• Tidak ada hasil yang ditemukan

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING Skripsi dengan judul : “PENERAPAN ANALISIS SWOT PADA KOMPONEN PENAWARAN PARIWISATA TAMAN BALEKAMBANG SURAKARTA ”

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING Skripsi dengan judul : “PENERAPAN ANALISIS SWOT PADA KOMPONEN PENAWARAN PARIWISATA TAMAN BALEKAMBANG SURAKARTA ”"

Copied!
192
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

“PENERAPAN ANALISIS SWOT PADA KOMPONEN

PENAWARAN PARIWISATA TAMAN BALEKAMBANG

SURAKARTA”

Diajukan Guna Melengkapi Tugas – Tugas dan Memenuhi Syarat – Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Disusun oleh :

HAPSARI DYAH RATNA FURI

F0108069

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan judul :

(3)

commit to user

(4)

commit to user

iv MOTTO

“Kegagalan hanya terjadi bila kita menyerah.” (Lessing)

“Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh.” (Confusius)

“Musuh yang paling berbahaya di atas dunia ini adalah penakut dan bimbang. Teman yang paling setia, hanyalah keberanian dan keyakinan yang teguh.” (Andrew Jackson)

“Sesungguhnya beserta kesusahan ada kemudahan maka apabila kamu telah selesai dari suatu urusan kepada Tuhanmulah kamu kembali”

(5)

commit to user

v

PERSEMBAHAN

Penelitian ini saya persembahkan untuk :

1. Alm. Papa yang sudah tenang di sisi-Nya.

2. Mama dan Ayah.

3. Kakak dan adik : Mas Tiok, Mbak Tutut, dan Desi. 4. Semua keluarga besar.

(6)

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan Alhamdulillah, penulis panjatkan puji syukur ke

hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada

penulis sehingga dapat menyelesaikan penelitian dengan judul : PENERAPAN

ANALISIS SWOT PADA KOMPONEN PENAWARAN TAMAN

BALEKAMBANG SURAKARTA. Analisis SWOT ini terdiri dari Strength

(Kekuatan), Weakness (Kelemahan), Opportunity (Kesempatan), dan Threat

(Ancaman). Analisis SWOT dalam ekonomi pariwisata dapat dijadikan acuan

untuk membuat kebijakan dalam pengembangan potensi pariwisata.

Dalam penyusunan penelitian ini, penulis banyak sekali mendapat bantuan

dan pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini,

penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. BRM. Bambang Irawan, M.Si, selaku dosen pembimbing

skripsi atas bimbingan dan arahannya selama ini.

2. Ibu Drs. Endang Sri Muniyarti, selaku Kepala UPTD Kawasan Wisata dan

Maliawan yang telah memberikan berbagai izin serta informasi terkait

Taman Balekambang.

3. Bapak FX. Rudy Hardiyatmo (Wakil Walikota Surakarta), Bapak Widi

(Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta), Bapak Heri

Jumadi (Anggota Komisi 4 DPRD Kota Surakarta), Bapak Suharto

(Kepala Ashitta), Bapak Suhanto (Kepala Bidang Pertamanan dan

(7)

commit to user

vii

(Kepala Badan Promosi Pariwisata Indonesia Kota Surakarta), dan Bapak

Bambang Gunadi (Humas Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia Kota

Surakarta) yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

wawancara terkait dengan penelitian ini.

4. Semua pengunjung Taman Balekambang yang telah memberikan

waktunya untuk menjadi sampel dalam penelitian ini.

5. Teman seperjuangan EP 2008 : Memel, Gilang, Fadil, Asha, Desi, Devi,

Arif, Deary, Pipik, dan teman-teman seangkatan EP 2008.

6. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam

penulisan penelitian ini. Oleh karena itu masukan, saran, dan kritik sangat penulis

harapkan untuk perbaikan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi

semua pihak yang membutuhkan.

Surakarta, Juni 2012

(8)

commit to user

viii

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN... iv

MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Kegunaan Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pariwisata ... 11

B. Sifat dan Ciri Pariwisata ... 13

C. Jenis – Jenis Pariwisata ... 15

D. Permintaan Pariwisata ... 17

E. Penawaran Pariwisata ... 18

F. Produk Pariwisata ... 18

(9)

commit to user

ix

H. Atraksi Wisata ... 20

I. Kebijakan Pariwisata ... 21

J. Pengembangan Pariwisata ... 22

K. Dampak Pengembangan Pariwisata ... 25

L. Perencanaan Strategis ... 28

M. Manfaat Manajemen Strategis ... 32

N. Analisis SWOT dan Penyusunan Formula Strategi... 34

O. Analisis SWOT dalam Pariwisata ... 40

P. Penelitian Terdahulu ... 43

Q. Kerangka Pemikiran ... 47

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ... 48

B. Populasi dan Sampel ... 49

C. Teknik Sampling ... 51

D. Sumber Data ... 52

E. Teknik Pengumpulan Data ... 52

F. Metode Analisis Data... 54

G. Alat Analisis Data ... 54

BAB IV PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Daerah Penelitian ... 60

B. Sejarah Taman Balekambang ... 60

C. Komponen Penawaran Pariwisata ... 65

(10)

commit to user

x

E. Analisis Data dan Pembahasan ... 71

F. Analisis SWOT ... 102

G. Implikasi Kebijakan ... 127

H. Keterbatasan Penelitian ... 130

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 131

B. Saran ... 131

(11)

commit to user

xi

DAFTAR TABEL

Tabel I.1 Jumlah Wisdom dan Wisman di Kota Surakarta ... 5

Tabel III.1 Penentuan Jumlah Sampel Menurut Krejcie dan Morgan ... 49

Tabel IV.1 Periodisasi Kawasan Wisata Taman Balekambang ... 64

Tabel IV.2 Atraksi Wisata yang Terdapat di Taman Balekambang ... 69

Tabel IV.3 Asal Kota/Daerah ... 71

Tabel IV.4 Umur Responden ... 72

Tabel IV.5 Jenis Kelamin... 72

Tabel IV.6 Status Tingkat Pendidikan ... 73

Tabel IV.7 Pekerjaan ... 73

Tabel IV.8 Tujuan Berkunjung ... 74

Tabel IV.9 Sumber Informasi Taman Balekambang ... 75

Tabel IV.10 Daftar Teman Berkunjung Pengunjung Taman Balekambang .... 76

Tabel IV.11 Opini Responden Terhadap Daya Tarik Taman Balekambang ... 76

Tabel IV.12 Opini Responden Terhadap Kebersihan di Taman Balekambang 77 Tabel IV.13 Opini Responden Terhadap Perawatan Tanaman ... 77

Tabel IV.14 Opini Responden Terhadap Perawatan Hewan ... 78

Tabel IV.15 Opini Responden Terhadap Perawatan Hewan di Taman Reptil 79 Tabel IV.16 Opini Responden Terhadap Perawatan dan Kebersihan Kolam .. 79

Tabel IV.17 Opini Responden Terhadap Amenitas di Taman Balekambang .. 80

Tabel IV.18 Opini Responden Terhadap Shelter Kursi di Taman Balekambang81 Tabel IV.19 Opini Responden Terhadap Fasilitas Parkir Motor ... 81

Tabel IV.20 Opini Responden Terhadap Fasilitas Parkir Mobil ... 82

Tabel IV.21 Opini Responden Terhadap Fasilitas Toilet ... 83

(12)

commit to user

xii

Tabel IV.23 Opini Responden Terhadap Fasilitas Warung Makanan ... 84

Tabel IV.24 Opini Responden Terhadap Fasilitas Hotspot Internet ... 85

Tabel IV.25 Opini Responden Terhadap Fasilitas Tempat Sampah ... 85

Tabel IV.26 Opini Responden Terhadap Aksesibilitas Taman Balekambang . 86 Tabel IV.27 Opini Responden Terhadap Kemudahan Akses ... 87

Tabel IV.28 Opini Responden Terhadap Petunjuk Jalan ... 87

Tabel IV.29 Opini Responden Terhadap Atraksi di Taman Balekambang ... 88

Tabel IV.30 Opini Responden Terhadap Perahu Bebek ... 88

Tabel IV.31 Opini Responden Terhadap Pemancingan ... 89

Tabel IV.32 Opini Responden Terhadap Pertunjukkan Ketoprak ... 90

Tabel IV.33 Opini Responden Terhadap Keberadaan Hewan ... 90

Tabel IV.34 Opini Responden Terhadap Keberadaan Taman Reptil ... 91

Tabel IV.35 Opini Responden Terhadap Pertunjukkan Ketoprak ... 92

Tabel IV.36 Opini Responden Terhadap Suasana Taman Balekambang ... 92

Tabel IV.37 Opini Responden Terhadap Pengalaman Kunjungan ... 93

Tabel IV.38 Opini Responden Terhadap Frekuensi Kunjungan ... 93

Tabel IV.39 Opini Responden Terhadap Fasilitas Perahu Bebek ... 94

Tabel IV.40 Opini Responden Terhadap Jumlah Shelter Kursi ... 95

Tabel IV.41 Opini Responden Terhadap Jumlah Tempat Sampah ... 95

Tabel IV.42 Opini Responden Terhadap Promosi Event ... 96

Tabel IV.43 Opini Responden Terhadap Event ... 97

Tabel IV.44 Opini Responden Terhadap Berita Negatif Taman Balekambang97 Tabel IV.45 Opini Responden Terhadap Kelayakan Taman Balekambang .... 98

Tabel IV.46 Opini Responden Terhadap Ketidaknyamanan ... 98

Tabel IV.47 Opini Responden Terhadap Kelengkapan Fasilitas ... 99

(13)

commit to user

xiii

Tabel IV.49 Lama Kunjungan ... 100

Tabel IV.50 Opini Responden Terhadap Ketertarikan Kunjungan Selanjutnya101 Tabel IV.51 Keinginan Pengunjung Untuk Merekomendasikan ... 102

Tabel IV.52 Opini Responden Terhadap Harga Tiket Masuk Maksimum .... 102

Tabel IV.53 Faktor-faktor Strategis SWOT yang Teridentifikasi ... 104

Tabel IV.54 IFAS (Internal Factor Analysis Summary) ... 112

Tabel IV.55 EFAS (External Factor Analysis Summary) ... 115

Tabel IV.56 Matriks Space ... 118

(14)

commit to user

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar II.1 Kerangka Pemikiran ... 46

Gambar III.1 Matriks Internal-Eksternal ... 56

Gambar III.2 Matriks Space ... 57

Gambar IV.1 Matriks Internal-Eksternal ... 117

(15)

commit to user

i

ABSTRAK

Penerapan Analisis SWOT Pada Komponen Penawaran Pariwisata Taman Balekambang Surakarta

Oleh

Hapsari Dyah Ratna Furi F0108069

Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana profil dan strategi pengembangan yang dibutuhkan oleh Taman Balekambang dengan cara mengidentifikasi komponen penawaran menggunakan analisis SWOT. Data diambil dengan menggunakan teknik random sampling yaitu cara pengambilan sampel yang memberikan kesempatan yang sama untuk diambil kepada setiap elemen populasi. Penelitian ini mengambil 300 responden yang merupakan pengunjung Taman Balekambang dan hasil pengisian kuesioner tersebut diolah menggunakan analisis SWOT.

Analisis SWOT menghasilkan total skor IFAS yaitu dan EFAS. Skor tersebut dimasukkan ke dalam Matriks Internal-Eksternal dan matriks space untuk mengetahui bagaimana posisi Taman Balekambang dan strategi yang dibutuhkan. Perumusan strategi pengembangan berdasarkan strategi yang didasarkan pada strategi kekuatan dan peluang (strategi SO), strategi kelemahan dan peluang (strategi WO), strategi kekuatan dan ancaman (ST), dan strategi kelemahan dan ancaman (strategi WO). Faktor strategi internal dan eksternal dimasukkan ke dalam tabel IFAS (Internal Factor Analysis Summary) dan EFAS (Internal Factor Analysis Summary) untuk mengetahui posisi dan strategi yang dibutuhkan. Hasil skor IFAS adalah 3,30 dan skor EFAS 3,45. Skor IFAS dan EFAS dimasukkan ke kuadran matriks internal dan eksternal, hasilnya Taman Balekambang berada di kuadran I yaitu posisi pertumbuhan (urgent). Matriks space menyebutkan bahwa Taman Balekambang berada di posisi agresif.

Saran dalam penelitian ini adalah Taman Balekambang harus meningkatkan kualitas komponen penawarannya dan membuat sebuah rencana pengembangan yang jelas sehingga dapat meningkatkan jumlah pengunjungnya.

(16)

commit to user

ii ABSTRACT

SWOT Analysis Aplication to Supply Component Tourism of Balekambang Park Surakarta

By

Hapsari Dyah Ratna Furi F0108069

The research aimed to see what kind of profile and development strategy which is needed by Balekambang Park to identify supply component using SWOT analysis. Balekambang Park areas as research region. The data is taken by using random sampling technic; the prosedure is to take sample which give the same opportunity to every population element as a sample. This research uses 300 respondents who is the Balekambang Park’s visitors and then the result of the questionares analyzed with SWOT analysis.

SWOT analysis produce IFAS and EFAS total Score, those total scores are included into Intrenal-External Matrixs and Matrixs Space is used to understand the position of Balekambang Park and the strategy that is needed. The formulation of development strategy is based by strategy based from strength and opportunity (SO Strategy), weakness and opportuntiy strategy (ST atrategy), and weakness and threat strategy (WO strategy). Internal and External strategy factors are included into IFAS and EFAS table to detect the postion Balekambang Park in Internal-External Matrix. The total score for IFAS and EFAS are 3,30 and 3,45. Both will be put into quadrant I named growth postion (urgent). Matrix space stated that Balekambang Park on agrressive postion.

Balekambang Park have to increase supply component quality and make a clear development plan, so it can increase the number of visitors.

(17)

commit to user

1 BAB I

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG MASALAH

Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor penting dalam

pembangunan ekonomi. Industri pariwisata menjadi salah satu sektor yang

penting dalam pembangunan dikarenakan sektor ini mampu meningkatkan

cadangan devisa negara, memperluas lapangan kerja, meningkatkan

pemerataan pendapatan, meningkatkan penerimaan pajak, meningkatkan GDP

negara, memperkuat posisi neraca pembayaran, dan meningkatkan

pembangunan ekonomi. Pariwisata adalah agent of development atau

katalisator pembangunan dilihat dari berbagai peranannya di dalam

perekonomian. World Tourism Organization menyatakan bahwa industri

pariwisata diramalkan akan menjadi industri terbesar di dunia.

Pariwisata merupakan salah satu industri dengan pertumbuhan

tercepat di dunia. Antara tahun 1970 dan 2000 pariwisata global tumbuh 1,4

kali lebih cepat dari perekonomian dunia. World Tourism Organization (WTO)

menyatakan bahwa perkembangan industri pariwisata diramalkan akan terus

bertumbuh mencapai 4,3% per tahun sampai tahun 2020. Peranan pariwisata

dalam perekonomian, 10% GDP dunia dan menciptakan kesempatan kerja 8%

(18)

commit to user

2 Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman budaya

dan sumber daya alam yang berlimpah. Kedua potensi ini merupakan modal

yang potensial untuk mendukung industri pariwisata. Potensi ini harus

dimanfaatkan dengan baik sehingga nantinya pariwisata Indonesia akan

mampu bersaing dengan negara-negara lain. Hal ini merupakan tugas yang

tidak mudah dimana industri pariwisata harus berusaha untuk menarik warga

negaranya untuk berwisata di negeri sendiri untuk menjadi wisatawan domestik

dan menarik wisatawan asing untuk datang ke Indonesia. Dampak pariwisata

pada perekonomian juga sangat dirasakan, salah satunya kontribusi pariwisata

terhadap PDB nasional. Data Nesparnas Departemen Kebudayaan dan

Pariwisata 2008 mengatakan bahwa pada tahun 2006 kontribusi pariwisata

terhadap PDB nasional mengalami peningkatan sebesar 134,62 atau 4,30%,

namun pada tahun 2007 kontribusi pariwisata kembali meningkat menjadi

169,67 trilyun atau sebesar 4,29% dari total keseluruhan PDB nasional.

Industri pariwisata juga dapat menciptakan berbagai lapangan

pekerjaan yang menyerap banyak tenaga kerja sehingga mengurangi angka

pengangguran di Indonesia. Industri pariwisata akan menghasilkan berbagai

lapangan pekerjaan seperti usaha akomodasi, restoran atau kuliner,

pramuwisata, penterjemah, hotel, biro perjalanan, dan lain-lain. Nesparnas

Departemen Kebudayaan dan Pariwisata menyebutkan bahwa kontribusi

pariwisata menciptakan lapangan kerja mengalami pasang surut. Pada tahun

2004, kontribusi pariwisata terhadap lapangan kerja sebanyak 8,49 juta orang

atau 9,06% dari total lapangan kerja nasional. Pada tahun 2005 kontribusi

(19)

commit to user

3 nasional sebesar 93,96 juta orang. Pada tahun 2006 kembali turun menjadi 4,41

juta orang, atau 4,65% dari total lapangan kerja kerja. Namun pada tahun 2007

kembali meningkat menjadi 5,22 juta orang atau 5,22% dari total lapangan

kerja sebesar 99,93 juta orang. Peningkatan jumlah lapangan kerja tersebut

menunjukkan bahwa pariwisata adalah salah satu industri yang penting di

dalam perekonomian.

Industri pariwisata juga dapat meningkatkan pendapatan asli daerah

(PAD) bagi suatu daerah. Industri ini mampu memberikan kontribusi lebih dari

10% dari PAD. Maka saat ini, banyak daerah yang berusaha untuk memajukan

dan mengembangkan industri pariwisata dengan harapan memberikan

kontribusi yang besar pada pendapatan daerahnya.

Kota Surakarta atau yang lebih terkenal dengan nama Solo adalah kota

yang memiliki kebudayaan yang sangat kental dan kebudayaan tersebut masih

terpelihara hingga saat ini. Kota Solo sarat akan kebudayaan Jawa sehingga

kota Solo memiliki berbagai obyek wisata budaya dan sejarah masa lampau.

Faktor inilah yang mendasari Pemerintah Kota (Pemkot) Solo berusaha untuk

mengembangkan sektor pariwisatanya agar dapat memberikan kontribusi yang

lebih banyak pada PAD dan memberikan dampak ekonomi pada masyarakat

kota Solo sehingga secara langsung maupun tidak langsung sehingga akan

meningkatkan kesejahteraannya. Kota Solo yang sebelumnya terkenal dengan

kota perdagangan karena keberadaan pasar gedhe dan pasar klewer yang

tersohor sejak dulu, saat ini kota Solo mulai memposisikan diri sebagai kota

(20)

commit to user

4 Kota Solo yang memiliki kesamaan profil dengan Kota Yogyakarta

dalam hal kekentalan budaya jawa mulai berbenah diri untuk mengembangkan

pariwisatanya. Tidak bisa dipungkiri bahwa Kota Solo memiliki potensi

pariwisata yang sangat besar. Kota ini memiliki banyak objek wisata budaya

dan sejarah seperti Keraton Kasunanan, Keraton Mangkunegaran, Pasar Gedhe,

Pasar Klewer, Museum Radya Pustaka, Museum Batik Kuno Danar Hadi,

Kampung Batik Laweyan, Kampung Batik Kauman, dan masih banyak lagi.

Kemudian padah tahun 2008, Pemkot Solo mulai membuat berbagai acara

kesenian dan budaya untuk menarik minat wisatawan seperti SIEM (Solo

International Ethnic Music) dan SIPA (Solo International Performing Arts)

yang nyatanya mendapat sambutan positif dari masyarakat Kota Solo. Setelah

SIEM dan SIPA mendapat sambutan yang positif, maka Pemkot menjadikan

SIPA menjadi agenda tahunan sedangkan SIEM diselenggarakan setiap 2 tahun

sekali.

Kota Solo juga memiliki banyak event kebudayaan dan kesenian

selain SIEM dan SIPA, yaitu SBC (Solo Batik Carnival), Festival Keroncong,

Solo Jazz Festival, Festival Kethoprak, Festival Dolanan Bocah, Kampung Art

Festival, dan sebagainya. Selain itu, Solo juga terkenal dengan wisata

kulinernya. Berbagai macam makanan tradisional jawa tersedia di kota ini

sehingga banyak wisatawan yang merupakan pecinta kuliner tidak akan

melewatkan kesempatan untuk mencicipi kuliner Solo.

Solo juga didukung oleh tersedianya fasilitas hotel, transportasi,

MICE, kemudahan akses, dan lain-lain. Pada tahun 2011 saja, ada 9 hotel baru

(21)

commit to user

5 memberikan kemudahan bagi wisatawan yang datang. Kemudahan akses juga

tidak luput dari perhatian, Solo mudah diakses dari kota Yogyakarta melalui

perjalanan darat melalui mobil dan kereta, akses dari Kota Semarang mulai

diperbaiki seiring dengan pembuatan jalan tol Semarang-Solo, kemudian akses

dari berbagai kota besar di Indonesia dan beberapa penerbangan internasional

melalui Bandara Adi Soemarmo yang saat ini sudah berstatus bandara

internasional.

Beberapa tahun terakhir ini telah terjadi peningkatan jumlah

wisatawan di Surakarta. Pada bulan Agustus 2011, Kadisbudpar Kota

Surakarta, Drs. Purnomo Subagyo mengatakan bahwa pada tahun 2010 terjadi

peningkatan jumlah wisatawan asing maupun domestik.

Tabel I.1 Jumlah Wisdom dan Wisman di Kota Surakarta (orang)

Tahun Wisatawan Domestik Wisatawan Mancanegara

2009 855.090 14.400

2010 1.019.925 19.800

2011 1.695.731 38.420

Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta, 2012

Berdasarkan tabel tersebut, dapat dilihat bahwa perbandingan jumlah

wisatawan domestik dengan wisatawan asing sangat jauh. Memang

kenyataannya wisatawan domestik (wisdom) masih mendominasi

dibandingkan wisatawan asing (wisman). Hal ini menjadi pekerjaan yang

(22)

commit to user

6 mancanegara dalam jumlah yang besar. Kota Solo harus memiliki banyak

strategi dan inovasi baru untuk mendatangkan lebih banyak wisatawan

mancanegara.

Salah satu objek wisata yang mulai menarik minat masyarakat kota

Solo adalah adanya taman kota. Kota Solo memiliki beberapa taman kota

seperti Taman Balekambang, Taman Sekartaji, dan Taman Tirtonadi. Di Kota

Solo, Taman Balekambang merupakan taman kota yang paling populer dan

sering dikunjungi oleh masyarakat kota Solo. Taman yang semula milik Puro

Mangkunegaran akhirnya dibuka untuk umum dan telah dimanfaatkan untuk

berbagai macam kegiatan sejak puluhan tahun yang lalu.

Taman balekambang ini adalah taman dan hutan kota yang memiliki

nilai historis yang tinggi dilihat dari sejarah awal pembuatannya. Di taman ini

juga terdapat dua peninggalan sejarah yang berbentuk batu marmer yang berisi

tulisan aksara jawa kuno. Peneliti menemukan fakta bahwa ternyata banyak

pengunjung yang tidak mengetahui sejarah Taman Balekambang beserta

peninggalan tulisan Jawa kuno tersebut.

Taman Balekambang ini sempat tidak terurus dan digunakan oleh

orang-orang yang tidak bertanggungjawab. Seorang petugas kebersihan Taman

Balekambang menyatakan bahwa taman ini sempat menjadi tempat prostitusi

dan klub malam. Pada tahun 2008, Pemerintah Kota Solo mengambil alih

perawatannya dan melakukan revitalisasi. Revitalisasi taman balekambang ini

dilakukan tanpa mengubah konsep dan tatanan tamannya. Taman Balekambang

yang di revitalisasi pada tahun 2008, disamping fungsi utamanya sebagai

(23)

commit to user

7 ruang publik yang dapat difungsikan sebagai Taman Seni & Budaya, Taman

Botani, Taman Edukasi dan Taman Rekreasi. Perawatan Taman Balekambang

ini dilakukan oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Kawasan Wisata dan

Maliawan. Pemerintah Kota Solo juga membangun kantor untuk UPTD

Kawasan Wisata dan Maliawan. UPTD Kawasan Wisata dan Maliawan ini

berada di bawah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta, sehingga

Kepala UPTD nya bertanggung jawab langsung kepada Kepala Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta. Tugas UPTD ini adalah mengelola

Taman Balekambang dan hotel Maliawan yang terdapat di Tawangmangu.

Taman ini memiliki beberapa daya tarik yaitu suasana taman yang

asri, keberadaan hewan-hewan, adanya arena outbond, adanya pertunjukan

ketoprak, dan lain-lain. Salah satu kelebihan Taman Balekambang ini adalah

pengunjung tidak memerlukan banyak uang untuk berkunjung ke taman ini

karena hanya membayar biaya parkir saja. Tidak mengherankan bahwa taman

ini sering kali dikunjungi banyak pengunjung. Petugas parkir mengatakan

bahwa penerimaan parkir di Taman Balekambang cukup menguntungkan,

apalagi jika di akhir pekan atau pada saat ada acara tertentu penerimaan

parkirnya dapat mencapai dua kali lipat dari hari biasanya.

Beberapa tahun terakhir, Taman Balekambang menjadi salah satu

tempat favorit untuk berekreasi bagi warga kota Solo. Masyarakat juga dapat

menyewa taman ini untuk menyelenggarakan berbagai acara seperti resepsi

pernikahan, konser, reuni, pameran, dan lain-lain. Pihak yang ingin

mengadakan acara tertentu dapat menyewa seluruh area Taman Balekambang

(24)

commit to user

8 diantaranya adalah taman kodok, bale tirtayasa, halaman depan mushalla, bale

agung beserta kursinya, kolam ikan, daerah utara kolam/batu lintang, barat

gedung ketoprak, gedung kesenian beserta kursi dan sound system, depan

kantor UPTD, open space, partinah bosch, open stage, dan arena outbond.

Masing-masing area memiliki tarif sewa yang berbeda.

Taman Balekambang saat ini hanya menjadi alternatif refreshing

untuk masyarakat kota Solo dan sekitarnya, tempat ini jarang dikunjungi oleh

wisatawan dari luar kota ataupun wisatawan asing.

Jumlah pengunjung Taman Balekambang juga cukup banyak,

pengelola Taman Balekambang menyebutkan bahwa pada hari biasa jumlah

pengunjungnya rata-rata 400-500 orang, sedangkan pada akhir pekan (Sabtu

dan Minggu) jumlah pengunjungnya rata-rata 500-1000 orang. Berdasarkan

data tersebut, maka jumlah pendapatan parkir sangat menguntungkan. Melihat

tingginya jumlah pengunjung maka dapat dikatakan bahwa Taman

Balekambang sebenarnya memiliki banyak potensi yang dapat mengundang

pengunjung untuk datang.

Berdasarkan kegiatan magang yang dilakukan pada bulan Juli 2011 di

UPTD Kawasan Wisata yang mengelola Taman Balekambang ini, ternyata

fakta menunjukkan bahwa tingginya jumlah pengunjung setiap harinya ternyata

membawa masalah yang serius yaitu adanya kerusakan lingkungan. Semakin

banyak pengunjung, maka semakin tinggi peluang kerusakan yang akan terjadi.

Tingginya biaya perawatan membuat pengelola tidak bisa memaksimalkan

(25)

commit to user

9 Taman Balekambang tidak memiliki konsep dan arah pengembangan yang

jelas.

Taman Balekambang ternyata memiliki banyak potensi pariwisata,

maka diperlukan suatu pengembangan pariwisata yang berkelanjutan. Taman

Balekambang perlu dilakukan sebuah analisis SWOT dalam upaya untuk

mengembangkan potensi wisata ke depannya. Hasil analisis SWOT nantinya

memungkinkan pembuat keputusan dapat mengembangkan kekuatan dan

peluang yang ada serta dapat meminimalisir berbagai kelemahan dan

ancamannya. Pihak yang berkepentingan diharapkan dapat membuat suatu

kebijakan untuk langkah pengembangan lebih lanjut. Analisis SWOT juga

dapat dijadikan acuan untuk mengambil suatu kebijakan pengembangan Taman

Balekambang ini. Berdasarkan latar belakang tersebut maka judul penelitian ini

adalah “Penerapan Analisis SWOT Pada Komponen Penawaran Pariwisata Taman Balekambang Surakarta ”.

B.RUMUSAN MASALAH

Bagaimanakah profil atau gambaran umum dan pengembangan potensi

pariwisata di Taman Balekambang Surakarta dilihat dari komponen

penawaran pariwisata dengan menggunakan analisis SWOT?

C.TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka tujuan

(26)

commit to user

10 Mengetahui bagaimana profil atau gambaran umum dan pengembangan

potensi pariwisata di Taman Balekambang Surakarta dilihat dari komponen

penawaran pariwisata dengan menggunakan analisis SWOT.

D.KEGUNAAN PENELITIAN

Ada beberapa kegunaan dari penelitian ini diantaranya adalah :

1. Dapat memberikan masukan dan informasi kepada pembuat kebijakan,

khususnya kepada pengelola Taman Balekambang agar pengembangan dan

pengelolaannya bisa berkembang ke arah yang lebih baik. Selain itu, dengan

penelitian ini diharapkan pengelola Taman Balekambang dapat mengetahui

bagaimana pandangan dan pendapat pengunjung tentang Taman

Balekambang itu sendiri sehingga dapat menjadi masukan dalam pembuatan

kebijakan dalam pengembangan potensinya.

2. Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dan dapat

memberikan informasi tentang pengembangan potensi pariwisata dengan

menggunakan analisis SWOT.

3. Bagi peneliti, penelitian ini dapat digunakan untuk sarana pembelajaran

dalam menerapkan pengembangan ekonomi pariwisata beserta

kebijakannya.

4. Untuk umum, penelitian ini diharapkan menjadi sebuah pengetahuan baru

tentang pengembangan potensi Taman Balekambang sehingga masyarakat

umum juga terus mendukung pengembangan potensi pariwisata Taman

Balekambang. Peneliti berharap nantinya ada kerja sama yang baik antara

(27)

commit to user

11 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Pengertian Pariwisata

Pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta. Secara etimologis

pariwisata berasal dari dua suku kata yaitu pari yang berarti banyak,

berkali-kali, berputar-putar, sedangkan wisata yang berarti perjalanan dan bepergian.

Berdasarkan pengertian secara etimologis diatas dapat disimpulkan bahwa

pariwisata adalah perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau berputar-putar

dari suatu tempat ke tempat yang lain.

Menurut UU no. 10 tahun 2009, wisata adalah kegiatan perjalanan

yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat

tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari

keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.

Pengertian pariwisata menurut UU no. 10 tahun 2009 adalah berbagai macam

kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan

oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah pusat, dan pemerintah daerah.

Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata,

termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang

terkait di bidang tersebut (Pendit, 1999). Pengertian pariwisata modern

menurut E. Guyer Freuler (Nyoman S. Pendit, 1986: 32) adalah suatu

(28)

commit to user

12 hawa, penilaian yang sadar, dan menumbuhkan cinta kepada alam dan

khususnya disebabkan oleh bertambahnya pergaulan sebagai bangsa dan kelas

masyarakat manusia sebagai hasil dari perkembangan perniagaan, industri

perdagangan serta penyempurnaan dari alat-alat pengangkutan.

Pengertian pariwisata menurut Dr. Salah Wahab dalam Tourism

Management adalah jenis industri baru yang mampu menghasilkan

pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam penyediaan lapangan kerja,

meningkatkan penghasilan masyarakat, meningkatkan standar hidup, serta

menstimulasikan sektor-sektor produktivitas lainnya. Menurut H. Kodhyat

(1983:4), pariwisata adalah perjalanan dari satu tempat ke tempat yang lain,

bersifat sementara yang dilakukan oleh perorangan ataupun kelompok sebagai

usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan

lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, dan ilmu. Lain lagi dengan

pengertian pariwisata menurut R. G., Soekadijo (1996 : 12), pariwisata adalah

keseluruhan jaringan dan gejala-gejala yang berkaitan dengan tinggalnya orang

asing di suatu tempat dengan syarat bahwa mereka tidak tinggal dari tempat

tersebut untuk melakukan sesuatu keuntungan yang bersifat permanen

maupun sementara.

James J. Spillane menyatakan bahwa pariwisata adalah kegiatan

melakukan perjalanan dengan tujuan mendapatkan kenikamatan, mencari

kepuasan, mengetahui sesuatu, memperbaiki kesehatan, menikmati

(29)

commit to user

13 B.Sifat dan Ciri Pariwisata

Ismayanti (2010 : 15-17) mengutarakan sifat dari pariwisata yaitu

sebagai berikut :

1. Perpaduan sifat fana (intagible) dengan sifat berwujud (tangible). Pada

intinya, apa yang ditawarkan di industri pariwisata adalah sesuatu yang

tidak berbentuk dan tidak dapat dibawa untuk ditunjukkan kepada orang

lain. Namun, sarana dan prasarana yang digunakan untuk memberikan

kenyamanan yang ditawarkan dapat dikatakan sebagai sesuatu yang

berwujud.

2. Sifat tak terpisahkan (inseparable).

Kegiatan wisatawan membutuhkan interaksi antara wisatawan sebagai

pengguna jasa dan tuan rumah sebagi penyedia jasa, bahkan partisipasi

konsumen dalam setiap produk yang ditawarkan menjadi hal yang sangat

penting. Wisatawan tidak dapat dipisahkan dengan penyedia jasa, maka

kedua pihak tersebut harus bertemu dan melakukan kontak sosial.

Wisatawan harus secara aktif memberikan kontribusi kepada penyedia jasa

agar apa yang dihasilkan dapat memenuhi kebutuhan.

3. Keatsirian (volatility)

Pelayanan yang diberikan oleh penyedia jasa dipengaruhi banyak faktor

seperti pribadi, sosio-budaya, pengetahuan dan pengalaman. Ada faktor

yang mempengaruhi secara internal dan adapula faktor yang mempengaruhi

secara eksternal. Akibat dari perubahan internal maupun eksternal tersebut

(30)

commit to user

14 mudah berubah. Pemenuhan keinginan wisatawan oleh penyedia jasa ini

harus disertai dengan inovasi.

4. Keragaman

Setiap wisatawan memiliki keinginan dan kebutuhan yang berbeda-beda,

sehingga ia tidak ingin kebutuhan dan keinginannya disamaratakan dengan

wisatawan lain. Karena itu penyedia jasa harus mengetahui kebutuhan dan

keinginan setiap wisatawan dan memberikan pelayanan yang maksimal.

5. Sifat Rapuh (perishable)

Jasa adalah sesuatu yang fana, tetapi dapat memberikan pengalaman

menyenangkan, suatu sensasi tersendiri, dan perasaan yang puas. Sifat rapuh

merujuk pada jasa yang ditawarkan dalam pariwisata yang tidak dapat

disimpan untuk dikonsumsi di kemudian hari.

6. Musiman (seasonility)

Pariwisata seringkali mengalami musim ramai pada waktu tertentu dan

mengalami musim sepi pada waktu tertentu. Kondisi ini menyebabkan

penyedia jasa harus terus-menerus melakukan inovasi dan menghasilkan ide

kreatif agar pendapatan usaha tidak mengalami penurunan.

7. Tak Bertuan (no-ownership)

Wisatawan adalah pembeli jasa, tetapi ia tidak bisa memiliki apa yang telah

ia bayar dan ia beli, sehingga pariwisata adalah sesuatu yang tidak bertuan

(31)

commit to user

15 Ismayanti (2010 : 17-18) mengungkapkan beberapa ciri-ciri pariwisata

diantaranya sebagai berikut :

1. Sarat dimensi manusia.

Manusia sebagai pelaku utama dalam pariwisata. Manusia sebagai pengguna

jasa, penyedia jasa, pembuat keputusan, pembuat inovasi dan ide baru,

inisiator dalam perjalanan, dan lain-lain.

2. Pembedaan antara konsumen dan pelanggan dalam pelayanan.

Dalam pariwisata ada perbedaan yang sangat mencolok antara pelayanan

terhadap pelanggan dan konsumen. Penyedia jasa cenderung mendapatkan

sebanyak-banyaknya pelanggan sebanyak-banyaknya. Kebutuhan loyalitas

untuk menjaga konsumen agar tetap menggunakan jasa yang ditawarkan

sekalihus menjadi keunggulan persaingan.

3. Partisipasi aktif konsumen

Keberadaan konsumen adalah penting karena tingginya interaksi antara

pengguna jasa dan penyedia jasa, antara hotel dan tamu, antara turis dan

pemandu wisata, dan lain-lain.

C. Jenis-Jenis Pariwisata

Jenis pariwisata menurut Pendit (1986;36-42) :

1. Wisata Budaya

Suatu perjalanan wisata yang mempelajari kebudayaan dan adat istiadat di

(32)

commit to user

16 2. Wisata Kesehatan

Suatu perjalanan wisata yang dilakukan dengan tujuan mendapat

kesehatan jasmani dan rohani. Misalnya mengunjungi mata air panas.

3. Wisata Olahraga

Suatu perjalanan wisata dengan tujuan melakukan olahraga ataupun

menyaksikan pesta olahraga.

4. Wisata Komersil

Suatu perjalanan wisata yang melakukan kunjungan ke pameran dan pekan

raya seperti pameran perindustrian dan pameran perdagangan.

5. Wisata Industri

Rombongan pelajar atau mahasiswa yang melakukan kunjungan ke

kawasan perindustrian.

6. Wisata Politik

Suatu perjalanan wisata yang melakukan kegiatan negara, misalnya ulang

tahun negara.

7. Wisata Konvensi

Orang-orang yang menghadiri suatu konvensi biasanya melakukan

kunjungan wisata juga.

8. Wisata Sosial

Adanya kemudahan bagi masyarakat yang ingin mendapatkan perjalanan

murah.

9. Wisata Pertanian

Suatu perjalanan wisata yang melakukan kunjungan ke proyek pertanian

(33)

commit to user

17 10. Wisata Maritim dan Bahari

Suatu perjalanan wisata yang melakukan wisata air dan olahraga air.

11. Wisata Cagar Alam

Suatu perjalanan wisata yang melakukan kunjungan ke cagar lama, hutan

lindung, dan lain-lain.

12. Wisata Buru

Suatu perjalanan wisata yang mengunjungi daerah-daerah berburu.

13. Wisata Pilgrim

Suatu perjalanan wisata yang melakukan kunjungan yang berkaitan

dengan agama, sejarah, dan adat istiadat. Contohnya mengunjungi makam

tokoh besar, tempat suci, dan lain-lain.

14. Wisata Bulan Madu

Suatu perjalanan wisata yang dilakukan setelah melangsungkan

pernikahan.

D.Permintaan Pariwisata

Permintaan pariwisata menurut Mathieson dan Wall adalah jumlah

total dari orang yang melakukan perjalanan atau ingin melakukan perjalanan

untuk menggunakan fasilitas dan pelayanan wisata ditempat yang jauh dari

tempat tinggal dan tempat kerja. Penilaian permintaan pariwisata dapat

dilakukan dengan melihat jumlah wisatawan yang datang, banyaknya uang

yang dikeluarkan wisatawan, lama tinggal wisatawan, dan motivasi

(34)

commit to user

18 E.Penawaran Pariwisata

Puspari UNS (2006) menyebutkan ada 4 aspek yang harus

diperhatikan dalam penawaran pariwisata yaitu 4 A’s yang terdiri dari

Accessability (Aksesibilitas), Amenity (Amenitas), Attractions (Atraksi), dan

Activity (Aktivitas). Aksesibilitas adalah kemudahan mencapai suatu daerah

tujuan wisata, sehingga alternatif rute menuju suatu tempat banyak sehingga

dapat dicapai dengan gampang dari beberapa tujuan. Amenitas mencangkup

ketersediaan superstruktur dan infrastruktur. Atraksi terdiri dari performing

arts, events, tempat publik, taman kota, museum, acara budaya, pameran, dan

warisan budaya. Aktivitas adalah segala kegiatan yang dilakukan oleh

wisatawan di suatu objek wisata. Dengan 4 A’s ini, kita bisa menilai

bagaimana aspek penawaran pariwisata dari suatu tempat tujuan wisata.

F. Produk Pariwisata

Produk pariwisata yaitu suatu susunan produk yang terpadu, yang

terdiri dari objek dan daya tarik wisata, transportasi, akomodasi dan hiburan,

dimana tiap unsur produk pariwisata dipersiapkan oleh masing-masing

perusahaan dan ditawarkan secara terpisah kepada wisatawan (Burkat dan

Medlik : 1973).

Produk pariwisata terdiri dari bermacam-macam unsur yang

merupakan suatu paket yang satu sama lainnya tidak terpisahkan serta

memenuhi kebutuhan wisatawan sejak meninggalkan tempat tinggalnya sampai

ketempat tujuannya dan kembali lagi ketempat asalnya ( Medlik dan Middleton

: 1973). Berdasarkan kedua pengertian ini, maka dapat disimpulkan bahwa

(35)

commit to user

19 1. daya tarik dari destinasi,

2. fasilitas dari destinasi,

3. kemudahan dari destinasi.

G.Obyek wisata

Obyek wisata adalah suatu tempat yang mempunyai keindahan dan

dapat dijadikan sebagai tempat hiburan bagi orang yang berlibur dalam upaya

memenuhi kebutuhan rohani dan menumbuhkan cinta keindahan alam (Yoeti,

1985). Tempat wisata atau obyek wisata adalah sebuah tempat rekreasi atau

tempat berwisata. Obyek wisata dapat berupa obyek wisata alam/lingkungan

seperti gunung, danau, sungai, pantai, laut, atau berupa obyek wisata bangunan

seperti museum, benteng, situs peninggalan sejarah, dan sebagainya.

Obyek wisata yang mempunyai unsur fisik lingkungan berupa

tumbuhan, satwa, geomorfologi, tanah, air, udara, dan lain sebagainya serta

suatu atribut dari lingkungan yang menurut anggapan manusia memiliki nilai

tertentu seperti keindahan, keunikan. Kelangkaan, kekhasan, keragaman,

bentangan alam, dan keutuhan.

Spillane (1998 : 86) mengungkapkan unsur-unsur yag harus ada dalam

kawasan wisata adalah :

1. Atraksi

2. Fasilitas

3. Infrastruktur atau sarana prasarana

4. Transportasi

(36)

commit to user

20 H.Atraksi Wisata

Atraksi merupakan segala sesuatu yang menarik dan bernilai untuk

dikunjungi dan dilihat. Atraksi harus memiliki ciri khas dan keunikan dari

daerah wisata tersebut. Dengan demikian, maka wisatawan dapat mengingat

dan memiliki pengalaman baru dari atraksi tersebut sehingga wisatawan

tersebut ingin kembali lagi ke daerah itu dan merasakan lagi atraksi wisata

yang telah disaksikannya. Atraksi wisata biasanya berbentuk peristiwa,

kejadian, baik yang secara periodik, maupun sekali saja, baik yang bersifat

alami, tradisional, ataupun yang telah dilembagakan dalam kehidupan modern.

Berdasarkan lamanya waktu yang dihabiskan wisatawan maka ada dua

jenis atraksi yaitu atraksi penahan dan atraksi penangkap. Atraksi wisata yang

dapat dikembangkan sedemikian rupa sehingga dapat menahan wisatawan

selama berhari-hari dan dapat berkali-kali dinikmati, bahkan pada kesempatan

lain wisatawan akan kembali lagi ke tempat yang sama. Atraksi demikian

adalah atraksi penahan. Sebaliknya, ada juga atraksi yang hanya menarik

kedatangan wisatawan. Atraksi itu adalah atraksi penangkap wisatawan (tourist

catcher), yang hanya sekali dinikmati, kemudian ditinggalkan lagi oleh

wisatawan.

Salah satu cara membuat atraksi wisata yang baik adalah melalui

pelestarian kesan, caranya dengan mengikatkan kesan pada obyek yang tidak

cepat rusak dan dapat dibawa pulang, sehingga setiap kali wisatawan tersebut

melihat benda itu, maka ia akan teringat kembali apa yang telah disaksikannya

(Soekadijo, 1997 : 61). Atraksi wisata harus dibuat dengan sebaik mungkin

(37)

commit to user

21 dikembangkan, direncanakan, dan dikelola untuk kepentingan aktivitas dan

kesenangan pengunjung.

Gunn (1994 : 89) menyatakan bahwa atraksi mempunyai dua fungsi

utama yaitu pertama, atraksi memberikan daya tarik (entice), memikat (lure)

dan merangsang (stimulate) keinginan untuk mengadakan suatu perjalanan

wisata. kemudian wisatawan akan mempelajari tentang atraksi suatu daerah

tujuan wisata, sehingga pada akhirnya membuat keputusan pada yang paling

menarik, kedua, atraksi memberikan kepuasan kepada pengunjung.

I. Kebijakan Pariwisata

Gee (2000 : 287) mengatakan bahwa kebijakan pariwisata harus

memperhatikan sejumlah isu kebijakan seperti :

1. Peran pariwisata dalam perekonomian.

2. Pengendalian pengembangan pariwisata. Pengembangan pariwisata harus

memperhatikan situasi dan kondisi yang ada.

3. Administrasi pariwisata (dukungan struktur kelembagaan pemerintah).

4. Dukungan pemerintah terhadap pariwisata. Dukungan sumber daya

pemerintah sangat dibutuhkan dalam pengembangan pariwisata.

5. Dampak pariwisata. Pariwisata dapat menimbulkan dampak positif dan

negatif, oleh karena itu kebijakan pariwisata harus memperhatikan dampak

(38)

commit to user

22 J. Pengembangan Pariwisata

Pemerintah saat ini mulai mencari salah satu sektor yang dapat

digunakan sebagai alat untuk menanggulangi kemiskinan. Pariwisata

merupakan salah satu sektor yang mulai diperhitungkan untuk menangani

masalah kemiskinan. Maka dari itu, pemerintah harus terus membuat kebijakan

dalam mengembangkan pariwisata sehingga dapat meningkatkan

perekonomian daerah dan nasional.

Cetak biru pengembangan destinasi pariwisata Indonesia tahun

2007-2014 menyatakan bahwa keberhasilan pembangunan pariwisata sangat

didukung oleh pengembangan destinasi pariwisata secara profesional, terpadu

secara sektoral dan kewilayahan, memiliki konsep yang jelas, didukung oleh

sistem jasa dan layanan yang handal serta diperkuat oleh sistem dan strategi

pemasaran yang aktif, terfokus dan terpadu, dan peran seluruh stakeholders.

Dalam GBHN tahun 1993, dikatakan bahwa pembangunan pariwisata

diarahkan pada peningkatan pariwisata menjadi sektor andalan yang mampu

menggalakkan kegiatan ekonomi, termasuk sektor-sektor lainnya yang terkait,

sehingga lapangan kerja, pendapatan masyarakat, pendapatan daerah,

pendapatan negara serta penerimaan devisa meningkat melalui pengembangan

dan pendayagunaan potensi kepariwisataan nasional. Hal ini sejalan dengan

tujuan pengembangan pariwisata sesuai dengan Undang-Undang No. 9 Tahun

1990 yang menyebutkan bahwa tujuan pengembangan pariwisata adalah :

1. Memperkenalkan, mendayagunakan, melestarikan, dan meningkatkan

(39)

commit to user

23 2. Memupuk rasa cinta tanah air dan meningkatkan persahabatan antar

bangsa.

3. Memperluas dan meratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja.

4. Meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan

kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.

5. Mendorong pendayagunaan produk nasional.

Yoeti (1985 : 164) menyatakan bahwa suatu obyek pariwisata harus

memenuhi tiga kriteria agar obyek tersebut diminati pengunjung, yaitu :

1. Something to see adalah obyek wisata tersebut harus mempunyai sesuatu

yang bisa di lihat atau dijadikan tontonan oleh pengunjung wisata. Dengan

kata lain obyek tersebut harus mempunyai daya tarik khusus yang mampu

untuk menyedot minat dari wisatawan untuk berkunjung di obyek tersebut.

2. Something to do adalah agar wisatawan yang melakukan pariwisata di sana

bisa melakukan sesuatu yang berguna untuk memberikan perasaan senang,

bahagia, dan rileks berupa fasilitas rekreasi baik itu arena bermain ataupun

tempat makan, terutama makanan khas dari tempat tersebut sehingga

mampu membuat wisatawan lebih betah untuk tinggal di sana.

3. Something to buy adalah fasilitas untuk wisatawan berbelanja yang pada

umumnya adalah ciri khas atau ikon dari daerah tersebut, sehingga bisa

dijadikan sebagai oleh-oleh.

Dalam pengembangan pariwisata perlu ditingkatkan langkah-langkah

yang terarah dan terpadu terutama mengenai pendidikan tenaga-tenaga kerja

dan perencanaan pengembangan fisik. Kedua hal tersebut hendaknya saling

(40)

commit to user

24 Agar suatu obyek wisata dapat dijadikan sebagai salah satu obyek

wisata yang menarik, maka faktor yang sangat menunjang adalah kelengkapan

dari sarana dan prasarana obyek wisata tersebut. Sarana dan prasarana juga

sangat diperlukan untuk mendukung dari pengembangan obyek wisata. Yoeti

(1985 : 181) mengatakan : “Prasarana kepariwisataan adalah semua fasilitas

yang memungkinkan agar sarana kepariwisataan dapat hidup dan berkembang

sehingga dapat memberikan pelayanan untuk memuaskan kebutuhan

wisatawan yang beraneka ragam”.

Daerah yang berhasil dalam mengembangkan sektor pariwisatanya

adalah Bali dan Yogyakarta. Kedua kota tersebut berhasil meningkatkan PDRB

nya. Dari provinsi Bali contohnya, sektor pariwisata adalah penyumbang

PDRB daerah terbesar dibandingkan sektor lainnya. Apabila terjadi penurunan

kegiatan wisata di Bali, maka hal itu akan berpengaruh secara spesifik terhadap

jumlah PDRB daerahnya.

Pariwisata tidak hanya memberikan andil terhadap masyarakat

menengah ke atas saja, tetapi juga memberikan andil yang besar terhadap

perekonomian masyarakat kecil di daerah pariwisata itu dikembangkan.

Keterlibatan langsung masyarakat berpendapatan rendah dalam

program-program pengembangan pariwisata melalui pemanfaatan hasil kerajinan tangan

(handycraft), hasil pertanian, peternakan, perikanan, perkebunan, produk hasil

seni dan budaya tradisional serta pengembangan desa wisata yang sangat

membantu usaha meningkatkan perekonomian. Dengan kata lain, pariwisata

(41)

commit to user

25

development) dan sekaligus menjadi penggerak dan mempercepat proses

pembangunan itu sendiri (Yoeti, 2008:18).

Seperti yang kita ketahui bahwa pariwisata sebagai suatu industri

mencakup aspek-aspek yang sangat luas dan menyangkut berbagai kegiatan

ekonomi masyarakat. Semakin berkembang industri pariwisata suatu daerah

maka akan menggerakkan sentra-sentra industri kecil masyarakat. Dapat kita

simpulkan bahwa dampak pengeluaran wisatawan (tourist expenditure)

terhadap perekonomian dapat membantu mengentaskan kemiskinan di

Indonesia. Dengan mengembangkan pariwisata sebagai suatu industri akan

terjadi peningkatan dalam : kesempatan berusaha, kesempatan kerja,

penerimaan pajak, pendapatan nasional, dan sekaligus akan memperkuat posisi

neraca pembayaran (Yoeti, 2008:19).

Dalam pengembangan industri pariwisata, diperlukan dukungan

pengembangan SDM yang profesional dalam manajemen kelompok

perusahaan industri pariwisata seperti perhotelan, restoran, angkutan wisata,

biro perjalanan wisata, pusat-pusat rekreasi, atau toko cinderamata yang

sementara ini masih dikelola dengan tradisional.

K.Dampak Pengembangan Pariwisata

Yoeti (2008 : 20) mengatakan bahwa industri pariwisata akam

memberikan berbagai dampak :

1. Dampak Positif

a. Dapat menciptakan kesempatan berusaha. Dengan datangnya wisatawan,

(42)

commit to user

26 dan harapan (expectation) wisatawan yang terdiri dari berbagai

kebangsaan dan tingkah lakunya.

b. Dapat meningkatkan kesempatan kerja (employment).

c. Dapat meningkatkan pendapatan sekaligus mempercepat pemerataan

pendapatan masyarakat, sebagai akibat multiplier effect yang terjadi

dari pengeluaran wisatawan yang relatif cukup besar itu.

d. Dapat meningkatkan penerimaan pajak pemerintah dan retribusi daerah.

Seperti yang kita ketahui, tiap wisatawan berbelanja selalu dikenai

pajak sebesar 10 persen sesuai Peraturan Pemerintah yang berlaku.

e. Dapat meningkatkan pendapatan nasional atau Gross Domestic Bruto.

f. Dapat meningkatkan investasi dari sektor industri pariwisata dan sektor

ekonomi lainnya.

g. Dapat memperkuat neraca pembayaran.

2. Dampak negatif

a. Harga tanah menjadi mahal, pantai-pantai dikaveling sehingga sering

terjadi spekulasi harga yang pada akhirnya meningkatkan harga

disekitarnya.

b. Di pusat-pusat konsentrasi pariwisata harga-harga bahan makanan

semakin mahal sehingga dapat meningkatkan inflasi.

c. Sumber-sumber hayati menjadi rusak, sehingga menurunkan daya tarik

wisata.

(43)

commit to user

27 e. Ramainya lalu lintas wisatawan, ternyata ditumpangi oleh penyeludupan

obat bius dan narkotika.

3. Dampak Sosial Budaya

a. Sering terjadi komersialiasi seni-budaya.

b. Terjadi pemalsuan benda-benda budaya, seperti lukisan atau keramik.

c. Terjadi demonstration effect, kepribadian anak-anak muda rusak.

d. Demi dollar wisatawan, upacara adat dijual kepada wisatawan.

4. Dampak Lingkungan Hidup

a. Pembuangan sampah sembarangan selain menyebabkan bau tidak sedap,

rusaknya keindahan, juga membuat tanaman di sekitarnya mati.

b. Pembuangan limbah restoran, hotel, dan rumah sait yang merusak air

sungai, danau, atau laut.

c. Kerusakan terumbu karang.

d. Perambahan hutan.

Akibatnya, banyak hewan-hewan langka tidak bisa hidup di habitatnya,

sehingga daya tariknya akan hilang.

e. Perusakan sumber-sumber hayati yang tidak terkendali, merusak hutan,

merusak tanaman, dan lain-lain.

Melihat berbagai macam dampak yang ditimbulkan, maka pengembangan

pariwisata memerlukan perencanaan yang matang. Khususnya untuk dampak

lingkungan, maka konsep ramah lingkungan sangat penting dipraktikan untuk

(44)

commit to user

28 L.Perencanaan Strategis

1. Definisi Perencanaan Strategis

Manajemen strategis dapat didefinisikan sebagai seni dan

pengetahuan dalam merumuskan, mengimplementasikan, serta

mengevaluasi keputusan – keputusan lintas – fungsional yang membuat

sebuah organisasi mencapai tujuannya (David, 2009 : 4). Istilah manajemen

strategis sering disebut juga dengan perencanaan strategis.

Manajemen strategis awalnya muncul pada tahun 1950-an dan

menjadi sangat populer pada pertengahan 1960-an dan pertengahan

1970-an. Saat itu, manajemen strategis selalu diterapkan oleh berbagai perusahaan

di dunia. Kemudian pada tahun 1980-an, popularitas manajemen strategis

mulai meredup dan mulai ditinggalkan karena dianggap sebagai model

perencanaan yang tidak menghasilkan keuntungan. Lalu pada tahun

1990-an, manajemen strategis mulai bangkit dan diterapkan di dunia bisnis hingga

saat ini.

Tujuan utama perencanaan strategis adalah agar organisasi dapat

melihat secara obyektif kondisi-kondisi internal dan eksternal, sehingga

dapat mengantisipasi perubahan lingkungan eksternal. Perusahaan sangat

perlu untuk melakukan manajemen strategis karena manajemen strategis

merupakan suatu pendekatan yang objektif, logis, dan sistematis untuk

membuat keputusan – keputusan besar dalam organisasi. Oleh karena itu,

manajemen strategis sangat membantu tugas seorang pengambil keputusan

(45)

commit to user

29 Proses manajemen strategis didasarkan pada keyakinan bahwa

setiap organisasi harus terus memantau berbagai informasi internal dan

eksternal, sehingga perusahaan mampu bertahan dengan melakukan

berbagai perubahan. Manajemen strategis membantu organisasi untuk

beradaptasi secara efektif terhadap perubahan jangka panjang (David, 2009 :

10).

Sebelum suatu perencanaan strategis dikembangkan, manajemen

puncak perlu menganalisis hubungan antara fungsi – fungsi manajemen

perusahaan dengan mempelajari struktur perusahaan (corporate’s structure),

budaya perusahaan (corporate’s culture), dan sumber daya perusahaan

(corporate’s resource).

2. Tahap – tahap Manajemen Strategis

Rangkuti (1997) mengungkapkan tahapan proses penyusunan

perencanaan strategis, yaitu :

a. Tahap pengumpulan data.

Pada tahap ini dilakukan kegiatan pengumpulan data, pengklasifikasikan

dan pra – analisis. Kegiatan pra – analisis dapat dibedakan menjadi dua,

yaitu data internal dan data eksternal. Data internal diperoleh dari dalam

perusahaan, sedangkan data eksternal diperoleh dari luar perusahaan.

Pada tahap ini terdiri dari tiga mdoel yaitu matriks faktor strategi

(46)

commit to user

30 b. Tahap analisis.

Pada tahap ini, dilakukan analisis terhadap data dan informasi yang telah

didapat dari tahap pengumpulan data tersebut. Ada beberapa model

kuantitatif perumusan strategi yaitu :

1) Matriks SWOT

2) Matriks BCG (Boston Company Group)

3) Matriks Internal – Eksternal

4) Matriks Space

5) Matriks Grand Strategy

Untuk menghasilkan suatu analisis yang akurat, maka perusahaan harus

menggunakan beberapa model sekaligus. Pemilihan model kuantitatifnya

dipilih berdasarkan informasi yang diperoleh pada tahap pengumpulan

data.

c. Tahap pengambilan keputusan.

Manajer sebagai pengambil keputusan akan memutuskan strategi

alternatif mana yang akan paling menguntungkan bagi perusahaan.

Strategi yang diambil harus menentukan keunggulan kompetitif jangka

panjang. Perumusan strategi harus mencangkup pengembangan visi dan

misi, identifikasi peluang dan ancaman eksternal, kesadaran akan

kekuatan dan kelemahan internal, dan pemilihan strategi tertentu untuk

mencapai tujuan. Manajemen strategis mengolah informasi kualitatif dan

kuantutatif sedemikian rupa, sehingga akan menghasilkan keputusan

(47)

commit to user

31 3. Kekuatan dan Kelemahan Internal

Manajemen strategis sangat memerlukan data dan informasi

kekuatan dan kelemahan organisasi. Mengidentifikasi serta mengevaluasi

kekuatan dan kelemahan organisasional dalam wilayah – wilayah fungsional

suatu bisnis merupakan sebuah aktivitas manajemen strategis yang sangat

penting. Organisasi harus menjalankan strategi yang mampu meningkatkan

kekuatan dan mengurangi kelemahannya.

4. Peluang dan Ancaman Eksternal

Peluang dan ancaman menunjuk pada berbagai tren dan kejadian

ekonomi, sosial, budaya, demografis, lingkungan hidup, politik, hukum,

pemerintah, teknologi, dan kompetitif yang dapat secara signifikan

menguntungkan atau merugikan suatu organisasi di masa yang akan datang

(David, 2009 : 17).

Perumusan berbagai strategi untuk mengambil keuntungan dari

peluang eksternal dan menghindari atau meminimalkan ancaman merupakan

salah satu aspek utama dari manajemen strategis. Identifikasi, pengawasan,

dan evaluasi peluang dan ancaman eksternal sangat penting dalam

keberhasilan manajemen strategis.

5. Konsep Strategi

Strategi merupakan suatu alat untuk mencapai tujuan. Dalam

perkembangannya, konsep mengenai strategi initerus berkembang.

Contohnya seperti yang dikemukakan oleh Learned, Andrews, dan Guth

(48)

commit to user

32 merupakan alat untuk menciptakan keunggulan bersaing. Dengan demikian

salah satu fokus strategi adalah memutuskan apakah bisnis tersebut harus

ada atau tidak.

Argrys (1985), Mintzberg (1979), Steiner dan Miner (1977) dalam

buku Rangkuti (1997 : 4) menyebutkan bahwa strategi merupakan respon

yang terus-menerus maupun adaptif terhadap peluang dan ancaman

eksternal serta kekuatan dan kelemahan internal yang dapat mempengaruhi

organisasi. Lain lagi dengan pendapat Andrews (1980) dan Chaffe (1985)

dalam buku Rangkuti (1997 : 4), strategi adalah kekuatan motivasi untuk

stakeholders, seperti stakeholders, debtholders, manajer, karyawan,

konsumen, komunitas, pemerintah, dan sebagainya, yang baik secara

langsung maupun tidak langsung menerima keuntungan atau biaya yang

ditimbulkan oleh semua tindakan yang dilakukan oleh perusahaan.

Pemahaman tentang konsep strategi dan konsep-konsep lain yang berkaitan

akan menentukan suksesnya strategi yang disusun.

M. Manfaat Manajemen Srategis

David (2009) mengungkapkan beberapa manfaat manajemen strategis

diantaranya :

1. Keuntungan Keuangan

Sebuah perusahaan yang menjalankan manajemen strategis terbukti

mengalami kemajuan yang signifikan dalam penjualan, profitabilitas, dan

produktivitas dibandingkan dengan perusahaan yang tidak menjalankan

(49)

commit to user

33 2. Keuntungan Non-Keuangan

a. Memungkinkan organisasi untuk merumuskan strategi yang lebih baik

melalui penggunaan pendekatan terhadap pilihan strategi yang lebih

sistematis, logis, dan rasional.

b. Tercapainya proses pemahaman dan komitmen yang baik antara

manajer dan karyawan.

c. Mengurangi kesadaran ancaman eksternal.

d. Membaiknya pemahaman akan strategi pesaing.

e. Meningkatkan produktivitas karyawan.

f. Mengurangi resistensi terhadap perubahan.

g. Pemahaman yang jelas relasi kinerja – imbalan.

h. Menjadi awal sebuah sistem manajerial yang efektif dan efisien.

Greenley dalam David (2009 : 26) mengungkapkan berbagai manfaat

manajemen strategis bagi suatu perusahaan yaitu :

1. Memungkinkan identifikasi, pemprioritaskan, dan pemanfaatan peluang

yang muncul.

2. Menyediakan pandangan yang objektif tentang persoalan manajemen.

3. Mempresentasikan sebuah kerangka kerja untuk aktivitas koordinasi dan

kontrol yang lebih baik.

4. Meminimalkan efek - efek dari kondisi dan perubahan yang tidak

menguntungkan.

5. Memungkinkan keputusan – keputusan besar yang mampu mendukung

(50)

commit to user

34 6. Memungkinkan alokasi waktu yang lebih efektif dan sumber daya yang

efisien untuk mengejar peluang yang telah diidentifikasikan.

7. Memungkinkan pengalokasian sumber daya yang lebih sedikit untuk

memperbaiki kesalahan atau dalam pengambilan keputusan.

8. Menciptakan kerangka kerja bagi komunikasi internal antarpersonal.

9. Membantu mengintegrasikan pelaku individual menjadi upaya bersama.

10. Menyediakan landasan untuk mengklarifikasi tanggung jawab individual.

11. Mendorong hadirnya pemikiran ke depan.

12. Menyediakan pendektana yang kooperatif, teridentikasi, dan antusias

untuk menangani persoalan dan peluang.

13. Mendorong perilaku yang positif terhadap perubahan.

14. Menciptakan kedisiplinan dan formalitas dalam manajemen biaya.

N.Analisis SWOT dan Penyusunan Formula Strategi 1. Pengertian Analisis SWOT

Teori Analisis SWOT adalah sebuah teori yang digunakan untuk

merencanakan sesuatu hal yang dilakukan dengan SWOT. SWOT adalah

singkatan dari S adalah Strength atau Kekuatan, W adalah Weakness atau

Kelemahan, O adalah Opportunity atau Kesempatan, dan T adalah Threath

atau Ancaman. Analisis SWOT dimaksudkan untuk melihat apa saja

keunggulan dan kelemahan dari Taman Balekambang ini dan melihat

bagaimana potensi yang ada serta memberikan masukan-masukan

pengembangan sesuai dengan potensi tersebut.

SWOT biasa digunakan untuk menganalisis suatu kondisi dimana

(51)

commit to user

35 program kerja. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat

memaksimalkan kekuatan (Strength) dan peluang (Opportunity), namun

secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weakness) dan ancaman

(Threat). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan

pengembangan misi, tujuan, strategi (strategic planner) harus menganalisis

faktor-faktor strategi perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang, dan

ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini. Hal ini disebut analisis situasi.

Model yang paling populer untuk analisis situasi ini adalah analisis SWOT

(Rangkuti, 1997 : 19).

Analisis SWOT merupakan alat analisis kualitatif sederhana tetapi

sangat luas digunakan dalam manajemen termasuk manajemen

pengembangan pariwisata. Data-data yang digunakan bersumber dari survei

sekunder dan obeservasi lapangan serta dari hasil analisis yang telah

dilakukan sebelumnya. Materi SWOT ini merupakan kompilasi dari

berbagai data yang telah diperoleh dan hasil analisis.

Rangkuti (1997 : 20) menyebutkan bahwa diagram SWOT terdiri

dari 4 diagram, yaitu :

a. Kuadran 1

Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan tersebut

memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang

yang ada. strategi yang harus ditetapkan dalam kondisi ini adalah

(52)

commit to user

36 b. Kuadran 2

Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih

memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus ditetapkan

adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka

panjang dengan cara strategi diversifikasi.

c. Kuadran 3

Perusahaaan menghadapi peluang pasar yang besar, tetapi ia memiliki

berbagai kendala/kelemahan internal. Fokus strategi perusahaan ini

adalah meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan sehingga

dapat merebut peluang pasar yang lebih baik.

d. Kuadran 4

Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan

menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.

2. EFAS (External Factors Analysis Summary)

Tabel ini berisi skoring faktor ancaman dan peluang. Total nilai

skoring ancaman dan peluang akan menunjukkan bagaimana perusahaan

bereaksi terhadap faktor-faktor strategis eksternalnya.

3. IFAS (Internal Factors Analysis Summary)

Tabel ini berisi skoring faktor kekuatan dan peluang yang dimiliki

oleh perusahaan. Total skoring IFAS ini akan menunjukkan bagaimana

perusahaan bereaksi terhadap faktor-faktor strategis internalnya (Rangkuti,

Gambar

Tabel IV.54 IFAS (Internal Factor Analysis Summary) ................................ 112
Gambar III.2 Matriks Space ............................................................................
Tabel IV.8
Tabel IV.11
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penggunaan cahaya lampu dengan intensitas 105 lux memberikan hasil tangkapan yang relatif sama dengan intensitas 70 lux tetapi lebih baik dari intensitas rendah

Aplikasi perhitungan kalori dan usulan makanan menggunakan metode harris beneditc di gunakan untuk para pendaki gunung mengetahui jumlah kalori yang di butuhkan

‟ Kampanye ini menampilkan kehadiran khas Adidas AG dalam menghadapi perbedaan antara olahraga, budaya dan gaya hidup yang dipadukan dengan dunia olahraga, musik, dan

The results showed that there is a high significance of positive and negative correlations in skin response to allergens in the same group and with allergens of different

pada bagian ini Kabupaten/Kota harus menguraikan kebutuhan komponenpengelolaan persampahan yang meliputi aspek teknis operasional (sejak dari su mbersampai dengan pengolahan

Acara ini juga akan dimeriahkan dengan penampilan drumband SD Budi Mulia 2/ paduan suara SD Tarakanita dan juara bintang cilik RCTI Zia// Selain tersebut/

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Ibu dalam Praktek Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Koba Kabupaten Bangka Tengah Tahun 2012. Depok: Fakultas

Penyesuaian dari kutipan teori Sadirman AM , berdasarkan hasil yang diteliti peneliti menyimpulkan bahwa motivasi belajar siswa memiliki hubungan yang tidak