• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

MENYUSUN PROPOSAL PENELITIAN KUANTITATIF PERTEMUAN 5

(2)

KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN

Menyusun Proposal Penelitian Kuantitatif berdasarkan Pedoman penyusunan Skripsi, yang mencakup:

Halaman Sampul Halaman Judul Lembar Persetujuan

a. Lembar Persetujuan pembimbing b. Lembar Persetujuan dan Pengesahan Pernyataan Kealian Tulisan

Abstrak

Kata Pengantar Daftar Isi

(3)

KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN

Bab I. PENDAHULUAN Bab II. Kajian Teori

Bab III. Metodologi Penelitian Daftar Pustaka

Lampiran- lampiran. Instrumen penelitian

(4)

CONTOH: BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kehadiran dan peran sekolah swasta secara yuridis menempati posisi yang kuat dan strategis sebagai “mitra” sekolah negeri dalam menyelenggarakan pendidikan

nasional. Data kuantitatif keberadaan dan peran serta pendidikan swasta dapat diuraikan sebagai berikut:

(5)

CONTOH: BAB I. PENDAHULUAN

Data pada tabel I-1 menunjukkan bahwa: (1) secara keseluruhan peranan sektor swasta adalah 37% dan (2) jenajng pendidikan SMA adalah 56%. Data ini memberi makna bahwa jenajng SMA Swasta memiliki peranan yagn cukup tinggi sebagai lebmaga pendidikan di Indoensia.

Keberadaan sekolah negeri dan swasta di DKI Jakarta secara kuantitatif dapat diuraikan dalam tabel berikut ini:

Tabel I-2

REKAP DATA JUMLAH SEKOLAH NEGERI DAN SWASTA DI DKI

(6)

Dari tabel data tersebut dapat dilihat bahwa peran sekolah swasta menempati peran sentral dalam rangka ikut mencerdaskan kehidupan bangsa dan menjadi mitra sekolah negeri. Namun dalam kenyataannya, saat ini sekolah swasta mengalami penurunan yang sangat tajam dari penerimaan jumlah murid. Majalah educare (2017: 32) menuliskan tajuk “Sekolah Swasta menghadapi Lonceng Kematian” yang sangat membuat keprihatinan para pengelola lembaga swasta, terutama hal ini disampaikan dalam sidang pleno Majelis Pendidikan Katolik Keuskupan Agung Jakarta (MPK-KAJ).

Bagi sekolah swasta, kehidupan operasional sangat ditentukan oleh jumlah murid. Jumlah murid yang sedikit dari tahun ke tahun merupakan indikator ditinggalkannya sekolah oleh masyrakat pengguna, dalam hal ini orang tua dan peserta didik. Tidak dapat dipungkiri bahwa ditinggalkannya sekolah oleh masyarakt dapat disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya adalah penurunan mutu atau kualitas, yang berarti terjadi ketidaksesuaian dengan standar harapan pengguna.

(7)

Akuntabilitas menjadi bagian mendasar dari seorang pemimpin. Tidak jarang dilihat bahwa akuntabilitas seorang kepala sekolah menjadi sangat bervariasi dan kompleks dan akan sangat dipengaruhi oleh pribadi masing-masing. Kepala sekolah dapat menjadi seorang yang akuntabel apabila dapat menggerakkan sumber dayanya secara optimal. Hal ini sangat ditentukan oleh kemampuannya dalam memimpin sehingga setiap sumber daya manusia mau mengikuti pengaruh dan bergerak mengikuti perintahnya. Gaya kepemimpinan kepala sekolah dalam realitanya sangat membutuhkan perhatian dan sangat mendasar dalam menghadapi pola perilaku dan karakter sumber daya manusia yang berada dalam pimpinannya untuk diarahkan. Gaya kepemimpinan kepala sekolah sering menjadi tidak efektif terhadap pola laku bawahan.

(8)

Ketika mengalami banyak situasi, kondisi dan konflik, kepala sekolah mengalami kesulitan yang luar biasa dan mengajukan mundur dari tugas dan perannya. Sementara dapat dipaparkan bahwa sekolah-sekolah Katolik pada masa sebelumnya menjadi yang terdepan dalam perolehan tingkat kepercayaan masyarkaat sebagai sekolah yang bermutu, disiplin, unggul dan profesional baik SDM dan pengelolaannya.

(9)

Wayan (2016: 24) melakukan temuan dalam penelitiannya, bahwa akuntabilitas seorang kepala sekolah memiliki kontribusi yang sangat dominan dan tingkatnya adalah sebesar 82.56%. Faktor-gaktor yang berperan dalam akuntabilitas mencakup antara lain tingkat intelektual, kecerdasan emosional, dukungan rekan kerja, dan kejelasan uraian pekerjaan.

Penelitian lain adalah bahwa akuntabilitas diperoleh dari perolehan mandat, yaitu tingkat kekuasaan, gaya kepemimpinan dan kepribadian serta kematangan emosional seorang yang menjadi pemimpin (Adiran: 2016, 75).

(10)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan atas latar belakang masalah, dapat diidentifikasi masalah-masalah yang terjadi adalah sebagai berikut:

1.Menurunnya mutu sekolah. 2.Penurunan jumlah murid.

3.Ketidaksesuaian gaya kepemimpinan kepala sekolah.

4.Ketidakmampuan emosional kepala sekolah dalam peran dan fungsinya.

5.Pengambilan keputusan kepala sekolah tidak rasional dalam menghadapi situasi dan kondisi konflik.

(11)

C. Batasan masalah

Berdasarkan atas identifikasi masalah di atas, maka masalah dalam penelitian ini dibatasi mencakup permasalahan:

1. Ketidaksesuaian gaya kepemimpinan kepala sekolah.

2. Ketidakmampuan emosional kepala sekolah dalam peran dan fungsinya.

3. Pengambilan keputusan kepala sekolah tidak rasional dalam menghadapi situasi dan

kondisi konflik.

(12)

D. Rumusan Masalah

1.Apakah ada hubungan yang positif antara gaya kepemimpinan dengan akuntabilitas?

2.Apakah ada hubungan yang positif antara kecerdasan emosional dengan akuntabilitas?

3.Apakah ada hubungan yang positif antara pengambilan keputusan rasional dengna akuntabilitas?

(13)

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1.Hubungan antara gaya kepemimpinan dengan akuntabilitas. 2. Hubungan antara kecerdasan emosional dengan akuntabilitas. 3.Hubungan antara pengambilan keputusan rasional dengan akuntabilitas.

4. Hubungan simultan antara gaya kepemimpinan, kecerdasan emosional dan pengambilan keputusan rasional dengna

(14)

F. Manfaat penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1.Bagi perkembangan ilmu pendidikan, memberikan inspirasi tentang peningkatan akuntabilitas, terutama dalam kaitannya dengan gaya kepemimpinan, kecerdasan emosional dan pengambilan keputusan rasional.

2.Bagi Yayasan pengelola pendidikan dapat memberikan

pendampingan dan pengembangan kepada para manajer pimpinan sekolah dalam upaya meningkatkan akuntabilitas.

(15)

CONTOH BAB II. KAJIAN TEORI

A. Analisis Teoretis 1. Akuntabilitas

Dalam suatu organisasi formal maka akan terjadi pola hubungan antara seorang manajer dan bawahan. Hubungan antara manajer dan

bawahan terbentuk melalui delegasi. Laurie J. Mullins mengemukakan definisi sebagai berikut :

Delegation means the conferring of a specified authority by a higher authority. In its essence it involves a dual responsibility. The one to whom authority is delegated becomes responsible to the superior for doing the job, but the superior remains responsible for getting the job done. This principle of delegation is the centre of all

(16)

Kutipan di atas menjelaskan bahwa delegasi merupakan suatu pemberian wewenang dari pemegang otoritas yang lebih tinggi.

Esensi dari delegasi itu adalah adanya tanggung jawab ganda. Ketika seseorang diberi delegasi otoritas maka ia akan menjadi bertanggung jawab kepada manajer superior untuk melaksanakan pekerjaan tersebut, tetapi manajer superior tetap bertanggungjawab atas pekerjaan

(17)

Prinsip Delegasi seperti yang digambarkan dalam The Basis of Delegation mencakup tiga prinsip delegasi, yaitu :

1. Authority, is the right to take action or make decisions that manager would otherwise have done. Authority legitimises the

exercise of power within the structure and rules of the organisation. It enables the subordinate to issue valid instructions for others to follow. 2. Responsibilities, involves an obligation by the subordinate to perform certain duties or make certain decisions and having to accept possible reprimand from the managers for unsatisfactory performance. The meaning of the term “responsibility” is, however subject to

(18)

3. Accountability, is interpreted as meaning ultimate responsibility and cannot be delegated. Managers have to accept “responsibility” for the control of their staff, for the performance of all duties

allocated to their department/section within the structure of the organisation, and for the standard of results achieved.”.

Menurut pendapat di atas bahwa :

1. Otoritas, adalah hak seorang manajer untuk mengambil tindakan atau membuat keputusan. Otoritas merupakan legitimasi pelaksanaan kekuasaan dalam struktur dan aturan organisasi. Hal ini

(19)

2. Responsibilitas (tanggung jawab), melibatkan kewajiban bawahan untuk melakukan tugas tertentu atau membuat keputusan tertentu dan harus menerima teguran dari manajer apabila kinerja tidak memuaskan. Maka arti dari Responsibilitas (tanggung jawab) itu sendiri akan

mencakup adanya otoritas dan tanggung jawab itu sendiri.

3. Akuntabilitas, ditafsirkan sebagai tanggung jawab utama dan tidak dapat didelegasikan. Manajer harus menerima "akuntabilitas sebagai tanggung jawab utama" untuk melakukan kontrol terhadap staf mereka. Kinerja tugas staf dialokasikan ke dalam bagian/departemen dalam

(20)

Dari kutipan di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa :

1. Delegasi menjadi sentral dan sangat penting karena delegasi akan membentuk alur pola hubungan antara manajer superior, manajer dan bawahannya.

2. Pola hubungan antara manajer dengan manajer superior terwujud melalui akuntabilitas

3. .Akuntabilitas dikatakan sebagai tanggung jawab utama seorang manajer kepada manajer superior untuk tindakan yang

(21)

4. Akuntabilitas seorang manajer kepada manajer superior berarti (a) Melihat pekerjaan telah dilakukan dan

(b).Bawahan mencapai hasil sesuai dengan standar yang ditetapkan. 5. Akuntabilitas dapat terjadi apabila :

(a). Seorang manajer menerima delegasi otoritas atas pekerjaannya dari manajer superior. Melalui delegasi otoritas ini maka seorang manajer dapat melakukan tindakan dan membuat keputusan.

(b). Seorang manajer dapat melakukan tindakan menegur atas pekerjaan bawahan yang tidak memuaskan.

(22)

Dari kesimpulan tersebut dapat ditarik suatu pemahaman bahwa dalam suatu organisasi formal, seperti halnya dengan sekolah swasta maka akuntabilitas kepala sekolah selaku manajer pendidikan adalah menjadi aspek yang paling penting karena mencakup bagaimana seorang

manajer pendidikan menerima delegasi otoritas atas pekerjaan dari Ketua Yayasan, bertanggung jawab dalam melakukan tindakan dan membuat keputusan, bertanggung jawab atas tindakan bawahan, melakukan tindakan menegur bawahan atas pekerjaan yang kurang

memuaskan dan meminta bawahan melakukan pekerjaan sesuai dengan standar yang ditetapkan, dan selanjutnya adalah

(23)

Berdasarkan uraian para ahli seperti dikemukakan di atas, maka dapat disintesiskan bahwa yang dimaksud dengan akuntabilitas adalah: pertanggungjawaban manajer atas tugas dan pekerjaan yang diberikan oleh manajer superior, dengan indikator: (1) menetapkan tujuan secara tepat, (2) mengalokasikan sumber daya secara efisien, (3) mengarahkan bawahan melakukan pekerjaan sesuai standar yang ditetapkan, (4) mengontrol pekerjaan bawahan, (5) melakukan tindakan korektif atas pekerjaan bawahan yang tidak sesuai dengan standar, (6) meminta pelaporan kerja dari bawahan, dan (7)

(24)

C. Kerangka Berpikir

3.Hubungan antara Pengambilan Keputusan Rasional dengan Akuntabilitas

Pengambilan keputusan rasional akan sangat terkait dengan kemampuan suatu organisasi dalam menyelesaikan masalah organisasi guna mewujudkan

tujuan organisasinya, karena pengambilan keputusan rasional adalah pengambilan keputusan yang dilakukan berdasarkan data dan aktual,

berdasarkan pencarian informasi secara komprehensif, serta dilakukannya inventarisir alternatif solusi dan evaluasi terhadap alternatif logis. Hal ini berarti semakin rasional suatu pengambilan keputusan dilakukan atas

masalah organisasi maka akan semakin logis dan jernih keputusan ditempuh dan akan semakin mampu seorang manajer mempertanggungjawabkan

tugas dan pekerjaannya kepada manajer superior. Artinya semakin rasional pengambilan keputusan maka akan semakin tinggi akuntabilitas, maka

(25)

C. Kerangka Berpikir (Lanjutan)

4. Hubungan antara Gaya Kepemimpinan, Kecerdasan Emosional dan Pengambilan Keputusan Rasional secara bersama-sama dengan

Akuntabilitas

(26)

C. Kerangka Berpikir (Lanjutan)

Melalui kecerdasan emosionalnya, seorang kepala sekolah akan

mampu mampu menggerakkan seluruh komunitas lembaga berada dalam fungsi dan peran tugasnya, mengakomodasi

(27)

C. Kerangka Berpikir (Lanjutan)

Semakin rasional pengambilan keputusan dilakukan maka akan semakin mampu suatu organisasi menyelesaikan masalah organisasi guna mewujudkan tujuan organisasinya, karena

pengambilan keputusan rasional adalah pengambilan keputusan yang dilakukan berdasarkan data dan aktual, berdasarkan

pencarian informasi secara komprehensif, serta dilakukannya

(28)

C. Kerangka Berpikir (Lanjutan)

Maka semakin rasional suatu pengambilan keputusan dilakukan atas masalah organisasi maka akan semakin logis dan jernih keputusan ditempuh, maka akan semakin mampu seorang manajer

mempertanggungjawabkan tugas dan pekerjaannya kepada manajer superior. Maka semakin rasional pengambilan keputusan maka

akan semakin tinggi akuntabilitas. Maka diduga pengambilan keputusan rasional memiliki hubungan yang positif dengan akuntabilitas.

Dengan demikian, terdapat hubungan yang positif secara bersama-sama antara gaya kepemimpinan, kecerdasan emosional dan

(29)

D. Hipotesis Penelitiani.

Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka dalam penelitian ini maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :

1. Terdapat hubungan positif antara gaya kepemimpinan dengan akuntabilitas, artinya semakin efektif gaya kepemimpinan maka akan semakin tinggi akuntabilitas.

(30)

D. Hipotesis Penelitiani.

Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka dalam penelitian ini maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :

3. Terdapat hubungan positif antara pengambilan keputusan rasional dengan akuntabilitas, artinya semakin rasional pengambilan keputusan maka akan semakin tinggi akuntabilitas.

4. Terdapat hubungan positif antara gaya kepemimpinan, kecerdasan emosional dan pengambilan keputusan rasional secara bersama-sama dengan akuntabilitas, artinya semakin efektif gaya

(31)

CONTOH BAB III

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Swasta di wilayah Majelis Pendidikan Katolik

Keuskupan Agung Jakarta (MPK-KAJ). Pelaksanaan penelitian ini dijadwalkan berlangsung selama 4

(empat) bulan, terhitung mulai instrumen penelitian disetujui untuk uji coba pada akhir bulan September 2010. Adapun jadwal peneitian adalah sebagai

(32)

CONTOH BAB III

A. Waktu dan Tempat Penelitian (lanjutan)

Tabel 3-1

Jadwal Penelitian

N

o KEGIATAN

OKT 2010 NOV 2010 DES 2010 JAN 2011

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1. Uji coba instrumen

2. Analisis perhitungan validitas & reliabilitas Instrumen uji coba 3. Penyebaran Instrumen

Penelitian

4. Analisis, Pengolahan Data & Penulisan Disertasi

(33)

CONTOH BAB III

B. Metode penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dan menggunakan metode penelitian survey dengan pendekatan korelasional. Penelitian survei ini dilakukan untuk mengetahui dan menentukan kedudukan sesaat variabel (status quo variable) berdasarkan data yang ada saat itu (status quo data) dan hubungan-hubungan antara variabel-variabel yang diteliti kemudian dapat ditentukan dan ditarik kesimpulan.

(34)

CONTOH BAB III

B. Metode penelitian (lanjutan)

Hubungan antara variabel terikat dengan

variabel bebas ditunjukkan dalam bentuk konstelasi

keterkaitan antar variabel sebagai berikut :

Gambar 3-1 Model Konstelasi Keterkaitan antar variabel.

X 1

X 2

X 3

Y

Keterangan :

X 1 = Gaya Kepemimpinan

X 2 = Kecerdasan Emosional

X 3 = Pengambilan Keputusan Rasional

(35)

CONTOH BAB III

C. Populasi dan Sampel Penelitian

A.

1. Unit Analisis

Berdasarkan variabel yang diteliti dalam penelitian ini, maka yang menjadi unit analisis adalah kepala sekolah.

2. Populasi

Populasi target dalam penelitian ini adalah 80 kepala sekolah Menengah Atas (SMA) Swasta di wilayah Majelis Pendidikan Katolik Keuskupan Agung Jakarta (MPK-KAJ).

3. Sampel

Ukuran dalam pengambilan jumlah sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah didasarkan pada Rumus Slovin:

Di mana :

n = number of samples (jumlah sampel)]

N = Total Population (jumlah seluruh anggota populasi)

(36)

CONTOH BAB III

Maka dengan populasi terjangkau sebesar 80 dan menggunakan taraf kesalahan 5 % maka dengan menggunakan rumus Slovin akan diperoleh sampel sejumlah 67,

dengan perhitungan sebagai berikut: n = 80 / (1 + 80 x 0,05 x 0,05)

n = 80 / ( 1 + 0,2) n = 80 / 1,2

n = 66,67 = 67

Adapun teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik Simple

Random Sampling, yaitu pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak karena anggota populasi homogen. Pengambilan sampel ini dilakukan dengan cara undian, di mana populasi sebelumnya diberi nomor urut 1 sampai dengan nomor 80. sesuai dengan jumlah populasi, lalu diundi hingga keluarnya nomor sampai

(37)

CONTOH BAB III

D. Variabel Penelitian dan Defnisi Operasional

Sesuai dengan variabel-variabel yang ada di dalam

penelitian ini, maka penentuan responden yang menilai adalah sebagai berikut:

a.Gaya kepemimpinan dengan responden guru, di mana setiap tiga orang guru menilai satu orang kepala sekolah.

b.Kecerdasan emosional, dengan responden kepala sekolah.

c.Pengambilan keputusan Rasional, dengan responden kepala sekolah.

(38)

CONTOH BAB III

D. Variabel Penelitian dan Defnisi

Operasional (lanjutan)

Adapun defnisi konseptual dan defnisi operasional

dari keempat variabel yang digunakan dalam

penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut :

1.Variabel Akuntabilitas (Y)

a. Defnisi Konseptual.

Akuntabilitas adalah: pertanggungjawaban

manajer atas

(39)

CONTOH BAB III

D. Variabel Penelitian dan Defnisi Operasional

b.Defnisi Operasional.

(40)

CONTOH BAB III

E. Teknik Pengumpulan Data & Instrumen

(41)

CONTOH BAB III

Angket yang digunakan sebagai instrumen

penelitian pada variabel gaya kepemimpinan (X1),

disusun dengan menggunakan skala lima opsi,

yaitu: Selalu (SL) = 5, Sering (SR) = 4, Jarang (JRG)

= 3, SKL (Sekali-kali) = 2, dan Tidak Pernah (TP) =

1. Sedangkan untuk variabel kecerdasan emosional

(X2), pengambilan keputusan rasional (X3) dan

akuntabilitas (Y) digunakan angket dengan

menggunakan Skala Likert, yaitu : Sangat Setuju

(SS) = 5 Setuju (S) = 4, Netral (N) = 3, Tidak

(42)

CONTOH BAB III

Tahapan-tahapan dalam pembuatan instrumen

ini

adalah

menentukan

variabel

penelitian,

(43)

CONTOH BAB III

a. Kisi-Kisi Instrumen

Kisi-kisi instrumen Akuntabilitas dapat diuraikan pada tabel

berikut ini :

Tabel 3-4.

Kisi-kisi Instrumen Akuntabilitas N

O

INDIKATOR NOMOR BUTIR Jml

1. Menetapkan tujuan secara tepat, 1,2,3,4 4

2. Mengalokasikan sumber daya secara efisien

5,6.7.8.9.10, 6

3. Mengarahkan bawahan melakukan pekerjaan sesuai standar yang

ditetapkan

11, 12, 13,14, 15, 5

4. Mengontrol pekerjaan bawahan, 16,17,18,19 ,20, 5 5. Melakukan tindakan korektif atas

pekerjaan bawahan yang tidak sesuai dengan standar

21,22,23,24,25 5

6. Meminta pelaporan kerja dari bawahan 26,27,28,29,30 5 7. Mempertanggungjawabkan hasil

sesuai standar kepada manajer superior.

31,32,33,34,35 5

(44)

CONTOH BAB III

d.

Uji Coba Instrumen.

(45)

CONTOH BAB III

Langkah selanjutnya adalah melakukan perhitungan

validitas dan reliabilitas instrumen.

(1) Pengujian Validitas Instrumen

Sebelum instrumen variabel Akuntabilitas digunakan untuk

bahan penelitian, maka perlu dilakukan uji validitas. Yang

diukur dengan validitas internal consistency menggunakan

rumus Pearson Product Moment1:

n. ∑ XY– (∑X) (∑Y) r XY =

n. ∑ X2 – (∑X)2 . n. ∑ Y2 – (∑Y)2

dimana :

rXY = koefisien korelasi r

X = skor dalam distribusi variabel X Y = skor dalam distribusi variabel Y

n = banyaknya pasangan skor X dan skor Y (banyaknya subjek)

(46)

CONTOH BAB III

Hasil

perhitungan

dilakukan

dengan

membandingkan antara koefsien korelasi (skor

rbutir atau r hitung) dan nilai kritis (skor rtabel)

pada taraf signifkan α = 0,05, dengan kriteria

kesahihan butir sebagai berikut :

Jika rhitung > skor rtabel, maka butir sudah

valid (sahih) dan dipakai untuk penelitian

sebenarnya.

Jika rhitung ≤ skor rtabel, maka butir ditolak

(47)

CONTOH BAB III

(48)

CONTOH BAB III

.

Tabel 3-5

Kisi-kisi Instrumen Akuntabilitas Hasil Uji Coba

N O

INDIKATOR NOMOR

BUTIR

JML TIDAK

VALID

NOMOR BARU 1. Menetapkan tujuan

secara tepat, 1,2,3,4 4 - 1,2, 3,4

2. Mengalokasikan sumber

daya secara efisien 5,6.7.8.9.10, 6 6 5.6.7. 8.9

3. Mengarahkan bawahan melakukan pekerjaan sesuai standar yang ditetapkan

11, 12, 13, 14, 15,

5 14 10,11,

12,13

4. Mengontrol pekerjaan bawahan

16,17,18, 19 ,20,

5 - 14,15,16,

17,18 5. Melakukan tindakan

korektif atas pekerjaan bawahan yang tidak sesuai dengan standar

21,22,23,

24,25 5 - 19,20,21, 22,23

6. Meminta pelaporan kerja dari bawahan

26,27,28, 29,30

5 - 24,25,26,

27,28 7. Mempertanggungjawab

kan hasil sesuai standar kepada manajer

superior.

31,32,33, 34,35

5 - 29,30,

31,32,33

(49)

CONTOH BAB III

.

(1) Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas instrumen merupakan penilaian instrumen apakah

reliabel/ajeg/andal/memiliki tingkat kepercayaan atau tidak.

Instrumen disebut reliabel apabila besarannya mendekati 1.

Adapun langkah-langkah perhitungan reliabilitas sebagai

(50)

CONTOH BAB III

.

a. Menghitung varians tiap butir, dengan rumus :

∑ X2 – (∑X)2

n Si 2 =

n

b. Menghitung varians total, dengan rumus :

∑ Y2 – (∑Y)2

n St 2 =

(51)

CONTOH BAB III

.

a. Menghitung reliabilitas (Alpha Cronbach), dengan rumus :1

di mana :

k = mean kuadrat antar subyek.

∑ Si 2 = mean kuadrat kesalahan

S t 2 = varians total

1 Sugiyono, Op.Cit, P. 365.

k ∑ S i 2

r i = 1 -

(52)

CONTOH BAB III

Berdasarkan hasil perhitungan uji coba untuk

perhitungan

reliabilitas

instrumen

diperoleh

koefsien

reliabilitas

instrumen

variabel

(53)

CONTOH BAB III

F. Teknik Analisis Data

Data hasil penelitian dianalisa dengan menggunakan statistika deskriptif yang dikelompokkan menjadi empat bagian, yaitu: akuntabilitas (Y), gaya kepemimpinan (X1), kecerdasan emosional (X2), dan pengambilan keputusan rasional (X3), Langkah-langkah yang ditempuh dalam melakukan analisa data pada penelitian ini adalah :

(54)

.

1.

2. Melakukan uji persyaratan analisis dengan Uji Normalitas Data Galat Taksiran dan uji Homogenitas.

a. Menentukan garis persamaan regresi.

Sebelum melakukan uji normalitas dan homogenitas, maka terlebih dahulu dilakukan menghitung/menentukan garis persamaan regresi, dengan menggunakan rumus :

 = a + b X1 ; = a + b X2 ; = a + b X3 ; 1

Di mana :

X = skor variabel bebas

a = konstanta regresi

b = koefisien arah regresi

dan rumus untuk mencari nilai dari :

a = (∑Y) (∑X1

2) - ( ∑X

1) (∑X1Y)

n ∑X12 - (∑X1)2

b =

n ∑X1 Y - (∑X1) ( ∑Y)

n ∑X12 - (∑X1)2

(55)

CONTOH BAB III

.

 = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 ; 1

Dengan:

∑X1Y = b1 ∑X12 + b2 ∑X1∑X2 + b3 ∑X1∑X3

∑X2Y = b1 ∑X1 ∑X2 + b2 ∑X22 + b3 ∑X2∑X3

∑X3Y = b1 ∑X1 ∑X2 + b2 ∑X2 ∑X3 + b3 ∑X32

(56)

CONTOH BAB III

b.

Melakukan uji normalitas data.
(57)

CONTOH BAB III

Uji normalitas Galat Taksiran Regresi Y atas X dilakukan dengan menggunakan uji Liliefors (statistik L) pada α = 0,05. Hipotesis statistik pengujian normalitas data adalah:

H0 : e berdistribusi normal Kriteria pengujian:

Untuk menerima atau menolak hipotesis nol, maka Lo dibandingkan dengan nilai kritis L untuk Uji Liliefors dengan taraf α = 0,05., maka: tolak hipotesis nol bahwa populasi berdistribusi normal jika Lo yang diperoleh dari data pengamatan melebihi L dari daftar, atau dengan lain :

H0 = diterima jika Lhitung < Ltabel, hal ini menunjukkan bahwa data berdistribusi normal.

(58)

Adapun prosedur pengujian normalitas dengan Uji Liliefors dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

• Lakukan pengamatan terhadap x1, x2, ....xn dijadikan bilangan baku z1, z2, ...zn, dengan menggunakan rumus zi = xi – x dan

s

(x dan s) masing-masing merupakan rata-rata dari simpangan baku sampel.

• Untuk tiap bilangan baku ini dan menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang F (zi) = P (z ≤ zi ).

• Selanjutnya hitung proporsi z1, z2, ....zn yang lebih kecil atau sama dengan zi. Jika proporsi ini dinyatakan oleh S (zi), maka

S (zi) = banyaknya zi, z2, ..., zn yang ≤ zi n

• Hitung selisih F (zi) – S (zi), kemudian tentukan harga mutlaknya.

(59)

CONTOH BAB III

.

c. Melakukan uji persyaratan analisis dengan Uji Homogenitas

Salah satu persyaratan dalam melakukan analisa regresi

adalah adanya normalitas residu dari setiap variabel. Untuk pengujian

homogenitas dapat dilakukan dengan menggunakan uji Barlet.

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

Ho: Pasangan variabel memiliki varians yang homogen.

Kriteria pengujian yang digunakan adalah:1

Ho : ditolak jika 2 ≥ 2 (1 – α ) ( k – 1), di mana

2 (1 – α ) ( k – 1) didapat dari daftar distribusi chi-kuadrat dengan peluang ((1 – α ) dan dk = ( k – 1)

(60)

CONTOH BAB III

Adapun prosedur perhitungan dengan menggunakan uji Bartlett adalah sebagai berikut:

• Menentukan varians gabungan dari semua

sampel:

S2 = { ∑ (ni – 1) si2 / ∑ (ni – 1) }

• Menentukan harga satuan B :

B = ( log s2 ) ∑ (ni – 1)

• Menggunakan statistik chi kuadrat :

(61)

CONTOH BAB III

Hipotesis statistik :

H1 = regresi berarti (signifkan)

H0 = regresi tidak berarti (tidak signifkan)

Kriteria pengujian keberartian regresi adalah:

H1 diterima, jika Fhitung > Ftabel

Ho ditolak, jika Fhitung < Ftabel.

(62)

.

a. Melakukan Pengujian Hipotesis dengan menggunakan uji

Koefisien Korelasi Sederhana, Korelasi Ganda dan Uji

Keberartian (Signifikansi) Koefisien Korelasi.

 Uji Koefisien Korelasi dan Uji Keberartian hipotesis pertama:

variabel gaya kepemimpinan (X1) dengan variabel

akuntabilitas (Y).

Uji Koefisien Korelasi Hipotesis pertama adalah menghitung

seberapa besar hubungan dependen variabel/variabel

terikat (akuntabilitas) dengan variabel independen/variabel

bebas (gaya kepemimpinan) dengan menggunakan rumus

perhitungan korelasi product moment sebagai berikut:1

n ∑ xi yi – (∑xi) (∑yi)

r X1Y =

n ∑ xi 2 - (∑ xi ) 2 n ∑ yi 2 - (∑ yi ) 2

(63)

CONTOH BAB III

.

dimana :

rX1Y = korelasi antara variabel X1 dengan Y

xi = ( X1i - X ) yi = ( Y– Y )

Koefisen korelasi untuk sampel diberi simbol dengan r.

Pedoman interpretasi terhadap koefisien korelasi adalah

sebagai berikut :

Tabel 3-12

Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Terhadap

Koefisien Korelasi1

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,000 Sangat kuat

(64)

CONTOH BAB III

.

 Menghitung Koefisien Determinasi, yaitu suatu koefisien

yang menunjukkan besar kecilnya sumbangan variabel X

terhadap Y, yang dinyatakan dalam angka persentase,

dengan rumus koefisien determinasi adalah:1

KP = r2 x 100%

Di mana :

KP = Nilai Koefisien Determinan

r = Nilai Koefisien Korelasi

(65)

CONTOH BAB III

.

 Melakukan uji keberartian (signifikansi) koefisien korelasi

dengan uji t.1

Rumus :

r √ n - 2

t = √ 1 - r2

Hipotesis statistik :

H0 = tidak signifikan

H1 = signifikan.

Kriteria pengujian:

H1 diterima jika thitung > ttabel

Ho diterima jika thitung < ttabel

(66)

CONTOH BAB III

Pengujian keberartian (signifkansi) dilakukan pada

taraf signifkan 0,05 dan dengan derajat kebebasan

(dk) = n = 2. Apabila H1 diterima maka koefsien

korelasi signifkan dan dapat ditarik kesimpulan

bahwa variabel X dan Y terdapat hubungan yang

positif, tetapi jika H0 diterima maka tidak terdapat

hubungan yang positif antara variabel X dan Y.

Uji Koefsien Korelasi dan Uji Keberartian

(67)

CONTOH BAB III

G.

Hipotesis Statistik

Untuk pengujian statistik maka dirumuskan

hipotesis statistik sbagai berikut :

1.

H0 : ρy1 ≤ 0

H1 : ρy1 > 0

Keterangan :

H0 : Gaya kepemimpinan tidak memiliki

hubungan positif dengan akuntabilitas.

(68)

CONTOH BAB III

2.

H0 : ρy2 ≤ 0

H1 : ρy2 > 0

Keterangan :

H0 : Kecerdasan emosional tidak memiliki

hubungan positif dengan akuntabilitas.

(69)

CONTOH BAB III

3.

H0 : ρy3 ≤ 0

H1 : ρy3 > 0

Keterangan :

H0 : Pengambilan keputusan rasional tidak

memiliki hubungan positif dengan akuntabilitas.

(70)

CONTOH BAB III

4. H0 : ρy.123 ≤ 0

H1 : ρy.123 > 0 Keterangan :

H0 : Gaya kepemimpinan, kecerdasan emosional dan pengambilan keputusan rasional secara bersama-sama tidak memiliki hubungan positif dengan akuntabilitas.

H1 : Gaya kepemimpinan, kecerdasan emosional dan pengambilan keputusan rasional secara bersama-sama memiliki hubungan positif dengan akuntabilitas.

Di mana :

H0 : Hipotesis nol.

H1 : Hipotesis alternatif

(71)

SELESAI

Gambar

Gambar 3-1 Model Konstelasi Keterkaitan antar variabel.
Tabel 3-4.
Tabel 3-5 Kisi-kisi Instrumen Akuntabilitas Hasil Uji Coba

Referensi

Dokumen terkait

Upaya yang dilakukan oleh PSRG un- tuk menghadapi zaman baru adalah de- ngan cara: Unsur penting dalam pertun- jukan, yaitu bentuk pertunjukan, pemain, dan penonton menjadi acuan

Gerakan tiap motor servo pada lengan robot akan dikontrol oleh gabungan antara kontrol RMAC dan PID sehingga lengan bergerak sesuai sudut yang diberikan oleh hasil

Untuk mengatasi masalah tersebut dapat dilakukan dengan memberikan motivasi pada anak didik baik dari guru maupun orang tua dan pengadaan bahan baca yang baik

Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa inggris dan mencapai tujuan dari pembelajaran itu sendiri serta dapat meningkatkan kemampuan siswa tunanetra

When designing a custom battery, design engineers need to understand cell technology for an application based on what is the best technical fit, which, in some cases, can have

Namun klaim ini tentu mendapatkan perdebatan dari kalangan yuris barat, yang memperdebatkan “jika Tuhan yang membuat semua hukum, dimanakah ruang bagi pembuatan

Kita akan membahas lebih detil tentang asuransi pada tutorial selanjutnya dalam seri ini, namun ini adalah pilihan yang bagus dalam menangani risiko yang memiliki dampak yang

Dapat diketahui bahwa responden yang memiliki perilaku kurang baik lebih banyak terdapat pada kepala keluarga dengan sikap yang tidak mendukung terhadap buang air besar