• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dasar dasar Geologi lingkungan ma

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Dasar dasar Geologi lingkungan ma "

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

GEOLOGICAL HANDBOOK

Dasar-dasar

(2)

DASAR-DASAR GEOLOGI

Geologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bumi. Bumi

merupakan salah satu planet yang ada di sistem tatasurya kita.

Bumi didiskripsikan berbentuk bulat pepat dan berputar pada

poros pendeknya. Jari-jari bumi  6.370 km, yang terdiri dari benda padat (batuan), benda cair, dan gas (udara).

Secara umum interior bumi terdiri dari daratan (benua,

pulau-pulau, lembah-lembah, dan pegunungan), serta lautan

(lembah, palung, serta pegunungan bawah laut). Puncak

gunung tertinggi  8.000 m dpl (Pegunungan Himalaya),

sedangkan palung yang terdalam mencapai kedalaman 

10.000 meter di bawah muka laut (Palung Philipina).

Informasi utama dari susunan dalam bumi diketahui

berdasarkan informasi seismologi. Berdasarkan penyelidikan

oleh H. Jeffreys dan K.E. Bullen (1932-1942) yang mengacu

pada penyelidikan E. Wiechert (1890-an) dengan

menggunakan cepat rambat gelombang P dan S, didefinisikan

pembagian bentuk dalam (lapisan-lapisan) dari interior bumi,

yaitu terdiri dari inti dalam, inti luar, mantel bawah, dan mantel

(3)

Inti bumi (paling dalam), terdiri dari inti dalam (kedalaman 5.140-6.371 km, padat, berat, dan sangat panas), inti luar

(kedalaman 2.883-5.140 km, cair atau lelehan lebih ringan,

dan sangat panas).

Mantel, terdiri dari mesosfer (kedalaman 350-2.883 km, padat, bertekanan tinggi, panas, dan keras), astenosfer

(kedalaman 100-350 km, lemah, mudah terdeformasi oleh

panas dan tekanan, serta plastis).

Litosfer (kerak bumi), kedalaman 0-100 km, padat, dingin, kaku, rapuh, dan ringan, yang terdiri dari kerak benua

(tebal), dan kerak samudera (tipis).

(4)

Kerak benua didominasi oleh batuan yang kaya Silikat, dekat

permukaan kaya dengan alumunium (SiAl), dan pada

kedalaman yang besar kaya akan magnesium (SiMa), lihat

Gambar 2.

Pada batas bawah kerak bumi, terjadi penambahan cepat

rambat gelombang dan disebut dengan bidang diskontinuitas

Mohorivicic, dan ini juga berarti terjadinya perubahan komposisi

mineral batuan (spesies mineral), yang diinterpretasikan

sebagai perubahan komposisi dari gabbro menjadi suatu

batuan ultrabasa (mineral dunit atau eklogit).

Kerak bumi yang merupakan bagian teratas dari interior bumi

yang langsung kontak dengan oksigen dan merupakan tempat

akumulasi mineral-mineral batuan merupakan sasaran utama

dari ilmu genesa endapan bahan galian untuk dapat

mengetahui sebaran mineral-mineral berharga. Keterdapatan

mineral-mineral berharga tersebut sangat bergantung pada

jumlah (konsentrasi) mineral-mineralnya, serta letak dan bentuk

(5)
(6)

1. Kerak Bumi

Kerak bumi (earthcrust) merupakan padatan yang relatif dingin, rapuh, dan kaku (rigid) dengan BJ lebih rendah sehingga seolah-olah mengapung di atas mantel. Ini adalah bagian yang

berada di permukaan bumi sampai kedalaman 100 km.

Karena adanya perbedaan panas yang sangat tinggi antara

bagian bumi yang tengah dengan bagian bumi yang lebih luar,

maka akan terjadi perbedaan tekanan dimana tekanan pada

bagian dalam lebih besar, sehingga pergerakan magma akan

menghasilkan aliran konveksi di dalam mantel. Lelehan magma

yang lebih panas akan bergerak ke atas dan lelehan magma

yang lebih dingin tenggelam (seperti gerakan air panas dan air

dingin pada waktu kita menjerang air di atas kompor, Gambar

(7)

Gambar 3.Sketsa aliran panas pada pemanasan air di atas

(8)

Akibat aliran konveksi lelehan magma tersebut lapisan kerak

bumi yang padat dan relatif rapuh yang ada di atasnya

(mengapung) ikut bergerak sesuai dengan gerakan lelehan

magma. Pada suatu tempat tertentu lapisan kerak bumi akan

retak dan bergerak saling menjauh, dan rekahan yang

ditinggalkannya akan segera terisi oleh lelehan magma yang

kemudian juga akan membeku (disebut sebagai daerah

regangan dimana lempengan kerak bumi yang saling

berdekatan menjauh), contohnya pada laut yang dalam di

tengah samudera (Atlantik, Pasifik, dll).

Pada bagian bumi lain akan terjadi tumbukan antara

lempeng-lempeng yang saling mendekat sehingga akan terjadi

penunjaman dari salah satu lempeng tersebut. Lempeng yang

lebih tipis (lempeng samudera) akan menunjam di bawah

lempeng benua yang relatif lebih tebal, dan sering disebut

sebagai sebagai zona subduksi (subduction zone). Pada bagian yang menunjam akan meleleh menjadi magma dan

bagian dari lempeng yang lain akan mengalami perlipatan,

pengangkatan, dan pensesaran (Gambar 4).

Dengan adanya retakan/bukaan akibat terbentuknya

sesar-sesar tersebut maka pada bagian-bagian tertentu pada zona

tersebut kadang-kadang diterobos oleh lelehan batuan panas

(9)

batuan panas yang disebut sebagai dapur magma (magma chamber).

Gambar 4. Sketsa terbentuknya zona subduksi

Kalau penerobosan tersebut berlangsung sampai mencapai

permukaan bumi, maka terjadilah pembentukan deretan

gunung berapi. Magma yang keluar akan menghasilkan

material hasil letusan gunung api, yang berupa tufa, lahar,

maupun menghasilkan aliran lava panas yang akan

membentuk batuan lava di permukaan. Magma yang tidak

mencapai permukaan akan membeku di dalam bumi

(10)

2. Pembentukan Batuan

Batuan merupakan suatu bentuk padatan alami yang disusun

oleh satu atau lebih mineral, dan kadang-kadang oleh material

non-kristalin. Kebanyakan batuan merupakan heterogen

(terbentuk dari beberapa tipe/jenis mineral), dan hanya

beberapa yang merupakan homogen (disusun oleh satu

mineral atau monomineral). Tekstur dari batuan akan

memperlihatkan karakteristik komponen penyusun batuan,

sedangkan struktur batuan akan memperlihatkan proses

pembentukannya (dekat atau jauh dari permukaan).

Batuan kristalin terbentuk dari tiga proses (fisika-kimia) dasar,

yaitu kristalisasi dari suatu larutan panas (magma), presipitasi

dari larutan, serta rekristalisasi dari suatu bentuk padatan.

Proses-proses tersebut akan menghasilkan tipe atau produk

akhir dari batuan sesuai dengan kondisi atau tahapan

pembentukannya, dan kadang-kadang muncul sebagai suatu

produk residual. Berdasarkan proses pembentukannya batuan

dapat dikelompokkan sebagai batuan beku, batuan sedimen,

(11)

2.1 Batuan Beku

Batuan beku merupakan produk akhir dari magma, yang

merupakan suatu massa larutan silikat panas, kaya akan

elemen-elemen volatil, dan terbentuk jauh di bawah permukaan

bumi melalui reaksi panas (fusion) dari massa padatan. Bagian dari pelarutan pada bagian tengah lapisan kerak bumi (hasil

dari magma primer), biasanya mempunyai komposisi basaltik,

dan muncul di permukaan bumi melalui proses erupsi

membentuk batuan volkanik atau ekstrusif, atau melalui

pen-injeksian pada perlapisan atau rekahan-rekahan dalam kerak

bumi pada kedalaman yang bervariasi membentuk batuan

hipabissal (hypabyssal rocks). Magma-magma lain yang

berasal dari larutan basaltik yang melalui proses differensiasi

kadang-kadang juga muncul ke permukaan bumi.

Mineral-mineral yang pertamakali mulai mengkristal dari basalt

(pada temperatur 11000C – 12000C) membentuk mineral spinels (kromit) & sulfida, mineral-mineral jarang, serta

logam-logam berharga (spt platinum), yang sering dikenal sebagai

mineral-mineral aksesoris yang terbentuk dalam jumlah yang

sedikit pada tipe batuan tersebut. Kadang-kadang pada

temperatur terendah (pada range temperatur pembentukan),

mengkristal silikat yang kaya akan besi & magnesium (olivin),

(12)

mengandung potasium & air (mika dan amfibol). Seri

(reaksi-reaksi) pembentukan mineral pada batuan beku (basaltis)

dipelajari oleh N.L. Bowen, dan urutannya dikenal dengan

Deret (Series) Reaksi Bowen seperti yang terlihat pada

Gambar 5 dan 6.

Gambar 5. Deret (Series) Reaksi Bowen

(13)

Gambar 6. Deret reaksi Bowen, yang memperlihatkan sekuen

(14)

Pada deret ini dapat dipresentasikan dua urutan pararel, yaitu :

Seri kontinious, dimana tipe plagioklas berupa feldspar (mineral-mineral felsik) yang terbentuk setelah kristalisasi,

dan dengan proses yang berkesinambungan dengan

turunnya temperatur terbentuk komposisi yang kaya akan

kalsium (anortit) s/d komposisi yang kaya akan sodium

(albit).

Seri diskontinious, dimana mineral-mineral besi dan

magnesium terbentuk pada awal kristalisasi dari larutan dan

terendapkan dengan sempurna membentuk mineral-mineral

baru dengan suatu sekuen reaksi yaitu :

Olivine  hypersthene  augit  hornblende  biotit Berdasarkan letak dan bentuknya, batuan beku dapat

digambarkan seperti yang terlihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Sketsa pembentukan, letak, dan bentuk batuan

(15)

Batuan beku juga dapat dikelompokkan berdasarkan

perbedaan susunan kimianya, yaitu :

Batuan beku asam, dengan kandungan SiO2 > 55% (granit,

monzonit).

Batuan beku sedang, dengan kandungan SiO2 50-55%

(granodiorit, diorit, andesit).

Batuan beku basa, dengan kandungan SiO2 < 50% (basalt,

gabro).

Batuan beku sangat basa (ultra basa), tidak mengandung SiO2, tetapi mengandung banyak plagioklas dan ortoklas

(16)

2.2 Batuan Sedimen

Karena adanya perubahan iklim (panas, dingin, kering, hujan)

dan reaksi dengan zat-zat lain yang ada di permukaan bumi,

termasuk juga pembuatan manusia dan makhluk hidup lainnya,

maka batuan yang ada di permukaan bumi dapat berubah

(terombak) sehingga menjadi tidak kuat dan kompak lagi.

Akibatnya batuan tersebut akan mudah tererosi dan

ter-transport oleh aliran sungai.

Secara umum proses-proses penghancuran pada bagian yang

tinggi (lapuk, longsor, dan erosi), proses-proses pengangkutan

dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah oleh media

air, serta proses-proses pengendapan (sedimentasi) pada

bagian yang lebih rendah atau tenang (danau, sungai, lembah,

rawa, dan laut), selalu berlangsung di muka bumi. Kegiatan

atau proses-proses tersebut akan terus berlangsung sampai

ribuan atau jutaan tahun, sehingga akan terjadi pengompakan

sehingga membentuk batuan-batuan sedimen yang kompak

(batupasir, batulanau, batulempung, breksi, batugamping, dll),

lihat Gambar 8.

Kekuatan batuan sedimen sangat bervariasi, tergantung dari

tingkat konsolidasi (umur), tingkat pelapukan, dan kandungan

(17)

keras jika terkonsolidasi kuat, berumur sudah tua (tersier atau

lebih), masih segar, mengandung material/mineral keras dan

kuat (kuarsa, fragmen batuan beku, dll). Sedangkan kalau

masih muda (belum terkonsolidasi dengan baik), sudah lapuk,

dan mengandung banyak air atau terdiri dari material lunak,

akan bersifat lemah dan mudah digali/dibongkar.

Gambar 8. Sketsa proses-proses pelapukan, erosi,

transportasi, dan pengendapan batuan sedimen (atas). Sketsa

(18)

Batuan sedimen dapat tersebar sangat luas atau terbatas,

tergantung pada luas cekungan pengendapan dan material

pembentuk yang tersedia, juga pada kestabilan cekungan pada

masa yang bersangkutan, serta dapat juga bersamaan dengan

pembentukan cebakan endapan berharga/bahan tambang

misalnya :

pada proses pelapukan  endapan nikel, laterit, bauksit, dll.

pada proses pengendapan  pasirbesi, timah, besi, batubar

(19)

2.3 Batuan Hasil Aktivitas Gunung Api

Magma yang merupakan lelehan panas, pijar, dan relatif encer,

dapat bergerak dan menerobos ke permukaan bumi melalui

rongga-rongga yang terbentuk oleh proses tektonik (bidang

sesar). Selain berupa padatan, magma juga mengandung uap

air dan gas yang bervariasi komposisinya.

Pada saat menerobos ke permukaan bumi, magma yang agak

kental dan bertekanan rendah maka akan muncul berupa

lelehan lava panas yang mengalir dari kepundan/kawah ke

lereng gunung, dan secara pelan-pelan membeku mulai dari

bagian ujung dan luarnya, sedangkan bagian tengahnya masih

akan mengalir dan meninggalkan rongga-rongga di dalam lava

(lava berongga).

Kalau magma tersebut encer dan bertekanan tinggi, maka akan

terjadi letusan gunung api. Sumbat kepundan akan hancur dan

terlempar ke sekitarnya dan bersamaan dengan itu sebagian

magma panas juga akan terlempar ke udara. Akibat dari

letusan tersebut terjadi proses pendinginan yang cepat,

sehingga magma akan membeku dengan cepat dan

membentuk gelas (obsidian), tufa atau abu halus, lapili dan

bom (berupa batuapung dengan rongga-rongga gas). Material

(20)

tempat yang lebih jauh, sedangkan bom, lapili, dan gelas, dan

material-material lain yang berukuran pasir dan kerikil akan

(21)

2.4 Batuan Metamorf

Batuan yang sudah ada/terbentuk, dapat juga mengalami

perubahan menjadi batuan lain oleh proses metamorfosa

(suatu proses yang dipengaruhi oleh aktivitas panas dan

tekanan yang tinggi). Karena perubahan temperatur, tekanan,

atau temperatur dan tekanan (secara bersama) akan merubah

struktur dalam (kristal) dari mineral-mineral yang menyusun

batuan tersebut. Dalam proses metamorfosa ini dianggap tidak

ada penambahan unsur dari luar.

AB + CD  AC + BD

Misalnya suatu batuan mengandung 2 mineral yang

masing-masing mempunyai unsur AB dan CD. Setalah proses

metamorfosa yang terbentuk adalah mineral baru dengan

susunan unsur AC dan BD.

Contoh lain : CaCO3  CaCO3

(batugamping) (marmer)

Secara umum pada batuan metamorf dikenal mempunyai 3

macam struktur, yaitu :

 gneis, yang terdiri dari gabungan mineral-mineral pipih (mika) dengan mineral bulat (kuarsa, garnet, silimanit, dll).

 sekis, yang terdiri dari susunan mineral-mineral pipih (terutama mika).

 filit, yang terdiri dari mineral-mineral sangat halus (batu

(22)

2.5 Siklus Batuan

Secara alami semua batuan bisa berubah menjadi batuan lain

seperti yang terlihat pada Gambar 9.

(23)

Keterangan :

1. Magma membeku membentuk batuan beku pada kerak bagian dalam.

2. Kerak dalam kalau terangkat ---> di permukaan bumi.

3. Aktivitas atmosfir akan merubah batuan menjadi lapuk, tererosi, tertransportasi dan diendapkan menjadi sedimen. 4. Karena beban dan konsolidasi serta penyemenan, sedimen

berubah menjadi batuan sedimen yang kompak dan keras. 5.a. Batuan sedimen dapat terangkat ke permukaan bumi.

b. Atau mengalami proses metamorfosa menjadi batuan metamorf.

c. Batuan sedimen juga bisa tenggelam (penunjaman) dan meleleh menjadi magma baru (mantel).

6.a. Batuan metamorf dapat terangkat ke permukaan bumi. b. Atau tenggelam menjadi magma baru (mantel).

(24)

3. Stratigrafi

Secara umum stratigrafi diartikan sebagai suatu kesatuan ciri

batuan yang berbeda dengan di atas dan di bawahnya. Stratum

dibatasi dari stratum lainnya oleh bidang perlapisan atau ciri-ciri

lain yang membedakannya dari yang berbatasan.

Penggolongan batuan berdasarkan lapisan-lapisan batuan di

bumi menjadi satuan-satuan batuan berdasarkan ciri-ciri

litologinya disebut dengan litostratigrafi.

Beberapa konsep stratigrafi yang perlu diketahui antara lain :

Superposisi (Steno, 1669), yaitu lapisan yang lebih muda selalu berada di atas lapisan batuan yang lebih tua.

Kedataran (Steno, 1669), yaitu susunan lapisan yang

kedudukannya tidak horizontal berarti telah mengalami

proses geologi lain setelah pengendapannya.

Kesinambungan (Steno, 1669), yaitu pada dasarnya batas hasil suatu pengendapan berupa bidang perlapisan akan

menerus sampai penyebab kejadiannya menghilang pada

suatu tempat.

Perubahan-perubahan posisi muka air laut (transgresi dan

regresi) sangat mempengaruhi proses pembentukan batuan

(25)

sangat tergantung pada kondisi lingkungan pengendapan pada

waktu tersebut (sekuen stratigrafi). Jika hubungan antar lapisan

tidak normal (karena urutannya tidak menerus, atau karena

sebagian lapisan hilang akibat proses geologi) dikenal dengan

istilah ketidakselarasan (unconformity).

Secara umum yang dapat dipelajari dari penampang stratigrafi

suatu daerah antara lain : mengetahui urutan-urutan

pengendapan batuan di daerah tersebut, mengetahui susunan

batuan, ketebalan, dan hubungan setiap lapisan, dapat

memberikan gambaran dalam melakukan interpretasi

(26)

4. Mineralogi

Mineral didefinisikan sebagai bahan/zat anorganik padat yang

homogen, terbentuk di alam dan mempunyai susunan kimia

dan sistem kristal tertentu. Beberapa contoh mineral dapat

dilihat pada Tabel I.

Tabel 1. Contoh beberapa mineral

Komposisi kimia Sistem kristal Nama mineral

Ca Co3 Rombohedral Kalsit

Ca Co3 Ortorombik Aragonit

PbS Isometrik Galena

Fe2O3 Rombohedral Hematit

Fe2O4 Isometrik Magnetit

NaCl Isometrik Halit

CaSO4 Ortorombik Anhidrit

CaSO4 . 2H2O Monoklin Gipsum

C Isometrik Intan

C Heksagonal Grafit

FeS2 Isometrik Pyrit

FeS Heksagonal Pyrotit

Ada bahan lain yang tidak dapat disebut sebagai mineral,

(27)

merupakan bahan organik), H2O (air, karena bukan benda

padat).

Mineral dapat merupakan bahan berharga/bahan tambang

seperti : Cu5FeS4 (bornit, merupakan bijih tembaga), CuFeS4

(kalkopirit, merupakan bijih tembaga), Fe2O3 (hematit,

merupakan bijih besi), Fe3O4 (magnetit, merupakan bijih besi),

dll. Atau dapat merupakan gangue (pengotor) bahan tambang (dibuang), misalnya : SiO2 (kuarsa, pada tambang timah),

FeS2 (pirit, pada tambang tembaga, emas), Na-Ca Si3O8

(28)

5. Struktur Geologi

Struktur geologi adalah suatu struktur atau kondisi geologi yang

ada di suatu daerah sebagai akibat dari terjadinya

perubahan-perubahan pada batuan oleh proses tektonik atau proses

lainnya. Dengan terjadinya proses tektonik, maka batuan

(batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf) maupun

kerak bumi akan berubah susunannya dari keadaannya

semula. Struktur geologi (makro) yang penting untuk diketahui

antara lain ; bidang perlapisan, sistem sesar, sistem perlipatan,

sistem kekar, dan bidang ketidakselarasan.

5.1 Bidang Perlapisan

Bidang perlapisan hanya ditemukan pada batuan sedimen,

yaitu suatu bidang yang memisahkan antara suatu jenis batuan

tertentu dengan batuan lain yang diendapkan kemudian,

misalnya batas antara lapisan batupasir dengan batugamping,

atau batas lapisan batupasir yang satu dengan batupasir

lainnya yang dapat dibedakan (Gambar 10). Biasanya batuan

sedimen terdiri dari banyak sekali lapisan-lapisan yang

berurutan dari tua ke muda, sehingga banyak pula bidang

perlapisannya. Bidang perlapisan tersebut merupakan bagian

(29)

sedimennya, karena itu dalam analisis kemantapan posisinya

menjadi sangat penting.

Gambar 10. Skema susunan perlapisan batuan sedimen

5.2 Sistem Sesar

Sesar atau patahan (fault) adalah suatu bidang yang terbentuk

karena kekuatan batuan tidak dapat menahan lagi

tekanan/beban yang ada sehingga akhirnya batuan tersebut

patah. Setelah terjadinya sesar tersebut, kedua bagian yang

tadinya berhubungan dapat bergeser naik, turun, atau bergeser

secara mendatar (Gambar 11).

Sesar yang terbentuk karena proses tektonik yang kuat

(30)

menghasilkan sesar-sesar lain yang lebih kecil di sekitarnya

sehingga dapat membentuk suatu sistem sesar yang kompleks

(Gambar 12).

(31)

Gambar 12. Sketsa sistem sesar.

5.3 Sistem Perlipatan

Karena aktivitas tektonik, lapisan batuan sedimen yang relatif

elastis akan mengalami tekanan yang tinggi dan terlipat, dan

membentuk sistem sinklin-antiklin. Pada sistem perlipatan

maka lapisan batuan yang tadinya mendatar akan berubah

posisinya menjadi miring dengan sudut kemiringan (dip) dan

(32)
(33)
(34)

Apabila besarnya tegangan yang bekerja pada batuan sedimen

tersebut melampaui batas elastisnya, maka sistem tersebut

akan mengalami penyesaran dan pergeseran (Gambar 15).

Sedangkan kalau tidak terlalu besar, maka pada bagian-bagian

tertentu mungkin akan terbentuk sistem kekar tarik (pada

batuan yang rapuh/getas).

Gambar 15. (a). Sketsa macam-macam perlipatan,

(35)

(b). Sketsa Perlipatan yang tersesarkan normal

Perlipatan menghasilkan bagian punggungan perlipatan yang

disebut sebagai antiklin dan bagian lembah yang disebut

sebagai sinklin. Jarak antara antiklin dengan sinklin di dekatnya

juga bervariasi, tergantung pada besarnya gaya yang

membentuknya. Demikian juga mengenai kemiringan yang

terbentuk pada perlipatan tersebut, yaitu tergantung pada

amplitudo dan frekuensi yang terjadi.

Lapisan batuan yang tidak mendatar lagi (miring) posisinya

dinyatakan dalam jurus dan kemiringannya (strike/dipnya),

sehingga dibutuhkan interpretasi untuk mengkorelasikannya

(36)

Gambar 16. Beberapa kemungkinan interpretasi singkapan

yang telah mengalami perlipatan.

5.4 Sistem Kekar

Seperti juga pada sesar dan perlipatan, kekar umumnya

terbentuk karena proses tektonik yang terjadi pada suatu

daerah tertentu. Dalam hal ini kekar merupakan akibat lanjutan

dan proses pembentuk sesar atau perlipatan. Kalau kekuatan

suatu batuan (kuat tekan atau kuat tarik) tidak sanggup lagi

melawan tegangan yang ada, maka batuan tersebut akan

(37)

terjadi pergeseran yang besar disebut terjadi sesar, sedangkan

dalam ukuran retakan tersebut kecil (hanya sampai beberapa

meter) dan relatif tidak terjadi pergeseran disebut sebagai

kekar (Gambar 17).

Pada suatu batuan yang sama dalam daerah yang relatif kecil

sering terdapat beberapa pasang kekar yang berbeda (sistem

kekar). Kekar-kekar yang mempunyai orientasi (jurus dan

kemiringan) sama disebut sebagai satu set kekar. Dalam suatu

sistem kekar bisa terdapat lebih dari satu set kekar.

(38)

Permukaan bidang kekar ada yang halus, kasar,

bergelombang, licin, dll, tergantung pada jenis batuan,

kekuatan batuan, besarnya gaya, dan jenis gaya yang bekerja

padanya.

yang sama, dan kerapatan/jarak kekar

5.5 Pengaruh Struktur

5.5.1 Terhadap kekuatan/kestabilan batuan

Adanya struktur sangat mempengaruhi kekuatan batuan,

karena bidang-bidang struktur tersebut jelas mengganggu

kontinuitas kekuatan batuan, baik dalam skala besar maupun

kecil. Misalnya : batuan beku yang utuh kuat sekali dan karena

itu stabil tetapi apabila ada kekar atau sesar kekuatannya akan

berkurang (Gambar 18), sedimen berlapis (Gambar 19), dan

(39)
(40)
(41)

Gambar 20. Batuan yang terkekarkan memberikan indikasi

longsoran membaji

5.5.2 Terhadap mineralisasi

Struktur (terutama sesar dan sistem kekar), yang terbentuk

sebelum mineralisasi sangat penting artinya karena merupakan

saluran dan tempat berkumpulnya mineral berharga, terutama

dalam pembentukan endapan hidrothermal (Gambar 21).

(42)

Gambar 21. Sketsa cebakan hidrothermal

Struktur yang terbentuk sesudah mineralisasi atau

terbentuknya suatu cebakan bahan galian akan memindahkan

bahan galian tersebut ke tempat lain, sehingga sulit dicari atau

(43)
(44)

Handbook ini didownload dari:

Gambar

Gambar 1.  Interior dalam kerak bumi.
Gambar 2.  Komposisi (susunan) irisan dalam bumi.
Gambar 3.Sketsa aliran panas pada pemanasan air di atas
Gambar 4. Sketsa terbentuknya zona subduksi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam kerangka ini, maka pertanyaan yang mengmuka adalah kondisi seperti apa yang 

Mekanisme harga dalam ekonomi konvensional merupakan hasil interaksi antara jumlah permintaan dan jumlah penawaran, dimana harga dicapai pada titik keseimbangan

Pada analisis kondisi di tahun prediksi tahun 2021 dan tahun 2026 baik tanpa ataupun dengan pembangunan apartemen menunjukan kinerja yang semakin menurun dengan nilai

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, hidayah, dan tak lupa sholawat serta salam teruntuk Nabi Muhammad yang selalu memberikan

Dalam paparan teori pada tahap identifikasi masalah yakni langkah yang digunakan untuk mengumpulkan data yang berfungsi untuk mengenal kasus-kasus besera gejala-gejala yang

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan peran media pembelajaran dalam meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran Fiqh serta

Bertitik tolak pada masalah di atas, maka dilakukan penelitian hidrologi dan hidrogeologi di daerah penelitian dengan menganalisa curah hujan dan penentuan

Ground Penetrating Radar adalah metoda geofisika yang dikembangkan sebagai salah satu alat bantu untuk penelitian geologi bawah permukaan dangkal dengan menggunakan prinsip dari