• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KERANGKA TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KERANGKA TEORI"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KERANGKA TEORI

2.1 Perilaku Konsumen

2.1.1 Pengertian Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen adalah perilaku dari konsumen akhir, individu dan rumah tangga, yang membeli barang dan jasa untuk konsumsi pribadi (Kotler dan Keller, 2007:214). Perilaku konsumen dapat diartikan sebagai semua kegiatan, tindakan, serta proses psikologis yang mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum membeli, ketika membeli, menggunakan, menghabiskan produk dan jasa setelah melakukan hal-hal diatas atau kegiatan mengevaluasi (Sumarwan, 2004:26).

Schiffman dan Kanuk (Sumarwan, 2004:26) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai berikut.

“The term consumer behaviour refers to the behaviour that consumers display in searching for, purchasing, using, evaluating, and disposing of products and services that they expect will satisfy their needs”

“Istilah perilaku konsumen diartikan sebagai perilaku yang diperlihatkan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka.”

(2)

2.1.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen antara lain faktor kebudayaan, faktor sosial, faktor pribadi dan faktor psikologis (Kotler dan Keller, 2007:214).

1. Faktor kebudayaan

Faktor-faktor budaya memberikan pengaruh yang luas dan dalam pada tingkah laku konsumen. Pemasar harus mengetahui peran yang dimainkan oleh budaya, subbudaya dan kelas sosial pembeli.

a. Budaya adalah kumpulan nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan, dan tingkah laku yang dipelajari oleh seorang anggota masyarakat dari keluarga dan lembaga penting lainnya. Setiap budaya terdiri dari beberapa subbudaya yang lebih kecil.

b. Subbudaya adalah sekelompok orang yang mempunyai sistem nilai sama berdasarkan pada pengalaman hidup dan situasi. Subbudaya termasuk nasionalitas, agama, kelompok ras, dan wilayah geografi. Banyak subbudaya membentuk segmen pasar penting dan pemasar sering kali merancang produk dan program pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka.

c. Kelas sosial adalah divisi masyarakat yang relatif permanen dan teratur dengan para anggotanya menganut nilai-nilai, minat dan tingkah laku yang serupa. Kelas sosial bukan ditentukan oleh satu faktor tunggal, seperti pendapatan, tetapi diukur sebagai kombinasi dari pekerjaaan, pendapatan, pendidikan, kekayaan dan variabel lain. Pemasar tertarik

(3)

pada kelas sosial karena orang dalam kelas sosial tertentu cenderung menunjukkan tingkah laku membeli yang serupa.

2. Faktor sosial

Faktor sosial merupakan faktor yang berkaitan dengan kesatuan sosial yang menjadi tempat individu berinteraksi satu sama lain karena adanya hubungan antara mereka. Faktor sosial terdiri dari:

a. Kelompok referensi merupakan kelompok-kelompok yang memberikan pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap sikap dan perilaku seseorang.

b. Keluarga merupakan kelompok yang terdiri dari dua atau lebih yang berhubungan melalui darah, perkawinan atau adopsi dan tinggal bersama.

c. Peran dan status, peran meliputi kegiatan yang diharapkan akan dilakukan oleh seseorang dan masing-masing peran menghasilkan status. Status dan peran dapat berhubungan dengan kedudukan seseorang dalam masyarakat, setiap peranan yang dimainkan akan mempengaruhi perilaku pembelinya.

3. Faktor pribadi

Faktor pribadi meliputi usia dan tahap siklus hidup, pendidikan, pekerjaan, keadaan ekonoi, gaya hidup serta kepribadian dan konsep diri pembeli. a. Usia dan tahap siklus hidup

Pembelian seseorang terhadap barang dan jasa akan berubah-ubah selama hidupnya. Demikian halnya dengan selera seseorang berhubungan dengan usianya.

(4)

b. Pekerjaan

Dengan adanya kelompok-kelompok pekerjaan, perusahaan dapat memproduksi produk sesuai dengan kebutuhan kelompok pekerjaan tertentu.

c. Keadaan ekonomi

Keadaan ekonomi seseorang dapat dilihat dari tingkat pendapatan yang dapat berpengaruh terhadap pilihan produk.

d. Gaya hidup

Gaya hidup seseorang adalah pola hidup seseorang yang turut menentukan perilaku pembelian.

e. Kepribadian dan konsep diri

Kepribadian adalah ciri-ciri psikologis yang membedakan setiap orang sedangkan konsep diri lebih kearah citra diri.

4. Faktor psikologis

Faktor psikologis merupakan faktor dasar dalam perilaku konsumen yang dapat mempengaruhi keputusan pembelian. Ada beberapa faktor yang terkait dengan faktor psikologis ini yaitu:

a. Motivasi

Motivasi merupakan suatu dorongan kebutuhan dan keinginan individu yang diarahkan pada tujuan untuk memperoleh kepuasan.

b. Persepsi

Persepsi merupakan sebagai proses bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur dan menginterpretasikan masukan-masukan informasi untuk menciptakan gambaran keseluruhan yang berarti.

(5)

c. Pembelajaran

Pembelajaran bisa diartikan sebagai perubahan-perubahan perilaku yang terjadi sebagai akibat adanya pengalaman.

d. Keyakinan dan sikap

Keyakinan merupakan gambaran pemikiran seseorang tentang suatu hal. Sikap merupakan evaluasi, perasaan emosional, dan kecenderungan tindakan yang menguntungkan atau tidak menguntungkan dan bertahan lama dari seseorang terhadap suatu objek atau gagasan.

2.2 Negara Asal (Country Of Origin)

Country of origin merupakan penilaian konsumen secara umum terhadap

negara asal merek produk berdasarkan informasi yang diterima dari berbagai sumber (Yasin dkk., 2007). Country of origin effect adalah segala pengaruh dari negara asal terhadap persepsi positif maupun negatif konsumen atas produk dan merek tertentu. Persepsi masing-masing individu di setiap negara berbeda-beda terhadap seberapa penting dampak negara asal bagi keputusan pembelian yang mereka lakukan. Implikasinya, reputasi suatu negara bisa berbeda-beda di setiap negara dan bisa berubah seiring perubahan waktu (Tjiptono dan Chandra, 2012:444).

Efek negara asal ini yang biasanya dikomunikasikan dengan frasa “made

in” mempunyai pengaruh besar pada persepsi sebuah produk. Manufaktur produk

di negara-negara tertentu dipengaruhi oleh jenis streotipe terpasang positif atau negatif menyangkut mutu produk. Banyak produk yang menyertakan label “dibuat

(6)

inisial/made in” karena label ini penting untuk konsumen. Konsumen sering bergantung pada negara asal sebagai syarat untuk mengevaluasi produk (Simamora, 2000:554).

Banyak penelitian yang membuktikan bahwa evaluasi yang dilakukan konsumen atas suatu produk tidak hanya didasarkan pada daya tarik dan karakteristik fisik produk saja, tetapi juga berdasarkan negara yang memproduksinya. Negara asal juga didefinisikan sebagai pengaruh yang dimiliki negara yang memproduksi, merangkai, atau mendesain terhadap persepsi positif maupun negatif konsumen atas produk. Konsumen biasanya memiliki persepsi umum atas produk yang dinilai baik yang berasal dari suatu negara, misalnya parfum dari Perancis, jam dari Swiss, kulit dari Italia, mobil dari Jerman, sutra dari China, dan seterusnya (Cateora dan Graham, 2007:71).

Dengan demikian, label “made in” masih menjadi atribut yang memegang peranan penting dalam kegiatan pemasaran internasional. Perusahaan juga dituntut melakukan pemasaran yang efektif dengan memperhatikan penilaian konsumen atas citra negara asal produk, serta mempertimbangkan perbedaan sikap mereka dalam proses evaluasi produk secara keseluruhan. Persepsi konsumen terhadap negara asal suatu produk meliputi (Laroche, dkk., 2005):

1. Komponen kognitif, yang meliputi kepercayaan konsumen mengenai perkembangan industri dan kemajuan teknologi suatu negara tersebut. 2. Komponen afektif, yang menjelaskan respon konsumen terhadap

(7)

3. Komponen konatif, terdiri dari tingkat keinginan konsumen untuk berinteraksi dengan negara tersebut.

Keyakinan konsumen atas suatu negara dapat diukur dari tujuh hal berikut yakni inovasi negara dalam berproduksi, kemajuan teknologi, desain produk, kreativitas berproduksi, kualitas produksi, prestise, dan citra atau reputasi yang dimiliki suatu negara (Yasin dkk.. 2007).

2.3 Merek (Brand)

2.3.1 Pengertian Merek

Merek adalah nama, istilah, simbol, rancangan atau kombinasi dari hal-hal tersebut yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari seorang atau sekelompok penjual dan untuk membedakannya dari produk pesaing (Kotler dan Keller, 2007:332). Konsumen melihat merek sebagai bagian produk yang penting dan merek dapat menambah nilai produk. Pemerekan membantu pembeli dalam berbagai cara. Nama merek juga memberitahu konsumen seberapa tinggi kualitas produk. Pembeli yang selalu membeli merek yang sama mengetahui bahwa mereka akan mendapat fitur, manfaat, dan kualitas yang sama setiap kali mereka melakukan pembelian. Nama merek menjadi dasar utama dalam mengenali kualitas khusus yang dimiliki produk tersebut.

Merek merupakan janji penjual untuk secara konsisten memberikan tampilan, manfaat dan jasa tertentu pada pembeli. Merek-merek terbaik memberikan mutu, tetapi merek lebih dari sekedar simbol. Merek adalah nama penting bagi sebuah produk atau jasa. Merek adalah simbol dan indikator kualitas dari sebuah produk. Merek-merek produk yang sudah lama dikenal oleh

(8)

konsumen telah menjadi sebah citra bahkan simbol status bagi produk tersebut. Maka tidaklah mengherankan jika merek seringkali dijadikan kriteria dalam mengevaluasi suatu produk (Sumarwan, 2004:303).

Merek mengidentifikasikan sumber atau pembuat produk dan memungkinkan konsumen untuk menuntut tanggung jawab atas kinerjanya kepada pabrikan atau distributor tertentu. Konsumen dapat mengevaluasi produk yang sama secara berbeda tergantung pada bagaimana pemerekan produk tersebut. Merek juga menandakan tingkat kualitas tertentu sehingga pembeli yang puas dapat dengan mudah memiliki produk kembali. Bagi perusahaan, merek mempresentasikan bagian properti hukum yang sangat berharga dan dapat memengaruhi perilaku konsumen, dapat dibeli dan dijual, dan memberikan keamanan pendapatan masa depan yang langgeng bagi pemiliknya.

2.3.2 Manfaat Merek

Merek bermanfaat bagi produsen dan konsumen. Bagi produsen, merek berperan penting sebagai (Tjiptono, 2011:43):

a. Sarana identifikasi untuk memudahkan proses penanganan atau pelacakan produk bagi perusahaan.

b. Bentuk proteksi hukum terhadap fitur atau aset produk yang unik.

c. Signal tingkat kualitas bagi para pelnggan yang puas, sehingga mereka bisa dengan mudah memilih dan membeli lagi di lain waktu.

d. Sarana menciptakan asosiasi dan makna unik yang membedakan produk daripara pesaing.

(9)

e. Sumber keunggulan kompetitif terutama melalui perlindungan hukum, loyalitas pelanggan dan citra yang unik terbentuk dalam benak konsumen. f. Sumber financial returns, terutama menyangkut pendapatan masa datang.

Bagi konsumen, merek bisa memberikan beraneka macam nilai melalui sejumlah fungsi dan manfaat potensial.

2.4 Kesadaran Merek (Brand Awareness)

Kesadaran merek (brand awareness) adalah suatu ukuran seberapa banyak pelanggan potensial mengetahui sebuah merek (Simamora, 2000:543). Menurut Aaker (Rangkuti, 2009:39) brand awareness adalah kemampuan konsumen untuk mengenali atau mengingat bahwa sebuah merek merupakan anggota dari kategori produk tertentu. Strategi yang lazim dalam pemasaran dan periklanan adalah mempertinggi tingkat kesadaran merek. Pada hakikatnya, orang tidak akan membeli produk yang tidak mereka ketahui, namun keakrabannya dengan produk juga merupakan pengaruh pembelian yang kuat. Para pembeli jauh lebih merasa nyaman dengan produk yang dikenal dibandingkan dengan produk yang tidak dikenalnya.

Peran brand awareness dalam brand equity adalah sebagai berikut (Durianto dkk, 2004:7):

1. Jangkar yang menjadi cantolan asosiasi, artinya suatu merek dapat digambarkan seperti jangkar dengan beberapa rantai. Rantai menggambarkan asosiasi dari merek tersebut.

2. Familier atau rasa suka, artinya dengan mengenal merek akan menimbulkan rasa terbiasa terutama untuk produk-produk yang bersifat

(10)

low involvement (keterlibatan rendah). Suatu keterbiasan akan

menimbulkan keterkaitan kesukaan yang terkadang dapat menjadi suatu pendorong dalam membuat keputusan.

3. Substansi/komitmen, yaitu kesadaran akan nama dapat menandakan keberadaan, komitmen dan inti yang sangat penting bagi suatu perusahaan. Secara logika, suatu nama dikenal karena beberapa alasan, mungkin karena program iklan perusahaan yang ekstensif, jaringan distribusi yang luas, ekstensi dalam industri yang sudah lama dan lain-lain. Jika kualitas dua merek sama, brand awareness akan menentukan dalam keputusan pembelian konsumen.

4. Mempertimbangkan merek, yaitu langkah pertama dalam suatu proses pembelian dengan menyeleksi dari suatu merek yang dikenal untuk mempertimbangkan merek mana yang akan diputuskan dibeli. Merek yang memiliki top of mind yang tinggi mempunyai nilai yang tinggi. Jika suatu merek tidak tersimpan dalam ingatan, merek tersebut tidak dipertimbangkan di benak konsumen.

Kesadaran merek akan mempengaruhi persepsi dan tingkah laku seorang konsumen. Oleh karena itu meningkatkan kesadaran konsumen terhadap merek merupakan prioritas perusahaan untuk membangun ekuitas merek yang kuat. Tingkat kesadaran konsumen terhadap suatu merek dapat ditingkatkan melalui upaya-upaya sebagai berikut (Durianto dkk, 2004:57):

1. Suatu merek harus dapat menyampaikan pesan yang mudah diingat oleh para konsumen. Pesan yang disampaikan harus berbeda dibandingkan

(11)

merek lainnya. Selain itu pesan yang disampaikan harus memiliki hubungan dengan merek dan kategori produknya.

2. Perusahaan disarankan memakai slogan yang menarik agar merek lebih mudah diingat oleh konsumen.

3. Simbol yang digunakan perusahaan sebaiknya memiliki hubungan dengan mereknya.

4. Perusahaan dapat menggunakan merek untuk melakukan perluasan produk, sehingga merek tersebut akan semakin diingat oleh konsumen. 5. Perusahaan dapat memperkuat kesadaran merek melalui suatu isyarat yang

sesuai dengan kategori produk, merek, atau keduanya.

6. Membentuk ingatan dalam pikiran konsumen akan lebih sulit dibandingkan dengan memperkenalkan suatu produk baru, sehingga perusahaan harus selalu melakukan pengulangan untuk meningkatkan ingatan konsumen terhadap merek.

Pengukuran Brand Awareness didasarkan kepada pengertian-pengertian dari brand Awareness yang mencakup tingkatan Brand Awareness menurut Aaker (Rangkuti, 2009:40), yaitu unaware of brand (tidak menyadari merek), brand

recognition (pengenalan merek), brand recall (pengingatan kembali merek) dan top of mind (puncak pikiran).

1. Unaware of brand (tidak menyadari merek) adalah tingkatan paling rendah dalam piramida brand awareness dimana konsumen tidak menyadari adanya suatu brand.

(12)

Top of Mind Brand Recall

Brand Recognition

Unaware of Brand

2. Brand recognition (pengenalan merek) adalah tingkat minimal brand

awareness dimana pengenalan suatu brand muncul lagi setelah dilakukan

pengingatan kembali lewat bantuan (aided recall).

3. Brand recall (pengingatan kembali merek) adalah pengingatan kembali terhadap merek didasarkan pada permintaan seseorang untuk menyebutkan merek-merek tertentu dalam suatu kelas produk. Hal ini diistilahkan dengan pengingatan kembali tanpa bantuan (unaided recall), karena berbeda dari tugas pengenalan, responden tidak perlu dibantu untuk memunculkan merek tersebut.

4. Top of mind (puncak pikiran) adalah brand yang disebutkan pertama kali oleh konsumen atau yang pertama kali muncul dalam benak konsumen.

Gambar 2.1

Piramida Brand Awareness

2.5 Keputusan Pembelian

2.5.1 Pengertian Keputusan Pembelian

Para pemasar harus mendalami berbagai pengaruh mengenai pembelian konsumen dan mengembangkan pemahaman mengenai bagaimana sebenarnya

(13)

para konsumen membuat keputusan pembelian mereka. Konsumen tidak langsung memutuskan membeli suatu produk akan tetapi konsumen memiliki banyak pertimbangan yang pada akhirnya akan memutuskan membeli atau tidak produk tersebut. Keputusan pembelian adalah suatu tindakan konsumen untuk membentuk referensi diantara merek-merek dalam kelompok pilihan dan membeli produk yang paling disukai (Kotler dan Keller, 2007:223).

Terdapat lima peran yang mungkin terjadi dalam suatu keputusan membeli (Kotler dan Keller, 2007:225), yakni:

1. Orang yang mengambil inisiatif (initiator) adalah orang yang pertama kali menyarankan membeli suatu produk atau jasa tertentu.

2. Orang yang mempengaruhi (influencer) adalah seseorang yang pendangan atau nasihatnya memiliki pengaruh terhadap keputusan akhir.

3. Orang yang mengambil keputusan (decider) adalah orang yang memutuskan pada salah satu atau seluruh komponen atau keputusan membeli, apakah membeli atau tidak, apa yang akan dibeli, bagaimana membelinya, atau dimana membeliya.

4. Orang yang membeli (buyer) adalah orang yang akan melakukan pembelian sesungguhnya.

5. Orang yang memakai (user) adalah orang yang akan mengkonsumsikan atau memakai produk atau jasa.

2.5.2 Tahapan-Tahapan Proses Pembelian

Terdapat tahapan-tahapan dalam proses pengambilan keputusan pembelian yaitu (Kotler dan Keller, 2007:235):

(14)

1. Pengenalan masalah

Proses pembelian dimulai dengan pengenalan masalah oleh karena itu pemasar perlu mengenal beberapa hal yang dapat menggerakkan kebutuhan atau minat yang dirasakan konsumen. Apakah kebutuhan konsumen menyebabkan seseorang mencari produk tertentu, karena dengan menghimpun informasi dari beberapa konsumen, pemasar dapat memberi rangsangan untuk membangkitkan minat terhadap produk tertentu.

2. Pencarian informasi

Ketika seseorang telah sadar akan kebutuhannya, maka akan berusaha untuk mencari informasi tentang bagaimana memenuhi kebutuhannya. Dalam tahap ini konsumen dapat dibedakan menjadi dua level, yakni

heightened attention, konsumen yang termasuk dalam level ini cenderung

mau menerima informasi apa saja yang terkait dengan produk yang ingin dibeli dan juga active information search, konsumen akan secara aktif mencari semua informasi yang terkait dengan produk yang ingin dibeli. Sumber informasi konsumen terbagi dalam empat kelompok yaitu:

a. Sumber pribadi : Keluarga, teman, tetangga.

b. Sumber niaga : periklanan, petugas penjual, kemasan. c. Sumber umum : media massa, organisasi konsumen. d. Sumber pengalaman : pernah menangani, menggunakan produk. 3. Evaluasi alternatif

Setelah pencarian informasi sebanyak mungkin, konsumen menggunakan informasi untuk mengevaluasi beberapa merek alternatif dalam satu

(15)

susunan pilihan. Pada tahap ini konsumen akan memperhatikan ciri-ciri atau sifat yang berkaitan langsung dengan kebutuhan mereka dan juga akan menggalli kembali ingatannya pada suatu merek. Mereka mencoba menyeleksi persepsinya sendiri mengenai citra suatu merek yang akan menciptakan minat untuk membeli.

4. Keputusan pembelian

Jika keputusan yang diambil adalah membeli, maka pembeli akan menjumpai serangkaian keputusan yang menyangkut jenis pembelian, waktu pembelian, dan cara pembelian. Pada tahap ini konsumen benar-benar membeli produk.

5. Perilaku pasca pembelian

Setelah membeli suatu produk, konsumen akan mengalami beberapa tingkatan kepuasan atau ketidakpuasan yang dirasakan. Ada kemungkinan bahwa pembeli memiliki ketidakpuasan setelah melakukan pembelian karena tidak sesuai dengan keinginan atau gambaran sebelumnya dan lain sebagainya. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pemasar setelah produk terjual, antara lain:

a. Keputusan pasca pembelian, yaitu keadaan dimana konsumen merasa puas dengan produk yang dibelinya. Kepuasan pembeli erupakan suatu fungsi kedekatan antara harapan pembeli terhadap suatu kinerja produk yang dirasakan. Apabila kinerja produk kurang dari apa yang diharapkan maka pelanggan akan kecewa, tetapi bila kinerja produknya sesuai dengan yang diharapkan maka planggan akan puas.

(16)

b. Tindakan pasca pembelian, yaitu tindakan yang akan diambil konsumen setelah melakukan pembelan. Apabila konsumen merasa puas maka kemungkinan besar mereka akan membeli produk itu dan juga akan mengatakan hal-hal yang baik mengenai merek tersebut pada orang lain. Sebaliknya, jika konsumen tidak puas maka akan meninggalkan atau mengembalikan produk tersebut. Bahkan konsumen akan mengadukan keluhan pada perusahaan tersebut.

c. Pemakaian dan pembuangan pasca pembelian, yaitu keadaan dimana konsumen menggunakan, menghabiskan suatu produk. Jika konsumen menggunakan kegunaan baru produk tersebut, pemasar harus mengiklankan kegunaan-kegunaan ini. Jika konsumen membuang produk, pemasar harus mengetahui bagaimana mereka membuangnya, terutama jika produk tersebut merusak lingkungan.

Tingkat kepuasan konsumen merupakan suatu fungsi dari keadaan produk yang sebenarnya dengan keadaan produk yang diharapkan konsumen. Kepuasan atau ketidakpuasan akan mempengaruhi aktivitas konsumen untuk melakukan pembelian berikutnya, tetapi jika konsumen tidak puas maka konsumen akan beralih ke merek lain.

2.6 Penelitian Terdahulu

Untuk mengadakan penelitian, tidak terlepas dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu dengan tujuan untuk memperkuat hasil dari penelitian yang sedang dilakukan, selain itu juga bertujuan untuk membandingkan

(17)

dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya. Berikut ringkasan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh peneliti selama melakukan penelitian:

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Nama Peneliti Tahun Judul

Penelitian Masalah Penelitian Hasil Penelitian 1. Fitria Indri Hapsari 2009 Pengaruh Negara Asal, Harga, Iklan, Kesadaran Merek dan Pendapatan Konsumen Terhadap Keputusan Pembelian Televisi LG (Studi Kasus Pada Masyarakat Surakarta) Apakah variabel negara asal, harga, iklan, kesadaran merek dan faktor demografi (pendapatan) berpengaruh terhadap keputusan pembelian produk non Jepang.

Terdapat pengaruh yang signifikan oleh negara asal, harga, kesadaran merek, iklan dan pendapatan terhadap keputusan pembelian. Variabel yang paling dominan mempengaruhi keputusan pembelian adalah variabel negara asal. 2. Primi Infantyasning 2001 Pengaruh Citra Negara Asal Produk Terhadap Keinginan Membeli Konsumen Sebuah Studi Empiris Pembelian Telepon Seluler di Kota Semarang Bagaimana persepsi atau sikap konsumen Indonesia terhaap produk telepon seluler yang berasal dari berbagai negara yang memasuki pasar Indonesia dan pengaruhnya terhadap keinginan membeli konsumen.

Terdapat pengaruh antara citra negara asal produk terhadap keinginan membeli konsumen telepon seluler di Kota Semarang, semakin bagus citra negara asal produk maka semakin besar keinginan konsumen untuk membeli.

(18)

3. Dedy Setianto 2008 Pengaruh Country

Of Origin Suatu

Merek Terhadap

Repurchase Intention (Studi

Pada produk Lea Jeans). Apakah kualitas produk jeans Indonesia, persepsi konsumen, citra merek terhadap variabel repurchase intention.

Variabel kualitas produk jeans Indonesia,

persepsi konsumen, citra merek berpengaruh terhadap variabel

repurchase intention.

4. Putri Wahyu Tati, Suharyono, dan Edy Yulianto

2015 Pengaruh Country

Of Origin Dan Global Brand Image Terhadap

Minat Beli Dan Keputusan Pembelian (Survey Pada Konsumen Yang Membeli Smartphone Samsung Galaxy di Asia Tenggara) Apakah country of

origin dan global brand image

memiliki pengaruh terhadap minat beli dan keputusan pembelian smartphone Samsung Galaxy di Indonesia, Singapura, Malaysia, Filipina, dan Thailand. COO memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap minat beli dan memiliki pengaruh langsung yang tidak signifikan

terhadap keputusan pembelian. Global

brand image memiliki

pengaruh positif dan signifikan terhadap minat beli dan

keputusan pembelian. 5. Wulan

Suciningtyas

2012 Pengaruh Brand

Awareness, Brand Image, dan Media Communication Terhadap Keputusan Pembelian Apakah brand awareness, brand image, dan media communication

terhadap keputusan pembelian sepeda motor Yamaha Mio Sporty.

Brand awareness, brand image dan media

communication

berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian sepeda motor Yamaha Mio Sporty

(19)

2.7 Kerangka Berfikir

Dalam penelitian ini dapat dibuat suatu kerangka pemikiran yang dapat menjadi landasan dalam penelitian dan penulisan yang pada akhirnya dapat diketahui variabel-variabel yang paling dominan mempengaruhi keputusan pembelian konsumen iPhone.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah country of origin (negara asal) dan brand awareness (kesadaran merek) sebagai variabel independen. Sedangkan yang menjadi variabel dependen adalah keputusan pembelian. Variabel-variabel tersebut akan dianalisis dalam penelitian ini sehingga dapat diketahui berapa besar masing-masing variabel tersebut dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen. Kerangka pemikiran ini dapat digambarkan sebagai berikut:

H1 H3 H2 Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Keterangan: H1 : Hipotesis 1 H2 : Hipotesis 2 H3 : Hipotesis 3 : Mempengaruhi Country of origin (X1)

Keputusan pembelian (Y)

Gambar

Tabel 2.1  Penelitian Terdahulu

Referensi

Dokumen terkait

(205).The Development of Innovative Chemistry Learning Material for Bilingual Senior High School Students in Indonesia. International Education Studies ; volume 8, no. An

Tanggal Waktu Tempat Kuota Program Studi N P M.. 08.00 s/d 09.00

Bila terdapat hasil pencarian kode di dalam database, maka data- data/informasi mengenai reksa dana yang dimaksud akan ditampilkan di dalam form ini, dan user dapat melakukan

adanya struktur yang mereka ciptakan dari dulu hingga sekarang akan tetap. membuat pasar loak Kota Pangkalpinang ini tetap bertahan

Abstrak:Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat permintaan Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) pada Bank Umum di Kota Banda Aceh yang terdiri dari

Tugas Akhir ini adalah perencanaan desain geometrik dan tebal perkerasan kaku pada jalan batas kota Palembang – Tanjung Api-Api STA 41+500 – STA 50+000. Proyek ini terletak pada

Eisenbeiss, H., 2004, A mini unmanned aerial vehicle(UAV): system overview and image acquisition, International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and

Dalam penelitian ini dilakukan pembuatan Plastik Biodegradable menggunakan bahan alami dari pati ampas tahu dan plasticizer sorbitol1. Limbah ampas tahu banyak