• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karoushi dalam Kehidupan Sararimandi Jepang Dewasa Ini

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Karoushi dalam Kehidupan Sararimandi Jepang Dewasa Ini"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

GAMBARAN UMUM MENGENAI KAROUSHI DALAM KEHIDUPAN

SARARIMAN DI JEPANG DEWASA INI

2.1 Sarariman dan Perusahaan Jepang

Jepang merupakan salah satu dari negara maju yang ada di dunia, dan kemajuan jepang diakui terlebih dalam bidang teknologi. Suatu negara dapat maju karena dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu. Meskipun negara Jepang tidak memiliki sumber daya alam yang lebih baik dari negara-negara lain, tetapi Jepang memiliki sumber daya manusia yang lebih baik dari kebanyakan negara lain. Hal itu dikarenakan akan kesadaran dengan jiwa yang giat dan gigih oleh bangsa Jepang itu sendiri dalam melakukan suatu pekerjaan atau hal yang dianggap suatu kewajiban.

Warga Jepang sejak berabad-abad memang memiliki tradisi kerja keras dan jiwa pantang menyerah yang sudah tertanam dari dahulu hingga sekarang. Hal ini dapat dilihat dari kerja keras yang dilakukan bangsa Jepang untuk melakukan kewajibannya. Terlebih disuatu bidang pekerjaan pada perusahaan tempat bekerja. Bagi bangsa Jepang, tempat kerja adalah rumah dan saat mengerjakan pekerjaan mereka sama halnya dengan melakukan kewajiban kepada Sang Budha. Maka dari itu, bangsa Jepang selalu memberikan yang terbaik untuk pekerjaannya tanpa memperdulikan diri sendiri, terlebih pada kondisi dirinya.

(2)

mereka sedang menghadapi ujian terakhir di kampus.Semakin hari semakin banyak lulusan baru yang bersaing ketat untuk mendapatkan pekerjaan. Ketika jumlah pesaing semakin banyak, maka semakin banyak pula orang yang rela digaji rendah dan bekerja larut, sehingga tingkat kesehatan mereka semakin menurun. Berdasarkan data dari pemerintah Jepang, terdapat lebih dari 10 juta oarang yang hidup dengan penghasilan kurang dari standar normal Jepang, yaitu 1.600,000 yen/tahun (sekitar Rp155

juta/tahun

Di dalam sistem perekrutan tenaga kerja perusahaan menginginkan pekerja yang baru lulus universitas, mereka akan dididik dan dilatih oleh perusahaan secara teknis maupun secara moral. Karir mereka tidak tergantung pada kemampuan personal yang dimiliki, tetapi tergantung sepenuhnya pada perusahaan. Kesempatan kerja diberikan perusahaan adalah sistem kerja seumur hidup, dimana ia akan mengutamakan kepentingan komunitas (perusahaan). Bagi keduanya ini membawa rasa aman dan bangga dan loyalitas yang kuat terhadap perusahaan.

Kesetiaan pada perusahaan ini merupakan jaminan bagi perusahaan akan adanya angkatan kerja yang produktif, yang merasa bangga dan puas dalam pekerjaanya. Baik pekerja kasar maupun pegawai kantoran gembira bekerja lembur, bahkan tidak menggunakan sepenuhnya masa libur yang diberikan. Mereka semua adalah pekerja yang tekun dan bisa dipercaya akan menjaga mutu pekerjaan mereka sendiri.

(3)

membuang-buang peluang, sehingga terciptalah sarariman. Sarariman muncul akibat adanya perkembangan masyarakat jepang, khususnya dalam lingkungan kantor atau perusahaan, mengakibatkan timbul kelompok baru yang dinamakan sarariman.Sarariman adalah karyawan atau pekerja yang hidupnya 100% tergantung dari gaji. Jadisarariman adalah karyawan yang secara teratur menerimagaji/orang yang bekerja hanya dengan mengharapkan gaji semata walaupun gaji itu kecil, bekerja setengah mati tanpa uang lembur dan tanpa kepastiaan peningkatan karier walaupun mereka telah bekerja puluhan tahun lamanya.Istilah sarariman merujuk hampir secara eksklusif kepada laki-laki.

Sarariman sering bekerja selama 12-14 jam sehari selama seminggu dan ada juga yang bekerja selama 80 hari berturut-turut dan lebih dari 100 jam selama berbulan-bulan pada suatu waktu. Pola kerja seperti ini mengakar karena adanya budaya yang menjunjung tinggi kerja keras dan pengorbanan diri.Selain itu, ledakan ekonomi pada tahun 1980 mendorong sarariman untuk semakin produktif.Sehari-hari sarariman hanya tidur selama 4 jam,maka jangan heran apabila melihat banyaksarariman jepang yang tertidur pulas di kereta saat mereka dalam perjalanan pulang ke rumah.Aktivitas tersebut diulang terus dari senin sampai jumat, untuk hari sabtubiasanya pulang lebih awal (kalau ada lemburmereka juga akan bekerja seperti biasa).

(4)

Setelah perang dunia kedua, Jepang menjadi negara dengan tenaga kerja murah melimpah. Untuk mempertahankan eksitensinya, para sarariman harus bekerja lebih keras dan lebih panjang. Untuk menghindarkan konflik perburuhan, parasarariman di Jepang menerima sistem gaji berdasarkan senioritas. Prestasi kerja dan loyalitas diukur dari panjangnya jam kerja. Faktor-faktor inilah yang mendorong sarariman bekerja lebih keras dan panjang, yang menyebabkan terjadinyaKaroushi.

Dalam sistem bekerja sama dalam kelompok pada masyarakat Jepang, tempat kerja merupakan satu kesatuan unit keluarga. Kesatuan unit keluarga sebagai tempat kerja ini dibentuk oleh orang-orang yang sebelumnya tidak memiliki suatu keterampilan atau keahlian dan mereka bekerja sesuai dengan tugas dan kewajibannya masing-masing di dalam kelompok yang mengikatnya.Tugas dan kewajiban ini dilakukan dengan sikap loyal sebagai pengetahuan dan pengalamannya.Setiap anggota dalam kelompok dengan sendirinya mempunyai keinginan yang kuat untuk mewujudkan kesejahteraan kelompoknya atau mensuksekan kelompoknya.(Hamaguchi, 1994:19).

(5)

mengatakansesuatu yang dapat memperburuk image perusahaan tempat ia bekerja. Apabila ia sakit, maka perusahaan akan berusaha untuk menutupi dan tidak

akanmembocorkannya kepada rekan bisnis dari perusahaan lainnya karena hal ini bisa

membuat perusahaan kelihatan buruk. Bila klien mencarinya, maka perusahaan akan

mengatakan bahwa pegawai yang sakit itu sedang keluar atau sedang dalam

perjalanan bisnis .

Tuntutan hidup yang tinggi membuat sararimandi Jepang harus bekerja dengan keras untuk mencukupi kebutuhannya tersebut.Tetapi bukan semata-mata hanya untuk memenuhi tuntutan hidup, maka pekerja di Jepang banyak menjadi menjadi korban karoushi. Masih banyak negara-negara lain yang tingkat kesejahteraannya jauh berada di bawah Jepang, dan mempunyai tuntutan hidup yang lebih keras, tetapi fenomena karoushi tidak terjadi di negara tersebut, bahkan rekor korban karoushi pun hingga saat ini masih dipegang oleh Jepang dan bahkan menjadi pusat perhatian dunia.

(6)

sararimanmerupakan bagian darinya bahkan dianggap sebagai miliknya. Sebagai contoh, orang Jepang selalu memperkenalkan dirinya kepada orang lain dengan terlebih dahulu menyebutkan tempat dimana ia bekerja, bukan sebagai apa dia bekerja.

Sebagai satu keluarga, perusahaan tidak hanya memperhatikansarariman saja, tetapi juga keluarga sarariman tersebut, perusahaan menjamin kesejahteraan sararimandan keluarganya dengan menyediakan berbagai fasilitas, dan tentu saja hal ini menguntungkan bagi perusahaan itu sendiri. Dengan adanya jaminan ini sararimanakan mendahulukan kepentingan perusahaan, mereka rela untuk bekerja ekstra meskipun tidak sesuai dengan kontrak kerja yang telah disepakati sebelum mulai bekerja. Mereka terbiasa untuk bekerja melebihi jam kerja yang telah diatur oleh undang-undang yang sah. Lagi pula sarariman yang pulang tepat pada waktunya tanpa lembur akan merasa malu karena seolah-olah itu menunjukkan kurangnya loyalitas mereka terhadap kelompok (perusahaan) dan ia pun akan terkucilkan. Bahkan sarariman yang telah bekerja melebihi jam kerja yang telah disepakati melalui kontrak, bisa tidak memperoleh bayaran sesuai dengan lembur yang telah dilakukannya.

Merupakanhal yang biasa bagi para sararimanpada perusahaan-perusahaan di Jepang untuk bekerja minimal 12 jam sehari. Mereka bahkan lebih memilih tidur di tempat yang telah disediakan oleh perusahaan daripada memilih pulang dan tidur di rumah, karena terlalu larut dan melelahkan untuk pulang ke rumah.

(7)

Kebiasaan kerja 12 jam sehari ini terus berlangsung dan akhirnya secara tidak tertulis, kebiasaan ini dimaklumi dan diperbolehkan,sampai akhirnya mengganggu ritme kerja yang normal atau yang seharusnya.Kebiasaan kerja yang seperti ini mengakibatkan kelelahan yang akhirnya terjadi kerusakan fatal pada pekerja (sarariman menderita penyakit karena kelelahan bekerja,bahkan sampai menyebabkan kematian)

2.1.1 Sejarah Perusahaan-Perusahaan Besar

1. Mitsubishi

Tahun 1870 merupakan permulaan dari lahirnya Mitsubishi.Pada tahun ini, pendirinyaIwasaki Yataro mendirikan perusahaan perkapalan (Tsukumo Shokai) di Osaka.Perusahaan ini merupakan perusahaan setengah milik pemerintah karena adanya bantuan dari pemerintah propinsi Tosa.Tetapi dengan dihapuskannya tanah pinjaman, pendirian perfektur, dan perubahan-perubahan sosial-politik lainnya dalam beberapa tahun sesudahnya, menyebabkan pemerintah Tosa menarik diri dari perusahaan, lalu Yataro mengambil alih perusahaan menjadi swasta. Pada tahun 1873, ia menamakan kembali perusahaan tadi dengan nama Mitsubishi Shokai (Mitsubishi Trading Co.) dan mengambil alih lambang tiga berlian itu sebagai merk dagang Mitsubishi (Kunio,1987:38).

(8)

untuk pemerintah. Hal ini memungkinkan Mitsubishi untuk menjadi perusahaan perkapalan terbesar di Jepang.

Pada awal tahun 1880-an, pemerintah pro Mitsubishi jatuh dan Mitsui serta perusahaan lain yang kesal atas dominasi Mitsubishi dalam bisnis perkapalan, berhasil membujuk pemerintah yang baru untuk mendirikan perusahaan perkapalan yang baru sebagai balas keseimbangannya. Akhirnya karena persaingan antara Mitsui dan Misubishi mengancam industri perkapalan, kemudian pemerintah memutuskan untuk menggabungkan keduanya dan mendirikan suatu perusahaaan baru bernama Nippon Yusen Kaisha (NYK) sebagai suatu perusahaan dari kebijakan nasional pemerintah. Merger ini membuat Mitsubishi kehilangan monopolinya atas bisnis perkapalan, sehingga perusahaan ini membangun usaha-usaha lain yang berkaitan dengan perkapalan seperti perbankan, asuransi laut, galangan kapal, dan reparasi, usaha ini dibawah satu perusahaan baru bernama Mitsubishi Goshi Kaisha (Mitsubishi & Co).

2. Yamaha

(9)

dikenal sebagai YA1 alias Atakombo dan dikenal juga sebagai Red DragonFly, Motor ini lumayan sukses dan laris dipasaran dan diproduksi berikutnya menggunakan mesin dengan kapasitas 175cc. Produksi motor berikutnya adaah twin cylinder YDI dibuat pada tahun 1957, sanggup mengeluarkan power 20 BPH, dan memenangkan race Mount Asama di Jepang, produksinya sekitar 15.811 sepeda motor yamaha dan jumlah ini masih dibawa Suzuki.

Selanjutnya Yamaha berkembang dengan cukup pesat dan ditahun 1959 keluarla speed gearbox. tahun 1960, produksinya meningkat 6 kali lipat menjadi 138 rebu motor.Setelah berakhirnya Perang Korea,perekonomian Amerika Serikat begitu booming dan ini mendorong eksport Jepang khususnya motor ke Amerka Serikat.Tahun 1962 ekspor yamaha ke US sebanyak 12 ribu motorcyclez.Kemudian tahun 1962 sudah mencaoai 12 ribu unit.Demikian pula untuk tahun1963, kurang lebih sebanyak 36 ribu unit dan puncaknya ditahun 1964, ekspornya mencapai 87 ribu unit. Tahun 1963, Yamaha membuat motor 250cc, twin cylinder dan air cooled. Sejak saat itu, Yamaha lumayan dikenal di seantero Jepang. Tahun 1965, produksi Yamaha sudah mencapai 244 ribu unit dan peruntukkannya 50:50, dimana sebagian untuk eksport sedangkan sebagian lainnya konsumsi dalam negeri.

(10)

motor.Jumlah ini melewati saingan terdekatnya Suzuki dengan selisih sekitar 4 ribu unit. Selanjutnya Yamaha mulai mengembangkan untuk pertama kalinya yaitu Yamaha motor trail. Motor trail pertama menggunakan engine 250cc single cylinder. Disamping itu Yamaha juga mengembangkan sport car unit 2000cc, 6 cylinder dan DOHC untuk Toyota Motor, dan ini akan membantu Yamaha dalam mengembangkan high performance bikers nantinya.

3. Toyota

Toyota Motor Corporation (TMC) adalah sebuah pabrikan mobil yang berasal dari Jepang, yang berpusat di Toyota Aichi.Saat ini, Toyota merupakan pabrikan penghasil mobil terbesar di dunia.Toyota Motor Corporation didirikan pada September1933 sebagai divisi mobil Pabrik Tenun Otomatis Toyoda. Divisi mobil perusahaan tersebut kemudian dipisahkan pada 27 Agustus1937 untuk menciptakan Toyota Motor Corporation seperti saat ini.Toyota Motor Corporation didirikan pada September 1933 sebagai divisi mobil Pabrik Tenun Otomatis Toyoda.

(11)

kurang enak didengar dan tidak akrab dikenal sehingga diplesetkan menjadi Toyota.

Sakichi Toyoda lahir pada bulan Februari 1867 di Shizuoka, Jepang. Pria ini dikenal sebagai penemu sejak berusia belasan tahun. Toyoda mengabdikan hidupnya mempelajari dan mengembangkan perakitan tekstil. Dalam usia 30 tahun Toyoda menyelesaikan mesin tenun. Ini kemudian mengantarnya mendirikan cikal bakal perakitan Toyota, yakni Toyoda Automatic Loom Works, Ltd. pada November 1926.

Pada tahun 1936 Toyota meluncurkan mobil penumpang pertama mereka, Toyoda AA Model ini dikembangkan dari prototipe model A1 dan dilengkapi bodi dan mesin A. Kendaraan ini dari awal diharapkan menjadi mobil rakyat. Semangat inovasi Kiichiro Toyoda tidak pernah redup. Toyota kemudian berkembang menjadi penghasil kendaraan tangguh. Di era 1940-an, Toyota sibuk mengembangkan permodalan termasuk memasukkan perusahaan di lantai bursa di Tokyo, Osaka dan Nagoya. Pada tahun 1947, penjualan mobil Toyota di dalam negeri sudah mencapai 100.000 kendaraan.

(12)

Pada tahun 1990-an, Toyota semakin membuktikan bahwa mobil Jepang dapat bersaing dengan mobil Eropa dan Amerika. Toyota Celica berhasil menjadi juara rally dunia, dan Toyota Camry menjadi mobil paling laris di Amerika.

4. Mitsui Bussan

Pada tahun 1874, Mitsui yang dikenal sebagai agen perlengkapan pakaian dan bankir yang berpengaruh, memutuskan untuk memperluas usahanya dan mendirikan suatu perusahaan perdagangan umum partai besar. Perusahaan yang bernama Kokusan Kata (National Products Co.) ini beroperasi dari kantor pusatnya di Tokyo dan Yokohama. Kantor di Tokyo menangani sutera mentah, beras, sedangkan kantor di Yokohama menangani teh dan sutera mentah, yang diperdagangkan ke wisma-wisma dagang asing yang terletak disana. Mitsui, yang bertindak selaku bendaharawan untuk pemerintahan Meiji yang baru, mempunyai tabungan pemerintah yang bebas bunga di dua puluh tujuh tempat di seluruh Jepang, yang dapat dipergunakan dalam perdagangan beras.

(13)

dalam suatu perusahaan baru, Mitsui Bussan. Keputusan ini untuk sebagian didasarkan pada pertimbangan politik. Okuma Shigenobu, menteri keuangan pada saat itu, mendesak Mitsui agar bergerak dalam perdagangan langsung.

5. Sumitomo group

Sumitomo Group adalah perusahaan konglomerat selama 400 tahun dan salah satu bisnis terbesar di seluruh Jepang. Group ini telah berkembang dalam berbagai bidang logam, permesinan dan kimia dan sangat besar pengaruhnya serta dukungannya untuk industri modern di Jepang.

Sebagai salah satu inti dari Grup Sumitomo, Sumitomo Heavy Industries membaur menjadi bisnis tingkat tinggi di Jepang. Dengan mengembangkan teknologi yang mutakhir dan menciptakan berbagai macam variasi dalam mesin dan peralatan yang tergabung dalam infrastruktur, kapal, pabrik, elektronik dan peralatan industri lain.

Sejarah Sumitomo

1955 Mendirikan perusahaan Modern Machinery Co., Ltd. dan mulai memproduksi Blown Film di Pabrik Kawasaki

1969 Memulai produksi mesin casting film dan benang pita 1975 Memulai produksi mesin coating extrusi

1978 Memulai produksi Extruder performa tinggi Delser Series

1980 Membangun laboratorium riset dan membuka kantor pemasaran di Osaka

(14)

pekerja

1997 Memulai produksi FLEX ROLL dalam pembuatan film PP transparan 1999 Menggunakan mesin Multi In One dengan kecepatan tinggi casting,

molding laminasi untuk kebutuhan tes internal

2000 Mengganti nama perusahaan menjadi SHI Modern Machinery, Ltd. 2002 Meluncurkan DMA automatic pengaturan ketebalan film dengan air ring

2003 RMengganti nama perusahaan menjadi Sumitomo Heavy Industries Modern, Ltd.

Penggabungan dan integrasi kerja dari Film Processing Group dan Plastics Machinery Division of Sumitomo Heavy Industries, Ltd. Membuka kantor perwakilan di Shanghai

2008 Membuka pabrik di Futtsu, Chiba

2011 Membuka kantor Cina (Shanghai) and kantor Indonesia (Jakarta) 2014 Membuka kantor Thailand (Bangkok)

2.1.2 Etika Kerja di Perusahaan Jepang

(15)

kantor lebih dulu dibandingkan rekan-rekan atau para bos, meskipun pekerjaan mereka hari itu sudah selesai.

Perusahaan-perusahaan di Jepang sering menggelar pesta untuk para karyawannya. Yang paling umum antara lain adalah pesta untuk karyawan baru, pesta perpisahan saat ada pergantian karyawan, dan pesta akhir tahun sebagai bentuk terima kasih atas hasil kerja dan dukungan selama setahun terakhir. Diantara rekan sekerja juga merupakan hal biasa untuk makan malam bersama seusai kerja, sambil minum minuman beralkohol atau teh.

Suatu pekerjaan bagi pekerja di Jepang tidak hanya merupakan persetujuan dalam kontrak untuk mendapat bayaran, mereka terkadang melakukan lembur yang tidak mendapat bayaran dari perusahaan. Keadaan ini terjadi karena pekerja seringkali melaporkan jam lembur mereka lebih sedikit daripada yang sebenarnya, mereka seolah-olah menganggap jika menyebutkan jam lembur yang sebenarnya, karena dengan begitu kredibilitas kerjanya akan dipertanyakan.

(16)

2.2 Karoushi di Jepang

2.2.1 Pengertian Karoushi

Negara Jepang sejak berabad-abad yang lalu telah memiliki budaya kerja keras yang sangat tinggi.Maka dari itu, bangsa Jepang selalu memberikan yang terbaik untuk pekerjaannya tanpa memperdulikan diri sendiri, terlebih pada kondisi dirinya.Budaya ini makin diperkuat setelah kekalahan dalam perang dunia kedua.Setelah perang dunia kedua, Jepang menjadi negara dengan tenaga kerja murah melimpah.Untuk mempertahankan eksitensinya, para pekerja harus bekerja lebih keras dan lebih panjang.Untuk menghindarkan konflik perburuhan, para pekerja di Jepang menerima sistem gaji berdasarkan senioritas. Prestasi kerja dan loyalitas diukur dari panjangnya jam kerja. Faktor-faktor inilah yang mendorong pekerja bekerja lebih keras dan panjang, yang menyebabkan terjadinyaKaroushi.

Karoushiditulis dengan kanji (過労死) berasal dari tiga kata yaitu Ka(過)

yang artinyalebih, Rou (労) yang artinya bekerja dan Shi (死) yangartinya mati.

Jadi dapat disimpulkanKaroushi(過労死) adalah mati akibat bekerja berlebihan.

Karoushi merupakan bekerja dengan tekananpekerjaan yang besar dengan jam kerjayang berlebih dari jam kerja yangsudah ditetapkan serta jam lembur dan shiftkerja yang panjang dansedikitnya hari libur atau istirahat sehinggamengakibatkan kematian, disertaijuga dengan beban mental dan penyakit fisik.

Secara harafiah karoushi mempunyai arti kematian yang disebabkan karena

terlalu banyak bekerja.Karoushi adalah istilah sosio-medis yang digunakan terutama

(17)

cardio-vascular disebabkan oleh beban kerja yang berlebihan dan stres kerja. Dr Tetsunojo

Uehata, yang menciptakan kata karoushi, telah mendefinisikan sebagai "sebuah cacat

tetap atau kematian yang disebabkan oleh memburuknya tekanan darah tinggi atau

arteriosklerosis menyebabkan penyakit pembuluh darah di otak, seperti

pendarahanotak, perdarahan dan otak subarachnoidal miokard, dan gagal jantung akut

dan mycardial miokard yang disebabkan oleh kondisi seperti penyakit jantung

iskemik” (Uehata, 1990:98).

Jadi Karoushi merupakan budaya dalam masyarakat Jepang yang berarti kematian seseorang karena kelelahan yang disebabkan oleh penyakit fisik maupunmental yang dipicu oleh kerja berlebihan yang ditandai dengan frekuensi jam kerja yang terlalu tinggi. Dari pengertian di atas, muculnya permasalahan karoushi disebabkan oleh frekuensi jam kerja yang tinggi. Seperti dikatakan oleh Murphy, (2001:37), “Kematian yang dikategorikan ke dalam karoushi selalu berhubungan dengan frekuensi jam kerja yang tinggi, shift kerja, dan jadwal yang tidak teratur”.

2.2.2 Sejarah karoushi

Fenomena Karoushi di Jepang bukan sesuatu hal yang baru dan masih sering terjadi.Biasanya fenomena karoushiterjadi pada pekerja kantoran yang umumnya laki-laki yang berusia 25-45 tahun.Fenomena ini sangat jarang terjadi pada perempuan Jepang,karena jam kerja laki-laki lebih banyak daripada jam kerja perempuan. Pekerja perempuan di Jepang, untuk sebagian besarbekerja hanya paruh waktu.

(18)

pekerja laki-laki. Biasanya perempuan hanya mengambil jam kerja paruh waktu atau part time, karena mereka masih harus mengurus anak dan rumah. Sehingga korban karoushi lebih banyak laki-laki daripada perempuan. Sedangkan untuk pekerja pria kebanyakan mereka bekerja full time dan memiliki lebih banyak pekerjaan dan beban di dalam perusahaan karena ketika melihat jenis kelamin dan kelompok usia, persentase bekerja berjam-jam meningkat, terutama pada pria, hal ini terjadi karena adanya peningkatan variasi dalam jam kerja dan jenis pekerjaan. Jenis pekerjaan mereka sangat berpengaruh sekali terhadap jam kerja sehingga membuat para pekerja di Jepang harus bekerja melebihi batas jamkerja normal dan menimbulkan fenomena karoushi, hubungan kekerabatan dan kebersamaan diantara satu pekerja dengan pekerja lainnya juga sangat baik sehingga membuat mereka rela berlama-lama bekerja demi kemajuan perusahaannya. Dari tahun ke tahun jumlah korban karoushi terus mengalami peningkatan. Ini dikarenakan jumlah jam kerja yang terlalu tinggi,

Perdebatan mengenai kematian akibat kerja berlebihan sudah mencuat di Jepang sejak tahun 1970-an. Kasus resmi pertama Karoushi dilaporkan tahun 1969, berupa kematian seorang pekerja laki-laki-laki berumur 29 tahun.Saat itu, kematian pekerja akibat kelebihan kerja, menjadi materi penelitian ilmiah yang menarik.Penelitian selama tiga dekade menunjukkan, kematian pekerja akibat kelebihan kerja, terutama disebabkan oleh serangan jantung atau stroke.Pemicunya, stress karena kerja yang berlebihan.

(19)

rata-rata jam kerja orang Jerman 1.613. Tapi angka statistik tersebut bisa salah terutama belum melibatkan jam lembur yang tidak dibayar, yang banyak dilakukan oleh oleh pekerja Jepang.

Gambar 2.1 Tabel Frekwensi Jam Kerja di Jepang dengan Negara-Negara lain

Negara 1988 1991 1992 1997 1999

Jepang 2,152 2,139 2,107 1,942 1,942

Amerika 1,898 1,847 1,957 2,005 1,991

Uk 1,938 1,835 1,911 1,934 1,942

French 1,657 1,619 1,682 1,677

Germany 1,613 1,499 1,567 1,517

Sumber: Kawanishi, 2005:72

Menurut analisis pada tahun 1988 perbedaan jam kerja antara Jepang dengan pekerja Amerika sekitar 200 jam dan 500 jam untuk Jerman dan Perancis. Perbedaan jam kerja selama beberapa jam dalam seminggu tidak terlalu terlihat perbedaannya, perbedaan antara Jepang dan Amerika Serikat sebesar 5,6 jam seminggu, berarti perbedaan tahunan 291 jam per pekerja. Ini berarti bahwa setiap tahun para pekerja Jepang bekerja empat sampai enam minggu lebih dari negara-negara lainnya.Para pekerja di Jepang secara tradisional maupun struktural memang bekerja lebih panjang, dibanding rekannya di Amerika Serikat, Perancis atau Jerman.

(20)

tetapipegawai secara sukarela melakukanya demi prestasi. Perusahaan menjadi lebih penting dari keluarga.

Teknologi dan industrialisasi yang pesat juga menciptakan suatu perubahan penting dalam sifat ancaman dan stres itu sendiri.Dalam laporan Buruh Dunia ILO tahun 1993 mengatakan, bahwa para pekerja Jepang menderita stres berat yang terkait dengan jam kerja yang panjang, yang menyebabkan karoushi (kematian karena terlalu banyak bekerja.

Gambar 3.2 Grafik Jumlah Korban Karoushi

Sumber :hotline karoushi, 2000

(21)

1973 sampai tahun 1977 tidak terlalu banyak mengalami peningkatan dan juga penurunan jumlah korban karoushi.Sampai pada tahun 1997 mengalami peningkatan hingga mencapai 10.000 ribu korban.Bila dibandingkan dengan pekerja laki-laki sangat jauh perbedaannya. Pada grafik pekerja laki-laki setiap tahunnya mengalami peningkatan, walaupun pada tahun 1957 sampai pada tahun 1969 mengalami penurunan yang cukup drastis. Jumlah korban karoushi yang mengalami peningkatan yang cukup drastis yaitu dari tahun1973 sampai tahun 1985 hingga mencapai 16.000 ribu jiwa. Kemudian mengalami penurunan lagi dari tahun 1989 sampai 1993 hingga 13.000 ribu jiwa, dan mengalami peningkatan hingga mencapai 23.000 ribu jiwa.

Jumlah rata-rata jam lembur di Jepang bisa mencapai 30-40 jam per bulannya. Bahkan pada perusahaan-perusahaan yang persaingannya sangat ketat seperti perusahaan-perusahaan elektronik, jam lembur per bulannya bisa mencapai 100-150 jam. (Higashii,1990:90). Lembur ini dapat mencapai hingga 100 jam per bulan untuk pejabat bank. Menurut survei resmi lain melalui wawancara pada para pekerja oleh Badan Koordinasi Pengelolaan dan Pemerintah, diketahui rata-rata jam kerja per tahun lebih dari 2.400 jam. Dari angka ini kita dapat memperkirakan bahwa jumlah jam rata-rata pekerja lembur adalah sekitar 350 jam per tahun.

(22)

pengawas pelaksanaan Undang-Undang Standar Perburuhan. Peraturan mengenai jam kerja lembur harus disepakati melalui perjanjian sarikat buruh dengan perusahaan, tetapi para pekerja hampir tidak bisa berbuat apa-apa karena adanya pemutusan hubungan kerja dan tersisihkan dari kelompok. Mereka terpaksa atau secara sukarela harus bekerja lebih lama, baik untuk menunjukan prestasi atau meraih pendapatan lebih tinggi.Ironisnya, dalam masa resesi seperti saat ini, para pekerja yang berisiko tinggi terserang Karoushi, harus bekerja lebih keras lagi.Karyawan pabrik atau perusahaan yang terancam bangkrut, seringkali kerja lembur tanpa dibayar, demi menyelamatkan tempat kerjanya.

Statistik resmi ini, belum menunjukkan tingginya frekuensi jam kerja yang berlaku di Jepang, hal-hal tersebut dikarenakan, statistik ini berasal dari rata-rata perusahaan dengan lebih dari lima karyawan, karena besar dan kecil mengenai kesenjangan antara perusahaan dan pekerja sangat signifikan. Di Jepang banyak perusahaan-perusahaan kecil dengan pekerja kurang dari tiga puluh karyawan.Bahkan orang-orang yang bekerja untuk perusahaan kecil terdiri dari 60% pekerja.Para pekerja ini sering bekerja lebih lama daripada pekerja di perusahaan besar yang memiliki banyak pekerja. Karena banyak perusahaan bisnis kecil tidak dapat beroperasi selama lima hari kerja dalam seminggu, perusahaan-perusahaan kecil harus buka bahkan pada hari libur.

(23)

mengikuti pelatihan pada akhir pekan.

Banyak perusahaan di Jepang selama dua puluh tahun terakhir telah menerapkan sebuah sistem kerja baru dengan menempatkan pekerja paruh waktu untuk menggantikan pekerja tetap.Para staf regular itu tetap dipertahankan dengan kewajiban bekerja lembur dan secara perlahan posisi mereka dibuat tidak tetap.Faktor budaya turut menguatkan kecenderungan ini.Kerja keras merupakan perilaku yang terhormat di Jepang dan pengorbanan untuk orang banyak dianggap lebih berharga daripada pengorbanan untuk pribadi Jepang (Mathari, 2007).

Para pekerja dituntut untuk bekerja keras agar mendapatkan penilaian prestasi kerja termasuk dengan bekerja di luar jam kantor. Tetapi mereka sama sekali tidak mendapatkan upah lembur. Jam kerja yang berlebihan mengakibatkan peningkatan stress yang akan berdampak pada penurunan daya tahan tubuh. Sehingga pekerja yang memiliki tingkat kesehatan yang lebih rendah yang dapat mengganggu kinerjanya.

Walaupun beberapa peneliti mengatakan bahwa tingginya jumlah jam kerja di Jepang salah satunya dilatar belakangi oleh kondisi ekonomi Jepang pada saat itu, namun jam kerja Jepang dalam kondisi kapan pun cukup tinggi bahkan paling tinggi bila dibandingkan dengan Negara-negara maju lainnya di dunia.

2.2.3 Proses Terjadi dan Contoh Kasus Karoushi

(24)

mencurahkan perhatian kepada pekerjaan mereka dan pada saat mereka memperoleh pengakuan dari orang-orang lain karena pekerjaannya itu berjumlahsampai 37 %, mereka beranggapan bahwa kemampuan mereka terungkap dalam pekerjaan mereka, tanpa memandang besarnya perusahaan tempat mereka bekerja dan apakah mereka itu adalah buruh kasar atau pegawai (Fukutake, 1988:120).

Pada umumnya para pekerja di Jepang mulai bekerja sejak pukul 08:00 pagi dan pulang pada pukul 17:00 sore, namun sebagian pegawai di Jepang lebih senang melanjutkan sisa pekerjaannya (zangyo) di kantor, kadang-kadang mereka bekerja hingga larut malam dan bahkan tidur di tempat mereka bekerja.

Haltersebut menyebabkan terjadinya 過 労 死 karoushi (kematian pekerja

yangdisebabkan oleh stress dan kelelahan akibat kerja yang berlebihan) dan

karōshi ini membuktikan bahwa frekuensi jam kerja di Jepang masih sangat tinggi

dan tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Kematian yang dikategorikan dengan karōshi selalu berhubungan dengan jam kerja yang tinggi, shift kerja dan jadwal kerja yang tidak teratur yang kebanyakan mereka telah bekerja lebih dari 3000 jam per tahunnya sampai akhirnya kelelahan dan meninggal dunia.

(25)

perusahaan-perusahaan Jepang memotong gaji mereka dalam menanggapi oil crisis (krisis minyak) dan terjadi peningkatan beban kepada kayawan.

Karoushi adalah kematian seseorang yang disebabkan oleh penyakit fisik maupunmental yang dipicu oleh kerja berlebihan yang ditandai dengan frekuensi jam kerja yang terlalu tinggi. Kasus resmiKaroushi yang sempat menghebohkan masyarakat dilaporkan tahun 1969, berupa kematian seorang pekerja laki-laki-laki berumur 29 tahun. Saat itu, kematian pekerja akibat kelebihan kerja, menjadi materi penelitian ilmiah yang menarik.Penelitian selama tiga dekade menunjukkan, kematian pekerja akibat kelebihan kerja, terutama disebabkan oleh serangan jantung atau stroke.Pemicunya, stress karena kerja yang berlebihan.

(26)

Kerja lembur yang terus menerus dilakukan mengakibatkan para pekerja

kelelahan, stres dan timbul berbagai macam penyakit hingga akhirnya berujung pada

kematian pekerja itu sendiri (karoushi).

Suatu pekerjaan bagi pekerja di Jepang tidak hanya merupakan persetujuan dalam kontrak untuk mendapat bayaran, mereka terkadang melakukan lembur yang tidak mendapat bayaran dari perusahaan (saabisu zangyo). Keadaan ini terjadi karena pekerja seringkali melaporkan jam lembur mereka lebih sedikit daripada yang sebenarnya, mereka seolah-olah menganggap tabu jika menyebutkan jam lembur yang sebenarnya, karena dengan begitu kredibilitas kerjanya akan dipertanyakan.

Bentuk loyalitas ini terwujud dalam etos kerja bangsa Jepang yang pekerja keras yang lebih mengutamakan kepentingan perusahaannya di atas kepentingan pribadinya. Frekuensi jam kerja yang sangat tinggi merupakan dampak dari rasa loyalitas terhadap perusahaan guna kemajuan perusahaannya, para pekerja bisa bekerja mencapai 16 jam dalam sehari yang terus berlangsung secara berkesinambungan, hal ini menimbulkan dampak negatif yaitu stres karena kelelahan atas kerja yang berlebihan sehingga menimbulkan penyakit yang berujung kepada kematian pekerja itu sendiri (karoushi).

Kasus karoushi banyak terjadi pada pekerja di Jepang karena frekuensi jam

kerja yang sangat tinggi sebagai bentuk tanggung jawabnya terhadap perusahaannya.

Berikut ini contoh-contoh kasus karoushi yangpernah terjadi di Jepang baik oleh

(27)

1. Keizo Obuchi

Keizo Obuchi merupakan perdana menteri Jepang, ia tiba-tiba masuk rumah sakit karena serangan stroke hingga akhirnya meninggal dunia, sehingga masalah karoushi menjadi fokus pembicaraaan dunia. Penyebab kematiannya diakibatkan karena Obuchi terlalu memaksakan diri untuk kerja terlalu keras. Di laporkan bahwa sebelum terkena serangan stroke, ia mengalami hari-hari yang sangat sibuk berkenaan dengan meletusnya gunung berapi di Hokkaido, Jepang bagian utara. Kematiannya mengingatkan dunia tentang dampak buruk yang terjadi karena terlalu banyak bekerja, suatu kebiasaan yang seolah-olah telah mendarah daging pada orang Jepang sebagai etos kerja.

Yoshihiro Mori, penerusnya pun diberitakan mewarisi pekerjaannya selama 18 jam sehari, yang dijadwalkan berdasarkan menit, bukan jam. Tomi Murayama, perdana menteri Jepang pada pertengahan tahun 90-an juga mengakui bahwa ia tidak pernah dibiarkan sendiri kecuali pada saat di kamar mandi dan hanya tidur 4 atau 5 jam sehari.

2. Ichiro Oshima

(28)

perusahaan ini, ia harus menyelesaikan jadwal promosi radio untuk 40 klien dan untuk menyelesaikannya ia terpaksa pulang jam 2 pagi. Ini terjadi 4 kali dalam sebulan.Setahun berikutnya, frekuensi jam kerja yang dilakukannya terus meningkat.Seringkali ia masih berada di kantor sampai jam 6 pagi dan hanya tidur antara 0 menit sampai 2 jam saja. Begitu lelahnya, ia juga sampai harus memasang 3 buah alarm agar bisa terbangun dan mulai bekerja lagi.

3. Kenichi Uchino

Kenichi Uchino menduduki jabatan sebagai quality control atau berada di level menengah dalam jajaran menajemen Toyota Motor Corporation. Bekerja sebagai quality control di Toyota memang cukup berat, setiap setelah jam kantor ada sesi quality control yang bersifat volunter, yang cukup menentukan kecepatan promosi seseorang sehingga bagi sebagian karyawan sulit untuk dilewatkan.

Gambar

Gambar 3.2 Grafik Jumlah Korban Karoushi

Referensi

Dokumen terkait

estetik ini terungkap berdasarkan peristiwa adegan dan suasana hati tokoh wayang dalam suatu lakon tertentu. Dengan unsur garap pakeliran, seorang dalang menyusun satu lakon

dikembangkan menjadi pemetaan secara digital. Pemetaan jenis ini dapat digabung dengan pemetaan lain yang dilakukan pada tingkat kabupaten/ kota dan dibandingkan

Dalam rangka menyiapkan calon guru yang professional maka, mahasiswa perlu melakukan kegiatan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) sebagaimana yang terdapat dalam

Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikasi untuk kedua model Altman Modifikasi dan Springate sebesar 0,135 lebih besar dari tingkat signifikan sebesar 0,05

Lembaga yang bertugas menyelesaikan sengketa konsumen antara konsumen dan pelaku usaha jika mengingat Pasal 1 Angka (11) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan Kartika (2012) serta Susarni dan Singgih (2011) Pertumbuhan Perusahaan menunjukan adanya

Analisis ini digunakan untuk mengetahui melihat bagaimana pemetaan persepsi konsumen terhadap kemasan produk dengan strategi positioning yang berbeda-beda berdasarkan

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “PENGARUH BENTONIT KOMERSIAL DAN SERAT DAUN NANAS PADA SIFAT MEKANIK DAN KECEPATAN PEMBAKARAN DARI