• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perilaku Perawat Terhadap Organisasi Profesi Ppni Di Rsup H. Adam Malik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perilaku Perawat Terhadap Organisasi Profesi Ppni Di Rsup H. Adam Malik Medan"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan dibahas lebih lanjut konsep tentang variabel – variabel yang

terkait dalam penelitian yaitu pengetahuan, sikap, perilaku dan organisasi profesi

keperawatan (PPNI) yang menjadi pokok pembahasan dalam penelitian.

1. Konsep Perilaku

Perilaku manusia adalah hasil pengalaman serta interaksi manusia dengan

lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan.

Dapat juga diartikan sebagai suatu kegiatan yang dapat diamati secara langsung

maupun dengan menggunakan alat (Notoatmodjo, 1997).

Menurut Skinner (1983) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003)

mengemukakan bahwa perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang

(stimulus) dan respon. Ia membedakan adanya dua respon , yakni :

1.Respondent respon atau reflexive, yaitu respon yang ditimbulkan oleh

rangsangan tertentu. Perangsang-perangsang semacam ini disebut elicting stimuli

karena menimbulkan respon-respon yang relatif tetap, misalnya makanan lezat

menimbulkan keluarnya air liur. Pada umumnya perangsang-perangsang yang

demikian mendahului respon yang ditimbulkan.

2.Operant response atau instrumental response, adalah respon yang timbul dan

berkembangnya diikuti oleh perangsang tertentu. Perangsang semacam ini disebut

reinforcing stimulation atau reinforcer karena perangsang-perangsang tersebut

memperkuat respon yang telah dilakukan . oleh sebab itu perangsang yang

demikian itu mengikuti atau memperkuat suatu perilaku tertentu yang telah

(2)

Manusia itu adalah makhluk hidup yang unik, perilaku manusia sangatlah

kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas. Bloom, 1908 yang

dikutip oleh Notoatmodjo (2003) membedakan ranah perilaku dalam 3 ranah

yaitu: ranah kognitif (pengetahuan), ranah afektif (sikap, emosi) dan ranah

psikomotoric (gerakan/tindakan). Menurut Guillbert yang dikutip oleh

Notoatmodjo (2003) perilaku dibagi menjadi tiga bidang (domain) yaitu bidang

pengetahuan (kognitif domain), bidang sikap (afektif domain) dan bidang tindakan

(motoric domain).

1.1 Pengetahuan

1.1.1 Pengertian pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindaran (sebagian besar diperoleh dari indra mata dan telinga) terhadap objek

tertentu. Menurut Notoatmodjo (1997) pengetahuan merupakan dominan yang

paling penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior) dan

pengetahuan dapat diukur dengan melakukan wawancara. Perilaku yang didasari

dengan pengetahuan dan kesadaran akan lebih bertahan lama dari pada perilaku

yang tidak didasari ilmu pengetahuan dan kesadaran (Notoatmodjo, 2003).

1.1.2 Tingkatan Pengetahuan

Pengetahuan yang mencakup di dalamnya 6 (enam) tingkatan yaitu

(Notoatmodjo, 2003) :

a. Tahu (know) diartikan mengingat suatu materi yang telah dipelajari.

b. Memahami (comprehension) diartikan kemampuan untuk menjelaskan

(3)

c. Aplikasi (application) diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.

d. Analisis (analysis) diartikan suatu kemampuan untuk menjabarkan atau

materi suatu objek terhadap komponen-komponennya tetapi masih dalam

suatu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (synthesis) menunjuk suatu kemampuan untuk menghubungkan

bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

f. Evaluasi (evaluation) hal ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek.

1.1.3 Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menyatakan

tentang isi materi yang diukur dari objek penelitian. Kedalaman pengetahuan yang

ingin diketahui atau diukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan tersebut di atas

(Notoatmodjo, 2003).

1.2 Sikap

1.2.1 Pengertian Sikap

Sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk

bertindak sesuai dengan sikap yang obyek tadi. Jadi sikap senantiasa terarah

terhadap suatu hal, suatu objek, tidak ada sikap yang tanpa obyek

(Purwanto,1999).

Sikap terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak

(favorable) maupun perasaan tidak mendukung (unfavorable) pada objek tersebut

(4)

Thurston memformulasikan sikap sebagai derajat afek positif atau afek negatif

terhadap suatu objek psikologis (Azwar,1998)

Sikap yang terdapat pada diri individu akan memberi warna atau corak tingkah

laku ataupun perbuatan individu yang bersangkutan. Dengan memahami atau

mengetahui sikap individu, dapat diperkirakan respon atau perilaku yang akan

diambil oleh individu yang bersangkutan. Kecenderungan bertindak dari individu,

berupa respon tertutup terrhadap stimulus ataupun objek tertentu adalah suatu

sikap (Sunaryo, 2004).

1.2.2 Tingkatan Sikap

Menurut Notoatmodjo (2003) ada berbagai tingkatan sikap, yaitu :

a. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus

yang diberikan (objek).

b. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan

tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha

untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari

pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut.

c. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah

adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya ; seorang ibu yang mengajak ibu

yang lain (tetangganya, saudaranya dan sebagainya) untuk pergi menimbang kan

anaknya ke posyandu, atau mendiskusikan tentang gizi, adalah suatu bukti bahwa

(5)

d. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang elah dipilihnya dengan segala

resiko merupakan sikap yang paling tinggi. Misalnya, seorang ibu mau jadi

akseptor KB, meskipun mendapat tantangan dari mertua atau orang tuanya

sendiri.

1.2.3 Struktur Sikap

Mengikuti skema triadik, struktur sikap terdiri atas tiga komponen yang saling

menunjang yaitu komponen kognitif (cognitif), komponen afektif (affective), dan

komponen konatif (conative) .

a. Komponen Kognitif

Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang

berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap. Kepercayaan datang dari apa yang

telah kita lihat atau apa yang telah kita ketahui. Berdasarkan apa yang telah kita

lihat itu kemudian tebentuk suatu ide atau gagasan mengenai sifat atau

karakteristik umum suatu objek (Azwar,1998)

b. Komponen Afektif

Komponen afektif menyangkut masalah emosional subjektif seseorang

terhadap suatu objek sikap. Secara umum, komponen ini disamakan dengan

perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu. Namun, pengertian perasaan pribadi

seringkali sangat berbeda perwujudannya bila dikaitkan dengan sikap

(6)

c. Komponen Konatif

Yaitu komponen sikap yang berkaitan dengan predisposisi atau

kecenderungan bertindak terhadap objek sikap yang dihadapinya (Sunaryo,2004).

1.2.4 Pembentukan Sikap

Sikap dapat dibentuk atau berubah melalui 4 macam cara yaitu adopsi,

diferensiasi, integrasi, dan trauma.

a. Adopsi

Yang dimaksud dengan adopsi adalah kejadian – kejadian dan peristiwa –

peristiwa yang terjadi berulang dan terus menerus, lama kelamaan secara bertahap

diserap ke dalam diri individu dan mempengaruhi terbentuknya suatu sikap.

b. Diferensiasi

Dengan berkembangnya intelegensi, bertambahnya pengalaman, sejalan

dengan bertambahnya usia, maka ada hal – hal yang tadinya dianggap sejenis,

sekarang dipandang tersendiri. Terdapat objek tersebut dapat terbentuk sikap

tersendiri pula.

c. Integrasi

Pembentukan sikap disini terjadi secara bertahap,dimulai dengan berbagai

pengalaman yang berhubungan dengan satu hal tertentu.

d. Trauma

Pengalaman yang tiba – tiba, mengejutkan, yang meninggalkan kesan

mendalam pada jiwa orang bersangkutan. Pengalaman – pengalaman yang

(7)

Dalam interaksi sosialnya, individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu

terhadap berbagai objek psikologis yang dihadapinya. Diantara berbagai faktor

yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan,

orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan

dan lembaga agama, serta faktor emosi dalam diri individu (Azwar,1998).

1.2.5 Pengukuran Sikap

Mengukur sikap tidak lain adalah mencoba menentukan peringkat sikap

seseorang menurut ciri – ciri yang sudah ditetapkan. Pada umumnya pengukuran

sikap dapat dibagi dalam tiga cara, yaitu wawancara, observasi,dan kuesioner.

Setiap cara memiliki keuntungan dan keterbatasan sehingga peneliti perlu

mempertimbangkan cara yang sesuai dengan tujuan penelitian sikap (Gayatri,

2004 ).

Skala yang digunakan dapat berupa skala nominal, ordinal, maupun interval.

Skala sikap yang sering digunakan adalah: pertama skala model Thurstone,

dengan skala ini responden diminta untuk menyatakan setuju atau tidak setuju

terhadap deretan pernyataan mengenai objek sikap. Skala yang kedua adalah

model Likert, dengan skala ini responden diminta untuk membubuhkan tanda cek

pada salah satu dari lima kemungkinan jawaban yang tersedia “ sangat setuju”,

“setuju”, “tidak tentu”, “tidak setuju”, “sangat tidak setuju”. Peneliti dapat

menyingkatnya menjadi empat tingkatan sesuai dengan keinginan dan

kepentingan peneliti yang menciptakan instrumen tersebut, seperti selalu, sering,

kadang – kadang, tidak pernah. Ketiga adalah semantic differensial (perbedaan

semantik). Dengan instrumen ini responden diminta untuk menentukan peringkat

(8)

“ baik – tidak baik”, “berharga – tidak berharga”, dan sebagainy. Keempat adalah

skala Guttman, merupakan semacam pedoman wawancara/kuesioner terbuka

yang dimaksud untuk membuka sikap. Kelima adalah skala Inkeles, merupakan

jenis kuesioner tertutup seperti tes prestasi belajar bentuk pilihan ganda

(Arikunto, 2005).

1.3 Tindakan

1.3.1 Pengertian Tindakan

Tindakan adalah pelaksanaan dari penilaian atau pendapat tentang apa yang

telah diketahui dari suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2003).

Tindakan juga didefenisikan sebagai kelakuan. Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia, 2005, kelakuan berarti perbuatan; tingkah laku; perangai.

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam tindakan (overt behavior).

Terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung

atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Disamping

faktor fasilitas, juga diperlukan faktor dukungan (support) dari pihak-pihak lain

(Notoatmodjo, 2003).

1.3.2 Tingkatan Tindakan

Tindakan terbagi atas beberapa tingkatan (Notoatmodjo,2003).

a. Persepsi (perception) diartikan mengenal dan memilih berbagai obyek

sehubungan dengan tindakan yang akan diambil.

b. Respons terpimpin (guided respons) diartikan dapat melakukan sesuatu

(9)

c. Mekanisme (mechanism) diartikan seseorang yang telah dapat

melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sudah merupakan

kebiasaan.

d. Adaptasi (adaptation) diartikan adaptasi adalah suatu tindakan yang

sudah berkembang baik. Artinya tindakan ini sudah dimodifikasinya

tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut (Notoatmodjo, 2003).

1.3.3 Pengukuran Tindakan

Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung dengan wawancara

terhadap kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu

(recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan

mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.

1.4 Faktor – faktor yang mempengaruhi Perilaku

Menurut Green dalam Notoatmojo (1993) menyatakan bahwa perilaku

dilatarbelakangi oleh 3 (tiga) faktor pokok yaitu:

a.Faktor presdisporsing (karakteristik individu) adalah faktor yang terwujud

dalam kepercayaan,keyakinan,nilai-nilai dan juga variasi demogafi seperti status

ekonomi,umur,jenis kelamin,dan susunan keluarga.faktor predisporsing lebih

bersifat dari dalam diri individu.

b. Faktor enabling (sarana/prasarana)adalah faktor pendukung,yang termasuk

di dalamnya adalah berbagai macam sarana dan prasarana misal:dana,

transportasi, fasilitas kebijakan, pemerintah dan sebagainya.

c. Faktor reinforcing (penguat) adalah factor menguat kan pemikiran dan

(10)

secara lahir dan batin, termasuk juga dalam hal ini keluarga, teman,

guru/pembimbing, pimpinan tempat kerja dan serikat pekerja.

Menurut penelitian Rogers yang dikutip dari Notoatmojo (1997)

mengungkapkan sebelum orang mengadopsi prilaku baru,di dalam diri orang

tersebut terjadi proses yang berurutan yakni:

a. Awareness (kesadaran) di mana orang tersebut menyadaridalam arti

mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus objek

b. Interest di mana orang sudah mulai tertarik pada stimulus.

c. Evaluation (menimbang)terhadap baik dan tidaknya stimulus bagi dirinya.

d. Trial,di mana orang telah mulai mencoba prilaku baru.

2. Organisasi Profesi keperawatan ( PPNI : Persatuan Perawat Nasional Indonesia)

2.1 Pengertian Organisasi profesi keperawatan

Organisasi adalah suatu sistem yang terdiri dari pola aktivitas kerjasama yang

dilakukan secara teratur dan berulang–ulang oleh sekelompok orang untuk

mencapai suatu tujuan (Gitosudarmo,1997).

Organisasi profesi adalah assosiasi antara orang- orang dengan latar belakang

profesi yang sama dalam bentuk formal mempunyai aturan – atura, kode etik,

syarat keanggotaan, serta dewan kehormatan atau dewan pertimbangan yang

bertugas untuk menegakkan disiplin organisasi (William Smith dalam Siswanto

blog).

Organisasi keperawatan tingkat nasional yang merupakan wadah bagi semua

perawat di Indonesia adalah Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)

(11)

2.2 Sejarah PPNI

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) lahir pada tanggal 17 Maret

1974. Pada tahun 1974 organisasi perawat di Indonesia sudah berkembang pesat,

sejak zaman penjajahan perawat Indonesia sudah ada seiring dengan adanya

Rumah Sakit, yaitu: Residen Vpabst (1819) di Batavia saat itu berubah menjadi

Stadsverband (1919) dan berubah menjadi CBZ (Central Burgerlijke Zieken

Inrichting) di daerah Salemba yang saat ini menjadi RSCM. Saat itu perawat

sudah memiliki perkumpulan-perkumpulan sebagai wadah organisasi perawat dan

dapat menjalankan pergerakan dalam menentukan martabat profesi perawat.

Terdapat beberapa organisasi diantaranya; Perkumpulan Kaum Verpleger fster

Indonesia (PKVI), Persatuan Djuru Kesehatan Indonesia (PDKI), Persatuan

Perawat Indonesia (PPI), Ikatan Perawat Indonesia (IPI).

Organisasi-organisasi perawat saat itu mengadakan pertemuan yang dihadiri

oleh IPI, PPI dan PDKI. Ojo Radiat, HB. Barnas dan Drs. Maskoed

Soerjasumantri hadir sebagai pimpinan sidang dan sepakat untuk melakukan fusi

organisasi dan menyatukan diri dalam satu wadah organisasi dengan nama

Persatuan Perawat Nasional. Pengabungan atau fusi organisasi perawat tersebut

dilakukan di Ruang Demontration Jl. Prof Eykman Bandung No.34 Bandung Jawa

Barat, sejak saat itu tanggal 17 Maret 1974 disetujui dan dinyatakan sebagai

terbentuknya Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Kongres pertama

(12)

2.3 Tujuan PPNI

Tujuan PPNI termaktub dalam pasal 8 Anggaran Dasar PPNI yaitu

memantapkan persatuan dan kesatuan yang kokoh antar perawat meningkatkan

mutu pendidikan dan pelayanan keperawatan dalam meningkatkan derajat

kesehatan manusia, mengembangkan karir dan prestasi kerja bagi tenaga perawat

sejalan dengan peningkatan kesejahteraan Perawat, memfasilitasi dan melindungi

anggota dalam menggunakan hak politik dan hukum, meningkatkan hubungan

kerjasama dengan organisasi lain, lembaga dan institusi lain baik di dalam

maupun di luar negeri (PPNI, 2011).

2.4 Peran Dan Fungsi PPNI

Pasal 9 Anggaran Dasar PPNI menyebutkan tentang peran dan fungsi PPNI.

PPNI berperan sebagai regulator dengan fungsi sertifikasi dan memfasilitasi

registrasi dan lisensi, penata kehidupan keprofesian dengan fungsi:

Organisasi; pendidikan dan pelatihan; pelayanan keperawatan; hukum & politik,

pengembangan hubungan masyarakat dan kerjasama, fasilitator dalam merespons

peningkatan kesejahteraan; dengan fungsi fasilitasi pengembangan karir dan

sistem penghargaan; pemasaran; dan pengembangan usaha (PPNI, 2011).

2.5 Anggota PPNI

Setiap orang yang telah menyelesaikan pendidikan keperawatan yang sah dapat

mendaftarkan diri sebagai anggota anggota PPNI dan semua siswa/ mahasiswa

yang sedang belajar dapat disebut calon anggota (Priharjo,1995).

(13)

a. Warga Negara Indonesia

b. Lulus pendidikan formal dibidang keperawatan yang telah disahkan oleh

Pemerintaah RI.

c. Menyatakan diri untuk menjadi anggota PPNI melalui proses pendaftaran

anggota pada Pengurus Kabupaten/ Kota atau Komisariat

d. Mengisi dan menandatangani surat persetujuan bersedia mengikuti dan

mentaati Anggaran Dasar/ Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) PPNI.

e. Bersedia aktif mengikuti kegiatan organisasi yang dilaksanakan PPNI dan

atau Badan Kelengkapan PPNI

2.6 Hak dan Kewajiban Anggota PPNI

2.6.1 Hak Anggota PPNI

Pasal 4 ART PPNI tentang hak anggota, anggota biasa berhak untuk

mengajukan pendapat, usul atau pertanyaan baik lisan maupun tertulis kepada

pengurus PPNI, mengikuti seluruh kegiatan organisasi, memilih dan dipilih sesuai

jenjang kepengurusan organisasi. Anggota khusus dan anggota kehormatan berhak

untuk mengajukan pendapat, usul dan pertanyaaan baik lisan maupun tertulis

kepada pengurus PPNI, mengikuti seluruh kegiatan organisasi, tetapi tidak berhak

memilih dan dipilih. Setiap anggota berhak mendapatkan kesempatan menambah

atau mengembangkan ilmu dan ketrampilan keperawatan yang diselenggarakan

organisasi sesuai program dan kemampuan organisasi serta memenuhi

persyaratan.

Setiap anggota berhak mendapatkan perlindungan dan pembelaan dalam

melaksanakan tugas organisasi dan profesi apabila memenuhi:

(14)

b. AD/ART

c. Kode Etik Keperawatan Indonesia

d. Standar kompetensi

e. Standar praktik

f. Peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.

2.6.2 Kewajiban Anggota PPNI

Pasal 3 ART PPNI tentang kewajiban anggota, menjunjung tinggi, mentaati

dan mengamalkan Sumpah perawat, Kode Etik Keperawatan Indonesia, Anggaran

Dasar dan Anggota Rumah Tangga dan semua peraturan serta keputusan PPNI,

membayar uang pangkal dan iuran bulanan, kecuali anggota kehormatan,dan

menghadiri rapat-rapat atas undangan pengurus organisasi.

2.7 Program Kerja PPNI

Program kerja PPNI disusun sesuai departemen atau bidang yang terdapat

dalam organisasi PPNI (Laporan Pertanggungjawaban Musyawarah

Propinsi,2011).

2.7.1 Bidang Organisasi, Hukum dan Pemberdayaan Politik

Bidang organisasi, hukum dan pemberdayaan politik ini bertangggungjawab

terhadap kegiatan :

a. Keanggotaan PPNI ; kartu anggota, iuran, dll.

b. Pembinaan wilayah ; PPNI kabupaten/kota.

c. Identifikasi kader organisasi PPNI.

d. Penyusunan dan penyempurnaan uraian tugas pengurus PPNI Provinsi,

PPNI kabupaten/kota, dan komisariat.

(15)

f. Kegiatan –kegiatan pelantikan kepengurusan.

g. Penerapan hukum, kebijakan, peraturan di bidang kesehatan khususnya

keperawatan.

h. Pengumpulan informasi yang terkait tentang keperawatan dan

penyebarluasannya.

i. Penyebarluasan tentang isu – isu, “ position paper “ dari pengurus PPNI

Pusat/ Dep.Kes kepada pengurus kabupaten kota, komisariat dan anggota

PPNI

2.7.2 Bidang Pendidikan dan Latihan

Bidang pendidikan dan latihan bertanggungjawab terhadap kegiatan :

a. Pembinaan institusi D III Keperawatan.

b. Pelatihan – pelatihan keperawatan.

c. Seminar/ symposium keperawatan.

d. Penerapan model jenjang karir keperawatan.

e. Penyusunan kebijakan tentang pendidikan keperawatan.

f. Penyusunan proposal – proposal pelatihan.

g. Membangun jejaring kerja untuk kegiatan pelatihan dan ilmiah lainnya.

2.7.3 Bidang Pelayanan Keperawatan

Bidang pelayanan keperawatan melakukan sosialisasi mekanisme penerapan

standar dan kode etik keperawatan, selain itu juga bertanggungjawab terhadap

kegiatan :

a. Pemantauan penerapan standar dan kode etik keperawatan.

(16)

c. Pengabdian masyarakat di bidang pelayanan keperawatan seperti pendidikan

kesehatan, KLB, daerah binaan.

d. Penerapan model praktik keperawatan.

e. Memberikan bantuan terhadap perawat pelaksana tentang protap – protap

praktek asuhan keperawatan.

f. Membuat “ position statement “ tentang pelayanan keperawatan.

g. Menyusun proposal tentang pengembangan pelayanan keperawatan

2.7.4 Bidang Pengembangan, Humas, Kerjasama dalam dan luar negeri

Bidang pengembangan, humas, kerjasama dalam dan luar negeri ini

bertanggungjawab terhadap kegiatan :

a. Mengidentifikasi masalah – masalah pemberdayaan perawat, penelitian di

bidang organisasi profesi PPNI.

b. Peningkatan kemampuan perawat sebagai anggota PPNI untuk melakukan

penelitian.

c. Mengembangkan sistem informasi tentang penelitian keperawatan bagi

institusi pelayanan kesehatan dan pendidikan keperawatan.

d. Menyusun proposal – proposal penelitian tentang keperawatan dan/ atau

kesehatan.

e. Membangun jejaring kerja untuk sumber dana penelitian.

f. Pelaksanaan penelitian; survey tentang organisasi PPNI dan melakukan

studi banding.

2.7.5 Bidang Kesejahteraan

Bidang kesejahteraan bertanggungjawab terhadap kegiatan :

(17)

b. Menyusun pedoman penilaian kinerja perawat dan system penghargaannya.

c. Menyusun proposal kerjasama dengan pengusaha untuk bentuk – bentuk

kesejahteraan perawat seperti ; koperasi, kredit rumah, kredit mobil dll.

d. Mencarikan informasi dan peluang kerja bagi perawat.

e. Menyusun proposal lomba – lomba keperawatan.

f. Menyusun proposal Expo keperawatan.

g. Jika mungkin mendirikan badan usaha dalam bentuk agensi yang mengatur

Referensi

Dokumen terkait

Percobaan reaktor alir kontinyu bertujuan untuk menghitung harga konstanta reaksi penyabunan (k) etil asetat dengan NaOH, mengetahui pengaruh pengadukan terhadap konstanta

Hal ini mungkin terjadi akibat jumlah gardu parkir yang beroperasi tidak disesuaikan dengan volume kendaraan yang keluar, sehingga terjadi antrian yang panjang di

pengecilan lumen dan statis hasil sekresi kelenjar. Statis ini akan mencetuskan infeksi sekunder oleh Staphylococcus aureus. Terjadi pembentukan nanah dalam lumen

Pertumbuhan jamur kemudian meluas keseluruh permukaan tubuh larva (Gambar 1). Pengamatan makroskopis dan mikroskopis jamur B.. Editor: Siti Herlinda et. Pertumbuhan

Peran penyuluhan pertanian terhadap pengendalian hama terpadu pada kelas kemam- puan kelompok tani pemula tergolong rendah dengan skor rata-rata yang didapat untuk

Salah satu parameter untuk mengukur tingkat keberhasilan seseorang dalam belajar matematika adalah dari prestasi yang diperolehnya. Prestasi belajar matematika siswa, baik

embedahan dapat diindikasikan pada bebe apa keadaan sepe ti heman ioma den an k lit sak bent k pe m kaan abno mal dan heman ioma di bibi dan da. eman ioma an

• Variasi genetik pertumbuhan tanaman antar provenan yang diuji belum menunjukkan perbedaan antar provenan asal pulau Jawa sampai dengan umur 3 tahun dan berbeda nyata antar