• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mindful leadership Sebesar apa kemampuan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Mindful leadership Sebesar apa kemampuan"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Mindful leadership : Sebesar apa kemampuan Memberi

yang kita miliki?

Industrialisasi lahir setelah masa Renaissance atau lahirnya sains moderen yang merupakan penemuan terbesar dunia di abad 14-16 menandai

berakhirnya abad pertengahan. Gegap gempita dunia industri yang terkenal dengan ekploitasi terhadap segala sumberdaya alam seakan masih belum berakhir. Kolonialisasi adalah anak kandung perubahan ini dan Indonesia mengalaminya dalam masa yang cukup panjang. Tak heran bila kita juga

mewarisi buah dari kolonialisme ini. Kita merasakan yang kuat mengendalikan yang lemah, yang bermodal dan bersenjata mengendalikan yang miskin dan tidak berdaya.

Bila di masa kemerdekaan kita masih mengalami dan menyaksikan pola tuan tanah (baron) dan para budak belian, sungguh ini bukan salah kita, namun warisan sejarah yang harus kita lawan. Jadi, tak heran bila seseorang ketika menjabat sebagai pejabat publik, atau seorang pemimpin di masyarakat, perusahaan bahkan keluarga berperilaku seperti baron tadi. Ketika memiliki kuasa, maka kita seakan berhak mendapat upeti dari yang kita kuasai, dan itu seperti HAK yang wajar. Jangan berpikir ini hanya ditujukan untuk para pejabat negara, di perusahaan juga upeti-upeti dari supplier, agency periklan,

distributor, agen dan lain-lain mengalir deras kepada sang pemilik tanda tangan.

Tak kalah ruwetnya adalah rakyat jelata. Untuk mendapatkan ampunan hukuman, mendapatkan sesuap nasi, selembar proyek, atau sepenggal

tandatangan rela untuk memberikan upeti, sogokan, atau uang pelicin kepada sang penguasa pemilik tandatangan. Ini juga warisan masa lalu : karena bila tidak bisa menjilat sang baron, hilanglah mata pencariannya atau bahkan sekaligus hilang nyawanya.

(2)

Adam Grant menuliskan dengan gamblang bahwa kini keberhasilan tidak lagi mengandalkan hanya faktor-faktor tersebut. Sebagai Profesor termuda di Wharton, penelitiannya menjadi pembicaraan banyak orang. Dia diundang oleh banyak institusi untuk membagikan ilmu barunya. Saya sempat menyimak beberapa video kuliahnya dan memang tepat bahwa Givers akan lebih sukses daripada Takers.

Hari ini, keberhasilan semakin tergantung pada bagaimana kita berinteraksi dengan orang lain. Apakah kita tipe pengambil (takers), pencocok (matchers), atau pemberi(givers)?

Kebanyakan tipe kita disinyalir adalah tipe pengambil yakni selalu ingin mengambil sebanyak mungkin dari orang lain, dari alam, dari siapa saja atau apa saja. Pengambi merasa hidup seakan-akan selalu dalam kekurangan. Selalu kuatir akan masa depan yang tidak menentu sehingga perlu mengambil apa yang bisa diambil untuk mencukupi dirinya, keluarganya dan kelompoknya. Ambil semua, agar skor di tempat lain tak bersisa alias 0. Ekspolitasi terus sehingga tak bersisa untuk orang lain. Apa salahnya?

Pencocok atau Matchers dalam definisi Grant adalah orang yang bertujuan untuk berdagang secara merata, kasih 100 untuk mendapatkan 100. Fair lah, kira-kira itu istilahnya.

Nah , yang menarik, si Pemberi adalah jenis langka tersebut. Orang-orang ini adalah orang yang berkontribusi kepada orang lain tanpa mengharapkan imbalan apa pun. Bodoh sekali si Pemberi ini, kata orang Pengambil.

Menggunakan penelitian awal yang dia lakukan sendiri, tipe Pemberi menunjukkan bahwa dengan gaya ini berdampak mengejutkan pada

keberhasilan seseorang. Meskipun beberapa Pemberi terlalu berlebihan dalam memberi dan seringkali menjadi apes, namun sebagian besar menurut Grant mencapai hasil yang luar biasa di berbagai industri.

Grant menunjukkan bukti-bukti dari berbagai orang sukses yang mewarisi gaya ini. Barangkali para CEO dan Pemilik usaha besar di dunia juga sedang

(3)

Foundation beberapa waktu lalu memiliki cerita sebagai Pemberi yang kurang lebih mirip yang digambarkan oleh Grant.

Kamu tidak akan kekurangan dengan memberi. Agama mengajarkan lebih baik memberi daripada menerima. Tangan di atas lebih mulia daripada tangan di bawah. Apresiasi saya untuk teman teman komunitas TDA (Tangan Di Atas) yang telah secara tidak langsung menjalankan bukti penelitian Grant ini.

Beberapa teman sempat mencibir, tentu saja para boss itu bisa seenaknya memberi karena dia telah memiliki begitu banyak harta. Namun simak cerita teman saya Ifly dari Dumai yang menceritakan kisah ayahnya yang selalu memberi dan selalu tidak kekurangan apapun. Ayahnya bukan orang kaya, namun orang sekampung tahu bila ada kesulitan datanglah ke ayahnya. Pernah suatu ketika ada ibu miskin beserta 2 orang anak yang hendak pulang kampung dan tidak memiliki uang. Dengan uang yang ada di dompetnya ayah teman saya Ifly ini memberikan uang tersebut agar ibu dan 2 anak itu dapat pulang kampung. Ifly heran, ayahnya selalu tidak pernah berkekurangan, meskipun tidak bisa disebut kaya secara harta, dia kaya secara hati. Kaya tidak selalu berwujud materi. Kaya adalah ketika kita mampu memberi.

Cerita lain yang tidak kalah menarik diceritakan oleh seorang teman dekat saya. Kisah ini tentang tukang bangunan. Beberapa tahun lalu, ketika rumahnya

sedang direnovasi kecil, tukang bangunan yang bekerja selalu mendapatkan omelan karena pekerjaannya yang tidak rapih, selalu membantah ketika diberi masukan dan menggerutu atas apa saja yang dia peroleh. Teman saya, seorang sufi, menanyakan kepada tukang tersebut: “Bapak, kapan bapak terakhir kerja?” Sontak tukang tersebut menjawab : “Sudah 3 bulan nganggur dan ini baru kerja di rumah bapak”. Teman saya mengajaknya untuk mengubah “nasib”nya

(4)

pengangkut batu dan pasir itu niscaya nasib bapak akan berubah.” Entah kenapa, sang tukang mengikuti sarannya. Dan cerita tidak berakhir sampai di sini. Perubahan terjadi pada tukang tersebut. Dia lebih bisa menerima kritikan dari pemilik rumah. Dia bisa tersenyum karena senyum adalah juga ibadah. Senyum adalah sikap Pemberi. Kini, setelah menyelesaikan rumah teman saya, dia sudah mendapat kerja di tempat lain. Dan ketika cerita ini saya dengar, sang tukang tidak pernah sepi dari pekerjaan karena seperti kata Grant Pemberi selalu disenangi dan orang akan dengan rela hati mengenalkan Pemberi untuk mendapatkan rejeki-rejeki baru. Seandainya si tukang tahu bahwa dia baru saja mengubah mindset-nya dari Takers menjadi Givers, dan itulah yang mengubah hidupnya. Dia dikenalkan oleh seorang pemilik rumah ke pemilik rumah lain, entah itu tetangganya, saudaranya, handai taulannya hanya karena Pemberi selalu bahagia memberikan yang terbaik untuk orang lain.

Sebuah video yang saya tonton tentang pengemis yang berbagi nasi bungkus bekas dari restoran dengan seekor anjing jalanan begitu menggugah banyak hati. Pengemis itu tau “rasa lapar” sang anjing karena dia merasakan rasa lapar tersebut dan rela membagikan sedikit miliknya kepada maaf, seekor anjing buduk. Kebanyakan kita melempari anjing tersebut karena kotor.

Dalam mindful leadership, belajar welas asih, selalu memiliki energi menolong dan memberi adalah salah satu kecerdasan emosi tingkat tinggi. Ketika kita selalu memiliki mental tersebut, maka orang sekeliling kita akan merasakan kebermanfaatan dari kehadiran kita. Energi welas asih dapat menyiram

kemarahan, kesombongan dan kemunafikan. Ketika kita dapat memberi tanpa pamrih, disaat itu juga alam menghujani kita dengan berbagai hadiah, paling tidak sebuah senyuman dan perasaan bahagia karena kita telah berani

melepaskan yang kita miliki untuk orang lain. Entah itu materi (harta benda) atau non materi (waktu, tenaga, perhatian, senyuman) semua akan membawa kita pada kebahagiaan. Pada bulan Idul Adha yang baru lalu, energi itu ada di sekeliling kita, semoga tidak hanya pada saat Idul Adha semangat berkorban untuk sesama itu ada.

We give not because we have many, but because we can feel if we have

(5)

kebahagian adalah buah langsung yang lebih mahal dari sebuah Ferrari (hasil dikorupsi di Tangerang) dan Lamborghini (milik orang ternama yang ringsek ditabrak). Mari kita eling, dan terus belajar memberi.

Referensi

Dokumen terkait

18.Deskripsi kualitas lingkungan hidup → derajat/kemampuan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan manusia di tempat dan waktu tertentu (udara pengap, karna gaada oksigen cukup

Akhirnya makin besar pula proses transfer informasi (transfer of information) dan perpustakaan berfungsi sebagai media atau alat serta jembatan perantara antara

lemak yang sangat dibutuhkan oleh Pertambahan bobot benih udang udang, seperti asam linoleat, asam windu meningkat dengan meningkatnya linolenat, asam stearat, dan

Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui kondisi pipa pendingin sekunder, sehingga dapatdiketahui laju penipisan pipa sekunder berdasarkan hasil pengukuran yang pernah

 Apikal : terdapat di ujung akar dan ujung batang yang berperan dalam pertumbuhan primer dimana menyebabkan tanaman menjadi tinggi dan akar menjadi lebih panjang 

Kerusakan muk%sa se$ara t%i$al ter!adi karena OAINS bersi+at asam dan li%+ilik, sehingga memermudah trapping ion hydrogen masuk muk%sa dan menimbulkan kerusakan. E+ek

Peranannya sangat penting sebagai "boneka" Amerika Serikat (terutama pada masa kepresidenan Nixon dan Reagen) dalam 1990 : Nelson Mandela, seorang tahanan politik yang

Berdasarkan hasil analisis deskriptif dimana ketuntasan kelas eksperimen ˃75% dan berbagai uji statistik, maka dapat disimpulkan bahwa implementasi model PjBL berbantuan