• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN A. Konsep Dasar 1. Defenisi Manajemen Keperawatan - Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Pasien Kanker Serviks di Ruangan Rindu B1 Obgyn (Onkologi) RSUP H. Adam Malik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN A. Konsep Dasar 1. Defenisi Manajemen Keperawatan - Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Pasien Kanker Serviks di Ruangan Rindu B1 Obgyn (Onkologi) RSUP H. Adam Malik Medan"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN

A. Konsep Dasar

1. Defenisi Manajemen Keperawatan

Manajemen berasal dari kata manus yang artinya tangan, maka diartikan secara singkat sebagai proses menyelesaikan pekerjaan melalui tangan orang lain. Manajemen mendefinisikan manajemen keperawatan sebagai proses pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui upaya staff keperawatan untuk memberikan Asuhan Keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga, kelompok dan masyarakat (Gillies, 1989).

Menurut Huber (1996) manajemen adalah koordinasi dan integrasi sumber-sumber melalui perencanaan, pengorganisasian, koordinasi, pengarahan, dan pengawasan dalam mencapai tujuan. Manajemen mengandung tiga prinsip pokok yang menjadi ciri utama penerapannya yaitu efisiensi dalam pemanfaatan sumber daya, efektif dalam memilih alternatif kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi, dan rasional dalam pengambilan keputusan manajerial (Muninjaya, 2004).

(2)

Keperawatan (SAK) yang akan digunakan sebagai target maupun alat kontrol pelayanan tersebut.

Seluruh aktivitas manajemen, kognitif, afektif dan psikomotor berada dalam satu atau lebih dari fungsi-fungsi utama yang bergerak mengarah pada satu tujuan. Sehingga selanjutnya, bagian akhir dalam proses manajemen keperawatan adalah perawatan yang efektif dan ekonomis bagi semua kelompok.

2. Fungsi Manajemen

Dalam manajemen, diperlukan peran tiap orang yang terlibat di dalamnya untuk menyikapi posisi masing-masing. Oleh sebab itu diperlukan adanya fungsi-fungsi yang jelas mengenai manajemen. Pada fungsi-fungsi manajemen keperawatan terdapat beberapa elemen utama yaitu Planning (perencanaan), Organizing (pengorganisasian), Staffing (kepegawaian), Directing (pengarahan), Controlling (pengendalian/evaluasi).

2.1 Planning (perencanaan)

(3)

secara efektif dan efesien. Swanburg (2000) mengatakan bahwa planning adalah memutuskan seberapa luas akan dilakukan, bagaimana melakukan dan siapa yang melakukannya.

Dibidang kesehatan perencanaan dapat didefenisikan sebagai proses untuk menumbuhkan, merumuskan masalah-masalah kesehatan di masyarakat, menentukan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia, menetapkan tujuan program yang paling pokok, dan menyusun langkah-langkah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan tersebut.

2.1.1 Tujuan perencanaan

Adapun tujuan perencanaan adalah :

1) Sebagai upaya koordinasi dalam memberikan arahan sehingga semua anggota paham akan kondisi organisasi dan mengerti kontribusinya dalam mencapai tujuan baik secara mandiri maupun tim.

2) Mengurangi dampak perubahan.

3) Meminimalkan hasil yang sia-sia, yang tidak efektif dan tidak efisien serta menghindari pengulangan kegagalan.

4) Menetapkan standar pengontrolan/pengendalian : membandingkan kinerja dan tujuan, deviasi dan tindakan korektif yang diperlukan.

(4)

2.1.2 Tahapan dalam perencanaan

Ada empat tahapan dalam perencanaan yaitu : 1) Menetapkan tujuan.

2) Merumuskan keadaan sekarang.

3) Mengidentifikasi kemudahan dan hambatan. 4) Mengembangkan serangkaian kegiatan.

2.1.3 Jenis perencanaan

Ada dua jenis perencanaan, yaitu : 1) Perencanaan strategi

Perencanaan strategi merupakan perencanaan yang sifatnya jangka panjang yang ditetapkan oleh pemimpin dan merupakan umum suatu organisasi. Perencanaan jangka panjang digunakan untuk mengembangkan pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien, juaga digunakan untuk merevisi pelayanan yang sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan masa kini.

2) Perencanaan operasional

(5)

2.1.4 Manfaat perencanaan

Adapun manfaat perencanaan antara lain :

1) Membantu proses manajemen dalam menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan.

2) Memungkinkan manajer mamahami keseluruhan gambaran operasi lebih jelas.

3) Membantu penetapan tanggung jawab lebih tepat.

4) Memberikan cara pemberian perintah yang tepat untuk pelaksanaan. 5) Memudahkan koordinasi.

6) Membuat tujuan lebih khusus, lebih terperinci dan lebih mudah dipahami. 7) Meminimalkan pekerjaan yang tidak pasti.

8) Menghemat waktu dan dana.

2.1.5 Keuntungan perencanaan

Keuntungan dari perencanaan yaitu :

1) Mengurangi atau menghilangkan jenis pekerjaan yang tidak produktif. 2) Dapat dipakai sebagai alat pengukur hasil kegiatan yang dicapai.

3) Memberikan suatu landasan pokok fungsi manajemen lainnya terutama fungsi keperawatan.

4) Memodifikasi gaya manajemen.

(6)

2.1.6 Kelemahan perencanaan

Selain memiliki keuntungan, perencanaan juga memiliki kelemahan. Kelemahan perencanaan antara lain :

1) Kemungkinan pekerjaan yang tercakup dalam perencanaan berlebihan pada kontribusi kerja.

2) Cenderung menunda kegiatan.

3) Terkadang kemungkinan membatasi inovasi dan inisiatif.

4) Kadang-kadang hasil yang lebih baik didaptkan oleh penyelesaian situasional individual dan penanganan suatu masalah pada saat masalah itu terjadi.

5) Terdapat rencana yang diikuti oleh/atau dengan rencana yang tidak konsisten.

2.1.7 Langkah-langkah dalam perencanaan

Langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk membuat perencanaan adalah : 1) Pengumpulan data.

2) Analisis lingkungan (SWOT : Strenght, Weakness, Opportunities, Threats). 3) Pengorganisasian data : memilih data yang mendukung dan data yang

menghambat.

(7)

2.2 Organizing (pengorganisasian)

Pengorganisasian adalah suatu langkah untuk menetapkan, menggolongkan dan mengatur berbagai macam kegiatan, penetapan tugas-tugas dan wewenang seseorang, pendelegasian wewenang dalam rangka mencapai tujuan. Fungsi pengorganisasian merupakan alat untuk memadukan semua kegiatan yang beraspek personil, finansial, material dan tata cara dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Muninjaya, 1999).

Berdasarkan penjelasan tersebut, organisasi dapat dipandang sebagai rangkaian aktivitas menyusun suatu kerangka yang menjadi wadah bagi segenap kegiatan usaha kerjasama dengan jalan membagi dan mengelompokkan pekerjaan-pekerjaan yang harus dilaksanakan serta menyusun jalinan hubungan kerja di antara para pekerjanya.

2.2.1 Manfaat pengorganisasian

Dengan mengembangkan fungsi pengorganisasian, seorang manajer akan dapat mengetahui Pembagian tugas untuk perorangan dan kelompok, Hubungan organisatoris antara orang-orang di dalam organisasi tersebut melalui kegiatan yang dilakukannya, Pendelegasian wewenang, dan Pemanfaatan staff dan fasilitas fisik.

2.2.2 Tahapan dalam pengorganisasian

(8)

2) Membagi habis pekerjaan dalam bentuk kegiatan pokok untuk mencapai tujuan.

3) Menggolongkan kegiatan pokok kedalam satuan-satuan kegiatan yang praktis.

4) Menetapkan berbagai kewajiban yang harus dilaksanakan oleh staf dan menyediakan fasilitas yang diperlukan.

5) Penugasan personil yang tepat dalam melaksanakan tugas. 6) Mendelegasikan wewenang

2.2.2.1Deskripsi peran dan fungsi 1) Kepala ruang rawat

Kepala ruang rawat adalah perawat dengan kemampuan D3 keperawatan yang berpengalaman atau kemampuan S.Kp/S.Kep/Ners yang berpengalaman. Kepala ruang rawat bertugas sesuai jam kerja dinas pagi. Tugas dan tanggung jawab kepala ruang rawat adalah :

a) Mengatur pembagian tugas jaga perawat (jadwal dinas).

b) Mengatur dan mengendalikan kebersihan dan ketertiban ruangan.

c) Mengadakan diskusi dengan staf untuk memecahkan masalah di ruangan. d) Membimbing siswa/mahasiswa (bekerjasama dengan pembimbing klinik)

dalam pemberian asuhan keperawatan di ruangan dengan mengikuti sistem yang sudah ada,

(9)

f) Mengorientasikan pegawai baru, residen, mahasiswa kedokteran, dan mahasiswa keperawatan yang akan melakukan praktik keperawatan.

g) Menciptakan dan memelihara hubungan kerja yang harmonis dengan klien dan keluarga klien dan tim kesehatan lain, antara laian kepala ruang rawat mengingatkan kembali klien dan keluarga tentang perawat atau tim yang bertanggung jawab terhadap mereka di ruangan yang bersangkutan.

h) Memeriksa kelengkapan persediaan status keperawatan minimal 5 setiap hari. i) Melaksanakan pembinaan terhadap perawat primer (PP) dan perawat asosiet

(PA) dalam hal implementasi keperawatan profesional termasuk sikap dan tingkah laku.

j) Bila perawat primer cuti, tugas dan tanggung jawabnya didelegasikan pada perawat primer yang lain atau wakil PP pemula yang ditunjuk tetapi tetap dibawah pengawasan kepala ruang rawat.

k) Merencanakan dan memfasilitasi ketersediaan fasilitas yang dibutuhkan di ruangan.

l) Memantau dan mengevaluasi penampilan kerja semua tenaga yang ada di ruangan, membuat DP3 dan usulan kenaikan pangkat.

m) Melakukan pertemuan rutin dengan semua perawat setiap bulan untuk membahas kebutuhan di ruangan.

(10)

2) Ketua tim (perawat primer)

Perawat primer (PP) adalah perawat lulusan D3 keperawatan dengan pengalaman minimal 4 tahun atau perawat S.Kp/Ners dengan pengalaman minimal 1 tahun. perawat primer dapat bertugas pada pagi, sore, atau malam hari. Namun sebaiknya perawat primer hanya bertugas pada pagi atau sore saja karena bila bertugas pada malam hari perawat primer akan libur beberapa hari sehingga sulit menilai perkembangan klien. Tugas dan tanggung jawab perawat primer (PP) adalah :

a) Melakukan kontrak dengan klien atau keluarga pada awal masuk ruangan sehingga tercipta hubunga terapetik. Hubungan ini dibina secara terus menerus pada saat melakukan pengkajaian/tindakan kepada klien/keluarga. Panduan orientasi ini sebaiknya dilaminating dan digantung di kamar klien sehingga setiap saat klien/keluarga dapat membaca kembali.

b) Menghitung tingkat ketergantungan klien/beban kerja.

c) Melakukan pengkajian terhadap klien baru atau melengkapi pengakjian yang sudah dilakukan perawat primer pada sore, malam atau pada hari libur.

d) Menetapkan rencana asuhan keperawatan berdasarkan analisis standar rencana perawatan sesuai dengan hasil pengkajian.

e) Menjelaskan rencana asuhan keperawatan (renpre) yang sudah ditetapkan kepada perawat assosiate di bawah tanggung jawabnya sesuai dengan klien yang dirawat pada saat preconfrence sebagai penanggung jawabnya.

(11)

tingkat ketergantung klien, dan tempat tidur yang berdekatan. Bila pada satu tugas jaga (shift) PP didampingi oleh 2 perawat assosiate, maka semua klien dibagi pada kedua perawat assosiate sebagai penanggung jawabnya. Perawat primer akan membantu dan membimbing perawat assosiate dalam memberikan asuhan keperawatan. Bila perawat primer hanya didampingi oleh 1 perawat assosiate pada satu tugas jaga maka jumlah klien yang menjadi tanggung jawab perawat primer adalah sebanyak 20% dan klien tersebut termasuk klien dengan tingkat ketergantungan minimal serta klien lainnya menjadi tanggung jawab perawat assosiate. Penetapan ini dimaksudkan agar perawat primer di bawah tanggung jawabnya dalam memberikan asuhan keperawatan.

g) Melakukan bimbingan dan evaluasi (mengecek pekerjaaan perawat assosiate dalam melakukan tindakan keperawatan apakah sesuai dengan SOP).

h) Memonitor dokumentasi yang dilakukan oleh perawat assosiate.

i) Membantu dan memfasilitasi terlaksananya kegiatan perawat assosiate. j) Mengatur pelaksanaan kolaborasi dan pemeriksaan laboratorium.

k) Melakukan kegiatan serah terima klien di bawah tanggung jawabnya bersama dengan perawat assosiate.

l) Mendampingi dokter visite klien di bawah tanggung jawabnya. Bila PP tidak ada, visite didampingi oleh perawat assosiate sesuai timnya.

(12)

n) Melakukan pertemuan dengan klien/keluarga minimal setiap dua hari untuk membahas kondisi perawatan klien (tergantung pada kondisi klien).

o) Bila perawat primer cuti atau libur, tugas-tugas perawat primer didelegasikan kepada perawat assosiate yang telah ditunjuk (wakil PP) dengan bimbingan kepala ruangan.

p) Memberikan pendidikan kesehatan pada klien/keluarga. q) Membuat perencanaan pulang.

3) Perawat pelaksana

Tugas dan tanggung jawab perawat pelaksana adalah : a) Membaca rencana keperawatn yang telah ditetapkan PP

b) Membina hubungan terapetik dengan klien/keluarga, sebagai kontrak lanjutan yang sudah dilakukan PP.

c) Menerima klien baru (kontrak) dan memberikan informasi berdasarkan format orientasi klien/keluarga jika PP tidak ada di tempat.

d) Melakukan tindakan keperawatan pada klien berdasarkan rencana keperawatan.

e) Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan dan mendokumentasikan pada format yang telah disediakan.

f) Mengikuti visite dokter bila PP tidak di tempat.

g) Membuat laporan pergantian dinas dan setelah selesai diparaf.

(13)

i) Menyiapkan klien untuk pemeriksaan diagnostik, laboratorium, pengobatan, dan tindakan.

j) Berperan serta dalam memberikan pendidikan kesehatan kepada klien/keluarga yang dilakukan oleh PP.

k) Melakukan inventaris fasilitas yang terkait dengan timnya. l) Membantu tim lain yang membutuhkan.

m) Memberikan resep dan menerima obat dari keluarga klien yang menjadi tanggung jawabnya dan berkoordinasi dengan PP.

2.3 Staffing (ketenagaan)

Staffing merupakan metodologi pengaturan staff, proses yang teratur, sistematis berdasarkan rasional yang diterapkan untuk menentukan jumlah personil suatu organisasi yang dibutuhkan dalam situasi tertentu (Swanburg, 2000). Proses pengaturan staff bersifat kompleks. Komponen pengaturan staff adalah sistem kontrol termasuk studi pengaturan staff, penguasaan rencana pengaturan staff, rencana penjadwalan, dan Sistem Informasi Manajemen Keperawatan (SIMK). SIMK meliputi lima elemen yaitu kualitas perawatan pasien, karakteristik dan kebutuhan perawatan pasien, perkiraan suplai tenaga perawat yang diperlukan, logistik dari pola program pengaturan staf dan kontrolnya, evaluasi kualitas perawatan yang diberikan.

(14)

sehari, 7 hari dalam seminggu, 52 minggu dalam setahun. Setiap rencana pengaturan staff harus disesuaikan dengan kebutuhan rumah sakit dan tidak dapat hanya dicapai dengan rasio atau rumusan tenaga/pasien yang sederhana. Jumlah dan jenis staff keperawatan yang diperlukan dipengaruhi oleh derajat dimana departemen lain memberikan pelayanan pendukung, juga dipengaruhi oleh jumlah dan komposisi staff medis dan pelayanan medis yang diberikan. Kebutuhan khusus individu, dokter, waktu dan lamanya ronde, jumlah test, obat-obatan dan pengobatan, jumlah dan jenis pembedahan akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas personel perawat yang diperlukan dan mempengaruhi penempatan mereka.

Pengaturan staff kemudian juga dipengaruhi oleh organisasi divisi keperawatan. Rencana harus ditinjau ulang dan diperbaharui untuk mengatur departemen beroperasi secara efisien dan ekonomis dengan pernyataan misi, filosofi dan objektif tertulis, struktur organisasi, fungsi dan tanggung jawab, kebijakan dan prosedur tertulis, pengembangan program staff efektif, dan evaluasi periodik terencana.

(15)

siklus merupakan salah satu cara terbaik yang dipakai untuk memenuhi syarat distribusi waktu kerja dan istirahat untuk pegawai. Pada cara ini dibuat pola waktu dasar untuk minggu-minggu tertentu dan diulang pada siklus berikutnya. Jadwal modifikasi kerja mingguan menggunakan shift 10-12 jam dan metode lain yang biasa.

Pada suatu pelayanan profesional, jumlah tenaga yang diperlukan tergantung pada jumlah pasien dan derajat ketergantungan pasien. Menurut Douglas, 1994; loveridge dan cummings, 1996) klasifikasi derajat ketergantungan pasien dibagi 3 kategori yaitu : Perawatan minimal memerlukan waktu 1-2 jam /24 jam, Perawatan intermediet memerlukan 3-4 jam/24 jam, Perawatan maksimal atau total memerlukan waktu 5-6 jam/24 jam.

Dalam suatu penelitian (1975) tentang jumlah perawat di rumah sakit, didapatkan jumlah perawat yang dibutuhkan pada waktu pagi, sore, dan malam hari tergantung tingkat ketergantungan seperti pada uraian di bawah ini :

2.3.1 Minimal care

(16)

2.3.2 Partial care

Pasien yang memerlukan bantuan perawat sebagian (partial care) adalah Membutuhkan bantuan 1 orang untuk naik turun tempat tidur, Membutuhkan bantuan untuk ambulasi/berjalan, Membutuhkan bantuan dalam menyiapkan makanan, Membutuhkan bantuan untuk makan (disuap), Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut, Membutuhkan bantuan untuk berpakaian dan berdandan, Membutuhkan bantuan untuk BAB dan BAK (tempat tidur.kamar mandi), Post operasi minor (24 jam), Melewati fase akut dari post operasi mayor, Fase awal penyembuhan, Observasi tanda-tanda vital setiap 24 jam, Gangguan emosional ringan.

2.3.3 Total care

(17)

Menggunakan alat traksi (skeletal traksi), Fraktur atau pasca operasi tulang belakang/leher, Gangguan emosional berat, bingung dan disorientasi.

2.4 Directing (pengarahan)

Pengarahan adalah hubungan antara aspek-aspek individual yang ditimbulkan oleh adanya pengaturan terhadap bawahan-bawahan untuk dapat dipahami dan pembagian pekerjaan yang efektif untuk tujuan perusahaan yang nyata.

Kepemimpinan merupakan faktor penting dalam keberhasilan manajemen. Menurut Stogdill dalam Swanburg (2000), kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktivitas kelompok terorganisasi dalam upaya menyusun dan mencapai tujuan. Gardner dalam Swanburg (2000), menyatakan bahwa kepemimpinan sebagai suatu proses persuasi dan memberi contoh sehingga individu (pimpinan kelompok) membujuk kelompoknya untuk mengambil tindakan yang sesuai dengan usulan pimpinan atau usulan bersama.

Seorang manajer yang ingin kepemimpinannya lebih efektif harus mampu untuk memotivasi diri sendiri untuk bekerja dan banyak membaca, memiliki kepekaan yang tinggi terhadap permasalahan organisasi, dan menggerakkan (memotivasi) staffnya agar mereka mampu melaksanakan tugas-tugas pokok organisasi.

(18)

2.4.1 Autokratik

Pemimpin membuat keputusan sendiri. Mereka lebih cenderung memikirkan penyelesaian tugas dari pada memperhatikan karyawan. Kepemimpinan ini cenderung menimbulkan permusuhan dan sifat agresif atau sama sekali apatis dan menghilangkan inisiatif.

2.4.1 Demokratis

Pemimpin melibatkan bawahannya dalam proses pengambilan keputusan. Mereka berorientasi pada bawahan dan menitikberatkan pada hubungan antara manusia dan kerja kelompok. Kepemimpinan demokratis meningkatkan produktivitas dan kepuasan kerja.

2.4.2 Laissez faire

Pemimpin memberikan kebebasan dan segala serba boleh, dan pantang memberikan bimbingan kepada staff. Pemimpin tersebut membantu kebebasan kepada setiap orang dan menginginkan setiap orang senang. Hal ini dapat mengakibatkan produktivitas rendah dan karyawan frustasi.

Manajer perawat harus belajar mempraktekkan kepemimpinan perilaku yang merangsang motivasi pada para pemiliknya, mempraktekkan keperawatan professional dan tenaga perawat lainnya. Perilaku ini termasuk promosi autonomi, membuat keputusan dan manajemen partisipasi oleh perawat professional.

2.5 Controlling (pengendalian/evaluasi)

(19)

fungsi yang lainnya. Pengawasan merupakan pemeriksaan terhadap sesuatu apakah terjadi sesuai dengan rencana yang ditetapkan/disepakati, instruksi yang telah dikeluarkan, serta prinsip-prinsip yang telah ditentukan, yang bertujuan untuk menunjukkan kekurangan dan kesalahan agar dapat diperbaiki (Fayol, 1998).

Pengawasan juga diartikan sebagai suatu usaha sistematik untuk menetapkan standard pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, merancang sistem informasi timbal balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standard yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan, serta mengambil tindakan yang digunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan perusahaan (Mockler, 2002).

Pengontrolan atau pengevaluasian adalah melihat bahwa segala sesuatu dilaksanakan sesuai dengan rencana yang disepakati, instruksi yang telah diberikan, serta prinsip-prinsip yang telah diberlakukan (Urwick, 1998). Tugas seorang manajemen dalam usahanya menjalankan dan mengembangkan fungsi pengawasan manajerial perlu memperhatikan beberapa prinsip berikut :

a. Pengawasan yang dilakukan harus dimengerti oleh staff dan hasilnya mudah diukur, misalnya menepati jam kerja.

b. Fungsi pengawasan merupakan kegiatan yang amat penting dalam upaya mencapai tujuan organisasi.

(20)

d. Kontrol sebagai pengukuran dan koreksi kinerja untuk meyakinkan bahwa sasaran dan kelengkapan rencana untuk mencapai tujuan telah tersedia, serta alat untuk memperbaiki kinerja.

e. Terdapat sepuluh karakteristik suatu sistem control yang baik : f. Harus menunjukkan sifat dari aktivitas

g. Harus melaporkan kesalahan-kesalahan dengan segera h. Harus memandang ke depan

i. Harus menunjukkan penerimaan pada titik kritis j. Harus objektif

k. Harus fleksibel

l. Harus menunjukkan pola organisasi m.Harus ekonomis

n. Harus mudah dimengerti

o. Harus menunjukkan tindakan perbaikkan.

Untuk fungsi-fungsi control dapat dibedakan pada setiap tingkat manajer. Sebagai contoh, manajer perawat kepala dari satu unit bertanggung jawab mengenai kegiatan operasional jangka pendek termasuk jadwal harian dan mingguan, dan penugasan, serta pengunaan sumber-sumber secara efektif. Kegiatan-kegiatan control ditujukan untuk perubahan yang cepat.

(21)

a. Analisa tugas : kepala perawat melihat gerakan, tindakan dan prosedur yang tersusun dalam pedoman tertulis, jadwal, aturan, catatan, anggaran. Hanya mengukur dukungan fisik saja, dan secara relatif beberapa alat digunakan untuk analisa tugas dalam keperawatan.

b. Kontrol kualitas : Kepala perawat dihadapkan pada pengukuran kualitas dan akibat-akibat dari pelayanan keperawatan.

Apabila fungsi pengawasan dan pengendalian dapat dilaksanakan dengan tepat, maka akan diperoleh manfaat :

a. Dapat diketahui apakah suatu kegiatan atau program telah dilaksanakan sesuai dengan standard atau rencana kerja.

b. Dapat diketahui adanya penyimpangan pada pengetahuan dan pengertian staf dalam melaksanakan tugas-tugasnya

c. Dapat diketahui apakah waktu dan sumber daya lainnya telah mencukupi kebutuhan dan telah digunakan secara benar.

d. Dapat diketahui staf yang perlu diberikan penghargaan atau bentuk promosi dan latihan lanjutan.

3. Standar Asuhan keperawatan

(22)

demikian standar dapat meningkatkan dan memfasilitasi perbaikan dan pencapaian kualitas asuhan keperawatan (Sitorus, 2005).

3.1 Standar 1 : Pengkajian Keperawatan

Pengkajian merupakan dasar utama atau langkah awal dari proses keperawatan secara keseluruhan. Pada tahap ini semua data dan informasi tentang klien yang dibutuhakan dikumpulkan dan dianalisa untuk menentukan diagnosa keperawatan. Pengkajian keperawatan terdiri dari 3 tahap yaitu pengumpulan data, pengorganisasian atau pengelompokan data serta menganalisa data untuk merumuskan diagnosa keperawatan.

Komponen pengkajian keperawatan meliputi : a. Pengumpulan Data

Kriteria :

1) Menggunakan format yang baku. 2) Sistematis.

3) Diisi sesuai item yang tersedia. 4) Aktual (baru)

5) Abash (valid) b. Pengelompokan Data

Kriteria :

(23)

c. Perumusan Masalah Kriteria :

1) Kesenjangan antara status kesehatan dengan norma dan pola fungsi kehidupan.

2) Perumusan masalah ditunjang oleh data yang telah dikumpulkan.

3.2 Standar 2 : Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan status atau masalah kesehatan aktual dan potensial. Proses diagnostik mencakup analisis kritis dan interpretasi data, identifikasi masalah klien, dan perumusan diagnosa keperawatan.

Kriteria :

1) Diagnosa keperawatan dihubungkan dengan penyebab kesenjangan dan pemenuhan kebutuhan pasien.

2) Dibuat sesuai dengan wewenang perawat.

3) Komponennya terdiri dari masalah, penyebab dan gejala/ (PES) atau terdiri dari masalah dan penyebab (PE).

4) Bersifat aktual apabila masalah kesehatan pasien sudah nyata terjadi. 5) Bersifat potensial apabila masalah kesehatan pasien kemungkinan besar

akan terjadi.

6) Dapat ditanggulangi oleh perawat.

(24)

Rencana asuhan keperawatan adalah pedoman tertulis untuk perawatan klien. Rencana perawatan tertulis mendokumentasikan kebutuhan perawatan kesehatan klien, tujuan, hasil yang diharapkan dan aktifitas dan starategi keperawatan spesifik. Selama perencanaan perawat berkolaborasi dengan klien dan keluarganya juga berkonsultasi dengan tim perawat lainnya, menelaah literatur yang berkaiatan, memodifikasi asuhan dan mencatat informasi yang relevan tentang kebutuhan perawatan kesehatan klien dan klinik (Kusnanto, 2003).

3.4 Standar 4 : Tindakan Keperawatan

Potter dan Perry (2005) menjelaskan bahwa selama implementasi, perawat mengkaji kembali klien, memodifikasi rencana asuhan keperawatan, mengidentifikasi area bantuan, mengimplementasikan intervensi keperawatan dan mengkomunikasikan intervensi.

Komponen perencanaan keperawatan meliputi: a. Prioritas masalah

Kriteria:

1) Masalah-masalah yang mengancam kehidupan merupakan prioritas utama.

2) Masalah-masalah yang mengancam kesehatan seseorang adalah prioritas kedua.

3) Masalah-masalah yang mempengaruhi perilaku merupakan prioritas ketiga.

(25)

Kriteria: 1) Spesifik. 2) Bisa diukur. 3) Bisa dicapai. 4) Realistik.

5) Ada batas waktu.

c. Rencana tindakan Kriteria:

1) Disusun berdasarkan tindakan tujuan asuhan keperawatan. 2) Melibatkan pasien/keluarga.

3) Mempertimbangkan latar belakang bidaya pasien/keluarga. 4) Menentukan alternative tindakan yang tepat.

5) Mempertimbangkan kebijaksanaan dan peraturan yang berlaku, lingkungan, sumber daya dan fasilitas yang ada.

6) Menjamin rasa aman dan nyaman bagi pasien.

7) Kalimat instruksi, ringkas, tegas dengan bahasanya yang mudah dimengerti.

3.5 Standar 5 : Evaluasi Keperawatan

(26)

tepat waktu dan terus menerus, menggunakan data dasar dan respon klien dalam mengukur perkembangan kearah pencapaian tujuan, memvalidasi dan menganalisis data baru dengan teman sejawat, bekerja sama dengan klien dan keluarga untuk memodifikasi rencana asuhan keperawatan dan mendokumentasikan hasil evaluasi dan memodifikasi perencanaan.

Kriteria :

a) Setiap tindakan keperawatan dilakukan evaluasi.

b)Evaluasi hasil menggunakan indikator yang ada pada rumusan tujuan. c) Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan.

d)Evaluasi melibatkan pasien, keluarga dan tim kesehatan. e) Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar.

3.6 Standar 6 : Catatan Asuhan Keperawatan

(27)

B. Analisis Ruang Rawat 1. Pengkajian

Pengkajian sistem manajemen di ruangan RB1 dilakukan dengan analisa situasi pada tanggal 11-15 Juni 2012 melalui metode :

1.1 Wawancara yang dilakukan dengan kepala ruangan, CI dan beberapa perawat pelaksana.

1.2 Observasi dilakukan mahasiswa Profesi Ners pada shift pagi, meliputi observasi situasi dan kondisi ruangan, pelayanan asuhan keperawatan, penyediaan sarana dan prasarana, sistem kerja, dan komunikasi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan.

(28)

2. Analisa Situasi

Setelah data terkumpul, kemudian dilakukan tabulasi dan analisa data. Gambaran hasil analisa situasi rungan di RB1 dideskripsikan sebagai berikut : 2.1 Man

1. Staffing

2.1.1.1Penghitungan kebutuhan tenaga perawat

Dari hasil wawancara dengan Kepala Ruangan RB 1 Obgyn pada tanggal 14 Juni 2012 diperoleh data rata-rata jumlah pasien di ruangan RB 1 Obgyn sebanyak 40 orang dimana jumlah tempat tidur di ruangan tersebut sebanyak 52 buah. Berdasarkan data tersebut diperoleh nilai BOR :

BOR = Jumlah pasien yang dirawat/hari X 100% Jumlah tempat tidur

= 40 X 100 % = 76,92 % 52

Tabel 2.2 Jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan di ruang rawat inap RB1-Obgin berdasarkan kategori asuhan keperawatan menurut Depkes (2002)

No Kategori Rata-rata

jumlah

1) Jumlah perawat yang dibutuhkan adalah :

Jumlah total perawatan = 118,33 = 16,90 orang Jam efektif perawat 7

2) Jumlah Hari Libur (loss day) :

(Jumlah hari minggu/tahun+cuti+hari besar) X jumlah perawat

(29)

(52+12+14) X16,90 = 4,60 286

3) Pekerjaan Non Keperawatan

(Jumlah perawat yang dibutuhkan + jumlah hari libur) X 25% (16,90 + 4,60) x 25% = 5,37orang

4) Jumlah Kebutuhan Perawat

Jumlah perawat yang dibutuhkan + Jumlah hari libur + Pekerjaan non keperawatan

16,90 + 4,60 + 5,37 = 26,87 (27orang)

Maka, jumlah perawat yang dibutuhkan di ruang rawat inap RB1-Obgin menurut Depkes adalah 27 orang + 1 orang kepala ruangan = 28 orang. Dapat disimpulkan bahwa ruangan rawat inap RB1 kekurangan tenaga kerja sebanyak 5 orang.

Tabel 2.3 Jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan di ruang rawat inap RB1-Obgin berdasarkan kategori asuhan keperawatan menurut Douglas (1975) No Kategori Rata-rata

pasien/hari

Jumlah Kebutuhan Perawat

Pagi Siang Malam

1. Minimal care/mandiri

20 0,17x20=3,4 0,14x20=2,8 0,10x20=2 2. Partial Care 17 0,27x17=4,59 0,15x17=2,55 0,07x17=1,19 3. Total Care 3 0,36x3=1,08 0,30x3=0,9 0,20x3=0,6 Jumlah kebutuhan perawat/hari = 9+6+4 = 19 orang

Faktor libur dan cuti = 25%X 19 = 4,75 = 5 perawat

Jadi, jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan ketergantungan pasien menurut Douglas adalah :

P+S+M+L+ 1 Karu+ 2 Ka.Group = 19+5+1+2 = 27 perawat

(30)

Pendistribusian tenaga keperawatan yang ada di ruangan RB1 berdasarkan dinas RB1 sebagai berikut :

Pagi : 8-10 orang Sore : 3 orang Malam : 3 orang Libur/cuti : 2 orang

Adapun jadwal dinas pegawai di ruangan RB 1 disusun sekali sebulan oleh Kepala Ruangan. Setiap hari dibagi menjadi tiga shift yaitu pagi, sore dan malam. Pembagian jam kerja adalah :

Pagi : 08.00-14.15 WIB Sore : 14.15-20.15 WIB Malam : 20.15-08.15 WIB

Dalam pengaturan jadwal pegawai, apabila setiap pegawai yang masuk dinas malam selama 3 hari maka pegawai tersebut akan libur selama 3 hari dan apabila pegawai ingin izin maka digantikan dengan mengurangi hari libur dari dinas malam pegawai tersebut dan tidak mendapatkan uang makan. Untuk pengaturan jadwal cuti, dengan cara diundi pada akhir tahun dan hanya 2 orang pegawai/bulan. Sedangkan pengaturan jadwal bagi pegawai yang melanjutkan tugas belajar, maka pegawai tersebut diliburkan dari tugasnya sampai pegawai tersebut menyelesaikan pendidikannya.

(31)

pendidikan dan pelatihan dan apabila telah mendapat izin maka diperbolehkan untuk melanjutkan tugas belajar tersebut. Penyusunan Jadwal dinas pegawai tidak berdasarkan kriteria tertentu dan tidak berdasarkan kepada tingkat ketergantungan pasien, hal ini karena keterbatasan tenaga perawat di ruangan RB1, sehingga pembuatan jadwal dinas dilakukan oleh kepala ruangan yaitu shift pagi 8-10 orang dan paling banyak 12 orang, shift sore 3 orang dan shift malam 3 orang.

Kepala Group akan melakukan pertemuan dengan perawat/bidan pelaksana setiap pagi sekitar 15 menit sebelum operan bed to bed, membacakan rawatan pada pagi hari dan tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien. Perawat/ bidan akan mendampingi pasien pada saat visite dokter. Dari hasil penyebaran kuesioner yang dilakukan pada tanggal 11-15 Juni 2012 terhadap 10 orang pasien didapatkan data bahwa tingkat kepuasan pasien dalam menerima pelayanan keperawatan/kebidanan diketahui bahwa 4,8 % pasien puas terhadap pelayanan yang diberikan di ruangan khusunya pelayanan di ruang onkologi dan 95,2 % cukup puas terhadap pelayanan yang diberikan. Namun sebanyak 80% dari 10 responden menyatakan bahwa perawat/ bidan jarang mengunjungi pasien di ruangan dan akan lebih sering kontak dengan mahasiswa yang sedang praktek dan pelayanan yang diberikan tidak tepat waktu.

2.1.1.2 Gambaran tenaga perawat di ruangan RB 1 Obgyn

(32)

orang, DI Kebidanan 7 orang dan 1 orang SMA. Terdiri dari 1 kepala ruangan, 2 kepala tim, CI 1 orang, TU 2 orang dan perawat pelaksana 17 orang.

TABEL 2.1 DAFTAR NAMA TENAGA DI RUANG RB1-OBGIN RSUP HAM

(33)

Nosokomial, Kebutuhan Dasar, Kemoterapi, IMD. Sedangkan, pelatihan yang pernah diikuti oleh Kepala Ruangan RB1 diantaranya pelatihan PONEK, perinatologi, audit keperawatan RS, manajemen bangsal, kode etik keperawatan dan kebidanan, PPGD dan KB.

Berdasarkan hasil dari wawancara dengan Karu, didapatkan hasil bahwa di ruangan RB 1 Obgyn tidak pernah merencanakan pertemuan khusus dengan perawat Saat ini Karu dan perawat jarang melaksanakan konferensi sebelum melayani pasien disebabkan oleh beban tugas yang diberikan kepada Karu. Perawat hanya berkumpul di pagi hari untuk pembagian tugas yang dipimpin oleh Katim, jika Katim tidak ada maka pembagian tugas dilakukan oleh perawat yang lebih senior. Karu selalu menegur pegawainya yang tidak datang tepat waktu.

2.1.1.3 Pengadaan tenaga perawat

Perekrutan pegawai di ruangan RB 1 Obgyn dilakukan secara sentral melalui seleksi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) yang dilakukan Kemenkes dan Ujian dari Rumah Sakit untuk tenaga honorer. Kepala Ruangan RB 1 Obgyn memberitahukan kepada Kapokja Lantai I Instalasi Rindu B mengenai kekurangan tenaga kerja di ruangan RB 1 Obgyn kemudian Kapokja melaporkan kepada Waka Instalasi dan ditindaklanjutkan kepada kepala instalasi dan diteruskan kepada bidang keperawatan.

(34)

dinas seperti biasa dengan didampingi oleh perawat senior. Orientasi yang diberikan meliputi Struktur organisasi Instalasi Rindu B, Prosedur Kerja, Disiplin dan Peraturan Kerja, Sistem penugasan dan jadwal dinas, Sarana dan prasarana yang ada, Penjelasan mengenai kebijakan dan prosedur kerja rumah sakit dan bidang keperawatan.

Adapun kriteria pegawai yang ditempatkan di Ruangan RB 1 Obgyn adalah minimal pendidikan D3 Keperawatan atau D3 Kebidanan, sudah mendapat orientasi selama 3 bulan dan orientasi berbasis kompetensi dasar keperawatan atau kebidanan.

2. Organizing

(35)

Kepala Ruangan ( Rosmahasa, AMKeb )

CI RB 1

( Sumi Ariani, SST)

Nursahjan Hrp, AMKeb Resliana, AMKeb Sri Ulina, AMKeb Ameria , AMKeb Hartanta, AMKeb Eny Syahputri, AMKeb Arie Siswana, AMKeb Itona, SST

Ritha Panjaitan Lasmaria, AMKeb Nahemia Sabarati Karo-Karo Ikut Muli Pulung

Rotua Ida Simamora Arihta Ginting Nurleli, AMK

Skema 1. Struktur Organisasi Ruangan Rindu B1 Obgyn RSUP H. Adam Malik Medan. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Ruangan bahwa metode penugasan yang digunakan di ruangan RB1 adalah metode tim dengan 2 tim yang dipimpin oleh masing-masing Kepala Group atau Kepala Tim dengan latar belakang pendidikan DIII Keperawatan. Namun dalam pelaksanaannya menurut

Tata Usaha (Purnama Am,Keb) (Tumpak Meha)

Ka. Group I VK/Obstetri/Ginekologi (T. Sy Amelia, AMK)

(36)

hasil observasi, masih dilakukan dengan metode fungsional, disebabkan kekurangan tenaga dalam pelaksanaannya.

Deskripsi kerja masing-masing pegawai di ruangan RB1 sudah jelas, tetapi dalam pelaksanaannya karena kekurangan tenaga kerja dan beban kerja tinggi, sehingga kinerja dari perawat/bidan sulit dinilai karena adanya tugas yang merangkap. Pendelegasian tugas dilakukan dengan jelas, apabila Kepala Ruangan tidak hadir, pendelegasian dilakukan kepada salah satu Kepala Group dan apabila Kepala Group yang tidak hadir, pendelegasian dilakukan kepada perawat/bidan yang paling senior.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan pasien tentang pelaksanaan pendidikan kesehatan kepada pasien di ruangan Onkologi hanya dilakukan di awal saat pasien baru masuk mengenai cara mencuci tangan dengan benar, namun saat pasien pulang pendidikan kesehatan tidak pernah diberikan kepada pasien. Dan berdasarkan hasil kuesioner kepuasan pasien diperoleh data bahwa kontak antara antara pasien dengan perawat/bidan sangat kurang dan tidak tepat waktu.

3. Actiating/ Directing

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Ruangan di ruangan RB 1

Obgyn mengatakan bahwa Kepala Ruangan merencanakan mengadakan

pertemuan khusus dengan staff di saat senggang jadwal visite dokter tidak ada

(37)

jarang dilakukan kecuali jika ada keperluan. Untuk meningkatkan SDM pegawai

di ruangan RB1, maka Kepala Ruangan melakukan penilaian meliputi penilaian

terhadap kinerja para pegawai, penilaian terhadap kehadiran pegawai dan terhadap

etika para pegawai dimana penilaian ini dilakukan sekali dalam satu bulan oleh

Kepala Ruangan.

4. Controlling

Ruangan RB1 memiliki penilaian terhadap kinerja perawat meliputi

penilaian cara bekerja perawat di ruangan tersebut dan apabila perawat tersebut

melakukan kesalahan dalam bekerja, maka perawat tersebut akan diberi teguran

dan membuat perjanjian atas kesalahan yang telah dilakukan. Selain itu, dilakukan

juga penilaian terhadap kehadiran dan etika para pegawai. Penilaian terhadap

kinerja perawat ini dilakukan satu kali dalam sebulan dan yang memberikan

penilaian adalah Kepala Ruangan.

(38)

5. Methode

2.1.5.1 Tujuan Pelayanan

Berdasarkan hasil pengkajian dan observasi di Ruangan RB 1 Obgyn pada

tanggal 11 – 16 Juni 2012, Ruangan RB 1 memiliki visi, misi, falsafah dan motto

keperawatan yang dijadikan sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan

kesehatan yang diadopsi dengan visi, misi, falsafah dan motto Rumah Sakit

Umum Pusat H. Adam Malik Medan, yakni :

Visi Keperawatan : Menjadi unggulan pelayanan dan asuhan keperawatan untuk

tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang optimal tahun 2015.

Misi Keperawatan :

i. Memberi pelayanan dan asuhan keperawatan yang paripurna, bermutu dan terjangkau oleh semua lapisan masyarakat.

ii. Melaksanakan bimbingan pelaksanaan pelayanan dan asuhan keperawatan uantuk mengahsilkan SDM keperawatan yang profesional dengan penggunaan logistik keperawatan secara efisien dan efektif.

Falsafah Pelayanan Keperawatan : Memberi bantuan paripurna dan efektif untuk memenuhi kebutuhan biopsikososial dan kultural yang komprehensif dengan mengutamakan kepentingan pasien melalui pendekatan proses keperawatan oleh tenaga keperawatan.

Motto Pelayanan Keperawatan

Dalam melaksanakan pelayanan dan asuhan kepaerawatan harus bersikap : i. Senyum yang manis

(39)

iii. Sentuh dengan kasih sayang

2.1.5.2Metode Penugasan

Sistem pendelegasian tugas keperawatan di Ruangan RB 1 Obgyn dilaksanakan dengan metode Tim dimana pendelegasian dilakukan dari Kepala Ruangan kepada Ketua Tim yang bertugas dan apabila ada perawat pelaksana yang tidak hadir maka Kepala Ruangan akan menunjuk perawat lain yang tidak bertugas pada hari tersebut.

2.1.5.3Dokumentasi Keperawatan

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Ruangan bahwa ruangan RB1 tidak memiliki Standar Asuhan Keperawatan (SAK) tetapi memiliki Standar Asuhan Kebidanan sehingga asuhan keperawatan tidak terlaksana. Setiap tindakan yang akan dilakukan kepada pasien memiliki Standar Operasional Keperawatan (SOP) yang jelas. Berdasarkan hasil observasi bahwa para perawat di ruangan RB1 dalam melakukan tindakan keperawatan kepada pasien belum melakukan cara cuci tangan dengan benar, dimana perawat/bidan hanya melakukan cuci tangan setelah selesai melakukan tindakan, seharusnya perawat/bidan mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan agar tidak terjadi infeksi nosokomial atau memperkecil terjadinya angka infeksi nosokomial.

2.2 Material

(40)

dengan standart minimal vital sign, alat GV ada pada setiap ruangan poli ditambah lagi dengan adanya peralatan dari PPDS, co-ass dan mahasiswa. Pengawasan inventaris dilakukan langsung oleh kepala poliklinik dan bila ada kekurangan akan dilaporkan ke bagian instalasi rawat jalan.

Kepala Ruangan juga melakukan supervisi terhadap keadaan logistik di ruangan RB1. Dari hasil pengamatan, tindakan ganti perban setiap hari dilakukan kepada pasien sementara peralatan ganti perban di ruangan hanya dua yang tersedia, hal ini juga menimbulkan pemberian asuhan dan pengoabatan menjadi terganggu. Pada dasarnya, pengklasifikasian ruangan dengan penyakit pasien sudah disesuaikan, namun karena kondisi jumlah pasien yang melebihi kapasitas tempat tidur, pengklasifikasian tidak sesuai.

2.3Money

Sistem budgeting di Ruangan RB 1 Obgyn dikelola langsung oleh direktorat Rumah Sakit. Bagian direktorat rumah sakit bertugas dalam mengelola gaji pegawai dan tunjangan uang makan. Sedangkan pembayaran tunjangan jasa pelayanan pegawai dan biaya pasien yang dirawat di Ruangan RB 1 Obgyn dikelola oleh bagian keuangan Kasir Instalasi terpadu. Besarnya pemberian gaji berdasarkan lamanya masa kerja dan golongan pegawai tersebut sedangkan besarnya pemberian jasa pelayanan sudah ditentukan oleh pihak rumah sakit.

(41)
(42)

Analisa Situasi yang didapat di Ruangan Rindu B1 Obgyn RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun 2012 sebagai berikut: a. Man

Tabel 2.6 Analisa SWOT di Instalasi RB1 RSUP HAM Medan 2012

Strenght (Kekuatan) Weakness (Kelemahan) Opportunity (Kesempatan) Threatened (Ancaman) a. Perawat diberi izin oleh pihak RS

untuk belajar dan melanjutkan pendidikan lebih tinggi serta mengikuti pelatihan-pelatihan. b. Karu melakukan operan bed to

bed dengan perawat pada pasien saat shift pagi dan Kepala Group melakukan pertemuan dengan perawat/bidan pelaksana setiap pagi sekitar 15 menit sebelum operan bed to bed, membacakan rawatan pada pagi hari dan tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien.

c. Pegawai mendampingi pasien pada saat visite dokter

a. Tenaga perawat/bidan di RB1 kurang dengan hasil perhitungan menurut Depkes dibutuhkan 28 orang,

menurut Douglas 27 orang, sehingga kekurangan tenaga 4-5 orang.

b. Hasil kuesioner kepuasan pasien terhadap pelayanan di ruangan Onkologi khusunya mengatakan bahwa kontak pasien dengan perawat/bidan di ruangan sangat kurang dan tidak tepat waktu.

a. Adanya mahasiswa Fakultas Kedokteran, Fakultas

Keperawatan, Stikes, Akbid dan Akper yang praktek di ruangan. b.Terbukanya kesempatan untuk

mengikuti pelatihan-pelatihan keterampilan keperawatan.

a.Anggapan masyarakat bahwa RSUP HAM Medan

merupakan rumah sakit pendidikan, yang menjadikan pasien sebagai lahan praktek. b.Adanya asumsi masyarakat

bahwa rumah sakit swasta jauh lebih baik bila

dibandingkan dengan rumah sakit pemerintah

(43)

Strenght (Kekuatan) Weakness (Kelemahan) Opportunity (Kesempatan) Threatened (ancaman) a. Ruangan memiliki struktur organisasi

yang jelas

b. Ruangan memiliki alur pendelegasian tugas dengan metode tim.

c. Ruangan memiliki batasan jam kerja dalam setiap shift dan ada penanggung jawab dalam setiap shift.

d. Karu melakukan supervisi terhadap pegawai dan pasien setiap hari

e. Adanya supervisi bidang keperawatan yang dilakukan setiap hari ke ruangan oleh pihak instalasi atau kapokja dalam pemberian pelayanan keperawatan f. Adanya kolaborasi dan koordinasi yang

baik dengan tim kesehatan lain.

a. Belum ada pemberian

pendidikan kesehatan secara terjadwal terutama untuk persiapan pasien pulang.

b. Pelaksanaan metode

penugasan tim belum murni

dilaksanakan, karena yang lebih baik dan profesional.

(44)

Strenght (Kekuatan) Weakness (Kelemahan) Opportunity (Kesempatan) Threatened (ancaman) a. Ruangan V memiliki sistem budgeting

yang diatur langsung oleh rumah sakit baik untuk pelayanan maupun untuk penggajian pegawai ruangan.

b. Adanya jasa pelayanan di luar gaji yang dikeluarkan oleh pihak rumah sakit setiap bulan dan diberikan kepada perawat

- Adanya bantuan/jaminan pembayaran

bagi masyarakat miskin melalui JAMKESMAS (jaminan kesehatan msyarakat), bantuan dari PEMPROVSU dan ASKES sosial.

-

d. Material

Strenght (Kekuatan) Weakness(Kelemahan) Opportunity (Kesempatan) Threatened (Ancaman) a. KeKeppaallaa ruruaannggaann memennggaaddaakkaann susuppeerrvviissii

2.Adanya kebutuhan dana/ anggaran dari pemerintah bekerjasama dengan perusahaan dari luar yang memasok dan mensubsidi peralatan di rumah sakit.

3.Rumah sakit RSUP HAM Medan memiliki fasilitas pemeriksaan yang lengkap dan canggih

(45)

3. Rumusan Masalah

Dari hasil pengkajian yang diperoleh oleh praktikan, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Kurangnya tenaga perawat/bidan di ruangan Rindu B 1 Obgyn 2. Kurangnya persediaan alat untuk ganti perban

3. Pemberian Pendidikan kesehatan tentang penyakit kepada pasien dan keluarga pasien belum optimal

4. Rencana Penyelesaian masalah

Berdasarkan perumusan masalah yang diperoleh, maka intervensi yang dapat dibuat untuk mengatasi masalah tersebut di atas adalah :

a. Kurangnya tenaga perawat/bidan di ruangan RB1,

(46)

b. Kurangnya persediaan alat untuk ganti perban,

Alat ganti perban yang tersedia hanya 2 set dan tidak sebanding dengan jumlah pasien yang akan dilakukan tindakan ganti perban, kerena waktu untuk mensterilkan 1 set memerlukan waktu ± 45-60 menit.

c. Pemberian Pendidikan kesehatan tentang penyakit kepada pasien dan keluarga pasien belum optimal

(47)

Planning Of Action

Tabel 2.7 Rencana Penyelesaian Masalah Berdasarkan Masalah yang Ditemukan di Ruangan RB1 RUMUSAN

- Mengusulkan kepada KaRu agar mengajukan kepada Kapokja untuk penambahan pegawai di ruangan Rindu B1 Obgyn dengan jumlah tenaga sesuai dengan ke Kapokja Lantai 1 Instalasi Rindu B

- Mei Sinaga, S.Kep - Meli Puspita, S.Kep

Kurangnya persediaan alat untuk ganti perban

- Mengusulkan kepada KaRu untuk mengamprah penambahan jumlah alat ganti perban ke Kapokja Lantai 1 Instalasi Rindu B

Sabtu, 23 Juni 2012

Adanya penambahan alat ganti perban di ruangan RB1 minimal 1 set.

- Mei Sinaga, S.Kep - Meli Puspita, S.Kep

Pendidikan kesehatan belum terlaksana oleh perawat ruangan karena beban kerja yang cukup tinggi

- Memberikan Pendidikan kesehatan tentang Kanker serviks dan Kemoterapi - Memberikan leaflet Kanker

Serviks dan Kemoterapi

Sabtu, 23 Juni 2012 Jumat, 22 Juni 2012

- Adanya leaflet yang

disediakan oleh mahasiswa PBLK sebanyak 15 lembar

(48)

- Mengusulkan kepada KaRu dan CI untuk membuat

kebijakan kepada mahasiswa-mahasiswa yang

dinas di ruangan RB1 untuk melakukan pendidikan kesehatan kepada pasien yang dirawat diruangan.

Jumat, 22 Juni 2012

- Adanya kebijakan yang dibuat KaRu dalam bentuk tertulis mengenai: pelaksanaan pendidikan

kesehatan oleh mahasiswa-mahasiswa

yang dinas di ruangan RB1

(49)

5. Implementasi

Berdasarkan rencana tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah yang ditemukan di ruang RB1, maka mahasiswa melakukan :

a. Mengusulkan kepada KaRu agar mengajukan kepada Kapokja untuk penambahan pegawai di ruangan Rindu B1 Obgyn dengan jumlah tenaga sesuai dengan perhitungan BOR. Hal ini diharapkan agar nantinya jika dipenuhi penambahan tenaga, jobdesc dan pendidikan kesehatan dapat terlaksana dengan optimal dan caring kepada pasien lebih meningkat.

b. Mengusulkan kepada KaRu dan CI untuk penambahan alat ganti perban di ruangan Rindu B1 Obgyn karena tidak sesuainya perbandingan jumlah set ganti perban dengan jumlah pasien yang akan dilakukan tindakan ganti perban.

c. Memberikan penyuluhan kesehatan tentang Kemoterapi pada tanggal 22 Juni. Materi penyuluhan disampaikan oleh Meli Puspita S.Kep dan penyuluhan diikuti oleh 10 orang pasien dengan Ca serviks dan Ca Ovarium berbagai stadium beserta dengan keluarga.

d. Memberikan penyuluhan kesehatan tentang Ca serviks pada tanggal 23 Juni 2012. Materi penyuluhan disamaikan oleh Mei Sinaga S.Kep dan penyuluhan diikuti oleh 10 orang pasien dengan Ca serviks bersama dengan keluarga. e. Mengusulkan kepada KaRu dan CI untuk membuat kebijakan kepada

(50)

mahasiswa yang dinas di ruangan RB1 diberi tugas memberikan pendidikan kesehatan kepada satu orang pasien.

6. Evaluasi

Setiap kegiatan yang direncanakan oleh praktikan dapat berjalan dengan baik. Kegiatan penyuluhan berlangsung dengan lancar. Peserta penyuluhan tampak antusias dengan materi penyuluhan yang disampaikan dan 80% peserta penyuluhan memahami materi penyuluhan yang disampaikan. Hal ini tampak dengan peserta penyuluhan mampu menjawab pertanyaan yang disampaikan oleh praktikan pada akhir penyuluhan. Pasien dan keluarga pasien juga sangat kooperatif dan tidak segan-segan untuk bertanya tentang apa yang mereka belum ketahui. Pasien dan keluarga pasien mengatakan sangat senang dan setuju dengan adanya penyuluhan tentang Kanker serviks dan kemoterapi sehingga keluarga mampu memiliki pengetahuan tentang bahaya kanker serviks dan pengobatannya serta cara mengatasi efek dari kemoterapi yang dijalani oleh pasien.

Kepala ruangan dan CI mengatakan setuju dengan jadwal dan materi penyuluhan yang telah dibuat praktikan dan akan menerapkannya di ruangan agar penyuluhan kesehatan berlangsung dengan optimal di ruangan.

C. Pembahasan

(51)

perawat/bidan di ruangan Rindu B 1 Obgyn, (2) Kurangnya persediaan alat untuk ganti perban, (3) Pemberian Pendidikan kesehatan tentang penyakit kepada pasien dan keluarga pasien belum optimal. Untuk menyelesaikan masalah tersebut, praktikan menyusun rencana tindakan yang disesuaikan dengan kemampuan praktikan. Rencana tindakan tersebut telah dilaksanakan dan dievaluasi dan kemudian dibandingkan dengan teori yang ada.

1. Kurangnya tenaga perawat/bidan di ruangan Rindu B 1 Obgyn

Perawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif serta ditujukan kepada individu, keluarga, dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh siklus kehidupan manusia (Lokakarya keperawatan Nasional 1986).

Praktik keperawatan berarti membantu individu atau kelompok dalam mempertahankan atau meningkatkan kesehatan yang optimal sepanjang proses kehidupan dengan mengkaji status, menentukan diagnose, merencanakan dan mengimplementasikan strategi keperawatan untuk mencapai tujuan, serta mengevaluasi respon terhadap perawatan dan pengobatan (National Council of State Board of Nursing). Perawat adalah orang yang mengasuh, merawat dan

melindungi, yang merawat orang sakit, luka dan usia lanjut usia (Ellis, Harley, 1980).

(52)

What it is not ). Pelayanan kesehatan yang bermutu akan tercapai kepada pasien bila perawat memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan perkembangan ilmu keperawatan. Asuhan keperawatan yang diberikan harus berlandaskan ilmu pengetahuan, dan teori keperawatan.

Jumlah dan jenis staff keperawatan yang diperlukan dipengaruhi oleh derajat dimana departemen lain memberikan pelayanan pendukung dan jumlah pasien yang memerlukan perawatan penuh dari perawat, juga dipengaruhi oleh jumlah dan komposisi staff medis dan pelayanan medis yang diberikan. Kebutuhan khusus individu, dokter, waktu dan lamanya ronde, jumlah pemeriksaan, obat-obatan dan pengobatan, jumlah dan jenis pembedahan akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas personel perawat yang diperlukan dan mempengaruhi penempatan mereka (Muninjaya, 2004).

2. Pemberian Pendidikan kesehatan tentang penyakit kepada pasien dan keluarga pasien belum optimal

(53)

kesehatan yang ditujukan bagi pasien dan keluarga merupakan promosi kesehatan yang dikembangkan di Rumah Sakit dalam rangka membantu pasien dan keluarganya agar mereka dapat mengatasi masalah kesehatannya, khususnya mempercepat kesembuhan dari penyakitnya (Notoatmodjo, 2005). Oleh karena itu Pendkes sangat penting untuk mendukung pengobatan pasien, dimana dengan memberikan pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga.

Gambar

Tabel 2.2 Jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan di ruang rawat inap RB1-
Tabel 2.3 Jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan di ruang rawat inap RB1-
TABEL 2.1 DAFTAR NAMA TENAGA DI RUANG RB1-OBGIN RSUP
Tabel 2.6 Analisa SWOT di Instalasi RB1 RSUP HAM Medan 2012
+2

Referensi

Dokumen terkait

Di sisi lain, orang tua perlu mengusahakan agar anak memiliki kesan positif terhadap disiplin, memberikan kesempatan kepada anak mendisiplin diri, siswa perlu

Analisis butir jawaban menunjukkan bahwa (1) pada indikator pengetahuan penyakit ISPA pada anak, orang tua kurang siaga dalam menangani masalah pernafasan dan Puskesmas

Gabungan dari S n dari semua segi empat yang demikian membentuk poligon luar dengan luas A ( S n ) dapat dihitung dengan menjumlahkan luas semua segi empat.. Luas

Terkait dengan rendahnya hasil belajar mata pelajaran IPS maka perlu adanya solusi yang tepat untuk mencapai hasil yang maksimal, tujuan pembelajaran yang diharapkan

memberikan pelayanan Jasa internasional Fright Forwarding.. Pembaya ran Ganti HujJi.... Peti Kemas adalah : aJat transport yang mempunyai.. dialas* say« ingin.

Hasil analisis membuktikan bahwa koefisien chi square sebesar 1,376 dan nilai p value sebesar 0,241 (P>5%), sehingga dapat dinyatakan tidak ada hubungan pengetahuan

Isolasi dan Identifikasi Bakteri Selulolitik dari Limbah Cairan Rumen Sapi Sebagai Bahan Inokulum pada Jerami. Padi (dibawah bimbingan Mirni Lamid, MP., Drh sebagai

Dalam kaitan ini, pada tanggal 15 Juni 1999 Kelompok Reformasi Hukum dan Perundang-Undangan telah mem- presentasikan hasil kajian di hadapan para pimpinan/anggota