• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pencemaran Lingkungan di Pantai Kuta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pencemaran Lingkungan di Pantai Kuta"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pariwisata sedang dikembangkan dengan giat di Indonesia. Pariwisata adalah industri yang kelangsungan hidupnya sangat ditentukan oleh baik buruknya lingkungan dan sangat peka dengan kerusakan lingkungan, misalnya pencemaran oleh limbah domestik yang berbau dan tampak kotor, sampah yang bertumpuk dan kerusakan pemandangan yang disebabkan oleh ulah dari manusia itu sendiri.

Pada umumnya, masyarakat di Bali memiliki kesadaran bahwa pariwisata memberikan kontribusi ekonomi yang besar bagi pembangunan daerah. Menurut Erawan (1994:17) dan Bendesa (2008:5), pariwisata memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan ekonomi Bali. Namun, masa depan Bali mulai dipertanyakan apabila kondisi lingkungan hidup semakin rusak. Menurut Picard (2006:276), pencemaran lingkungan menjadi ancaman besar bagi masa depan Bali. Gangguan kebersihan dapat menyebabkan dampak terhadap perkembangan pariwisata akibat kesan negatif wisatawan terhadap pemandangan Bali yang dikotori oleh sampah.

(2)

lingkungan hidup di kawasan yang telah berkembang menjadi segitiga emas pertumbuhan ekonomi Bali tersebut sangat memprihatinkan. Apalagi, masyarakat Bali sebagai pendukung budaya setempat dikenal luas memiliki konsep nilai yang mengedepankan keharmonisan dengan alam, sangat menghargai keindahan, dan nilai-nilai spiritual seharusnya memberikan kontribusi yang besar pada pembentukan citra kawasan yang baik.

Naradha (2004:224), menuliskan penyebab pencemaran lingkungan hidup di Bali, yaitu perilaku masyarakat yang tidak ramah lingkungan. Hal itu didapatkan dalam survei terhadap 406 pemilik telepon di Bali yang dilakukan oleh Bali Post, yang menyatakan sebanyak 322 responden (80%) menyebutkan kerusakan tersebut akibat pemerintah kurang tegas menegakkan aturan yang ada.

Pantai dan segala daya tariknya, menjadi motor penggerak bagi wisata alam, khususnya yang berbasis pada potensi wisata pantai, (Fandeli, 1997). Pemanfaatan pantai sebagai tempat pembangunan pariwisata tentu berakibat pada makin beratnya beban yang harus didukung oleh lingkungan. Sebagai akibatnya kualitas lingkungan pantai menjadi menurun seperti semakin sempitnya garis pantai, tidak tertatanya lingkungan akibat banyaknya komponen buatan yang tumbuh disekitarnya. Semakin sedikitnya sumber daya yang dapat dimanfaatkan seperti biota dan terumbu karang, hal ini diakibatkan oleh munculnya berbagai limbah pada ekosistem pantai.

(3)

lainnya adalah masyarakat yang tidak mempunyai septik tank (25 %) dan masyarakat yang tidak peduli terhadap lingkungan (18%). Ketiga pernyataan tersebut memiliki kesamaan karena menunjukkan perilaku masyarakat yang tidak ramah lingkungan, sehingga merupakan satu kesatuan (80%).

Ada lebih dari 13 pantai di Bali yang dikenal sebagai tujuan wisata, salah satunya adalah Pantai Kuta. Pantai Kuta adalah sebuah tempat pariwisata yang terletak di kecamatan Kuta, Badung, Bali, Indonesia. Daerah ini merupakan sebuah tujuan wisatawan baik domestik maupun mancanegara, dan telah menjadi objek wisata Pulau Bali sejak awal tahun 1970. Selain keindahan pantai, wisata Pantai Kuta juga menawarkan berbagai jenis hiburan seperti bar, restoran, pertokoan, hotel dan toko-toko kelontong, serta pedagang kaki lima di sepanjang pantai. Setiap tahun, pengunjung Pantai Kuta kerap mengeluhkan masalah kebersihan dan tumpukan sampah, terutama saat musim liburan. Permasalahan ini memperoleh perhatian utama dari berbagai organisasi masyarakat dan industri-industri pariwisata yang berada di wilayah Pantai Kuta.

(4)

telah melampaui daya dukungnya maka kualitas air akan turun. Lingkungan perairan tidak sesuai lagi dengan batas baku mutu yang ditetapkan, perairan tersebut telah tercemar baik secara fisik, kimia maupun mikrobilogi. Hal ini di samping sangat berpengaruh terhadap komunitas yang ada di dalamnya, juga sangat berpengaruh terhadap masyarakat yang memanfaatkan perairan pantai.

Berdasarkan hasil penelitian Bapedal Kabupaten Badung bekerjasama dengan PPLH Unud (2004), kondisi perairan Pantai Kuta bila dilihat dari segi peruntukannya kondisinya sudah kurang baik. Sebagai air untuk pariwisata dan rekreasi, ada beberapa parameter fisik, kimia dan mikrobiologi telah melampaui ambang batas yang ditetapkan baik di musim hujan, maupun musim kemarau. Perairan Pantai Kuta juga sering mendapat kiriman sampah setiap musim barat. Perlu diupayakan pencegahannya seminimal mungkin sehingga perairan pantai menjadi aman untuk mandi, renang, dan menyelam.

(5)

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana profil Pantai Kuta?

1.2.2 Bagaimana kondisi pencemaran di Pantai Kuta? 1.2.3 Apa penyebab pencemaran di Pantai Kuta?

1.2.4 Upaya-upaya apa saja yang dilakukan untuk mengatasi pencemaran di Pantai Kuta?

1.2.5 Peraturan-peraturan apa saja yang dibuat oleh pemerintah dalam rangka menanggulangi pencemaran di Pantai Kuta?

1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk mengetahui profil Pantai Kuta.

1.3.2 Untuk mengetahui bagaimana kondisi pencemaran di Pantai Kuta. 1.3.3 Untuk mengetahui apa penyebab pencemaran di Pantai Kuta.

1.3.4 Untuk mengetahui upaya-upaya apa saja yang dilakukan untuk mengatasi pencemaran di Pantai Kuta.

1.3.5 Untuk mengetahui peraturan-peraturan apa saja yang dibuat oleh pemerintah dalam rangka menanggulangi pencemaran di Pantai Kuta.

BAB II

(6)

2.1 Pariwisata

Berdasarkan UU RI Nomor 9 tahun 1990 Bab 1 Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 1, pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut.

Menurut Soekadijo (1997) pengertian pariwisata adalah segala kegiatan dalam masyarakat yang berhubungan dengan wisatawan. Definisi lain dikemukakan oleh Pakar pariwisata dari Swiss yaitu Hunziker dan Krapt menyatakan bahwa : Pariwisata adalah keseluruhan fenomena (gejala) dan hubungan yang ditimbulkan oleh perjalanan dan persinggahan manusia di luar tempat tinggalnya, dengan maksud bukan untuk tinggal menetap di tempat yang disinggahinya dan tidak berkaitan dengan pekerjaan yang menghasilkan upah.

2.2 Pembangunan Pariwisata

(7)

Pengembangan pariwisata harus mengacu dan memperhatikan ketentuan Pasal 12, Pasal 13 dan Pasal 14 Undang Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup sebagai berikut:

 Pasal 12

1. Pemanfaatan sumber daya alam dilakukan berdasarkan Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (RPPLH)

2. Dalam hal RPPLH sebagaimana dimaksud pada ayat (1) belum tersusun, pemanfaatan sumber daya alam dilaksanakan berdasarkan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup dengan memperhatikan: a. keberlanjutan proses dan fungsi lingkungan hidup; b. keberlanjutan produktivitas lingkungan hidup; dan c. keselamatan, mutu hidup, dan kesejahteraan masyarakat.

3. Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh:

a. Menteri untuk daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup nasional dan pulau/kepulauan;

b. Gubernur untuk daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup lingkungan hidup provinsi dan ekoregion lintas kabupaten/kota; atau

c. Bupati/walikota untuk daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup kabupaten/kota dan ekoregion di wilayah kabupaten/kota.

4. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penetapan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dalam peraturan pemerintah.

 Pasal 13

1. Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup dilaksanakan dalam rangka pelestarian fungsi lingkun gan hidup.

2. Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. pencegahan;

(8)

3. Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan sesuai dengan kewenangan, peran, dan tanggung jawab masing-masing.

 Pasal 14: Instrumen pencegahan pencemaran dan/ atau kerusakan lingkungan hidup terdiri atas: KLHS; tata ruang; baku mutu lingkungan hidup; kriteria baku kerusakan lingkungan hidup; amdal; UKL-UPL; perizinan; instrumen ekonomi lingkungan hidup; peraturan perundang-undangan berbasis lingkungan hidup; anggaran berbasis lingkungan hidup; analisis risiko lingkungan hidup; audit lingkungan hidup; dan instrumen lain sesuai dengan kebutuhan dan/ atau perkembangan ilmu pengetahuan.

2.3 Lingkungan Hidup

Lingkungan menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, Poerwadarminta (Neolaka;2008;25) adalah berasal dari kata lingkung yaitu sekeliling, sekitar. Lingkungan adalah bulatan yang melingkupi atau melingkari, sekalian yang terlingkung disuatu daerah sekitarnya. Menurut ensiklopedia Umum (1977) lingkungan adalah alam sekitar termasuk orang-orangnya dalam hidup pergaulan yang mempengaruhi manusia sebagai anggota masyarakat dalam kehidupan dan kebudayaannya. Dalam Ensiklopedia Indonesia(1983) lingkungan adalah segala sesuatu yang ada diluar suatu organisme meliputi :

1. Lingkungan mati (abiotik) yaitu lingkungan diluar suatu organisme yang terdiri atas benda atau faktor alam yang tidak hidup, seperti bahan kimia, suhu, cahaya, gravitasi, atmosfir dan lainnya.

(9)

Menurut Undang – Undang RI No. 4 tahun 1982, tentang ketentuan-ketentuan pokok Pengelolaan lingkungan hidup dan Undang-Undang RI No 23 tahun 1997 tentang Pengolahan Lingkungan Hidup, dikatakan bahwa Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya keadaan, dan mahluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya.

Pada penjelasan pasal tersebut dinyatakan bahwa lingkungan hidup merupakan sistem yang meliputi lingkungan alam, lingkungan buatan dan lingkungan sosial yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya. Oleh sebab itu keberadaan lingkungan hidup harus turut dipertimbangkan dalam setiap pengelolaan suatu kegiatan manusia termasuk pengelolaan sampah pemukiman, karena lingkungan hidup manusia adalah sistem dimana berada perwujudan atau tempat dimana terdapat kepentingan manusia di dalamnya (Soerjadi;1988). Lingkungan Hidup menurut Perda Provinsi Bali Nomor 4 Tahun 2005 adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan mahluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan peri kehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lain.

Pengelolaan lingkungan hidup menurut Perda Provinsi Bali Nomor 4 Tahun 2005 adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, penagwasan dan pengendalian lingkungan hidup.

(10)

(2) UU No. 23 Tahun 1997). Lebih lanjut dikatakan dalam Pasal 3 UU Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 23 Tahun 1997, bahwa pengelolaan lingkungan hidup yang diselenggerakan dengan asas tanggung jawab, asas keberlanjutan dan asas manfaat bertujuan untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya yang beriman dan bertagwa kepada Tuhan Yang maha Esa. Dan yang menjadi sasaran pengelolaan lingkungan hidup ini adalah (Pasal 4 UUPLH No. 23 Tahun 1997) :

1. Tercapainya keselarasan dan keseimbangan antara manuisa dengan lingkungan hidupnya.

2. Terwujudnya manusia Indonesia sebagai insan lingkungan hidup yang memiliki sikap dan tindak melindungi dan membina lingkungan hidup.

3. Terjaminnya kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan 4. Tercapainya kelestarian fungsi lingkungan hidup.

5. Terkendalinya pemanfaatan sumer daya secara bijaksana.

6. Terlindunginya Negara Kesatuan Republik Indonesia terhadap dampak usaha dan/atau kegiatan diluar wilayah Negara yang menyeabkan pencemaran dan/atau perusak lingkungan hidup. (dalam Neolaka,2008;113)

Pemerintah dalam hal ini Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) telah merancang tujuan dari pengelolaan lingkungan hidup yaitu : (tahun 2004-2009)

1. Mewujudkan perbaikan kualitas fungsi lingkungan hidup dengan :

a. Penurunan beban pencemaran lingkungan meliputi air, udara, atmosfir, laut dan tanah.

(11)

c. Terintegrasinya dan diterapkannya pertimbangan pelestarian fungsi lingkungan dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pengawasan pemanfaatan ruang dan lingkungan.

2. Meningkatnya kepatuhan para pelaku pembangunan untuk menjaga kualitas fungsi lingkungan hidup.

3. Mewujudkan tata pemerintahan yang baik dibidang pengelolaan lingkungan hidup. Dengan terwujudnya pengarusutamaan prinsip tata pemerintahan dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup dipusat dan daerah ( Zoer`aini,2009;25)

Dalam upaya untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup atau untuk mendapatkan mutu lingkungan yang baik, dilakukan upaya memperbesar manfaat lingkungan dan memperkecil resiko lingkungan, agar pengaruh yang merugikan dapat dijauhkan sehingga kawasan lingkungan hidup dapat terpelihara.

(12)

2.4 Dampak Pembangunan Pariwisata

Usaha pengelolaan pariwisata mempunyai pengaruh yang tidak dapat dihindari sebagai akibat datangnya wisatawan ke suatu wilayah tertentu yang mempunyai kondisi berbeda dari tempat asal wisata tersebut.

Menurut John M. Bryden (1973) menyebutkan suatu penyelenggaraan kegiatan pariwisata dan objek wisata dapat memberikan setidaknya adanya enam butir dampak positif, yaitu:

 Penyumbangan devisa Negara  Menyebarkan pembangunan  Menciptakan lapangan kerja

 Memacu pertumbuhan ekonomi melalui multiplier effect

 Wawasan masyarakat tentang bangsa-bangsa di dunia semakin luas

 Mendorong semakin meningkatnya pendidikan dan keterampilan penduduk

Abdurrachmat dan E. Maryani menjelaskan dampak-dampak negatif yang timbul dari pariwisata yaitu:

 Semakin ketatnya persaingan harga antar sector  Harga lahan yang semakin tinggi

 Mendorong timbulnya inflasi

 Bahaya terhadap ketergantungan yang tinggi dari Negara terhadap pariwisata  Meningkatnya kecenderungan impor

 Menciptakan biaya-biaya yang banyak

 Perubahan system nilai dalam moral, etika, kepercayaan, dan tata pergaulan dalam masyarakat, misalnya mengikis kehidupan bergotong royong, sopan santun, dan lain-lain.

 Memudahkan kegiatan mata-mata dan penyebaran obat terlarang

 Dapat meningkatkan pencemaran lingkungan seperti sampah, vandalism, rusaknya habitat flora dan fauna tertentu, polusi air, udara, tanah, dsb

(13)

Dalam Undang-undang Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 32 Tahun 2009 dijelaskan polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya. Zat atau bahan yang dapat mengakibatkan pencemaran disebut polutan. Syarat-syarat suatu zat disebut polutan bila keberadaannya dapat menyebabkan kerugian terhadap makhluk hidup.

Sifat polutan antara lain:

1. Merusak untuk sementara, tetapi bila telah bereaksi dengan zat lingkungan tidak merusak lagi, dan

2. Merusak dalam jangka waktu lama seperti Pb tidak merusak bila konsentrasinya rendah. Akan tetapi dalam jangka waktu yang lama, dapat terakumulasi dalam tubuh sampai tingkat yang merusak.

Beberapa macam pencemaran yaitu:

1. Pencemaran tanah

(14)

beracun di tanah tersebut dapat berdampak langsung kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat mencemari air tanah dan udara di atasnya.

2. Pencemaran air

Bahan polutan yang dapat menyebabkan polusi air antara lain limbah pabrik, detergen, pestisida, minyak, dan bahan organis yang berupa sisa-sisa organism yang mengalami pembusukan.

3. Pencemaran udara

Pencemaran udara dapat bersumber dari manusia atau dapat berasal dari alam. Pencemaran oleh alam misalnya letusan gunung berapi yang mengeluarkan debu, gas CO, SO2, dan H2S. partikel-partikel zat padat yang mencemari udara di antara nya berupa debu, jelaga, dan partikel logam. Partikel logam yang paling banyak menyebabkan pencemaran adalah Pb yang berasal dari pembakaran bensin yang mengandung TEL (tetraethyl timbel).

4. Pencemaran suara

Polusi suara disebabkan oleh suara bising kendaraan bermotor, kapal terbang, deru mesin pabrik, atau tape recorder yang berbunyi keras sehingga mengganggu pendengaran.

2.5.1 Limbah

(15)

yang tidak berarti dan tidak berharga limbah bisa berarti sesuatu yang tidak berguna dan dibuang oleh kebanyakan orang, mereka menganggapnya sebagai sesuatu yang tidak berguna dan jika dibiarkan terlalu lama maka akan menyebabkan penyakit atau merugikan. Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi, baik dari proses industri maupun domestik (rumah tangga, yang lebih dikenal sebagai sampah), yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis atau bersifat merugikan.

Menurut kamus besar bahasa Indonesia limbah memiliki beberapa pengertian yakni : (1) limbah adalah sisa proses produksi, (2) limbah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai/tidak berharga untuk maksud biasa atau utama dalam pembuatan/pemakaian, (3) limbah adalah barang cacat atau rusak dalam proses produksi. Menurut UU No. 32/2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, limbah didefinisikan sebagai sisa suatu usaha dan atau kegiatan.

Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan, terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah. Karakteristik limbah yaitu: berukuran mikro, dinamis, berdampak luas (penyebarannya), dan berdampak jangka panjang (antar generasi). Sedangkan faktor yang mempengaruhi kualitas limbah yaitu : volume limbah, kandungan bahan pencemar, dan frekuensi pembuangan limbah.

(16)

1. Limbah cair atau air limbah adalah air yang tidak terpakai lagi, yang merupakan hasil dari berbagai kegiatan manusia sehari-hari;

2. Limbah padat, adalah benda-benda yang keberadaannya melebihi jumlah normal dan tidak berfungsi sebagaimana mestinya (merugikan);

3. Limbah gas dan partikel, adalah gas dan partikel yang jumlah atau keberadaannya bersifat merugikan; dan

4. Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun).

Pengelompokan Limbah Berdasarkan Bentuk atau Wujudnya dapat dibagi menjadi empat diantaranya yaitu: limbah cair, limbah padat, limbah gas dan limbah suara. Artikel ini akan menjelaskan secara rinci masing-masing jenis limbah ini.

1. Limbah cair

Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air menjelaskan pengertian dari limbah yaitu sisa dari suatu hasil usaha dan atau kegiatan yang berwujud cair. Pengertian limbah cair lainnya adalah sisa hasil buangan proses produksi atau aktivitas domestik yang berupa cairan. Limbah cair dapat berupa air beserta bahan-bahan buangan lain yang tercampur (tersuspensi) maupun terlarut dalam air. Limbah cair dapat diklasifikasikan dalam empat kelompok diantaranya yaitu:

(17)

 Limbah cair industri (industrial wastewater), yaitu limbah cair hasil buangan industri. Contohnya yaitu: sisa pewarnaan kain/bahan dari industri tekstil, air dari industri pengolahan makanan, sisa cucian daging, buah, atau sayur.

 Rembesan dan luapan (infiltration and inflow), yaitu limbah cair yang berasal dari berbagai sumber yang memasuki saluran pembuangan limbah cair melalui rembesan ke dalam tanah atau melalui luapan dari permukan. Air limbah dapat merembes ke dalam saluran pembuangan melalui pipa yang pecah, rusak, atau bocor sedangkan luapan dapat melalui bagian saluran yang membuka atau yang terhubung kepermukaan. Contohnya yaitu: air buangan dari talang atap, pendingin ruangan (AC), bangunan perdagangan dan industri, serta pertanian atau perkebunan.

 Air hujan (storm water), yaitu limbah cair yang berasal dari aliran air hujan di atas permukaan tanah. Aliran air hujan dipermukaan tanah dapat melewati dan membawa partikel-partikel buangan padat atau cair sehingga dapat disebut limbah cair.

(18)

Limbah cair yang tidak ditangani atau diolah dengan baik dapat menimbulkan dampak yang besar bagi pencemaran lingkungan serta dapat menjadi sumber penyakit bagi masyarakat. Industri primer pengolahan hasil hutan merupakan salah satu penyumbang limbah cair yang berbahaya bagi lingkungan. Bagi industri-industri besar, seperti industri pulp dan kertas, teknologi pengolahan limbah cair yang dihasilkannya mungkin sudah memadai, namun tidak demikian bagi industri kecil atau sedang. Selain itu, limbah cair domestik biasanya tidak terlalu diperhatikan dengan baik padahal kalau dibiarkan terus menerus dalam jangka waktu lama dapat menjadi masalah bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat. Sebagai contoh, limbah air deterjen sisa cucian apabila dibiarkan dalam jangka panjang akan menjadi sumber pencemaran lingkungan dan menjadi sumber penyakit bagi masyarakat. Mengingat penting dan besarnya dampak yang ditimbulkan oleh limbah cair bagi lingkungan, sehingga penting bagi sektor industri maupun domestik untuk memahami dasar-dasar teknologi pengolahan limbah cair.

Teknologi pengolahan air limbah adalah kunci dalam memelihara kelestarian lingkungan. Apapun macam teknologi pengolahan air limbah domestik maupun industri yang dibangun harus dapat dioperasikan dan dipelihara oleh masyarakat setempat. Teknologi pengolahan yang dipilih harus sesuai dengan kemampuan teknologi masyarakat yang bersangkutan. Pengolahan limbah cair dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu: pengolahan secara biologi, pengolahan secara fisika, dan pengolahan secara kimia.

(19)

Limbah padat adalah sisa hasil kegiatan industri ataupun aktivitas domestik yang berbentuk padat. Contoh dari limbah padat diantaranya yaitu: kertas, plastik, serbuk besi, serbuk kayu, kain, dll. Limbah padat dapat diklasifikasikan menjadi enam kelompok sebagai berikut:

 Sampah organik mudah busuk (garbage), yaitu limbah padat semi basah, berupa bahan-bahan organik yang mudah membusuk atau terurai mikroorganisme. Contohnya yaitu: sisa makanan, sisa dapur, sampah sayuran, kulit buah-buahan.

 Sampah anorganik dan organik tak membusuk (rubbish), yaitu limbah padat anorganik atau organik cukup kering yang sulit terurai oleh mikroorganisme, sehingga sulit membusuk. Contohnya yaitu: selulosa, kertas, plastik, kaca, logam.

 Sampah abu (ashes), yaitu limbah padat yang berupa abu, biasanya hasil pembakaran. Sampah ini mudah terbawa angin karena ringan dan tidak mudah membusuk.

 Sampah bangkai binatang (dead animal), yaitu semua limbah yang berupa bangkai binatang, seperti tikus, ikan dan binatang ternak yang mati.

 Sampah sapuan (street sweeping), yaitu limbah padat hasil sapuan jalanan yang berisi berbagai sampah yang tersebar di jalanan, sperti dedaunan, kertas dan plastik.

(20)

Penanganan limbah padat bisa dibedakan dari kegunaan atau fungsi limbah padat itu sendiri. Limbah padat ada yang dapat didaur ulang atau dimanfaatkan lagi serta mempunyai nilai ekonomis seperti plastik, tekstil, potongan logam, namun ada juga yang tidak bisa dimanfaatkan lagi. Limbah padat yang tidak dapat dimanfaatkan lagi biasanya dibuang, dibakar, atau ditimbun begitu saja. Beberapa industri tertentu limbah padat yang dihasilkan terkadang menimbulkan masalah baru yang berhubungan dengan tempat atau areal luas yang dibutuhkan untuk menampung limbah tersebut.

3. Limbah gas

Limbah gas adalah limbah yang memanfaatkan udara sebagai media. Secara alami udara mengandung unsur-unsur kimia seperti O2, N2, NO2, CO2, H2 dll. Penambahan gas ke udara yang melampaui kandungan udara alami akan menurunkan kualitas udara. Limbah gas yang dihasilkan berlebihan dapat mencemari udara serta dapat mengganggu kesehatan masyarakat. Zat pencemar melalui udara diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu partikel dan gas. Partikel adalah butiran halus dan masih mungkin terlihat dengan mata telanjang seperti uap air, debu, asap, kabut dan fume. Sedangkan pencemaran berbentuk gas hanya dapat dirasakan melalui penciuman (untuk gas tertentu) ataupun akibat langsung.

(21)

berupa asap, partikel serta debu. Apabila ini tidak ditangkap dengan menggunakan alat, maka dengan dibantu oleh angin akan memberikan jangkauan pencemaran yang lebih luas. Jenis dan karakteristik setiap jenis limbah akan tergantung dari sumber limbah.

No. Jenis Keterangan

1. Karbon monoksida (CO) Gas tidak berwarna, tidak berbau 2. Karbon dioksida (CO2) Gas tidak berwarna, tidak berbau

3. Nitrogen oksida (NOx) Gas berwarna dan berbau

4. Sulfur oksida (SOx) Gas tidak berwarna dan berbau tajam

5. Asam klorida (HCl) Berupa uap

6. Amonia (NH3) Gas tidak berwarna, berbau

7. Metan (CH4) Gas berbau

8. Hidrogen fluorida (HF) Gas tidak berwarna 9. Nitrogen sulfida (NS) Gas berbau

10. Klorin (Cl2) Gas berbau

Tabel 2.3.1 Sepuluh macam limbah gas yang umum ada di udara

4. Limbah suara

Yaitu limbah yang berupa gelombang bunyi yang merambat di udara. Limbah suara dapat dihasilkan dari mesin kendaraan, mesin-mesin pabrik, peralatan elektronikdan sumber-sumber yang lainnya.

Menurut A. K. Haghi, 2011 menyatakan bahwa berdasarkan Sumber yang menghasilkan limbah dapat dibedakan menjadi lima yaitu:

1. Limbah rumah tangga, biasa disebut juga limbah domestik.

2. Limbah industry merupakan limbah yang berasal dari industri pabrik.

(22)

4. Limbah konstruksi didefinisikan sebagai material yang sudah tidak digunakan lagi dan yang dihasilkan dari proses konstruksi, perbaikan atau perubahan. Jenis material limbah konstruksi yang dihasilkan dalam setiap proyek konstruksi antara lain proyek pembangunan maupun proyek pembongkaran (contruction and domolition). Yang termasuk limbah construction antara lain pembangunan perubahan bentuk (remodeling), perbaikan (baik itu rumah atau bangunan komersial). Sedangkan limba demolition antara lain Limbah yang berasal dari perobohan atau penghancuran bangunan.

5. Limbah radioaktif, limbah radioaktif berasal dari setiap pemanfaatan tenaga nuklir, baik pemanfaatan untuk pembangkitan daya listrik menggunakan reaktor nuklir, maupun pemanfaatan tenaga nuklir untuk keperluan industri dan rumah sakit. Bahan atau peralatan terkena atau menjadi radioaktif dapat disebabkan karena pengoperasian instalasi nuklir atau instalasi yang memanfaatkan radiasi pengion.

Limbah digolongkan menjadi dua berdasarkan polimer penyusun mudah dan tidak terdegradasinya antara lain:

1. Limbah yang dapat mengalami perubahan secara alami (degradable waste = mudah terurai), yaitu limbah yang dapat mengalami dekomposisi oleh bakteri dan jamur, seperti daun-daun, sisa makanan, kotoran, dan lain-lain.

(23)

kaleng, dan lain-lain. Pemanfaatan limbah dapat ditempuh melalui dua cara, yaitu dalam proses daur ulang menjadi produk tertentu yang bermanfaat dan tanpa daur ulang. Sampah yang dapat dimanfaatkan langsung tanpa daur ulang contohnya adalah pemanfaatan ban-ban bekas yang dijadikan perabot (meja, kuri, dan pot), serbuk gergaji sebagai media penanaman jamur, botol dan kaleng yang dapat digunakan untuk pot.

Jenis limbah ada 5 berdasarkan sifatnya yaitu:

1. Limbah korosif adalah limbah yang dapat menyebabkan iritasi pada kulit dan dapat membuat logam berkarat

2. Limbah beracun adalah limbah yang mengandung racun berbahaya bagi manusia dan lingkungan. Limbah ini mengakibatkan kematian jika masuk ke dalam laut.

3. Limbah reaktif adalah limbah yang memiliki sifat mudah bereaksi dengan oksigen atau limbah organik peroksida yang tidak stabil dalam suhu tinggi dan dapat menyebabkan kebakaran.

4. Limbah mudah meledak adalah limbah yang melalui proses kimia dapat menghasilkan gas dengan suhu tekanan tinggi serta dapat merusak lingkungan.

5. Limbah mudah terbakar adalah limbah yang mengandung bahan yang menghasilkan gesekan atau percikan api jika berdekatan dengan api.

Limbah yang dihasilkan dari proses atau kegiatan industri antara lain:

(24)

2. Limbah cair: bahan kimia, hasil pelarut, air bekas produksi, oli bekas, dll

3. Limbah gas: gas buangan kendaraan bermotor, gas buangan boiler, gas hasil pembakaran dll

Limbah yang dihasilkan dari proses atau kegiatan rumah tangga (domestik) antara lain:

1. Limbah padat: sisa makanan, tinja manusia dll

2. Limbah cair: urine manusia, air bekas cucian, air bekas mandi dll

3. Limbah gas: asap dapur, asap hasil pembakaran sampah, dll

Semakin banyak limbah yang dihasilkan akan dapat menyebabkan dampak terhadap lingkungan. Limbah yang dihasilkan bisa berdampak positif dan negatif terhadap lingkungan. Perlu dilakukan pengolahan limbah untuk mengurangi dampaknya terhadap lingkungan. Beberapa factor yang mempengaruhi kualitas limbah antara lain volume limbah, kandungan bahan pencemar, dan frekuensi pembuangan limbah. Untuk mengatasi limbah ini diperlukan pengolahan dan penanganan limbah.

Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan dampak negative dari kegiatan pariwisata pada lingkungan alami, lingkungan terbangun, dan lingkungan budaya.

(25)
(26)

Komponen

 Bentuk seni adat asli tidak menarik bagi wisatawan

 Akses tak terkendali ke benda budaya  Tidak adanya perawatan

Sejarah Salah menafsirkan sejarah nasional

 Fakta sejarah tidak cermat  Fakta sejarah diabaikan  Fakta sejarah dibelokkan

(27)

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Profil Pantai Kuta

Pantai Kuta adalah sebuah tempat pariwisata yang terletak di kecamatan Kuta, sebelah selatan Kota Denpasar, Bali, Indonesia. Daerah ini merupakan sebuah tujuan wisata turis mancanegara dan telah menjadi objek wisata andalan Pulau Bali sejak awal tahun 1970-an. Pantai Kuta sering pula disebut sebagai pantai matahari terbenam

(sunset beach) sebagai lawan dari pantai Sanur. Selain itu, Lapangan Udara I Gusti Ngurah Rai terletak tidak jauh dari Kuta.

Pantai Kuta berada ± 10 km dari Kota Denpasar dan berjarak ± 2 km dari Bandar Udara Ngurah Rai. Untuk dapat sampai ke Pantai Kuta dapat melalui darat beraspal dengan lebar ± 6 meter. Jalan utama menuju pantai menjadi satu dengan jalan raya, hal tersebut yang menyebabkan areal parkir disediakan dengan cara berjajar di sepanjang pantai.

(28)

Aksesibilitas nonfisik Pantai Kuta berupa akses informasi mengenai objek dan daya tarik, sarana prasarana, dan keterangan-keterangan kawasan ini yang dapat diperoleh di berbagai tempat, antara lain Kantor Kelurahan Kuta atau Kecamatan Kuta, Dinas Pariwisata Kabupaten Badung, Tourism Information Centre (TIC). Di samping itu, juga informasi melalui internet yang dapat diakses pada situs-situs perorangan yang dapat dicari dengan menggunakan mesin pencari (search engine) seperti google dan yahoo.

Gambar 3.1.1 Peta Pulau Bali

Perkembangan kawasan Kuta sebagai kawasan wisata dijabarkan sebagai berikut: 1. Pada tahun 1960, kawasan ini merupakan tempat persinggahan bagi wisman yang

akan melaksanakan perjalanan ke Eropa.

(29)

3. Pada tahun 1980, kawasan ini berkembang menjadi kawasan khusus untuk wisatawan Australia yang berselancar serta sarana akomodasi dari hotel berbintang sampai dengan hotel melati mulai berkembang di kawasan ini.

4. Pada tahun 1990, kawasan ini mengalami booming wisatawan dilihat berdasarkan jumlah ribuan kamar yang selalu penuh dan penduduk mulai mengubah bagian depan rumahnya menjadi art shop yang menjual bikini dan baju berlengan buntung dengan harga murah.

5. Pada tahun 2000, kawasan ini mengalami musibah pengeboman di Sari Club dan Paddy’s yang dilakukan oleh kelompok Amrozi pada 12 Oktober 2002 yang mengakibatkan kurang lebih 200 orang meninggal dunia. Kemudian, pada 1 Oktober 2005 kembali terjadi penge boman kedua kafe di Jimbaran,yakni kafe Nyoman dan kafe Menega.

3.2 Kondisi Pencemaran di Pantai Kuta

Pencemaran air laut di kawasan pantai Kuta semakin mengkhawatirkan. Sejumlah kandungan zat kimia seperti nitrat dan phospat ternyata telah melampaui nilai ambang batas maksimum baku mutu air laut. Padahal, bila masuk ke tubuh manusia zat-zat itu bisa berbahaya karena dalam jangka panjang atau terakumulasi bisa memicu penyakit.

(30)

laut Kuta, serta tukad yang bermuara di sepanjang Pantai Kuta, yakni Tukad Mati dan Tukad Tebah.

Hasilnya, dari 19 parameter pengujian, ada tiga unsur kimia yang melebihi batas maksimum. Kadar zat nitrat kini sudah mencapai 1,06075 miligram/perliter (mg/l) dari batas maksimal yang diperbolehkan adalah 0,008 mg/l. Berikutnya unsur phospat yang seharusnya di bawah 0,015 mg/l, namun kini sudah mencapai angka 3,170 mg/l. Sementara, phenol,yang seharusnya hanya 0,002 mg/l malah mencapai angka 0,9687. Suteja menjelaskan, unsur nitrat adalah senyawa yang berasal sampah-sampah organik dan biasanya selalu ditemukan di air bawah tanah maupun air permukaan.

Jika tubuh manusia mengalami kelebihan nitrat maka bisa mengakibatkan methemoglobinemia simptomatik. Untuk phospat, Suteja menjelaskan bahwa unsur ini kebanyakan berasal dari berbagai bahan yang berhubungan dengan aktivitas pertanian.

Pantai Kuta dan sekitarnya selalu penuh dengan sampah setiap akhir tahun sejak tahun 2012 hingga saat ini. Sampah-sampah itu pada umumnya adalah sampah kiriman akibat fenomena angin musim barat yang bertiup dari wilayah barat ke timur. Selama angin musim barat berembus, Pantai Kuta dan sekitarnya akan selalu menjadi tempat menumpuknya sampah kiriman dari laut dan muara sungai-sungai terdekat. Mengingat lokasinya berada di teluk, Pantai Kuta dan sekitarnya menjadi titik berkumpulnya sampah kiriman dari berbagai daerah di Pulau Bali.

Sampah yang ada di daratan, khususnya yang berada disekitar DAS Selat Bali

akan tetap berada di posisinya ataupun terperangkap dalam daerah-daerah tergenang di

sekitar aliran sungai. Sampah tersebut akan menjadi sampah di perairan Selat Bali

(31)

Selat Bali bergerak dari barat menuju timur dengan membawa massa air dan sampah

yang menyertainya. Sebagian sampah akan didamparkan di bibir pantai di sepanjang

Selat Bali dan sebagian lainnya bergerak mengikuti arus. Pergerakan arus menuju timur

akan berputar saat sampai ke cekungan Pantai Kuta hingga Tanjung Benoa. Kondisi ini

berdampak pada massa air dan sampah yang terbawa berbalik dan berkumpul di sekitar

pantai terutama di sekitar Pantai Kuta. Hasil pemodelan pada periode musim barat

2011, hampir tidak didapatkan sampah yang berasal dari Pulau Jawa. Namun demikian

dengan melihat karakteristik pantai dan pola perubahan musim, sampah kiriman di

sebagian besar pantai di Selat Bali berlangsung secara estafet. Sampah pantai yang

tidak dibersihkan akan terhanyut kembali dan menjadi sumber sampah bagi pantai di

daerah lain.

Beberapa kondisi pencemaran sampah kiriman di Pantai Kuta dan sekitarnya sebagai berikut:

1. Fenomena alam kiriman sampah ke Pantai Kuta mulai bulan Desember 2014 dan terus berlangsung hingga bulan April 2015;

2. Total sampah sampai akhir Januari 2014 sebanyak ± 1700 ton, dengan rata-rata timbulan sampah ± 30 ton/hari;

3. Pantai yang terkena dampak sampah kiriman sepanjang ± 16 km berada di 13 pantai yaitu Pantai Canggu, Seseh, Pererenan, Batu Belig, Petitenget, Seminyak, Legian, Kuta, Jerman, Kelan, Kedonganan, Jimbaran dan Dreamland;

(32)

Berdasarkan hasil perhitungan indeks pencemaran air laut di Pantai Kuta Tahun 2006, tingkat pencemaran masing-masing lokasi pengambilan sampel tergolong tercemar sedang, yang berkisar antara 6,46 s/d 6,77 seperti tampak pada Tabel berikut:

Tabel 3.2.1 Indeks pencemaran air laut di Pantai Kuta Tahun 2006

3.3 Penyebab Pencemaran di Pantai Kuta

Menurut PPLH Unud dan Bapedal Kab. Badung (2004), parameter pencemar yang telah melebihi ambang batas baku mutu di perairan laut Pantai Kuta pada musim hujan terus meningkat dari tahun 2001 hingga 2004. Berikut adalah jenis limbah dan sumber limbah yang mencemari Pantai Kuta:

1. Limbah Cair

Bahan kimia terbanyak yang digunakan oleh hotel dan restoran, pemukiman serta industri yaitu sabun, diterjen dan sampo. Perdagangan dan jasa paling banyak menggunakan bahan kimia berupa cat, plitur dan tiner, nelayan paling dominan menjawab tidak menggunakan bahan kimia.

(33)

Komposisi sampah hotel dan restoran sebagai berikut. Sampah organik 50% non organik 41,41% dan limbah lainnya (B3) 8,59%. Sampah pemukiman organik 50%, non organik 41,28% dan lainnya 8,72%, perdagangan dan jasa limbah non organik 96% dan limbah lainnya 4%. Sampah industri sebagai berikut organik 2,13%, non organik 95,74% dan lainnya 2,13%, nelayan organik 22,22% dan non organik 77,78%.

3. Limbah Gas

Limbah gas adalah limbah yang memanfaatkan udara sebagai media. Contoh limbah gas yang mencemari kawasan Pantai Kuta adalah asap rokok dan asap kendaraan.

4. Limbah Suara

Berupa gelombang bunyi yang merambat di udara. Contoh limbah suara di Pantai Kuta adalah mesin kendaraan dan music yang menggunakan speaker saat ada event-event tertentu.

3.4 Penanggulangan Kebersihan di Pantai Kuta

(34)

masing-masing kabupaten. Hal ini semakin menegaskan bahwa persoalan lingkungan tidak hanya dibatasi oleh batas-batas administrasi.

Upaya yang sudah dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Badung diantaranya:

 Pengambilan sampah dilakukan setiap harinya dengan menggunakan 4 wheel loader dan truk sampah dengan melibatkan sekitar 1000 personil yang terdiri dari pemda, masyarakat dan kalangan perhotelan;

 Usaha pembersihan oleh pihak DKP Badung biasanya dilakukan pada waktu sore sekitar jam 4.

 Sejak tahun 2013, Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Badung telah menyiapkan standar operasional dalam mengatasi sampah, yakni membentuk Unit Reaksi Cepat yang bekerja sama dengan desa adat Kuta.

Berikut adalah usaha pengelolaan sampah yang dilakukan oleh para stakeholder:

Sumber Limbah Pengelolaan Limbah

(35)

Sesuai dengan hasil observasi yang kami lakukan, kami dapat melihat bahwa lingkungan pantai kuta di lengkapi dengan fasilitas – fasilitas kebersihan seperti tempat sampah yang tersebar di area pantai. Hal ini di lakukan untuk mengantisipasi sampah yang ditimbulkan oleh para wisatawan khususnya wisatawan lokal yang dimana masih dari mereka kurang mengerti hygiene dan sanitasi. Pada umumnya sampah yang dihasilkan oleh para pengunjung berupa sampah non-organik, seperti plastik makanan. Sedangkan untuk limbah biologis dari para wisatawan, pemerintah sudah menyediakan toilet – toilet di pantai kuta yang bejarak 100 meter dari satu toilet ke toilet lainnya.

3.5 Peraturan-Peraturan yang Dibuat oleh Pemerintah dalam Rangka Mengatasi Pencemaran di Pantai Kuta

Kebijakan-kebijakan yang telah dibuat pemerintah daerah dalam upaya menanggulangi pencemaran lingkungan, antara lain sebagai berikut:

1. Perda Prov. Bali No. 6 Th 2009 tentang RPJPD Prov. Bali Th 2005-2025

Dalam RPJPD, pemerintah daerah Bali tidak menempatkan isu lingkungan dalam arah pembangunan daerahnya. Namun, dalam perda ini terdapat kajian mengenai sarana dan prasarana untuk mendukung pembangunan bidang pariwisata dan tantangannya sebagai berikut:

(36)

Penanganan air limbah dilakukan secara komunal dan sistem perpipaan. Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) 20.210 unit dengan jumlah Instalasi Pengelolaan Limbah Terpadu (IPLT) sebanyak 7 unit tersebar di 9 (sembilan) Kabupaten/Kota.

Pengelolaan air limbah dengan sistem perpipaan melalui Denpasar Sewerage Development Project (DSDP) dengan wilayah pelayanan meliputi Denpasar, Sanur dan Kuta serta penanganan air limbah secara regional lainnya adalah IPAL Regional Ubud.

b. Tantangan

 Tantangan penanganan air limbah 20 tahun kedepan adalah sistem penanganan secara terpusat pada kawasan tertentu dengan jumlah penduduk padat serta kegiatan ekonomi tinggi melalui sistem perpipaan. Tantangan lainnya adalah kesadaran masyarakat terhadap penanganan limbah masih rendah.

 Tantangan pengelolaan persampahan 20 tahun kedepan di Provinsi Bali adalah meningkatnya volume sampah seiring dengan pertambahan jumlah penduduk. Penanganan sampah dengan TPA yang representatif yang tidak berdampak terhadap pencemaran lingkungan, dilakukan secara parsial dan harus terlaksananya 3R (reduce, reuse, recycle) dengan baik dan masih sedikit masyarakat yang melakukan pengelolaan sampah mandiri.

(37)

kesadaran dan peran masyarakat, lemahnya pengawasan serta penegakan hukum lingkungan terhadap pelaku pencemaran lingkungan.

2. Perda No.4 Th 2005 tentang Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup

Bab I Pasal 2, disebutkan bahwa pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup berasaskan pelestarian fungsi lingkungan hidup dengan menjunjung tinggi peranserta masyarakat dan nilai-nilai Tri Hita Karana, dan bertujuan untuk mencegah dan menanggulangi pencemaran, kerusakan, serta memulihkan kualitas lingkungan hidup.

Bab III tentang Wewenang dan Tanggungjawab pada Pasal 8, disebutkan bahwa Gubernur berwenang melakukan koordinasi dalam pengendalian pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup terhadap Bupati/Walikota terkait. Pada Bab VII tentang Pengawasan disebutkan bahwa tugas pengawasan juga menjadi amanah Gubernur mencakup pemantauan penataan persyaratan perizinan dan pemeriksaan contoh limbah dan spesimen secara berkala dan insidental baik di lapangan maupun di laboratorium. Biaya-biaya pemeriksaan laboratorium terhadap contoh limbah dibebankan kepada :

 Penanggungjawab Usaha sebagai kewajiban untuk pemeriksanaan secara berkala sesuai dokumen lingkungan hidup;

(38)

Bab IV tentang Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup Pasal 12, disebutkan bahwa Setiap Penanggungjawab Usaha dilarang membuang limbah ke media lingkungan hidup tanpa izin dari Gubernur, dan izin sebagaimana dimaksud harus memuat persyaratan untuk melakukan upaya pengendalian pencematan dan perusakan lingkungan hidup. Selanjutnya pada pasal 13 disebutkan bahwa Setiap Penanggung jawab Usaha yang menghasilkan limbah B3 wajib melakukan pengelolaan limbah sesuai dengan peraturan perundnag – undangan yang berlaku. Pasal 14 kemudian menjelaskan bahwa setiap Penanggung jawab Usaha yang kegiatannya mengandung potensi limbah yang mencemari dan merusak lingkungan harus menyediakan dana lingkungan, dan besaran dana lingkungan diatur dengan Peraturan Gubernur setelah mendapat Rekomendasi DPRD.

Bab V pasal 15 menentukan bahwa Setiap Penanggungjawab Usaha yang menimbulkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup sebagai akibat pembuangan limbah wajib (a). memiliki sistem tanggap darurat; (b). memberikan informasi tentang sistem tanggap darurat kepada pemberi izin dan masyarakat luas; dan (c). melakukan upaya penanggulangan.

Bab VI pasal 17 menyebutkan bahwa Penangungjwab jawab Usaha wajib menanggung biaya penanggulangan dana/atau pemulihan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup.

(39)

50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah). Tindak pidana sebagaimana dimaksud adalah pelanggaran.

BAB IV

(40)

4.1 Simpulan

1. Pada tahun 2007 sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Badung (Bapeldal) terhadap kualitas air laut Pantai Kuta, terdapat tiga unsur kimia yang melebihi batas maksimum yaitu kadar zat nitrat, unsur phospat, dan phenol.

2. Untuk limbah cair, bahan kimia terbanyak yang digunakan oleh hotel dan restoran, pemukiman serta industri yaitu sabun, diterjen dan sampo. Perdagangan dan jasa paling banyak menggunakan bahan kimia berupa cat, plitur dan tiner, nelayan paling dominan menjawab tidak menggunakan bahan kimia.

3. Untuk limbah padat, komposisi sampah yang tertinggi baik yang dihasilkan oleh hotel dan restoran maupun pemukiman di areal Kuta 50% merupakan sampah organik. Sedangkan untuk usaha perdagangan dan jasa limbah non organiknya mencapai 96% .

4. Limbah gas yang mencemari kawasan Pantai Kuta adalah asap rokok dan asap kendaraan.

5. Limbah suara di Pantai Kuta adalah mesin kendaraan dan musik yang menggunakan speaker saat ada event-event tertentu.

(41)

sampah, yakni membentuk Unit Reaksi Cepat yang bekerja sama dengan desa adat Kuta.

7. Peraturan-peraturan yang dibuat oleh pemerintah dalam rengka mengatasi pencemaran Pantai Kuta antra lain : Perda Prov. Bali No. 6 Th 2009 tentang RPJPD Prov. Bali Th 2005-2025 dan Perda No.4 Th 2005 tentang Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup dan Perda No.4 Tahun 2005 tentang Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup.

4.2. Saran

1. Setiap pelaku usaha jasa hotel dan penginapan ataupun restoran seharusnya bersikap proaktif mengajukan izin usaha dan tentunya sudah lolos uji kelayakan. Dengan terlampauinya tahap ini, maka dapat dijamin bahwa kerusakan lingkungan akibat pencemaran oleh pelaku jasa hotel tidak akan terjadi. Hal ini bukan hanya tugas hotel atau pelaku usaha besar karena dalam Perda no. 4 Tahun 2005 tidak ditetapkan mengenai kasta-kasta usaha. Maka, tugas proaktif tersebut adalah tugas semua pelaku usaha. Dengan mendaftarkan unit usahanya, maka hal ini juga akan membantu tugas pemerintah dalam mengawasi dan menciptakan kemudahan dalam pembangunan berkelanjutan.

(42)

harusnya bisa menindak dengan tegas pihak-pihak yang melakukan pelanggaran tersebut.

3. Pemerintah harus selalu tegas mengawasi tingkat pencemaran mulai dari hulu sampai hilir. Pihak hotel dan restoran juga terbuka, baik untuk diberi sosialisasi penanganan limbah maupun dikenai sanksi, jika terbukti mencemari lingkungan.

4. Pemda dan masyarakat di Kelurahan Kuta sebaiknya melakukan upaya pengelolaan limbah secara terpadu, melakukan koordinasi antar daerah, peningkatan pengawasan dan pemantauan secara rutin, penataan pembangunan sesuai RDTR, tindakan tegas berupa sanksi dan denda bagi pelanggar yang merusak lingkungan sehingga parairan laut dapat digunakan sesuai peruntukannya dan berkelanjutan.

(43)

DAFTAR PUSTAKA

Agus Purnomo, I Wayan. 2010. Enam Pantai di Kabupaten Bali Tercemar. Diakses dari

www.nasional.tempo.co pada tanggal 15 September 2015.

Alkhair, Aisyah. Pencemaran Air. Volume 2. Diakses dari

www.aisyahalhair.files.wordpress.com pada tanggal 15 September 2015.

Binus. 2013. Lingkungan. Diakses dari www.binus.ac.id pada tanggal 15 September 2015.

Elyazar, Nita, M.S. Mahendra, dan I Nyoman Wardi. 2007. Dampak Aktivitas Masyarakat Terhadap Tingkat Pencemaran Air Laut Di Pantai Kuta Kabupaten Badung Serta Upaya Pelestarian Lingkungan, volume 2 no 1. Diakses dari

www.myscience.com pada tanggal 15 September 2015.

Gede Dharma Putra, Ketut. 2010. Upaya Mengatasi Pencemaran Lingkungan yang Berasal dari Sampah. Diakses dari www.kgdharmaputra.blogspot.co.id pada tanggal 15 September 2015.

Hayati, Cucu. 2012. Kajian Kebijakan Pengendalian Pencemaran Dan Perusakan Lingkungan Hidup Terhadap Permasalahan Pencemaran Akibat Kegiatan Pariwisata Di Provinsi Bali. Diakses dari www.duniaaya.wordpress.com pada tanggal 15 September 2015.

H. Prawiro, Ruslan.1988. Ekologi Lingkungan Pencemaran. Semarang: Satya Wacana. Mulyanto, HR. 2007. ILMU LINGKUNGAN. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Munir, Rozy, dkk. 1987. Lingkungan: Sumber Daya Alam dan Kependudukan dalam Pembangunan. Jakarta: Universitas Indonesia.

Ryadi, Slamet. 1984. Pencemaran Air. Surabaya: Usana Offset Printing.

Setiawan, Budi. 2014. Pengelompokkan Limbah Berdasarkan Bentuk atau wujudnya. Diakses dari www.ilmulingkungan.com pada tanggal 15 September 2015.

Suparta, I Komang. 2013. Pantai Kuta ”diserbu” Sampah. Diakses dari

www.antaranews.com pada tanggal 15 September 2015.

Tagel Sidarta, Wayan. 2002. Dampak Perkembangan Pariwisata Terhadap Kondisi Lingkungan, Sosial, dan Ekonom Masyarakat. Diakses dari www.core.ac.uk pada tanggal 15 September 2015

(44)
(45)

LAMPIRAN

(46)
(47)
(48)
(49)

Gambar

Tabel 2.3.1 Sepuluh macam limbah gas yang umum ada di udara
Tabel 2.3.3 Dampak negatif pariwisata terhadap lingkungan terbangun
Tabel 2.3.4 Dampak negatif pariwisata terhadap lingkungan budaya
Gambar 3.1.1 Peta Pulau Bali
+3

Referensi

Dokumen terkait

Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya tatanan

Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkan –nya makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan

4 tahun 1982, pencemaran lingkungan atau polusi adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam

32 tahun 2009, pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh

Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan

Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energy, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan atau berubahnya tatanan lingkungan

Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup , zat energi, dan atau komponen lain kedalam lingkungan , atau berubahnya tatanan lingkungan

Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya tatanan lingkungan