BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini akan dibahas lebih lanjut konsep tentang variabel – variabel yang
terkait dalam penelitian yaitu pengetahuan, sikap, perilaku dan organisasi profesi
keperawatan (PPNI) yang menjadi pokok pembahasan dalam penelitian.
1. Konsep Perilaku
Perilaku manusia adalah hasil pengalaman serta interaksi manusia dengan
lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan.
Dapat juga diartikan sebagai suatu kegiatan yang dapat diamati secara langsung
maupun dengan menggunakan alat (Notoatmodjo, 1997).
Menurut Skinner (1983) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003)
mengemukakan bahwa perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang
(stimulus) dan respon. Ia membedakan adanya dua respon , yakni :
1.Respondent respon atau reflexive, yaitu respon yang ditimbulkan oleh
rangsangan tertentu. Perangsang-perangsang semacam ini disebut elicting stimuli
karena menimbulkan respon-respon yang relatif tetap, misalnya makanan lezat
menimbulkan keluarnya air liur. Pada umumnya perangsang-perangsang yang
demikian mendahului respon yang ditimbulkan.
2.Operant response atau instrumental response, adalah respon yang timbul dan
berkembangnya diikuti oleh perangsang tertentu. Perangsang semacam ini disebut
reinforcing stimulation atau reinforcer karena perangsang-perangsang tersebut
memperkuat respon yang telah dilakukan . oleh sebab itu perangsang yang
demikian itu mengikuti atau memperkuat suatu perilaku tertentu yang telah
Manusia itu adalah makhluk hidup yang unik, perilaku manusia sangatlah
kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas. Bloom, 1908 yang
dikutip oleh Notoatmodjo (2003) membedakan ranah perilaku dalam 3 ranah
yaitu: ranah kognitif (pengetahuan), ranah afektif (sikap, emosi) dan ranah
psikomotoric (gerakan/tindakan). Menurut Guillbert yang dikutip oleh
Notoatmodjo (2003) perilaku dibagi menjadi tiga bidang (domain) yaitu bidang
pengetahuan (kognitif domain), bidang sikap (afektif domain) dan bidang tindakan
(motoric domain).
1.1 Pengetahuan
1.1.1 Pengertian pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindaran (sebagian besar diperoleh dari indra mata dan telinga) terhadap objek
tertentu. Menurut Notoatmodjo (1997) pengetahuan merupakan dominan yang
paling penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior) dan
pengetahuan dapat diukur dengan melakukan wawancara. Perilaku yang didasari
dengan pengetahuan dan kesadaran akan lebih bertahan lama dari pada perilaku
yang tidak didasari ilmu pengetahuan dan kesadaran (Notoatmodjo, 2003).
1.1.2 Tingkatan Pengetahuan
Pengetahuan yang mencakup di dalamnya 6 (enam) tingkatan yaitu
(Notoatmodjo, 2003) :
a. Tahu (know) diartikan mengingat suatu materi yang telah dipelajari.
b. Memahami (comprehension) diartikan kemampuan untuk menjelaskan
c. Aplikasi (application) diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.
d. Analisis (analysis) diartikan suatu kemampuan untuk menjabarkan atau
materi suatu objek terhadap komponen-komponennya tetapi masih dalam
suatu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (synthesis) menunjuk suatu kemampuan untuk menghubungkan
bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
f. Evaluasi (evaluation) hal ini berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek.
1.1.3 Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menyatakan
tentang isi materi yang diukur dari objek penelitian. Kedalaman pengetahuan yang
ingin diketahui atau diukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan tersebut di atas
(Notoatmodjo, 2003).
1.2 Sikap
1.2.1 Pengertian Sikap
Sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk
bertindak sesuai dengan sikap yang obyek tadi. Jadi sikap senantiasa terarah
terhadap suatu hal, suatu objek, tidak ada sikap yang tanpa obyek
(Purwanto,1999).
Sikap terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak
(favorable) maupun perasaan tidak mendukung (unfavorable) pada objek tersebut
Thurston memformulasikan sikap sebagai derajat afek positif atau afek negatif
terhadap suatu objek psikologis (Azwar,1998)
Sikap yang terdapat pada diri individu akan memberi warna atau corak tingkah
laku ataupun perbuatan individu yang bersangkutan. Dengan memahami atau
mengetahui sikap individu, dapat diperkirakan respon atau perilaku yang akan
diambil oleh individu yang bersangkutan. Kecenderungan bertindak dari individu,
berupa respon tertutup terrhadap stimulus ataupun objek tertentu adalah suatu
sikap (Sunaryo, 2004).
1.2.2 Tingkatan Sikap
Menurut Notoatmodjo (2003) ada berbagai tingkatan sikap, yaitu :
a. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus
yang diberikan (objek).
b. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan
tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha
untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari
pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut.
c. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah
adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya ; seorang ibu yang mengajak ibu
yang lain (tetangganya, saudaranya dan sebagainya) untuk pergi menimbang kan
anaknya ke posyandu, atau mendiskusikan tentang gizi, adalah suatu bukti bahwa
d. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang elah dipilihnya dengan segala
resiko merupakan sikap yang paling tinggi. Misalnya, seorang ibu mau jadi
akseptor KB, meskipun mendapat tantangan dari mertua atau orang tuanya
sendiri.
1.2.3 Struktur Sikap
Mengikuti skema triadik, struktur sikap terdiri atas tiga komponen yang saling
menunjang yaitu komponen kognitif (cognitif), komponen afektif (affective), dan
komponen konatif (conative) .
a. Komponen Kognitif
Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang
berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap. Kepercayaan datang dari apa yang
telah kita lihat atau apa yang telah kita ketahui. Berdasarkan apa yang telah kita
lihat itu kemudian tebentuk suatu ide atau gagasan mengenai sifat atau
karakteristik umum suatu objek (Azwar,1998)
b. Komponen Afektif
Komponen afektif menyangkut masalah emosional subjektif seseorang
terhadap suatu objek sikap. Secara umum, komponen ini disamakan dengan
perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu. Namun, pengertian perasaan pribadi
seringkali sangat berbeda perwujudannya bila dikaitkan dengan sikap
c. Komponen Konatif
Yaitu komponen sikap yang berkaitan dengan predisposisi atau
kecenderungan bertindak terhadap objek sikap yang dihadapinya (Sunaryo,2004).
1.2.4 Pembentukan Sikap
Sikap dapat dibentuk atau berubah melalui 4 macam cara yaitu adopsi,
diferensiasi, integrasi, dan trauma.
a. Adopsi
Yang dimaksud dengan adopsi adalah kejadian – kejadian dan peristiwa –
peristiwa yang terjadi berulang dan terus menerus, lama kelamaan secara bertahap
diserap ke dalam diri individu dan mempengaruhi terbentuknya suatu sikap.
b. Diferensiasi
Dengan berkembangnya intelegensi, bertambahnya pengalaman, sejalan
dengan bertambahnya usia, maka ada hal – hal yang tadinya dianggap sejenis,
sekarang dipandang tersendiri. Terdapat objek tersebut dapat terbentuk sikap
tersendiri pula.
c. Integrasi
Pembentukan sikap disini terjadi secara bertahap,dimulai dengan berbagai
pengalaman yang berhubungan dengan satu hal tertentu.
d. Trauma
Pengalaman yang tiba – tiba, mengejutkan, yang meninggalkan kesan
mendalam pada jiwa orang bersangkutan. Pengalaman – pengalaman yang
Dalam interaksi sosialnya, individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu
terhadap berbagai objek psikologis yang dihadapinya. Diantara berbagai faktor
yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan,
orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan
dan lembaga agama, serta faktor emosi dalam diri individu (Azwar,1998).
1.2.5 Pengukuran Sikap
Mengukur sikap tidak lain adalah mencoba menentukan peringkat sikap
seseorang menurut ciri – ciri yang sudah ditetapkan. Pada umumnya pengukuran
sikap dapat dibagi dalam tiga cara, yaitu wawancara, observasi,dan kuesioner.
Setiap cara memiliki keuntungan dan keterbatasan sehingga peneliti perlu
mempertimbangkan cara yang sesuai dengan tujuan penelitian sikap (Gayatri,
2004 ).
Skala yang digunakan dapat berupa skala nominal, ordinal, maupun interval.
Skala sikap yang sering digunakan adalah: pertama skala model Thurstone,
dengan skala ini responden diminta untuk menyatakan setuju atau tidak setuju
terhadap deretan pernyataan mengenai objek sikap. Skala yang kedua adalah
model Likert, dengan skala ini responden diminta untuk membubuhkan tanda cek
pada salah satu dari lima kemungkinan jawaban yang tersedia “ sangat setuju”,
“setuju”, “tidak tentu”, “tidak setuju”, “sangat tidak setuju”. Peneliti dapat
menyingkatnya menjadi empat tingkatan sesuai dengan keinginan dan
kepentingan peneliti yang menciptakan instrumen tersebut, seperti selalu, sering,
kadang – kadang, tidak pernah. Ketiga adalah semantic differensial (perbedaan
semantik). Dengan instrumen ini responden diminta untuk menentukan peringkat
“ baik – tidak baik”, “berharga – tidak berharga”, dan sebagainy. Keempat adalah
skala Guttman, merupakan semacam pedoman wawancara/kuesioner terbuka
yang dimaksud untuk membuka sikap. Kelima adalah skala Inkeles, merupakan
jenis kuesioner tertutup seperti tes prestasi belajar bentuk pilihan ganda
(Arikunto, 2005).
1.3 Tindakan
1.3.1 Pengertian Tindakan
Tindakan adalah pelaksanaan dari penilaian atau pendapat tentang apa yang
telah diketahui dari suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2003).
Tindakan juga didefenisikan sebagai kelakuan. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 2005, kelakuan berarti perbuatan; tingkah laku; perangai.
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam tindakan (overt behavior).
Terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung
atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Disamping
faktor fasilitas, juga diperlukan faktor dukungan (support) dari pihak-pihak lain
(Notoatmodjo, 2003).
1.3.2 Tingkatan Tindakan
Tindakan terbagi atas beberapa tingkatan (Notoatmodjo,2003).
a. Persepsi (perception) diartikan mengenal dan memilih berbagai obyek
sehubungan dengan tindakan yang akan diambil.
b. Respons terpimpin (guided respons) diartikan dapat melakukan sesuatu
c. Mekanisme (mechanism) diartikan seseorang yang telah dapat
melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sudah merupakan
kebiasaan.
d. Adaptasi (adaptation) diartikan adaptasi adalah suatu tindakan yang
sudah berkembang baik. Artinya tindakan ini sudah dimodifikasinya
tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut (Notoatmodjo, 2003).
1.3.3 Pengukuran Tindakan
Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung dengan wawancara
terhadap kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu
(recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan
mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.
1.4 Faktor – faktor yang mempengaruhi Perilaku
Menurut Green dalam Notoatmojo (1993) menyatakan bahwa perilaku
dilatarbelakangi oleh 3 (tiga) faktor pokok yaitu:
a.Faktor presdisporsing (karakteristik individu) adalah faktor yang terwujud
dalam kepercayaan,keyakinan,nilai-nilai dan juga variasi demogafi seperti status
ekonomi,umur,jenis kelamin,dan susunan keluarga.faktor predisporsing lebih
bersifat dari dalam diri individu.
b. Faktor enabling (sarana/prasarana)adalah faktor pendukung,yang termasuk
di dalamnya adalah berbagai macam sarana dan prasarana misal:dana,
transportasi, fasilitas kebijakan, pemerintah dan sebagainya.
c. Faktor reinforcing (penguat) adalah factor menguat kan pemikiran dan
secara lahir dan batin, termasuk juga dalam hal ini keluarga, teman,
guru/pembimbing, pimpinan tempat kerja dan serikat pekerja.
Menurut penelitian Rogers yang dikutip dari Notoatmojo (1997)
mengungkapkan sebelum orang mengadopsi prilaku baru,di dalam diri orang
tersebut terjadi proses yang berurutan yakni:
a. Awareness (kesadaran) di mana orang tersebut menyadaridalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus objek
b. Interest di mana orang sudah mulai tertarik pada stimulus.
c. Evaluation (menimbang)terhadap baik dan tidaknya stimulus bagi dirinya.
d. Trial,di mana orang telah mulai mencoba prilaku baru.
2. Organisasi Profesi keperawatan ( PPNI : Persatuan Perawat Nasional Indonesia)
2.1 Pengertian Organisasi profesi keperawatan
Organisasi adalah suatu sistem yang terdiri dari pola aktivitas kerjasama yang
dilakukan secara teratur dan berulang–ulang oleh sekelompok orang untuk
mencapai suatu tujuan (Gitosudarmo,1997).
Organisasi profesi adalah assosiasi antara orang- orang dengan latar belakang
profesi yang sama dalam bentuk formal mempunyai aturan – atura, kode etik,
syarat keanggotaan, serta dewan kehormatan atau dewan pertimbangan yang
bertugas untuk menegakkan disiplin organisasi (William Smith dalam Siswanto
blog).
Organisasi keperawatan tingkat nasional yang merupakan wadah bagi semua
perawat di Indonesia adalah Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)
2.2 Sejarah PPNI
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) lahir pada tanggal 17 Maret
1974. Pada tahun 1974 organisasi perawat di Indonesia sudah berkembang pesat,
sejak zaman penjajahan perawat Indonesia sudah ada seiring dengan adanya
Rumah Sakit, yaitu: Residen Vpabst (1819) di Batavia saat itu berubah menjadi
Stadsverband (1919) dan berubah menjadi CBZ (Central Burgerlijke Zieken
Inrichting) di daerah Salemba yang saat ini menjadi RSCM. Saat itu perawat
sudah memiliki perkumpulan-perkumpulan sebagai wadah organisasi perawat dan
dapat menjalankan pergerakan dalam menentukan martabat profesi perawat.
Terdapat beberapa organisasi diantaranya; Perkumpulan Kaum Verpleger fster
Indonesia (PKVI), Persatuan Djuru Kesehatan Indonesia (PDKI), Persatuan
Perawat Indonesia (PPI), Ikatan Perawat Indonesia (IPI).
Organisasi-organisasi perawat saat itu mengadakan pertemuan yang dihadiri
oleh IPI, PPI dan PDKI. Ojo Radiat, HB. Barnas dan Drs. Maskoed
Soerjasumantri hadir sebagai pimpinan sidang dan sepakat untuk melakukan fusi
organisasi dan menyatukan diri dalam satu wadah organisasi dengan nama
Persatuan Perawat Nasional. Pengabungan atau fusi organisasi perawat tersebut
dilakukan di Ruang Demontration Jl. Prof Eykman Bandung No.34 Bandung Jawa
Barat, sejak saat itu tanggal 17 Maret 1974 disetujui dan dinyatakan sebagai
terbentuknya Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Kongres pertama
2.3 Tujuan PPNI
Tujuan PPNI termaktub dalam pasal 8 Anggaran Dasar PPNI yaitu
memantapkan persatuan dan kesatuan yang kokoh antar perawat meningkatkan
mutu pendidikan dan pelayanan keperawatan dalam meningkatkan derajat
kesehatan manusia, mengembangkan karir dan prestasi kerja bagi tenaga perawat
sejalan dengan peningkatan kesejahteraan Perawat, memfasilitasi dan melindungi
anggota dalam menggunakan hak politik dan hukum, meningkatkan hubungan
kerjasama dengan organisasi lain, lembaga dan institusi lain baik di dalam
maupun di luar negeri (PPNI, 2011).
2.4 Peran Dan Fungsi PPNI
Pasal 9 Anggaran Dasar PPNI menyebutkan tentang peran dan fungsi PPNI.
PPNI berperan sebagai regulator dengan fungsi sertifikasi dan memfasilitasi
registrasi dan lisensi, penata kehidupan keprofesian dengan fungsi:
Organisasi; pendidikan dan pelatihan; pelayanan keperawatan; hukum & politik,
pengembangan hubungan masyarakat dan kerjasama, fasilitator dalam merespons
peningkatan kesejahteraan; dengan fungsi fasilitasi pengembangan karir dan
sistem penghargaan; pemasaran; dan pengembangan usaha (PPNI, 2011).
2.5 Anggota PPNI
Setiap orang yang telah menyelesaikan pendidikan keperawatan yang sah dapat
mendaftarkan diri sebagai anggota anggota PPNI dan semua siswa/ mahasiswa
yang sedang belajar dapat disebut calon anggota (Priharjo,1995).
a. Warga Negara Indonesia
b. Lulus pendidikan formal dibidang keperawatan yang telah disahkan oleh
Pemerintaah RI.
c. Menyatakan diri untuk menjadi anggota PPNI melalui proses pendaftaran
anggota pada Pengurus Kabupaten/ Kota atau Komisariat
d. Mengisi dan menandatangani surat persetujuan bersedia mengikuti dan
mentaati Anggaran Dasar/ Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) PPNI.
e. Bersedia aktif mengikuti kegiatan organisasi yang dilaksanakan PPNI dan
atau Badan Kelengkapan PPNI
2.6 Hak dan Kewajiban Anggota PPNI
2.6.1 Hak Anggota PPNI
Pasal 4 ART PPNI tentang hak anggota, anggota biasa berhak untuk
mengajukan pendapat, usul atau pertanyaan baik lisan maupun tertulis kepada
pengurus PPNI, mengikuti seluruh kegiatan organisasi, memilih dan dipilih sesuai
jenjang kepengurusan organisasi. Anggota khusus dan anggota kehormatan berhak
untuk mengajukan pendapat, usul dan pertanyaaan baik lisan maupun tertulis
kepada pengurus PPNI, mengikuti seluruh kegiatan organisasi, tetapi tidak berhak
memilih dan dipilih. Setiap anggota berhak mendapatkan kesempatan menambah
atau mengembangkan ilmu dan ketrampilan keperawatan yang diselenggarakan
organisasi sesuai program dan kemampuan organisasi serta memenuhi
persyaratan.
Setiap anggota berhak mendapatkan perlindungan dan pembelaan dalam
melaksanakan tugas organisasi dan profesi apabila memenuhi:
b. AD/ART
c. Kode Etik Keperawatan Indonesia
d. Standar kompetensi
e. Standar praktik
f. Peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
2.6.2 Kewajiban Anggota PPNI
Pasal 3 ART PPNI tentang kewajiban anggota, menjunjung tinggi, mentaati
dan mengamalkan Sumpah perawat, Kode Etik Keperawatan Indonesia, Anggaran
Dasar dan Anggota Rumah Tangga dan semua peraturan serta keputusan PPNI,
membayar uang pangkal dan iuran bulanan, kecuali anggota kehormatan,dan
menghadiri rapat-rapat atas undangan pengurus organisasi.
2.7 Program Kerja PPNI
Program kerja PPNI disusun sesuai departemen atau bidang yang terdapat
dalam organisasi PPNI (Laporan Pertanggungjawaban Musyawarah
Propinsi,2011).
2.7.1 Bidang Organisasi, Hukum dan Pemberdayaan Politik
Bidang organisasi, hukum dan pemberdayaan politik ini bertangggungjawab
terhadap kegiatan :
a. Keanggotaan PPNI ; kartu anggota, iuran, dll.
b. Pembinaan wilayah ; PPNI kabupaten/kota.
c. Identifikasi kader organisasi PPNI.
d. Penyusunan dan penyempurnaan uraian tugas pengurus PPNI Provinsi,
PPNI kabupaten/kota, dan komisariat.
f. Kegiatan –kegiatan pelantikan kepengurusan.
g. Penerapan hukum, kebijakan, peraturan di bidang kesehatan khususnya
keperawatan.
h. Pengumpulan informasi yang terkait tentang keperawatan dan
penyebarluasannya.
i. Penyebarluasan tentang isu – isu, “ position paper “ dari pengurus PPNI
Pusat/ Dep.Kes kepada pengurus kabupaten kota, komisariat dan anggota
PPNI
2.7.2 Bidang Pendidikan dan Latihan
Bidang pendidikan dan latihan bertanggungjawab terhadap kegiatan :
a. Pembinaan institusi D III Keperawatan.
b. Pelatihan – pelatihan keperawatan.
c. Seminar/ symposium keperawatan.
d. Penerapan model jenjang karir keperawatan.
e. Penyusunan kebijakan tentang pendidikan keperawatan.
f. Penyusunan proposal – proposal pelatihan.
g. Membangun jejaring kerja untuk kegiatan pelatihan dan ilmiah lainnya.
2.7.3 Bidang Pelayanan Keperawatan
Bidang pelayanan keperawatan melakukan sosialisasi mekanisme penerapan
standar dan kode etik keperawatan, selain itu juga bertanggungjawab terhadap
kegiatan :
a. Pemantauan penerapan standar dan kode etik keperawatan.
c. Pengabdian masyarakat di bidang pelayanan keperawatan seperti pendidikan
kesehatan, KLB, daerah binaan.
d. Penerapan model praktik keperawatan.
e. Memberikan bantuan terhadap perawat pelaksana tentang protap – protap
praktek asuhan keperawatan.
f. Membuat “ position statement “ tentang pelayanan keperawatan.
g. Menyusun proposal tentang pengembangan pelayanan keperawatan
2.7.4 Bidang Pengembangan, Humas, Kerjasama dalam dan luar negeri
Bidang pengembangan, humas, kerjasama dalam dan luar negeri ini
bertanggungjawab terhadap kegiatan :
a. Mengidentifikasi masalah – masalah pemberdayaan perawat, penelitian di
bidang organisasi profesi PPNI.
b. Peningkatan kemampuan perawat sebagai anggota PPNI untuk melakukan
penelitian.
c. Mengembangkan sistem informasi tentang penelitian keperawatan bagi
institusi pelayanan kesehatan dan pendidikan keperawatan.
d. Menyusun proposal – proposal penelitian tentang keperawatan dan/ atau
kesehatan.
e. Membangun jejaring kerja untuk sumber dana penelitian.
f. Pelaksanaan penelitian; survey tentang organisasi PPNI dan melakukan
studi banding.
2.7.5 Bidang Kesejahteraan
Bidang kesejahteraan bertanggungjawab terhadap kegiatan :
b. Menyusun pedoman penilaian kinerja perawat dan system penghargaannya.
c. Menyusun proposal kerjasama dengan pengusaha untuk bentuk – bentuk
kesejahteraan perawat seperti ; koperasi, kredit rumah, kredit mobil dll.
d. Mencarikan informasi dan peluang kerja bagi perawat.
e. Menyusun proposal lomba – lomba keperawatan.
f. Menyusun proposal Expo keperawatan.
g. Jika mungkin mendirikan badan usaha dalam bentuk agensi yang mengatur