• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN ELABORASI TE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN ELABORASI TE"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN HASIL PENELITIAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN ELABORASI TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA DI SMP NEGERI 14 PALEMBANG

Oleh:

Dra. Hj. Farah Diba, M.Pd NIP: 196401281990032001

Ety Septiati, S.Si, MT NIP: 197809202005012001

Herma Yuliana NIM: 2008121197

Dosen dan Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

UNIVERSITAS PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA

PALEMBANG

(2)
(3)

ABSTRAK

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN ELABORASI TERHADAP PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA DI SMP NEGERI 14 PALEMBANG

Pada kenyataan kemampuan pemahaman matematis siswa maíz rendah, rendahnya kemampuan matematis siswa dikarenakan pembelajaran maíz bersifat konvensional, di mana pembelajaran cenderung berpusat pada guru. Siswa hanya menerima dan cenderung pasif. Sehingga kemampuan pemahaman mereka maíz rendah. Untuk mencapai pemahaman matematis oleh siswa bukan suatu hal yang mudah. Namun demikian kemampuan pemahaman matematis perlu diupayakan demi keberhasilan siswa dalam belajar. Upaya yang dilakukan adalah dengan memilih model pembelajaran yang tepat dan diyakini lebih baik dari model pembelajaran yang dilakukan sebelumnya. Salah satu upaya tersebut dengan memberikan pembelajaran elaborasi.Elaborasi adalah proses penambahan rincian sehingga informasi baru akan menjadi lebih bermakna, oleh karena itu membuat pengkodean lebih mudah dan lebih memberi kepastian (dalam Trianto, 2007:92). Ciri pengorganisasian pembelajaran elaborasi adalah memulai pembelajaran dari penyajian isi pada tingkat umum bergerak ke tingkat rinci (urutan elaboratif) .

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Adakah pengaruh positif model pembelajaran elaborasi terhadap kemampuan matematis siswa di SMP Negeri 14 Palembang”. Pembatasan lingkup masalah yaitu pengaruh yang dimaksud dilihat dari perbandingan kemampuan pemahaman matematus siswa antara kelas eksperimen melalui model pembelajaran elaborasi dengan kelas control yang tidak melalui model pembelajaran elaborasi. Siswa yang diteliti adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 14 Palembang. Materi pembelajaran dalam penelitian ini adalah SPLDV (Sistem Persamaan Linear Dua Variable). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh mode; pembelajaran Elaborasi terhadap pemahaman matematis siswa di SMP Negeri 14 Palembang.

Sampel yang diambil dalam penelitian yaitu kelas eksperimen VIII2 dan kelas kontrol VIII1. Variabel dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Elaborasi dan model pembelajaran konvensional sebagai variabel bebas, kemampuan pemahaman matematis sebagai variabel terikat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tes. Teknik analisis data tes menggunakan uji normalitas, uji homogenitas dan uji t.

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan seseorang, karena dengan pendidikan seseorang bisa mendapatkan pengetahuan, pemahaman, keahlian serta keterampilan. Pendidikan juga menghasilkan perubahan tingkah laku seseorang, guru sebagai pendidik harus mampu membantu proses tersebut agar dapat berlangsung dengan lancar dan baik, sehingga peserta didik dapat dengan mudah menerima dan menguasai materi pelajaran.

Salah satu mata pelajaran yang dipelajari siswa di jenjang pendidikan formal mulai dari tingkat SD sampai pada SMA adalah matematika, bahkan pada perguruan tinggi tidak terlepas dari matematika. Hal ini menunjukkan bahwa matematika memegang peranan yang penting dalam upaya peningkatan sumber daya manusia.

Prinsip pembelajaran berdasarkan NCTM (dalam Van de Walle, 2008:3)

adalah ”para siswa harus belajar matematika dengan pemahaman, secara aktif

membangun pengetahuan baru dari pengalaman dan pengetahuan sebelumnya”.

Selain itu NCTM dipercaya bahwa ”Belajar matematika dapat dimaksimalkan apabila

para guru memfokuskan pada berfikir dan pemahaman matematika” (Van de Walle,

2008:1). Berarti pemahaman disini sangat diperlukan agar belajar matematika dapat

dimaksimalkan, sehingga siswa akan berhasil dalam belajar atau dengan kata lain

siswa dapat mengatasi persoalan yang dihadapinya.

(5)

adalah belajar matematika. Dalam proses pembelajaran matematika, pemahaman matematis merupakan bagian yang sangat penting. Pemahaman matematis merupakan

landasan penting untuk berpikir dalam menyelesaikan permasalahan matematika

maupun permasalahan sehari-hari.

Pada kenyataan kemampuan pemahaman matematis siswa masih rendah. Rendahnya kemampuan pemahaman matematis siswa dikarenakan pembelajaran di sekolah masih bersifat konvensional, di mana pembelajaran cenderung berpusat pada guru. Siswa hanya menerima dan cenderung pasif. Sehingga kemampuan pemahaman mereka masih rendah.

Untuk mencapai pemahaman matematis oleh siswa bukan suatu hal yang mudah. Namun demikian kemampuan pemahaman matematis perlu diupayakan demi keberhasilan siswa dalam belajar. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memilih model pembelajaran yang tepat dan diyakini lebih baik dari model pembelajaran yang dilakukan sebelumnya. Salah satunya upaya tersebut dengan memberikan pembelajaran elaborasi. Elaborasi adalah proses penambahan rincian sehingga informasi baru akan menjadi lebih bermakna, oleh karena itu membuat pengkodean lebih mudah dan lebih memberi kepastian (dalam Trianto, 2007:92). Ciri pengorganisasian pembelajaran elaborasi adalah memulai pembelajaran dari penyajian isi pada tingkat umum bergerak ke tingkat rinci (urutan elaboratif) (dalam Uno, 2007:142).

(6)

matematika dalam konteks matematika dan di luar konteks matematika.Hal tersebut terjadi karena penggunaan metode atau strategi pembelajaran masih menggunakan cara lama/strategi konvensional. Guru menjelaskan materi kepada siswa kemudian siswa mencatat materi tersebut, lalu memberikan latihan soal untuk dikerjakan.

Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian dengan judul ”Pengaruh Model Pembelajaran Elaborasi Terhadap Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa Di SMP Negeri 14 Palembang”

1.2 Rumusan Masalah dan Pembatasan Masalah 1.2.1 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka rumusan masalah yang diambil dalam penelitian ini adalah ”Adakah pengaruh positif model pembelajaran elaborasi terhadap kemampuan pemahaman matematis siswa di SMP Negeri 14 Palembang”?

1.2.2 Pembatasan Lingkup Masalah

Agar permasalahan dalam penelitian ini tidak terlalu luas dan menyimpang dari sasaran yang diharapkan, maka penulis memberikan batasan-batasan masalah sebagai berikut:

1. Pengaruh yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dilihat dari perbandingan kemampuan pemahaman matematis siswa antara kelas eksperimen melalui model pembelajaran elaborasi dengan kelas kontrol yang tidak melalui model pembelajaran elaborasi.

2. Siswa yang diteliti adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 14 Palembang.

(7)

1.3 Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh positif model pembelajaran elaborasi terhadap kemampuan pemahaman matematis siswa di SMP Negeri 14 Palembang”.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut: 1. Bagi guru

Dapat dijadikan alternatif model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan pemahaman matematis dalam pembelajaran matematika dan diharapkan menjadi evaluasi dalam melaksanakan model elaborasi pada pembelajaran matematika.

2. Bagi Sekolah

(8)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pembelajaran Matematika

Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid (dalam Sagala, 2011).

Menurut Uno (2007:54) Pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses interaksi antara peserta belajar dengan pengajar/instruktur dan atau sumber belajar pada suatu lingkungan belajar untuk pencapaian tujuan belajar tertentu.

Salah satu unsur pokok dalam pembelajaran matematika adalah matematika itu sendiri. Dalam mempelajari matematika tentu wajar jika kita bertanya tentang apa definisi matematika itu.

Ruseffendi (dikutip Karso, 2009: 39) menyatakan bahwa matematika itu terorganisasi dari unsur-unsur yang tidak terdefinisikan, definisi-definisi, aksioma-aksioma, dan dalil-dalil tersebut telah dibuktikan kebenarannya berlaku secara umum.

Menurut Reys (dikutip Karso, 2009: 40) “Matematika adalah telaahan tentang pola dan hubungan,suatu jalan atau pola berpikir suatu seni, suatu bahasa dan suatu alat”.

2.2 Makna Model Pembelajaran

(9)

Adapun menurut Soekamto (dalam Trianto, 2007:5) mengemukakan maksud dari model pembelajaran adalah ” Kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.”

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat ditarik kesimpulan, bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan pembelajaran di kelas dengan mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.

2.2.1 Model Pembelajaran Elaborasi

Menurut Trianto (2007:92) elaborasi adalah proses penambahan rincian sehingga informasi baru akan menjadi lebih bermakna, oleh karena itu membuat pengkodean lebih mudah dan lebih memberi kepastian.

Menurut Uno (2007:142) elaborasi adalah memulai pembelajaran dari penyajian isi pada tingkat umum bergerak ke tingkat rinci (urutan elaboratif).

Menurut Wena (2009:25) elaborasi adalah mendeskripsikan cara-cara pengorganisasian isi pembelajaran dengan mengikuti urutan umum ke rinci.

2.2.2 Prinsip – Prinsip Model Pembelajaran Elaborasi

(10)

1. Prinsip pertama adalah penyajian kerangka isi ( epitome ). Dalam teori elaborasi, penyajian kerangka isi ditempatkan pada fase yang paling awal dan keseluruhan proses pembelajaran.

2. Prinsip kedua adalah berkaitan dengan tahapan dalam melakukan elaborasi isi pembelajaran. Elaborasi tahap pertama akan mengelaborasi bagian-bagian yang tercakup dalam kerangka isi, elaborasi tahap kedua akan mengelaborasi bagian-bagian yang tercakup dalam elaborasi tahap pertama, dan begitu seterusnya.

3. Prinsip ketiga adalah berkaitan dengan penekanan bahwa bagian yang terpentinglah yang harus disajikan pertama kali. Guna menentukan penting atau tidaknya suatu bagian ditentukan oleh sumbangannya untuk memahami keseluruhan isi bidang studi.

4. Prinsip keempat berkaitan dengan tingkat kedalaman dan keluasan elaborasi. Setiap elaborasi hendaknya dilakukan cukup singkat agar konstruk (fakta, konsep, prinsip, atau prosedur) dapat diterima dengan baik oleh siswa. Namun demikian, elaborasi juga perlu dilakukan dengan cukup panjang agar tingkat kedalaman dan keluasan elaborasi memadai.

5. Prinsip kelima berhubungan dengan penyajian pensintesis. Penyajian pensintesis dilakukan secara bertahap, yaitu setelah setiap kali melakukan elaborasi, secara khusus dimaksudkan untuk menunjukkan hubungan di antara konstruk-konstruk yang lebih rinci yang baru diajarkan, dan untuk menunjukkan konteks elaborasi dalam epitome.

(11)

7. Prinsip ketujuh pemberian rangkuman. Rangkuman yang dimaksud untuk mengadakan tinjauan ulang mengenai isi bidang studi yang sudah dipelajari, dan hendaknya diberikan sebelum penyajian pensintesis.

2.2.3 Langkah-Langkah Pengorganisasian Model Elaborasi

Menurut Degeng (dalam Wena, 2009 : 30) langkah-langkah pengorganisasian pembelajaran dengan menggunakan model elaborasi adalah sebagai berikut :

a. Penyajian kerangka isi. Pembelajaran dimulai dengan menyajikan kerangka isi:struktur yang memuat bagian-bagian yang paling penting dari bidang studi. b. Elaborasi tahap pertama. Elaborasi tahap pertama adalah mengelaborasi

tiap-tiap bagian yang ada dalam kerangka isi, mulai dari bagian yang terpenting. Elaborasi tiap-tiap bagian diakhiri dengan rangkuman dan pensintesis yang hanya mencangkup konstruk-konstruk yang baru saja diajarkan (pensintesis internal).

c. Pemberian rangkuman dan sintensis eksternal. Pada akhir elaborasi tahap pertama, diberikan rangkuman dan diikuti dengan pensintesis eksternal. Rangkuman berisi pengertian-pengertian singkat mengenai konstruk-konstruk yang diajarkan dalam elaborasi, dan pensintesis eksternal menunjukkan (a) hubungan penting yang ada antarbagian yang telah dielaborasi, dan (b) hubungan antara bagian-bagian yang telah dielaborasi dengan kerangka isi. d. Elaborasi tahap kedua. Setelah elaborasi tahap pertama berakhir dan

(12)

e. Pemberian rangkuman dan sintensis eksternal. Pada akhir elaborasi tahap kedua, diberikan rangkuman dan sintesis eksternal, seperti pada elaborasi tahap pertama.

f. Setelah semua elaborasi tahap kedua disajikan, disintesiskan, dan diintegrasikan ke dalam kerangka isi, pola seperti ini akan berulang kembali untuk elaborasi tahap ketiga, dan seterusnya, sesuai dengan tingkat kedalaman yang ditetapkan oleh tujuan pembelajaran.

g. Pada tahap akhir pembelajaran, disajikan kembali kerangka isi untuk mensintesiskan keseluruhan isi bidang studi yang telah diajarkan.

2.3 Kemampuan Pemahaman Matematis

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, mampu artinya sanggup, kuasa dan bisa. Sedangkan kemampuan artinya kesanggupan, kekuatan, kekuasaan atau kebolehan untuk melakukan sesuatu. Paham artinya mengerti benar, tahu benar. Pemahaman artinya proses, perbuatan atau cara memahami atau memahamkan.

Menurut Van de Walle (2008:26) pemahaman dapat didefinisikan sebagai ukuran kualitas dan kuantitas hubungan suatu ide yang telah ada.

Menurut Anderson et al. (2001:70) pemahaman terdiri dari tujuh jenis, yaitu interpreting (menginterprestasikan), exemplifying (memberikan contoh), classifying (mengklasifikasikan), summarizing (meringkas), inferring (menyimpulkan), comparing (membandingkan), dan explaining (menjelaskan).

(13)

1. Pemahaman instrumental, yaitu hafal sesuatu secara terpisah atau dapat menerapkan sesuatu pada perhitungan rutin/sederhana, mengerjakan sesuatu secara algoritmik saja.

2. Pemahaman Relasional, yaitu dapat mengkaitkan sesuatu dengan hal lainnya secara benar dan menyadari proses yang dilakukan.

Menurut Benjamín Bloom (dalam Sagala, 2011:157) Pemahaman dapat dibedakan menjadi tiga kategori yakni penerjemahan (translation) misalnya dari lambang ke arti, penafsiran (interpretation), dan ekstrapolasi (extrapolation) yaitu menyimpulkan dari sesuatu yang sudah diketahui.

Menurut Ruseffendi (2006:221) Ada 3 macam pemahaman: pengubahan (translation), pemberian arti (interpretation), dan pembuatan ekstrapolasi (extrapolation). Dalam matematika misalnya mampu mengubah (translation) soal kata-kata ke dalam simbol dan sebaliknya, mampu mengartikan (intrepretation) statu kesamaan, mampu memperkirakan (ekstrapolasi) statu kecenderungan dari diagram. Dari beberapa pengelompokkan pemahaman tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa pada dasarnya pemahaman dapat dikelompokkan menjadi (1) pemahaman translasi, interprestasi, ekstrapolasi, klasifikasi, merangkum, menyimpulkan, instrumental; (2) pemahaman relasional, membandingkan, dan menjelaskan.

(14)

siswa lupa dengan algoritma atau rumus yang diberikan, maka siswa tidak dapat menyelesaikan persoalan-persoalan matematika.

Sedangkan Kesumawati (2010:25) menyimpulkan bahwa pemahaman matematis adalah pengetahuan siswa tentang konsep, prinsip, prosedur, dan kemampuan siswa menggunakan stategi penyelesaian terhadap suatu masalah yang disajikan. Seseorang yang telah memiliki kemampuan pemahaman matematis berarti orang tersebut telah mengetahui apa yang dipelajarinya, langkah-langkah yang dilakukannya, dapat menggunakan matematika dalam konteks matematika dan di luar konteks matematika.

Kesumawati (2010:29) membatasi pemahaman matematis pada aspek-aspek pemahaman konsep dan pemahaman relasional. Indikator untuk pemahaman konsep meliputi kemampuan siswa menginterprestasikan; mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu; menjelaskan; merumuskan dan melakukan perhitungan dalam matematika. Selanjutnya indikator pemahaman relasional meliputi kemampuan siswa membandingkan atau menggunakan matematika dalam konteks matematika di dalam maupun di luar matematika.

Berdasarkan uraian diatas, untuk penelitian ini indikator pemahaman matematis meliputi:

1. Aspek pemahaman konsep

(15)

b. Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu.

c. Menjelaskan

d. Merumuskan

e. Melakukan perhitungan dalam matematika.

2. Aspek pemahaman relasional

a. Membandingkan atau menggunakan matematika dalam konteks matematika di dalam matematika.

b. Membandingkan atau menggunakan matematika dalam konteks matematika di luar matematika.

. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kemampuan pemahaman matematis adalah kemampuan siswa dalam memahami materi matematika yang ditujukannya melalui indikator-indikator pemahaman matematis. Indikator tersebut meliputi aspek pemahaman konsep dan pemahaman relasional. Indikator untuk pemahaman konsep yaitu kemampuan siswa menginterprestasikan; mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu; menjelaskan; merumuskan dan melakukan perhitungan dalam matematika. Selanjutnya indikator pemahaman relasional yaitu kemampuan siswa membandingkan atau menggunakan matematika dalam konteks matematika di dalam maupun di luar matematika. Sehingga siswa dikatakan memiliki pemahaman matematis jika indikator tersebut telah mampu dipenuhi dan dipahami oleh siswa.

(16)

Menurut Trianto (2007:92) Elaborasi adalah proses penambahan rincian sehingga informasi baru akan menjadi lebih bermakna, oleh karena itu membuat pengkodean lebih mudah dan lebih memberi kepastian. Penambahan informasi ini dapat berupa kesimpulan, kelanjutan dari informasi yang diterima oleh seseorang, contoh, detail, gambar dan sebagainya.

Menurut Gunawan (dalam Suyatmi, 2007) mengatakan bahwa model pembelajaran elaborasi adalah model pembelajaran yang dapat diterapkan dengan memberikan waktu siswa untuk mengulang informasi yang ada, sehingga siswa dapat menghubungkan apa yang dipelajari dengan yang telah diketahui sebelumya.

Menurut Ruseffendi (2006:221) siswa dikatakan memiliki pemahaman bila siswa memahami sesuatu ini berarti bahwa siswa mengerti tentang sesuatu itu tetapi tahap mengertinya masih rendah. Kemampuan mengerti pada tahap ini misalnya mampu mengubah informasi ke dalam bentuk paralel yang lebih bermakna, memberikan interpretasi.

Menurut Anderson et al. (2001:70) siswa dikatakan memiliki kemampuan pemahaman jika siswa tersebut mampu mengkontruksi makna dari pesan-pesan pengajaran seperti komunikasi lisan, tulisan dan grafik. Siswa memahami suatu masalah Hal tersebut juga sejalan dengan prinsip pembelajaran berdasarkan NCTM (dalam Van de Walle, 2008:3) yaitu ”para siswa harus belajar matematika dengan pemahaman, secara aktif membangun pengetahuan baru dari pengalaman dan

pengetahuan sebelumnya”.

(17)

siswa dalam memahami pelajaran. Memperhatikan uraian diatas, secara umum dapat dikatakan bahwa model pembelajaran elaborasi dapat membantu siswa dalam kemampuan pemahaman matematisnya.

2.5 Anggapan Dasar

Anggapan dasar atau postulat adalah suatu hal yang diyakini kebenarannya oleh peneliti harus dirumuskan secara jelas (Arikunto, 2010:107).

Dalam penelitian ini yang menjadi anggapan dasar adalah bahwa model elaborasi membantu peserta didik dalam pemindahan informasi baru dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang dengan menciptakan gabungan dan hubungan antara informasi baru dengan apa yang telah diketahui (dalam Trianto, 2010:146). Dengan berdasarkan pengorganisasian isi pembelajaran secara umum jauh lebih efektif dari pada yang berdasarkan pembelajaran tanpa pengorganisasian (dalam Uno, 2009:134).

2.6 Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah Asumsi atau dugaan mengenai sesuatu hal yang dibuat untuk menjelaskan hal yang sering dituntut untuk melakukan pengecekannya (Sudjana, 2005 : 219). Berdasarkan definisi tersebut maka hipotesis yang akan diajukan dalam penelitian ini yaitu ada pengaruh positif model pembelajaran elaborasi terhadap kemampuan pemahaman matematis pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 14 Palembang”.

2.7 Kriteria Pengujian Hipotesis

Untuk hipotesis dalam penelitian ini digunakan hipotesis nol ( ) dan

(18)

H

0

:

μ

1

=

μ

2 , Tidak ada pengaruh model pembelajaran elaborasi terhadap

kemampuan matematis siswa di SMP Negeri 14 Palembang.

H

a

:

μ

1

>

μ

2

, Ada pengaruh model pembelajaran elaborasi terhadap kemampuan matematis siswa di SMP Negeri 14 Palembang.

Pengujian yang digunakan adalah uji pihak kanan. Kriteria pengujian hipotesis

dalam penelitian ini adalah terima Ho jika

t

<

t

1−α dan tolak Ho jika t mempunyai harga–harga lain. Dengan derajat kebebasan untuk daftar distribusi t adalah

dengan peluang

(

1

α

)

. (Sudjana, 2005: 243).

2.8 Kajian Terdahulu yang Relevan

Penelitian yang dilakukan Afny Meisiska (2011) tentang ”Pengaruh Pembelajaran Model Elaborasi Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa SMA Widya Bhakti Palembang” adalah hasil belajar siswa dengan menggunakan model elaborasi jauh lebih besar dibanding dengan hasil belajar yang tidak menggunakan model elaborasi dan ada pengaruh signifikan penggunaan model pembelajaran elaborasi terhadap hasil belajar matematika di SMA Widya Bhakti Palembang.

(19)

Penelitian Suyatmi (2007) yang berjudul “Penerapan Strategi Rehearsal Elaborasi (RE) Pada Pembelajaran Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Tebing Tinggi Tahun 2006/2007” dengan hasil observasi menunjukkan bahwa aktivitas siswa tergolong sangat aktif dengan rata-rata 13,7 dalam skala 0-15, hasil analisis tes menunjukkan bahwa terdapat 12 orang siswa dengan kategori sangat tinggi, 9 orang siswa dengan kategori tinggi, 9 orang siswa dengan kategori cukup, 0 orang siswa dengan kategori kurang dan 7 orang siswa dengan kategori kurang sekali. Sedangkan dilihat dari nilai rata-rata siswa yaitu 77,39 nilai siswa termasuk kategori tinggi. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa aktivitas dan hasil belajar siswa dalam mengerjakan soal tes setelah pembelajaran matematika dengan strategi Rehearsal Elaborasi (RE) pada pokok bahasan aritmatika social termasuk kategori tinggi.

Bahrun (2010) yang berjudul ”Penerapan Strategi Elaborasi Pada Pembelajaran Matematika Siswa Kelas VIII Di MTS AL-Mashri Pangkalan Balai Kecamatan Banyuasin III Kabupaten Banyuasin Tahun 2009/2010” dengan hasil penelitiannya menyatakan bahwa pada pertemuan pertama nilai rata-rata siswa sebesar 49,15 dengan keaktifan siswa sebesar 53,148 yang dikategorikan cukup aktif. Pada pertemuan kedua nilai rata-rata siswa sebesar 57,11 dengan keaktifan siswa sebesar 79,84 yang dikategorikan aktif. Dengan demikian, penerapan strategi elaborasi dapat dikembangkan khususnya siswa III pangkalan balai kecamatan Banyuasin III kabupaten Banyuasin karena dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika.

(20)

menulis. Sedangkan hasil belajar yang diperoleh siswa dari penerapan model elaborasi pada materi persegi tergolong dikategorikan baik dengan nilai rata-rata 78,53.

Penelitian Ayu Febriani (2012) yang berjudul ”Pengaruh Model Pembelajaran Elaborasi Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Di SMP Negeri 22 Palembang dengan hasil penelitian, ada pengaruh signifikan dari model pembelajaran elaborasi terhadap kemampuan pemecahan masalah metematika siswa di SMP Negeri 22 Palembang. Hal ini dapat dilihat dari persentase skor kemampuan pemecahan masalah yang dicapai oleh siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran elaborasi adalah 73,46 yang dikategorikan tinggi dan lebih baik dibandingkan dengan persentase skor kemampuan pemechan masalah yang dicapai siswa yang tidak diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran elaborasi yaitu dengan menggunakan model pembelajaran konvensional adalah 63,14 yang dikategorikan tinggi dan berdasarkan perhitungan didapat thitung > ttabel yaitu 4,51 > 1,67. Maka Ho ditolak dan Ha diterima.

(21)
(22)

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

3.1 Variabel Penelitian

“Variabel adalah objek penelitan, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian ” (Arikunto, 2010: 161). Variabel dalam penelitian ini terdapat 2 (dua) variabel yaitu sebagai berikut.

Variabel Bebas : Model pembelajaran elaborasi dan model pembelajaran konvensional.

Variabel Terikat : Kemampuan pemahaman matematis.

3.2 Definisi Operasional Variabel

Adapun definisi operasional istilah dalam penelitian ini berdasarkan pengertian variable penelitian di atas yaitu:

1. Model Pembelajaran elaborasi adalah model pembelajaran yang menambahkan ide tambahan berdasarkan apa yang sudah diketahui sebelumnya sehingga dapat mendorong siswa untuk menyelami informasi itu sendiri Dimana dalam penerapannya mengajak siswa berada pada pembelajaran sesuai dengan tahap-tahap pembelajaran elaborasi.

(23)

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2010:173). Berdasarkan pendapat tersebut, maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII semester Genap SMP N 14 Palembang tahun pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 304 siswa yang terdiri dari 9 kelas. Adapun populasi tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini.

TABEL I

Sumber: Tata Usaha SMP Negeri 14 Palembang Tahun Ajaran 2012/2013

Pemilihan siswa SMP sebagai populasi penelitian ini didasarkan pada pertimbangan bahwa banyak topik materi matematika SMP lebih sesuai apabila diajarkan dengan model pembelajaran elaborasi. Serta siswa SMP sudah matang untuk menerima pembaharuan dalam pembelajaran yang dilakukan oleh guru.

(24)

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2010:174). Sampel penelitian ditentukan dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan atau tujuan tertentu.

Adapun tujuan peneliti mengambil sampel dengan teknik tersebut agar model pembelajaran elaborasi dapat terlaksana dengan melihat jumlah kelas eksperimen yang berjumlah 31 siswa.

3.4 Metode Penelitian

“Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya” (Arikunto, 2010:160). Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan metode desain eksperimental sebenarnya (True Experimental Design).

Adapun bentuk True Eksperimental Design yang digunakan adalah Posttest-Only Control Design.

(Sugiyono, 2011: 112)

Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara random (R), Kelompok yang diberi perlakuan (X) dan kelompok yang lain tidak.

Keterangan :

R(E) = Kelas eksperimen/ kelas yang diberi perlakuan. R(K) = Kelas control/ kelas yang tidak diberi perlakuan.

= Model pembelajaran elaborasi yang diajarkan pada kelas eksperimen

R(E) X O1

(25)

01 = Pencapaian tes kemampuan pemahaman matematis setelah diberi perlakuan dengan model pembelajaran elaborasi pada kelas eksperimen.

02 = Pencapaian tes kemampuan pemahaman matematis setelah diberi perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional pada kelas kontrol

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan berupa tes. Dalam menggunakan metode tes, peneliti menggunakan instrumen berupa tes atau soal – soal tes. Soal tes terdiri dari banyak butir tes (item) yang masing – masing mengukur satu jenis variabel.

Sebelum data dikumpulkan, langkah –langkah dalam penelitian eksperimen adalah sebagai berikut:

1. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini yang dilakukan oleh peneliti yaitu sebagai berikut: a) Menyusun jadwal pelaksanaan penelitian.

b) Menyusun RPP, kisi-kisi soal tes, soal tes, dan kunci jawaban.

2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini peneliti akan menggunakan model pembelajaran elaborasi pada pembelajaran matematika materi pokok sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV) dengan indikator yang telah tersusun dalam RPP.

(26)

pertemuan kedua dengan materi SPLDV cara subtitusi dan eliminasi, dan pertemuan ketiga dengan materi membuat model matematika dari masalah sehari-hari yang berkaitan dengan SPLDV dan menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linear dua variabel dan penafsirannya, pertemuan keempat atau terakhir dilakukan evaluasi.

3. Tahap Pelaporan

Pada tahap ini peneliti akan melaporkan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan. Isi dari pelaporan ini meliputi hasil pelaksanaan pembelajaran matematika materi pokok sistem persamaan linear dua variable (SPLDV) dengan menggunakan model pembelajaran elaborasi dan hasil analisa data tes.

Adapun tes yang digunakan yaitu tes essay yang berjumlah 5 soal yang akan dilaksanakan setelah proses belajar mengajar diberikan. Tujuan tes ini untuk memperoleh data tentang pengaruh positif model pembelajaran elaborasi terhadap kemampuan pemahaman matematis siswa kelas VIII di SMP Negeri 14 Palembang. akan dilaksanakan setelah proses belajar mengajar diberikan.

TABEL IV

(27)
(28)

Pemahaman Relasional

di dalam matematika Membandingkan atau

menggunakan konteks di dalam melakukan uji validitas, uji reliabilitas, menganalisa tingkat kesukaran, daya pembeda pada soal tes yang diuji cobakan. Uji coba instrumen dilakukan pada kelas IX.

3.6.1 Uji Validitas

Dalam penelitian ini peneliti akan menguji instrumen dengan pengujian validitas isi (content validity). Dalam menentukan validitas digunakan rumus korelasi product moment yaitu:

rxy = (Arikunto,

2010: 213) Dimana:

rxy = Validitas instrument yang dicari N = Banyaknya subjek

(29)

= jumlah skor total (seluruh item) 2 = jumlah kuadrat skor item 2 = Jumlah kuadrat skor total

= jumlah perkalian skor item dan skor total

Setelah diperoleh rxy kemudian dapat digunakan kriteria dengan berkonsultasi

pada tabel harga r product moment dengan signifikan 5%, jika rxy rtabel , maka butir

soal dikatakan valid dan jika sebaliknya maka butir soal tidak valid. Hasil perhitungan validitas butir soal tes disajikan pada Tabel 2 berikut ini:

Tabel IV

Hasil Uji Validitas Instrumen No Nomor Butir Soal Validitas

rxy Kriteria

1. 1 0,693 Valid

2. 2 0,730 Valid

3. 3 0,898 Valid

4. 4 0,869 Valid

5. 5 0,810 Valid

Dari hasil uji coba instrumen penelitian diperoleh kesimpulan bahwa 5 item alat ukur dinyatakan valid.

3.6.2 Uji Reliabilitas

(30)

Untuk menghitung reliabilitas digunakan rumus Alpha, dimana rumus ini digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan 1 dan 0, misalnya angket atau soal bentuk uraian.

Rumus Alpha:

r11 = (Arikunto,

2010: 239)

Untuk mencari variansi digunakan rumus :

(Arikunto, 2009: 110)

Keterangan:

r11 = Reliabilitas yang dicari n = Banyaknya butir soal (item)

= Jumlah varians skor setiap soal (item) = Varians skor total.

Dari hasil perhitungan soal uji coba didapat r11 = 0,855 dengan dk = n – 1 = 10 - 1 = 9, signifikan 5% diperoleh rtabel = 0,632. Jadi r11 lebih besar dari rtabel yaitu 0,855 > 0,632 maka lima item soal yang dianalisis dengan metode alpha adalah reliable (terlampir).

3.6.3 Daya Pembeda

Menurut Arikunto (2010:211), daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah). Daya pembeda dilambangkan dengan DP.

(31)

DP=(Rata−rata kelompok atas) − (Rata−rata kelompok bawah) Skor maksimum

Klasifikasi interpretasi daya pembeda menurut Arikunto (2010:218) adalah:

TABEL 4

Karena terdapat klasifikasi daya pembeda yang jelek, maka untuk soal nomor 4 dilakukan revisi dan uji coba kembali.

(32)

Arikunto (2010,207) berpendapat bahwa soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa

untuk mempertinggi usaha memecahkannya, begitupun sebaliknya. Rumus untuk menentukan tingkat kesukaran adalah:

Dengan klasifikasi indeks kesukaran :

- Soal dengan P 0,00 – 0,30 adalah soal sukar - Soal dengan P 0,30 – 0,70 adalah soal sedang - Soal dengan P 0,70 – 1,00 adalah soal mudah

Hasil dari penghitungan indeks tingkat kesukaran setiap butir soal dapat dilihat pada tabel berikut :

TABEL IV

DAFTAR TINGKAT KESUKARAN BUTIR SOAL

No

Soal

Koefisien Tingkat Kesukaran

Kriteria Keterangan

(33)

3.7 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji t. Sebelum menganalisa data dengan menggunakan uji t terlebih dahulu peneliti memenuhi syaratnya yaitu melakukan pengujian normalitas sampel dan peneliti melakukan pengujian terhadap kesamaan (homogenitas) sampel.

3.7.1 Uji Normalitas Data

Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh terdistribusi normal atau tidak. Hal ini berkenaan dengan uji statistik parameter t atau uji t yang hanya dapat digunakan bila data yang diperoleh berdistribusi normal. Data yang dibuat dalam tabel distribusi frekuensi diuji kenormalannya dengan menggunakan rumus uji normalitas dengan syarat kemencengan kurva sebagai berikut :

Km= ¯xmo

s (Sudjana ,2005 : 109) Keterangan :

Km = Koefisien Normalitas Mo = Modus

X = Nilai rata-rata S = Simpangan Baku

3.7.2 Uji Homogenitas Data

Setelah uji normalitas dilakukan langkah selanjutnya ialah uji homogenitas yaitu untuk melihat apakah data tersebut homogen atau tidak. Uji homogenitas data dapat menggunakan rumus uji F.

Fhitung = (Riduwan,

(34)

Dengan kriteria pengujian: Tolak H0 jika

adalah homogen. 3.7.3 Uji Hipotesis Data

Setelah terbukti data berdistribusi normal dan homogen barulah langkah terakhir data di uji dengan uji t, yaitu dalam upaya membuktikan hipotesis yang telah dirumuskan dan untuk mendapatkan suatu kesimpulan dari hasil tes yang diberikan kepada siswa baik yang diajarkan dengan model pembelajaran Elaborasi maupun siswa yang tidak diajarkan dengan model pembelajaran Elaborasi untuk dianalisa dengan menggunakan uji-t sebagai berikut:

t = (Sudjana,

2005: 239)

Dengan S2 = (Sudjana,

2005: 239) Keterangan:

t = Perbedaan rata-rata kedua sampel

s12 = Varian sampel kategori pertama (siswa yang diajar dengan model pembelajaran Elaborasi)

s22 = Varian sampel kategori kedua (siswa yang tidak diajar dengan model pembelajaran Elaborasi)

= Nilai rata-rata sampel kategori pertama

(35)

n2 = Jumlah sampel kategori kedua S = Simpangan baku

(36)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Data Hasil Penelitian

(37)

4.2 Analisis Data Kemampuan Pemahaman Matematis

Setelah data yang diperoleh terkumpul, peneliti kemudian melakukan analisis data untuk menguji hipotesis penelitian dengan uji-t. Dalam penelitian ini yang dianalisis terlebih dahulu adalah tes akhir siswa yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran Elaborasi terhadap kemampuan pemahaman matematis siswa (kelas eksperimen). Kemudian peneliti menganalisis hasil tes siswa yang diajarkan menggunakan metode konvensional terhadap kemampuan pemahaman matematis siswa (kelas kontrol).

4.2.1 Analisis Data Tes Akhir Kemampuan Pemahaman Matematis Pada Kelas Eksperimen

Dari hasi tes kemampuan pemahaman matematis materi sistem persamaan linear dua variabel pada kelas eksperimen setelah diterapkan pembelajaran Elaborasi dihitung nilai rata-ratanya. Dari hasil tes kemampuan pemahaman matematis kelas eksperimen didapatkan nilai tertinggi sebesar 89 dan terendah 34. Adapun rentang, banyak kelas, dan panjang interval dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Perhitungan dapat dilihat pada lampiran.

TABEL VIII

HASIL RENTANG, BANYAK KELAS, DAN PANJANG INTERVAL KELAS EKSPERIMEN

Rentang Banyak Kelas Panjang Interval

89 6 10

Selanjutnya peneliti membuat suatu distribusi frekuensi. Adapun distribusi frekuensi dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

TABEL IX

(38)

NO. INTERVAL NILAI fi xi fi xi xi2 fi xi 2

Jumlah 30 381 1895 25943,5 126847,5

Dari tabel distribusi frekuensi di atas, akan dilakukan perhitungan nilai rata-rata dan simpangan baku hasil tes kemampuan pemahaman matematis kelas

(39)

4.2.2 Analisis Data Tes Akhir Kemampuan Pemahaman Matematis Pada Kelas Kontrol

Dari hasi tes kemampuan pemahaman matematis materi SPLDV pada kelas kontrol setelah diterapkan metode konvensional dihitung nilai rata-ratanya. Dari hasil tes kemampuan pemahaman matematis kelas kontrol didapatkan nilai tertinggi sebesar 67 dan terendah 14.

Selanjutnya peneliti membuat suatu distribusi frekuensi. Adapun distribusi frekuensi dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

TABEL XII

DISTRIBUSI FREKUENSI HASIL TES AKHIR SISWA KELAS KONTROL

NO. INTERVALNILAI fi xi fi xi xi2 fi xi 2

Jumlah 28 243 1206 11259 57996

Dari tabel distribusi frekuensi di atas, akan dilakukan perhitungan nilai rata-rata dan simpangan baku hasil tes kemampuan pemahaman matematis kelas kontrol. Adapun hasil rata-rata dan simpangan baku dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

(40)

Dari hasil analisis tes dapat dilihat bahwa nilai rata-rata untuk hasil belajar MATEMATIS KELAS EKSPERIMEN DAN KELAS KONTROL

Indikator

6 Membandingkan atau menggunakan konteks

matematika di dalam matematika 3,22 2,31

7 Membandingkan atau menggunakan konteks

matematika di luar matematika 0.86 0,73

Rata-Rata Persentase 18,68 11,7

Dari tabel XIV menunjukkan bahwa kemampuan pemahaman matematis siswa yang memperoleh pembelajaran Elaborasi lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Oleh karena adanya perbedaan perlu dilakukan analisis statistik, analisis statistik dilakukan dengan uji-t untuk melihat apakah perbedaan tersebut signifikan. Sebelum dilakukan uji-t terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas.

(41)

4.1.2.1 Uji Normalitas Kelas Eksperimen

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh dari penelitian dari data berdistribusi normal atau tidak.

Km

=

x

Mo

S

Km

=

63

,

16

56

,

2

15

,

69

Km

=

6,96

15

,

69

=

0,44

Data dikatakan normal apabila harga Km terletak antara -1 sampai +1 (-1 < Km< +1). Berdasarkan analisis data diatas didapatkan nilai Km untuk tes kelas eksperimen sebesar 0,44. Karena Km sebesar (0,44), harga ini terletak antara (-1) dan (+1), maka data tersebut berdistribusi normal.

4.1.2.2 Uji Normalitas Kelas Kontrol

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh dari penelitian dari data berdistribusi normal atau tidak.

Mencari koefisien kemiringan kurva menggunakan rumus Karl Pearson, yaitu:

Km

=

x

Mo

S

Km

=

43

,

07

45

,

27

14

,

97

Km

=

2,2

(42)

Data dikatakan normal apabila harga Km terletak antara -1 sampai +1 (-1 < Km< +1). Berdasarkan analisis data diatas didapatkan nilai Km untuk tes kelas kontrol sebesar -0,14. Karena Km sebesar -0,14, harga ini terletak antara (-1) dan (+1), maka data tersebut berdistribusi normal.

4.1.3 Uji Homogenitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Disamping pengujian normalitas data, maka perlu juga adanya pengujian homogenitas data, untuk membuktikan persamaan variasi kelompok yang membentuk sampel tersebut. Dengan syarat pengambilan sampel harus refresentatif, artinya sampel harus dapat mewakili satu populasi dengan baik. Analisa yang digunakan untuk menguji kesamaan variabel dalam penelitian ini menggunakan uji F dengan varians terbesar disebanding varians terkecil, hasil perhitungannya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel XV

HARGA-HARGA YANG PERLU UNTUK UJI HOMOGENITAS

Sampel dk

dk pembilang =30 – 1 = 29 (untuk varians terbesar) dk penyebut = 28 – 1= 27 (untuk varians terkecil) Taraf Signifikan

Maka dicari pada tabel F di dapat 1,87 Dengan kriteria pengujian sebagai berikut:

(43)

Jika , berarti homogen

Dari data di atas terlihat bahwa

atau 1,04 < 1,87 , maka varians-varians adalah homogen.

4.1.4 Pengujian Hipotesis

Data yang diperoleh dari hasil tes pada materi persamaan kuadrat akan dipergunakan untuk pengujian hipotesis penelitian guna mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran Elaborasi terhadap kemampuan pemahaman matematis siswa SMP 14 Palembang, maka terhadap analisis statistik yang dipergunakan adalah uji-t (student) dengan taraf signifikan 5%.

TABEL XVI

Nilai Rata-Rata, Simpangan Baku, Dan Deviasi Gabungan

Sampel

x

dengan dk = 56 tidak terdapat pada tabel distribusi t, maka harus dilakukan interpolasi terhadap dk yang ada dalam tabel dengan α dan peluang yang sama. Dalam hal ini, diambil

dk1 = 40 dan dk2 = 60 interpolasi dk = 56 terhadap dk1 = 40 dan dk2 = 60, maka ttabel didapat = 1,77. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

TABEL XVII

(44)

5,04 1,77

Karena t hitung = 5,04 > t tabel 1,77 maka H0 ditolak dan Ha diterima. Oleh karena itu dapat diambil kesimpulan bahwa kemampuan pemahaman matematis siswa yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran Elaborasi lebih besar dibandingkan kemampuan pemahaman matematis siswa yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional.

4.2 Pembahasan

Dari hasil penelitian yang dilakukan penulis melalui tes dengan cara memberikan tes diakhir pembelajaran. Hasil kemampuan pemahaman matematis yaitu dengan menggunakan pembelajaran Elaborasi lebih besar daripada kemampuan pemahaman matematis yang menggunakan metode konvensional. Perbedaan ini terlihat dari peningkatan rata-rata persentase skor pada pertemuan kedua, pada kelas eksperimen rata-rata persentase skor pertemuan pertama adalah 69 , pada pertemuan kedua menjadi 70 dan pertemuan ketiga 72. Sedangkan pada kelas kontrol rata-rata persentase skor pada pertemuan pertama adalah 45, pada pertemuan kedua 64 dan pertemuan ketiga meningkat menjadi 66.. Pada akhir pembelajaran siswa diberikan soal pemahaman konsep yang harus diselesaikan siswa secara individu.

Perbandingan persentase skor menunjukkan bahwa kemampuan pemahaman matematis siswa yang memperoleh pembelajaran Elaborasi lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Pada kelas eksperimen rata-rata persentasenya adalah 18,68 . Sedangkan pada kelas kontrol rata- rata persentasenya adalah 11,7 .

(45)

kemampuan pemahaman matematis pada materi SPLDV kelas VIII SMP Negeri 14 Palembang. Hal tersebut dilihat dari kemampuan pemahaman matematis siswa kelas eksperimen dengan rata sebesar 61,59 sedangkan untuk kelas konrol dengan rata-rata sebesar 41,21.

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh positif model pembelajaran elaborasi terhadap kemampuan pemahaman matematis siswa kelas VIII SMP Negeri 14 Palembang Tahun Pelajaran 2013/2014. Hal ini dapat dilihat dari rata – rata persentase skor tes akhir kemampuan pemahaman konsep matematika pada kelas eksperimen yaitu 61,59 dan rata – rata persentase skor tes akhir kemampuan pemahaman konsep matematika pada kelas kontrol yaitu 41,21. Berdasarkan perhitungan pada uji hipotesis dengan taraf signifikan 5% dan dk = 56 didapatkan Sgab= 15,35 sedangkan nilai thitung = 5,04 dan nilai ttabel = 1,77. Dengan

kriteria pengujian bahwa jika thitung ttabel maka HO ditolak, karena thitung = 5,04

ttabel = 1,77 maka Ho ditolak dan Ha diterima.

5.2 Saran

(46)

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumbangan pikiran bahwa kemampuan pemahaman matematis siswa dapat dikembangkan dari model pembelajaran elaborasi.

(47)

Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka cipta.

Andika. 2009. ”Perbandingan Hasil Belajar Matematika Antara Siswa Yang Diajarkan Dengan Menggunakan Pembelajaran Model Elaborasi Dan Pembelajaran Berdasarkan Urutan Buku Teks Di SMA Negeri 1 Tulung Selapan”. Skripsi. Palembang : FKIP Universitas PGRI Palembang.

B.Uno, Hamzah. 2009. Model Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2005. Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta.

Karso, dkk. 2009. Pendidikan Matematika I. Jakarta: Universitas Terbuka.

Kesumawati, Nila. 2010. ”Peningkatan Kemampuan Pemahaman, Pemecahan Masalah, dan Disposisi Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik”. Universitas Pendidikan Indonesia.

Meihariah. 2008. ”Penerapan Model Pembelajaran Elaborasi Pada Mata Pelajaran Matemátika Di SMP YWKA Palembang”. Skripsi. Palembang : FKIP Universitas PGRI Palembang.

Meisiska, Afni. 2011. ”Pengaruh Pembelajaran Model Elaborasi Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa SMA Widya Bhakti Palembang”. Skripsi. Palembang : FKIP Universitas PGRI Palembang.

Riduwan. 2010. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.

Sagala, Syaiful. 2011. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta. Sudjana. 2005. Metode Statistik. Bandung : Tarsindo.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sumarmo, Utari.. 2010. Berfikir Dan Disposisi Matematik: Apa, Mengapa, Dan Bagaimana Dikembangkan Pada Peserta Didik. (online),

(http://www.scribd.com/archive/adfree?doc=76353753&duration=1.month, diakses 23 Desember 2011).

Trianto. 2007. Model - Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivisme. Jakarta : Prestasi Pustaka Publisher.

(48)
(49)
(50)

Gambar

TABEL IPOPULASI PENELITIAN
Tabel IV
TABEL VI
TABEL IVDAFTAR TINGKAT KESUKARAN BUTIR SOAL
+6

Referensi

Dokumen terkait

Her thesis, entitled The Influence of Voiced and Voiceless Stop Consonants and Their Place of Articulations on the Length of the Preceding Front Vowel in American

Setelah melakukan perancangan, pembuatan dan pengujian sistem pada prototype hidroponik berbasis Arduino NodeMCU dan aplikasi Android maka dapat disimpulkan

Dimana pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ismi Rahmawati dengan menggunakan sampel ekstrak etanol, fraksi n-Heksan, dan etil asetat dari daun pepaya

13 Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rezilawaty tahun 2013 yang menunjukkan tidak adanya hubungan lama waktu penyemprotan dengan

jawaban yang menunjukkan mele- mahnya fungsi lembaga adat. Kurang berfungsinya lembaga adat berakibat kepada keberadaan dan peran para pemangku adat di tengah-tengah

Berdasarkan studi literatur tersebut kemudian didapatkan beberapa hal yang dapat dijadikan acuan dalam menyusun konsep perancangan yang akan diterapkan, yaitu

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapa besarbiaya produksi yang digunkan oleh Industri Irma Jaya, mengetahui penerimaan yang diperoleh dalam kurun waktu

Pelaksanaan Pendidikan karakter sejak usia dini penting dalam membentuk karakter anak dengan memanfaatkan masa emas pertumbuhannya. Oleh karena itu pendidik diharapkan mempunyai