• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MANAJEMEN LABA TERHADAP RETURN SAHAM DENGAN KECERDASAN INVESTOR SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Melakukan SEO dan Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2001-2011) SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Sa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH MANAJEMEN LABA TERHADAP RETURN SAHAM DENGAN KECERDASAN INVESTOR SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Melakukan SEO dan Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2001-2011) SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Sa"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Melakukan SEO dan Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2001-2011)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh :

Nama : Martdian Ratna Sari NIM : 092114020

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

PENGARUH MANAJEMEN LABA TERHADAP RETURN SAHAM DENGAN KECERDASAN INVESTOR SEBAGAI VARIABEL

PEMODERASI

(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Melakukan SEO dan Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2001-2011)

S K R I P S I

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh :

Nama : Martdian Ratna Sari NIM : 092114020

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah

pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah

setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui

kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu

jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.( 1 Kor 10: 13)

“Tuhan pasti sudah menyediakan yang Terbaik untukku, semua tergantung dari caraku memilih.”

“Prestasi bukanlah suatu kebetulan, dan impian tidak akan pernah

menjadi kenyataan tanpa kerja keras”

Ku Persembahkan skripsi ini kepada :

Tuhan Yesus Kristus yang selalu menyertaiku

dan kepada,

kedua orang tuaku, Gregorius Sarwiyanto dan Nani Puspa Sari,

kakak-kakak, ka Tami dan Ka Wico,

Adikku Audia, Ray, Ensi, Ririn, Agung, dan Ambar,

(6)
(7)
(8)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih penulis persembahkan kepada Tuhan Yesus

Kristus atas segala berkat dan penyertaan yang luar biasa, sehingga penulis

bisa menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Manajemen

Laba Terhadap Return Saham dengan Kecerdasan Investor sebagai Variabel

Pemoderasi (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Melakukan

SEO dan Terdaftar di BEI Pada Tahun 2001-2011)”. Penulisan skripsi ini

bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

Ekonomi pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas

Sanata Dharma.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapatkan bantuan,

bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Romo Dr. Ir. Wiryono Priyotamtama, S.J. selaku Rektor Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Dr. H. Herry Maridjo, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Drs. Y. P. Supardiyono, Akt., M.Si., QIA. selaku Ketua Program Studi

Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Dr. Fr. Ninik Yudianti, M.Acc., QIA. selaku Dosen Pembimbing yang

telah banyak memberikan waktu, bimbingan, masukan, dan saran dalam

(9)

viii

5. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta yang telah membagikan ilmu pengetahuan dan pengalamannya

dalam proses perkuliahan.

6. Staf sekretariat Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta.

7. Staf Pojok Bursa Efek Indonesia Universtas Sanata Dharma Yogyakarta,

Universitas Gadjah Mada, Universitas Atmajaya Yogyakarta, yang

membantu dalam proses pencarian data.

8. Kedua orang tuaku yang tersayang, Papa dan Mama yang selalu

memberikan doa, nasehat, semangat, dorongan, kasih sayang yang tak

terhingga dan perhatian yang luar biasa, dan segala sesuatu kebutuhan

selama aku kuliah.

9. Kakak-kakakku, ka Tami, ka Wico, dan adik-adikku Ensi, Ray, Alfan,

Ririn, Ambar, Agung yang selalu memberikan doa, motivasi, dukungan

dan perhatian yang tak terhingga kepadaku, serta kebersamaan yang boleh

kita lalui bersama.

10.Adik tersayang Cornelia Claudia Doa yang selalu memberi motivasi, doa

dan kasih yang luar biasa, yang selalu ada dalam semua proses yang aku

lalui. Tawa canda yang boleh aku rasakan tanpa rasa sepi sedikitpun.

Trimakasih buat kebersamaan yang selalu kita lewati hari demi hari.

11.Jeremias Jaflean, yang ikut repot menyelesaikan skripsi ini, trimakasih

(10)

ix

hal gila lain yang boleh kita lalui bersama. Hari-hari gila yang selalu

menebar tawa canda dan semoga cepat menyusul dengan segera.

12. Sahabat dan teman-temanku, teman-teman Akuntansi 2009, dan semua

orang yang pernah aku temui. Terima kasih atas dukungan, doa dan

kebersamaan yang boleh kita lalui bersama.

13.Teman-teman bimbingan dan kelas MPT Bu Ninik. Terima kasih atas

dukungan, semangat dan kebersamaannya.

14.Semua pihak yang membantu, mendukung, dan berpartisipasi dalam

penulisan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena

keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh penulis. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna

menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

pembaca dan dapat menjadi salah satu referensi bagi peneliti selanjutnya.

Yogyakarta, Maret 2013

(11)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

D. Pertumbuhan Perusahaan ... 21

E. Manajemen Laba, Return Saham, dan Kecerdasan Investor ... 22

F. Perumusan Hipotesis ... 23

BAB III METODE PENELITIAN ... 27

A. Variabel Penelitian dan Definsi Operasional ... 27

1. Variabel Penelitian ... 27

2. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 27

a. Variabel Independen ... 27

(12)

xi

B. Keterbatasan Penelitian ... 51

C. Saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 53

(13)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 : Prosedur Pemilihan Sampel Penelitian ... 38

Tabel 4.2 : Hasil Statistik Deskriptif ... 39

Tabel 4.3 : Hasil Uji Normalitas ... 41

Tabel 4.4 : Hasil Uji Glejser ... 42

Tabel 4.5 : Hasil Pengujian Autokorelasi ... 43

Tabel 4.6 : Discetionary Accruals Sebelum SEO ... 44

Tabel 4.7 : Hasil Regresi Manajemen Laba, Pertumbuhan Perusahaan, dan Return Saham (Tanpa Pemoderasi )... 45

(14)

xiii

DAFTAR GAMBAR

(15)

xiv ABSTRAK

PENGARUH MANAJEMEN LABA TERHADAP RETURN SAHAM DENGAN KECERDASAN INVESTOR SEBAGAI VARIABEL

PEMODERASI

(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Melakukan SEO dan Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2001-2011)

Martdian Ratna Sari NIM : 092114020 Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2013

Tujuan penelitian ini adalah menguji apakah manajer melakukan manajemen laba sebelum SEO dan untuk mengetahui apakah manajemen laba mempengaruhi return saham ketika mempertimbangkan kecerdasan investor. Kepemilikan institusional digunakan sebagai proksi dari kecerdasan investor. Masih adanya asimetri informasi antara manajer perusahaan dengan investor, menuntut agar para investor lebih teliti dan cermat dalam menganalisis informasi yang diterimanya. Investor yang cerdas akan memberikan reaksi negatif terhadap informasi perusahaan yang tidak valid dan tidak dapat dipercaya.

Jenis penelitian ini adalah studi empiris. Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan yang melakukan SEO dengan mekanisme right issue dan terdaftar di BEI pada tahun 2001-2011 sebanyak 30 perusahaan. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda. Pendekatan Instrumental Variabel (Kang dan Sivaramakrishnan, 1995) digunakan untuk mendeteksi manajemen laba yang dilakukan.

Hasil penelitian ini memberikan bukti bahwa perusahaan melakukan manajemen laba satu tahun sebelum SEO dengan menaikkan laba. Selain itu penelitian ini juga membuktikan bahwa manajemen laba berpengaruh negatif terhadap return saham ketika investor cerdas. Hasil ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang dikembangkan oleh Balsam et al, 2002 dan Joni dan Jogiyanto (2009), serta didukung oleh teori efisiensi pasar secara keputusan. Penelitian ini juga membuktikan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif terhadap return saham. Hal ini menunjukkan bahwa investor tidak berfokus pada pertumbuhan perusahaan.

(16)

xv ABSTRACT

THE EFFECT OF EARNINGS MANAGEMENT ON STOCK RETURN WITH INVESTOR SOPHISTICATION AS MODERATING VARIABLE

(Empirical Study In The Manufacturing Companies Doing Seasoned Equity Offerings and Listed on the Indonesia Stock Exchange In The Year 2001-2011)

Martdian Ratna Sari earnings affect stock returns when considering the investor’s sophistication. Institutional ownership is used as a proxy of investor sophistication. The information asymmetry between company managers and investors, demand that the investors could more careful and meticulous in analyzing the information that they received. Sophisticated investors will react negatively to company’s information that is not valid and can not be trusted.

This research is an empirical study. The sample in this study are company that did SEO with the mechanism of a rights issue and they are listed on the Stock Exchange in the year 2001-2011 there are 30 companies. The data analysis technique used is multiple linear regression. Instrumental Variable approach was used to detect earnings management.

This study provides an evidence that company earnings management is applied a year before the SEO to increase the profits. In addition, this study also proved that the earnings management give a effect to stock return when investors has been sophisticated. These results were consistent with previous studies developed by Balsam et al, 2002 and Joni and Jogiyanto (2009), and supported by the theory of market efficiency in the decision. This study also proved that the growth of the company give negative effect to stock returns. This negative effect suggest that investors are not focusing on the company's growth.

(17)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pasar modal merupakan salah satu alternatif yang bisa dipilih oleh perusahaan

untuk menambah modal bagi pembiayaan perusahaan. Sukwadi (2006) dalam

Prabandari (2012) berpendapat bahwa dalam perkembangannya, pasar modal

sebagai wahana sektor keuangan di luar perbankan diharapkan dapat menjadi

sarana untuk memperoleh dana secara cepat dan mudah dari investor maupun

kreditur. Perusahaan yang telah memasuki pasar modal atau disebut perusahaan go

public ternyata masih membutuhkan sumber dana untuk membiayai kegiatan

operasi perusahaannya. Ketika jumlah dana yang dibutuhkan cukup besar dana

tersebut dapat diperoleh dari luar perusahaan. Salah satu cara yang dapat dilakukan

perusahaan untuk memperoleh tambahan dana tersebut adalah melalui mekanisme

seasoned equity offerings (SEO) (Sunarjanto, 2007). SEO merupakan penawaran

saham tambahan yang dilakukan perusahaan yang listed di pasar modal, di luar

saham yang terlebih dahulu beredar di masyarakat melalui Initial Public Offerings

(IPO) (Megginson, 1997).

Penawaran saham tambahan ini ditujukan untuk memperoleh dana tambahan

dari investor, baik untuk kepentingan ekspansi, restrukturisasi, dan lainnya

(18)

salah satu cara penjualan SEO ini dapat dilakukan dengan right issue. Dengan

right issue perusahaan menjual hak (right) kepada pemegang saham lama untuk

membeli saham tersebut yang sebanding dengan kepemilikan saham pada tingkat

harga (exercise price) yang sudah ditentukan (lebih rendah dari harga pasar) pada

periode tertentu. Pemilihan mekanisme penjualan tergantung pada kondisi dan

strategi perusahaan. Perusahaan dengan kepemilikan terkonsentrasi cenderung

menggunakan right issue untuk memperoleh tambahan dana. Right issue juga

dapat dikombinasikan dengan derivative efek lainnya, seperti warrant dan

convertible stock.

Menurut Wild (2004), ada beberapa motivasi perusahaan dalam melakukan

SEO: (1) memperoleh sumber dana untuk keperluan investasi dengan harapan

profitabilitas perusahaan akan meningkat, (2) memperbaiki struktur modal

perusahaan, (3) meningkatkan likuiditas perusahaan, (4) sarana meningkatkan

nilai perusahaan, (5) mempertahankan porsi kepemilikan pemegang saham lama,

(6) meningkatkan likuiditas saham dengan penambahan jumlah saham beredar

sehingga dapat meningkatkan volume dan frekuensi perdagangan serta return

saham.

Dengan adanya penawaran saham tambahan kepada investor, diharapkan

perusahaan akan mendapatkan tambahan dana dengan cepat. Namun secara

teoritis, pengumuman perusahaan yang melakukan right issue menyebabkan

harga saham bereaksi negatif, hal tersebut diakibatkan karena adanya systematic

(19)

untuk menginvestasikan dananya. Terkadang, agar kinerja perusahaan terlihat

bagus, pihak manajemen berusaha untuk mengatur laba perusahaan, yaitu dengan

menaikkan laba perusahaan. Dalam Statement of Financial Accounting Concept

(SFAC) No.1 menyebutkan bahwa informasi laba merupakan faktor penting

dalam menaksir kinerja atau pertanggungjawaban manajemen dan informasi laba

tersebut membantu pemilik atau pihak lain untuk melakukan penaksiran atas

earning power perusahaan di masa yang akan datang (Financial Accounting

Standard Board, 1987). Pada praktiknya dari semua elemen laporan keuangan

yang menjadi pusat perhatian investor hanya pada informasi laba tanpa

memperhatikan prosedur yang digunakan untuk menghasilkan informasi laba

tersebut (Beattie, et al., 1994). Kecenderungan investor dan pihak ekstern lainnya

yang lebih berfokus pada informasi laba memicu manajemen melakukan

disfunctional behavior berupa manajemen laba (earning management) atau

manipulasi laba (earning manipulation) untuk menghasilkan laba yang dianggap

normal bagi suatu perusahaan (Bartov, 1993).

Manajemen laba merupakan intervensi manajemen dalam proses menyusun

pelaporan keuangan eksternal sehingga dapat menaikkan atau menurunkan laba

akuntansi. Manajemen laba dapat dilakukan dengan memanfaatkan kelonggaran

penggunaan metode dan prosedur akuntansi, membuat kebijakan-kebijakan

(discretionary) yang dapat mempercepat atau menunda biaya-biaya dan

pendapatan agar laba perusahaan lebih kecil atau lebih besar sesuai dengan yang

(20)

Sejumlah penelitian mengenai analisis manajemen laba seperti dalam

penelitian Jones (1991), Chotourou (2001), Rao dan Dandale (2005), Rajgopal et

al. (2007), manajemen laba sering memfokuskan pada penggunaan discretionary

accruals oleh manajer dalam mengatur laba. Teoh et al. (1998b) dalam Jogiyanto

(2009) menemukan bahwa manajemen melakukan penyesuaian akrual dalam

rangka menaikkan laba menjelang SEO. Rangan (1998) juga menemukan hasil

yang sama.

Beberapa penelitian terdahulu membuktikan bahwa manajer melakukan

manajemen laba menjelang SEO sehingga kinerja saham setelah SEO adalah

rendah. Hasil dari penelitian Teoh et al. (1998b) menyatakan bahwa kinerja

saham rendah setelah SEO untuk perusahaan yang melakukan SEO. Manajer

biasanya berperilaku oportunis dengan melakukan manajemen laba untuk

menaikkan harga saham yang ditawarkannya sehingga ada peningkatan laba

menjelang penawaran dan memuncak pada saat penawaran untuk kemudian

menurun setelah penawaran. Rangan (1998) juga membuktikan bahwa kinerja

saham perusahaan setelah SEO rendah. Hal ini membuktikan bahwa perusahaan

yang melakukan manajemen laba menjelang SEO akan memiliki return saham

lebih rendah dibandingkan perusahaan yang tidak melakukan manajemen laba.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa koefisien regresi hubungan antara

discretionary accruals dan return saham adalah negatif, sehingga Rangan

menyimpulkan bahwa rendahnya kinerja saham mampu dijelaskan oleh

(21)

Penelitian Joni dan Jogiyanto (2009) berhasil menemukan hubungan

manajemen laba sebelum IPO dan return saham dengan kecerdasan investor

sebagai variabel pemoderasi. Koefisien hubungan manajemen laba dengan return

saham yang mempertimbangkan faktor kecerdasan investor bernilai negatif. Hal

ini menunjukkan bahwa manajemen laba yang tinggi menyebabkan return saham

rendah ketika mempertimbangkan faktor kecerdasan investor. Dalam penawaran

saham perdana, investor cenderung menggunakan laporan keuangan sebagai

satu-satunya sumber informasi, sedangkan dalam SEO ada lebih banyak informasi

yang dapat dimanfaatkan investor sebelum membuat keputusan investasinya.

Apabila investor mampu mendeteksi manajemen laba di sekitar IPO hanya

dengan menggunakan informasi dalam laporan prospektus, maka peneliti

menduga dalam SEO ini investor akan lebih banyak mendapatkan informasi masa

lalu perusahaan, informasi saat kini, maupun informasi yang bersifat sebagai

pendapat yang beredar di pasar yang dapat mempengaruhi analisisnya, sehingga

manajemen laba yang dilakukan manajer dengan cepat dapat terdeteksi.

Kepemilikan institusional dinilai dapat mengurangi praktik manajemen laba

karena manajemen menganggap institusi sebagai sophisticated investor serta

dapat memonitor manajemen yang dampaknya akan mengurangi motivasi

manajer untuk melakukan manajemen laba (Siregar dan Utama, 2005). Selain itu

Investor institusional merupakan investor yang canggih atau investor yang cerdas

(sophisticated) yang lebih dapat menggunakan informasi periode sekarang dalam

(22)

(Siregar dan Siddharta, 2006). Konsisten dengan Bartov et al.(2000), Rajgopal

(1999), dan Walther (1997) dalam Jogiyanto (2009) yang menyatakan bahwa

kecerdasan investor (investor sophistication) merupakan faktor penentu hubungan

antara laba dan return. Selain itu Balsam et al.(2002) menyatakan bahwa para

investor yang cerdas mampu mendeteksi manajemen laba lebih cepat daripada

para investor yang tidak cerdas (unsophisticated investors).

Penelitian ini mengacu pada penelitian Joni dan Jogiyanto (2009), yang

meneliti hubungan manajemen laba sebelum IPO dan return saham dengan

kecerdasan investor sebagai variabel pemoderasi dengan sampel perusahaan yang

IPO pada tahun 1990-2002. Variabel dependen yang diuji yaitu manajemen laba

yang memiliki hubungan dengan return saham ketika mempertimbangkan

kecerdasan investor sebagai pemoderasi. SEO dengan mekanisme right issue atau

menjual hak kepada pemegang saham lama untuk membeli saham tambahan

dengan harga tertentu biasa dilakukan oleh perusahaan yang kepemilikannya

terkonsentrasi dengan tujuan untuk melindungi kepentingan pemegang saham

lama agar dapat mempertahankan proporsi kepemilikannya. Penulis tertarik untuk

meneliti pengaruh manajemen laba sebelum SEO dengan mekanisme right issue

terhadap return saham dengan rentan waktu dari tahun 2001-2011. Ketika

perusahaan sudah menjadi perusahaan publik, maka setiap keputusan dan

kegiatan perusahaan akan diawasi, dikontrol, dan dipertanggungjawabkan kepada

publik. Harapannya, hak publik untuk memperoleh informasi yang relevan,

(23)

saham perdana maka investor mempunyai akses dan sumber untuk memperoleh

informasi yang lebih memadai dalam SEO. Selain menggunakan informasi

laporan keuangan maka investor dapat menggunakan berbagai akses dan sumber

informasi lain untuk menilai apakah perusahaan layak sebagai tempat

menginvestasikan dananya.

Meskipun di pasar tersedia informasi yang memadai manajer tetap merupakan

pihak yang lebih superior dibandingkan pihak lain. Hal inilah yang mendorong

dan memotivasi manajer untuk berperilaku oportunis dengan melakukan

manajemen laba. Upaya ini sebenarnya wajar dilakukan manajer perusahaan yang

melakukan SEO sebab secara teoritis terbukti adanya hubungan positif antara

kinerja perusahaan dengan harga saham perusahaan. Semakin tinggi kinerja

perusahaan maka semakin tinggi pula harga sahamnya dan sebaliknya.

Tujuan lain menginformasikan hal-hal yang positif mengenai perusahaan

yaitu agar investor secara positif merespon saham yang ditawarkan. Hal ini

sejalan dengan konsep windows of opportunity yang menjelaskan bahwa manajer

yang oportunis memanfaatkan asimetri informasi antara manajer dan pasar.

Konsep ini juga menjelaskan bahwa kebanyakan perusahaan akan melakukan

penawaran saham tambahan pada saat sahamnya overvalued. Dengan kata lain,

manajer berperilaku oportunis ketika mengetahui investor overoptimist terhadap

nilai penawaran saham tambahan tersebut. Hal ini lah yang mendorong peneliti

melakukan penelitian untuk mengetahui apakah hasil penelitian yang dilakukan di

(24)

Penelitian ini juga ingin membuktikan apakah dengan investor yang cerdas

investor akan mendapatkan informasi yang lebih akurat dan relevan ketika SEO,

sehingga para investor dapat mendeteksi manajemen laba lebih cepat dan

memperhitungkan return saham yang akan diterimanya. Mengingat bahwa ketika

SEO, investor dapat memonitoring manajer melalui rapat umum pemegang saham

dan informasi mengenai perusahaan jauh lebih banyak serta tersedia dibandingkan

saat IPO.

Berdasarkan pernyataan-pernyataan dan penelitian sebelumnya yang telah

disebutkan di atas maka penelitian ini diberi judul “Pengaruh Manajemen Laba

Terhadap Return Saham dengan Kecerdasan Investor Sebagai Variabel Pemoderasi” (Studi Empiris Pada Perusahaan yang Melakukan SEO dan

Terdaftar di BEI periode 2001-2011) B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka masalah yang akan diteliti

dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah perusahaan yang terdaftar di BEI melakukan manajemen laba

sebelum SEO?

2. Apakah manajemen laba sebelum SEO berpengaruh negatif terhadap return

(25)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Untuk menguji apakah perusahaan melakukan manajemen laba di luar

penawaran saham perdana dan pengaruhnya terhadap return saham.

b. Untuk menguji apakah SEO tetap memotivasi perusahaan untuk

melakukan manajemen laba, dan bagaimana pengaruhnya terhadap return

saham dengan mempertimbangkan kecerdasan investor sebagai variabel

pemoderasi.

2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

a. Bagi penulis, sebagai bahan masukan bagi pengembangan pengetahuan

khususnya dalam bidang pasar modal serta dapat menambah pengetahuan

mengenai kondisi pasar modal Indonesia.

b. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

bagi perkembangan studi dengan memberikan bukti empiris mengenai

signaling theory di pasar modal Indonesia terkait dengan reaksi pasar atas

pengumuman informasi laba yang mengandung earning management.

c. Bagi investor dan calon investor yang melakukan investasi di pasar

modal, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan untuk

membuat keputusan investasi, terutama yang terkait dengan pengaruh

(26)

d. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan

pertimbangan untuk kajian penelitian selanjutnya, khususnya penelitian

(27)

11 BAB II

TELAAH PUSTAKA

A. Manajemen Laba

Manajemen laba diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan dengan

sengaja, dalam batasan Generally Accepted Accounting Principles, untuk

mengarah pada suatu tingkat yang diinginkan atas laba yang dilaporkan (Assih,

1998 dalam Muid, 2005). Konsisten dengan pernyataan Sulistyanto (2003),

manajemen laba tidak bisa dikategorikan sebagai kecurangan sejauh apa yang

dilakukannya masih dalam ruang lingkup prinsip akuntansi. Manajer memiliki

beberapa motivasi dalam melakukan manajemen laba, menurut Scott (1997)

dalam Wedari (2004) motivasi dilakukannya manajemen laba tersebut adalah

kontrak bonus, stock price effect, faktor politik, faktor pajak, pergantian chief

executive officer (CEO), dan penawaran saham perdana.

Manajemen laba sering dilakukan dengan memanfaatkan discretionary

accrual. Discretionary accrual adalah suatu cara untuk mengurangi atau

menambah pelaporan laba yang sulit dideteksi melalui manipulasi kebijakan

akuntansi yang berkaitan dengan akrual, misalnya dengan menaikkan biaya

amortisasi atau depresiasi, mencatat kewajiban yang besar terhadap potongan

harga, dan mencatat persediaan yang sudah usang. Discretionary accrual sering

(28)

sebelumnya sesuai dengan konteksnya masing-masing, tetapi manajer mungkin

mempunyai motivasi lain untuk mencatat discretionary accrual yaitu untuk

maksud pemberian sinyal mengenai kinerja manajemen kini, serta yang akan

datang (Widodo, 2005). Dengan discretionary accrual manajer menyembunyikan,

menunda, atau mengubah informasi yang dapat membuat investor mempunyai

persepsi negatif terhadap perusahaan.

Manajemen laba tidak hanya dilakukan perusahaan saat menjelang IPO,

bahkan ketika perusahaan tersebut sudah go public manajemen laba masih sering

dilakukan. Friedlan (1994) menemukan bukti bahwa perusahaan-perusahaan di

Amerika Serikat menaikkan laba akuntansi periode satu tahun setelah IPO.

Syaiful (2002) juga menemukan bukti yang sama untuk BEJ, yakni manajemen

laba dilakukan peiode dua tahun setelah IPO.

Dalam perkembangan usahanya setiap perusahaan pasti membutuhkan

tambahan dana guna membiayai kegiatan investasi dan operasionalnya. Untuk

mendapatkan tambahan dana tersebut perusahaan dapat melakukan seasoned

equity offering (SEO), yakni penawaran sekuritas tambahan (seasoned securities)

yang dilakukan emiten sebagai perusahaan go public kepada masyarakat melalui

pasar modal. Penawaran saham ini dapat dilakukan melalui mekanisme right

issue atau menjual hak (right) kepada pemegang saham lama untuk membeli

(29)

SEO dimaksudkan sebagai alternatif memperoleh sumber dana dan

memperbaiki struktur modal perusahaan. Perusahaan dengan kepemilikan

terkonsentrasi cenderung menggunakan mekanisme right issue untuk memperoleh

tambahan dana tersebut. Dengan dikeluarkannya SEO kepada pemegang saham,

maka pemodal akan mengeluarkan uang untuk membeli saham dari SEO. Uang

yang didapatkan dari investor melalui SEO akan digunakan oleh perusahaan

untuk memperkuat struktur pendanaan atau untuk kebutuhan investasi. Melalui

SEO, perusahaan memperoleh dana dengan cepat dan mudah tanpa memerlukan

jaminan serta tanpa terbebani dengan adanya kewajiban pengembalian yang

disertai bunga (Brealey, et al., 2001).

Sukwadi (2006) menyatakan bahwa aksi perusahaan melalui mekanisme right

issue bisa ditanggapi investor sebagai suatu sinyal positif ataupun negatif.

Perusahaan dengan pertumbuhan kinerja yang tinggi memiliki lebih banyak

kesempatan untuk berinvestasi, maka perusahaan tersebut pasti memerlukan

modal dana yang lebih besar, sehingga pengumuman SEO akan diterjemahkan

investor sebagai sinyal positif karena berhubungan dengan prospek earning

perusahaan yang bagus di masa depan. Sebaliknya investor mungkin akan

menanggapi suatu pengumuman SEO sebagai sinyal negatif bila terdapat indikasi

bahwa investor memandang kinerja perusahaan suram sehingga perusahaan perlu

(30)

Ketika SEO ini dilakukan segala informasi yang dibutuhkan investor

diharapkan dapat lebih akurat dan terpenuhi dibandingkan ketika penawaran

saham perdana, karena ketika IPO investor cenderung menggunakan laporan

keuangan prospektus sebagai satu-satunya sumber informasi perusahaan,

sedangkan ketika SEO ada lebih banyak informasi yang dapat dimanfaatkan

investor untuk membuat keputusan investasinya. Selain menggunakan informasi

laporan keuangan investor dapat menggunakan berbagai akses dan sumber

informasi lain untuk menilai apakah perusahaan layak digunakan sebagai tempat

menginvestasikan dananya.

Meskipun di pasar sudah cukup tersedia informasi yang memadai mengenai

perusahaan, ternyata asimetri informasi antara manajer perusahaan dengan

investor tetap ada, karena hubungan antara manajer (agent) dengan investor

(principal) adalah hubungan kontrak. Hubungan antara agent dan principal dapat

mengarah pada kondisi ketidakseimbangan informasi karena agent memiliki

informasi lebih banyak tentang perusahaan dibandingkan principal. Hal inilah

yang mendorong dan memotivasi manajer untuk berperilaku oportunis melakukan

manajemen laba dengan mengubah, menyembunyikan, atau menunda

angka-angka akuntansi yang disajikan dalam laporan keuangan. Bahkan semakin besar

asimetri informasi, semakin besar pula dorongan manajer bersikap curang dalam

melaporkan kinerja dengan tujuan menyesatkan investor dalam menilai saham

(31)

Secara teoritis manajemen laba dianggap wajar dilakukan manajer perusahaan

yang melakukan SEO, karena terbukti adanya hubungan positif antara kinerja

perusahaan dengan harga saham perusahaan yang bersangkutan. Semakin tinggi

kinerja perusahaan semakin tinggi pula harga sahamnya, sebaliknya semakin

rendah kinerjanya semakin rendah pula harga saham perusahaan tersebut. Maka

tidak mengherankan apabila perusahaan melakukan rekayasa manajerial dengan

pola penaikkan laba selama beberapa periode sebelum SEO. Manajemen laba ini

juga dilakukan pada saat penawaran sehingga kinerja perusahaan terlihat bagus

dibandingkan kinerja sesungguhnya. Bahkan perusahaan juga mengatur agar

kinerjanya seolah-olah mengalami peningkatan selama beberapa periode. Hal ini

dilakukan manajer agar informasi yang diterima investor adalah

informasi-informasi yang positif, dan memberi sinyal bahwa perusahaan mempunyai

kesempatan bertumbuh yang tinggi sehingga investor akan merespon secara

positif terhadap saham yang ditawarkan.

Shivakumar (2000) menunjukkan bahwa manajemen telah melakukan

overstate terhadap earnings sebelum melakukan pengumuman SEO. Shivakumar

memperkenalkan hipotesis yang berlawanan dengan managerial opportunism

hypothesis yaitu managerial response hypothesis. Shivakumar berasumsi bahwa

investor sebenarnya sudah menduga adanya manajemen laba dan secara rasional

berusaha melepaskan pengaruhnya pada saat pengumuman SEO. Oleh karena itu,

(32)

mengantisipasi kemungkinan reaksi investor yang negatif pada saat pengumuman

SEO. Rangan (1998) dan Teoh et al. (1998) menemukan adanya manajemen laba

di sekitar pengumuman SEO. Temuan tersebut menyimpulkan bahwa investor

baru menyadari bahwa perusahaan telah melakukan manajemen laba setelah

terjadi penurunan laba pada kuartal-kuartal setelah SEO. Hal ini berarti bahwa

pengumuman SEO tidak memberikan sinyal negatif bagi investor bahwa

manajemen telah melakukan manajemen laba.

B. Return Saham

Return (kembalian) adalah tingkat keuntungan atau pendapatan yang

dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi surat berharga dalam bentuk saham

yang dilakukannya (Ang, 1997, dalam Wahyuni, 2008). Pada umumnya investor

atau pemodal dalam menanamkan modalnya pada perusahaan, pasti

mengharapkan keuntungan berupa pengembalian yang hendak didapat dari hasil

investasinya. Menurut Jogiyanto (2000) return merupakan hasil yang diperoleh

dari harga saham sekarang dikurangi harga saham sebelumnya dibagi dengan

harga saham sebelumnya.

Return saham merupakan hasil dari investasi yang berupa return terealisasi

(realized return) dan return ekspektasi (expected return). Return terealisasi

merupakan return yang telah terjadi dan dihitung berdasarkan data historis yang

dipergunakan sebagai salah satu pengukur kinerja manajemen perusahaan. Return

(33)

mendatang. Kemudian return ekspektasi merupakan return yang diharapkan oleh

investor atas suatu investasi yang akan diperoleh dimasa yang akan datang (Ang,

1997; dalam Wahyuni, 2008).

Terkadang penerbitan saham baru melalui SEO ditanggapi negatif oleh pasar

karena pihak investor melihat bahwa manajer memiliki informasi yang superior

tentang prospek perusahaan mereka atau terjadi asimetri informasi yang besar

antara manajer dan investor, sehingga menghasilkan reaksi pasar yang negatif.

Sebenarnya reaksi pasar terhadap SEO tidak selalu negatif jika perusahaan dapat

menghasilkan proyek dengan NPV yang positif dan peningkatan kinerja

perusahaan pasca SEO. Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2001), harga

pelaksanaan emisi right selalu ditetapkan lebih rendah dari harga pasar, hal ini

dapat menarik minat pemegang saham untuk membeli saham. Permintaan saham

akan naik diikuti dengan peningkatan harga saham. Meningkatnya volume dan

frekuensi perdagangan saham berarti saham yang diperdagangkan di pasar

sekunder semakin likuid.

Saham dengan tingkat likuiditas tinggi akan memberikan return yang tinggi

pula dibandingkan saham dengan likuiditas rendah. Return saham yang tinggi dan

adanya peningkatan kinerja perusahaan dapat menarik investor untuk memiliki

saham perusahaan tersebut. SEO dapat meningkatkan likuiditas saham

selanjutnya dan meningkatkan return saham. Penelitian Safitri dan Tandelilin

(34)

perusahaan yang melakukan right issue di pasar modal. Return saham yang

meningkat pada hari keempat sampai hari pertama sebelum pengumuman right

issue, menurun sampai hari ketiga setelah right issue, dan kemudian kembali

meningkat lagi.

Kurniawan (2006) meneliti tentang dampak pengumuman right issue terhadap

return saham dan likuiditas saham di BEJ periode tahun 2002–2004. Variabel

penelitian adalah return saham, abnormal return, dan trading volume activity

(TVA). Teknik pengujian hipotesis adalah paired sample t-test. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada return saham,

abnormal return, dan TVA. Right issue tidak berpengaruh terhadap return saham,

abnormal return, dan likuiditas saham sebelum dan sesudah right issue. Marfuah

dan Kusuma (2003) meneliti tentang kemahiran investor dan pola return saham

setelah pengumuman laba. Penelitian tersebut menggunakan 119 sampel

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Penelitian itu

menguji secara empiris pengaruh proporsi saham yang dimiliki oleh investor

institusional sebagai proksi bagi kemahiran investor terhadap hubungan

unexpected earning dan abnormal return setelah pengumuman laba. Kesimpulan

dari penelitian tersebut konsisten dengan penelitian Bartov et al. (2000) dalam

Joni dan Jogiyanto yang mengatakan bahwa variabel kepemilikan institusional

merupakan variabel yang mempunyai daya penjelas lebih tinggi dibandingkan

(35)

mengindikasikan bahwa derajat penetapan harga tak efisien seperti yang

dimanifestasikan dalam abnormal return setelah pengumuman laba berhubungan

negatif dengan proporsi saham yang dimiliki oleh investor institusional.

Widiastuty (2004) juga meneliti hubungan manajemen laba terhadap return

saham dengan menggunakan leverage dan unexpected earnings sebagai variabel

kontrol. Sampel penelitian terdiri atas 72 perusahaan pada perioda 1999-2001.

Hasilnya menunjukkan bahwa manajemen laba berhubungan positif terhadap

return saham. Managerial opportunism hypothesis memprediksi adanya

penurunan abnormal return saham pada jangka panjang setelah SEO namun tidak

memprediksi adanya abnormal return saham yang negatif pada saat pengumuman

SEO karena investor tidak menyadari adanya sinyal manajemen laba pada saat

pengumuman SEO. Rangan (1998) membuktikan bahwa kinerja saham

perusahaan setelah melakukan SEO rendah. Hal tersebut membuktikan bahwa

kinerja saham perusahaan yang melakukan manajemen laba menjelang SEO akan

memiliki return saham lebih rendah dibandingkan perusahaan yang tidak

melakukan manajemen laba. Rangan (1998) mencoba memprediksi return saham

dengan komponen akrual diskresioner untuk mendapatkan koefisien negatif yang

menunjukkan kinerja saham yang rendah tersebut mampu dijelaskan dengan

manajemen laba. Hasilnya menunjukkan bahwa koefisien regresi hubungan antara

akrual diskresioner dan return saham adalah negatif, sehingga dapat disimpulkan

(36)

Untuk itu, sama seperti penelitian terdahulu, penelitian ini juga akan meneliti

pengaruh manajemen laba terhadap return saham dengan hasil yang diharapkan

dapat lebih konsisten dengan data dan periode yang lebih baru dari penelitian

sebelumnya.

C. Kecerdasan Investor

Dalam signaling theory dijelaskan bahwa seorang investor yang rasional akan

melakukan analisa terlebih dahulu sebelum membuat keputusan untuk

berinvestasi, investor membutuhkan informasi yang akan dijadikan sinyal untuk

menilai prospek masa depan perusahaan. Dalam hal ini, informasi yang tersedia

bisa meliputi semua informasi masa lalu, informasi saat kini, maupun informasi

yang bersifat sebagai pendapat atau opini yang beredar dipasar yang

mempengaruhi perubahan harga (Riany, 2008). Jogiyanto (2005) menyatakan

bahwa investor yang cerdas mampu menganalisis informasi lebih lanjut untuk

menentukan apakah informasi memberikan sinyal yang sahih dan dapat

dipercaya, sedangkan investor yang tidak cerdas akan menerima informasi tanpa

menganalisis lebih lanjut. Pernyataan tersebut didukung oleh teori efisiensi pasar

secara keputusan, yang menjelaskan bahwa pasar yang efisien tidak hanya

mempertimbangkan ketersediaan informasi tetapi juga mempertimbangkan

kecanggihan pelaku pasar dalam mengolah informasi untuk pengambilan

keputusan. Pelaku pasar yang canggih tidak akan mudah dibodohi (fooled) oleh

(37)

benar informasi yang diterimanya merupakan sinyal yang valid dan dapat

dipercaya. Jika ternyata sinyal yang diterima merupakan sinyal yang tidak valid

dan karena investor tidak canggih, reaksi mereka yang positif terhadap informasi

yang diterimanya merupakan reaksi yang tidak benar sehingga pasar belum

efisien secara keputusan, karena investor mengambil keputusan yang salah.

Sebaliknya, investor yang canggih akan dapat mengetahui bahwa sinyal dari

informasi yang diterimanya adalah sinyal yang tidak benar, sehingga mereka akan

bereaksi negatif terhadap informasi tersebut.

Bartov et al. (2000a) menguji hubungan antara kecerdasan investor dengan

pola return saham yang diobservasi setelah pengumuman laba kuartalan. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa kecerdasan investor berhubungan secara

negatif dengan pola return abnormal yang diobservasi setelah pengumuman laba

kuartalan. Hasil ini menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat kecerdasan

investor, maka semakin rendah return abnormal setelah pengumuman laba

kuartalan. Ia mendefinisikan investor yang cerdas sebagai investor yang mampu

mengumpulkan dan memproses informasi publik, sedangkan investor yang tidak

cerdas adalah investor yang hanya menggunakan informasi keuangan pers dan

intuisi serta tidak melakukan analisis laporan keuangan dengan baik.

D. Pertumbuhan Perusahaan

Pertumbuhan perusahaan diproksikan dengan pertumbuhan aktiva yang

(38)

dijadikan sebagai prediksi pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang.

Laju pertumbuhan suatu perusahaan akan mempengaruhi kemampuan

mempertahankan keuntungan dalam mendanai kesempatan-kesempatan investasi

pada masa yang akan datang. Pertumbuhan perusahaan akan menimbulkan

konsekuensi pada peningkatan investasi dan akhirnya membutuhkan penyediaan

dana. Pendekatan pertumbuhan perusahaan merupakan suatu komponen untuk

menilai prospek perusahaan dan dalam manajemen keuangan diukur berdasarkan

perubahan aktiva perusahaan. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang

tinggi diharapkan dapat memanfaatkan kesempatan investasi yang tersedia dan

dari investasi tersebut diharapkan dapat memberikan return yang tinggi juga.

E. Manajemen Laba, Return Saham, dan Kecerdasan Investor

Penelitian Joni dan Jogiyanto (2009) yang meneliti mengenai hubungan

manajemen laba sebelum IPO dan return saham dengan menggunakan kecerdasan

investor sebagai variabel pemoderasi membuktikan bahwa koefisien hubungan

manajemen laba dengan return saham yang mempertimbangkan faktor

kecerdasan investor bernilai negatif. Hal ini menunjukkan bahwa manajemen laba

yang tinggi menyebabkan nilai harga saham rendah ketika mempertimbangkan

faktor kecerdasan investor.

Bartov et al. (2000a), Rajgopal (1999), dan Walther (1997) menyatakan

bahwa kecerdasan investor (investor sophistication) merupakan faktor penentu

(39)

(investor cerdas dan tidak cerdas) terhadap manajemen laba disekitar pelaporan

keuangan kuartalan (10-Q), hasilnya menunjukkan bahwa para investor yang

cerdas mampu mendeteksi manajemen laba lebih cepat daripada investor yang

tidak cerdas.

Pada umumnya penelitian-penelitian menggunakan kepemilikan institusi

sebagai proksi kecerdasan investor (Hand 1990; Utama dan Cready 1997; Walther

1997; El-Gazzar 1998; dan Bartov et al. 2000a). Marfuah dan Kusuma (2003)

berpendapat bahwa semakin besar proporsi saham yang dimiliki oleh investor

institusional, maka semakin kecil kesalahan penetapan harga pada saham tersebut.

Alasan utama yang membuat kepemilikan institusi cocok dijadikan proksi

kecerdasan investor karena institusi memiliki informasi privat yang lebih banyak

dan memiliki tim analis yang canggih untuk menganalisis informasi daripada

investor individu (Mayer 1988; Shiller dan Pound 1989). Alasan lain adalah

karena investor institusi siap melakukan investasi pada sejumlah besar

perusahaan.

F. Perumusan Hipotesis

Adanya asimetri informasi antara manajer perusahaan dengan investor

mendorong dan memotivasi manajer melakukan manajemen laba. Tujuan

dilakukannya manajemen laba agar informasi-informasi yang diterima investor

(40)

investor untuk membeli saham tambahan yang dilakukan melalui right issue. Dari

beberapa penelitian dan teori yang sudah dijelaskan sebelumnya dapat

disimpulkan bahwa perusahaan cenderung meningkatkan kinerja pada saat

sebelum SEO dengan cara mengatur laba dalam bentuk peningkatan laba (income

increasing), yang pada akhirnya menyebabkan penurunan laba jangka panjang

pada periode setelah SEO.

Pada penelitian ini akan diuji kembali mengenai manajemen laba yang

dilakukan oleh perusahaan sebelum SEO dengan data dan periode yang lebih

baru. Berdasarkan teori dan hasil penelitian sebelumnya, maka dapat dirumuskan

hipotesis alternatif pertama yang dinyatakan sebagai berikut :

H1 : Perusahaan yang terdaftar di BEI melakukan manajemen laba sebelum SEO.

Jogiyanto (2009) menyatakan bahwa dengan kepemilikan institusional sebesar

40% investor dianggap mahir dan dapat mendeteksi adanya manajemen laba

dalam setiap laporan keuangan perusahaan. Investor institusional umumnya

memiliki informasi privat yang lebih banyak dan memiliki tim analis yang lebih

canggih untuk menganalisis informasi daripada investor individu.

Penelitian ini akan menguji pengaruh manajemen laba sebelum SEO terhadap

return saham dengan menggunakan kecerdasan investor sebagai variabel

pemoderasi. Penelitian ini berbeda dengan penelitian Joni dan Jogiyanto (2009),

(41)

sebagai suatu peristiwa yang dilakukan perusahaan setelah perusahaan tersebut go

public. Sedangkan penelitian Joni dan Jogiyanto (2009) meneliti mengenai

hubungan manajemen laba sebelum IPO dan return saham dengan menggunakan

kecerdasan investor sebagai variabel pemoderasi yang hasil koefisien hubungan

manajemen laba dengan return saham yang mempertimbangkan faktor

kecerdasan investor bernilai negatif. Selain itu, dalam penelitian ini peneliti ingin

mengetahui apakah kecerdasan investor memperkuat pengaruh manajemen laba

terhadap return saham, mengingat pada saat SEO ini informasi yang tersedia

lebih banyak serta mempertimbangkan kecanggihan pelaku pasar dalam

menganalisis informasi yang diterimanya. Investor yang tidak cerdas akan

langsung menerima informasi tanpa menganalisis informasi tersebut lebih lanjut,

sehingga ia akan bereaksi positif terhadap saham yang ditawarkan dan keputusan

yang diambilnya menjadi salah dalam berinvestasi. Sedangkan investor yang

cerdas mampu menganalisis informasi lebih lanjut sehingga ketika informasi yang

diterimanya merupakan informasi yang salah dan mengandung manajemen laba,

ia akan bereaksi negatif terhadap saham yang ditawarkan dan keputusannya benar

dalam berinvestasi. Berdasarkan teori efisiensi pasar dan penelitian Joni dan

Jogiyanto (2009) sebelumnya, maka dapat disusun hipotesis alternatif kedua

(42)

H2 : Terdapat pengaruh negatif manajemen laba terhadap return saham, ketika investor cerdas.

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Variabel Dependen Variabel Pemoderasi

Kecerdasan Investor

Return Saham Variabel Independen

Manajemen Laba Sebelum SEO

Pertumbuhan Perusahaan

(43)

27 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini, digunakan satu variabel bebas, variabel terikat, variabel

kontrol dan variabel moderasi. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah

manajemen laba, variabel terikatnya adalah return saham, variabel kontrolnya

adalah pertumbuhan aktiva, sedangkan variabel moderasi penelitian ini adalah

kecerdasan investor.

2. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel a. Variabel Independen

Dalam penelitian ini manajemen laba merupakan variabel independen.

Manajemen laba adalah intervensi atau campur tangan manajemen dalam proses

penyusunan laporan keuangan dengan tujuan memaksimalkan keuntungan pribadi

(Schipper, 1989). Dalam penelitian ini manajeman laba diukur dengan

menggunakan pendekatan instrumental variabel (IV). Dipilihnya model Kang dan

Sivaramakrishnan karena model ini merupakan model yang relatif paling baik

dibandingkan model akrual lainnya seperti model random walk, mean-reverting,

(44)

mengurangi masalah omitted variables dengan menambahkan regressors selain

penjualan, yaitu komponen biaya seperti kos penjualan dan biaya-biaya lainnya,

serta mengurangi masalah simultanitas dan kesalahan dalam variabel karena

model ini menggunakan instrumental variabel (Thomas dan Zang, 2000).

Formula pendekatan instrumental variabel adalah sebagai berikut:

ACCBi,t/Ai,t-1= Φ0 + Φ1(δ1REVt /Ai,t-1) + Φ2(δ2EXPi,t /Ai,t-1) + Φ3(δ3GPPEi,t /Ai,t-1) +

νi,t(4)

dengan:

δ1 = ARTi,t-1/REVi,t-1;δ2 = OCALi,t-1/EXPi,t-1;δ3 = DEPi,t-1/GPPEi,t-1.

Keterangan :

ACCBit = saldo akrual = CAi,t– CASHi,t –CLi,t – DEPi,t;

Ait = aktiva total tahun t;

CAi,t = aktiva lancar perusahaan i pada tahun t;

CASHi,t= kas perusahaan i pada tahun t;

CLi,t= utang lancar perusahaan i pada tahun t;

DEPi,t-1 = biaya depresiasi dan amortisasi perusahaan i pada tahun t-1;

ARTi,t-1 = piutang dagang perusahaan i pada tahun t-1;

REVi,t= pendapatan perusahaan ke i pada tahun ke t;

OCALi,t-1 = aktiva lancar – piutang dagang – kas – utang lancar perusahaan i pada

tahun t-1;

EXPi,t-1= penjualan bersih – laba operasi – biaya depresiasi perusahaan i pada tahun t

(Thomas dan Zhang, 2000);

(45)

Pendekatan ini menyatakan bahwa manajemen laba terjadi apabila nilai akrual

diskresioner (DA) > 0. Untuk pengujia DA > 0 dilakukan dengan menggunakan

pendekatan statistik parametrik, yaitu one sample t-test.

b. Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini menggunakan cumulative abnormal

return (CAR) yang dihitung dengan pendekatan Market Adjusted Model. Formula

CAR sebagai berikut :

ARDPt = RETHt - RETPBNt

Keterangan :

ARDPt = Abnormal Return disesuaikan pasar

RETHt = Return saham harian emiten hari ke t

RETPBNt = Return pasar harian ke t

c. Variabel Moderasi

Variabel moderasi dalam penelitian ini adalah kecerdasan investor. Penelitian

ini menggunakan kepemilikan institusi sebagai proksi dari kecerdasan investor

dan cutoff 40% atau lebih kepemilikan institusi menunjukkan investor cerdas.

Kepemilikan institusional adalah jumlah kepemilikan saham perusahaan oleh

pihak institusi keuangan, seperti perusahaan asuransi, bank, dana pensiun dan

asset manajemen. Kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk

mengendalikan pihak manajemen melalui proses monitoring secara efektif

(46)

Persentase saham tertentu yang dimiliki oleh investor institusional dapat

mempengaruhi proses penyusunan laporan keuangan yang tidak menutup

kemungkinan terdapat akrualisasi sesuai kepentingan pihak manajemen. Adapun

indikator yang digunakan untuk mengukur kepemilikan institusi adalah persentase

jumlah saham yang dimiliki oleh pihak institusi dari seluruh jumlah modal saham

yang beredar, karena investor institusi dianggap siap untuk berinvestasi pada

sejumlah besar perusahaan. Selain itu investor institusi memiliki resiko yang

cukup besar sehingga ketika mempertimbangkan suatu investasi haruslah penuh

ketelitian dan kecermatan dalam menganalisis informasi yang diterimanya,

sehingga ketika terjadi suatu kerugian investor sudah siap dengan segala resiko

yang akan diterimanya. Oleh karena itu kepemilikan institusi cocok dijadikan

sebagai proksi dari kecerdasan investor.

d. Variabel Kontrol

Variabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat

konstan.Variabel kontrol digunakan agar pengaruh variabel independen terhadap

variabel dependen tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti. Variabel

kontrol yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat pertumbuhan

perusahaan.

Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi memiliki lebih banyak

kesempatan untuk berinvestasi, maka perusahaan tersebut pasti memerlukan

modal dana yang lebih besar, sehingga pengumuman SEO akan diterjemahkan

(47)

perusahaan yang bagus di masa depan. Tingkat pertumbuhan perusahaan diukur

dari tingkat kenaikan aktiva setiap tahunnya dengan menghitungnya sebagai

berikut :

Tingkat Pertumbuhan = –

B. Populasi dan Sampel

Populasi adalah jumlah dari keseluruhan objek (satuan atau individu) yang

karakteristiknya hendak diduga, yang mana satuan-satuan individu ini disebut

dengan unit analisis. Populasi yang dipilih dalam penelitian adalah seluruh

perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Penelitian ini menggunakan data

perusahaan yang melakukan SEO pada tahun 2001 hingga tahun 2010. Penelitian

ini hendak meneliti periode laporan keuangan sebelum SEO (t-1). Karena peneliti

ingin mengetahui apakah pada saat SEO manajer terbukti melakukan manajemen

laba, dan penelitian ini ingin menguji apakah kecerdasan investor memperkuat

atau memperlemah pengaruh manajemen laba terhadap return saham.

Pemilihan sampel pada penelitian ini adalah data perusahaan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia yang melakukan SEO mulai tahun 2001 hingga tahun 2011.

Adapun teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling,

yaitu pengambilan sampel dengan memilih anggota sampel berdasarkan

(48)

1. Sampel merupakan perusahaan manufaktur yang telah terdaftar di BEI

sejak tahun 2001 hingga tahun 2011 dan melakukan SEO selama periode

tahun 2001 hingga 2011.

2. Perusahaan sampel harus menerbitkan laporan keuangan secara

terus-menerus baik sebelum maupun sesudah SEO.

3. Perusahaan sampel harus menyediakan informasi kepemilikan institusi.

4. Perusahaan sampel merupakan perusahaan dengan kepemilikan institusi

40% atau lebih.

C. Jenis dan Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan

satu tahun sebelum SEO (t-1), untuk mengetahui selisihnya dengan laporan

keuangan pada saat SEO sebagaimana yang digunakan dalam rumus serta dengan

perusahaan yang memiliki kepemilikan institusional ≥ 40%. Kemudian data lain

yang juga digunakan dalam penelitian ini adalah data harga saham harian dan

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) untuk menghitung return perusahaan

secara individu serta return pasar selama tujuh hari setelah perusahaan

mengumumkan right issue. Adapun data tersebut diperoleh dari perusahaan yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia, Indonesian Capital Market Directory (ICMD)

dan IDX Statistics.

D. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengambilan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan

(49)

perusahaan serta data harga saham harian dan indeks harga saham yang

dipublikasikan oleh BEI. Pengumpulan data ini bertujuan untuk memperoleh data

perusahaan mengenai kemungkinan terjadinya manajemen laba dan pengaruhnya

terhadap return saham dengan melihat kecerdasan investor yang diukur melalui

besarnya kepemilikan institusional perusahaan.

E. Teknik Analisis Data 1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data

yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum, dan

minimum. Dalam penelitian ini analisis statistik deskriptif digunakan untuk

mengetahui gambaran mengenai manajemen laba, pertumbuhan perusahaan,

kepemilikan institusi serta return saham pada perusahaan yang telah terdaftar

di BEI dan melakukan SEO.

2. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2005)

dalam Ahmad (2011). Menurut Ghozali, 2005 dalam uji normalitas ini metode

yang handal adalah dengan melihat normal probability plot yang

membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal daripada dengan

(50)

3. Uji Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui, menguji serta

memastikan kelayakan model regresi yang digunakan dalam penelitian ini,

dimana data tersebut digunakan secara normal, bebas dari autokorelasi,

multikolinieritas, serta heteroskedastisitas.

a. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan penyimpangan (variance) dari residual

satu pengamatan ke pengamatan lain. Model regresi yang baik adalah

yang tidak terjadi heteroskedastisitas. Deteksi heteroskedasitas dapat

dilakukan dengan uji Glejser.

Adapun dasar dari menganalisis untuk mendeteksi ada atau

tidaknya heteroskedastisitas adalah :

1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola

tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian

menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi

heteroskedastisitas.

2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan

dibawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi

(51)

Apabila variabel independen signifikan secara statistik dalam

mempengaruhi variabel dependen, maka terdapat indikasi terjadi

heteroskedastisitas.

b. Uji Multikolineeritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model

regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen).

Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara

variabel independen. Jika variabel independen saling berkolerasi,

maka variabel-variabel ini tidak orthogonal. Hartmann dan Moers

(1999) dalam Jogiyanto (2004) memberikan argumen bahwa

multikolinearitas dalam model regresi yang menguji efek moderasi

tidak terjadi karena koefisien dari interaksi (DA*INST) tidak sensitif

terhadap perubahan dari titik awal skala (misalnya ditransformasikan

untuk ditengahkan berdasarkan nilai rata-ratanya) dari DA dan INST,

sehingga multikolinearitas tidak menjadi masalah ketika menerapkan

model regresi moderasian. Berdasarkan argumen ini peneliti tidak

melakukan pengujian multikolinearitas.

c. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t

dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika

(52)

Autokorelasi terjadi apabila penyimpangan pada periode t-1

(sebelumnya) atau terjadi korelasi diantara kelompok observasi yang

diurutkan menurut waktu (pada data time series). Untuk menguji

autokorelasi penelitian ini digunakan uji Durbin – Watson (DW test).

Uji Durbin–Watson hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu

(first order autocorrelation) dan mensyaratkan adanya intercept

(konstanta) dalam model regresi dan tidak ada variabel lagi diantara

variabel independen.

4. Uji Hipotesis

a. Melakukan pengujian hipotesis dengan analisis regresi berganda

Uji regresi berganda adalah analisis peramalan nilai pengaruh dua

variabel bebas atau lebih terhadap satu variabel terikat. Analisis regresi

berganda dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui pengaruh

manajemen laba terhadap return saham. Adapun bentuk model yang akan

diuji dalam penelitian ini, yaitu:

Keterangan :

INST : kepemilikan institusi perusahaan i adalah 40% atau lebih

b. Menetukan rumusan hipotesis

H01: β1 = 0, Perusahaan tidak melakukan manajemen laba sebelum SEO.

(53)

H02: β3 ≥ 0, Manajemen laba tidak berpengaruh negatif terhadap return

saham, ketika investor cerdas.

Ha2: β3 < 0, Manajemen laba berpengaruh negatif terhadap return saham,

ketika investor cerdas.

c. Uji t

Uji t adalah pengujian secara statistik untuk mengetahui apakah

manajemen laba secara individual mempunyai pengaruh terhadap return

saham. Jika tingkat probabilitasnya lebih kecil dari 0,05 maka dapat

dikatakan manajemen laba berpengaruh terhadap return saham.

Adapun prosedur pengujiannya adalah setelah melakukan perhitungan

terhadap t hitung, kemudian membandingkan nilai t hitung dengan t tabel.

Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut :

1. Apabila t hitung > t tabel dan tingkat signifikansi ( α ) < 0,05, maka Ho

yang menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh manajemen laba secara

parsial terhadap return saham ditolak. Ini berarti secara parsial

manajemen laba berpengaruh signifikan terhadap return saham.

2. Apabila t hitung < t tabel dan tingkat signifikansi ( α ) > 0,05 , maka Ho

diterima, yang berarti secara parsial manajemen laba tidak berpengaruh

(54)

38 BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Sampel

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data laporan keuangan

tahunan perusahaan yang melakukan SEO dan terdaftar di BEI pada tahun

2001-2011. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive

sampling dengan didasarkan pada 4 kriteria. Atas dasar kriteria-kriteria tersebut,

jumlah sampel yang digunakan sebanyak 30 perusahaan, hal ini dikarenakan

keterbatasan perusahaan manufaktur yang melakukan SEO dengan kepemilikan

institusi > 40%. Tabel 4.1 menyajikan prosedur pemilihan sampel penelitian

sebagai berikut :

Tabel 4.1

Prosedur Pemilihan Sampel Penelitian

Keterangan Jumlah Perusahaan

Perusahaan yang melakukan SEO selama periode

tahun 2001 hingga tahun 2011 37

Perusahaan yang tidak termasuk sampel yaitu : Tidak memiliki laporan keuangan satu tahun

sebelum SEO ( 0 )

Laporan keuangan tidak lengkap ( 0 )

Investor dengan kepemilikan < 40% ( 4 )

Data terlalu ekstrim (data outlier) ( 3 )

(55)

B. Analisis Data

Data penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 30

sampel perusahaan. Data yang dianalisis dalam penelitian ini terdiri dari variabel

independen manajemen laba, variabel dependen return saham, variabel kontrol

pertumbuhan perusahaan, dan variabel pemoderasi kecerdasan investor.

Berikut akan dijelaskan analisis statistik deskriptif yaitu menjelaskan

deskripsi data dari seluruh variabel yang akan dimasukkan dalam model

penelitian.

a. Statistik Deskriptif

Tabel 4.2 menyajikan statistik deskriptif untuk variabel-variabel dalam

model penelitian ini. Data sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah 30 perusahaan dengan kepemilikan institusi ≥ 40%.

Variabel-variabel yang disajikan adalah discretionary accrual (DA), cumulative

abnormal return (CAR), kepemilikan institusi (INST), pertumbuhan

perusahaan (Growth). Adapun hasil analisisnya sebagai berikut:

Tabel 4.2

Hasil Statistik Deskriptif

Statistik Deskriptif Min Maks Mean Deviasi

Standar Discretionary Accruals 0,0624 0,2110 0,105028 0,0428779

Pertumbuhan Perusahaan -0,7000 234,60 9,0707 42,76878

Kepemilikan Institusi 0,4005 0,9552 0,653060 0,1459654

(56)

Discretionary accruals (DA) merupakan besarnya manajemen laba

yang dilakukan oleh suatu perusahaan dimana manajemen dalam

penyusunan laporan keuangan dapat menaikkan atau menurunkan laba

perusahaan. Berdasarkan hasil pengujian statistik deskriptif dapat

diketahui bahwa dari 30 perusahaan sampel yang SEO pada tahun

2001-2011 mempunyai discretionary accruals terendah sebesar 0,0624,

sementara nilai tertinggi sebesar 0,2110, dengan standar deviasi sebesar

0,105028. Adapun nilai rata-rata discretionary accruals-nya adalah

0,0428779. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan melakukan

manajemen laba dengan menaikkan laba 1 tahun sebelum SEO.

Pertumbuhan perusahaan (Growth) dihitung berdasarkan total aktiva

yang dimiliki setiap tahunnya. Hasil statistik deskriptif pertumbuhan

perusahaan menunjukkan nilai minimum sebesar -0,7000 dan nilai

maksimum sebesar 234,60 dengan rata-rata tingkat pertumbuhan sebesar

9,0707. Hal ini menunjukkan perusahaan yang melakukan SEO dalam

tingkat pertumbuhan yang tinggi.

Kepemilikan institusi perusahaan sampel yang diobservasi sangat

tinggi, ditunjukkan dengan nilai rata-rata sebesar 65,3%. Kepemilikan

institusi terendah sebesar 40%, sedangkan nilai tertinggi sebesar 95%

dengan nilai standar deviasi sebesar 14,6%. Tingkat kepemilikan institusi

Gambar

Tabel 4.2 : Hasil Statistik Deskriptif  .............................................................................
Gambar 2.1 :  Kerangka Pemikiran  .........................................................................
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Tabel 4.1 Prosedur Pemilihan Sampel Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Judul Kegiatan : ”Sprinkle Irrigation With Soil Amandement System On Vertical Axis Windmill” Sebagai Alternatif Tenaga Penggerak Pompa Pada Irigasi Lahan Pertanian 2..

Selanjutnya bila ada rekanan/perusahaan peserta pelelangan yang berkeberatan atas pengumuman ini, maka diberikan kesempatan untuk mengajukan secara tertulis selambat- lambatnya

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Independen (Iklim Psikologis dan Komitmen Organisasi) secara siginifikan positif mempengaruhi variabel depanden kinerja

Dari perspektif finansial, menunjukan kinerja perusahaan dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2007 sudah cukup baik karena keuangannya diatas ratarata yang diajukn ole hank

Pejantan unggul hasil dari seleksi di sentra sapi Sonok dan di sentra bibit sapi karapan dapat ditempatkan/ dijual pada peternak di tiap-tiap kecamatan, khususnya desa yang

Microarray memiliki dimensi data yang sangat besar oleh karena itu, untuk meningkatkan akurasi diagnosis kanker tersebut maka dibandingkan dengan teknik

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pemahaman konsep IPA Fisika siswa kelas V yang rendah di SD Negeri Kecamatan Sleman sehingga berpeluang terjadi miskonsepsi..

Perjanjian Kontrak Kerja adalah perjanjian antara pegawai baru dengan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Brawijaya yang memuat hak dan kewajiban di kedua belah