunjungan yang berkaitan
dengan agama, sejarah, dan adat istiadat. Contohnya mengunjungi makam
tokoh besar, tempat suci, dan lain-lain.
14. Wisata Bulan Madu
Suatu perjalanan wisata yang dilakukan setelah melangsungkan
pernikahan.
D.Permintaan Pariwisata
Permintaan pariwisata menurut Mathieson dan Wall adalah jumlah
total dari orang yang melakukan perjalanan atau ingin melakukan perjalanan
untuk menggunakan fasilitas dan pelayanan wisata ditempat yang jauh dari
tempat tinggal dan tempat kerja. Penilaian permintaan pariwisata dapat
dilakukan dengan melihat jumlah wisatawan yang datang, banyaknya uang
yang dikeluarkan wisatawan, lama tinggal wisatawan, dan motivasi
commit to user
18 E.Penawaran Pariwisata
Puspari UNS (2006) menyebutkan ada 4 aspek yang harus
diperhatikan dalam penawaran pariwisata yaitu 4 A’s yang terdiri dari
Accessability (Aksesibilitas), Amenity (Amenitas), Attractions (Atraksi), dan
Activity (Aktivitas). Aksesibilitas adalah kemudahan mencapai suatu daerah
tujuan wisata, sehingga alternatif rute menuju suatu tempat banyak sehingga
dapat dicapai dengan gampang dari beberapa tujuan. Amenitas mencangkup
ketersediaan superstruktur dan infrastruktur. Atraksi terdiri dari performing
arts, events, tempat publik, taman kota, museum, acara budaya, pameran, dan
warisan budaya. Aktivitas adalah segala kegiatan yang dilakukan oleh
wisatawan di suatu objek wisata. Dengan 4 A’s ini, kita bisa menilai
bagaimana aspek penawaran pariwisata dari suatu tempat tujuan wisata.
F. Produk Pariwisata
Produk pariwisata yaitu suatu susunan produk yang terpadu, yang
terdiri dari objek dan daya tarik wisata, transportasi, akomodasi dan hiburan,
dimana tiap unsur produk pariwisata dipersiapkan oleh masing-masing
perusahaan dan ditawarkan secara terpisah kepada wisatawan (Burkat dan
Medlik : 1973).
Produk pariwisata terdiri dari bermacam-macam unsur yang
merupakan suatu paket yang satu sama lainnya tidak terpisahkan serta
memenuhi kebutuhan wisatawan sejak meninggalkan tempat tinggalnya sampai
ketempat tujuannya dan kembali lagi ketempat asalnya ( Medlik dan Middleton
: 1973). Berdasarkan kedua pengertian ini, maka dapat disimpulkan bahwa
commit to user
19 1. daya tarik dari destinasi,
2. fasilitas dari destinasi,
3. kemudahan dari destinasi.
G.Obyek wisata
Obyek wisata adalah suatu tempat yang mempunyai keindahan dan
dapat dijadikan sebagai tempat hiburan bagi orang yang berlibur dalam upaya
memenuhi kebutuhan rohani dan menumbuhkan cinta keindahan alam (Yoeti,
1985). Tempat wisata atau obyek wisata adalah sebuah tempat rekreasi atau
tempat berwisata. Obyek wisata dapat berupa obyek wisata alam/lingkungan
seperti gunung, danau, sungai, pantai, laut, atau berupa obyek wisata bangunan
seperti museum, benteng, situs peninggalan sejarah, dan sebagainya.
Obyek wisata yang mempunyai unsur fisik lingkungan berupa
tumbuhan, satwa, geomorfologi, tanah, air, udara, dan lain sebagainya serta
suatu atribut dari lingkungan yang menurut anggapan manusia memiliki nilai
tertentu seperti keindahan, keunikan. Kelangkaan, kekhasan, keragaman,
bentangan alam, dan keutuhan.
Spillane (1998 : 86) mengungkapkan unsur-unsur yag harus ada dalam
kawasan wisata adalah :
1. Atraksi
2. Fasilitas
3. Infrastruktur atau sarana prasarana
4. Transportasi
commit to user
20 H.Atraksi Wisata
Atraksi merupakan segala sesuatu yang menarik dan bernilai untuk
dikunjungi dan dilihat. Atraksi harus memiliki ciri khas dan keunikan dari
daerah wisata tersebut. Dengan demikian, maka wisatawan dapat mengingat
dan memiliki pengalaman baru dari atraksi tersebut sehingga wisatawan
tersebut ingin kembali lagi ke daerah itu dan merasakan lagi atraksi wisata
yang telah disaksikannya. Atraksi wisata biasanya berbentuk peristiwa,
kejadian, baik yang secara periodik, maupun sekali saja, baik yang bersifat
alami, tradisional, ataupun yang telah dilembagakan dalam kehidupan modern.
Berdasarkan lamanya waktu yang dihabiskan wisatawan maka ada dua
jenis atraksi yaitu atraksi penahan dan atraksi penangkap. Atraksi wisata yang
dapat dikembangkan sedemikian rupa sehingga dapat menahan wisatawan
selama berhari-hari dan dapat berkali-kali dinikmati, bahkan pada kesempatan
lain wisatawan akan kembali lagi ke tempat yang sama. Atraksi demikian
adalah atraksi penahan. Sebaliknya, ada juga atraksi yang hanya menarik
kedatangan wisatawan. Atraksi itu adalah atraksi penangkap wisatawan (tourist
catcher), yang hanya sekali dinikmati, kemudian ditinggalkan lagi oleh
wisatawan.
Salah satu cara membuat atraksi wisata yang baik adalah melalui
pelestarian kesan, caranya dengan mengikatkan kesan pada obyek yang tidak
cepat rusak dan dapat dibawa pulang, sehingga setiap kali wisatawan tersebut
melihat benda itu, maka ia akan teringat kembali apa yang telah disaksikannya
(Soekadijo, 1997 : 61). Atraksi wisata harus dibuat dengan sebaik mungkin
commit to user
21 dikembangkan, direncanakan, dan dikelola untuk kepentingan aktivitas dan
kesenangan pengunjung.
Gunn (1994 : 89) menyatakan bahwa atraksi mempunyai dua fungsi
utama yaitu pertama, atraksi memberikan daya tarik (entice), memikat (lure)
dan merangsang (stimulate) keinginan untuk mengadakan suatu perjalanan
wisata. kemudian wisatawan akan mempelajari tentang atraksi suatu daerah
tujuan wisata, sehingga pada akhirnya membuat keputusan pada yang paling
menarik, kedua, atraksi memberikan kepuasan kepada pengunjung.
I. Kebijakan Pariwisata
Gee (2000 : 287) mengatakan bahwa kebijakan pariwisata harus
memperhatikan sejumlah isu kebijakan seperti :
1. Peran pariwisata dalam perekonomian.
2. Pengendalian pengembangan pariwisata. Pengembangan pariwisata harus
memperhatikan situasi dan kondisi yang ada.
3. Administrasi pariwisata (dukungan struktur kelembagaan pemerintah).
4. Dukungan pemerintah terhadap pariwisata. Dukungan sumber daya
pemerintah sangat dibutuhkan dalam pengembangan pariwisata.
5. Dampak pariwisata. Pariwisata dapat menimbulkan dampak positif dan
negatif, oleh karena itu kebijakan pariwisata harus memperhatikan dampak
commit to user
22 J. Pengembangan Pariwisata
Pemerintah saat ini mulai mencari salah satu sektor yang dapat
digunakan sebagai alat untuk menanggulangi kemiskinan. Pariwisata
merupakan salah satu sektor yang mulai diperhitungkan untuk menangani
masalah kemiskinan. Maka dari itu, pemerintah harus terus membuat kebijakan
dalam mengembangkan pariwisata sehingga dapat meningkatkan
perekonomian daerah dan nasional.
Cetak biru pengembangan destinasi pariwisata Indonesia tahun
2007-2014 menyatakan bahwa keberhasilan pembangunan pariwisata sangat
didukung oleh pengembangan destinasi pariwisata secara profesional, terpadu
secara sektoral dan kewilayahan, memiliki konsep yang jelas, didukung oleh
sistem jasa dan layanan yang handal serta diperkuat oleh sistem dan strategi
pemasaran yang aktif, terfokus dan terpadu, dan peran seluruh stakeholders.
Dalam GBHN tahun 1993, dikatakan bahwa pembangunan pariwisata
diarahkan pada peningkatan pariwisata menjadi sektor andalan yang mampu
menggalakkan kegiatan ekonomi, termasuk sektor-sektor lainnya yang terkait,
sehingga lapangan kerja, pendapatan masyarakat, pendapatan daerah,
pendapatan negara serta penerimaan devisa meningkat melalui pengembangan
dan pendayagunaan potensi kepariwisataan nasional. Hal ini sejalan dengan
tujuan pengembangan pariwisata sesuai dengan Undang-Undang No. 9 Tahun
1990 yang menyebutkan bahwa tujuan pengembangan pariwisata adalah :
1. Memperkenalkan, mendayagunakan, melestarikan, dan meningkatkan
commit to user
23 2. Memupuk rasa cinta tanah air dan meningkatkan persahabatan antar
bangsa.
3. Memperluas dan meratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja.
4. Meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.
5. Mendorong pendayagunaan produk nasional.
Yoeti (1985 : 164) menyatakan bahwa suatu obyek pariwisata harus
memenuhi tiga kriteria agar obyek tersebut diminati pengunjung, yaitu :
1. Something to see adalah obyek wisata tersebut harus mempunyai sesuatu
yang bisa di lihat atau dijadikan tontonan oleh pengunjung wisata. Dengan
kata lain obyek tersebut harus mempunyai daya tarik khusus yang mampu
untuk menyedot minat dari wisatawan untuk berkunjung di obyek tersebut.
2. Something to do adalah agar wisatawan yang melakukan pariwisata di sana
bisa melakukan sesuatu yang berguna untuk memberikan perasaan senang,
bahagia, dan rileks berupa fasilitas rekreasi baik itu arena bermain ataupun
tempat makan, terutama makanan khas dari tempat tersebut sehingga
mampu membuat wisatawan lebih betah untuk tinggal di sana.
3. Something to buy adalah fasilitas untuk wisatawan berbelanja yang pada
umumnya adalah ciri khas atau ikon dari daerah tersebut, sehingga bisa
dijadikan sebagai oleh-oleh.
Dalam pengembangan pariwisata perlu ditingkatkan langkah-langkah
yang terarah dan terpadu terutama mengenai pendidikan tenaga-tenaga kerja
dan perencanaan pengembangan fisik. Kedua hal tersebut hendaknya saling
commit to user
24 Agar suatu obyek wisata dapat dijadikan sebagai salah satu obyek
wisata yang menarik, maka faktor yang sangat menunjang adalah kelengkapan
dari sarana dan prasarana obyek wisata tersebut. Sarana dan prasarana juga
sangat diperlukan untuk mendukung dari pengembangan obyek wisata. Yoeti
(1985 : 181) mengatakan : “Prasarana kepariwisataan adalah semua fasilitas
yang memungkinkan agar sarana kepariwisataan dapat hidup dan berkembang
sehingga dapat memberikan pelayanan untuk memuaskan kebutuhan
wisatawan yang beraneka ragam”.
Daerah yang berhasil dalam mengembangkan sektor pariwisatanya
adalah Bali dan Yogyakarta. Kedua kota tersebut berhasil meningkatkan PDRB
nya. Dari provinsi Bali contohnya, sektor pariwisata adalah penyumbang
PDRB daerah terbesar dibandingkan sektor lainnya. Apabila terjadi penurunan
kegiatan wisata di Bali, maka hal itu akan berpengaruh secara spesifik terhadap
jumlah PDRB daerahnya.
Pariwisata tidak hanya memberikan andil terhadap masyarakat
menengah ke atas saja, tetapi juga memberikan andil yang besar terhadap
perekonomian masyarakat kecil di daerah pariwisata itu dikembangkan.
Keterlibatan langsung masyarakat berpendapatan rendah dalam
program-program pengembangan pariwisata melalui pemanfaatan hasil kerajinan tangan
(handycraft), hasil pertanian, peternakan, perikanan, perkebunan, produk hasil
seni dan budaya tradisional serta pengembangan desa wisata yang sangat
membantu usaha meningkatkan perekonomian. Dengan kata lain, pariwisata
commit to user
25
development) dan sekaligus menjadi penggerak dan mempercepat proses
pembangunan itu sendiri (Yoeti, 2008:18).
Seperti yang kita ketahui bahwa pariwisata sebagai suatu industri
mencakup aspek-aspek yang sangat luas dan menyangkut berbagai kegiatan
ekonomi masyarakat. Semakin berkembang industri pariwisata suatu daerah
maka akan menggerakkan sentra-sentra industri kecil masyarakat. Dapat kita
simpulkan bahwa dampak pengeluaran wisatawan (tourist expenditure)
terhadap perekonomian dapat membantu mengentaskan kemiskinan di
Indonesia. Dengan mengembangkan pariwisata sebagai suatu industri akan
terjadi peningkatan dalam : kesempatan berusaha, kesempatan kerja,
penerimaan pajak, pendapatan nasional, dan sekaligus akan memperkuat posisi
neraca pembayaran (Yoeti, 2008:19).
Dalam pengembangan industri pariwisata, diperlukan dukungan
pengembangan SDM yang profesional dalam manajemen kelompok
perusahaan industri pariwisata seperti perhotelan, restoran, angkutan wisata,
biro perjalanan wisata, pusat-pusat rekreasi, atau toko cinderamata yang
sementara ini masih dikelola dengan tradisional.
K.Dampak Pengembangan Pariwisata
Yoeti (2008 : 20) mengatakan bahwa industri pariwisata akam
memberikan berbagai dampak :
1. Dampak Positif
a. Dapat menciptakan kesempatan berusaha. Dengan datangnya wisatawan,
commit to user
26 dan harapan (expectation) wisatawan yang terdiri dari berbagai
kebangsaan dan tingkah lakunya.
b. Dapat meningkatkan kesempatan kerja (employment).
c. Dapat meningkatkan pendapatan sekaligus mempercepat pemerataan
pendapatan masyarakat, sebagai akibat multiplier effect yang terjadi
dari pengeluaran wisatawan yang relatif cukup besar itu.
d. Dapat meningkatkan penerimaan pajak pemerintah dan retribusi daerah.
Seperti yang kita ketahui, tiap wisatawan berbelanja selalu dikenai
pajak sebesar 10 persen sesuai Peraturan Pemerintah yang berlaku.
e. Dapat meningkatkan pendapatan nasional atau Gross Domestic Bruto.
f. Dapat meningkatkan investasi dari sektor industri pariwisata dan sektor
ekonomi lainnya.
g. Dapat memperkuat neraca pembayaran.
2. Dampak negatif
a. Harga tanah menjadi mahal, pantai-pantai dikaveling sehingga sering
terjadi spekulasi harga yang pada akhirnya meningkatkan harga
disekitarnya.
b. Di pusat-pusat konsentrasi pariwisata harga-harga bahan makanan
semakin mahal sehingga dapat meningkatkan inflasi.
c. Sumber-sumber hayati menjadi rusak, sehingga menurunkan daya tarik
wisata.
commit to user
27 e. Ramainya lalu lintas wisatawan, ternyata ditumpangi oleh penyeludupan
obat bius dan narkotika.
3. Dampak Sosial Budaya
a. Sering terjadi komersialiasi seni-budaya.
b. Terjadi pemalsuan benda-benda budaya, seperti lukisan atau keramik.
c. Terjadi demonstration effect, kepribadian anak-anak muda rusak.
d. Demi dollar wisatawan, upacara adat dijual kepada wisatawan.
4. Dampak Lingkungan Hidup
a. Pembuangan sampah sembarangan selain menyebabkan bau tidak sedap,
rusaknya keindahan, juga membuat tanaman di sekitarnya mati.
b. Pembuangan limbah restoran, hotel, dan rumah sait yang merusak air
sungai, danau, atau laut.
c. Kerusakan terumbu karang.
d. Perambahan hutan.
Akibatnya, banyak hewan-hewan langka tidak bisa hidup di habitatnya,
sehingga daya tariknya akan hilang.
e. Perusakan sumber-sumber hayati yang tidak terkendali, merusak hutan,
merusak tanaman, dan lain-lain.
Melihat berbagai macam dampak yang ditimbulkan, maka pengembangan
pariwisata memerlukan perencanaan yang matang. Khususnya untuk dampak
lingkungan, maka konsep ramah lingkungan sangat penting dipraktikan untuk
commit to user
28 L.Perencanaan Strategis
1. Definisi Perencanaan Strategis
Manajemen strategis dapat didefinisikan sebagai seni dan
pengetahuan dalam merumuskan, mengimplementasikan, serta
mengevaluasi keputusan – keputusan lintas – fungsional yang membuat
sebuah organisasi mencapai tujuannya (David, 2009 : 4). Istilah manajemen
strategis sering disebut juga dengan perencanaan strategis.
Manajemen strategis awalnya muncul pada tahun 1950-an dan
menjadi sangat populer pada pertengahan 1960-an dan pertengahan
1970-an. Saat itu, manajemen strategis selalu diterapkan oleh berbagai perusahaan
di dunia. Kemudian pada tahun 1980-an, popularitas manajemen strategis
mulai meredup dan mulai ditinggalkan karena dianggap sebagai model
perencanaan yang tidak menghasilkan keuntungan. Lalu pada tahun
1990-an, manajemen strategis mulai bangkit dan diterapkan di dunia bisnis hingga
saat ini.
Tujuan utama perencanaan strategis adalah agar organisasi dapat
melihat secara obyektif kondisi-kondisi internal dan eksternal, sehingga
dapat mengantisipasi perubahan lingkungan eksternal. Perusahaan sangat
perlu untuk melakukan manajemen strategis karena manajemen strategis
merupakan suatu pendekatan yang objektif, logis, dan sistematis untuk
membuat keputusan – keputusan besar dalam organisasi. Oleh karena itu,
manajemen strategis sangat membantu tugas seorang pengambil keputusan
commit to user
29 Proses manajemen strategis didasarkan pada keyakinan bahwa
setiap organisasi harus terus memantau berbagai informasi internal dan
eksternal, sehingga perusahaan mampu bertahan dengan melakukan
berbagai perubahan. Manajemen strategis membantu organisasi untuk
beradaptasi secara efektif terhadap perubahan jangka panjang (David, 2009 :
10).
Sebelum suatu perencanaan strategis dikembangkan, manajemen
puncak perlu menganalisis hubungan antara fungsi – fungsi manajemen
perusahaan dengan mempelajari struktur perusahaan (corporate’s structure),
budaya perusahaan (corporate’s culture), dan sumber daya perusahaan
(corporate’s resource).
2. Tahap – tahap Manajemen Strategis
Rangkuti (1997) mengungkapkan tahapan proses penyusunan
perencanaan strategis, yaitu :
a. Tahap pengumpulan data.
Pada tahap ini dilakukan kegiatan pengumpulan data, pengklasifikasikan
dan pra – analisis. Kegiatan pra – analisis dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu data internal dan data eksternal. Data internal diperoleh dari dalam
perusahaan, sedangkan data eksternal diperoleh dari luar perusahaan.
Pada tahap ini terdiri dari tiga mdoel yaitu matriks faktor strategi
commit to user
30 b. Tahap analisis.
Pada tahap ini, dilakukan analisis terhadap data dan informasi yang telah
didapat dari tahap pengumpulan data tersebut. Ada beberapa model
kuantitatif perumusan strategi yaitu :
1) Matriks SWOT
2) Matriks BCG (Boston Company Group)
3) Matriks Internal – Eksternal
4) Matriks Space
5) Matriks Grand Strategy
Untuk menghasilkan suatu analisis yang akurat, maka perusahaan harus
menggunakan beberapa model sekaligus. Pemilihan model kuantitatifnya
dipilih berdasarkan informasi yang diperoleh pada tahap pengumpulan
data.
c. Tahap pengambilan keputusan.
Manajer sebagai pengambil keputusan akan memutuskan strategi
alternatif mana yang akan paling menguntungkan bagi perusahaan.
Strategi yang diambil harus menentukan keunggulan kompetitif jangka
panjang. Perumusan strategi harus mencangkup pengembangan visi dan
misi, identifikasi peluang dan ancaman eksternal, kesadaran akan
kekuatan dan kelemahan internal, dan pemilihan strategi tertentu untuk
mencapai tujuan. Manajemen strategis mengolah informasi kualitatif dan
kuantutatif sedemikian rupa, sehingga akan menghasilkan keputusan
commit to user
31 3. Kekuatan dan Kelemahan Internal
Manajemen strategis sangat memerlukan data dan informasi
kekuatan dan kelemahan organisasi. Mengidentifikasi serta mengevaluasi
kekuatan dan kelemahan organisasional dalam wilayah – wilayah fungsional
suatu bisnis merupakan sebuah aktivitas manajemen strategis yang sangat
penting. Organisasi harus menjalankan strategi yang mampu meningkatkan
kekuatan dan mengurangi kelemahannya.
4. Peluang dan Ancaman Eksternal
Peluang dan ancaman menunjuk pada berbagai tren dan kejadian
ekonomi, sosial, budaya, demografis, lingkungan hidup, politik, hukum,
pemerintah, teknologi, dan kompetitif yang dapat secara signifikan
menguntungkan atau merugikan suatu organisasi di masa yang akan datang
(David, 2009 : 17).
Perumusan berbagai strategi untuk mengambil keuntungan dari
peluang eksternal dan menghindari atau meminimalkan ancaman merupakan
salah satu aspek utama dari manajemen strategis. Identifikasi, pengawasan,
dan evaluasi peluang dan ancaman eksternal sangat penting dalam
keberhasilan manajemen strategis.
5. Konsep Strategi
Strategi merupakan suatu alat untuk mencapai tujuan. Dalam
perkembangannya, konsep mengenai strategi initerus berkembang.
Contohnya seperti yang dikemukakan oleh Learned, Andrews, dan Guth
commit to user
32 merupakan alat untuk menciptakan keunggulan bersaing. Dengan demikian
salah satu fokus strategi adalah memutuskan apakah bisnis tersebut harus
ada atau tidak.
Argrys (1985), Mintzberg (1979), Steiner dan Miner (1977) dalam
buku Rangkuti (1997 : 4) menyebutkan bahwa strategi merupakan respon
yang terus-menerus maupun adaptif terhadap peluang dan ancaman
eksternal serta kekuatan dan kelemahan internal yang dapat mempengaruhi
organisasi. Lain lagi dengan pendapat Andrews (1980) dan Chaffe (1985)
dalam buku Rangkuti (1997 : 4), strategi adalah kekuatan motivasi untuk
stakeholders, seperti stakeholders, debtholders, manajer, karyawan,
konsumen, komunitas, pemerintah, dan sebagainya, yang baik secara
langsung maupun tidak langsung menerima keuntungan atau biaya yang
ditimbulkan oleh semua tindakan yang dilakukan oleh perusahaan.
Pemahaman tentang konsep strategi dan konsep-konsep lain yang berkaitan
akan menentukan suksesnya strategi yang disusun.
M. Manfaat Manajemen Srategis
David (2009) mengungkapkan beberapa manfaat manajemen strategis
diantaranya :
1. Keuntungan Keuangan
Sebuah perusahaan yang menjalankan manajemen strategis terbukti
mengalami kemajuan yang signifikan dalam penjualan, profitabilitas, dan
produktivitas dibandingkan dengan perusahaan yang tidak menjalankan
commit to user
33 2. Keuntungan Non-Keuangan
a. Memungkinkan organisasi untuk merumuskan strategi yang lebih baik
melalui penggunaan pendekatan terhadap pilihan strategi yang lebih
sistematis, logis, dan rasional.
b. Tercapainya proses pemahaman dan komitmen yang baik antara
manajer dan karyawan.
c. Mengurangi kesadaran ancaman eksternal.
d. Membaiknya pemahaman akan strategi pesaing.
e. Meningkatkan produktivitas karyawan.
f. Mengurangi resistensi terhadap perubahan.
g. Pemahaman yang jelas relasi kinerja – imbalan.
h. Menjadi awal sebuah sistem manajerial yang efektif dan efisien.
Greenley dalam David (2009 : 26) mengungkapkan berbagai manfaat
manajemen strategis bagi suatu perusahaan yaitu :
1. Memungkinkan identifikasi, pemprioritaskan, dan pemanfaatan peluang
yang muncul.
2. Menyediakan pandangan yang objektif tentang persoalan manajemen.
3. Mempresentasikan sebuah kerangka kerja untuk aktivitas koordinasi dan
kontrol yang lebih baik.
4. Meminimalkan efek - efek dari kondisi dan perubahan yang tidak
menguntungkan.
5. Memungkinkan keputusan – keputusan besar yang mampu mendukung
commit to user
34 6. Memungkinkan alokasi waktu yang lebih efektif dan sumber daya yang
efisien untuk mengejar peluang yang telah diidentifikasikan.
7. Memungkinkan pengalokasian sumber daya yang lebih sedikit untuk
memperbaiki kesalahan atau dalam pengambilan keputusan.
8. Menciptakan kerangka kerja bagi komunikasi internal antarpersonal.
9. Membantu mengintegrasikan pelaku individual menjadi upaya bersama.
10. Menyediakan landasan untuk mengklarifikasi tanggung jawab individual.
11. Mendorong hadirnya pemikiran ke depan.
12. Menyediakan pendektana yang kooperatif, teridentikasi, dan antusias
untuk menangani persoalan dan peluang.
13. Mendorong perilaku yang positif terhadap perubahan.
14. Menciptakan kedisiplinan dan formalitas dalam manajemen biaya.
N.Analisis SWOT dan Penyusunan Formula Strategi 1. Pengertian Analisis SWOT
Teori Analisis SWOT adalah sebuah teori yang digunakan untuk
merencanakan sesuatu hal yang dilakukan dengan SWOT. SWOT adalah
singkatan dari S adalah Strength atau Kekuatan, W adalah Weakness atau
Kelemahan, O adalah Opportunity atau Kesempatan, dan T adalah Threath
atau Ancaman. Analisis SWOT dimaksudkan untuk melihat apa saja
keunggulan dan kelemahan dari Taman Balekambang ini dan melihat
bagaimana potensi yang ada serta memberikan masukan-masukan
pengembangan sesuai dengan potensi tersebut.
SWOT biasa digunakan untuk menganalisis suatu kondisi dimana
commit to user
35 program kerja. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan (Strength) dan peluang (Opportunity), namun
secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weakness) dan ancaman
(Threat). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan
pengembangan misi, tujuan, strategi (strategic planner) harus menganalisis
faktor-faktor strategi perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang, dan
ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini. Hal ini disebut analisis situasi.
Model yang paling populer untuk analisis situasi ini adalah analisis SWOT
(Rangkuti, 1997 : 19).
Analisis SWOT merupakan alat analisis kualitatif sederhana tetapi
sangat luas digunakan dalam manajemen termasuk manajemen
pengembangan pariwisata. Data-data yang digunakan bersumber dari survei
sekunder dan obeservasi lapangan serta dari hasil analisis yang telah
dilakukan sebelumnya. Materi SWOT ini merupakan kompilasi dari
berbagai data yang telah diperoleh dan hasil analisis.
Rangkuti (1997 : 20) menyebutkan bahwa diagram SWOT terdiri
dari 4 diagram, yaitu :
a. Kuadran 1
Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan tersebut
memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang
yang ada. strategi yang harus ditetapkan dalam kondisi ini adalah
commit to user
36 b. Kuadran 2
Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih
memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus ditetapkan
adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka
panjang dengan cara strategi diversifikasi.
c. Kuadran 3
Perusahaaan menghadapi peluang pasar yang besar, tetapi ia memiliki
berbagai kendala/kelemahan internal. Fokus strategi perusahaan ini
adalah meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan sehingga
dapat merebut peluang pasar yang lebih baik.
d. Kuadran 4
Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan
menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.
2. EFAS (External Factors Analysis Summary)
Tabel ini berisi skoring faktor ancaman dan peluang. Total nilai
skoring ancaman dan peluang akan menunjukkan bagaimana perusahaan
bereaksi terhadap faktor-faktor strategis eksternalnya.
3. IFAS (Internal Factors Analysis Summary)
Tabel ini berisi skoring faktor kekuatan dan peluang yang dimiliki
oleh perusahaan. Total skoring IFAS ini akan menunjukkan bagaimana
perusahaan bereaksi terhadap faktor-faktor strategis internalnya (Rangkuti,