• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Kementerian Komunikasi dan Informatika (KEMKOMINFO)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Kementerian Komunikasi dan Informatika (KEMKOMINFO)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

1.1.1 Profil Kementerian Komunikasi dan Informatika (KEMKOMINFO)

Kementerian Komunikasi dan Informatika sebelumnya bernama “Departemen Penerangan” (1945-1999), “ Kementerian dan Informasi” (2001-2005), dan Departemen Komunikasi dan Informatika disingkat Depkominfo (2005-2009) adalah Departemen atau kementerian dalam pemerintahan Indonesia yang membidangi urusan komunikasi dan informatika. Kementerian Kominfo dipimpin oleh seorang Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) yang sejak tanggal 22 Oktober 2009 dijabat oleh Tifatul Sembiring.

Gambar 1.1

Logo Kementerian Komunikasi dan Informatika

(2)

2 1.1.2 Struktur Organisasi KEMKOMINFO

Gambar 1.2

Struktur Organisasi Kementerian Komunikasi dan Informatika Sumber: www.kominfo.go.id (diakses pada tanggal 16 September 2013)

1.1.3 Tugas dan Fungsi Kementerian Komunikasi dan Informatika Tugas :

Kementerian Komunikasi dan Informatika mempunyai tugas menyelenggarakan urusan di bidang komunikasi dan informatika dalam pemerintahan untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara.

Fungsi :

1. Perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang komunikasi dan informatika;

2. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian Komunikasi dan Informatika;

(3)

3

3. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Komunikasi dan Informatika;

4. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan Kementerian Komunikasi dan Informatika di daerah; dan

5. Pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional.

Sumber: www.kominfo.go.id (diakses pada tanggal 16 September 2013)

1.1.4 Visi dan Misi Visi :

Terwujudnya Indonesia informatif menuju masyarakat sejahtera melalui pembangunan kominfo berkelanjutan, yang merakyat dan ramah lingkungan, dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia

Misi :

1. Meningkatkan kecukupan informasi masyarakat dengan karakteristik komunikasi lancar dan informasi benar menuju terbentuknya Indonesia informatif dalam kerangka NKRI;

2. Mewujudkan birokrasi layanan komunikasi dan informatika yang profesional dan memiliki integritas moral yang tinggi;

3. Mendorong peningkatan tayangan dan informasi edukatif untuk mendukung pembangunan karakter bangsa;

4. Mengembangkan sistem kominfo yang berbasis kemampuan lokal yang berdaya saing tinggi dan ramah lingkungan;

5. Memperjuangkan kepentingan nasional kominfo dalam sistem pasar global.

Sumber: www.kominfo.go.id (diakses pada tanggal 16 September 2013)

1.2 Latar Belakang Penelitian

Telekomunikasi merupakan sesuatu yang sangat penting di masyarakat dalam berkomunikasi serta memperoleh informasi. Banyak sekali manfaat yang dirasakan dengan adanya akses telekomunikasi, diantaranya masyarakat menjadi lebih mudah untuk berkomunikasi dengan cepat dan singkat meskipun dalam posisi yang berjauhan, mendorong pertumbuhan bisnis maupun ekonomi masyarakat serta membuat masyarakat semakin berkembang dan maju (www.awardsxl.co.id).

(4)

4

Perkembangan dalam bidang telekomunikasi khususnya seluler dapat dilihat dari sisi penyelenggaraan jaringan bergerak seluler dan perkembangan jumlah pelanggan jaringan tersebut. Data yang dimiliki Kementerian Komunikasi dan Informatika (KEMKOMINFO) jumlah pelanggan seluler selama kurun waktu tahun 2008- 2011 mengalami pertumbuhan total sebesar 52,52%. Dengan rincian pertumbuhan pada tahun 2008 ke tahun 2009 sebesar 16,43%; dari tahun 2009 ke tahun 2010 sebesar 29,09% dan kenaikan dari tahun 2010 ke tahun 2011 sebesar 7% dengan jumlah pelanggan seluler sebanyak 226,085,588 juta pelanggan.

Gambar 1.3

Jumlah Pelanggan Seluler Tahun 2011

Sumber: Indonesia ICT White Paper, 2012 (diolah oleh penulis)

Kondisi pertumbuhan jumlah pelanggan seluler tersebut diiringi dengan persaingan industri telekomunikasi seluler di Indonesia saat ini yang semakin ketat. Sebanyak 10 operator seluler tercatat sebagai pemain aktif di Indonesia, namun, pangsa pasar industri telekomunikasi seluler tahun 2011 hanya didominasi oleh 3 pemain besar yaitu Telkomsel, Indosat, dan XL yang masing-masing sebesar 38,00%, 18,80%, dan 15,80%.

0 50000000 100000000 150000000 200000000 250000000 2008 2009 2010 2011 Tahun

Jumlah Pelanggan Seluler

Jumlah Pelanggan Seluler

16,43 %

29,09 %

(5)

5

Gambar 1.4

Pangsa Pasar Operator Telekomunikasi Kuartal Ketiga Tahun 2011

Sumber : Marketeers: Fair Pricing, Edisi April 2012 (diolah oleh penulis)

Data yang diperoleh dari postel.go.id menunjukan peningkatan kapasitas tersambung sampai semester 1 tahun 2010 dialami oleh 3 operator utama yaitu Telkomsel, Indosat, dan XL Axiata dengan peningkatan tertinggi dialami oleh Indosat sebesar 14,1%. Sementara Telkomsel dan XL Axiata masing-masing sebesar 8,2% dan 12%. Operator-operator lainnya dengan pangsa pasar lebih kecil belum menunjukkan peningkatan kapasitas terpasang. Sehingga secara total kapasitas terpasang untuk telepon bergerak seluler meningkat 9,2%.

Gambar 1.5

Kapasitas Terpasang dan Tersambung Telepon Bergerak Seluler Semester 1 Tahun 2010 Sumber: www.postel.go.id (diakses pada 9 Januari 2014)

38.00% 18.80% 15.80% 7.10% 5.60% 2.50% 0.10% 6.60% 5.50% 0.10% Telkomsel Indosat XL Axiata Hutchinson CP

Axis Telekom Indonesia

Smartfren Telecom

Sampoerna TI

Telkom Flexy

Bakrie Esia

(6)

6

Dari kondisi tersebut, dapat terlihat bahwa Telkomsel memiliki kapasitas terpasang maupun tersambung paling besar diantara operator lainnya diikuti Indosat dan XL Axiata. Sementara operator lain masih menunjukkan kapasitas terpasang dan tersambung yang relatif masih rendah. Dari sisi pemanfaatan kapasitas terpasang, lima operator yaitu Telkomsel, Indosat, XL Axiata, NTS dan HTCP memiliki tingkat pemanfaatan kapasitas terpasang yang sudah lebih dari 50%. Pada tahun 2007, tingkat pemanfaatan kapasitas terpasang paling tinggi adalah Telkomsel dan Indosat, Namun pada tahun 2009 Telkomsel mengalami penurunan tingkat pemanfaatan kapasitas karena dilakukannya penambahan kapasitas terpasang dalam jumlah besar. Pada tahun 2010, tingkat pemanfaatan kapasitas yang tinggi dialami oleh HTCP, diikuti oleh NTS yang merupakan operator relatif lebih kecil, namun hal ini lebih disebabkan karena kapasitas yang dimiliki masih tergolong kecil sehingga kuantitas pemanfaatannya juga tidak besar. Meskipun demikian ketiga operator seluler ini (Telkomsel, Indosat, dan XL Axiata) tetap memiliki tingkat pemanfaatan kapasitas yang tinggi samapi semester 1 tahun 2010 (www.postel.go.id)

Gambar 1.6

Pemanfaatan Kapasitas Telepon Bergerak Seluler Semester 1 Tahun 2010 Sumber: www.postel.go.id (diakses pada 9 Januari 2014)

Berdasarkan hal tersebut, terdapat operator yang bukan merupakan pemain besar dalam bidang telekomunikasi seluler diperkirakan belum dapat mengoptimalkan kapasitas jaringan yang dimilikinya dalam menyediakan layanan telekomunikasi kepada konsumen. Hal ini dapat menjadi peluang bagi pemain baru (new entrance) untuk dapat berbisnis dalam bidang telekomunikasi melalui kerjasama infrastructure sharing dengan operator yang sudah ada (incumbent).

(7)

7

Bagi pemain dalam industri telekomunikasi, menyediakan layanan telekomunikasi tentu harus didukung dengan infrastruktur yang baik. Dalam melakukan pembangunan infrastruktur khususnya sektor telekomunikasi membutuhkan investasi yang sangat besar, oleh karena itu kegiatan penyelenggaraan telekomunikasi diperbolehkan adanya bentuk kerja sama antar para penyelenggara jaringan yaitu penggunaan infrastruktur secara bersama-sama (infrastructure

sharing) sejalan dengan berlakunya Undang-undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang

Telekomunikasi dalam pasal 9 ayat (2) yaitu penyelenggara jasa telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat 1 dalam menyelenggarakan jasa telekomunikasi, menggunakan dan atau menyewa jaringan milik penyelenggara jaringan telekomunikasi.

Dengan adanya pola kerjasama infrastructure sharing, menuntut pemerintah untuk memaksimalkan peran regulasi untuk keberlangsungan industri telekomunikasi tersebut. Regulasi manjadi sangat penting karena berperan untuk mengatur, mengendalikan, dan mengawasi jalannya industri telekomunikasi.

Mengacu pada pola kerjasama yang sudah diterapkan di berbagai Negara, maka pola kerjasama dengan para penyelenggara Telekomunikasi lain sangat mungkin dilakukan. Kerjasama yang dimaksud dikenal sebagai Mobile Virtual Network Operation (MVNO). International

Telecommunication Union (2006), Mobile Virtual Network Operator: An operator who provides mobile communication services to users without its own airtime and government issued licenses”.

Dalam Sirat & Adyawardhani (2007) terdapat tiga motivasi utama bagi operator seluler untuk mengizinkan MVNO menggunakan jaringan mereka, yaitu:

1. Sebagai strategi segmentasi; operator seluler seringkali menemui kesulitan untuk merambah semua segmen. MVNO merupakan salah satu cara untuk mengimplementasikan suatu marketing mix yang lebih spesifik, baik itu secara sendirian maupun melalui kerjasama untuk menyasar segmen yang menjadi target 2. Strategi pendayagunaan jaringan; strategi MVNO dapat menciptakan skala ekonomi

untuk pendayagunaan jaringan secara lebih baik

3. Strategi produk; MVNO dapat membantu operator seluler menyasar pelanggan dengan kebutuhan layanan tertentu dan mendapatkan ceruk pasar yang tidak bisa diraih oleh operator seluler.

Menurut data Market Analysis for MVNOs, pada tahun 2010, diperkirakan sudah terdapat 26 negara yang menerapkan MVNO di seluruh dunia. Virgin Mobile adalah yang pertama sukses menerapkan model bisnis MVNO pada tahun 1999 di United Kingdom (UK). Dari berbagai negara yang menerapkan MVNO, terdapat tiga negara diantaranya yang sukses menerapkan MVNO yaitu Australia, United States (US), dan Malaysia, kesuksesan tersebut diiringi dengan peranan regulator dalam mendukung model bisnis MVNO.

(8)

8

Apabila diimplementasikan dengan baik, kehadiran MVNO dapat memberikan beberapa keuntungan bagi industri telekomunikasi baik dari sisi penyelenggara (operator) maupun end users diantaranya adalah:

1. MVNO dapat dimanfaatkan untuk mengoptimalkan kapasitas jaringan yang ada/memanfaatkan kapasitas jaringan yang tidak optimal (idle capacity), dimana kapasitas yang tersisa dapat diberdayakan melalui pola MVNO.

2. Penerapan konsep MVNO untuk mengatasi isu frekuensi sebagai sumber daya yang terbatas

3. Hadirnya MVNO membawa potensi bisnis yang cukup luas, dimana penyedia jaringan dapat menarik segmen pasar baru yang belum terjangkau sebelumnya

4. Hadirnya MVNO merupakan alternatif tambahan bagi pelanggan seluler untuk mendapatkan layanan dan produk terbaik

5. MVNO dapat menciptakan iklim kompetisi seluler yang semakin baik (Indosat, Kontribusi Studi Group Regulasi:MVNO).

Di Indonesia, MVNO memungkinkan untuk dilakukan, karena pemanfaatan spektrum frekuensi radio yang langka dapat menjadi lebih efektif. Selain itu pertumbuhan pelanggan seluler yang tinggi dari tahun ke tahun menjadi peluang yang positif untuk mendorong MVNO untuk menyasar khususnya pelanggan yang berada di wilayah yang belum terjangkau layanan telekomunikasi.

Menurut Mohamad, Ardyan (www.merdeka.com) di Indonesia sendiri sudah terdapat operator yang menerapkan MVNO di Negara lain yaitu PT Telekomunikasi Indonesia International (Telin) yang telah melakukan ekspansi. Telkom sejauh ini sudah melakukan ekspansi ke empat negara yaitu Singapura, Hongkong, Timor Leste, dan Australia, Formatnya serupa, yaitu berbentuk

Mobile Virtual Network Operator (MVNO). Secara keseluruhan, ada 10 negara yang menjadi

bidikan Telin untuk layanan MVNO yaitu Singapura, Hongkong, Australia, Timor Leste, Malaysia, Taiwan, Makau, Arab Saudi, Korea dan Amerika Serikat.

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian dengan judul: “Analisis Implementasi Model Bisnis Mobile Virtual Network Operator (MVNO) Yang Sesuai Untuk Diimplementasikan Di Indonesia Sebagai Rekomendasi Bagi Kementerian Komunikasi dan Informatika (Studi Komparasi Model Bisnis MVNO Di: Malaysia, Australia, dan

(9)

9 1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan penjabaran pada latar belakang diatas, maka penulis mengidentifikasikan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Bagaimana implementasi model bisnis Mobile Virtual Network Operator (MVNO) yang diterapkan di Negara Malaysia, Australia, dan United States (Berdasarkan Modus

Operandi Targeting A Market)?

2. Bagaimana model bisnis Mobile Virtual Network Operator (MVNO) yang sesuai untuk diimplementasikan di Indonesia sebagai rekomendasi bagi Kementerian Komunikasi dan Informatika?

1.4 Tujuan Penelitian

Mengacu pada rumusan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui implementasi model bisnis Mobile Virtual Network Operator (MVNO) yang diterapkan di Negara Malaysia, Australia dan United States (Berdasarkan Modus

Operandi Targeting A Market)

2. Untuk mengetahui model bisnis Mobile Virtual Network Operator (MVNO) yang sesuai untuk diimplementasikan di Indonesia sebagai rekomendasi bagi Kementerian Komunikasi dan Informatika

1.5 Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan manfaat bagi pihak-pihak yang terkait, yaitu:

1. Secara teoritis, penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan terkait dengan implementasi model bisnis Mobile Virtual Network Operator (MVNO) baik bagi penulis, pembaca maupun penulis selanjutnya

2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat merumuskan rekomendasi terkait implementasi model bisnis Mobile Virtual Network Operator (MVNO) bagi Kementerian Komunikasi dan Informatika

(10)

10 1.6 Sistematika Penulisan Tugas Akhir

Berisi tentang sistematika dan penjelasan ringkas laporan penelitian. BAB I. PENDAHULUAN

Bab ini merupakan penjelasan secara umum, ringkas, dan padat yang menggambarkan dengan tepat isi penelitian.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini mengemukakan dengan jelas, ringkas, dan padat tentang hasil kajian kepustakaan yang terkait dengan topik dan variabel penelitian untuk dijadikan dasar bagi penyusunan kerangka pemikiran dan perumusan hipotesis.

BAB III. METODE PENELITIAN

Bab ini menegaskan pendekatan, metode, dan teknik yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data yang dapat menjawab atau menjelaskan masalah penelitian.

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian dan pembahasannya harus diuraikan secara kronologis dan sistematis sesuai dengan perumusan masalah serta tujuan penelitian. Sistematika pembahasan ini akan lebih tampak jelas luas cakupan, batas, dan benang merahnya apabila disajikan dalam sub-judul tersendiri. Setiap aspek pembahasan hendaknya dimulai dari hasil analisis data. Kemudian diintreprestasikan dan selanjutnya diikuti oleh penarikan kesimpulan sebaiknya dibandingkan dengan penelitian-penelitian sebelumnya atau landasan teoritis yang relevan.

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

Babi ini berisi pemaknaan penelitian terhadap hasil analisis temuan penelitian yang disajikan dalam bentuk penelitian dan saran-saran untuk penelitian selanjutnya.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas yang menjelaskan bagaimana perkembangan teknologi informasi komunikasi yang mempengaruhi sektor industri dan membuat

Teknologi dan telekomunikasi di Indonesia dalam dasawarsa terakhir berkembang sangat pesat, ditandai dengan makin berkembangnya model layanan serta teknologi

Berdasarkan uraian latar belakang dan fenomena yang dikemukaan diatas maka peneliti ingin meneliti kembali penelitian dengan judul: “Pengaruh Cash Holding,

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Kepemilikan Publik, Ukuran Dewan Komisaris,

Berdasarkan uraian diatas dan dibutuhkannya penelitian ini oleh perusahaan, maka penulis melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Budaya Organisasi terhadap

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan menganalisis pemasalahan atas peningkatan penerimaan lebih jauh dalam sebuah penelitian yang

Berdasarkan uraian latar belakang penelitian ini, penulis tertarik untuk mengangkat penelitian dengan judul “PENGARUH LIKUIDITAS, SOLVABILITAS, DAN PROFITABILITAS

Untuk itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Relationship Marketing terhadap Customer Loyalty pelaku bisnis online dengan Customer