• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERENCANAAN KAWASAN TUJUAN WISATA BATIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERENCANAAN KAWASAN TUJUAN WISATA BATIK"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

ISBN: 978-602-70604-2-5

A-1-1

PERENCANAAN KAWASAN TUJUAN WISATA BATIK DESA

TANJUNGBUMI, MADURA.

Rangga Paramayoga1)dan M. Yusak Anshori2)

1)

Program Studi Magister Manajemen Teknologi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Jl. Cokroaminoto 12A, Surabaya, 60264, Indonesia

e-mail: rangga_paramayoga@yahoo.com

2)

Magister Management Teknologi, Institut Teknologi Sepuluh Nopenber Jl. Cokroaminoto 12A, Surabaya, 60264, Indonesia

e-mail: yusak.anshori@gmail.com

ABSTRAK

Batik Tanjungbumi, Madura merupakan kawasan sentra batik yang konsisten hingga saat ini. Kawasan tersebut terkenal dengan motif batik flora dan fauna serta kebudayaan masyarakat sekitar dengan ciri khas proses pewarnaan gentongan. Mata pencarian penduduk Tanjungbumi sebagian besar adalah nelayan dan pembatik. Permasalahan yang terjadi yaitu adanya kesenjangan antara perajin dan pengusaha batik sehingga produktivitas menurun dan tidak dapat memenuhi permintaan pasar. Pengembangan kawasan tujuan wisata batik memberikan manfaat dari segi penghasilan dan pengembangan usaha batik yang berdampak multiplier efek terhadap sektor lain. Perumusan masalah pada studi ini

yaitu “bagaimana mengembangkan kawasan Desa Tanjungbumi, Madura sebagai tujuan

wisata batik”. Untuk pengembangan kawasan tujuan wisata batik dapat dilakukan melalui

tiga pendekatan yaitu pendekatan persepsi pasar, pendekatan lintas batas dan pendekatan klaster kepariwisataan. Berbagai stakeholder terlibat dalam pengembangan kawasan tujuan wisata yang diorganisir oleh organisasi pengelola destinasi. Organisasi pengelola destinasi atau Destination Management and Marketing Organization (DMMO) pada dasarnya merupakan bentuk otoritas pengelolaan destinasi yang terkoordinasi dalam satu otoritas manajemen yang mencakup keseluruhan fungsi pengelolaan terhadap elemen-elemen pembentuk suatu destinasi. Dalam penelitian ini menggunakan analisis gap antara kepuasan dan kepentingan, untuk mengetahui data eksisting sekarang yang kemudian hasilnya dimasukkan ke dalam analisa SWOT. Hasil penelitian yaitu diperlukan pembentukan DMMO untuk pengembangan kawasan wisata batik Tanjungbumi, didampingi ulama sebagai tokoh masyarakat. Tourism Marketing 3.0 digunakan untuk manajemen pemasaran agar pengunjung mendapatkan pengalaman dan terlibat secara langsung serta dapat menciptakan pertukaran pengetahuan dan asimilasi kebudayaan.

(2)

ISBN: 978-602-70604-2-5

A-1-2

PENDAHULUAN

Perkembangan pariwisata di dunia mengalami pertumbuhan yang signifikan. Negara-negara Asia Tenggara menjadi kawasan tercepat dalam dua tahun terakhir pada tahun 2012 dan 2013 sebesar 11% untuk kedatangan wisatawan internasional. Indonesia sebagai negara anggota ASEAN menawarkan pesona keanekaragaman alam dan budaya yang berpadu bersama masyarakat ramah dan mampu memberikan kesan mendalam. Jawa Timur sebagai salah satu propinsi di Indonesia memiliki berbagai tujuan wisata diantaranya adalah wisata alam, pantai, gunung, seni dan budaya. Pulau Madura yang terdapat di dalam propinsi Jawa Timur sebagian besar masyarakatnya merupakan keturunan dari pelaut-pelaut sejati, yang senang berbantal ombak dan berselimut angina samudra. Bagi bangsa ini, laut merupakan gantungan harapan masa depan dan cermin perlambang kebebasan jiwa petualangan serta wadah pelampiasan rasa kemerdekaan. Desa Tanjungbumi, Bangkalan terkenal dengan kerajinan batik tulis dengan proses pewarnaan gentongan. Potensi batik meningkat tetapi terdapat permasalahan yaitu terjadi kesenjangan antara perajin dan pengusaha batik, sehingga terjadi penurunan produktivitas serta infrastruktur yang kurang memadai. Oleh karena itu perlu dibentuknya kawasan wisata batik yang memberikan multiplier efek terhadap sektor lain.

Tujuan penelitian ini yaitu mengembangkan kawasan desa Tanjungbumi untuk dijadikan sebagai kawasan wisata batik. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan studi literatur meliputi kawasan, wisata, tujuan wisata dan pengembangan tujuan wisata. Pendekatan utama pengembangan destinasi wisata yaitu dengan pendekatan persepsi pasar, lintas batas dan klaster kepariwisataan. Organisasi pengelolaan destinasi atau Destination Management&Marketing Organization (DMMO), merupakan bentuk otoritas pengelolaan destinasi yang terkoordinasi dalam satu otoritas manajemen yang mencakup keseluruhan fungsi pengelolaan terhadap elemen-elemen pembentuk suatu destinasi. Penelitian terdahulu mengenai DMMO yang dijadikan acuan dalam penelitian ini yaitu Longjit&Pearce (2013) mengenai konseptual kerangka manajemen destinasi yang diaplikasikan pada pantai Pattaya, Thailand dan Adeyinka-Ojo, Lattimore, Nair (2014) mengenai konseptual kerangka DMMO pada kawasan wisata pedesaan.

METODE

Secara garis besar penelitian ini terdiri dari empat tahap yaitu penyebaran kuesioner, analisa data, hasil dan analisa data untuk solusi. Penyebaran kuesioner terbagi menjadi dua yaitu masyarakat Tanjungbumi meliputi atraksi, amenitas, akses, citra, lingkungan, dan pengunjung Tanjungbumi yang meliputi manajemen pemasaran, produk destinasi dan manajemen lingkungan. Setelah mendapatkan hasil kuesioner maka data tersebut dianalisa untuk menemukan gap antara kenyataan yang meliputi produk wisata dengan ekspektasi wisatawan. Hasil tersebut dimasukkan ke dalam SWOT internal dan eksternal faktor.

(3)

ISBN: 978-602-70604-2-5

A-1-3

Variable threats diambil dari beberapa hasil analisa gap dengan tingkat kepuasan “cukup puas” (CP) sampai dengan “tidak puas” (TP) dengan rentang gap -1,20 ≤ Gap < 1,80. Variabel opportunities diambil dari beberapa hasil analisa gap dengan tingkat kepuasan

“sangat puas” (SP) sampai dengan “puas” (P) dengan rentang gap > 0,00 dan -0,6≤ Gap <

0,00.

Gambar 1. Peran DMMO

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil dari pengalahan data gap berdasarkan masing-masing indikator mencakup pihak internal (masyarakat) dan pihak eksternal (pengunjung) yaitu:

Tabel 1. Pihak internal:

Atraksi

Tidak Puas - Cukup Puas Sangat Puas - Puas Program wisata,tersedianya

tenaga perencanaan wilayah, kontraktor, ahli bangunan, fasilitas

(terminal,penginapan,workshop.

Bangunan fisik tempat ibadah, kultur masyarakat baik (bertutur kata halus&hormat, terbuka terhadap wisatawan, teratur&bersih, suka menolong), terdapat wisata reliji, pantai, pelabuhan tradisional dan pegunungan,.

Amenitas

Fasilitas penginapan, penunjuk jalan, pemandu wisata, rumah sakit umum.

(4)

ISBN: 978-602-70604-2-5

Transportasi, akomodasi, mahir mengembangkan daerah.

Lalu lintas, wisata keluarga, kuliner, rasa aman, cuaca nyaman, wisata belanja, masyarakat lokal yang suka menolong. wisata, fasilitas fisik yang bersih, masyarakat teratur & bersih, tingkat layanan, keinginan untuk berkunjung.

(5)

ISBN: 978-602-70604-2-5

A-1-5

Produk Destinasi transportasi umum, kemudahan menjangkau lokasi, atraksi, akses.

Pemukiman layak huni, respon masyarakat dalam pengembangan wisata (siap membuka diri), air bersih, kerajinan & ketrampilan masyarakat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dimensi produk destinasi Tanjungbumi memiliki tingkat kepuasan paling kecil jika dibandingkan dimensi lainnya. Kondisi jalan dan sitem transportasi merupakan prioritas utama untuk dibenahi. Dalam hal atraksi, Tanjungbumi memiliki potensi besar untuk dikembangkan yaitu untuk wisata batik pesisir dan wisata religi yang sudah melekat. Pengembangan kelembagaan wisata batik, diperlukan peranan ulama sebagai kaum elite yang memiliki massa. Sehingga dalam prosesnya diiringi dengan ulama sebagai peran penting. Hal tersebut bertolak-belakang dengan citra wisata dengan masyarakat yang terbuka. Berdasarkan wawancara dengan tokoh masyarakat, menyatakan bahwa karakter masyarakat Tanjungbumi terbuka dikarenakan kultur masyarakat sebagai pedagang asal tetap didampingi ulama.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan intepretasi data yang telah diuraikan dengan mengacu pada beberapa teori dan hasil penelitian, maka hasil penelitian pihak internal:

a. Atraksi

Program wisata dapat dirancang wisatawan membatik di Tanjungbumi, dengan demikian wisatawan mendapatkan pengalaman dan terlibat secara langsung serta dapat menciptakan pertukaran pengetahuan serta asimilasi kebudayaan.

b. Amenitas

Adanya penginapan sangat diperlukan dalam hal amenitas/akomodasi di Tanjungbumi. Penginapan dapat dibangun berdasarkan tingkatan, mulai dari homestay, hotel non bintang, hotel bintang, maupun jenis akomodasi khusus seperti resort, rumah panggung ataupun tenda untuk kebutuhan berkemah.

c. Akses

Perbaikan jalan raya, system transportasi dan tersedianya biro perjalanan merupakan prioritas utama untuk dibenahi.

d. Image/citra

Citra transportasi yang nyaman memerlukan pembenahan karana memiliki gap tertinggi. Diiringi dengan pembangunan citra wisata batik pesisir yang sudah melekat pada masyarakat Tanjungbumi. Wisata batik pesisir dapat menjelaskan bahwa daerah tersebut juga memiliki pantai.

(6)

ISBN: 978-602-70604-2-5

A-1-6

Yang menjadi prioritas utama perbaikan dalam manajemen produk yaitu kondisi jalan menuju Tanjungbumi baik, selanjutnya yaitu perancangan program wisata batik, yang didalamnya terdapat aktifitas wisatawan membatik dan konsep batik ramah lingkungan.

b. Manajemen Lingkungan

Pembangunan toilet umum untuk wisatawan perlu dilakukan yang selanjutnya diikuti dengan sistem kebersihan lingkungan yang terkoordinir.

c. Manajemen Pemasaran

Dikarenakan belum adanya fasilitas penginapan wisatawan maka sulit untuk memasarkan kawasan tersebut sebagai wisata batik. Pemasaran wisata batik dapat dilakukan berdasarkan Tourism Marketing 3.0 yaitu pemasaran suaru kawasan wisata yang berfokus pada human spirit turis, yaitu ketertarikan khusus dari setiap pribadi terhadap hal-hal yang mampu menjawab kekhawatiran dan hasrat (anxiety and desire).

Saran

Hal utama untuk perbaikan dalam pengembangan wisata batik di Tanjungbumi yaitu: 1. Pembentukan Destination Management & Marketing Organization untuk wisata

batik di Tanjungbumi.

2. Manajemen pemasaran kawasan wisata melakukan Tourism Marketing 3.0 dikarenakan konsep tersebut dapat diaplikasikan terhadap wisata batik.

3. Peranan Ulama untuk mendampingi dalam proses pengembangan wisata batik sangat dibutuhkan di Tanjungbumi.

Penelitian selanjutnya diharapkan untuk meneliti secara terpisah untuk elemen destinasi, peran DMMO, manajemen pemasaran destinasi, manajemen lingkungan dan manajemen produk agar lebih fokus dan terperinci. Objek penelitian harus dipersempit, karena peran DMMO atau perencanaan kawasan wisata Tanjungbumi sangat luas dan mengkaitkan stakeholder yang banyak antara lain yaitu pelaku bisnis wisata, pelaku bisnis batik, tokoh masyarakat, pemerintah daerah, propinsi dan nasional serta peran biro perjalanan.

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, R., (2010), Pembangunan Kawasan dan Tata Ruang, Edisi Pertama, Graha Ilmu, Yogyakarta

Anshori, Y., dan Kusrianto A., (2011), Keeksotisan Batik Jawa Timur, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.

Anshori, Y., (2010), Tourism Board Strategi Promosi Pariwisata Daerah, CV. Putra Media Nusantara, Surabaya.

Adeyinka-Ojo, S.F, Khoo-Lattimore, C., Nair, V., (2014), A framework for rural tourism destination management and marketing organisations, School of Hospitality 5th Asia Euro Conference, Selangor, hal. 151-163.

(7)

ISBN: 978-602-70604-2-5

A-1-7

IV-2012, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV Divisi Kajian Moneter, Surabaya.

Bank Indonesia&CBIS Universitas Surabaya, (2010), Potensi Daerah Bangkalan

Madura; Penelitian Dasar Potensi Daerah Dalam Rangka Pengembangan Komoditas Unggulan UKM Jawa Timur, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV Divisi Kajian Moneter, Surabaya.

Carter, R., Fabricius., M., UNWTO Consultans, (2007), Creating competitive advantage for your destination, UNWTO Conference, Budapest.

Faruk, U., (2013), Strategi Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Kabupaten Bangkalan Terkait Dengan Pemasaran Batik Tanjungbumi Pasca Asean China Free Trade Agreement (ACFTA), Universitas Pembangunan Nasional, Surabaya.

Herrera, A., (2013), Heritage Tourism, Identity and Development in Peru, Universidad de los Andes, Bogota.

Kartajaya, H., Nirwandar, S., Tourism Marketing 3.0, Turning Tourism to Advocate, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Longjit, C., Pearce, D.G., (2013), Managing a mature coastal destination: Pattaya,

Thailand, Elsevier Journal of Destination Marketing&Management, hal. 165-175.

Morrison, A., (2013), Destination Management and Destination Marketing:The Platform for Excelence in Tourism Destinations, Vol. 28, A Journal of the National Social Science Foundation of China.

Muljadi, A.J dan Warman, H.A, (2014), Kepariwisataan dan Perjalanan, Edisi Revisi, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Scholte, J.A, (2007), Defining Globalization, University of Warwick, Warwick.

Sedarmayanti, (2014), Membangun dan Mengembangkan Kebudayaan Industri Pariwisata, Edisi Pertama, PT. Refika Aditama, Bandung.

Sulaiman, S., Kusherdayana, (2013), Pengantar Statistika Pariwisata;Aplikasinya dalam Bidang: Pariwisata, Usaha Perjalanan dan Perhotelan, CV. Alfabeta, Bandung.

Sunaryo, B., (2013), Kebijakan Pembangunan Destinasi Pariwisata; Konsep dan Aplikasinya di Indonesia, Gava Media, Yogyakarta.

(8)

ISBN: 978-602-70604-2-5

A-1-8

Utama, I.G.B.R dan Mahadewi, N.M.E, (2012), Metodologi Penelitian Pariwisata dan Perhotelan, CV. Andi Offset, Yogyakarta.

World Tourism Organization (2013). Annual Report. Spain: World Tourism Organization (UNWTO), Madrid, Spain.

World Tourism Organization. (2014). Tourism Highlights. UNWTO Publications.

World Tourism Organization. (2007). A Practical Guide to Tourism Destination Management. UNWTO Publications, Madrid.

World Economic Forum, (2013), The Travel&Tourism Competitiveness Report.

Gambar

Gambar 1. Peran DMMO
Tabel 2. Pihak eksternal:

Referensi

Dokumen terkait

Sumber belajar meliputi semua unsur yang dapat digunakan oleh peserta didik baik secara terpisah maupun dalam bentuk gabungan, biasanya dalam situasi informal, untuk

perceived behavioral control yang positif terhadap perilaku membeli pakaian bekas, maka intensi individu tersebut akan semakin tinggi untuk membeli pakaian bekas, dan

tanah terhadao erosi, (b) melindungi permukaan tanah dengan mengurangi jatuhnya sinar matahari yang dapat mempercepat terjadinya penguapan air pada permukaan tanah, (c)

Hubungan Rasio Lingkar Pinggang Pinggul dengan Profil Lipid pada Pasien Penyakit Jantung Koroner (PJK) di Poliklinik Jantung RSUD dr. Diterbitkan, Fakultas Ilmu

Peraturan Kepala BNPB No.17 tahun 2010 Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana. Peraturan Kepala BNPB No.11 tahun 2008 Tentang Rehabilitasi

seni lukis yang di ciptakan sebagai ungkapan atau ekpresi jiwa tanpa adanya factor pendorong untuk tujuan materiil dalam fungsi seni terhadap masyarakat merupakan bagian dari

Strategi guru untuk meningkatkan motivasi intrinsik yaitu dengan caraa. mengajak siswanya untuk selalu bertafakur, merenungkan

Sebagai tanaman tumpangsari, jagung varietas Srikandi putih diintroduksikan dengan maksud agar dapat menjadi alternatif selain varietas lokal karena dari penerapan sebelumnya