• Tidak ada hasil yang ditemukan

Draft Research Pengaruh Metode Outdoor S

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Draft Research Pengaruh Metode Outdoor S"

Copied!
188
0
0

Teks penuh

(1)

A. Latar Belakang Masalah

Sejak Nabi Adam diciptakan, Allah telah memberikan karunia yang besar berupa akal. Sehingga dengan akal itulah Nabi Adam atas seizin Allah dapat memperoleh kemampuan-kemampuan dasar, baik jasmaniah maupun rohaniah. Kemampuan-kemampuan itulah yang menjadikan Nabi Adam mampu mempertahankan hidup dan mencapai tingkat kesejahterannya. Tidak hanya itu, apa yang dikaruniai Allah kepada Nabi Adam ternyata juga dimiliki oleh manusia-manusia keturunan Adam dari masa ke masa, maka dari itulah kemampuan dasar menjadi modal utama dan terpenting dalam pengembangan kehidupan umat manusia dalam segala bidang dan untuk masa depan.

Lantas timbul pertanyaan bahwa bagaimanakah cara mengembangkan kemampuan dasar dari Allah SWT tersebut untuk kemaslahatan dan mengatasi permasalahan umat manusia di masa yang akan datang? Satu-satunya cara adalah manusia membutuhkan sarana yang tepat untuk mewadahi umat manusia khususnya generasi muda, yaitu sarana pendidikan.

Pendidikan merupakan hal yang memiliki peran yang begitu penting dalam kehidupan umat manusia, sebab pendidikan merupakan suatu upaya setiap manusia untuk mengumpulkan bekal sebanyak dan sebaik mungkin untuk menjalani kehidupan di masa depan kelak. Sebagaimana yang tercantum dalam UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) pada Bab 1 pasal 1 ayat 1 yang berbunyi: “Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik atau siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memuliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

(2)

memiliki kemampuan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara”1.

Dari definisi tersebut tampak betapa pentingnya pendidikan bagi kehidupan manusia dari berbagai aspek. Oleh sebab itu, dalam pelaksanaannya harus dilakukan sebaik mungkin agar hasilnya nanti menjadi baik pula. Sehingga manusia terdidik akan mampu menghadapi berbagai persoalan di sekitarnya sekaligus berusaha maksimal untuk meningkatkan kesejahteraan umatnya di dalam tugas dan tanggung jawab hidupnya sebagai khalifah di muka bumi.

Namun, pendidikan tidak akan bisa berjalan mulus jika salah satu unsur/komponen kegiatan tidak ada, salah satunya adalah guru atau tenaga pendidik. Sayangnya, peran serta guru masa kini kebanyakan hanya sekadar mentransfer ilmu-ilmu teoritis belaka kepada siswa-siswanya. Padahal tugas utama seorang guru adalah memperhalus akhlak siswa menjadi akhlaqul karimah dan menuntun siswa menjadi pribadi yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.

Hingga saat ini pendidikan kita masih kerap “dihantui” oleh pandangan bahwa pengetahuan adalah sekumpulan komponen kata, kalimat, paragraf yang harus dihafal oleh siswa. Ditambah lagi dengan penempatan seorang guru yang masih sebagai pusat ilmu pengetahuan. Hendaknya seorang guru dapat menerapkan situasi pembelajaran yang berbeda dari yang biasanya, yang mana serangkaian pembelajaran tersebut dapat tercipta suatu interaksi terutama dari siswa, baik interaksi sesama siswa, interaksi siswa dengan guru, maupun interaksi siswa dan lingkungannya. Tentu saja inteaksi-inteaksi tersebut tidak hanya bersifat aktif, tetapi juga salah satunya dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Maka, dari pelajaran IPS yang sarat akan hafalan, ada berbagai macam upaya untuk mengurangi kejenuhan pada siswa dan tentu saja menyenangkan yang bisa diterapkan oleh

(3)

guru, khusus dalam penelitian ini penulis mencoba menerapkan suatu metode pembelajaran IPS yang menyenangkan.

Berdasarkan pantauan di lapangan dalam hal ini di kelas bahwa pelajaran IPS masih kurang diminati oleh siswa. Hal ini disebabkan dari penempatan jam pelajaran IPS untuk kelas IV khususnya IV E 1 jam pada jam pelajaran pertama terkesan “tanggung” karena terhimpit dengan jam pelajaran olahraga, sehingga siswa tampak kurang fokus saat pelajaran berlangsung. Juga mereka juga harus siap-siap untuk mengikuti pelajaran olahraga di lapangan. Beruntung di hari yang sama masih ada dua jam pelajaran IPS setelah istirahat.

Saat pelajaran berlangsung, beberapa anak-anak kadang merasa jenuh, buktinya ketika guru sedang menjelaskan materi di kelas ada anak-anak yang mengobrol, bahkan ada yang jalan-jalan kesana kemari. Di sisi lain, permasalahan yang juga terjadi di sekolah ini adalah kurangnya minat membaca pada peseta didik, karena masih banyak anak-anak yang hasil belajarnya kurang dari KKM (Kriteria Kelulusan Minimal). Selain itu juga sebagian guru masih mendominasi jalannya pembelajaran sehingga siswa mudah bosan dan cenderung pasif dalam mengikuti pembelajaran IPS.2

Dari permasalahan tersebut dapat diatasi jika menggunakan metode belajar tidak harus selalu di ruangan kelas. Oleh karena itu, guru hendaknya perlu upaya pengembangan dengan memilih metode pembelajaran yang tepat dalam menarik minat siswa dalam belajar agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

(4)

Dari latar belakang permasalahan itulah, penulis ingin melakukan

1. Suasana kelas tidak kondusif selama pembelajaran IPS berlangsung (siswa cenderung mengobrol)

2. Proses pembelajaran IPS yang masih monoton dan kurang variatif (masih menggunakan metode ceramah)

3. Minat siswa kelas IV dalam membaca buku masih kurang, hal ini terbukti dengan rendahnya nilai UH (Ulangan Harian), tugas, dan sebagainya 4. Sebagian guru masih mendominasi jalannya proses pembelajaran sehingga

menimbulkan rasa bosan dan cenderung pasif dalam proses pembelajaran IPS.

C. Pembatasan Masalah

Penulis memfokuskan masalah-masalah tersebut hanya dalam cakupan metode Outdoor Study mata pelajaran IPS kelas IV di SDI Harapan Ibu dengan hasil belajar yang dicapai. Masalah-masalah tersebut berfokus pada sejauh mana pengaruh metode Outdoor Study terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas IV di SDI Harapan Ibu Jakarta.

D. Rumusan Masalah

Dari batasan masalah tersebut, dapat dirumuskan sebagai berikut ”Apakah ada pengaruh metode Outdoor Study terhadap hasil belajar siswa pada Mata Pelajaran IPS Kelas IV di SDI Harapan Ibu Jakarta?”

E. Tujuan Penelitian

(5)

terhadap hasil belajar siswa pada Mata Pelajaran IPS Kelas IV di SDI Harapan Ibu Jakarta.

F. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis

1) Manfaat bagi penulis

Menambah wawasan sekaligus memberikan sumbangan untuk pemecahan masalah dalam pelajaran IPS

2) Manfaat bagi siswa

Apabila penggunaan metode Outdoor Study dalam Penelitian ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa, maka siswa dapat lebih mudah Outdoor Study terhadap hasil belajar pada mata pelajaran IPS dan sekaligus dapat dijadikan bahan kajian yang menarik dan dapat diteliti secara mendalam

b. Manfaat Praktis 1) Manfaat bagi guru

Metode Outdoor study dapat dijadikan suatu metode alternatif dalam proses belajar mengajar

2) Manfaat bagi sekolah

Dapat memberikan masukan bagi sekolah sebagai acuan untuk pengambilan keputusan/kebijakan di sekolah tersebutdan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang lebih baik sehingga sumber daya manusia yang dihasilkan lebih berkualitas dan berdaya saing tinggi

3) Manfaat bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(6)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Metode Pembelajaran Outdoor Study

1. Pengertian Metode Pembelajaran

Sebelum membahas pengertian metode secara harfiah, perlu dipahami lebih lanjut mengenai istilah metodologi. Dalam bahasa Yunani metodologi berasal dari kata “mefha” yang berarti melalui, “hodos” yang berarti jalan atau cara, dan “logos” yang berarti pengetahuan. Jadi bila dikaitkan dengan pendidikan dapat dipahami bahwa metodologi pendidikan adalah jalan yang kita lalui untuk memberikan pemahaman atau pengertian kepada anak didik, atau segala macam pelajaran yang diberikan.3

Menurut Pupuh Faturrahman dan Sobry Sutikno, metode secara harfiah berarti ‘cara’. Dalam pemakaian yang umum, metode diartikan sebagai suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk mencapai tujuan tertentu.4

Sedangkan pembelajaran sendiri adalah suatu usaha atau proses yang dialkukan secara sadar dengan mengacu pada tujuan (pembentukan kompetensi), yang dengan sistematik dan terarah pada terwujudnya perubahan tingkah laku.5

Jadi dari definisi metode di atas bila dikaitkan dengan pembelajaran maka metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara atau strategi yang digunakan guru untuk melakukan proses pembelajaran di kelas, terutama dalam konteks transfer of knowledge dan transfer of value. Metode

3 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), Cet. 6, h. 136

4 Pupuh Faturrohman dan Sobry Sutikno, Strategi Pembelajaran Mengajar Strategi Mewujudkan Pembelajaran Bermakna melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami, (Bandung: Refika Aditama, 2007), Cet. 1, h. 55.

(7)

tersebut membantu guru untuk mengoptimalkan proses pembelajaran sehingga kompetensi yang direncanakan dapat tercapai dengan maksimal.6

Metode pembelajaran menurut Winarno Surahmad adalah cara untuk mempermudah peserta didik mencapai kompetensi tertentu. Hal ini berlaku baik bagi guru maupun peserta didik.7

Selain itu, Iwan Purwanto berpendapat bahwa metode pembelajaran diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis metode dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, karena tidak semua metode pembelajaran bisa diterapkan dalam materi pelajaran tertentu, dengan kata lain setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Tidak hanya itu yang tidak kalah penting juga guru harus mengetahui sejauh mana kemampuan awal peserta didik sehingga dapat menjadi acuan awal guru dalam menentukan metode pembelajaran yang tepat tanpa menimbulkan respon yang kurang baik dari peserta didik itu sendiri.

2. Metode Outdoor Study

a. Pengertian

Bicara soal outdoor study, sepintas kita memahami sebagai suatu metode yang mana guru mengajak siswanya untuk belajar di luar

6 Ibid., h. 122

7 Ifif Khoiru Ahmadi, dkk., Strategi Pembelajaran Berorientasi KTSP, (Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2011), Cet. 1, h. 130

(8)

kelas, sehingga bisa dibilang tercetusnya metode KBM keluar kelas ini karena selama ini bagi siswa kegiatan belajar di dalam kelas sudah terlalu “mainstream”, atau lebih terfokus pada pembelajaran klasikal yang hanya terkonsentrasi di dalam kelas.

Tidak hanya itu, metode outdoor study muncul disebabkan oleh kejenuhan siswa selama mengikuti proses pembelajaran di kelas. Rutinitas belajar cenderung kaku dan monoton. Sekilas mungkin pembelajaran bisa berhasil jikalau siswa dapat menghafal apa yang tertulis di buku hingga titik atau koma. Begitulah kiranya jalannya sistem pendidikan kita saat ini.

Ada beberapa pendapat mengenai definisi outdoor study, di antara pendapat yang dikemukakan ada keterkaitan metode outdoor study dengan istilah-istilah/metode-metode lain yang beragam, sehingga metode ini mempunyai banyak istilah. Berikut beberapa uraian terkait metode outdoor study:

1) Menurut Fitroh, “metode outdoor study mempunyai banyak istilah seperti studi lapangan, karyawisata, study tour, fieldtrip, dan lain sebagainya. Meski begitu, makna dari seluruh istilah tersebut sesungguhnya merujuk kepada metode yang membawa/mengajak peserta didik untuk mempelajari objek langsung ke lapangannya (habitatnya)”.9

2) Menurut Naily Hidayati, “metode outdoor study adalah metode di mana guru mengajak siswa belajar di luar kelas untuk melihat peristiwa langsung di lapangan yang bisa membawa mereka pada perubahan perilaku terhadap lingkungan sekitar dan bertujuan menghilangkan kejenuhan terhadap pembelajaran yang dilakukan di dalam ruang kelas”.10

9 Fitroh Robiah, “Penerapan Metode Outdoor dengan Tipe Observasi dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Kelas VIII di MTs Al-Falah III Jakarta Selatan (Penelitian Tindakan Kelas)” Skripsi S1 pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012, h. 16, tidak dipublikasikan.

(9)
(10)
(11)

perubahan perilaku terhadap lingkungan sekitar”.11

(12)
(13)

yang relevan.12

(14)
(15)

lingkungannya.13

Dari paparan di atas menunjukkan bahwa, ada berbagai macam istilah dalam outdoor study, namun demikian dari pemaparan itu jelas bahwa metode ini dimaknai sebagai kegiatan pembelajaran di luar kelas dengan melihat langsung fenomena yang tentu saja harus berkaitan dengan topik yang guru ajarkan.

Namun demikian, metode outdoor study tidak harus dilakukan di tempat-tempat wisata saja, tetapi juga dapat dilaksanakan setidaknya di lingkungan sekitar sekolah, seperti di taman sekolah dan sebagainya. Selain itu metode outdoor study dapat dilaksanakan dalam serangkaian kegiatan belajar mengajar siswa pada suatu mata pelajaran dalam satu semester. Meskipun metode seperti ini menurut penulis jarang sekali diterapkan di sekolah-sekolah, tetapi setidak-tidaknya siswa dapat merasakan sendiri fenomena langsung sehingga materi dapat terserap dengan mudah.

Dengan kata lain, metode outdoor study sifatnya menyenangkan karena kita bisa melihat, mengagumi, dan belajar segala sesuatu yang telah diciptakan Allah SWT yang terbentang di alam bebas. Seperti halnya belajar di lingkungan sekolah misalnya dapat dilakukan di taman, halaman sekitar atau di kebun sekolah. Atau bisa juga di luar sekolah seperti di perkampungan pertanian/nelayan, di museum, kebun binatang, area pertanian/perkebunan, industri kecil/besar dan masih banyak lagi tempat-tempat yang dijadikan sumber belajar pada metode outdoor study, asalkan tempat-tempat tersebut sesuai dengan materi yang akan diajarkan guru.

(16)

lingkungan alam/masyarakat beserta fenomena-fenomena yang sesungguhnya.

b. Tujuan

Secara umum, tujuan pendidikan yang dicapai melalui aktivitas belajar di luar kelas atau di luar lingkungan sekolah sebagai berikut: 1) Mengarahkan peserta didik untuk mengembangkan bakat dan

kreativitas mereka dengan seluas-luasnya di alam terbuka.

2) Kegiatan belajar mengajar di luar kelas bertujuan menyediakan latar (setting) yang berarti bagi pembentukan sikap dan mental peserta didik

3) Meningkatkan kesadaran, apresiasi, dan pemahaman peserta didik terhadap lingkungan sekitarnya

4) Membantu mengembangkan segala potensi setiap peserta didik agar menjadi manusia sempurna, yakni memiliki perkembangan jiwa, raga, dan spirit yang sempurna.

5) Memberikan konteks dalam proses pengenalan berkehidupan sosial dalam tatanan praktek (kenyataan di lapangan)

6) Menunjang keterampilan dan ketertarikan peserta didik. Bukan hanya ketertarikan terhadap mata pelajaran tertentu yang bisa dikembangkan di luar kelas, melainkan juga ketertarikan terhadap kegiatan-kegiatan di luar kelas

7) Menciptakan kesadaran dan pemahaman peserta didik cara menghargai alam dan lingkungan, serta hidup berdampingan di tengah perbedaan suku, ideologi, agama, politik, ras, bahasa, dan lain sebagainya

8) Mengenalkan berbagai kegiatan di luar kelas yang dapat membuat pembelajaran lebih kreatif

(17)

10) Memberikan kontribusi penting dalam rangka membantu mengembangkan hubungan guru dan murid

11) Menyediakan waktu seluas-luasnya bagi peserta didik untuk belajar dari pengalaman langsung melalui implementasi bebas kurikulum sekolah di berbagai area

(18)
(19)

pelajaran.14 c. Karakteristik

Untuk memberikan materi pelajaran di luar kelas guru hendaknya mengetahui metode-metode pengajaran di luar kelas. Metode-metode tersebut menurut Musholeh adalah sebagai berikut:

(20)

4) Metode observasi15

(21)
(22)

alam bebas”.16

(23)
(24)

kelas”.17

Adapun langkah-langkah metode observasi dalam pembelajaran di luar kelas adalah sebagai berikut:

1) Perencanaan Observasi

a) Guru harus menetapkan tujuan pembelajaran melalui observasi b) Guru harus menetapkan objek yang akan diobservasi

c) Menetukan alat yang dibutuhkan dalam observasi

d) Sebelum observasi, guru juga harus membuat instrumen untuk mengadakan observasi

e) Guru seharusnya mengetahui dan memperkirakan resiko-resiko yang bisa muncul ketika observasi, sehingga memunculkan solusi dalam menyikapi resiko tersebut dan menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

f) Guru harus memastikan bahwa observasi harus menggunakan surat izin atau tidak.

Jadi dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa guru harus melakukan berbagai perencanaan tersebut secara matang agar mendapatkan tujuan yang benar-benar diinginkan.

2) Pelaksanaan Observasi

a) Para siswa dan guru langsung menuju tempat observasi yang telah ditentukan sebelumnya.

b) Para siswa mengamati objek observasi dan dibimbing langsung oleh guru pendamping

c) Ketika melakukan pengamatan, sesekali guru juga harus menerangkan tentang sesuatu yang diamati para siswa, sehingga mereka semakin mudah mengerti dan memahami d) Selain menjelaskan terkait hal-hal yang diamati, guru juga

menanyakan siswa unuk menguji pemahaman mereka

(25)
(26)

nilai oleh guru.18

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ketika menggunakan metode di luar kelas maka harus direncanakan sebaik mungkin, apalagi kalau dilaksanakan di tempat wisata misalnya yang mana untuk penggunaan lokasi harus seizin pihak pengelola, juga dalam pelaksanaannya guru dan siswa harus memperhatikan hal-hal yang telah dikemukakan tersebut agar proses pembelajaran dapat berjalan maksimal. Setelah itu hendaknya ada tindak lanjut misalnya berupa presentasi.

d. Kelebihan dan Kekurangan

Kegiatan pembelajaran di luar kelas memiliki keunggulan dalam upaya peningkatan hasil belajar, kelebihan tersebut menurut Adelia Vera adalah sebagai berikut:

1) Mendorong motivasi belajar kepada para siswa

2) Guru bisa lebih mudah menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi para siswa

3) Mampu mengasah aktivitas fisik dan kreativitas para siswa

4) Bisa menggunakan media konkret dan memahami lingkungan yang ada di sekitarnya

5) Mendorong para siswa menguasai keterampilan sosial

6) Mendorong para siswa mempunyai keterampilan studi dan membuat mereka menekuni budaya kerja keras

7) Mendorong siswa menguasai keterampilan belajar kelompok 8) Tidak memerlukan peralatan banyak

(27)

10) Mendekatkan hubungan emosional antara guru dan siswa.19 Namun di sisi lain, metode ini memiliki kekurangan, diantaranya: 1) Para siswa bisa berkeliaran ke mana-mana karena berada di alam

bebas

2) Gangguan konsentrasi

3) Kurang tepat waktu (waktu banyak tersita), biasanya lebih sering terjadi saat dalam perjalanan ke lokasi outdoor

(28)

6) Bisa terserang panas atau dingin.20

Dari kelebihan dan kekurangan di atas, penulis menyimpulkan bahwa belajar ala outdoor study dapat meninggalkan kesan mendalam pada siswa dari apa yang dilihat, dirasakan, dipilih, dicatat, diidentifikasikan, lalu dianalisis apapun yang dilihatnya di lapangan sebagai suatu proses pembelajaran. Namun, untuk melaksanakan metode ini perlu perencanaan dan pertimbangan serta antisipasi yang matang sekaligus materi yang cocok dengan lokasi outdoor, agar pelaksanaan nantinya berjalan lancar dan tidak berakhir sia-sia.

B. Hasil Belajar 1. Definisi

Pada hakikatnya, belajar adalah “perubahan” yang terjadi di dalam diri seseorang setelah berakhirnya melakukan aktivitas belajar. Meskipun tidak semua perubahan termasuk kategori belajar. Misalnya: perubahan fisik, mabuk, gila, dan sebagainya.

(29)
(30)

perilakunya sebagai akibat pengalaman”.21

(31)
(32)
(33)
(34)

belajarnya”.23

(35)
(36)
(37)
(38)

memperoleh suatu bentuk prilaku yang relatif menetap.25

Jadi, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah segenap pengetahuan yang dicapai siswa dari serangkaian proses pembelajaran di sekolah yang didapat dari hasil tes atau ujian yang diberikan setelah proses pembelajaran berlangsung.

2. Faktor Pengaruh

Ada dua faktor yang memengaruhi hasil belajar siswa, yakni faktor internal (dari dalam diri siswa), dan faktor eksternal (dari luar siswa). Meski begitu, kedua faktor ini sama penting dalam menentukan hasil belajar siswa.

Yang termasuk faktor internal adalah:

a. Jasmaniah (fisiologis), baik yang sifatnya bawaan maupun yang diperoleh. Misalnya panca indra, struktur tubuh, dan sebagainya b. Psikologis, baik bawaan maupun yang diperoleh, terdiri atas:

1) Intelektif

2) Potensial yakni kecerdasan dan bakat

3) Kecakapan nyata yakni prestasi yang dimiliki

4) Non intelektif, yakni unsur-unsur kepribadian tertentu sperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, penyesuaian diri.

c. Kematangan fisik maupun psikis.

(39)

c. Lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, cuaca dan iklim

(40)
(41)

tidak langsung dalam mencapai prestasi belajar.26

(42)
(43)

lingkungan keluarga, dan lingkungan sekitarnya.27

Dari faktor-faktor tersebut dapat penulis simpulkan bahwa kecerdasan dan bakat yang diperoleh dari lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, dan kelompok dapat memengaruhi hasil belajar siswa.

C. IPS

1. Definisi

(44)
(45)

pakar kita di Indonesia.28

Berikut pengertian IPS yang dikemukakan oleh beberapa ahli:

a. Menurut S. Nasution mendefinikan IPS sebagai pelajaran yang merupakan fusi atau paduan sejumlah mata pelajaran sosial. Dinyatakan bahwa IPS merupakan bagian kurikulum sekolah yang berhubungan dengan peran manusia dalam masyarakat yang terdiri atas subjek sejarah, ekonomi, geografi, sosiologi, antropologi, dan psikologi sosial.

b. Nu’man Soemantri menyatakan bahwa IPS merupakan pelajaran ilmu-ilmu sosial yang disederhanakan untuk tingkat SD, SLTP, dan SLTA. c. Kurikulum 1975 IPS sebagai salah satu nama mata pelajaran yang

diberikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Maka pembelajaran IPS merupakan sebuah mata pelajaran integrasi yang terdiri dari mata pelajaran Sejarah, Geografi, Sosiologi, Ekonomi, serta mata pelajaran sosial lainnya.

(46)
(47)

kepentingan sekolah-sekolah.29

(48)
(49)

pendidikan.30

(50)
(51)

sosial di atas.31

Pelajaran IPS di SD mengajarkan konsep-konsep esensi ilmu sosial untuk membentuk subjek didik menjadi warga negara yang baik. Istilah IPS mulai resmi digunakan di Indonesia tahun 1975 adalah istilah Indonesia untuk Social Studies di Amerika. Kita mengenal berbagai istilah seperti ilmu sosial, studi sosial, dan ilmu pengetahuan sosial.

Pertama, ilmu sosial yang menekankan pada keilmuan yang berkenaan pada kehidupan masyarakat atau kehidupan sosial. Ilmu sosial adalah ilmu yang berkenaan dengan manusia dalam konteks sosial dengan kata lain semua bidang ilmu yang mempelajari manusia sebagai anggota masyarakat.

Kedua, social study, istilah ini dikenal di Amerika Serikat tahun 1913, sebagai nama komisi pendidikan. Tugasnya untuk merumuskan dan membina kurikulum sekolah untuk mata pelajaran sejarah dan geografi sekaligus memberikan nama resmi kepada kurikulum sekolah untuk kedua mata pelajaran tersebut. Untuk mengembangkan pendidikan social studies, pada tahun 1921 di Washington DC dibentuklah Dewan Nasional untuk Social Sudies. Hasilnya, diterbitkanlah jurnal bernama Socal Education. Jadi pengertian studi sosial adalah bidang pengetahuan dan penelaahan gejala dan masalah sosial di masyarakat yang ditinjau dari berbagai aspek sosial, dalam usaha mencari jalan keluar dari masalah tersebut.

Ketiga, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). IPS seperti halnya bidang studi IPA, Matematika, Bahasa Indonesia, IPS sebagai bidang studi memiliki garapan materi yang dipelajari cukup luas. Bidang garapannya meliputi gejala-gejala dan masalah kehidupan manusia di masyarakat. Tekanan yang dipelajari IPS berkenaan dengan gejala dan masalah kehidupan masyarakat yang nyata.

(52)
(53)

kehidupan atau satu perpaduan.32

Dari pendapat para ahli mengenai definisi IPS, dapat peneliti simpulkan bahwa IPS merupakan bidang studi yang materinya terdiri atas gabungan dari berbagai setiap aspek ilmu sosial kemasyarakatan yang diajarkan untuk tujuan pendidikan sekaligus menjadi bekal peserta didik agar mampu memecahkan masalah yang berhubungan dengan kehidupan sosial di lingkungan sekitarnya kelak.

2. Karakteristik

Jika dilihat dari materi dan strategi penyampaiannya, maka karakteristik pendidikan IPS khususnya di SD adalah sebagai berikut: a. Fokus kajian pendidikan IPS adalah kehidupan manusia dengan

sejumlah aktivitas sosialnya.

b. Materi pendidikan IPS berasal dari disiplin ilmu-ilmu sosial yang kemudian diorganisasikan dan disederhanakan untuk tujuan pendidikan.

c. Organisasi materi pendidikan IPS pada tingkat sekolah dasar menggunakan pendekatan secara terpadu/fusi.

(54)
(55)

yang terjadi di sekitar siswa.33

Sedangkan dari aspek ruang lingkup materi, karakteristik IPS menurut Ahmad Susanto adalah sebagai berikut:

a. Menggunakan pendekatan lingkungan yang luas

b. Menggunakan pendekatan terpadu antarmata pelajaran yang sejenis c. Berisi materi konsep, nilai-nilai sosial, kemandirian, dan kerjasama d. Mampu memotivasi peserta didik untuk aktif, kreatif, dan inovatif dan

(56)
(57)

memperluas cakrawala budaya.34

Berdasarkan karakteristik dari berbagai aspek di atas, dapat peneliti simpulkan bahwa karakteristik pendidikan IPS mencakup kajian tentang fenomena sosial yang disederhanakan dari berbagai sudut pandang disiplin ilmu untuk tujuan pendidikan dengan pendekatan terpadu.

3. Ruang Lingkup

Dengan pertimbangan bahwa manusia dalam konteks sosial demikian luas, pengajaran IPS pada jenjang pendidikan harus dibatasi sesuai dengan kemampuan peserta didik tiap jenjang, sehingga ruang lingkup pengajaran IPS pada jenjang pendidikan dasar berbeda dengan jenjang pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

Pada jenjang pendidikan dasar, ruang lingkup pengajaran IPS dibatasi hanya sampai pada gejala dan masalah sosial yang dapat dijangkau pada geografi dan sejarah. Terutama gejala dan masalah sosial kehidupan sehari-hari yang ada di lingkungan sekitar peserta didik MI/SD.

Pada jenjang pendidikan menengah, ruang lingkup kajian mulai diperluas. Begitu pula pada jenjang pendidikan tinggi. Bobot dan kualitas materi kajian semakin dipertajan dengan berbagai pendekatan. Beberapa diantaranya yakni interdisipliner atau multidisipliner dan pendekatan sistem.

(58)
(59)

sendiri sesuai kebutuhan dan tuntutan masyarakat.35

Sedangkan ruang lingkup mata pelajaran IPS di tingkat SD/MI memiliki beberapa aspek:

a. Manusa, tempat, dan lingkungannya b. Waktu, berkelanjutan, dan perubahan c. Sistem sosial dan budaya

d. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan

e. IPS SD sebagai Pendidikan Global (Global Education), yakni:

1) Mendidik siswa akan kebhinekaan bangsa, budaya , dan peradaban di dunia

2) Menanamkan kesadaran ketergantungan antarbangsa

(60)

4) Mengurangi kemiskinan, kebodohan, dan perusakan lingkungan36

4. Tujuan

Tujuan pendidikan IPS menurut Hasan dalam buku Ahmad Susanto mencakup tiga kategori, yaitu:

a. Pengembangan kemampuan intelektual siswa

(61)

c. Pengembangan diri peserta didik sebagai individu37

Tidak jauh dari apa yang dikemukakan di atas, tujuan pendidikan IPS menurut Permendiknas No 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi adalah sebagai berikut:

a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungan

b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, pemecahan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial

(62)
(63)

global.38

Secara umum, tujuan IPS pada tingkat SD untuk membekali peserta didik dalam bidang pengetahuan sosial. Adapun secara khusus tujuan pendidikan IPS di SD adalah membekali anak dengan:

a. Pengetahuan sosial yang berguna dalam kehidupannya.

b. Kemampuan mengidentifikasi, menganalisis, dan menyusun alternatif pemecahan masalah nasional yang terjadi dalam kehidupan masyarakat

c. Kemampuan berkomunikasi dengan sesama warga masyarakat dan berbagai bidang keilmuan serta bidang keahlian

(64)
(65)

teknologi.39

Menurut Purwanto, di tingkat SD/MI, mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan:

a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya

b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.

(66)
(67)

global.40

Dari tujuan-tujuan IPS di atas, dapat peneliti simpulkan bahwa tujuan IPS diajarkan di sekolah agar siswa mampu mengenal dan menyelesaikan masalah-masalah di lingkungan sosialnya sekaligus dapat berinteraksi dengan masyarakat majemuk baik di lingkungan skala kecil maupun lingkungan skala global.

D. Penelitian yang Relevan

Naily Hidayati, mahasiswa jurusan Pendidikan IPS UIN Jakarta dalam skripsi yang berjudul Pengaruh Metode Outdoor Study terhadap Hasil Belajar Geografi pada Pokok Bahasan Sumber Daya Alam di Taman Mini Indonesia Indah (Kuasi Eksperimen di SMAN 63 Jakarta).

Selain itu penelitian yang terkait dengan penulis yakni dari Fitroh Robiah, mahasiswi Jurusan Pendidikan IPS UIN Jakarta dalam skripsi yang berjudul”Penerapan Metode Outdoor dengan Tipe Observasi dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Kelas VIII di MTs Al-Falah III Jakarta Selatan (Penelitian Tindakan Kelas)”

Kemudian dari Ahmad Fauzi, mahasiswa jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Jakarta dengan judul skripsi “Pengaruh Pembelajaran Outdoor terhadap Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa Kelas VIII di SMP Nusantara Plus Tangerang Selatan

Terakhir dari Riza Faraziah, mahasiswa jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah UIN Jakarta dengan judul skripsi “Pengaruh Penggunaan Metode Pembelajaran Outdoor Learning terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas III dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Pondok Karya Tangerang Selatan

E. Kerangka Berpikir

(68)

akan disampaikan kepada peserta didik karena tidak semua materi ajar bisa diterapkan dalam satu metode.

Selama ini, metode pembelajaran yang sering bahkan selalu diterapkan oleh guru-guru di setiap sekolah hingga saat ini adalah metode klasik yakni ceramah, sehingga jalannya pembelajaran di kelas cenderung didominasi oleh guru. Selain itu, kegiatan pembelajaran mutlak dipusatkan di kelas, kecuali mata pelajaran tertentu seperti olahraga dan sebagainya. Akibatnya siswa menjadi bosan dan minat belajar menjadi kurang sehingga hasil belajar banyak yang kurang maksimal.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode outdoor study, metode ini dimaknai sebagai metode yang mengajak para siswa keluar kelas untuk melihat/mengalami langsung lingkungan yang sebenarnya sehingga siswa semakin mengerti dengan mengaitkan fenomena tersebut dengan materi yang diajarkan. Namun, metode keluar kelas ini berbeda dengan metode yang serupa karena metode ini bisa dilakukan di mana saja selama berkaitan dalam materi ajar dan pelaksanaannya masih dalam rangkaian kegiatan pembelajaran pada suatu mata pelajaran dalam satu semester. Meskipun terdapat kelemahan yakni usaha ekstra guru dalam mengarahkan siswa ketika pembelajaran keluar kelas berlangsung, apabila guru mampu mengantisipasi hal tersebut maka tentu saja metode keluar kelas ini merupakan cara yang meyenangkan bagi siswa untuk dilakukan.

(69)

Kaitannya dengan outdoor study, tentu saja metode tersebut sangat membantu dalam meningkatkan hasil belajar siswa, khususnya mata pelajaran IPS, karena umumnya mata pelajaran IPS banyak sekali materi yang merujuk kepada fenomena-fenomena yang nyata di lingkungan sekitar sekolah sehingga cocok sekali materi tersebut diajarkan langsung ke lapangan yang sesungguhnya.

(70)
(71)

makna serta manfaat mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial secara nyata”.41 Berdasarkan uraian di atas, diharapkan bahwa penerapan metode Outdoor Study dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas IV di SDI Harapan Ibu Jakarta.

F. Hipotesis Penelitian

Dari kajian teori dan kerangka berpikir yang telah dikemukakan sebelumnya, penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut:

Ho: Tidak ada pengaruh yang signifikan antara metode outdoor study dengan hasil belajar siswa kelas IV SDI Harapan Ibu Jakarta

(72)

A. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian permasalahan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh metode Outdoor Study terhadap

dipublikasikan.

11 Adelia Vera, Metode Mengajar di Luar Kelas (Outdoor Study), (Yogyakarta: Diva Press, 2012), h. 17-18

12 Husamah, Pembelajaran di Luar Kelas (Outdoor Learning), (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2013), h. 19

13 Ibid., h. 23

14 Adelia Vera, Metode Mengajar di Luar Kelas (Outdoor Study), (Yogyakarta: Diva Press, 2012), h. 21-25.

15 Ibid., h. 107 16 Ibid,. h. 134

17 Naily Hidayati, Pengaruh Metode Outdoor Study terhadap Hasil Belajar Geografi Siswa pada Pokok Bahasan Sumber Daya Alam di Taman Mini Indonesia Indah, Skripsi S1 pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2014, h. 26, tidak dipublikasikan.

18 Adelia Vera, Metode Mengajar di Luar Kelas (Outdoor Study), (Yogyakarta: Diva Press, 2012), h. 137-140

19 Ibid., h. 28-45 20 Ibid., h. 47-51

21Ratna Wilis Dahar, Teori-teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Erlangga, 2011), h. 2. 22 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), Cet. 15, h. 89.

23 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), h. 22.

24 Ahmad Susanto, “Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar”, (Jakarta: Kencana, 2013), Cet. 1, h. 4

25 Ibid., h. 5

26 Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1991), h. 130-131

27Susanto, op cit., h. 12

28 Sapriya, dkk, Konsep Dasar IPS, (Bandung: UPI Press, 2006), Cet. 1 h. 3 29 Iwan Purwanto, Buku Ajar Pembelajaran IPS, (Jakarta: UIN Press, 2014), h. 4-5.

30 Rudy Gunawan, Pendidikan IPS Filosofi, Konsep, dan Aplikasi, (Bandung: Alfabeta, 2013), Cet. 2, h. 17

31 Ahmad Susanto, Pengembangan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar, (Jakarta: Kencana, 2014), Cet. 1, h. 6.

32Ibid., h. 6-10

33 Nana Supriyatna, dkk, Pendidikan IPS di SD, (Bandung: UPI Press, 2007), Cet. 1, h. 3. 34 Ahmad Susanto, Pengembangan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar (Jakarta: Kencana, 2014), Cet. 1, h. 22.

35 Iwan Purwanto, Buku Ajar Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, (Jakarta: UIN Press, 2014), h. 52

(73)

hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS Kelas IV di SDI Harapan Ibu Jakarta.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di semester genap, tepatnya di bulan April -Mei 2016 pada jam efektif KBM (Kegiatan Belajar Mengajar). Lokasinya berada di SD Islam Harapan Ibu Jakarta.

C. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang penulis gunakan adalah metode kuantitatif-deskriptif. Jenis metode yang digunakan adalah eksperimen, yaitu suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang mengganggu.42

Menurut Wina Sanjaya, “Di dalam bidang pendidikan metode penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk mengetahui pengaruh dari suatu tindakan atau perlakuan tertentu yang sengaja dilakukan terhadap suatu kondisi tertentu”.43

Menurut Sumanto dalam buku Mahmud menyatakan bahwa, “metode eksperimen adalah satu-satunya metode penelitian yang dianggap paling tepat untuk menguji hipotesis mengenai hubungan sebab akibat.”44

Jadi dengan metode ini peneliti ingin melihat bagaimana akibat yang ditimbulkan dari suatu sebab jika perlakuan yang diberikan berbeda sekaligus membandingkan dengan akibat dari perlakuan yang biasanya (treatment). 36 Rudy Gunawan, Pendidikan IPS Filosofi, Konsep, dan Aplikasi, (Bandung: Alfabeta, 2013), Cet. 2, h. 51

37 Ahmad Susanto, Pengembangan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar, (Jakarta: Kencana, 2014), Cet. 1, h. 31.

38 Ibid.

39 Ibid., h. 31-32

40 Iwan Purwanto, Buku Ajar Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, (Jakarta: UIN Press, 2014), h. 8

41Rudy Gunawan, Pendidikan IPS Filosofi, Konsep, dan Aplikasi, (Bandung: Alfabeta, 2013), Cet. 2, h. 53.

42 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), Cet. 13, h. 3

(74)

Secara khusus, metode eksperimen yang digunakan yakni berbentuk quasi eksperimen, yaitu metode penelitian yang hipotesisnya diuji dalam bentuk sebab akibat melalui adanya perlakuan dan menguji perubahan yang diakibatkan dari perlakuan tersebut. Metode penelitian yang merupakan bagian dari metode kuantitatif ini mempunyai ciri khas dengan adanya kelompok kontrolnya.

Tujuan penelitian kuasi eksperimen adalah untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan atau memanipulasikan semua variabel yang relevan.45

Untuk teknik penelitian, penulis menggunakan teknik pretest and posttest group. Jadi pada teknik ini ada dua kelompok yang masing-masing dipilih. Dalam pelaksanaannya, observasi dilakukan dua kali, yaitu sebelum eksperimen dan sesudah eksperimen. Observasi sebelum eksperimen atau untuk mengetahui keadaan awal disebut pre-test, sedangkan observasi sesudah eksperimen atau mengetahui keadaan akhir disebut post-test.46 Peneliti melakukan pretest dan posttest untuk dua kelas yaitu kelas A sebagai kelas eksperimen dan kelas B sebagai kelas kontrol. Kelas eksperimen adalah kelas yang diberi perlakuan yaitu menggunakan metode outdoor study. Sedangkan pada kelas kontrol tidak diberikan perlakuan apapun.

D. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Menurut Syamsir Salam dan Jaenal Aripin, seperti yang dikemukakan oleh Dergibson dan Sugiarto bahwa populasi yaitu himpunan semua elemen yang menjadi pusat perhatian peneliti.47

45 Suwendi, Modul Metodologi Penelitian, (Jakarta: FITK, 2011), h. 92

46 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), Cet. 13, h. 85

(75)

Menurut Sapari Imam Asyari dalam buku Mahmud menyatakan bahwa “populasi adalah keseluruhan objek penelitian, mungkin berupa manusia, gejala benda, pola sikap, tingkah laku, dan sebagainya yang menjadi objek penelitian.”48

Pada penelitian ini penulis simpulkan bahwa populasi dari penjelasan di atas adalah sebagai berikut:

a) Populasi Target : Siswa-siswi SDI Harapan Ibu Jakarta tahun ajaran 2015/2016.

b) Populasi Terjangkau : Siswa-siswi kelas IV SDI Harapan Ibu Jakarta tahun 2015/2016.

2. Sampel

Karena waktu penelitian yang terbatas maka peneliti tidak mungkin meneliti semua populasi. Jadi peneliti dalam hal ini penulis hanya meneliti sebagian dari populasi yang hasilnya mewakili populasi keseluruhan, inilah yang disebut dengan sample.

Sample menurut Mahmud adalah contoh yang dianggap mewakili populasi, atau cermin dari keseluruhan objek yang diteliti. Sampling merupakan proses pemilihan sejumlah individu (objek penelitian) untuk suatu penelitian sedemikian rupa sehingga individu-individu (objek penelitian) tersebut menjadi perwakilan dari kelompok yang lebih besar. Tujuan sampling adalah menggunakan sebagian objek penelitian yang diselidiki untuk memperoleh informasi tentang populasi. Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil melalui cara-cara tertentu yang juga memiliki karakteristik tertentu, jelas, dan lengkap yang dianggap bisa mewakili populasi.49

Untuk pengambilan sampel, penulis mengambil sampel dari populasi terjangkau sebanyak 2 kelas. Secara teknis, sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah cluster sampling, yaitu pemilihan yang mengacu pada kelompok bukan individu.50 Secara khusus teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu

48Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), h. 154 49Ibid., h. 155

(76)

pengambilan sampel dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah, tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu.51 Penentuan sampel ditetapkan sebagai berikut:

a. Kelas IV E sebagai kelompok eksperimen dengan jumlah siswa 20 orang.

b. Kelas IV C sebagai kelompok kontrol dengan jumlah siswa 18 orang.

E. Variabel Penelitian

Pada penelitian ini penulis melibatkan dua variabel yaitu: 1. Variabel X (variabel bebas): Metode Outdoor Study 2. Variabel Y (variabel terikat): Hasil belajar siswa F. Teknik Pengumpulan Data

1. Tes

Tes merupakan suatu alat ukur yang diberikan kepada individu (responden) untuk mendapat jawaban-jawaban, baik secara tertulis maupun lisan, sehingga dapat diketahui kemampuan individu/ responden yang bersangkutan.52 Instrumen tes yang digunakan dalam mengukur hasil belajar adalah tes objektif berupa pilihan ganda sebanyak 31 butir soal yang valid, dengan empat pilihan yaitu a, b, c, dan d. setiap butir soal skala ukurnya berupa skor 1 untuk jawaban benar dan skor 0 untuk jawaban salah. Soal-soal tersebut mengacu pemahaman kognitif siswa berupa pemahaman dan aplikasi materi.

Tes objektif diberikan setelah seluruh siswa mempelajari materi IPS tentang Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi dengan metode Outdoor Study untuk kelas IV E dan metode non-Outdoor Study untuk kelas IV C.

51 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), cet. 13, h. 139-140

(77)

Berikut standar kompetensi dan kompetensi dasar materi beserta indikator dan tujuan pembelajaran materi IPS.

1. Standar Kompetensi

Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi

2. Kompetensi Dasar

Mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi serta pengalaman menggunakannya

3. Indikator

Mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi dan transportasi sempit, yaitu, memeperhatikan sesuatu dengan mata. Padahal, dari sisi psikologi, observasi atau pengamatan meliputi pemusatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra.53

Observasi atau pengamatan sebagai alat penilaian banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun situasi buatan atau semu.

Observasi harus dilakukan pada saat proses kegiatan itu berlangsung. Pengamat terlebih dahulu harus menetapkan aspek-aspek tingkah laku apa yang hendak diobservasinya, lalu dibuat pedoman agar memudahkan dalam pengisian observasi. Pengisian hasil observasi dalam pedoman sebenarnya bisa diisi bebas dalam bentuk uraian mengenai gejala yang tampak dari perilaku individu yang diobservasi, atau bisa juga dalam

(78)

bentuk memberi tanda cek (√) pada kolom jawaban hasil observasi jika observasi yang dibuat telah disediakan jawabannya (berstruktur).54

Penelitian ini menggunakan observasi berstruktur, artinya peneliti membuat pedoman observasi dengan jawaban yang tersedia sekaligus, sehingga untuk mengisi pedoman observasi seperti ini pengamat atau observer cukup memberi tanda cek (√) pada kolom jawaban yang disediakan dari setiap aspek yang diamati saat pengamatan berlangsung. Observasi dalam penelitian ini dilakukan setiap pertemuan sebanyak 3 kali pertemuan, baik kelas eksperimen maupun kontrol.

G. Instrumen Penelitian 1. Lembar Soal Tes

Lembar soal tes yang diberikan kepada para siswa berbentuk pilihan ganda (multiple choice) sebanyak 31 soal. Lembar soal tes tersebut bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal. Instrumen yang digunakan peneliti adalah tes hasil belajar IPS.

Berikut adalah kisi-kisi tes hasil belajar IPS (sudah valid): Tabel 3.1

Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar IPS Standar

Membandingkan 3, 5, 7, 12

(79)

kabupaten/kota dari lembar observasi aktivitas belajar siswa dan observasi tehadap guru selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Lembar observasi aktivitas belajar siswa diisi oleh peneliti dengan menceklis (√) setiap aspek yang dinilai pada setiap pertemuan, observasi terhadap siswa bertujuan mengetahui perlakuan-perlakuan siswa kelas eksperimen saat sebelum dan pasca perlakuan outdoor study dan siswa kelas kontrol yang tidak diberi perlakuan apapun. Sedangkan lembar observasi guru diisi oleh guru kelas sekaligus guru bidang studi IPS dari masing-masing kelas yang bertindak sebagai observer dengan cara mengamati peneliti yang bertindak sebagai guru dengan cara yang sama, yakni menceklist (√) setiap aspek atau kegiatan yang dinilai pada setiap pertemuan.

(80)

Untuk mengetahui apakah soal-soal yang berupa tes objektif memenuhi syarat soal yang baik, maka dilakukan pengujian validitas dan reabilitas. 1. Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu instrumen.55 Sebuah instrumen, baik tes maupun nontes dapat dikatakan valid apabila dapat mengukur apa yang hendak diukur. Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah product moment, yaitu56: r=N

XY¿ ¿ ¿

Dimana:

r xy = koefisien korelasi antara variable x dan y X = Skor dari item yang diuji

Y = Jumlah total nilai

N = Jumlah butir soal

Hasil perhitungan dengan koefisien korelasi (rhitung) dapat dihubungkan dengan tabel r hasil korelasi Product-Moment. Jika rhitung < rtabel maka butir soal tidak valid, jika rhitung > rtabel, maka butir soal tersebut dinyatakan valid.

Untuk uji validitas kali ini penulis menggunakan bantuan program Anates dalam sistem operasi Microsoft Windows 8.1 x64 (64 bit) with Media Center. Dari 40 butir soal yang diujicobakan, terdapat 31 soal yang valid. Butir soal yang valid itulah yang akan digunakan peneliti untuk diberikan kepada sampel sebagai soal pretest dan posttest. Hasil uji validitas via Anates disajikan dalam bentuk tabel berikut ini:

Tabel 3.2

Rekapitulasi Uji Validitas

Butir yang valid Butir yang tidak valid 55Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), h. 167

(81)

1, 2, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 14, 16, 17,

Reliabilitas instrumen adalah tingkat ketepatan, ketelitian, atau keakuratan suatu instrumen.57 Dengan kata lain menurut Nana Sudjana, “reabilitas alat penilaian adalah ketetapan atau keajegan alat tersebut dalam menilai apa yang dinilainya”.58 Suatu instrumen atau alat evaluasi dapat dikatakan reliabel apabila tes tersebut dapat dipercaya, konsisten, atau stabil. Menurut Suharsimi Arikunto, sebuah tes dikatakan reliabel jika hasil-hasil tes tersebut menunjukkan ketepatan jika diteskan kepada subjek yang sama.59

Perhitungan reliabilitas tes dalam penelitian ini menggunakan rumus Crombach Alpha, yaitu60:

r

11

=

(

kk1

)

(

1−

σb2

σ12

)

Keterangan:

r11 = reabilitas instrument

k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

σb2= jumlah varian total

σ12= varian total

Dengan kualifikasi koefisien reliabilitas sebagai berikut:

Tabel 3.3 57Mahmud, Loc cit.

58 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014), Cet. 18, h. 16.

59 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), cet. 3, h. 100.

(82)

Interpretasi Reliabilitas

Untuk pengujian reabilitas instrumen tes pasca-ujicoba kepada 18 subjek, peneliti menggunakan bantuan software Anates dalam sistem operasi Microsoft Windows 8.1 x64 (64 bit). Dari pengujian tersebut diperoleh rata-rata 30,56, simpangan baku 7,62, korelasi x y 0,82, dan reabilitas test 0,90. Jika dicocokkan dengan koefesien korelasi pada tabel di atas, maka reabilitas dengan koefesien korelasi 0,9 termasuk kategori tinggi. Dengan kata lain, instrumen tes yang telah diujicoba sudah realibel.

I. Teknik dan Analisis Penelitian

Pada penelitian ini penulis menggunakan dua uji coba dalam pengujian analisis instrumen, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.

1. Uji Normalitas

(83)

Pengujian Kolmogorov-Smirnov menggunakan kecocokan kumulatif sampel X dengan distribusi probabilitas normal. Distribusi probabilitas pada variable tertentu dikumulasikan dan dibandingkan dengan kumulasi sampel. Selisih dari setiap bagian adalah selisih kumulasi dan selisih yang paling besar dijadikan patokan pada pengujian hipotesis61.

Uji Hipotesis :

Hₒ = Sampel berasal dari populasi yang bedistribusi normal Ha = Sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal Kriteria pengujian :

Tolak Hₒ jika probabilitas > taraf signifikansi ( α = 0,05) Terima Hₒ jika probabilitas ≤ taraf signifikansi ( α = 0,05)

2. Uji Homogenitas

H0 = sampel berasal dari populasi yang homogen

(84)

Ha = sampel berasal dari populasi yang tidak homogen

Kriteria pengujian yang bisa dilakukan adalah:

H0diterima jika F(1−α)(n1−1)<F<F1

2α(n1−1)(n2−1)

H1ditolak jika F ≥ F1

2α(v1, v2)

Dengan dk pembilang = n dan dk penyebut = n serta derajat kebebasan α = 0,05.

J. Hipotesis Penelitian

Setelah populasi data diuji dengan menggunakan uji normalitas data dan uji normalitas, apabila data berdistribusi normal dan populasi data homogen, maka dapat dilakukan tahapan selanjutnya, yaitu uji hipotesis. Uji hipotesis digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh antara metode outdoor study terhadap hasil belajar siswa, jika dibandingkan dengan metode ceramah biasa.

Berikut adalah langkah-langkah dalam menguji hipotesis: 1. Bentuk rumusan hipotesis

H0 = Tidak terdapat pengaruh antara metode outdoor study terhadap hasil belajar siswa

(85)

thitung= X´E− ´XK

XE = Rata-rata nilai posttes hasil belajar siswa yang menggunakan metode outdoor study

XK = Rata-rata nilai posttes hasil belajar siswa yang tidak menggunakan metode outdoor study

nE = jumlah sampel kelas eksperimen

nK = jumlah sampel kelas kontrol

SE

2

=¿ Varians kelompok eksperimen

S2K=¿Varians kelompok kontrol

3. Tentukan taraf signifikansi

Tingkat signifikansi yang diambil dalam penelitian ini adalah n = 0,05

serta dk = nE + nK – 2 dengan peluang (1 - 12α).

4. Tentukan kriteria pengujian

Kriteria pengujian pada pengolahan data dilakukan dengan operasi perhitungan, pengujiannya dilakukan dengan melihat perbandingan antara thitung dan ttabel.

5. Pengambilan kesimpulan

Dalam penelitian ini, hipotesis yang digunakan penulis adalah: Ho : μE ≤ μK

(86)

μE : rata-rata nilai IPS siswa pada kelas eksperimen μK : rata-rata nilai IPS siswa pada kelas kontrol K. Hipotesis Statistik

H

0

: µ

1

= µ

2

H

a

: µ

1

> µ

2 Keterangan:

H0: Tidak ada pengaruh antara metode Outdoor Study terhadap hasil belajar siswa

(87)

A. Deskripsi Data

1. Gambaran Umum SD Islam Harapan Ibu Jakarta a. Deskripsi Sekolah

Yayasan Harapan Ibu Pondok Pinang bergerak dalam bidang pendidikan dan sosial, didirikan pada tanggal 7 Juni 1979 dengan akta Notaris Abdul Latif. SH. Nomor 25. Kampus Pendidikan Islam Harapan Ibu berdiri diatas tanah seluas 5.289 m², terdiri atas gedung sekolah berlantai tiga dan beberapa unit kantor. Yayasan Harapan Ibu Pondok Pinang bertekad menjadi penyelenggara Pendidikan Islam Nasional berkualitas unggul serta mampu melahirkan insan yang cerdas, terampil, beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, berakhlaq mulia, berwawasan luas, serta dapat mengaktualisasikan ilmunya kepada masyarakat sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi, menerapkan kurikulum nasional yang dikembangkan sesuai visi dan misi pendidikan, berkesinambungan dari tingkat TK, SD, SMP dan SMA, terutama pada materi pembelajaran pokok dan agama dengan mengedepankan Character Building, Languages, Science dan ICT (Information and Communication Technology).

Yayasan pendidikan Harapan Ibu beralamat di Jalan Ciputat Raya (Jl. H. Banan) No. 1 Kelurahan Pondok Pinang Kecamatan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Saat ini kepala sekolah SD Islam Harapan Ibu dijabat oleh Drs Mahmudi. Adapun program kurikulumnya meliputi materi pembelajaran pokok yang diajarkan pada tingkat SD pada umumnya dan ditambah lagi dengan pelajaran kurikuler agama seperti Al-Qur’an dan aqidah akhlak. Selain itu, pengaplikasian pembelajaran keagamaan tercermin dari aktivitas guru dan siswa seperti membaca

(88)

do’a sebelum memasuki kelas, melakukan tadarus Al- Qur’an sebelum proses pembelajaran dimulai, hafalan ayat-ayat pendek, shalat sunah dhuha sebelum proses pembelajaran berlangsung pada hari yang telah ditentukan menurut jadwal, shalat dzuhur berjama’ah dan lain- lain. Selain itu, SD Islam Harapan Ibu setiap tahunnya rutin menggelar santunan kepada anak yatim dan dhuafa yang dibiayai dari anggaran sekolah, orang tua siswa, iuran amal yang dihimpun dari siswa yang dikumpulkan setiap hari Jum’at dan dikalkulasikan selama satu tahun serta sponsor-sponsor. Adapun tujuan dari acara tersebut ialah untuk mengembangkan rasa kepedulian sosial siswa terhadap lingkungan dan sesamanya.

Adapun program kelas yang ada di SD Islam Harapan Ibu terdiri dari kelas regular, bilingual dan unggulan. Kelas unggulan merupakan kelas yang diperuntukan bagi siswa yang memiliki nilai akademis tinggi yang disatukan dalam satu kelas berdasarkan nilai raport siswa dan dilakukan dari kelas 4 – 6. Kelas bilingual merupakan kelas yang diperuntukan bagi siswa yang memilih program dua bahasa yaitu adanya penambahan bahasa asing seperti bahasa Inggris sebagai pelajaran wajib dan bahasa pengantarnya pun menggunakan bahasa Inggris. Sedangkan kelas reguler merupakan program kelas yang mengikuti program pembelajaran seperti pada program di sekolah-sekolah lain pada umumnya.

b. Visi dan Misi

1) Visi SD Islam Harapan Ibu

Terwujudnya lembaga pendidikan Islam yang dapat membentuk manusia berkarakter bangsa, berakhlakul karimah, berkualitas dan unggul di bidang IMTAQ dan IPTEK

2) Misi SD Islam Harapan Ibu

(89)

b) Melaksanakan proses pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM) dengan mengedepankan pendidikan Akhlaqul Karimah

c) Mengoptimalkan potensi siswa baik potensi intelegensi, potensial emosional, social, fisik dan spiritual.

d) Mewujudkan system penilaian otentik

e) Membina kemandirian siswa melalui kegiatan pembiasaan dan pengembangan diri yang terencana dan berkesinambungan f) Meningkatkan kualitas SDM secara berkesinambungan

g) Mewujudkan sekolah yang unggul di bidang Agama, Bahasa, Sains, Seni dan Teknologi Informatika

h) Memberdayakan lingkungan sebagai media belajar c. Guru dan Tenaga Kependidikan

1) Jumlah PTK berdasarkan tingkat Kualifikasi Akademik Tabel 4.1

Jumlah Guru dan Tenaga Kependidikan berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Status/ Jabatan Tingkat Pendidikan Terakhir

< SLTP SLTA D2 D3 S1*) S2 S3

2) Kualifikasi Pendidik berdasarkan tingkat Kompetensi/ Sertifikasi Tabel 4.2

Jumlah Guru dan Tenaga Kependidikan berdasarkan Sertifikasi No Status/ Jabatan Jumlah Personil yang Lulus Sertifikasi/

Jumlah Tahun

1. Kepala Sekolah 1 2010

(90)

3. Guru Bantu/Honda 13 2009-2013

4. Guru Honor -

-d. Siswa

Siswa-siswi SD Harapan Ibu mayoritas berasal dari kalangan keluarga ekonomi kelas menengah ke atas. Transportasi yang mereka gunakan untuk berangkat dan pulang sekolah menggunakan kendaraan pribadi. Fasilitas belajar yang mendukung proses pendidikan yang dibutuhkan cukup terpenuhi bahkan memadai. Adapun sistem pengelasan terhadap siswa dilakukan dengan 3 sistem yaitu kelas regular, bilingual dan unggulan. Pembagian kelas ini dilakukan sesuai dengan minat dan keinginan siswa serta orang tua siswa sesuai dengan biaya yang akan dikeluarkan karena tiap kelas dikenakan biaya yang berbeda-beda. Kelas unggulan dibedakan berdasarkan nilai capaian belajar akademik siswa dan dilakukan dari kelas empat, kelas bilingual dibedakan dari konten dan bahasa pengantar sehari – hari yang digunakan guru dan siswa saat proses pembelajaran berlangsung. SD Islam Harapan Ibu memiliki 493 siswa, terdiri dari 26 rombongan belajar. Berikut ini jumlah siswa dari setiap kelas, yaitu:

(91)

8 II D 15 10 25

(92)

Jumlah Siswa 2 Tahun Terakhir No Jenis Koleksi Buku Jumlah Satuan

1. Buku Teks Utama 1.490 Examplar 2. Buku Bacaan 2.490 Examplar 3. Buku Referensi 482 Examplar

2) Peralatan Pendidikan

Tabel 4.6

Kondisi Peralatan Pendidikan

No Jenis Peralatan Jumlah Satuan Kondisi

1. Alat Peraga IPA (Torso) 1 Unit Baik

2. IPS 6 Set Cukup

3. Matematika 1 Unit Baik

4. Bahasa Inggris 1 Unit Baik

5. IPA 2 Unit Baik

(93)

3) Media Pendidikan

Tabel 4.7

Kondisi Media Pendidikan

No Jenis Media Jumlah Satuan Kondisi

1. Perangkat Komputer 15 Unit Baik

2. Printer 14 Unit Baik

3. Infokus 5 Unit Baik

4. Layar Infokus 14 Unit Baik

5. Televisi 14 Unit Baik

6. Laptop 3 Unit Baik

7. DVD Player 14 Unit Baik

8. Sound System 5 Unit Cukup

9. CD Keping-Interaktif 53 Keping Cukup

4) Perabot Sekolah

Tabel 4.8

Kondisi Perabot Sekolah

No Jenis Perabotan Sekolah Jumlah Satuan Kondisi 1. Meja/kursi Kepala Sekolah 1 Set Baik

2. Meja/kursi Guru 70 Set Baik

3. Kursi Chitos 3 Buah Baik

3. Meja Siswa 493 Buah Cukup

4. Kursi Siswa 493 Buah Cukup

5. Meja Komputer 15 buah Cukup-Baik

6. Lemari Kelas 26 buah Cukup

(94)

8. Meja Osin 20 buah Baik 9. Papan Tulis/ White Board 26 buah Baik 10. Papan Tulis/ Blackboard 26 buah Cukup

11. Papan Data Kantor 1 Unit Cukup

5) Jumlah Ketersedian Ruangan Tabel 4.9

Jumlah Ketersediaan Ruangan

No Nama Ruangan Jumlah Satuan Kondisi

1. Ruang Kelas/ Belajar 11 (6 x 7 m) M2 Cukup Baik

2. Kantor

(Kepsek/Guru/Komite) 5 x 6 m M

2 Baik

3. Ruang Perpustakaan 7 x 6 m M2 Baik

4. UKS 5 x 6 m M2 Baik

5. WC guru 3 (2 x 3 m) M2 Baik

6. WC murid 20 ( 2 x 2 m) M2 Baik

f. Lainnya yang Relevan 1) Prestasi Akademik

a. Jumlah Peserta UAS/UASBN Tahun 2014-2015 = 96 orang b. Rata-rata hasil UASBN Tahun 2014-2015 = 233.65

c. Rata-rata nilai tertinggi UASBN Tahun 2014-2015 = 278,0 d. Jumlah yang diterima di SMP/ Sederajat = 96 orang 2) Prestasi Non Akademik

a. Juara II, lomba Story Telling se-Jabodetabek

(95)

c. Juara II, lomba Pidato Bahasa Inggris (FLS2N) tingkat wilayah dan Kecamatan

d. Juara I, lomba MTQ Putra tingkat Wilayah dan Kecamatan e. Juara II, lomba MTQ Putri tingkat Wilayah dan Kecamatan f. Juara I dan II, lomba PILDACIL Putra tingkat Wilayah dan

Kecamatan

g. Juara II, lomba Saritilawah tingkat Wilayah dan Kecamatan h. Juara I, lomba Cerdas Cermat tingkat Wilayah dan Kecamatan i. Juara II dan III lomba International Taekwondo Academy j. Juara I lomba Futsal di Asiop Apacinti Sunday Soccer Festival. 2. Deskripsi Data Penelitian

Sebelum kedua kelompok diberi perlakuan yang berbeda peneliti memberikan pre-test berupa sebanyak 31 soal, hal ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum melakukan kegiatan penelitian eksperimen. Langkah selanjutnya peneliti melakukan kegiatan pembelajaran pada kedua kelompok, untuk kelompok eksperimen peneliti menggunakan metode outdoor study, sedangkan kelompok kontrol peneliti melakukan pembelajaran secara konvensional. Setelah itu peneliti memberikan soal posttest dengan butir soal yang sama sebagai tes hasil belajar siswa setelah siswa dari masing-masing kelas mengikuti pembelajaran dengan metode yang berbeda.

3. Data Hasil Belajar IPS Siswa

Berikut disajikan data dari dua subjek penelitian, yaitu kelompok eksperimen dan kontrol yang diambil dari pretest dan posttest.

(96)

RATA

Berdasarkan data di atas, diperoleh data pretest kelas eksperimen secara keseluruhan. Mulai dari rata-rata kelas eksperimen sebesar 81, nilai tertinggi sebesar 97, nilai terendah sebesar 65, median sebesar 82, modus sebesar 84, dan standar deviasi sebesar 8,86. Sedangkan kelas kontrol diperoleh rata-rata sebesar 81, nilai tertinggi sebesar 94, nilai terendah sebesar 61, median sebesar 82, modus sebesar 90, dan standar deviasi sebesar 9,56.

(97)

RATA

Berdasarkan data di atas, diperoleh data pretest kelas eksperimen secara keseluruhan. Mulai dari rata-rata kelas eksperimen sebesar 88, nilai tertinggi sebesar 100, nilai terendah sebesar 74, median sebesar 87, modus sebesar 87, dan standar deviasi sebesar 7,79. Sedangkan kelas kontrol diperoleh rata-rata sebesar 82, nilai tertinggi sebesar 94, nilai terendah sebesar 65, median sebesar 84, modus sebesar 87, dan standar deviasi sebesar 8,98. menggunakan uji normalitas dengan bantuan program IBM SPSS 22.

(98)

hasil outputnya dilihat dari skor signifikansi, yakni jika α hitung > α tabel, maka data tersebut berdistribusi normal. Tetapi jika α hitung < α tabel, maka data tersebut tidak berdistribusi normal

a. Pretest

Berikut adalah hasil output pretest untuk kelas eksperimen Tabel 4.10

Output Normalitas Pretest Eksperimen

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

Skor ,154 20 ,200* ,942 20 ,257

*. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction

Berdasarkan hasil output uji normalitas dari SPSS di atas, pengambilan keputusan dilihat dari nilai signifikansi versi Kolmogorov-Smirnov, yakni 0,200. Sehingga bila dibandingkan dengan ketetapan taraf signifikansi yaitu 0,05, maka menjadi 0,200 > 0,05. Artinya data tersebut berdistribusi normal.

Berikut adalah hasil output pretest untuk kelas kontrol Tabel 4.11

Output Normalitas Pretest Kontrol

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.

Hasil ,134 18 ,200* ,947 18 ,387

*. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 3.3
Tabel 4.2
Tabel 4.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perancangan sistem informasi menggunakan Data Flow Diagram (DFD) yang digunakan untuk mendesaian sistem informasi musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang)

(2) model pembelajaran dan perangkat pembelajarannya mempunyai kelayakan yang sangat baik menurut penilaian ahli dan praktis; (3) model pembelajaran IPA IPA SD

Ko Te Puna o Te Taniwha te pūkaitanga o Pekehaua Kai Puhirua te moengaroa o 'Āti Rangi'. Ko Ngāti Rangiwewehi tētahi o ngā hapū maha nō roto i te waka o Te Arawa, engari e kiia

Tema yang dipilih dalam penelitian adalah Analisis Konsumsi dan Kebutuhan untuk Konsumsi Pangan di Provinsi Sumatera Barat, Jawa Tengah, dan Sulawesi Tenggara Tahun 2005-2015..

Di mana ; PAD adalah Pendapatan Asli Daerah; BD adalah Bagian Daerah dari Pajak Bumi dan Bangunan, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, dan penerimaan sumber

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Variasi Diameter Tandon Tungku dan Biopelet terhadap Efisiensi Energi

Teramati pula molibdenit berupa urat dalam masa batuan (Gambar 12b). Sedangkan dari hasil analisis kimia kandungan mencapai 2 ppm Mo dan 147 ppm Zn. 141,50 m terdiri

renforcing factors ), yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petuygas yang lain, yang merupakan kelompok referensi dari..