• Tidak ada hasil yang ditemukan

Legal Opinion kasus pencemaran limbah B3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Legal Opinion kasus pencemaran limbah B3"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

LEGAL OPINION

KASUS PENCEMARAN LIMBAH B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) OLEH PT DONG WOO ENVIRONMENTAL INDONESIA DI DESA PASIR

GOMBANG

Oleh :

Milah Sarmilah 8111416058

Universitas Negeri Semarang Fakultas Hukum

(2)

Pendahuluan :

Kasus ini adalah kasus pencemaran dan pengrusakan lingkungan yang terjadi di Desa Pasir Gombang, Cikarang, Bekasi oleh PT Dong Woo Environmental Indonesia yang bergerak dalam bidang jasa daur ulang limbah dan Bahan Berbahaya Beracun (B3). Pencemaran ini terjadi pada bulan Juni 2006. Terungkapnya pencemaran ini berawal dari keluhan masyarakat, sebanyak 144 orang warga Kampung Kramat RT 003/03, Desa Pasir Gombong, Kecamatan Cikarang Bekasi yang terdiri dari anak-anak dibawah usia lima tahun hingga orang dewasa dilarikan ke RS Medika Cikarang, RS Medirosa akibat menderita keracunan dan gangguan infeksi saluran pernapasan atas, batuk-batuk, kepala pusing, serta muntah muntah akibat dari pembuangan limbah B3 (Bahan Berhaya Beracun). Pada tanggal 13 Juni 2006 Kepolisian Resort Kabupaten Bekasi yang bekerjasama dengan Tim Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Kabupaten Bekasi, telah berhasil mengumpulkan data teknis di lapangan dan di perusahaan PT Dong Woo Environmental Indonesia, dimana terdapat 9 titik tempat pembuangan limbah B3 diatas lahan seluass 1,5 Hektar milik PT Dong Woo Environmental Indonesia, serta secara visual ditemukan mencemari lingkungan sekitarnya. Diantara pencemaran tersebut, seperti yang tealh dipaparkan sebelumnya yaitu adanya gangguan kesehatan yang dialami oleh warga sekitar Desa Pasir Gombang yang disebabkan karena pencemaran limbah B3 tersebut, tentunya hal tersebut sangat berbahaya bagi masyarakat terutama anak-anak yang mendiami kawasan tersebut dan pencemaran ini telah mengakibatkan keresahan masyarakat terhadap kemungkinan meningkatnya jumlah korban akibat timbunan limbah B3, serta terganggunya aktifitas sehari-hari masyarakat oleh adanya bau yang sangat menyengat tersebut. Dan dengan adanya pencemaran limbah yang dilakukan oleh PT Dong Woo Environmental Indonesia ini telah menimbulkan kerugian atas tanah milik warga yang tidak dapat lagi digunakan oleh masyarakat, karena telah tercemar oleh limbah B3. Hal ini tentu saja menimbulkan penderitaan kesehatan, ekonomi bagi masyarakat yang mendiami kawasan sekitar Desa Pasir Gombang.

Dengan demikian, pencemaran oleh PT Dong Woo Environmental Indonesia ini diindikasikan telah melanggar hak masyarakat sekitar atas jaminan kesehatan, lingkungan yang sehat serta rasa aman atas terhindar dari dampak negatif aktifitas perusahaan tersebut. Lebih jauh lagi, pencemaran ini telah melanggar peraturan perundang-undangan Indonesia dalam bidang lingkungan hidup.

Analisis Aturan Hukum :

(3)

pelaranggaran tehadapa ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia dalam bidang lingkungan hidup. Dan isu pelanggaran hukum yang terdapat dalam kasus pencemaran limbah B3 oleh PT Dong Woo Environmental Indonesia ini adalah :

1. Apakah PT Dong Woo Environmental Indonesia ini telah melanggar UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup ?

2. Apa upaya hukum yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan sengketa lingkungan akibat pencemaran limbah B3 PT Dong Woo Environmental Indonesia ?

Dalam kasus pencemaran lingkungan di Desa Pasir Gombang oleh PT Dong Woo Environmental Indonesia terdapat fakta konkrit di lapangan yang berhasil ditemukan oleh Tim Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Bekasi, fakta tersebut yaitu : terdapat 9 titik tempat pembuangan limbah B3 di lahan seluas 1,5 Hektar yang berpotensi meluas milik PT Dong Woo Environmental Indonesia dan adanya timbunan limbah B3 dan limbah cair lainnya di area lahan kosong milik warga yang mengakibatkan kualitas tanah berubah (tekstur tanah mengeras, menghitam dan berbau) dan air yang ada di lokasi tersebut menghitam dan berbau serta banyaknya warga Desa Pasir Gombang yang menderita keracunan dan gangguan infeksi pernapasan atas, batuk-batuk, kepala pusing serta muntah-muntah. Pencemaran limbah B3 itu terjadi akibat pembuangan limbah B3 yang salah dan tidak sesuai dengan prosedur yang sebenarnya yang dilakukan oleh PT Dong Woo Environmental Indonesia. Fakta lapangan yang terungkap diatas menunjukkan bahwa terdapat indikasi kuat bawa PT Dong Woo Environmental Indonesia telah melakukan pelanggaran hukum dalam operasional pabriknya di Desa Gombang, Cikarang, Bekasi.

Berdasarkan kasus dan fakta hukum yang telah dijelaskan sebelumnya yang telah memaparkan kronologi kasus dan bentuk pelanggarannya yang terjadi di lapangan, dapat diketahui fakta bahwa PT Dong Woo Environmental Indonesia telah menyalahi peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Pelanggaran terhadap peraturan perudang-undangan dapat dilihat dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, yaitu sebagai berikut :

 Pasal 1 ayat 14 UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang berbunyi :

“Pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukkannya mahkluk hidup, zat, energi dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan”

 Pasal 59 ayat 1 UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang berbunyi :

“Setiap orang yang menghasilkan limbah B3 wajib melakukan pengelolaan limbah B3 yang dihasilkannya”

(4)

“Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mengendalikan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan”

 Pasal 68 huruf (b) dan huruf (c) UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang berbunyi : “Setiap orang yang melakukan usahadan/atau kegiatan

(a)melakukan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup

(e)membuang limbah ke media lingkungan hidup

(f) membuang B3 dan limbah B3 ke media lingkungan hidup

 Pasal 98 ayat 1 dan ayat 2 UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang berbunyi : (1)Setiap orang dengan sengaja melakukan perbuatan yang

mengakibatkan dilampauinya baku mutu udara ambien, baku mutu air, baku mutu air laut, atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling sedikit Rp 3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah) dan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).

(2)Apabila perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan orang luka dan/atau bahaya kesehatan manusia, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lam 12 (dua belas) tahun dan denda paling sedikit Rp 4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah) dan paling banyak Rp 12.000.000.000,00 (dua belas miliar rupiah).

Pencemaran ini telah menghilangkan hak masyarakat Desa Pasir Gombang atas lingkungan hidup yang baik dan sehat, karena mereka adalah korban yang merasakan dampak langsung pencemaran tersebut. Ketentuan hak mereka ini terdapat dalam pasal 65 ayat 1 UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang berbunyi :

“Setiap orang berhak atas lingkungan yang baik dan sehat sebagai bagian dari hak asasi manusia.”

(5)

ayat 2 UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang berbunyi :

(1)Setiap orang dengan sengaja melakukan perbuatan yang mengakibatkan dilampauinya baku mutu udara ambien, baku mutu air, baku mutu air laut, atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling sedikit Rp 3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah) dan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).

(2)Apabila perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan orang luka dan/atau bahaya kesehatan manusia, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lam 12 (dua belas) tahun dan denda paling sedikit Rp 4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah) dan paling banyak Rp 12.000.000.000,00 (dua belas miliar rupiah).

Dan pasal 106 UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang berbunyi :

“Setiap orang yang memasukan limbah B3 ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam pasal 69 ayat (1) huruf d, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan oaling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling sedikit Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) dan paling banyak Rp 15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah).”

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup juga dapat melakukan upaya meminta pemulihan lingkungan kepada pihak perusahaan dan ganti rugi. Untuk melakukan pemulihan dan ganti rugi berdasarkan pasal 54 ayat 1 dan ayat 2 serta pasal 87 ayat 1 UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang berbunyi :

Pasal 54 :

(1)Setiap orang yang melakukan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan wajib melakukan pemulihan fungsi lingkungan hidup. (2)Pemulihan fungsi lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada

e. Cara lain yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pasal 87 :

(1)Setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang melakukan perbuatan melanggar hukum berupa pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup yang menimbulkan kerugian pada orang lain atau lingkungan wajib membayar ganti rugi dan/atau melakukan tindakan tertentu.

(6)

Environmental Indonesia yaitu masalah perizinan sesuai pasal 76 ayat 1 dan ayat 2 UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang berbunyi :

(1)Menteri, gubernur, atau bupati/walikota menerapkan sanksi administrasi kepada penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan

Disamping penetapan sanksi administrasi sebagaimana diatur dalam UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang sudah terbukti bahwa PT Dong Woo Environmental Indonesia melakukan pencemaran Lingkungan dan melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan khususnya dibidang lingkungan hidup, maka ditinjau dari ketentaun Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007 pasal 146 ayat 1 (a) yang menyebutkan, “Pengadilan negeri dapat membubarkan perseroan atas permohonan kejaksaan berdasarkan alasan perseroan melanggar kepentingan umum atau perseroan melakukan perbuatan yang melanggar peraturan perundang-undangan.”

Oleh karena itu PT Dong Woo Environmental Indonesia yang telah mencemari media lingkungan sebagai suatu tindakan pelanggaran perundang-undangan, juga dapat dimintakan pembubaran perusahaan oleh Pengadilan Negeri.

Berdasarkan ketentuan tersebut PT Dong Woo Environmental Indonesia dapat diperingati agar berbuat sesuai izin dan apabila tidak, akan dikenakan sanksi yang paling kerasa pencabutan izin usaha perusahaan pengelolaan limbah B3 yang terbukti membuang liimbah ke lokasi pemukiman warga Desa Pasir Gombang, Kecamatan Cikarang, Bekasi. Selain itu pihak yang berkepentingan dapat mengajukan permohonan kepada penjabat yang berwenang untuk mencabut izin usaha dam/atau kegiatan karena merugikan masyarakat sekitar. Upaya administrasi merupakan upaya tercepat karena tidak memerlukan proses pengadilan. Dalam kasus pencemaran lingkungan ini upaya administrasi terasa lebih relevan mengingat pencemaran lingkungan hidup memerlukan upaya yang cepat agar kerugian yang ditimbulkan tidak terus bertambah.

Uji Syarat :

(7)

PT Dong Woo Environmental Indonesia dan timbunan limbah B3 dan limbah cair lainnya di sekitar area lahan kosong milik warga sekitar yang berasal dari limbah PT Dong Woo Environmental Indonesia serta dampak dari pencemaran limbah B3 tersebut mengakibatkan terganggunya kesehatan masyarakat yaitu keracunan dan infeksi gangguan pernapasan atas, pusing, batuk-batuk serta muntah-muntah. Zat berbahaya itu telah menyalahi ambang bats dan baku mutu lingkungan hidup sehingga melawan hukum dan ganti rugi terkait dengan pencemaran lingkungan maka dapat berlaku pasal 1365 BW yang berbunyi “ tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian keapda orang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugia tersebut.” Adapun unsur-unsur yang harus dipenuhi dalam pasal 1365 BW ini dan sudah terbukti dilakukan oleh PT Dong Woo Environmental Indonesia adalah :

1. Ada suatu perbuatan

Perbuatan disini adalah perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh PT Dong Woo Environmental Indonesia yang membuang limbah B3 ke pemukiman masyarakat.

2. Perbuatan tersebut melawan hukum

Bahwa perbuatan melawan hukum dalam hal ini adalah bahwa PT Dong Woo Environmental Indonesia telah melanggar ketentuan Undang-Undang Perlindungan dan Pengelolaab Lingkungan Hidup ini menganut asas tanggung jawab mutlak (strict liability) sebagaimana diatur dalam pasal 88 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 kerugian bagi masyarakat sebagi korban atas limbah B3.

5. Ada hubungan kausal antara Pebuatan dan Kerugian

(8)

Fakta lapangan yang menunjukkan bahwa pencemaran oleh PT Dong Woo Environmental Indonesia telah merenggut hak masyarakat Desa Pasir Gembong untuk mendapatkan lingkungan yang sehat dan baik yang sudah diatur dalam pasal 65 ayat 1 UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang dapat dilihat dari berubahnya kualitas tanah tempat limbah B3 tersebut dibuang yang mengakibatkan tanah menjadi mengeras, menghitam dan berbau serta air di lokasi tersebut berubah warna menjadi kehitaman dan berbau tak sedap oleh tercemarnya limbah B3 yang mengakibatkan kesehatan masyarakat ikut terganggu. Hal-hal diatas menunjukkan bahwa PT Dong Woo Environmental Indonesia telah menyalahi kewajibannya memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup dan mengendalikan pencemaran lingkungan serta menyalahi ketentuan tentang baku mutu lingkungan hidup dan/atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup.

Fakta-fakta lapangan diatas merupakan fakta hukum yang terungkap dan tak perlu pembuktian lebih lanjut lagi. Sehingga pihak PT Dong Woo Environmental Indonesia dituntut untuk melakukan tanggung jawab mutlak sebagaimana diatur dalam pasal 88 UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, yaitu :

“Setiap orang yang tindakannya menggunakan B3, menghasilkan dan ata mengelolah limbah B3, dan/atau yang menimbulkan ancaman serius terhadap lingkungan hidup bertanggungjawab mutlak atas kerugian yang terjadi tanpa pembuktian unsur kesalahan.”

Kesimpulan :

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pencemaran lingkungan khususnya pencemaran akibat limbah B3 merupakan peristiwa atau pencemaran yang berbahaya baik bagi lingkungan, ekosistem serta bagi masyarakat setempat. Akibat hukum yang ditimbulkan oleh pencemaran limbah B3 PT Dong Woo Environmental Indonesia dapat berupa perdata yaitu ganti kerugian masyarakat setempat yang lingkungannya tercemar limbah B3, ataupun pidana yang dapat berakibat gangguan kesehatan dan kerugian negara terhadap lingkungan hidup dan akibat yang timbul adalah pidana penjara bagi pelaku pencemaran lingkungan, dan akibat hukum administrasi bagi perusahaan yang melakukan pencemaran lingkungan yaitu berupa teguran tertulis, paksaan pemerintah, pembekuan izin lingkungan dan pencabutan izin lingkungan.

(9)

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hukum positif Indonesia, terdapat beberapa peraturan Perundang-Undangan yang mengatur tentang pencemaran nama baik, antara lain, dalam KUHP Bab XVI tentang penghinaan

pelaksanaan ketentuan peraturan perundang- undangan perpajakan. Pelanggaran terhadap ketentuan tersebut diatur dalam Pasal 34 UU KUP yang menyatakan bahwa, Pejabat

(2) Rincian Dokumen Hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b dijelaskan lebih lanjut sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai

Sebagai salah satu badan yang menyelenggarakan usaha dan telah diatur dalam perundang-undangan, maka sudah sepantasnya bahwa pemilik PT SUMBER ALFARIA TRIJAYA cabang Surabaya

Berdasarkan fakta-fakta yang ada serta ketentuan-kententuan dari peraturan perundang-undangan yang berlaku seharusnya tergugat tidak sampai menerbitkan keputusan yang

sahamnya yang diatur dalam anggaran dasar PT sesuai dengan ketentuan. peraturan

Politik hukum terhadap pembatalan peraturan daerah oleh menteri dalam negeri dapat dilihat dari sistem peraturan perundang-undangan, kontrol pembentukan peraturan

Dalam hukum positif Indonesia, terdapat beberapa peraturan Perundang-Undangan yang mengatur tentang pencemaran nama baik, antara lain, dalam KUHP Bab XVI tentang penghinaan