TUGAS
PENGEMBANGAN TERNAK NON RUMINANSIA
PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN BIJI ASAM
DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN (TTS)-NTT
JOHANIS LY
NIM. 127050100031002
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PETERNAKAN
PROGRAM DOKTOR ILMU TERNAK
MINAT ILMU NUTRISI NON RUMINANSIA
A. PENDAHULUAN Latar belakang
Kegiatan beternak babi telah menjadi bagian budaya masyarakat di Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), karena telah berlangsung dari generasi ke generasi dan babi merupakan kebutuhan adat dibeberapa daerah di wilayah ini. Akan tetapi, kegiatan tersebut dilakukan seadanya sehingga produktivitas ternak babi di wilayah ini rendah. Indikatornya antara lain: waktu untuk mencapai berat badan (70-80kg) adalah 1 5 – 3 tahun dari yang seharusnya 5 – 8 bulan; umur kawin pertama pada umur 1 – 1.5 tahun dengan jumlah anak perkelahiran 1 – 4 ekor (Johns et al., 2009; Ly et al., 2010).
Faktor dominan adalah rendahnya kualitas dan ketidakcukupan pakan yang diberikan. Johns et al (2009) melaporkan bahwa pakan yang biasa digunakan peternak adalah sisa rumah tangga/restauran, kangkung, ubi kayu, bonggol pisang dan kulit buah pisang, secara tunggal ataupun dicampur tanpa memperhitungkan jumlah dan kualitas. Umumnya peternak menyebutkan pakan komersil “mahal” karena harus mengeluarkan biaya kontan. Pakan jenis bijian potensil yang cukup tersedia dan terdiuji kelayakannya belum umum digunakan terutama masyarakat “tidak mau repot”, karena umumnya biji-bijian seperti biji asam, harus diolah beberapa kali sebelum digunakan.
Biji asam adalah satu jenis pakan asal bijian lokal dengan potensi nutrisi tinggi (protein kasar 14-20%), cukup tersedia, dikenal umum, bukan makanan utama masyarakat NTT dan telah diuji kelayakannya. Di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) biji asam telah digunakan masyarakat secara terbatas sebagai pakan babi, yakni limbah fabrik asam kawak yang berdiri sejak 2008 dengan kapasitas produksi sebanyak 2000-3000 ton biji asam /tahun. Beberapa kendala penggunaan biji asam antara lain adalah: pengolahan yang sulit, rasa sepat jika tidak dikuliti, diproduksi selama 2 bulan pertahun, belum ada perhatian dan kebijakan pemerintah dalam budidaya dan pengembangan tanaman asam.
Dengan kapasitas produksi limbah dan potensi nutrisi tinggi di satu pihak, dan pemanfaat terbatas oleh masyarakat di lain pihak, maka sangat diperlukan industri pengolahan agar potensi tersebut termanfaatkan secara maksimal. Dengan demikian, biji asam dapat menjadi bahan pakan yang bernilai eknomis dan dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat.
Tujuan dan Manfaat
B. PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAH BIJI ASAM DI TTS-NTT
Visi, Tujuan dan Manfaat dari Pengembangan industri Pengolahan biji asam dimaksud adalah sebagai berikut:
Visi: : 10 tahun yang akan datang NTT memiliki sebuah fabrik pengolahan biji asam berkapasitas 3000ton/thn yang bekelanjutan
Tujuan : Menyediakan pakan babi berkualitas, teruji, tersedia (available) dan berkelanjutan (sustainable)
C. PEMBAHASAN
I. POTENSI BIJI ASAM DI NTT
Beberapa potensi biji asam yang diandalkan dalam mendukung pengembangan industri pengolahan biji asam di NTT dapat dibagi dalam 2 kelompok, yakni Faktor- faktor utama dan Faktor-faktor pendukung.
1. Faktor-faktor Utama
Yang dapat dianggap sebagai Faktor Utama dalam Pengembangan Industri Pengolahan biji asam di NTT dan TTS adalah:
a. Penyebaran pohon asam
Dalam NTT Dalam Angka (2010) terlihat bahwa tanaman asam tersebar pada hampir 80% pulau di NTT dimana pulau Timor dan Flores yang terbanyak. Di daratan Timor, dilihat dari produks biji asam dapat diduga bahwa Kabupaten TTS memiliki populasi tanaman asam terbanyak. Hal ini menjadi potensi besar bagi pengembangan industri pengolahan biji asam.
b. Biji asam sebagai komoditi unggulan kehutanan non kayu NTT.
Menurut klasifikasi produk unggulan kehutanan terlihat bahwa biji asam termasuk golongan komoditi unggulan non kayu karena memberikan kontribusi yang cukup bagi ekonomi NTT. Ini memberi harapan bahwa tanaman asam akan mendapat perhatian pada waktu yang akan datang sehingga ketersediaan stok biji asam untuk industri terjamin.
c. Potensi biji asam:
Potensi biji asam dapat ditampilkan dalam beberapa indikator. c1. Produksi biji asam per tahun NTT dan TTS
Litbang Pertanian RI (2011) melaporkan bahwa produksi biji asam di NTT adalah 3000 ton/tahun dan Kabupaten TTS memproduksi sebesar 2700 ton/tahun atau kurang lebih 80% dari total produksi biji asam di NTT. Ini menggambarkan potensi nyata ketersediaan biji asam bagi pengembangan sebuah industri.
c2. Limbah asam kawak TTS : 2000-3000/ tahun.
c3. Kandungan nutrisi biji asam
Litbang Pertanian RI (2011) melaporkan bahwa baiji asam memiliki komposisi kandungan nutrisi yang memadai yakni: protein 20%; lemak 5,5% dan karbohidrat 59%; selain albuminoid, globatanin dan vitamin B yang tidak disebutkan jumlahnya. Lebih detail Pugalenthi et al (2004) melaporkan bahwa selain mengandung protein tinggi, biji asam juga memiliki kandaungan asam amino yang seimbang; lysine yang menjadi asam amino pembatas, ternyata tinggi dalam bini asam, yakni 6.5 g/100 g protein kasar (Tabel 1; terlampir). Akan tetapi, biji asam juga mengandung antinutrisi pada kulit bijinya-antara lain tannin- yang dapat hilang setelah kulit dilepaskan dari bijinya. Hal ini menggambarkan bahwa biji asam harus diolah terlebih dahulu sebelum diberikan pada ternak, sangat potensil sebagai pakan dan nilai nutrisinya dapat ditingkatkan dengan menggunakan teknologi pengolahan yang tepat.
c4. Penggunaan biji asam dalam ransum babi
Dari hasil penelitian terbukti bahwa biji asam dapat digunakan sebagai pakan babi. Ly dan Likadja (1997) melaporkan bahwa biji asam dapat digunakan sebanyak 40% dalam ransum babi umur pertumbuhan yang tersusun dari ampas kelapa 20% +tepung ikan 10%+dedak padi 30%, dengan rataan pertambahan berat badan sebesar 400g/ekor/hari. Ini menunjukkan bahwa biji asam telah layak sebagai pakan dan nilai manfaatkan akan lebih baik jika ada teknologi pengolahan yang tepat.
2. Faktor-faktor Pendukung
a. Letak dan Potensi geografis TTS
Kabupaten TTS merupakan Kabupaten di daratan Timor yang berbatasan langsung dengan 2 daerah pengahasil biji asam lainnya, yakni: Kabupaten Kupang di barat dan Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) di utara dan Kabupaten Belu dan Negara Timor Leste di timur. Letak ini sangat strategis dalam pemasukan stok biji asam dan pemasaran tepung biji asam. Kabupaten TTS memiliki lahan kritis seluas 29.000 Ha yang potensil untuk penanaman pohon asam untuk menjaga ketersediaan biji asam. b. Keberadaan fabrik asam kawak di TTS
Produksi limbah asam kawak sebanyak 2000-3000 ton/tahun akan menjadi modal dasar dan jaminan pasokan stok biji asam bagi industri pengolahan biji asam didaerah ini. Diyakini bahwa stok biji asam akan tetap tersedia sepanjang fabrik asam kawak beroperasi, sehingga menjadi jaminan bagi keberlangsungan industri pengolahan biji asam di TTS.
Renstra Kementrian Kehutanan 2010 – 2014 tentang pengelolaan dan pengembangan komoditi kehutanan menunjukkan bentuk kebijakan pemerintah dalam mendukung pengembangan industri walaupun tidak spesifik tentang industri biji asam.
d. Permen Kehutanan No 28 tahun 2006 Tentang Prencanaan Kehutan
Permen Kehutanan No 28 tahun 2006 Bab II Psl 3 butir 2 c, menyebutkan bahwa Tujuan perencaaan kehutanan adalah tercapainya penggunaan Sumberdaya Hutan (SDH) secara efektif, efisien, berkeadilan dan berkelanjutan. Ini menjadi jaminan bahwa sebagai sektor unggulan, tanaman asam akan dijaga kelestariannya agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan.
e. Kebijakan Pempus dan Pemda Propinsi dan Kabupaten se NTT tentang pemenafaatan potensi lokal
Sejak 2008 Pemerintah Propinsi NTT mengemban misi “memberdayakan dan memanfaatkan potensi lokal bagi kesejahteraan rakyat”. Misi ini dijadikan misi seluruh Pemda Kabupaten/Kota se NTT. Misi ini menjadi jaminan bagi pengembangan industri pengolahan biji asam sebagai salah satu komoditi lokal yang potensil.
D. STRATEGI PENGEMBANGAN
Mencermati potensi dan kendala pemanfaatan biji asam maka diperlukan strategi yang dapat diterapkan agar potensi biji asam dapat dimanfaatkan secara maksimal.
1. Optimalisasi Pemanfaatan limbah biji asam kawak di TTS
Tujuannya adalah untuk mengoptimalkan potensi limbah fabrik asam kawak TTS & merubah persepsi masyarakat. Manfaatnya adalah diharapkan timbul keyakinan masyarakat bahwa biji asam bergizi, bermanfaat dan aman dimakan setelah diolah dengan benar
2. Pemetaan Potensi produksi biji asam di NTT
Tujuannya adalah untuk mengetahui potensi & pola produksi biji asam di NTT. Manfaatnya adalah diharapkan adanya peta potensi dan produksi biji asam di wilayah NTT.
3. Pengembangan industri pengolahan biji asam di TTS
E. LANGKAH-LANGKAH OPERASIONAL
1. Optimalisasi Pemanfaatan limbah biji asam kawak di TTS
Kegiatan ini diperkirakan membutuhkan waktu 1 tahun yang dilakukan dalam 2 tahap.
Tahap 1 (Tahun 1): Undana melakukan:
1.1. Membangun kemitraan dengan Pengelola Fabrik asam Kawak TTS untuk penggunaan limah asam kawak
1.2. Analisis kandungan biji asam limbah asam kawak NTT
Untuk mendapat kepastian tentang potensi nutrisi dan kandungan antinutris dari limbah biji asam di NTT maka perlu dilakukan analisis kandung nutrisi lengkap, meliputi: proksimat, analisis asam amino dan antinutrisi. Tujuannya adalah untuk mengetahui kandungan nutrisi, memastikan keberadaan antinutrisi sehingga dapat menentukan proses pengolahan yang tepat untuk menghilangkan antinutrisi dalam biji asam. Perguruan tinggi perlu dilibatkan dalam kegiatan ini.
1.3. Upaya eliminasi anti nutrisi dalam biji asam
Eliminasi antinutrisi sangat penting agar produk olahan biji asam aman dimakan. Metoda eliminasi tergantung dari jenis dan kandung antinutrisi dalam daging biji asam. Kalau antinutrisi hanya berada pada kulit biji saja maka eliminasi antinutrisi tidak perlu dilakukan dan tepung biji asam hasil olahan aman dimakan.
1.4. Trial feeding penggunaan biji asam pada ternak babi.
Trial feeding akan menggunakan babi karena tujuan pengolahan ini adalah sebagai pakan babi. Feeding trial akan dilakukan beberapa kali pada berbagai kondisi, umur babi dan konsentrasi/level pemberian alam ransum. Tujuan utamanya adalah untuk memastikan level pemberian yang tepat dan melihat kemungkinan apakah tepung biji asam dapat dijadikan pakan tunggal.
Undana bersama Diperindag
2.1. Mengembangkan home industri pengolahan biji asam
Setelah mendapat kepastian tentang hasil analisis laboratorium, maka untuk memeberikan motivasi kepada masyarakat dan pemerintah atau pihak-pihak yang berminat maka perlu dirintis suatu home industri skala rumah tangga. Kegiatan ini dapat dijadikan menjadi contoh bagi semua pihak yang berkepentingan.
2.2. Menjalin kemitraan dengan sponsor untuk dukungan dana
pengembangan industri pengolahan biji asam di NTT. Mitra dapat membentuk kelompok sebagai pengembang.
- Sosialisasi produk home industri olahan biji asam
- Analisis persepsi dan penerimaan Pemda & masyarakat
Tahun ke 2.
2. Pemetaan Potensi produksi biji asam di NTT
Undana, Din Kehutanan / Pertanian melakukan :
- Survey potensi produksi biji asam di wilayah NTT;
Kegiatan ini melibatkan seluruh Pemda dengan tujuan untuk mengetahui tentang potensi biji asam secara nyata di wilayah NTT.
- Survey pola produksi dan panen asam di wilayah NTT
Kegiatan ini dilakukan untuk melihat pola produksi biji asam, yakni: musim dan lama produksi serta masa panen yang tepat sehingga kegitan industri dapat diatur.
- Membuat peta potensi dan pola produksi dan panen asam di wilayah NTT.
Kegiatan ini melibatkan Biro Statistik untuk membuat peta dan melakukan koreksi terhadap data-data produksi sebelumnya di setiap kabupaten/kota di NTT.
3. Pengembangan industri pengolahan biji asam di TTS
Pada tahun ke 3, Undana, Diperindag dan Din. Kehutanan/Pertanian melakukan desiminasi hasil kegitan tahun 1 dan 2 kepada pihak-pihak berikut:
3.1. Pemda & DPRD Kabupaten TTS
3.2. Pengusaha dan Pengelola fabrik asam kawak di - Kab TTS dan NTT
3.3. Pemda & DPRD Propinsi NTT
3.4. LSM, Asosiasi, peternak, Tokoh masyarakat di TTS dan Kupang
Dengan tujuan untuk meyakinkan dan mendapat dukungan dari semua pihak pengambil kebijakan, pelaku usaha dan stekholder.
Perumusa hasil Desiminasi tersebut menjadi Dokumen bagi kegiatan selanjutya.
Tahun 4 - 5
4.1. Pemda NTT, TTS dan Undana melakukan Pembentukan Tim Pembuatan Proposal Pembangunan Industri pengolahan biji asam & Pengajuan anggaran.
Tim tersebut bertanggungjawab untuk Pembuatan Proposal Pembangunan Industri pengolahan biji asam dan survey dan AMDAL lokasi industri
4.2. Workshop : Pemantapan Proposal & Pengumpulan dukungan untuk Perda tanam asam di lahan kritis.
Tim pembuat Proposal selanjutya melakukan Workshop untuk penyempurnaan Proposal dan mendapat dukungan dari pihak terkait. Dalam Workshop tersebut diwacanakan Usulan ke Pemda untuk membuat Perda Tanam Asam di lahan-lahan kritis untuk dukungan produksi biji asam.
4.3. Pembentukan Tim Pengelola & Pengurusan ijin lokasi Pembangunan Industri pengolahan biji asam
Hasil yang penting dari workshop adalah Pembentuk Pengelola dan Penetapan Lokasi Industri. Tim Pengelola selanjutnya bertanggungjawab untuk langkah selanjutnya.
4.4. Pengajuan, pembahasan & penetapan anggaran Pembangunan Industri pengolahan biji asam di DPR II, I
Setelah Proposal dianggap lengkap, maka Pemda TTS mengajukan Proposal tersbut ke DPRD II TTS kemudia diusulkan ke Pemda NTT untuk selajutnya diajukan ke DPRD I NTT untuk penetapan anggaran.
4.5. Usulan dan pembuatan Perda Tanam asam pada lahan kritis milik masyarakat di kabupaten2
Bersamaan dengan kegiatan tersebut, Pemda NTT juga membuat Perda tentang Penanaman asam di lahan-lahan kritis di seluruh kabupaten dan kota se NTT.
Tahun ke 6
5.1. Pengajuan Proposal Pengembangan Industri pengolahan biji asam ke Pemerintah Pusat
Setelah mendapat persetujuan anggaran dari DPRD I, maka Pemda NTT mengajukan Proposal Pengebangan Industri Pengolahan Biji Asam ke Pemerintah Pusat.
5.2. Persiapan sumber daya manusia (SDM).
Sambil menanti penetapan anggaran dari Pemerintah Pusat, Pemda NTT dan TTS, Tim Pembuat Proposal melakukan persiapan SDM meliputi:
1. Seleksi tenaga Teknisi, administrasi dll.
2. Pelatihan dan magang Tim Pengelola dan SDM hasil seleksi.
Tahun ke 7
Tahun 8.
Diharapkan pada tahun ke 8 Industri mulai memproduksi tepung biji asam perdana dengan kemampuan produksi 50%. Undana, Diperindag bertanggungjawab dalam evaluasi produk; BLH melakukan pengawasan terhadap limbah industri. Pemda dan DPRD I dan II, bertanggungjawab dalam pengawasan terhadap Pengelola. Dinas Koperasi bertanggung dalam pemasaran hasil industri. Sejak tahun tersebut Home industri pengolahan biji asam mulai melakukan improvisasi produk dengan beralih dari pengolahan biji asam untuk pakan menjadi penyedia pangan dalam bentuk penganan dll. sehingga kegiatan home industri tidak mati. Diperindag dan Koperasi bertanggungjawab dalam hal ini.
Tahun 9.
Pada tahun ke 9 diharapkan industri telah mamiliki kapasitas produksi 75%. Pihak-pihak yang terlibat tetap menjalankan tanggungjawabnya sesuai SOP yang dibuat.
Tahun 10.
Road Map dan Pembagian Tanggungjawab
N o
Potensi Kendala Strategi Langkah Operasional Waktu Pelaksanaan
Penganggung jawab 1 Pohon asam tumbuh di 80% pulau di
NTT
belum terskplorasi baik menjalin kemitraan dengan mitra Tahun 1 Undana + Diperindag 3 Prod. biji asam: NTT 3000; Limbah
asam kawak TTS: 2000 – 3000 ton/th
belum digunakan secara
optimal 1. Optimalisasi
pemanfaatan biji asam
Analisis nutrisi dan Feeding trial Undana
4 Nutrisi biji asam tinggi, teruji pada
babi s/d 40% dlm ransum terindikasi mengandunganti nutrisi Eliminasi anti nutrisi dilaboratorium Tahun 1 Undana 5 Letak TTS strategis kurang diperhatikan
3. Pengembangan Industri Pengolahan biji asam di TTS
membangun kemitraan dg
pengelola fabrik asam kawak TTS Tahun 1 Undana
6 Keberadaan Fabrik asam kawak TTS belum dioptimalkan membangun home industri Undana + Diperindag 7 Renstra Kementrian Kehutanan RI
2010 - 2014
implementasi belum ada Desiminasi Tahun 1 & 2 ke pihak terkait
Tahun 3 Undana,
Kehutanan/ + Pertanian
8 Permen Kemen Kehutanan :
Perencanaan Kehutanan implementasi belum ada Pembentukan Tim PembuatProposal dan AMDAL Tahun 4 - 5 Pemda NTT, TTS,Undana 9 Kebijkan Pemda. : Pemanfaatan
pakan lokal
implementasi belum menyentuh asam
Workshop: Proposal + wacanan tanam asam di lahan kristis
Tahun 4 - 5 Tim Proposal
Pembentukan Tim Pengelola Industri
lahan kritis di NTT Tahun 5 Pemda NTT, Pengajuan proposal ke
Pemerintah Pusat Tahun 6 Tim Pengelola Perisapan SDM Tahun 6 Tim Pengelola Pembangunan Pusat Industri
pengolahan Biji Asam di TTS Tahun 7 Pengelola,Diperindag, PU, BLH, Undana Produksi kedua ¾ kapasitas tahun 9 Pengelola,
Lampiran 1.
Tabel 1. Kandungan Nutrisi dan anti nutrisi Tepung biji asam
Nutrisi % BK
GE (kcal/100g BK) 122.41 – 151.18
Fraksi protein % BK % PK
--Threonin 3.10 (score 91.18)
--Fenilalani 3.8 (score 107.52)
--Tirosin 3.10
--Asam Laurat (C12:0 tidak ada
--Asam Myristat
Total fenol bebas 2.71 + 0.08
--Tannin 7.1 + 0.31
--Keterangan: (1):Pugalenthi, et al (2004)
(2): BalitBang. Pertanian, Kementerian Pertanian RI (2011)