Tugas Teknoekonomi dan Perancangan Terpadu Agroindustri
STRATEGI DAN OPERASIONAL AGROINDUSTRI BERKELANJUTAN BERBASIS MINYAK ATSIRI
Oleh:
FAKHRURRAZI (F351160231)
1. Pendahuluan
Agroindustri merupakan perusahaan yang bergerak di dalam mengolah hasil tanaman
dan hewan. Pengolahan mencakup transformasi dan pengawetan produk melalui perubahan fisik atau kimiawi, penyimpanan, pengemasan dan distribusi (Austin, 1992). Pengembangan agroindustri di Indonesia mempunyai peluang dan kelebihan untuk terus dikembangkan
karena didukung oleh banyak hal seperti, mempunyai potensi bahan baku berupa produk
unggulan daerah yang berlimpah, bersifat komparatif, serta pada era perdagangan bebas tidak
ada lagi restriksi terutama restriksi non tarif sehingga pengembangan pasar ke luar negeri
mempunyai peluang yang besar (Kementrian Perindustrian Republik Indonesia, 2016). Salah
satu potensi lokal yang bisa dikembangkan dan tersebar di berbagai daerah di Indonesia
adalah Minyak Atsiri.
2. Agroindustri Berkelanjutan
Agroindustri berkelanjutan adalah pengembangan agroindustri yang memperhatikan
aspek manajemen dan konservasi sumber daya alam dengan menggunakan teknologi dan
kelembagaan yang sesuai dengan daya dukung lingkungan, tidak menimbulkan degradasi atau
kerusakan, secara ekonomi menguntungkan dan secara sosial dapat diterima oleh masyarakat.
Beberapa ciri utama agroindustri berkelanjutan yaitu produktivitas dan keuntungan dapat
dipertahankan atau ditingkatkan dalam waktu yang relatif lama, sehingga dapat memenuhi
kebutuhan manusia pada masa sekarang dan masa mendatang. Sumber daya alam khususnya
sumber daya pertanian terpelihara dengan baik karena salah satu aspek keberlanjutan
agroindustri adalah tersedianya bahan baku. Tingginya kepedulian terhadap lingkungan yang
dicirikan oleh rendahnya dampak lingkungan (Soekartawi 2000).
3. Operasional dan Strategi Agroindustri Berkelanjutan
Salah satu agroindustri yang dapat dikembangkan adalah agroindustri minyak atsiri.
Minyak atsiri merupakan zat yang memberikan aroma pada tumbuhan (Guenther, 1987). Saat
ini, minyak atsiri telah digunakan sebagai parfum, kosmetik, bahan tambahan makanan dan
obat. Di Indonesia minyak atsiri telah lama dikenal sebagai komoditas ekspor. Berdasarkan
data Dinas Perdagangan Indonesia Tahun 2016 hampir 85% ekspor berasal dari tiga bahan
baku alami yaitu cengkih, nilam dan pala. Untuk minyak nilam sendiri Indonesia merupakan
produsen utama yang menghasilakan 85% (2.000 ton/tahun) produksi minyak atsiri dunia,
Tugas Teknoekonomi dan Perancangan Terpadu Agroindustri
dengan lebih dari 2.600 ton/tahun, serta berbagai jenis minyak atsiri lainnya. Data tersebut
juga terus meningkat setiap tahunnya. Minyak atsiri juga masuk kedalam daftar salah satu dari
10 komoditas potensial ekspor.
Jika dilihat dari potensi pasar, komoditas atsiri memiliki potensi yang cukup besar.
Hal ini terlihat dari data hingga saat ini Indonesia selain mengekspor juga mengimpor
beberapa jenis minyak atsiri untuk kebutuhan industri di dalam negeri seperti industri farmasi,
parfum dan sebagainya (Ma’mun dan Suhirman, 2008). Sebenarnya agroindustri minyak atsiri
mempunyai potensi yang cukup besar namun menurut Salviana (2012) agroindustri tersebut
sulit berkembang karena dipengaruhi oleh proses produksi yang masih menggunakan
teknologi yang tidak efisien, pemasaran belum maksimal dan pengelolaan manajemennya
masih sederhana serta belum sinerginya antara pelaku industri minyak atsiri dengan
pemerintah. Strategi yang dapat dilakukan adalah mengembangkan teknologi ramah
lingkungan, dan teknologi pengolahan yang efisien baik dari segi biaya maupun
penggunaanya, serta memperbaiki manajemen untuk terus meningkatkan ouput dari
agroindustri tersebut. Jika strategi ini dapat dijalankan maka agroindusti minyak atsiri dapat
dijadikan agroindustri berkelanjutan yang mempunyai produktivitas dan keuntungan yang
tinggi dan dapat dipertahankan waktu yang lama sehingga dapat memenuhi kebutuhan
manusia pada masa sekarang dan masa mendatang.
Dari segi potensi sumberdaya alam, bahan tanaman penghasil minyak atsiri tersebut
cukup tersedia dan dapat tumbuh dengan mudah di Indonesia. Indonesia merupakan gudang
bahan baku minyak atsiri, banyak potensi tanaman di Indonesia yang masih terserak. Di luar
minyak nilam, kenanga, sirih, akar wangi, cengkih, dan sereh, yang telah berproduksi, masih
terdapat 40 komoditas potensial untuk disuling menjadi minyak atsiri. Berdasarkan data dari
Kementerian pertanian produktivitas nilam juga terus meningkat setiap tahunnya pada tahun
2014 mencapai 2.690/tahun dengan rata-rata pertumbuhan 5,97%/tahun, hal yang sama juga
terjadi pada cengkeh yang memiliki rata-rata pertumbuhan 3,38%/tahun (Kementrian
Pertanian, 2015). Dari data tersebut terlihat jelas bahwa ketersediaan bahan baku agroindustri
minyak atsiri sangat besar. Meskipun begitu terdapat beberapa permasalahan pada bahan baku
agroinustri minyak atsiri menurut Wahyudi dan Ermiyati (2012) yaitu fluktuasi harga bahan
baku yang disebabkan oleh produktivitas yang tidak stabil. Strategi yang dapat dilakukan
adalah mengupayakan peningkatan produktivitas hasil panen untuk menjamin ketersediaan
bahan baku, serta memperluas wilayah sentra-sentra agribinis minyak atsiri yang nantinya
dapat dijadikan penyandang bahan baku. Jika masalah ini mampu diatasi bahan baku
agroindustri minyak atsiri akan terus tersedia dan stabil sehingga agroindustri dapat terus
Tugas Teknoekonomi dan Perancangan Terpadu Agroindustri
Dalam agroindustri minyak atsiri output yang dihasilkan berupa minyak atsiri hasil
ekstraksi dari berbagai bahan. Minyak atsiri pada umumnya diektraksi dengan metode
penyulingan baik dengan penyulingan air penyulingan dengan air dan uap, dan penyulingan
dengan uap. Pada umumnya agroindustri menggunakan metode penyulingan dalam
mengekstrak minyak terlebih untuk bahan baku seperti nilam, pala dan cengkeh. Usaha
pengolahan atau penyulingan ini menghasilkan limbah cair yang tidak berbahaya dan dapat
ditoleransi lingkungan. Limbah cair tersebut adalah air sisa penyulingan. Jika proses
pemisahan air dan minyak berlangsung dengan sempurna, maka air yang tersisa tidak
berdampak buruk pada lingkungan. Limbah padat yang lain adalah abu daun kering sisa
pembakaran yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk. Secara umum, agroindustri minyak
atsiri yang menggunakan metode termasuk usaha yang ramah lingkungan.
4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pemaparan diatas terlihat bahwa agroindustri minyak atsiri
mempunyai peluang yang sangat besar untuk menjadi agroindustri berkelanjutan karena pada
dasarnya agroindustri ini sudah memenuhi tiga konsep dasar dari agroindustri berkelanjutan
yaitu mempunyai nilai ekonomis yang tinggi dan mampu bertahan lama, ketersediaan bahan
baku yang tinggi serta dampak negative yang ditimbulkan terhadap lingkungan yang rendah,
hanya saja untuk mengoptimalkan operasionalnya perlu dilakukan beberapa strategi
penanganan masalah-masalah yang masih terdapat di dalam aspek tersebut, serta
pengembangan potensi yang ada.
Daftar Referensi
Austin JE. 1992. Agroindustrial Project Analysis Critical Design Factors: EDI Series in Economic Development. Baltimore: John Hopkins Univ. Press.
Dinas Perdagangan Indonesia. 2016. Minyak Atsiri: Produksi dan Perdagangan Indonesia.
http://inatrims.kemendag.go.id/id/product/detail/produksi-dan-perdagangan-indonesia_90/?market=eu. Diakses pada tanggal 28/12/2016.
Kementrian Perindustrian Republik Indonesia. 2016. Kemenperin Dorong Pengolahan
Bahan Baku Lokal.
http://www.kemenperin.go.id/artikel/8394/Kemenperin-Dorong-Pengolahan-Bahan-Baku-Lokal. Di akses 20 Desember 2016.
Kementrian Pertanian Republik Indonesia. 2015. Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun 2015-2019.
Ma’mun dan Suhirman. S. 2010. Karakteristik Minyak Atsiri Potensial. Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik.
Salviana, V. 2012. Pengembangan Industri Non-Cooperate Partisipatif Integratif pada Industri Minyak Atsiri Kenanga. Jurnal Teknik Industri 13(1):31-36.