• Tidak ada hasil yang ditemukan

Profil Pelayanan Swamedikasi Penyakit Lambung di Apotek Pada Lima Kecamatan di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Profil Pelayanan Swamedikasi Penyakit Lambung di Apotek Pada Lima Kecamatan di Kota Medan"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Apotek

Apotek merupakan suatu jenis bisnis retail (eceran) yang komoditasnya terdiri dari perbekalan farmasi, mencakup obat dan bahan-bahan obat, termasuk

pula perbekalan alat kesehatan lainnya. Apotek di dirikan bertujuan untuk

memberikan kesempatan bagi apoteker untuk memberi pelayanan kefarmasian

(Zeenot, 2013). Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan

praktik kefarmasian oleh apoteker.Dalam menjalani pekerjaan kefarmasian di

apotek, apoteker dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian yang terdiri dari Sarjana

Farmasi, AhliMadya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah

Farmasi/Asisten Apoteker (Menkes RI., 2014).

Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung

jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud

mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Pelayanan

kefarmasian mengalami perubahan yang semula hanya berfokus pada pengolahan

obat (drug oriented) berkembang menjadi pelayanan yang komprehensif (pharmaceutical care)dalam pengertian tidak saja sebagai pengelola obat namun dalam pengertian yang lebih luas mencakup pelaksanaan pemberian informasi

untuk mendukung penggunaan obat yang benar dan rasional, monitoring

penggunaan obat untuk mengetahui tujuan akhir, serta kemungkinan terjadinya

kesalahan pengobatan (Menkes RI., 2014).

Salah satu unsur yang menjadi nilai tambah pada pelayanan kefarmasian

(2)

lebih diperhatikan dalam penyembuhan penyakitnya daripada hanya sekedar

membeli obat yang diresepkan oleh dokter, sehingga kualitas hidup pasien dapat

meningkat baik itu dari sisi kesehatan, maupun dari segi wawasan kesehatan.

Pelayanan kefarmasian yang baik dapat membantu masyarakat untuk melakukan

pengobatan sendiri (self medication) (Wasito, 2008).

2.2. Swamedikasi

Swamedikasi berarti mengobati segala keluhan pada diri sendiri dengan

obat-obat sederhana yang dibeli bebas di apotek atau toko obat, atas inisiatif

sendiri tanpa nasihat dokter (Tan dan Raharja, 2010).Menurut World Health Organization (WHO) swamedikasi diartikan sebagai pemilihan dan penggunaan obat, termasuk pengobatan herbal dan tradisional, oleh individu untuk merawat

diri sendiri dari penyakit atau gejala penyakit. Swamedikasi biasanya dilakukan

untuk mengatasi keluhan-keluhan dan penyakit ringan yang sering dialami

masyarakat seperti demam, nyeri, pusing, batuk, influenza, sakit maag,

kecacingan, diare, penyakit kulit, dan lain-lain (Ditjen POM, RI.,

2014).Swamedikasi disebabkan oleh beberapa faktor antara lain karena

perkembangan teknologi informasi, sehingga masyarakat menjadi lebih mudah

mengakses informasi, termasuk mengenai kesehatan sehingga masyarakat jadi

lebih berani melakukan pengobatan terhadap penyakit yang dideritanya (Izzatin,

2015).

Untuk menjamin kualitas layanan swamedikasi maka perlu dilaksanakan

tahapan-tahapan pelayanan swamedikasi. Tahapan pelayanan

(3)

2.2.1 Patient assessment

Patient assessment merupakan proses komunikasi dua arah yang sistemik antara apoteker dan pasien untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang

berkaitan dengan obat dan pengobatan (Depkes, RI., 2006). Pada pelayanan obat

tanpa resep diperlukan kegiatan patient assessment agar dapat ditetapkan rekomendasi terapi yang rasional. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam

pengambilan tindakan oleh apoteker sebelum konseling yang dijadikan referensi

untuk rekomendasi adalah sejarah pengobatan, obat untuk siapa, umur pasien,

penyebab sakit, durasi sakit, lokasi sakit, gejala sakit, pengobatan lain yang

sedang digunakan, obat sejenis lainnya yang digunakan, alergi obat, apakah

pernah terjadi sakit seperti sebelumnya, gejala lain, dan apakah sudah ke dokter

(Chua, dkk., 2006).

Beberapa metode yang dapat digunakan dalam rangka menggali informasi

dari pasien antara lain metode WWHAM (Who is the patient?, What are the symptoms?, How long have the symptoms been presents?, Action taken?. Medication being taken?), ASMETHOD (Age/appearance, Self/someone else, Medication, Extra medication, time symptoms, history, Other accompanying symptoms, Danger symptoms), SITDOWNSIR (Site/location, Intensity/severity, Tipe/nature, Duration, Onset, With other symptoms, Annoyed by, Spread/radiation, Incidence, Relieved by), ENCORE (Explore, No medication option, Care, Observe, Refer, Explain) (Blenkinsopp dan Paxton, 2002).

2.2.2 Rekomendasi

Rekomendasi merupakan saran anjuran yang diberikan oleh petugas

(4)

rekomendasi obat. Petugas apotek harus dapat membedakan tingkat keseriusan

gejala penyakit yang timbul dan tindakan yang harus diambil sehingga dapat

memberikan saran berupa pemberian obat atau rujukan ke dokter. Rekomendasi

yang tepat dapat diberikan sesuai dengan patient assessment yang telah ditanyakan oleh petugas apotek. Apoteker dapat memberi rekomendasi rujukan ke

dokter jika gejala penyakitnya berat atau parah (Blenkinsopp dan Paxton, 2002).

Pada penyakit lambung, rujukan ke dokter diperlukan jika:

a. Keluhan tetap dirasakan setelah pengobatan selama 2 minggu

b. Kesulitan menelan atau nyeri perut yang menetap setelah melakukan terapi

c. Nyeri dada yang menekan, yang mungkin menjalar ke pundak, atau lengan

kiri (hal ini mungkin disebabkan oleh gangguan jantung)

d. Muntah berdarah atau buang air besar berdarah (Ditjen POM, RI., 2014).

2.2.3 Informasi obat

Pelayanan informasi obat merupakan kegiatan yang dilakukan oleh

apoteker dalam pemberian informasi mengenai obat yang tidak memihak,

dievaluasi dengan kritis dan dengan bukti terbaik dalam segala aspek penggunaan

obat kepada profesi kesehatan lain, pasien atau masyarakat. Informasi mengenai

obat termasuk obat resep, obat bebas, dan herbal. Informasi meliputi dosis, bentuk

sediaan, formulasi khusus, rute dan metoda pemberian, farmakokinetik,

farmakologi, teraupetik dan alternatif, efikasi, keamanan penggunaan pada ibu

hamil dan menyusui, efek samping, interaksi, stabilitas, ketersediaan, harga, sifat

fisika atau kimia dari obat dan lain-lain (Menkes RI., 2014).

Kerasionalan dalam penggunaan obat sangat dibutuhkan mengingat obat

(5)

dalam penggunaan obat yang tidak tepat (dosis, indikasi, cara penggunaan, tidak

mempertimbangkan kondisi atau riwayat penyakit pasien, dan lain-lain), tidak

aman, tidak ekonomis. Kebutuhan informasi obat erat kaitannya dengan

pengetahuan dan sikap pengunjung apotek (Lestari, dkk., 2014).

Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah

dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini. Informasi obat pada

pasien sekurang-kurangnya meliputi: cara pemakaian obat, cara penyimpanan

obat, jangka waktu penyimpanan, aktivitas serta makanan dan minuman yang

harus dihindari selama terapi. Adapun informasi yang perlu disampaikan oleh

apoteker kepada masyarakat dalam penggunaan obat bebas atau bebas terbatas

antara lain:

a. Khasiat obat: apoteker perlumenerangkan dengan jelas apa khasiat obat

yang bersangkutan, sesuai atau tidak dengan indikasi atau gangguan

kesehatan yang dialami pasien.

b. Kontraindikasi: pasien juga perlu diberi tahu dengan jelas kontraindikasi

dari obat yang diberikan, agar tidak menggunakannya jika memiliki

kontraindikasi yang dimaksud.

c. Efek samping dan cara mengatasinya (jika ada): pasien juga perlu diberi

informasi tentang efek samping yang mungkin muncul, serta apa yang

harus dilakukan untuk menghindari atau mengatasinya.

d. Cara pemakaian: cara pemakaian harus disampaikan secara jelas kepada

pasien untuk menghindari salah pemakaian, apakah ditelan, dihirup,

(6)

e. Dosis: sesuai dengan kondisi kesehatan pasien, apoteker dapat

menyarankan dosis sesuai dengan yang disarankan oleh produsen

(sebagaimana petunjuk pemakaian yang tertera dietiket) atau dapat

menyarankan dosis lain sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.

f. Waktu pemakaian: waktu pemakaian juga harus diinformasikan dengan

jelas kepada pasien, misalnya sebelum atau sesudah makan atau saat akan

tidur.

g. Lama penggunaan: lama penggunaan obat juga harus diinformasikan

kepada pasien, agar pasien tidak menggunakan obat secara berkepanjangan

karena penyakitnya belum hilang, padahal sudah memerlukan pertolongan

dokter.

h. Hal yang harus diperhatikan sewaktu minum obat tersebut, misalnya

pantangan makanan atau tidak boleh minum obat tertentu dalam waktu

bersamaan.

i. Hal apa yang harus dilakukan jika lupa memakai obat.

j. Cara penyimpanan obat yang baik.

k. Cara memperlakukan obat yang masih tersisa.

l. Cara membedakan obat yang masih baik atau sudah rusak (Depkes, RI.,

2006).

2.2.4 Informasi non farmakologi

Informasi pengobatan penyakit lambung selain mengenai obat, informasi

non farmakologi juga penting untuk diberikan oleh petugas apotek kepada pasien

(7)

Beberapa informasi non farmakologi penyakit lambung yang dapat

diberikan sebagai berikut:

a. Berhenti merokok dan membatasi asupan alkohol

b. Tidak melakukan aktivitas fisik setelah makan

c. Makan tidak kurang dari 3 jam sebelum tidur, sehingga memberikan

waktu untuk pengosongan lambung

d. Menghindari makanan yang merangsang asam dan gas lambung misalnya

minuman berkarbonisasi, kubis, lobak dan lain-lain

e. Mengurangi porsi makan dan mengunyah makanan dengan baik

f. Tidak tidur larut malam (Ditjen POM RI., 2014; Soeryoko, 2013).

2.3 Obat

2.3.1 Definisi obat

Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang

digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan

patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan,

pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia (Menkes RI.,

2014). Obat memiliki peranan yang sangat penting dalam pelayanan kesehatan

karena pada prinsipnya, pencegahan sekaligus penanganan berbagai jenis penyakit

tidak bisa terlepas dari tindakan terapi dengan menggunakan obat maupun

(8)

2.3.2 Penggolongan obat

Obat dapat dibagi menjadi beberapa macam golongan yaitu:

a. Obat bebas

Obat bebas merupakan sejenis obat yang bisa secara bebas

diperjualbelikan, baik di apotek, toko obat maupun di warung-warung

kecil yang biasa menyediakan berbagai jenis obat dan tidak termasuk

dalam jenis narkotika dan psikotropika. Obat bebas bisa dibeli tanpa harus

menggunakan resep dokter. Obat sejenis ini biasa ditandai dengan

lingkaran hijau bergaris tepi hitam.

Contohnya: Parasetamol dan Vitamin.

Gambar 2.1Penandaan obat bebas b. Obat Bebas Terbatas

Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras

tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai

dengan tanda peringatan. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat

bebas terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam.

Contohnya: CTM.

Gambar 2.2Penandaanobat bebas terbatas

Selain itu, pada kemasan obat juga tertera peringatan, seperti peringatan

(9)

berupa kotak kecil berukuran 5x2 cm, dengan latar warna hitam dan

memuat pemberitahuan yang ditulis dengan menggunakan warna putih.

Gambar 2.3 Tanda peringatan yang tertera pada obat bebas terbatas c. Obat Keras dan Psikotropika

Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep

dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket adalah huruf K dalam

lingkaran merah dengan garis tepi berwarna hitam.

Contohnya: Asam Mefenamat, Tetrasiklin, dsb.

Obat psikotropika adalah obat keras baik alamiah maupun sintetis bukan

narkotik, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada

susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas

mental dan perilaku.

Contohnya: Diazepam dan Phenobarbital.

(10)

d. Obat Narkotika

Obat narkotika adalah obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman

baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan

atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai

menghilangnya rasa nyeri dan menimbulkan ketergantungan.

Contoh: Morfin, Petidin, Tinctura, dsb.

Gambar 2.5Penandaanobat narkotika e. Obat Wajib Apotek (OWA)

Obat wajib apotek (OWA) adalah jenis obat keras yang bisa diserahkan

tanpa harus menggunakan resep dari dokter. Tujuan OWA adalah

meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menolong dirinya sendiri,

mengatasi ragam bentuk permasalahan yang berhubungan erat dengan

kesehatan. Meskipun bisa menyerahkan obat keras dalam jenis OWA

tanpa menggunakan resep dari dokter, apoteker pengelola apotek (APA)

harus memenuhi persyaratan sebelum menyerahkan obat wajib apotek

kepada pasien. Adapun daftar obat wajib apotek terdiri dari daftar obat

wajib apotek no 1, 2 dan 3 (Depkes, RI., 2006; Zeenot, 2013).

2.3.3 Penggunaan obat swamedikasi

Dalam pelaksanaan swamedikasi, pasien/masyarakat tidak membutuhkan

bantuan dari tenaga kesehatan, seperti dokter, apoteker, dan tenaga kesehatan

lainnya. Obat yang lazim digunakan untuk pengobatan sendiri biasanya mencakup

(11)

Dalam menentukan jenis obat yang akan diberikan kepada pasien

swamedikasi ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:

a. Gejala atau keluhan penyakit

b. Kondisi khusus misalnya hamil atau menyusui, bayi, lanjut usia, diabetes

melitus, dan lain-lain

c. Riwayat alergi atau reaksi yang tidak diinginkan terhadap obat tertentu.

d. Pilihlah obat yang sesuai dengan gejala penyakit dan tidak ada

interaksinya dengan obat yang sedang diminum (Depkes, RI., 2006).

Adapun beberapa hal penting yang perlu diperhatikan terkait cara

penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas, antara lain:

a. Pastikan untuk menggunakan obat bebas dan obat bebas terbatas sesuai

dengan anjuran yang tertera pada brosur dan etiket

b. Penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas tidak berlaku untuk

penggunaan obat secara terus-menerus

c. Jika pada sewaktu-waktu terjadi efek samping yang tidak diinginkan

pasca menggunakan obat bebas atau obat bebas terbatas, segera lakukan

penghentian penggunaan dan segera mungkin untuk menghubungi tenaga

kesehatan (Zeenot, 2013).

2.4 Lambung

2.4.1 Anatomi lambung

Lambung merupakan organ elastis yang bisa mengecil dan bisa pula

membesar sesuai dengan jumlah makanan yang dimasukkan (Soeryoko, 2013),

sedangkan menurut Tan dan Rahardja (2010), lambung merupakan sebuah

(12)

atas dari rongga perut dan seolah-olah melekat pada sekat rongga badan

(diafragma). Pada lambung manusia dibedakan dalam beberapa bagian yaitu

cardia (pintu masuk dari esofagus ke dalam lambung), Fundus(bagian atas lambung), korpus (bagian tengah lambung), Antrum (bagian bawah lambung),

phylorus (pintu masuk ke dalam duodenum). Fungsi dari lambung adalah menampung dan menyimpan makanan untuk sementara, mencerna makanan

menjadi protein dan zat sederhana lainnya, mengahancurkan bakteri dalam

lambung .

Proses pencernaan makanan dimulai dari mulut, dimana makanan

dihaluskan sambil diaduk. Kelenjar air liur mensekresienzim amilase (ptyalin)

yang dapat menuraikan karbohidrat. Selanjutnya oleh gerakan peristaltik,

makanan masuk ke lambung melalui esofagus lalubercampur dengan getah

lambung yang terdiri dari asam hidroklorida dan pepsin. Oleh pengaruh asam ini,

makanan yang telah diremas sampai sempurna menjadi bubur (chymus) dapat melewati pylorus masuk ke dalam usus dua belas jari. Didalam usus, chymus

dinetralisir oleh cairan alkalis dari getah pankreas dan empedu. Oleh pengaruh

enzim pankreas, karbohidrat dan lemak dibentuk menjadi suatu emulsi chymus

dengan garam kolat untuk memudahkan penyerapan oleh usus. Di dalam usus

besar sebagian air dalam chymus dan garam diserap kembali dan sisanya dikeluarkan melalui dubur sebagai tinja (Tan dan Rahardja, 2010).

2.4.2Jenis-jenis penyakit lambung

Semua jenis makanan baik yang kasar maupun yang lembut masuk ke

(13)

keras untuk melumatkan segala makanan dan menetralkan makanan. Lambung

memiliki sifat tidak kebal dengan penyakit.

Penyakit lambung memiliki beberapa jenis yaitu:

a. Gastritis (Radang lambung)

Gastritis merupakan peradangan pada lambung yang terjadi karena

tingginya kadar asam lambung maupun iritasi dinding lambung karena zat

tertentu. Penyakit gastritis dibagi menjadi dua yaitu gastritis akut dan

kronis. Penyebab gastritis akut terdiri dari stress akut, gastritis erosif

kronis, dan gastritis eosinofilik, sedangkan gastrtitis kronis umumnya

disebabkan oleh kuman Helicobacter pylori (Anggita, 2012). b. GERD (Gastroesophageal refluks disease)

Penyakit GERD disebabkan oleh aliran balik (refluks) isi lambung ke

dalam esofagus dan sering disebut dengan nyeri ulu hati (heartburn) karena nyeri yang terjadi ketika cairan asam yang normalnya hanya ada di

lambung lalu masuk dan mengeritasi atau menimbulkan rasa seperti

terbakar di esofagus (Corwin, 2009).

c. Tukak lambung

Ulkus adalah penyakit lambung yang telah menimbulkan luka bahkan

berlubang karena lambung terkikis hingga lapisan dalam. Ulkus terjadi

karena beberapa hal seperti: aliran darah kurang cukup, produksi mukus

tidak cukup, dan produksi asam lambung yang berlebihan. Beberapa faktor

penyebab tukak lambung yaitu, faktor pembawaan, lingkungan, bakteri,

(14)

d. Kanker lambung

Kanker lambung adalah sejenis kanker saluran cerna dengan insidensi

paling tinggi. Kurang lebih 10% dari kanker lambung berupa limfoma,

yakni terdiri dari jaringan-jaringan limfoid yang tidak terdapat di lambung

sehat. Kanker lambung juga berkaitan erat dengan infeksi H. Pylori.

2.4.3Penyebab penyakit lambung

Penyakit lambung tidak muncul secara tiba-tiba melainkan berproses dan

perlu waktu serta dapat juga dikenali penyebabnya. Beberapa penyebab penyakit

lambung diantaranya yaitu:

a. Stress, cemas, dan depresi

Stres, cemas, dan depresi adalah kondisi kejiwaan yang tidak nyaman

sehingga menyebabkan sulit tidur dan malas makan. Pada keadaan ini, otot

perut menjadi tegang sehingga merasa selalu kenyang walaupun belum

makan. Akibatnya lambung terjadi iritasi karena tidak ada makanan

masuk.

b. Makananan dan minuman

Makananan dan minuman meruapakan salah satu penyebab terjadinya

penyakit lambung. Adapun beberapa makanan yang dapat memicu adalah

makanan pedas, asam, dan bergaram (asin) tinggi, sedangkan pada

minuman yang berisiko memicu asam lambung adalah minuman kopi,

soda, dan alkohol.

c. Obat kimia

Beberapa jenis obat kimia dapat mengiritasi lambung seperti golongan

(15)

d. Bakteri

Penyakit lambung dapat pula disebabkan karena bakteri yang salah

satunya adalah bakteri Helicobacter pyloriyang dapat menyebabkan luka pada lambung. Pada penyakit tukak lambung rata-rata 90% diakibatkan

oleh bakteri ini (Soeryoko, 2013).

2.4.4Gejala-gejala penyakit lambung

Penyakit lambung memiliki karakteristik mirip dengan penyakit pada

umumnya yang memberikan informasi kepada penderitanya. Mereka yang

menderita penyakit lambung merasakan beberapa hal sebagai berikut:

a. Nyeri ulu hati, terletak di antara dada dan perut yang berbentuk cekung

yang merupakan pertemuan esofagus dan lambung. Tempat ini sering

nyeri pada saat lapar maupun saat dimasuki makanan.

b. Dispepsia, adalah rasa tidak nyaman pada perut bagian atas yang terjadi

saat atau setelah makan, mual, dan perut kembung. Rasa nyeri itu berada

diantara pusar dan bagian bawah tulang rusuk atau rasa penuh saat mulai

makan atau setelah makan.

c. Perut kembung, biasanya dikaitkan dengan adanya gas di dalam lambung

dimana keluhannya berupa sendawa berlebihan, perut terasa penuh dan

tegang akibat gas.

d. Mual, rasa mual sering kali menghampiri para penderita lambung bahkan

bisa terjadi muntah. Pada keadaan yang berat, muntah dapat berupa cairan

berwarna kuning yang rasanya sangat pahit (Soeryoko, 2013; Ditjen POM

(16)

2.4.5Terapi farmakologi

Menurut Tan dan Rahardja (2010), terapi farmakologi pada penyakit

lambung terdiri dari beberapa golongan diantaranya yaitu antasida, antagonis

reseptor H2, dan pompa proton inhibitor (PPI).

a. Antasida

Antasida adalah zat pengikat asam, yang merupakan basa-basa lemah,

digunakan untuk mengikat secara kimia dan menetralkan asam lambung.

Efeknya adalah peningkatan pH, yang mengakibatkan berkurangnya kerja

proteolitis dari pepsin. Obat ini mampu mengurangi rasa nyeri di lambung

dengan cepat. Efeknya bertahan 20-60 menit bila diminum pada perut

kosong dan sampai 3 jam bila diminum 1 jam setelah makan (Tan dan

Rahardja, 2010). Kebanyakan antasida yang tersedia di pasaran merupakan

produk zat yang berkhasiat kombinasi antara aluminium hidroksida dan

magnesium hidroksida. Kombinasi juga dimaksudkan untuk mengurangi

efek samping masing-masing. Dimana aluminium hidroksida memiliki

efek samping konstipasi sedangkan magnesium hidroksida memiliki efek

samping laksatif (Ditjen POM, RI., 2014).

Contohnya: Lambucid®, Mylanta®, Bismutsubsitrat®

b. Penguat motilitas

Pada penggolongan obat ini dapat juga dinamakan prokinetika yang

merupakan antagonis dopamin, dimana memperkuat peristaltik dan

mempercepat pengosongan lambung.

(17)

c. Penghambat sekresi asam

1. Antagonis reseptor H2

Obat ini banyak digunakan untuk mengobati dispepsia organik atau

esensialseperti tukak peptik. Mekanisme kerjanya memblokir efek

histamin pada sel parietal sehingga tidak dapat dirangsang untuk

mengeluarkan asam lambung.

Contohnya: Ranitidine®, Simetidin®, Famotidin®, Roksatidin® dan

Nizatidin®.

2. Pompa proton inhibitor (PPI)

Mekanisme kerja PPI adalah memblokir kerja enzim K+H+ ATPase yang

akan memecah energi yang digunakan untuk mengeluarkan asam HCL

dari kanalikuli sel parietal ke dalam lumen lambung.

Contohnya: Omeparazol®, Lansoprazol®, Pantoprazol®, Osemoprazol®.

d. Penangkal kerusakan mukus

1. Analog Prostaglandin

Golongan obat analog prostaglandin E2 dan I2 dihasilkan oleh mukosa

lambung yang dapat secara langsung menghambat sel parietal.

Contohnya: Misoprostol®.

2. Sukralfat

Sukrafat terjadi pada kondisi kerusakan disebabkan oleh asam,

hidrolisis protein mukosa yang diperantai oleh pepsin turut berkontribusi

terhadap terjadinya erosi dan ulserasi mukosa. Karena diaktivasi oleh

asam, maka disarankan agar sukralfat digunakan pada kondisi lambung

(18)

2.4.6 Terapi non farmakologi

Selain terapi farmakologi obat terdapat pula terapi non farmakologi yang

penting dianjurkan oleh petugas apotek terhadap pasien swamedikasi sehingga

hasil terapi yang optimal dapat diperoleh. Menurut Anggita (2012),terapi non

farmakologi pada penyakit lambung dapat dilakukan dengan beberapa carayaitu:

a. Istirahat

Istirahat yang cukup sangat dibutuhkan karena banyak tuntutan aktivitas

yang membuat otak bekerja lebih keras. Hal ini akan menimbulkan saraf otak

menjadi menegang sehingga produksi asam lambung akan meningkat secara

drastis. Istirahat tidur pada malam hari diusahakan ±8 jam dan pada siang hari

dapat beristirahat dengan berbaring atau duduk rileks selama ± 1 jam.

b. Diet

Dasar diet yang dianjurkan adalah makan sedikit dengan frekuensi

berulang. Makanan yang dikonsumsi adalah makanan yang mudah dicerna,

tidak merangsang peningkatan asam lambung dan dapat menetralisir asam

HCL (Anggita, 2012). Mengkonsumsi jenis makanan yang mengandung asam

lemak tak jenuh cukup merupakan pilihan yang tepat, sebab lemak jenis ini

lebih mudah dicerna. Porsi makanan yang diberikan dalam porsi kecil tapi

sering, dan hindari makan secara berlebihan (Pratiwi, 2013).

c. Makanan dan minuman

Pada derita gastritis sebaiknya menghindari makanan yang bersifat

merangsang, diantaranya makanan berserat dan penghasil gas, maupun banyak

mengandung bumbu dan rempah. Selain itu, pasien juga harus menghindari

(19)

memasaknya, direbus, dikukus, dan dipanggang adalah tehnik memasak yang

dianjurkan, sebaliknya menggoreng bahan makanan tidak dianjurkan (Pratiwi,

2013).

d. Gaya hidup

Menurut buku Nutrition and Diet Therapydikatakan bahwa seorang yang menderita gangguan lambung disarankan untuk tidak merokok, mengurangi

konsumsi minuman beralkohol. Merokok dapat menyebabkan terhambatnya

rasa lapar, berkurangnya jumlah nutrient dan oksigen dan dapat merangsang

keluarnya asam lambung berlebihan, sedangkan alkohol dapat menstimulasi

keluarnya asam lambung yang sangat asam meskipun tidak ada makanan di

Gambar

Gambar 2.3 Tanda peringatan yang tertera pada obat bebas terbatas

Referensi

Dokumen terkait

apotek sudah tepat, dimana tenaga kefarmasian di apotek yang melayani obat non resep atau pelayanan swamedikasi harus memberikan edukasi kepada pasien dengan memilihkan

Pelayanan informasi obat merupakan kegiatan yang dilakukan oleh apoteker dalam pemberian informasi mengenai obat yang tidak memihak, dievaluasi secara kritis dan

Swamedikasi adalah suatu pengobatan sendiri yang dilakukan oleh masyarakat terhadap penyakit yang umum diderita, dengan menggunakan obat- obatan yang dijual bebas

Pengaruh Edukasi Terhadap Tingkat Pengetahuan Dan Rasionalitas Penggunaan Obat Swamedikasi Pengunjung Di Dua Apotek Kecamatan Cimanggis, Depok.. Gastritis dalam

Apakah ditanyakan tindakan yang sudah dilakukan selama pasien menderita gejala gastritis.. Apakah ditanyakan obat-obat lain yang sedang digunakan

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran patient assessment , rekomendasi dan informasi obat dan non-obat yang diberikan oleh petugas apotek di apotek-apotek kota

Apoteker harus memiliki kemampuan untuk mengajukan pertanyaan dalam usaha untuk mengumpulkan informasi tentang keluhan pasien.Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam

Pemberian informasi obat kepada pasien merupakan bagian yang harus dilakukan oleh petugas apotek dalam melakukan pelayanan swamedikasi supaya pasien benar-benar memahami