• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ketoprak Dor di Sumatera Utara: Analisis Pertunjukan, Tekstual dan Musik Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Ketoprak Dor di Sumatera Utara: Analisis Pertunjukan, Tekstual dan Musik Chapter III V"

Copied!
164
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

GAMBARAN UMUMKETOPRAK MATARAMJAWA

DANKETOPRAK DORJAWA DELI SEBAGAI SENI TEATER RAKYAT

3.1 Seni Pertunjukan Rakyat

Seni pertunjukan (performance art) adalah karya seni yang melibatkan aksi individu atau kelompok ditempat dan waktu tertentu. Seni pertunjukan (performance art)biasanya melibatkan empat unsur: waktu, ruang, tubuh si seniman dan hubungan seniman dengan penonton. Seni pertunjukan Indonesia merupakan suatu cabang ilmu Etnomusikologi yang mempelajari berbagai bentuk seni pertunjukan yang ada di Indonesia, baik yang meliputi uraian tentang ciri-ciri dan karakteristik bentuk seni pertunjukan yang ada (meliputi musik,teater, dan lain-lain) baik dalam bentuk representasi tradisi maupun modern.

Menurut Mardianto (1996:67), pertunjukan adalah semua tingkah laku yang dilakukan seseorang didepan orang lain dan mempunai pengaruh terhadap orang tersebut. Struktur dasar sebuah kesenian pertunjukan meliputi tahapan sebagai berikut:

1. Persiapan pemain atau penonton. 2. Pementasan

3. Apa dampaknya setelah pertunjukan selesai dan apa yang perlu di evaluasi Hal-hal yang harus ada dalam suatu seni pertunjukan adalah:

(2)

3. Kelompok pemain 4. Kelompok penonton 5. Tempat pertunjukan

6. Kesempatan untuk mempertunjukkan

3.2Ketoprak

3.2.1 Pengertianketoprak

Ketoprak merupakan salah satu dari jenis teater tradisional yang tumbuh dan berkembang di Indonesia. Seni pertunjukan tradisional adalah unsur kesenian yang menjadi bagian hidup masyarakat dalam suatu kaum/puak/suku/bangsa tertentu. Seni tradisional yang ada di suatu daerah berbeda dengan yang ada di daerah lain, meski pun tidak menutup kemungkinan adanya seni tradisional yang mirip antara dua daerah yang berdekatan.

Menurut Murgianto dan Bandem (1996:140-142),Ketoprakadalah sebuah bentuk teater yang berlakon dengan unsur-unsur utama dialog, tembang, dan dagelan. Pelaku-pelakunya terdiri dari pria dan wanita, sedang pertunjukannya diiring dengan gamelan. Gerak laku pemain cenderung realistik walaupunpada awal perkembangannya ada sedikit unsur tari di dalamnya. Adakalanya peranan pria harus dilakukan oleh pemain wanita, tetapi sebaliknya pada masa lalu para pemain pria memerankan peran wanita.

(3)

tay). Dialog antar pemain yang tidak tertulis dalam skrip dibawakan dalam bahasa Jawa dan bahasa etnik setempat.

3.2.2 Sejarahketoprak

Ada 2 (dua) pendapat mengenai sejarah dari terbentuknya kesenian

Ketoprak. Menurut Kayam (2000:342) menjelaskan bahwa Ketoprak

sesungguhnya berasal dari Jawa Tengah tepatnya dari Klaten. Pencipta kesenian ini belum dapat diketahui oleh para peneliti. Namun, menurut Lisbijanto (2013:1)

Ketoprakdiciptakan oleh RM Wreksoniningrat dari Surakarta pada tahun 1914 M. RM Wreksodiningrat merupakan seniman yang banyak berkecimpung dalam dunia tari dan wayang orang. Pada suatu ketika dia mempunyai ide untuk membuat suatu pertunjukan yang dapat dengan mudah menceritakan suasana kehidupan di dalam lingkungan kerajaan.

Ketoprak baru terbentuk sebagai pertunjukan pada awal abad ke-20. Para ahli menguraikan proses terbentuknya Ketoprak menjadi beberapa periodisasi besar yakni Ketoprak Lesung (1887 M-1925 M), Ketoprak Peralihan (1925 M – 1927 M),Ketoprak Gamelan (1927 M- sekarang).

a. KetoprakLesung atauGejog

(4)

Menurut Murgiyanto dan Bandem (1996:141):

Sudah menjadi kebiasaan didesa-desa di Surakarta, pada masa panen di kala bulan pumama, para wanita desa mengadakan permainan kotekan lesung atau gejogan. Sebuah lesung yang biasa untuk alas penumbuk padi diletakkan di halaman rumah, lalu sejumlah wanita menimbulmyadengan alu (kayu panjang penumbuk padi), bukan untuk menumbuk padi, melainkan bersama-sama memainkara lagu-lagu gejogan. Perbedaan bagian yang diketok, perbedaan besar kecilnya alu, kekuatan yang diberikan, serta pengolahan irama permainan membuahkan lagu-lagu khas pedesaan, seperti kuputarung, Randangangsu,

dan sebagainya.

Pada permainan kotekan lesung ini kemudian masuk tambahan alat musik daerah, seperti kendang, suling, dan terbang (sejenis membranphone berwujud seperti rebana atau hadrah). Para wanita dan remaja yang tidak kebagian alu kemudian menari-nari sambil menyanyi macapat: pucung, mijil, atau tembang-tembang desa seperti Ijo-ijo dan lir-ilir. Ketika cerita-cerita pedesaan yang sederhana ditambahkan sebagai tema, mulailah mewujud apa yang disebut

Ketoprak Lesung, yang dialognya masih dilakukan denganbahasa Jawa rendah (ngoko). Pada 1908, R.M.T. Wreksadiningrat, seorang seniman pahat dan gambar serta bangunan, memboyong kegiatan tersebut kekediamannya dan mengembangkannya. Dalam tempo singkat permainan itu mendapat perhatian khalayak ramai.

(5)

kemudian memberi inspirasi tumbuh dan berkembangKetoprakYogyakarta, yang sering disebutKetoprakMataram (Mataram adalah nama kerajaan pada masa lalu di Yogyakarta).

b. KetoprakPeralihan (1925 M–1927 M)

Diantara tahun 1925-1927 muncullah bentuk-bentuk Ketoprak peralihan, yang menggunakan pengiring lesung dengan tambahan instrumentasi gamelan berupa saron, kempul, dan gong tanpa menghilangkan kendang, suling, dan

terbang (rebana) yang telah ada sebelumnya. Kemudian bahkan dicoba untuk memasukkan unsur instrumentasi musik barat, seperti biola, mandolin, dan gitar.

Menurut Murgiyanto dan Bandem (1996:142-143) pada masa inilah unsur tari yang dilakukan ketika para pemain pria akan masuk dan keluar pentas dikembangkan dandisesuaikan dengan watak peran; ada yang halus dan ada yang kasar. Tembang pun dipertahankan, bersama-sama dengan tari menjadi unsur utama dalam Ketoprak. Tema cerita pun berkembang: kisah Panji, babad, dan cerita-cerita dari luar negeri mulai dimainkan. Selain itu pada bagian awal pertunjunkan menggunakan tembang yang digunakan untuk mendukung adegan sedih dan adegan percintaan.

c. KetoprakGamelan (1927 M- sekarang)

(6)

Pada masa ini pulalah lahir tari Gambyong, menyertai dagelanatau lawakan khas Mataram.

3.2.3 Ciri-ciriketoprak

Soemardjono (1992:2-3) menjelaskan bahwa Ketoprak mempunyai ciri ciri cerita yang biasanya sudah dikenal dalam masyarakat (legenda, dongeng, sejarah, babad, fiktif) baik dari dalam maupun luar negeri. Penyutradaraan pada

Ketoprak mempunyai ciri-ciri : (1) Naskah Singkat, (2) Naskah sederhana, (3) Naskah lengkap tanpa dialog.

Secara umum struktur penyutrdaraan susunan pertunjukan Ketoprak

menurut Trias (2015:5) terdiri dari:

1. Dapukan (tokoh yang akan diperankan)/baik terancang maupun spontanitas. Dapukan disini bahasa lainnya adalahcasting

2. Penuangan cerita, dapat bersama-sama atau perorangan

3. pengaturan bagian-bagian yang lain dilaksanakan secara terancang, maupun spontanitas.

4. Pementasan dapat berjalan, meskipun dalang (sutradara) tidak mengendalikan

5. Konsep penyutradaraan tidak meninggalkan unsur: sereng(kereng/serius),

(7)

Pada pertunjukan Ketoprak, set panggung terdiri atas layar (drop) dan sebeng-sebeng (wings). Umumnya menggunakan panggung berukuran 7m x 2,5 m (meskipun terkadang kurang luas) serta menggunakan penerangan berupa lampu-lampu dekoratif berwarna sebagai pemberi efek suasana. Dahulu pertunjukan

Ketoprakmenggunakan alat penerangan berupaoncor(sejenis obor bambu), serta

lampu petromag (lampu kecil yang berbahan minyak lampu atau petromag). Pertunjukan biasanya malam hari, berlangsung antara 3 sampai 4 jam. Pada umumnya pementasan Ketoprakmempunyai dua sasaran yaitu sasaran komersial dan sasaran non komersial. Pementasan komersial misalnya pementasan yang dimaksudkan untuk mencari uang dengan cara melakukan pertunjukan keliling kampung atau ditempat lain. Sedangkan non komersial misalnya untuk keperluan orang yang punya hajat, hari-hari besar dan lain-lain.

Jenis Pakaian atau Tata Busana pada kesenian Ketoprak dapat dibedakan menjadi :

1. Jenis Pakaian Kejawen

Jenis–jenis pakaian kejawen antara lain: - Celanapanji

- BajuSurjan

- Kebaya - Blangkon

- Iket lembaran/Udheng

- Kemben

(8)

2. Jenis Pakaian Mesiran a. Celana panjanggombyor

b. Kemeja panjang c. Rompi

d. Jubah

e. Simbar, dibuat dari kain bludru yang dibordir (Ketoprak gaya Surakarta/Solo). Jenis pakaian ini digunakan untuk cerita-cerita dari luar/ Mesiran. Misalnya : dongeng dari cerita 1001 Malam, cerita Turki, dll

3.3Ketoprak Dor

3.3.1 EksistensiKetoprak Dor

Sebagaimana dibahas pada bab sebelumnya, Ketoprak Dor merupakan bentuk kesenian yang dibawa oleh para buruh kontrak diperkebunan. Lazimnya perpindahan penduduk akan membawa tradisi asal ke tempat yang baru, seperti sistem sosial, sistem budaya dan lain-lain. Kesenian juga terbawa karena secara psikologis dan emosional pengaruh daerah asal masih sangat kuat di samping untuk menunjukkan eksistensi kelompok maupun hanya sebagai hiburan semata.

Tutiek (1988:7) menjelaskan bahwa :

(9)

Menurut Naiborhu (2016:46) Ketoprak Dor lahir karena secara psikologis dan emosional masih terdapat pengaruh sentral kebudayaan di samping untuk menunjukkan eksistensi kelompok maupun hanya sebagai hiburan semata. Pihak perkebunan juga mendukung keberadaan kesenian tersebut, terutama untuk memberi rasa betah para buruh Jawa di Tanah Deli. Selain itu, kesenian ini juga diharapkan dapat menunjang dan mendorong rasa kebersamaan antar anggota masyarakat Jawa, sehingga pihak kolonial akan terbantu karena para buruh menjadikan daerah ini sebagai kampung halaman ke dua bagi mereka.

Kemunculan group-group Ketoprak Dor diperkebunan Sumatera Timur diperkirakan sekitar tahun 1920-an merupakan sebuah fenomena biasa dan sengaja diwariskan kepada generasi selanjutnya dengan beberapa perubahan sesuai perkembangan budaya. Faktor yang mempengaruhi munculnya grup-grup

Ketoprak Dor ini adalah karena eksistensi dan identitas komunitas yang didasarkan pada ikatan emosional sebagai satu etnis yang harus tetap hidup di tengah semaraknya budaya-budaya dengan masing-masing pendukungnya, kemudian juga didorong akan perlunya suatu jenis hiburan yang dapat memberi kepuasan bagi pendukungya.

Bapak Suriat24menjelaskan bahwa:

Ndalu kuwi, Ketoprak Dor niki sangking perkebunan ting Pematang Siantar, masane kuli kontrak zaman Londo. Tiang Jawi meniko dadi kuli kontrak, mboten enten kesenianne. Seni wayang kulit lan wayang wong kata biayane meniko dipagelaraken. Alasan yotro sing sekedik, alat musik Ketoprak Dor harmonium ning

24

(10)

disileh sangking tiang Melayu, didamelaken jidor lan kendang. Nikilah awale susunan alat musik Ketoprak Dor. Nanging ngoten ning perkembangane ngedamel alat musik modern semisaleken keyboard.

[Dahulu, Ketoprak Dor berasal dari perkebunan di Pematang Siantar ketika zaman kuli kontrak Belanda. Orang Jawa yang menjadi kuli kontrak tidak memiliki kesenian. Kesenian wayang kulit dan wayang orang banyak biaya dalam pertunjukannya. Karena keterbatasan keuangan, alat musik Ketoprak Dor

harmonium dipinjam dari orang Melayu lalu dibikinlah Jidor dan kendang. Itulah awal mulanya susunan alat musik Ketoprak Dor. Namun berkembanganya waktu masuklah alat alat musik modern seperti keyboard.]

Menurut Torang (2016:37) menjelaskan bahwa ada beberapa faktor penyebab munculnya Ketoprak Dor pada perkebunan-perkebunan di Sumatera Utara, khususnya Deli.

a. Pertama, sebagai alasan eksistensi dan identitas diri serta kelompok yang didasarkan pada ikatan emosional sebagai satu suku yang harus tetap

survive ditengah semaraknya budaya dengan masing-masing pendukungnya di Sumatera Timur.

b. Kedua, didorongakan perlunya hiburan yang dapat memberi kepuasan bagi para pendukungnya. Hiburan ini diperlukan juga sebagai kompensasi dari segala derita hidup sebagai kuli/buruh kontrak diperkebunan, karena minimnya fasilitas hiburan yang tersedia dan tingginya penderitaan yang dialami. Penderitaan karena kesewenang-wenangan ‘toean keboen’ sebagai penguasa tunggal didaerahnya. Perkebunan dapat dikatakan sebagai ‘negara dalam negara’. Oleh karena perkebunan memiliki

(11)

awal dan pertengahan bulan tidak mencukupi untuk biaya kebutuhan hidup sehari-hari pada bulan itu. Tahun 1920-1921 gaji buruh hanya 55 sen sehari, dan pada tahun 1935-1937 turun menjadi 30 sen dan setelah dipotong berbagai jenis pajak, menjadi sekitar 5 sen per hari. Padahal gaji di Jawa pada masa tersebut telah mencapai 80 sen/hari.

c. Ketiga, Kolonial memang mengijinkan munculnya berbagai jenis hiburan bahkan mengharapkannya supaya para buruh tetap betah ditempat ini, lalu dengan demikian dapat dimanfaatkan secara terus menerus. Pertunjukan dilakukan pada saat sebelum maupun sesudah gajian dengan dihadiri oleh pihak perkebunan walaupun hanya sekejab. Saat-saat seperti ini kemudian dimanfaatkan oleh penduduk untuk beraktifitas sehingga menambah ramainya suasana hari gajian. Perjudian turut serta mengambil bagian pada keramaian ini, penjualan candu, pelacuran juga marak. Akhirnya, aktivitas ini semua menjadi jebakan bagi para buruh untuk menghabiskan sisa gajinya yang mengakibatkan tetap menghamba pada perkebunan.

(12)

3.3.2 Ciri-ciriKetoprak Dor

Ketoprak Doradalah salah satu bentuk teater tradisional yang tumbuh dan berkembang didaerah perantauan. Ketoprak Dor memiliki kemiripina dengan pertunjukan teater bangsawan Melayu. Menurut Tan (1997:45) teater bangsawan ialah sebuah pementasan teater tradisional komedi yang berasal dari Tanah Melayu sejak tahun 1870an. Teater bangsawan dikenal sebagai komidi bangsawan, dardanella dan opera/komedi stambul. Lakon yang dibawakan berasal dari Timur Tengah dan India.

Gambar 3.1

(13)

Ketoprak Dor mempunyai ciri-ciri yang sama dengan teater tradisional lainnya di Indonesia. Adapun ciri-ciri umum teater tradisional menurut Santosa (2008:24), yaitu:

1. Cerita tanpa naskah dan digarap berdasarkan peristiwa sejarah, dongeng, mitologi, atau kehidupan sehari-hari.

2. Pementasan dipanggung terbuka, lapangan maupun halaman rumah. Pementasannya sederhana dan apa adanya.

3. Penyajian dengan dialog, tarian, dan nyanyian ceritanya berdasarkan dongeng dan sudah turun temurun

4. Unsur lawakan selalu muncul

5. Nilai dan laku dramatik dilakukan secara spontan dan dalam satu adegan terdapat dua unsur emosi sekaligus yaitu tertawa dan menangis.

6. Pertunjukan mempergunakan tetabuhan atau musik tradisional .

7. Penonton mengikuti pertunjukan secara santai dan akrab bahkan terlibat dalam pertunjukan dan berdialog langsung dengan pemain.

8. Mempergunakan bahasa daerah.

9. Tempat Pertunjukan terbuka dalam bentuk arena (dikelilingi penonton). 10. Bahasa yang digunakan ialah bahasa daerah setempat yang tentu lebih

akrab di telinga masyarakat sekitar.

11. Seringkali terdapat unsur nyanyian serta tari-tarian di dalamnya. 12. Dilakonkan dengan banyak improvisasi di dalamnya.

(14)

Dalam penampilannya Ketoprak Dor lebih menekankan kebebasan ekspresi dari individual pemain. Pada pertunjukan Ketoprak Dor tidak menggunakan teks tertulis serta menggunakan bahasa Jawa campuran yang bersifat Jawa ngoko. Cerita atau lakon yang ditampilkan juga tidak berdasarkan naskah yang tertulis serta lebih mengutamakan tema dan hiburan. Pada setiap pertunjukan Ketoprak Dor diusahakan oleh seniman pendukungnya agar selalu menarik perhatian dari para penontonnya. Misalnya dengan menampilkan pertunjukkan yang mempunyai unsur kepahlawanan, serta kejujuran. Busana yang digunakan oleh para pemain Ketoprak Dor menggunakan busana percampuran kebudayaan Melayu, Jawa, dan Eropa.

Tabel 3.1

Perbedaan PertunjukanKetoprak DorJawa Deli denganKetoprakdi Jawa25 No Unsur yang dilihat Ketoprak DorJawa Deli Ketoprak

Mataram

1 Musik Pengiring a. Menggunakan instrumen musik campuran yakni kendang Jawa,

harmonium/keyboard/accordi on, drumset, kendangJidor

yang terdiri dari keprak yang terbuat dari bambu serta kadang kadang menggunakan gendang Melayu, gitar bass serta gitar elektrik

b. Menggunakan tembang Jawa yang terkadang juga menggunakan pantun serta diiringi meldoi musik bermotif Melayu

(15)

tertentu. 2 Bahasa dan Teks a. Menggunakan percampuran

bahasa lokal dan Jawa.

tradisional suku setempat. Hal ini tergantung lakon atau cerita yang dibawakan 4 Tempat pertujukan - halaman perkarangan rumah

- Panggung baik di dalam gedung maupun di luar gedung

- Menggunakan dekorasi yang seadanya. Biasanya dekorasi

berbentuk hutan,

persimpangan jalan dan latar kerajaan.

Diatas Panggung dan menggunakan dekorasi yang mewah

5 Cerita Cerita yang dibawakan

tergantung dari permintaan tuan rumah yang memanggilKetoprak Dor. Biasanya membawakan cerita dari babad tanah Jawa, cerita legenda ataumite, maupun cerita dari daerah tanah Deli.

Cerita yang

(16)

dengan adat-istiadat dan sistem norma yang mengatur pola-pola interaksi antara manusia itu sendiri.

Menurut Soetarno (1994:31-34) bahwa kelompok mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

(a) Adanya motif yang sama

Kelompok sosial terbentuk karena anggota-anggotanya mempunyai motif yang sama. Motif yang sama tersebut merupakan pengikat sehingga setiap anggota kelompok tidak bekerja sendiri-sendiri tetapi bekerja bersama untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sesudah kelompok sosial terbentuk biasanya muncul motif baru yang memperkokoh kehidupan kelompok sehingga timbul

sense of belonging (rasa menyatu di dalam kelompok pada tiap-tiap anggota). Rasa tersebut berpengaruh besar terhadap individu dalam kelompok itu karena memberikan tenaga moral yang tidak akan diperolehnya apabila seseorang hidup sendiri. Selain itu, seseorang yang bergabung dalam kelompok sosial maka kebutuhannya sebagai makhluk sosial dan makhluk individu akan terpenuhi.

(b) Adanya sikapin-groupdanout-group

(17)

pada orang luar tentang kesediaannya berkorban bersama dan kesetiakawanannya, Selanjutnya mereka menerima orang itu dalam segala kegiatan kelompok. Sikap menerima itu disebut sikapin-groupatauterhadap “orang dalam”.

(c) Adanya solidaritas

Solidaritas adalah sikap kesetiakawanan antar anggota kelompok sosial. Sikap solidaritas yang tinggi dalam kelompok tergantung pada kepercayaan setiap anggota terhadap kemampuan anggota lain untuk melaksanakan tugas dengan baik. Pembagian tugas dalam kelompok sesuai dengan kecakapan masing-masing anggota dan keadaan tertentu akan memberikan hasil kerja yang baik.

(d) Adanya struktur kelompok

(18)

Sedangkan Ketoprak Doryang hingga kini masih terus aktif dan bertahan selalu menampilkan pertunjukan minimal 2 atau 3 kali dalam setahun. Alasan utama para seniman Ketoprak Dor tersebut karena Ketoprak Dor adalah warisan budaya yang berasal dari orang tua dan harus dilestarikan.

Gambar 3.2

KelompokKetoprak DorSumatera Utara

(sumber didapat dari wawancara dengan seniman dan diolah oleh Peneliti)

Kelompok Ketoprak Dor Jawa Deli menggunakan istilah Langen. Secara harfiah langen atau lelangen berarti kelompok hiburan atau seni pertunjukan. Adapun nama kelompokKetoprak Doryang masih melakukan pertunjukan adalah :

(19)

Tabel 3.2

Komposisi Pemain dan Pemusik

PadaKetoprak DorLangen Sri Wulandari

NO. NAMA JENIS KELAMIN PERAN

1 M. Harianto Laki-Laki Penasehat dan Pemain

2 Samingun Laki-Laki Ketua

3 Dokter Edy Laki-Laki Sekretaris dan Sutradara

4 Beni S Laki-Laki Bendahara

5 Parman Laki-Laki Pemain

12 Guntoro Laki-Laki Pemain dan perlengkapan

13 Ucok Laki-Laki Pemain

Sumber. Wawancara Pak Samingun (25 Januari 2017)

Ketoprak Dor Langen Mardi Agawe Rukun Santosa (LMARS) kecamatan Tanjung Mulia Medan pimpinan Bapak Suriat. Kelompok Ketoprak Dorini berdiri pada tahun 1965 oleh pendirinya pak S bandi yakni seorang pelawak Ketoprak. Kelompok LMARS ini adalah turunan dari Ketoprak

sei mencirim yang dipimpin oleh pak Gondo. Adapunanggota Ketoprak

(20)

Tabel 3.3

Komposisi Pemain dan Pemusik

PadaKetoprak DorLangen Mardi Agawe Rukun Santosa(LMARS)

NO NAMA JENIS KELAMIN PERAN

1 Suriat Laki-Laki Ketua, Sutradara dan Pemain

2 Samsuri Laki-Laki Pemain

3 Poningsih Perempuan Pemain

4 Salami Perempuan Pemain

5 Sudiman Laki-Laki Pemain

6 Sumiadi Laki-Laki Pemain

7 Asman Laki-Laki Pemain

8 Sunar Laki-Laki Pemain

9 Tati Perempuan Pemain

10 Mbaris Laki-Laki Pemain

11 Misno Laki-Laki Pemain

12 Nuri Perempuan Pemain

13 Dipa Perempuan Pemain

14 Andi Laki-Laki Pemain

15 Sukir (almarhum) Laki-Laki Pemain

16 Santuri Laki-Laki Pemain

17 Andra Pratama Laki-Laki Pemain

18 Saliman Laki-Laki Pemain

19 Juliandi Laki-Laki Anggota Pemusik

Sumber. Wawancara Pak Suriat (07 Mei 2017)

(21)

Tabel 3.4

Komposisi Pemain dan Pemusik PadaKetoprak DorLangen Setio Lestari

NO NAMA JENIS KELAMIN USIA PERAN

1 Jumadi Laki-Laki 60 tahun Pemain

2 Tamino Laki-Laki 60 tahun Pemain

3 Misti Perempuan 50 tahun Pemain

4 Kasim Laki-Laki 60 tahun Pemain dan Pemusik

5 Sri

Handayani

Perempuan 60 tahun Pemain

6 Waris Perempuan 65 tahun Pemain

7 Iyen Laki-Laki 60 tahun Pemain

8 Hartono Laki-Laki 43 tahun Pemain dan Pemusik

9 Sunar Laki-Laki 60 tahun Pemain

10 Atik Perempuan 63 tahun Pemain

11 Sukirno Laki-Laki 65 tahun Pemain

12 Tina Perempuan 25 tahun Pemain

13 Suparman Laki-Laki 60 tahun Pemain

14 Selamet Laki-Laki 60 tahun Pemusik

15 Minok Laki-Laki 60 tahun Pemusik

16 Ambiyono Laki-Laki 32 tahun Pemusik

17 Endro Laki-Laki 60 tahun Pemusik

18 Gito Laki-Laki 55 tahun Pemain

Sumber. Wawancara Pak Jumadi dan Pak Hartono (08 Mei 2017)

Ketoprak Dor Langen Mudo Siswo Budoyo Langkat pimpinan Bapak Wakijan

Ketoprak Dor Langen Wahyu Tri Budoyo pimpinan Bapak Akhmad Ompay didesa Sambirejo Timur Kecamatan Percut Sei Tuan-Tembung aktif sejak 2010

(22)

Tabel 3.5

Komposisi Pemain dan Pemusik PadaKetoprak DorLangen Pujakesuma

NO NAMA JENIS KELAMIN USIA PERAN

1 Sunardi Laki-Laki 63 Pemain dan Pemusik

2 Budi (Tunut) Laki-Laki 40 Pemain

3 Sunar Laki-Laki 63 Pemain

4 Ajar Laki-Laki 50 Pemusik

5 Pak Ramingan Laki-Laki 70 Pemusik

6 Riswati Perempuan 63 Pemain

7 Nani Perempuan 30 Pemain

8 Arjuna (Junak) Laki-Laki 50 Pemusik

9 Wagiman Laki-Laki 40 Pemain

Sumber. Wawancara Pak Sunardi (01 Juli 2017)

 Langen Buluh Cina sejak 1973. Sejak tahun 1985 kelompok ini sudah tidak ada lagi karena kebanyakan para pemain dan pemusiknya sudah banyak yang meninggal dan tidak dilanjutkan oleh generasi penerusnya. (wawancara Ibu Waris berusia 55 Tahun. Pemain termuda pada ketoprak tersebut serta pemain yang masih hidup hingga sekarang)

(23)

Tabel 3.6

Komposisi Pemain dan Pemusik PadaKetoprak DorLangen Madyo Tresno

NO NAMA JENISKELAMIN USIA PERAN

1 Tamino Laki-Laki 53 Pemain

2 Waris Perempuan 55 Pemain dan Ketua

3 Ramijan Laki-Laki 50 Pemain

4 Surip Laki-Laki 60 Pemusik

5 Manut Perempuan 60 Pemain

6 Jeni (Jen) Perempuan 60 Pemain

7 Sukar Laki-Laki 50 Pemusik

8 Semedi Laki-Laki 50 Pemusik

9 Seman Laki-Laki 60 Pemain

Sumber. Wawancara Ibu Waris (07 Mei 2017)

 Langen Madyo Utama Tanah Merah sejak 1960. Sejak tahun 2015 kelompok ini sudah tidak ada lagi karena kebanyakan para pemain dan pemusiknya sudah banyak yang sakit, meninggal dan tidak dilanjutkan oleh generasi penerusnya. (wawancara ibu Waris 55 tahun. Pemain termuda pada ketoprak tersebut serta pemain yang masih hidup hingga sekarang)

3.3.4 SejarahKetoprak DorLangen Setio Budi Lestari

(24)

Ketoprak Dor. Menurut Bapak Jumadi, dahulu para penonton yang melihat dan menikmati petunjukan ketoprak blankon mengalami kejenuhan dan kebosanan karena pertunjukannya selalu menggunakan bahasa Jawa halus yang tidak bisa dimengerti artinya oleh para penonton. Hal ini berdampak para penonton semakin berkurang dan dianggap ketoprak blankon kurang seru dan tidak menarik lagi. Lalu pendiri dari ketoprak Langen Setio Budi Lestari yaitu almarhum bapak rijan yang berprofesi sebagai petani serta almarhum bapak ponen yang berprofesi sebagai seorang guru merubah konsep dengan menggunakan bahasa Jawa kasar yang dicampur dengan unsur lawakan-lawakan serta bunyi musik yang menarik agar penonton tetap bersemangat penikmati pertunjukan. Oleh sebab itu pertunjukan ketoprak blankon berganti menjadiKetoprak Dor.

Setelah kedua pendiri tersebut meninggal, kelompok Langen Setio Budi Lestari kemudian dilanjutkan oleh bapak Jumadi. Bapak Jumadi diaenggap sebagai sosok yang mampu melanjutkan eksistensi dari kelompok Langen Setio Budi Lestari karena faktor kepemimpinan dan dianggap mampu memahami setiap cerita yang ditampilkan.

3.4 Manajemen PertunjukanKetoprak Dor

(25)

penonton penikmat. Secara budaya didukung pula oleh masyarakatpemilik kesenian itu. Kelompok kesenian ini juga sebagai sebuah institusi tempat bekerjasamanya antara seniman. Tanpa kerjasama tentu tak akan lancar perjalanan sebuah organisasi kesenian. Kerjasama ini dibangun dengan prinsip-prinsip koperatif dan masuk akal atau rasional. Tanpa ini sebuah grup kesenian akan mengalami berbagai permasalahan.Kemudian agar kelompok kesenian itu, dapat hidup dan berkembang, terutama untuk sinerjinya antara pendapatan dan pengeluaran, maka harus ada efisiensi manajemen.

KelompokKetoprak Dor memiliki sistem manajemen yang masih bersifat tradisionalyaitugagasan, kegiatan, atau benda-benda yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya secara teratur mengikuti norma-norma yang terjadi di dalam masyarakat itu. Tradisi ini erat kaitannya dengan budaya sebuah masyarakat atau sebuah kelompok etnik tertentu.

Menurut Takari (2008:64-73) manajemen tradisional memiliki 8 (delapan) ciri-ciri yakni :

1) Berkesenian bukan profesi utama tetapi kerja sampingan atau sambilan.

(26)

sebagai kelompok yang mengusung kesenian sebagai kerja sambilan, maka manajemennya pun ditangani secara “sambilan” pula. Tujuan tidak

akan diraih atau diusahakan untuk berhasil dengan sebaik-baiknya. Waktu yang diluangkan untuk kegiatan berkesenian juga adalah waktu sambilan, diluar kerja utama profesi seseorang seniman. Sebagai contoh Bapak Jumadi yang bekerja sebagai seniman Ketoprak Dor Jawa Deli yang memiliki pekerjaan sebagai tukang bengkel motor dan penjual bensin eceran. Masih banyak lagi tokoh-tokoh seniman Ketoprak Dor yang pekerjaan utamanya adalah dibidang petani, satpam, kuli bangunan, guru dan pegawai.

2) Menonjolkan pimpinan yang biasanya juga sebagai seniman utama dan pendukung dana utama organisasinya. Hal ini bisa dibuktikan pada kelompok Ketoprak Dor Jawa Deli, pada umumnya pimpinan kelompok merangkap posisi ganda sebagai seniman dan pendukung dana organisani. Seperti pada kelompokKetoprak DorLMARS pimpinan Bapak Suriat dan

(27)

3) Pembagian honorarium yang agak bersifat rahasia, dan biasanya dicarikan kata-kata yang “manis” seperti “uang pupur”, “uang lelah,”

dan sejenisnya. Ciri manajemen seni secara tradisional di Nusantara ini, adalah pembagian hasil jerih payah bersama, kurang menghargai peran integral keseluruhan pelaku seni (seniman, kru, dan pihak pimpinan). Biasanya honorarium sangat ditentukan oleh seorang pimpinan saja. Ada juga pimpinan yang mengambil homor 50 persen lebih untuk dirinya pribadi, dan selebihnya untuk pekerja seni.

Akibatnya biasanya adalah munculnya perasaan tidak senang diantara para pekerja seni yang dipimpinnya. Atau ada juga yang dengan ikhlas menerimanya, terutama seniman-seniman yang baru direkrut. Agar uang hasil kerja bersama ini dapat diambil sebesar-besamya oleh pimpinan kesenian, maka istilah yang digunakan pun bukan dengan istilah profesionalisme, seperti gaji atau honor kerja, dan sejenisnya tetapi cenderung menggunakan kata-kata yang bemosi kerja yang dilakukan sebagai kerja sampingan, seperti uang pupur (uang bedak), uang lelah, uang rokok, uang terima kasih, uang jalan, dan sejenisnya.Rata-rata harga sekali pertunjukan (satu cerita) berkisar antara Rp.1.500.000 s.d. 5.000.000. Berdasarkan harga sekali pertunjukan tersebut, biasanya para pemain, pemusik dan kru mendapatkan sekitar Rp.50.000 s.d Rp.200.000. Sisa uang pembagian biasanya dimasukkan kas untuk pembelian kostum serta perawatan peralatan yang disimpan oleh pimpinan kelompok

(28)

4) Pembagian tugas tidak begitu spesifik. Ciri lainnya manajemen kelompok seni tradisional adalah tugas tumpang tindih setiap orang dalam organisasi tersebut. Jarang seorang pemain hanya memainkan satu jenis tari atau musik atau peran teater. Kadang sebagai seniman, ia juga harus mengangkat alat musik, sound sytem, tata lampu, properti tari, sebelum dan setelah pertunjukan. Ini biasa terjadi dalam kelompok kesenian tradisional termasuk kelompokKetoprak DorJawa Deli. Pembagian kerja yang tidak spesifik ini biasanya akan pula mengurangi tanggung Jawab dan tugas khususnya. Biasanya pendekatan semacam ini, berdasar kepada asumsi mereka adalah keluarga besar, tanggung Jawab dipikul bersama-sama. Kerja pun harus dikerjakan bersama-sama dalam sistem gotong royong, dan seterusnya. Dengan cara kerja seperti ini, biasanya para seniman muda dan yang berjenis kelamin laki-laki yang diutamakan untuk bekerja ekstra keras, dengan alasan tenaganya masih kuat, masih muda, dan masih jauh masanya berkarir di bidang seni.

Gambar 3.3

(29)

5) Organisasi kesenian tradisional jarang yang dibentuk dengan mendasarkan pada aspek yuridis. Artinya sebuah organisasi kesenian biasanya dibentuk hanya berdasarkan musyawarah mufakat untuk kelestarian budaya semata. Sebagian besar kelompok Ketoprak Dor Jawa Deli tidak memiliki kekuatan hukum pendirian sebangsa nota ataupun sejenisnya. Biasanya pimpinan kelompok Ketoprak Dor hanya mencantumkan alamat, nomor telepon atau handphone di papan maupun spanduk pertunjukan.

Gambar 3.4

Papan KelompokKetoprak Dortanpa nota pendirian

(30)

pertunjukan. Ia tak mau terikat hanya dalam satu organisasi kesenian saja. Karena jarang sekali ada sebuah organisasi kesenian yang membayar gaji seniman setiap bulan dengan jumlah tertentu sebagaimana layaknya tenaga kerja. Dari pengamatan Peneliti seluruh pemain Ketoprak Dor Jawa Deli saling mengenal karena berlatar belakang yag sama yaitu Jawa kontrak. Namun karena tempat domisilipara pemain yang sudah berpisah pisah maka sering terjadilah pemain “cabutan”. Oleh sebab itu pada saat ini mulai timbulnya kelompok Ketoprak Dor Jawa Deli yang persebarannya ada di Percut Sei Tuan, Binjai, Langkat, Helvetia, Tanjung Mulia hingga ke Bandar Khalifa serta Tembung. Para pemain dari kelompok kelompok tersebut adalah orang sama meskipun kadang kadang pada setiap pertunjukannya mendapatkan peran yang berbeda.

(31)

berdasar kepada keluarga dan kekeluargaan, maka pengembangan yang ekstensif kurang diperhatikan. Misalkan saja sejak zaman dahulu, mereka mewarisi kesenian Ketoprak Dor Jawa Deli, maka sampai sekarang pun mereka akan memproduksi kesenian yang sama. Untuk membuka diri memproduksi seni rakyat atau etnik lain agak kurang, karena pembatasan sumber daya manusia seni tadi.

8) Sangat erat dengan ritual masyarakat. Setiap seniman Ketoprak DorJawa Deli tidak mengharapkan uang lelah atau uang honorarium. Mereka biasanya tidak akan keberatan jika hanya diberi amplop yang berisi uang Rp 50.000 setiap orangnya. Sekali lagi uang atau honor berkesenian bukan yang utama di sini. Yang berperan adalah konsep-konsep dan aktivitas religius, yang memotivasi setiap orang dan seniman untuk melakukan menurut fungsi individunya dalam konteks masyarakat luas, yang memiliki cita-cita dan tujuan bersama.

3.5 Fungsi PertunjukanKetoprak Dor

(32)

berhubungan dengan kritik sosial, sebagai media pendidikan, media hiburan, media ritual dan sebagai nilai ekonomi.

Menurut pengamatan Peneliti, Ketoprak Dormemiliki beberapa fungsi, yaitu fungsi sebagai hiburan, Fungsi pendidikan, fungsi sebagai pengungkapan emosional, fungsi ekonomi, dan fungsi hiburan. Namun pada dasarnya peran dan fungsi kesenian Ketoprak Dor sebenarnya sangat banyak, karena kesenian ini merupakan bentuk kesenian yang hidup di dalam kehidupan masyarakat.

3.5.1 Sebagai seni pertunjukan

Menurut Murgianto (1997:160) menjelaskan bahwa pertunjukan ialah sebuah proses yang memerlukan waktu dan ruang. Sebuah pertunjuakn mempunyai bagian awal, tengah dan akhir. Struktur dasar pertunjukan meliputi tahapan-tahapan antara lain: persiapan bagi pemain maupun penonton, pementasan serta apa-apa yang terjadi setelah pertunjukan selesai.

Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dijelaskan bahwa Ketoprak Dor

adalah sebuah seni pertunjukan karena ditampilkan dihadapan penonton dan mempunyai tahapan dan waktu tertentu serta mengandung unsur-unsur seni.

3.5.2 Sebagai media hiburan

Dalam fungsinya sebagai hiburan teater tradisional, Ketoprak Dor

(33)

Dormampu menghidupkan suasana lebih meriah, dari suasana yang benar-benar sakral dan suci. Hal ini dapat terlihat dari antusias para penonton yang menyaksikan pertunjukan Ketoprak Dor, mereka merasa terhibur melalui cerita maupun lawakan yang dibawakan oleh para pemainKetoprak Dor.

Pertunjukan Ketoprak Dor tidak membuat penonton merenungkan lebih mendalam masalah hidup yang dirasakan dan dihadapinya tetapi memberikan kepuasan sesaat. Membuat penonton merasa terlepas dari kesulitan dan kesusahannya sehari hari pada waktu sejenak. Kekuatan utama hiburan Ketoprak Dor ini terletak pada kemampuan para pemainnya berimprovisasi dan kesigapan reaksi dalam berdialo dan berakting sesama aktor dan aktris. Penonton juga dapat bebas melibatkan diri dalam setiap pertunjukan tanpa ada batas dan hambatan usia dan status sosial. Pada masyarakat Jawa sendiri umumnya pertunjukan Ketoprak Dordilakukan pada berbagai acara yang bersifat hajatan, misalnya dalam upacara perkawinan ataupun khitanan.

3.5.3 Sebagai media pendidikan/penerangan

(34)

keluarga dan masyarakat melalui norma norma yang terkandung dalam sistem kebudayaan Jawa tersebut. Oleh karena itu seorang seniman betul-betul dituntut untuk dapat berperan semaksimal mungkin atas peran yang dibawakannya.

3.5.4 Sebagai pengungkapan emosional atau ekspresi diri

Kecenderungan fungsi seni pertunjukan untuk pengungkapan emosional atau ekspresi diri ini merupakan perwujudan dari semboyan seni untuk seni. Tidak ada orang yang dapat mengganggu gugat ekspresi seni dalam penampilannya. Kebebasan di sini lebih menekankan pada pencapaian tujuan tertentu yang diperjuangkan. Contoh seni instalasi, happening art, dan sejenisnya.

Ketoprak Dor Jawa Deli menunjukan sebuah pertunjukan yang lahir dari masyarakat kecil yang tidak terikat dengan teks atau naskah. Pemain bebas berimprovisasi baik dari tata bahasa dan permainan musiknya. Dengan kata lain, si pemain dapat mengungkapkan perasaan atau emosinya di saat adegan-adegan yang menggunakan iringan musik sebagai penekanan emosi.

3.5.5 Sebagai kritik sosial dan politik

(35)

mengggambarkan figur-figur rakyat, sehingga kritik-kritik sosial ataupun media penerangnan disampaikan melalui mereka diharapkan para penonton akan lebih mudah menangkap dan mencernanya.

Pesan-pesan pembangunan yang ingin disampaikannya bisa berbagai macam topik sesuai dengan keinginannya. Bila topik-topik sekitar kepahlawanan, kebersamaan, kesetiaan, kepatuhan, bahkan dapat pula berupa kritikan sosial yang cenderung banyak dilakukan oleh masyarakat pada masa kini. Permasalahan yang timbul sekarang adalah bagaimana agar seni pertunjukan disukai oleh masyarakat, sehingga fungsinya sebagai media penerangan serta sebagai media untuk mengungkapkan kritik sosial dapat terwujud.

Sebagai media untuk penyampaian kritik sosial, memang dengan bentuk kesenian tradisional sungguh tepat. Masyarakat Indonesia yang menganut paham paternalistik tentu tabu apabila akan mengkritik seseorang secara langsung, apabila kalau orang yang dikritik itu adalah pemimpinnya, atasannya, ataupun saudaranya, atau juga kondisi negara pada saat ini. Media yang sangat tepat untuk menyindir melalui tokoh-tokoh yang diperankan ataupun melalui dialog-dialog tertentu.

(36)

Setelah masa perjuangan berlalu, cerita yang dibawakan oleh kelompok

Ketoprak Dor Jawa Deli kebanyakan mengenai pembangunan dan sikap menumbuhkan persatuan bangsa. Pada masa orde lama cerita yang dibawakan kebanyakan dimanipulasi oleh PKI (Partai Komunis Indonesia) untuk kepentingan politik mereka. Cerita yang disajikan banyak sekali diputar balikkan fakta dan kejadiannya. Para pemain dan pemusik Ketoprak Dor selalu mendapatkan kawalan dan selalu diawasi oleh kaum PKI tersebut.

Setelah masa orde lama tumbang bergantilah masa orde baru. Cerita yang dibawakan oleh kelompokKetoprak Dorberganti menjadi cerita yang bertemakan pembangunan dari pemerintah. Menurut Bapak Suriat26 pada era Orde Baru pembangunan yang dicetuskan oleh presiden Suharto, cerita yang dibawakan dalam pertunjukan Ketoprak Dor tidak boleh menyinggung ataupun mengkritik pemerintah. Alasan utamanya yaitu pada saat itu pemerintah sedang membangun. Setiap pertunjukan Ketoprak Dor akan ditampilkan pimpinan kelompok wajib melapor terlebih dahulu kepada pihak berwajib apakah cerita atau lakon boleh dibawakan atau tidak. Jika cerita yang dibawakan berisi tentang pembangunan maka pertunjukan tersebut boleh dipertontonkan. Setelah berganti era reformasi cerita yang dibawakan oleh kelompok Ketoprak Dor biasanya berisi selingan tentang kritik sosial yang terjadi dimasyarakat meskipun dibawakan dengan lakon atau cerita dari Jawa atau daerah setempat.

26

(37)

BAB IV

ANALISIS STRUKTUR DAN MAKNA PERTUNJUKAN SERTA TEKSTUALKETOPRAK DORPADA CERITAJOKO BODO

Pada bab ini peneliti hanya fokus mendeskripsikan struktur pertunjukan

Ketoprak Dor pada cerita Joko Bodo berdasarkan hasil penelitian lapangan yang peneliti lakukan, dengan cara mengamati pertunjukan secara langsung maupun pengamatan dengan melakukan wawancara dengan pelakuKetoprak Dor.

4.1 Lakon atau Cerita Pertunjukan

Menurut Sastroamidjojo (1964:98), kata lakon berasal dari bahasa Jawa

laku yang sering diturunkan menjadi mlaku ataulumaku yang berarti ‘jalan’ atau ‘berjalan’. Kata lakon mengacu pada ‘sesuatu yang sedang berjalan’ atau ‘suatu

peristiwa atau kehidupan manusia sehari-hari’. Menurut Tarigan (1985: 73) ada empat perbedaan pokok antara teater sebagai teks drama tertulis atau lakon, dengan drama sebagai seni pertunjukan, yakni:

1. Drama sebagai teks tertulis adalah hasil sastra milik pribadi (perorangan), yaitu milik peneliti drama tersebut; sedang drama sebagai seni pertunjukan adalah seni kolektif.

2. Teks lakon memerlukan pembaca soliter; sedang drama sebagai seni pertunjukan memerlukan penonton kolektif. Penonton menjadi faktor yang sangat penting dalam drama sebagai seni pertunjukan.

(38)

4. Teks lakon adalah bacaan sedang drama sebagai seni pertunjukan adalah tontonan.

Perbedaan tersebut membawa berbagai konsekwensi, baik dalam hubungannya dengan peneliti maupun bagi pembaca atau penonton. Oleh karena itu Oemarjati (1971:60) menyatakan bahwa seorang peneliti lakon dalam menyusun lakon-lakonnya harus senantiasa ingat pada kondisi-kondisi teatrikal (pementasan). Menurutnya, karya sastra yang berbentuk lakon belum bisa dikatakan telah mencapai kesempurnaan bentuk bila belum sampai dipentaskan sebagai seni pertunjukan.

Namun pada kenyataannya makna lakon sering menjadi sangat berbeda dengan makna drama sebagai teater atau seni pertunjukan, walaupun sumber awalnya (teks lakonnya) sama. Hal ini dikarenakan:

1. Terjadinya jurang pemisah antara pemaknaan oleh pembaca soliter dengan pemaknaan oleh sejumlah pemain pertunjukan (pembaca kolektif),

2. Terjadinya improvisasi di panggung oleh pemain tertentu,

3. Penggarapan teater menyimpang dari teks lakonnya, yang sengaja dilakukan oleh sutradara dan para pemain pertunjukan drama.

Teks lakon sering dipentaskan dengan penggarapan yang menyimpang. Hal ini antara lain dikarenakan:

1. Disesuaikan dengan latar belakang sosial budaya ditempat pementasan drama tersebut.

(39)

3. Karena permintaan dari pihak-pihak tertentu, misalnya kepolisian atau pemerintahan penguasa.

4. Karena pertimbangan nilai jual (mengacu pada penonton).

Oleh karena itu sering terjadi perubahan dari naskah lakon yang berisi cerita klasik dipentaskan dalam bentuk modern, dari naskah lakon yang serius dipentaskan menjadi komedi. Berdasarkan uraian diatas, kiranya menjadi jelas bahwa, sekali lagi, teks lakon harus dibedakan dengan teks pementasan (teater), karena sistem dan tingkat pemaknaannya yang memang berbeda.

Sejak masuknya kesenian Ketoprak Dor ke tanah Deli, cerita atau lakon

Ketoprak Dortelah mengalami perubahan-perubahan sampai sekarang. Perubahan meliputi tema cerita, isi cerita, tata bahasa, fungsi maupun tempat pertunjukan. Penyebab perubahan itu dikarenakan pengaruh lingkungan budaya di tanah Deli yang terdiri dari beragam suku.

Pengaruh budaya setempat seperti Melayu pada Ketoprak Dor terlihat pada beberapa lakon atau cerita yang dibawakan seperti cerita Anak Durhaka, Hangtuah, Legenda Putri Hijau serta lagu lagu bernuansa Melayu seperti lagu Indung Indung, Injit-Injit Semut dan Lancang Kuning. Menurut bapak Jumadi pertunjukanKetoprak Dorumumnya menceritakan tentang kisah-kisah kehidupan yang terjadi di dalam cerita kerajaan Jawa, juga merupakan teater rakyat yang mengangkat kisah kepahlawanan dan kisah-kisah kehidupan sosial masyarakat Jawa sehari-hari. Beberapa cerita dari Jawa yang sering dibawakan antara lain

Joko Bodo, Arya Panangsang, Lutung Kasarung, Damar Wulan, Menak Jinggo,

(40)

yang terkandung dalam lakon atau cerita pertunjukan terdiri atas tema pendidikan, pertanian, nilai sejarah serta kepahlawanan. Cerita yag ditampikan oleh kelompok

Ketoprak DorJawa Deli sering disebut dengan istilahstambul jawi27.

Lakon atau cerita yang disampaikan tidak terikat pada pola yang ada pada bahasa Jawa. Para pemain lebih mudah menggunakan bahasa Indonesia, Melayu atau bahasa etnik setempat. Cerita yang dibawakan pun kebanyakan sudah dirubah atau dimodifikasi, tidak lagi sama persis dengan cerita sebenarnya. Beberapa faktor penyebabnya ialah pada zaman dahulu sulitnya didapat literasi atau buku dari cerita tersebut. Dugaan lain yaitu tidak sempurnanya penyampaian cerita yang didengar dari orang tua atau pelaku sebelumnya.

Lakon atau cerita Joko Bodo berasal dari tanah Jawa Tengah serta dibawakan versi kelompok Ketoprak Dor Jawa Deli memiliki 6 (enam) struktur adegan.

4.2 Pendukung Pertunjukan 4.2.1 Waktu pertunjukan

Menurut Bapak Jumadi biasanya sebuah pertunjukan Ketoprak Dorselalu dilaksanakan pada malam hari sehabis solat Isya atau setelah hiburan keyboard berakhir yaitu berlangsung selama 6 (enam) jam yang berkisar antara pukul 20.00WIB s/d 02.30 WIB. Bahkan pertunjukan Ketoprak Dor bisa diperpanjang ataupun diperpendek durasinya jika para penonton masih mengikuti pertunjukan tersebut.

27

(41)

Namun di beberapa kegiatan seminar, pertunjukan Ketoprak Dor

dilakukan dalam waktu 30 menit sampai 45 menit. Menurut Bapak Hartono biasanya pemain tidak leluasa mengeluarkan karakter yang ingin disampaikan dikarenakan singkatnya waktu dan lakon pertunjukan.

Pertunjukan jarang dilakukan pada siang hari, karena mengurangi suasana pertunjukan dan para pemain Ketoprak Dor yang banyak melakukan aktifitas bekerja. Malam hari merupakan waktu yang tepat karena para pemain lebih dapat merasakan atau lebih menghayati peran tokoh yang dibawakannya melalui sinar lampu atau efek dari pakaian yang dipakai bisa lebih kelihatan pada malam hari. Selain itu, pada malam harilah waktu luang bagi pemain Ketoprak Dor dan masyarakat untuk menyaksikannya.

4.2.2 Tempat dan panggung pertunjukan

Panggung atau pentas yaitu suatu tempat yang ditinggikan yang berisi dekorasi dan penonton dapat jelas melihat. Dalam istilah sehari-hari sering disebut dengan panggung pertunjukan, dan apabila suatu seni pertunjukan dipergelarkan tanpa menggunakan panggung maka disebut arena pertunjukan. Sehingga pementasan dapat diadakan diarena atau lapangan.

(42)

mempergunakan kursi. Dengan kata lain bahwa panggung portable yaitu panggung yang dibuat secara tidak permanen.

Ketoprak Dor selalu ditampilkan diatas panggung pada tempat-tempat terbuka di pekarangan pemilik pesta,di tanah lapang berukuran 6m x 4m serta di dalam ruangan atau gedung yang memungkinkan untuk dibuat panggung dan tenda dengan tampilan yang sangat sederhana.

Gambar 4.1

Panggung dari Sisi Samping

(43)

akan dicapai. Setiapbackground ini akan dimunculkan sesuai pembabakan dalam cerita. Babak awal dengan warna hijau, babak pertengahan dengan hutan dan simpang empat, serta babak akhir denganbackgroundkerajaan. Sebagai pembatas antara panggung depan dan belakang yang di pasang di tengah-tengah, layar penutup depan panggung, spanduk nama sanggar, tenda penutup panggung, dan segala kelengkapan pemain seperti tata-busana, tata-rias dan tempat menunggu seluruh pemain mendapatkan giliran bergantian di belakang panggung serta tempat gantungan baju pemain.

Gambar 4.2

Bagian belakang panggung pertunjukan Berfungsi untuk menggantungkan pakaian

(44)

Gambar 4.3

Pemain menyiapkan backround di panggung

Hal ini berbeda dengan Ketoprak Mataram yang ada di Jawa. Panggung sengaja dibuat oleh sutradara dengan gaya serta hiasan yang sangat mewah dan elegan. Panggung mewakili dari kerajaan-kerajaan di Jawa yang mempunyai ornamen yang sangat rumit.

Gambar 4.4

(45)

Biasanya pertunjukan Ketoprak Dor dilakukan pada hari-hari libur atau hari libur nasional.Pertunjukan Ketoprak Dor ditampilkan pada hajatan perkawinan ataupun undangan seminar oleh kampus maupun instansi pemerintah.

4.2.3 Instrumen musik

Instrumen musik adalah bagian yang sangat penting di dalam sebuah pertunjunkan teater rakyat. Ketoprak Dor Jawa Deli mempunyai struktur komposisi instrumen musik yang sangat jauh berbeda dengan Ketoprak di Jawa. Biasanya pertunjukan Ketoprak diiringi dengan seperangkat Gamelan Pelog dan Slendro dengan berbagai komposisi gendhingdanpathet yang dimainkan. Secara umum instrument musik pengiring pada Ketoprak Dor terdiri atas alat musik utama pembawa melodi oleh accordion, harmonium atau keyboard serta alat musik ritmik oleh kendang Jawa, Kendang Jidor dan drum set. Pada instrumen musik Ketoprak Dor terdapat beberapa instrumen perkusi (membranphone) yang sangat mendominasi seperti Kendang Jidor, Drum Set, Kendang Jawa, Keyboard, kadang kadang dicampur dengan instrumen musik elektronik (electrophone)

seperti gitar bass, gitar elektrik, keyboard, harmonium, gendang Melayu, dan accordion.

Instrumen musik yang dimiliki oleh kelompok kelompok Ketoprak Dor

(46)

relatif lebih terjangkau dari harga dan mudah di dalam penggunaan serta memiliki variasi bunyi sample suara musik yang banyak.

Menurut Bapak Suriat, Instrumen Harmonium dan accordion pada pertunjukan Ketoprak Dor diperoleh dari masyarakat Melayu. Pada awal terbentuknyaKetoprak Dor Jawa Deli, bunyi suara yang dihasilkan oleh kendang

Jidor mengeluarkan suara dangdut yang dikombinasikan dengan pukulan keprak. Namun, kemudian suara tersebut menghasilkan suara dordan prak yang menjadi ciri khas dari kesenianKetoprak Dortersebut.

Perubahan alat musik pada pertunjukan Ketoprak Dor disebabkan oleh sulitnya ditemukan alat musik gamelan di daerah perkebunan baik dari bahan baku maupun pembuat gamelan tersebut. Selain itu alasan perubahan alat musik lainnya ialah karena mahalnya harga seperangkat alat musik gamelan dikarenakan transportasi yang sulit terkangkau. Sehingga para senimanKetoprak Dor mencari alternatif lain yaitu menggunakan menggabungkan alat musik etnik setempat dengan alat musik yang tersedia.

(47)

Gambar 4.5

Posisi Instrumen Musik di Sebelah Kanan Panggung (Dokumentasi Peneliti, 2016)

4.2.3.1Jidor/ kendhangjidor

Kendhang Jidoradalah jenis alat musik membranophone two head barrel drum menyerupai bedug yaitu gendang berbentuk tong memiliki panjang (satu) meter dan berdiameter lingkaran tiga puluh centimeter dengan kedua ujungnya ditutupimembran(kulit). Dimainkan dengan cara dipukul menggunakan sepasang

stick berukuran besar dengan bunyi yang dihasilkan yaitu “Dor”. Bunyi “Dor

(48)

Gambar 4.6

Posisi instrumen musik di sebelah kanan panggung (dokumentasi Peneliti)

4.2.3.2 Keprak/kentrung

(49)

Keprak tidak bisa digantikan dengan alat musik apapun karena bahan baku pembuatannya sangat mudah dijumpai.

Gambar 4.7

KentrungatauKeprakdan alat pemukulnya

4.2.3.3 Keyboard elektrik

Menurut Bonoe (2003:220) defenisi dari keyboard elektrik ialah bilah bilah papannada (berwarna hitam dan putih) yang menghasilkan suara dengan bersumber dari elektrik (electrophone). Menurut Bapak Triwahyujono, sejak tahun 2000-an alat musikharmoniummulai diganti dengankeyboard.Penggunaan

keyboard dalam pertunjukan Ketoprak dikarenakan kepraktisan penggunaan dan pemakaiannya, mengingat bahwa harmonium pada saat sekarang sudah jarang dijumpai dan penggunaannya yang juga relative lebih sulit dibandingkan

(50)

Keyboard yang digunakan dalam setiap kelompok Ketoprak Dor Jawa Deliberbeda merk dan tipe. Menurut Bapak Jumadi harga dan jenis tipe keyboard elektrik tidak dipermasalahkan asalkan terdapat bunyi accordion dan harmonium. Memang keyboard elektrik merupakan instrument alternatif pengganti harmonium. Beberapa tipe dan keyboard yang digunakan oleh kelompok

Ketoprak Dor Jawa Deli antara lain Casio CTK-6200, Yamaha PSR-S670 dan Techno T-6600.

Selain digunakan sebagai instrument pengganti harmonium dan accordion, fungsi keyboard juga untuk mengiringi lagu-lagu pop, daerah Karo, Melayu , Jawa dan terkadang lagu perjuangan. Biasanya lagu-lagu ini dimainkan pada adegan lawakan atauice breakingdengan pola ritme yang dihasilkan yaitu birama 4/4. Sedangkan untuk suara instrumen pengganti yang digunakan yaitu sythenhizer, piano, biola, accordion.28

28

(51)

Gambar 4.8

(52)

4.2.3.4 Kendang jawa

Instrument musik yang digunakan dalam pertunnjukanKetoprak DorJawa Deli ialah Kendang Jawa29. Kendang Jawa merupakan alat musik ritmik yang memiliki panjang 1 m hingga 1,5 m. Menurut Dewantoro dalam Siswanto (2010:17) suara pokok dalam kendang ada 5 (lima) macam yaitu dhang, ket, tak, tong, thung30.Kendang Jawa yang dimainkan sama dengan kendang Jawa dalam pertunjukan Ketoprak di Jawa yaitu terbuat dari kulit binatang serta mempunyai ukuran lingkaran (tebokan) yang berbeda dari kedua sisi kiri dan kanannya31.Kendang Jawa diikat dengan kawat serta di batasi dengan bambu untuk merenggangkan atau mengetatkan bagian sisi kanan kulit agar suara yang dihasilkan lebih nyaring dan kuat. Jika kualitas bunyi dari kendhang Jawa menurun, pemain menggeser bambu dengan cara memukulnya dengan alat seperti martil yang terbuat dari kayu nangka. Kendang Jawa diletakkan diatas sebuah rangkaian besi yang sudah dimodifikasi dan diwarnai agar pemain lebih merasa nyaman di dalam memainkan kendang Jawa tersebut.

29

Beberapa jenis kendang yaitu kendang ageng. Sering disebut kandang gendhing atau kendangsijidan Kendang ketipung, wujudnya lebih kecil dari kendang ageng.

30

Letak suara Dhang, terdapat pada bagian tebokan besar, bagian tepi. Dikebuk dengan telapak tangan terus dilepas, supaya getarannya tidak mati. Suaratak, pada tebokan kecil dikebuk dengan telapak tangan dan tidak dilepas supaya getarannya mati. Suaratongpada tebokan kecil mendekati lingkaran dikebuk dengan hari tengah terus dilepas. Suara thung pada tebokan besar bagian tengah. Dikebuk dengan keepat ujung jari dan terus dilepas.

31

(53)

Gambar 4.9

Sebelah kiri : Kendang Jawa serta rangkaian besi penyanggah Sebelah Kanan : Alat pemukul kendhang Jawa /Panakol

Instrument Kendang Jawa dalam pertunjukan Ketoprak Dor Jawa Deli memiliki peran dan fungsi sebagai penjaga tempo serta pengatur tekanan (aksentuasi) pada setiap gerakan atau mimik pemeran tokoh yang ditampilkan. Jika adegan yang ditampilkan adalah peperangan biasanya pemain kendang Jawa memainkannya dengan pukulan yang keras dan cepat.

4.2.3.5 Drum set

(54)

Fungsinya dari drum set ini untuk memberi suasana yang riuh dan ramai terutama untuk mendorong dinamika pertunjukan agar tetap dalam suasana ramai. Seringkali pertunjukan Ketoprak Dor yang sudah berlangsung sepanjang malam akan mengalami masa jenuh akibat lelah, ngantuk, lapar, jumlah penonton yang semakin berkurang, dan sebagainya, untuk itulah drumdan kendhangmengambil peran sebagai penyemangat pada para pemain dan penonton.

Menurut Bapak Jumadi, drumset bukan merupakan instrument utama (premier)dalam pertunjukanKetoprak Dor. Jika jumlah pemainnya lengkap maka alat musik ini dapat digunakan, tetapi jika pemainnya tidak mencukupi maka pemakaian alat musik ini boleh diabaikan. Pemain drum set ini bisa berganti orang dan tidak perlu menguasai teknik khusus asalkan mampu memahami tempo dan ketukan beat irama musik.

(55)

4.2.3.6 Harmonium

Menurut Bonoe (2003:181) pengertian harmonium ialah alat musik berjenis reed organ portable yang mekanisme tiupnya dengan cara dipompa, ada yang dipompa dengan pedal kaki dan ada pula yanh dipompa dengan prinsip kerja akordion. Harmonium berbentuk kotak seperti balok kayu. Alat musik ini mirip dengan piano yakni memili papantutsberwarna hitam dan putih.

Harmonium tergolong alat musik harmonis yang berarti bisa berfungsi memainkan melodi utama atau berfungsi sebagai pengiring. Harmonium adalah alat musik berasal dari India yang dibawa oleh para pedagang India ketanah Melayu pada abad ke 5 Masehi. Dari hubungan perdagangan tersebut kemudian menimbulkan kontak budaya antara musik India dan Melayu. Harmonium merupakan bagian utama dari pertunjukan musik Melayu seperti Ghazal, orkes gambus dan drama Melayu.

Gambar 4.11

(56)

Tidak semua kelompok Ketoprak Dor saat ini memiliki alat musik harmonium. Alasan utamanya ialah karena susah didapat dan harganya yang sangat mahal. Oleh sebab itu peran harmoniun saat ini digantikan oleh instrument keyboard elektrik. Melalui alat musik harmonium ini terlihat jelas pengaruh dari musik Melayu terhadap pertunjukanKetoprak Dor.

4.3 Pemusik

Pemusik pengiring pertunjukan Ketoprak Dor terdiri dari 4 (empat) orang laki laki yaitu: satu orang pemain kendhang, satu orang pemain Jidor dan kentrung, satu orang pemain keyboard atau harmonium, satu orang pemain drum. Seluruh personel laki laki dari kelompok Ketoprak Dor Jawa Deli memiliki kemampuan ganda sebagai pemain dan pemusik. Apabila selama pertunjukan terdapat pemusik atau pemain yang kelelahan, maka terdapat pergantian peran oleh pemusik dan pemain tersebut. Serta apabila salah seorang pemusik tidak datang karena sakit atau halangan lain, biasanya pemain yang menggantikan peran pemusik tersebut.

(57)

perannya tidak pernah digantikan oleh pemusik atau pemain lain hingga pertunjukan selesai.

Gambar 4.12

Pemain kendhang yang berganti peran menjadi pelawak

Gambar 4.13

(58)

4.4 Pemain atau pemeran cerita

Pemeran cerita atau disebut juga dengan pemain, actor/aktris dalam sebuah pementasan Ketoprak Dor dibutuhkan sebanyak 10-15 orang atau lebih sesuai dengan cerita yang dibawakan. Terdiri dari pemain pria (aktor) dan pemain wanita (aktris). Setiap pemain memerankan tokoh-tokoh berdasarkan arahan sutradara. Apabila dalam satu pertunjukan kekurangan pemain untuk memerankan seorang tokoh tertentu maka salah seorang pemain dapat memerankan dua atau lebih tokoh dalam waktu yang berbeda (peran ganda).

Menurut Selamet (2015:61) tidak jarang pemain Ketoprak Dor juga bisa tergabung dalam beberapa sanggar yang berbeda. Artinya, seseorang bisa saja sebagai pemain panggilan pada satu pertunjukan untuk memerankan tokoh tertentu yang tidak dapat dipenuhi oleh sanggar bersangkutan disebabkan ketidaktersediaan pemain pada kelompok atau sanggar tersebut karena halangan tertentu, atau diundang sebagai bintang tamu yang sengaja didatangkan untuk penyegaran bagi anggota lainnya karena kepiawaiannya.

(59)

pertunjukannya terdapat beberapa pemain yang berperan sebagai pelawak (batur) yang berfungsi sebagai pemecah konsentrasi penonton (ice breaking). Cerita lawak atauguyonanyang dibawakan diluar dari cerita utama pertunjukan. Pemain memanfaatkan bagian ini untuk menyemangatkan kembali animo dan suasana penonton. Adegan lawak ini berlangsung selama 30 menit bahkan lebih tergantung dari suasana dan banyaknya penonton yang masih menyaksikan. Penonton dan pemain bisa saling berkomunikasi dan meminta lagu yang ingin dimainkan.

Gambar 4.14 Pemain lawak (Batur)

Pemain Ketoprak Dor adalah anggota suatu perkumpulan Ketoprak yang sudah cukup lama jadi pemain, sehingga mempunyai keterampilan mumpuni untuk memerankan segala tokoh yang diberikan kepadanya. Rata rata usia pemain

(60)

utamanya ialah kesenian Ketoprak Dor dianggap kesenian masyarakat terpinggirkan (marginal culture). Kaderisasi yang dilakukan oleh kelompok

Ketoprak Dor biasanya dilakukan oleh para keturunannya sendiri. Seperti Bapak Jumadi yang kini berusia 60 tahun mendapatkan pemahaman tentang Ketoprak Doroleh orang tuanya. Saat ini anak kandung Bapak Jumadi yaitu Bapak Hartono yang berusia 38 tahun melanjutkan eksistensi Ketoprak Dorsebagai pemain atau pemeran cerita.

Gambar 4.15

Para Pemain atau Pemeran Cerita

Meskipun secara mayoritas pemainnya ialah orang Jawa Deli, namun terdapat beberapa kelompok Ketoprak Dor yang memiliki pemain diluar suku Jawa Deli seperti suku Batak, Melayu dan Mandailing. Ibu Waris Siregar (65 tahun) atau dikenal ibu Waris merupakan salah satu pemain Ketoprak Dorsenior yang berasal dari suku Mandailing. Ketertarikan terhadap Ketoprak Dor

(61)

sewaktu kecil. Terdapat juga bang Pandapotan Silaban/Aseng (55 tahun) seorang pemusikKetopra Dor berasal dari suku Batak Toba yang sudah menjadi pemusik

Ketoprak Dorsejak remaja.

4.5 Penonton

Tujuan terakhir suatu pementasan lakon adalah penonton. Kelompok penonton pada sebuah pementasan adalah suatu komposisi organisme kemanusiaan yang peka. Mereka pergi menonton karena ingin memperoleh kepuasan, kebutuhan, dan cita-cita. Alasan lainnya untuk tertawa, untuk menangis, dan untuk digetarkan hatinya,karena terharu akibat dari hasrat ingin menonton.

(62)

Jika pertunjukan dilakukan dipinggir jalan, para pengendara bebas berlalu lalang didepan panggung pertunjukan. Dengan kata lain, pertunjukan Ketoprak Dor tidak memiliki aturan yang pasti untuk penontonnya. Penonton merupakan bagian utama dalam sebuah pertunjukan teater rakyat.

Gambar 4.16

PenontonKetoprak Dordari berbagai kalangan usia

(63)

Gambar 4.17

Penonton anak anak yang naik kepanggung

Demikian juga para orang tua, banyak juga yang kurang bisa mengikuti jalannya ceritera yang dibawakan dalam bahasa Jawa, karena kurang faham dengan dialog-dialognya. Namun, jika dialog dicampur dengan bahasa Indonesia maka pada umumnya banyak juga yang bisa memahaminya.

4.6 Penarik Layar

(64)

Gambar 4.18

Penarik Layar atau TukangKeteremdari anggotaKetoprak Dor

Gambar 4.19

(65)

4.7 Tata Busana

Tata busana meliputi semua hal yang dipakai dibadan pemain mulai dari ujung kaki hingga kepala. Tata busana merupakan suatu hal yang sangat penting di dalam sebuah pertunjukan teater. Karena berfungsi sebagai penegas cerita pertunjukan dan pembeda katika latihan yang menggunakan tata busana biasa. Terdapat banyak unsur yang masuk dari bangsa Arab, Eropa, China, dan Melayu dalam tata busana Ketoprak Dor. Menurut Bapak Jumadi tata busana yang digunakan harus sesuai dengan cerita yang dibawakan.

4.7.1 Pakaian

Pakaian yang digunakan tidak harus sesuai dengan cerita yang akan dibawakan, lebih sering menggunakan ornamen warna-warni yang cerah seerti warna pink, kuning, hijau, orange, biru dan merah. Untuk peran peran tertentu seperti pangeran, adipati dan keluarga kerajaan biasanya menggunakan pakaian yang terdiri atas pernak pernik manik-manik berwarna kuning emas, ungu, pink yang memberikan efek silau kepada penonton.

(66)

digunakan pemain tidak membedakan status. Kain selendang ini merupakan pakaian wajib pemain saat pertunjukan.

Gambar 4.20 Model pakaian

Di dalam tulisan Sugiarti dikatakan bahwa kostum pemain Ketoprak Dorsaat ini mengalami pengaruh dari budaya Melayu yang sejatinya itu juga pengaruh dari budaya luar yaitu dari Timur Tengah dengan istilah stambulan.

Istilah kostum stambulan (pengaruh budaya kota Istambul Turki) atau mesiran

(pengaruh budaya Mesir) masih digunakan sebagai pelengkap kostum sampai saat ini. Pakaian yang digunakan ada tiga model yakni model basahan, model mesiran dan pakaian kraton atau kerajaan.

(67)

menggunakan celana panjang yang menguncup ke mata kaki serta ditutupi oleh celana pendek berwarna putih atau hitam diluarnya. Menurut Bapak Gito32 celana pendek digunakan sebagai pembedan peran. Sulitnya mendapatkan kain jarik merupakan alasan utama untuk menggatinya dengan celana pendek tersebut.

Gambar 4.21

Pemain laki laki menggunakan celana pendek

Pakaian yang digunakan oleh pemain Ketoprak Dor diduga menyerupai pakaian yang digunakan oleh para penari tradisional portugis. Menurut Takari dan Heristina (2008:176-180) peran Portugis di dalam peradaban kehidupan kesenian etnik Melayu tidak bisa dipisahkan. Hal ini tampak pada kesenian ronggeng dan

serampang dua belas bahwa memiliki joget yang diturunkan dari tarian Portugis yaitu tarian branyoatau branle.Branyo ataubranlemerupakan tarian istana pada abad ke-15 (lima belas) yang sangat populer di eropa. Karena masyarakat Jawa

32

(68)

kontrak tinggal di daerah etnik Melayu, maka tidak bisa dipungkiri bahwa kebudayaan Melayu dan Portugis sangat mempengaruhi. Namun bentuk pakaian pada kelompok Ketoprak Dor lebih terkesan sederhana dan sudah dimofikasi menurut versi sutradara.

Gambar 4.22

Pakaian tradisional tarian Branle Portugis (malaysiatravel.net)

(69)

4.7.2 Tata rias

Tatarias wajah adalah corat coret wajah atau riasan wajah yang dipakai untuk pementasan atau pertunjukan diatas panggung sesuai tujuan pertunjukan tersebut. Rias wajah dengan penekanan efek-efek tertentu seperti pada mata, hidung, bibir, dan alis supaya perhatian secara khusus tertuju pada wajah. Rias wajah ini untuk dilihat dari jarak jauh dibawah sinar lampu yang terang (spot light), maka kosmetik yang diaplikasikan cukup tebal dan mengkilat, dengan garis-garis wajah yang nyata, dan menimbulkan kontras yang menarik perhatian. Perkembangan teknologi yang pesat terutama pada penggunaan lampu dengan efek cahaya yang sangat kuat untuk penerangan panggung, menuntut tata rias wajah yang lebih ekstrim.

Gambar 4.23 Tata rias yang digunakan

(70)

fanbo dan berharga berkisar Rp. 10.000 – Rp. 15.000, minyak rambut bermerk tancho berharga berkisar Rp. 7.500 – Rp. 10.000, pensil alis bermerk pixy berharga berkisar Rp.20.000–Rp. 25.000.

Gambar 4.24

Pemain pria dan wanita sedang melakukan tata rias

4.8 Aksesoris 4.8.1 Kaos kaki

(71)

Gambar 4.25

Pemain menggunakan kaos kaki

4.8.2 Gelang

Sebagai aksesoris tambahan peran gelang berfungsi sebagai penegas karakter saja. Seperti pada lakon atau cerita joko bodo, sang pemain menggunakan gelang yang terbuat dari besi ringan untuk memberikan kesan sebagai anak lusuh dan kotor serta miskin. Tidak semua kelompok Ketoprak Dor

(72)

Gambar 4.26

Pemain menggunakan gelang sebagai tokoh Joko Bodo

4.8.3 Ikat kepala

(73)

Gambar 4.27

Beberapa model ikat kepala

4.8.4 Ikat pinggang

Gambar

Gambar 3.1Salah Satu Bagian pada Lakon Teater Bangsawan
Tabel 3.1
Tabel 3.2Komposisi Pemain dan Pemusik
Tabel 3.3Komposisi Pemain dan Pemusik
+7

Referensi

Dokumen terkait

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.. "7;!. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN

Sebelum diperiksa kedua telapak tangan responden saling digosok-gosokkan agar supaya kandungan bakteri di kedua telapak tangannya homogen, kemudian dengan swab kapas steril yang

Berbeda dengan tenaga kerja wanita (TKW) yang lebih banyak bekerja sebagai pembantu rumah tangga, umumnya pendapatan mereka seluruhnya dikirim kepada keluarga di

(3) Kendala yang di hadapi kepala desa dan BPD dalam membangun pemerintahan yang demokratis ialah: Kendala yang di hadapi Kepala Desa dan Badan Permusyawaratan Desa

Pada penutupan hari kemarin IHSG meninggalkan break away gap down (bearish) yang memberikan sinyal bahwa market sudah ada di puncak ( market top).. IHSG akan memasuki tren

This document contains certain financial information and results of operation, and may also contain certain projections, plans, strategies, and objectives of Indosat, that are

Analisa teknikal memfokuskan dalam melihat arah pergerakan dengan mempertimbangkan indikator-indikator pasar yang berbeda dengan analisa fundamental, sehingga rekomendasi yang

Akhir-akhir ini kita sering melihat beberapa aksi kenakalan yang dilakukan oleh peserta didik. Bermacam-macam bentuk kenakalan peserta didik semakin mewarnai