• Tidak ada hasil yang ditemukan

AKTIVITAS KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK TUNARUNGU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "AKTIVITAS KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK TUNARUNGU"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1 AKTIVITAS KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN

ANAK TUNARUNGU

(Studi Kasus Aktivitas Komunikasi Verbal dan Nonverbal Orang Tua dengan Anak Tunarungu di SLB Negeri 017700

Kota Kisaran) DIAN ANDHYKA PUTRY

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Aktivitas Komunikasi Orang Tua dengan Anak Tunarungu” (Studi Kasus Aktivitas Komunikasi Verbal dan Nonverbal Orang Tua dengan Anak Tunarungu di SLB Negeri 017700 Kota Kisaran). Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan aktivitas komunikasi verbal dan nonverbal yang dialami orang tua dengan anak tunarungu. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan studi kasus. Kerangka analisis dalam penelitian ini menggunakan model Miles dan Huberman dan dilakukan pada sembilan informan orang tua anak tunarungu, terdiri dari enam orang ibu dan tiga orang ayah dengan teknik purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam dan observasi nonpartisipan. Hasil penelitian ini menemukan bahwa komunikasi orang tua dengan anak tunarungu masih terbatas pada aktivitas sehari-hari. Aktivitas komunikasi verbal orang tua anak tunarungu masih berbentuk lisan memerlukan bantuan komunikasi nonverbal. Isyarat emblems dan illustrator memiliki banyak variasi untuk setiap makna tertentu yang disampaikan dan belum tentu sama antara informan yang satu dengan informan yang lainnya. Isyarat spasial berupa jarak intim dan jarak pribadi digunakan semua informan. Isyarat vokal tidak banyak mendukung keberhasilan komunikasi dan hanya berlaku bagi anak tunarungu yang dapat mendengar suara dalam frekuensi tertentu. Bahasa isyarat baku belum dapat diterapkan meskipun terdapat empat informan yang sudah menguasainya karena anak tidak mengerti dan memahami bahasa isyarat baku.

Kata kunci: Komunikasi Verbal, Komunikasi Nonverbal, Tunarungu.

(2)

Konteks Masalah

Keberadaan manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari kegiatan komunikasi dengan manusia lainnya. Panca indera memiliki peranan penting dalam jalinan komunikasi antar manusia. Apabila salah satu indera tidak ada, manusia akan sulit menjalin komunikasi, misalnya tunarungu. Tunarungu adalah keadaan kehilangan pendengaran yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap berbagai rangsangan, sehingga mengalami hambatan dalam perkembangan bahasa. Perlu adanya penanaman sikap positif pada orang tua agar anak tunarungu dapat berkembang dan mencapai potensi yang dimilikinya. Salah satunya adalah kemampuan berbahasa anak, yang pertama kali didapat dari keluarga, khususnya pengasuh utama (Tubbs & Moss, 2008:219).

Sekolah Luar Biasa Negeri 017700 Kota Kisaran, Kabupaten Asahan adalah satu-satunya lembaga pendidikan di Kota Kisaran bagi anak berkebutuhan khusus seperti anak tunarungu. SLB Negeri 017700 dapat berperan sebagai agen sosialisasi pengenalan bahasa isyarat Indonesia dan sebagai agen pembentuk pengetahuan dan keterampilan berbahasa penyandang tunarungu. Penelitian ini ingin melihat bagaimana bentuk pesan dalam komunikasi verbal dan nonverbal yang digunakan orang tua dan anak tunarungu dalam aktivitas komunikasinya. Atas dasar inilah peneliti tertarik untuk mengetahui lebih jauh mengenai aktivitas komunikasi verbal dan nonverbal orang tua dengan anak tunarungu di SLB Negeri 017700 Kota Kisaran, Kabupaten Asahan.

(3)

Fokus Masalah

Fokus masalah dalam penelitian ini adalah:

“Bagaimana bentuk aktivitas komunikasi verbal dan nonverbal orang tua dengan anak tunarungu di SLB Negeri 017700 Kota Kisaran, Kabupaten Asahan?”

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Menggambarkan karakteristik orang tua dengan anak tunarungu.

2. Menggambarkan aktivitas komunikasi verbal orang tua dengan anak tunarungu.

3. Menggambarkan aktivitas komunikasi nonverbal orang tua dengan anak tunarungu.

KAJIAN PUSTAKA Komunikasi Verbal.

Komunikasi verbal adalah komunikasi menggunakan kata-kata (verbs), baik lisan maupun tulisan. Bentuk komunikasi verbal adalah bahasa, yang dapat dibayangkan sebagai sistem simbol, yang digunakan untuk membentuk pesan-pesan verbal.

Komunikasi Nonverbal.

Komunikasi nonverbal menggunakan tanda melalui tubuh. Klasifikasi pesan dikategorikan menjadi isyarat spasial, isyarat temporal, isyarat visual, dan isyarat vokal (Tubbs & Moss, 2008:118-146). Fungsi komunikasi nonverbal yaitu: untuk

(4)

menekankan, melengkapi, menunjukkan kontradiksi, mengatur, mengulangi, menggantikan (DeVito, 1997:177).

Bahasa Isyarat.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (dalam Kuswarno, 2008:158) bahasa isyarat adalah salah satu media yang membantu komunikasi sesama tunarungu dalam masyarakat yang lebih luas. Interaksi Simbolik.

George Herbert Mead menyatakan bahwa orang bertindak berdasarkan makna simbolik yang muncul di dalam sebuah situasi tertentu, karena makna diciptakan dari interaksi pada sebuah realitas. Blumler mengajukan tiga premis utama yang mendasari interaksi simbolik (Kuswarno, 2008:22), yaitu:

1. Manusia bertindak terhadap manusia lainnya berdasarkan makna-makna yang diberikan kepada mereka.

2. Makna itu diperoleh dari hasil interaksi sosial yang dilakukan oleh orang lain.

3. Makna-makna tersebut disempurnakan di saat proses interaksi sosial sedang berlangsung.

Manajemen Makna Terkoordinasi

Manajemen makna terkoordinasi merujuk pada bagaimana individu menetapkan aturan untuk menciptakan dan menginterpretasikan makna, dan bagaimana aturan-aturan tersebut terjalin dalam percakapan. Pearce dan Cronen (dalam West dan Turner, 2009:119) menggunakan hierarki makna sebagai suatu model dalam mengkoordinasikan makna. Tiga hasil yang mungkin muncul yaitu mereka mencapai koordinasi, tidak mencapai koordinasi, mencapai koordinasi pada tingkat tertentu.

(5)

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dalam bentuk studi kasus, melalui wawancara mendalam (depth interview) dan observasi dengan menggunakan teknik analisis data model Miles dan Huberman yang terdiri dari tiga alur kegiatan yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi.

Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah aktivitas komunikasi verbal dan nonverbal orangtua dengan anak tunarungu di SLB Negeri 017700 Kisaran.

Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah orang tua dari anak tunarungu yang dipilih dengan teknik purposive sampling dengan kriteria: orangtua dari anak tunarungu di SLB Negeri 017700 Kisaran, memiliki waktu luang, dan bersedia diwawancarai.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Penelitian ini dimulai pada 14 Mei sampai 28 Juni 2012. Di bawah ini adalah tabel hasil penelitian untuk memudahkan pembaca melihat hasil penelitian.

Tabel 4.1 Karakteristik Umum Orang Tua Anak Tunarungu

No. Nama informan/U mur Agama/ suku Pend. terakhir Pekerjaan Pendapatan keluarga/ bulan 1. Ibu Vicky/ (28 tahun) Islam/ Batak

(6)

2. Ibu Putri/ (34 tahun)

Islam/ Jawa

M.Ts Ibu Rumah Tangga Rp.1.500.000,00 3. Ibu Rida/

(28 tahun)

Islam/ Jawa

SMP Ibu Rumah Tangga Rp.1.500.000,00 4. Ibu Ilham/

(41 tahun)

Islam/ Batak

SMP Ibu Rumah Tangga Rp.1.500.000,00 5. Ibu Dandi/

(28 tahun)

Islam/ Batak

SMP Ibu Rumah Tangga Rp.1.000.000,00 6. Ibu Wulan/ (30 tahun) Islam/ Jawa SD Wirausaha Rp.3.500.000,00 7. Ayah Dhepa/ (31 tahun) Islam/ Batak

STM Buruh harian lepas Rp.1.500.000,00 8. Ayah Rizal/ (35 tahun) Islam/ Batak SMA Wiraswata Rp. 700.000,00 9. Ayah Aldo/ (50 tahun) Kristen/ Batak SMA Wiraswasta Rp.6.000.000,00 Sumber: Hasil Penelitian

Tabel 4.2 Aktivitas Komunikasi Orang Tua Anak Tunarungu

No. Nama informan Usia/kelas anak Kesediaan menemani di sekolah/Alasan

Perlakuan orang tua pada anak tunarungu 1. Ibu Vicky 6 tahun Kelas 1 SD Bersedia/ Anak belum bisa mandiri di sekolah

Berbeda dengan anak normal, melonggarkan disiplin bersekolah 2. Ibu Putri 6 tahun

Kelas 1 SD

Bersedia/ Anak belum bisa mandiri di sekolah

Sama dengan anak normal, melonggarkan disiplin bersekolah 3. Ibu Rida 7 tahun

Kelas 1 SD

Bersedia/ Anak belum bisa mandiri di sekolah

Sama dengan anak normal, melonggarkan disiplin bersekolah 4. Ibu Ilham 8 tahun

Kelas 1 SD

Kadang-kadang/ Anak belum bisa mandiri di sekolah

Sama dengan anak normal, melonggarkan disiplin bersekolah 5. Ibu Dandi 11 tahun Kelas 2 SD Bersedia/ Anak belum bisa mandiri di sekolah

Sama dengan anak normal, melonggarkan disiplin bersekolah jika anak tidak mau

6. Ibu Wulan 8 tahun Kelas 2 SD Kadang-kadang/ Ingin melatih

anaknya untuk belajar mandiri di sekolah

Sama dengan anak normal, melonggarkan disiplin bersekolah

7. Ayah Dhepa

6 tahun Kelas 1

Hanya mengantar jemput/ Anak sudah

Sama dengan anak normal, tidak melonggarkan disiplin bersekolah

(7)

SD mandiri di sekolah 8. Ayah Rizal 12 tahun Kelas 4 SD Hanya mengantar jemput/ Anak sudah mandiri di sekolah

Sama dengan anak normal, tidak melonggarkan disiplin bersekolah 9. Ayah Aldo 9 tahun Kelas 3 SD Hanya mengantar jemput/ Anak sudah mandiri di sekolah

Berbeda dengan anak normal, tidak melonggarkan disiplin bersekolah

Sumber: Hasil Penelitian

Tabel 4.3 Klasifikasi Hasil Wawancara Mengenai Bentuk Pesan Verbal Dalam Aktivitas Komunikasi Orang Tua

No. Nama Bentuk Pesan Verbal Bantuan Pesan

Nonverbal

Oral/Lisan Tulisan

1. Ibu Vicky

Makan, mandi, minum, tidur, sekolah, mama, ayah, kakek, nenek, abang, adik, bermain, terima kasih, maaf, pulang.

- Isyarat gerakan tangan, jarak dekat dan saling berhadapan.

Menonton televisi, bermain laptop, pergi jalan-jalan.

- Tidak ada 2. Ibu

Putri

Bobo (tidur), mimik (minum), makan, pulang, tidak boleh, sekolah, PR, jajan, teman, mamak, ayah, abang, kakak, nenek dari ibu, nenek dari ayah.

- Isyarat gerakan bibir.

3. Ibu Rida

Makan (mam) - Isyarat gerakan bibir. Mandi di sungai, minum , tidur,

susu, rindu, sekolah, PR, belajar, warnet, mamak, ayah, adik, nenek, kakek, sakit, teman, maaf, terima kasih, malam hari, jalan-jalan, kibod , rumah sepupu, minta ampun, memancing, tampar.

- Isyarat gerakan tangan, jarak dekat dan saling berhadapan.

4. Ibu Ilham

Makan, minum, tidur, mandi, belajar, sekolah, PR, mamak,

- Isyarat gerakan tangan, jarak dekat dan saling

(8)

ayah, kakak, abang, adik, kakek, nenek, Minta maaf, jalan-jalan, pulang.

berhadapan.

Menonton televisi, bermain - Tidak ada 5. Ibu

Dandi

Makan, minum, mandi,

meminta jajan, pulang, sekolah, mamak, ayah, adik, nenek, kakek, mati, jalan-jalan, maaf, memancing, tidur.

- Isyarat gerakan tangan, jarak dekat dan saling berhadapan.

Bermain, menonton televisi, tidur.

- Tidak ada 6. Ibu

Wulan

Mamak, ayah, nenek, abang, Maya, terima kasih

- Isyarat gerakan bibir. Makan, minum, tidur, mandi,

Minta maaf, pulang, pergi.

Isyarat gerakan tangan, jarak dekat dan saling berhadapan.

Sekolah, mengerjakan PR - Tidak ada 7. Ayah

Dhepa

Ayah, mamak, adik (Ouli) - Isyarat gerakan bibir. Belajar, sekolah, mengerjakan

PR, makan, minum, mandi, pergi, bermain dengan teman, tidur.

- Isyarat gerakan tangan, jarak dekat dan saling berhadapan.

8. Ayah Rizal

Sekolah, ayah, kakak, abang, adik, kakek, nenek, mamak, maaf, pergi, makan, minum.

- Isyarat gerakan tangan, jarak dekat dan saling berhadapan.

Mencuci piring, menyapu, bermain bola, mengerjakan PR, mandi, tidur.

- Tidak ada

9. Ayah Aldo

Makan, minum, tidur, mandi, ayah, mamak, abang, kakak, Sekolah, maaf, terima kasih/baik, tidak baik, naik sepeda motor, naik mobil.

- Isyarat gerakan tangan, jarak dekat dan saling berhadapan.

Sumber: Hasil Penelitian

Tabel 4.4 Klasifikasi Hasil Wawancara Mengenai Bentuk Pesan Nonverbal Dalam Aktivitas Komunikasi Orang Tua

No Nama

informan

Bentuk pesan nonverbal yang digunakan Bahasa

isyarat baku

Spasial Temporal Visual Vokal

1. Ibu Vicky jarak intim, jarak pribadi

- gerakan tangan, gerakan wajah

(9)

2. Ibu Putri jarak intim, jarak pribadi - gerakan tangan, gerakan bibir Volume agak besar Menguasai 3. Ibu Rida jarak intim,

jarak pribadi - gerakan tangan, gerakan bibir Volume agak besar Menguasai 4. Ibu Ilham jarak intim,

jarak pribadi

- gerakan tangan, gerakan wajah

- Tidak

menguasai 5. Ibu Dandi jarak intim,

jarak pribadi

- gerakan tangan - Tidak

menguasai 6. Ibu Wulan jarak intim, jarak pribadi - gerakan tangan, gerakan wajah, gerakan bibir Volume agak besar Menguasai 7. Ayah Dhepa jarak intim, jarak pribadi - gerakan tangan, gerakan bibir - Tidak menguasai 8. Ayah Rizal jarak intim, jarak pribadi

- gerakan tangan - Tidak

menguasai 9. Ayah

Aldo

jarak intim, jarak pribadi

- gerakan tangan - Tidak

menguasai Sumber: Hasil Penelitian

Pembahasan

Pada dasarnya aktivitas komunikasi orang tua dan anak tunarungu berdasarkan kegiatan sehari-hari. Komunikasi verbal melalui tulisan tidak dapat dilakukan karena anak tunarungu belum ada yang memahami makna tulisan. Pesan verbal lisan masih memerlukan bantuan isyarat nonverbal berupa gerakan tangan.

Komunikasi nonverbal berperan penting dalam aktivitas komunikasi orang tua. Dalam penelitian ini jenis gerakan tubuh yang paling banyak digunakan adalah illustrator, dan emblems dengan gerakan tangan dan gerakan wajah. Isyarat spasial (jarak intim dan jarak pribadi) selalu dipakai karena keharusan menyentuh anak sebelum memulai komunikasi. Isyarat vokal hanya dipakai oleh Ibu Putri, Ibu Rida, Ibu Wulan, dan Ayah Dhepa karena anak mampu mendengar suara dalam frekuensi tertentu.

(10)

Bahasa isyarat baku belum dapat diterapkan meskipun telah dipelajari orang tua. Anak sering kebingungan dan tidak mengerti makna bahasa isyarat baku ketika diajarkan, sehingga informan kembali pada isyarat nonverbal sebelumnya.

Orang tua dan anak tunarungu telah sepakat untuk memberikan simbol (verbal dan nonverbal) pada makna. Hal ini berkaitan dengan asumsi Blumer yaitu:

1. Manusia bertindak terhadap manusia lainnya berdasarkan makna yang diberikan orang lain. Orang tua dan anak tunarungu menyepakati sebuah makna simbol yang sama melalui tindakan mereka.

2. Makna diperoleh dari hasil interaksi sosial yang dilakukan oleh orang lain. Tidak ada manusia yang lahir dan langsung mengetahui makna dari suatu simbol sebaliknya tanpa adanya interaksi sosial terlebih dahulu.

3. Makna-makna tersebut disempurnakan saat proses interaksi sosial sedang berlangsung. Setelah memperoleh makna, manusia memilih makna-makna yang lebih berarti baginya dan memodifikasinya dalam konteks dimana ia berada.

Makna dalam komunikasi memiliki aturan-aturan yang terjalin dalam sebuah percakapan dimana makna selalu dikoordinasikan. Manajemen Makna Terkoordinasi dapat menjelaskan aturan tersebut melalui hierarki makna dalam percakapan antara orang tua dan anak tunarungu.

1. Level isi merupakan awal dimana data mentah dikonversikan menjadi makna. Ketika anak tunarungu menyampaikan sebuah pesan (simbol nonverbal) kepada orang tua, maka

(11)

orang tua berada pada level isi (orang tua mengonversi simbol yang diamatinya menjadi makna).

2. Level tindak tutur adalah tindakan yang kita lakukan melalui berbicara. Pada level tindak tutur, orang tua atau anak akan merespon makna dengan verbal dan/atau nonverbal. Pada level tindak tutur, respon bergantung pada konversinya terhadap makna. Ada kemungkinan orang tua mengerti makna yang disampaikan anak atau tidak mengerti.

3. Level episode mendeskripsikan konteks dimana orang bertindak dan kita melihat pengaruh konteks terhadap makna. Episode merupakan hal yang tidak pasti karena aktor sering berada pada episode yang beragam. Level episode akan beragam bentuknya sesuai dengan tindak tutur yang dilakukan orang tua atau anak dan dipengaruhi oleh budaya mereka masing-masing.

4. Level hubungan merupakan kesepakatan dan pengertian antara dua orang dalam memberikan batasan-batasan pada tindakan dan perilaku. Level hubungan lebih menekankan pada bagaimana batasan orang tua dan anak dalam berperilaku selama komunikasi terjadi.

5. Naskah kehidupan adalah kelompok episode masa lalu dan masa kini yang menciptakan sistem makna yang datanya dikelola bersama dengan orang lain. Pada level naskah kehidupan, orang tua memunculkan kembali pengalaman komunikasinya di masa lalu dalam dirinya saat ini. Pada level ini orang tua atau anak yang menentukan seperti apa komunikasi selanjutnya nanti.

(12)

6. Level pola budaya adalah gambaran mengenai dunia dan bagaimana hubungan seseorang dengan hal tersebut. Orang tua mengaitkan nilai-nilai yang dianut oleh keluarga pada anak agar anak memahami nilai dalam percakapan itu. Level pola budaya ini juga mempengaruhi level-level sebelumnya yaitu episode, hubungan, dan naskah kehidupan.

Koordinasi dalam hierarki makna tidak selamanya tercapai. Koordinasi tercapai bila orang tua dan anak tunarungu memiliki koordinasi makna yang sama dari level isi hingga budaya. Koordinasi tidak tercapai bila mulai dari level isi, orang tua tidak dapat memahami makna yang ingin disampaikan oleh anak. Sedangkan koordinasi tercapai pada level tertentu terjadi bila orang tua dan anak sepakat untuk menengahi level isi yang tidak sama tersebut.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan hasil analisis, maka dapat disimpulkan:

1. Orang tua dalam penelitian ini memberikan perlakuan sama pada anak tunarungu seperti anak normal agar tidak manja, kecuali Ibu Vicky dan Ayah Aldo yang memberikan perhatian khusus. Sebagian besar informan (Ibu Vicky, Ibu Putri, Ibu Rida, Ibu Ilham, dan Ibu Dandi) masih melonggarkan kedisiplinan dan tidak memaksakan anak pergi ke sekolah. Ibu Wulan, Ayah Rizal, Ayah Dhepa, dan Ayah Aldo selalu mengantar anak ke sekolah setiap hari.

(13)

2. Aktivitas komunikasi verbal orang tua masih dalam bentuk lisan dan belum dapat menggunakan tulisan. Aktivitas komunikasi verbal umumnya memerlukan dampingan komunikasi nonverbal. Beberapa orang tua seperti Ibu Vicky, Ibu Ilham, Ibu Dandi, Ibu Wulan, dan Ayah Rizal memiliki beberapa kegiatan yang tidak memiliki simbol verbal tetapi dilakukan oleh anak.

3. Aktivitas komunikasi nonverbal orang tua sangat penting perannya karena fungsinya sebagai pendamping dan pengganti. Isyarat spasial (jarak intim dan jarak pribadi) digunakan semua informan. Isyarat vokal tidak banyak mendukung keberhasilan komunikasi karena hanya berlaku bagi anak tunarungu yang dapat mendengar suara dalam frekuensi tertentu. Isyarat visual adalah isyarat yang paling banyak membantu keberhasilan komunikasi orang tua dan anak tunarungu. Isyarat emblems dan illustrator memiliki banyak variasi untuk setiap makna yang disampaikan dan belum tentu sama pada tiap informan. Bahasa isyarat baku belum dapat diterapkan orang tua meskipun sudah menguasainya karena anak tidak mengerti dan memahami bahasa isyarat baku.

Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas maka peneliti merasa perlu untuk mengajukan beberapa saran seperti studi kasus mengenai aktivitas komunikasi verbal dan nonverbal orang tua dengan anak tunarungu ini tentu masih memiliki banyak kekurangan dan

(14)

memerlukan perbaikan. Diharapkan nantinya akan ada penelitian lanjutan terkait aktivitas komunikasi orang tua dan anak tunarungu yang dapat menggali fakta lebih luas lagi. Dengan metodologi dan teori yang berbeda agar tercipta keragaman dalam penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

DeVito, Joseph A. 1997. Komunikasi Antar Manusia. Jakarta: Professional Books.

Kuswarno, Engkus. 2008. Etnografi Komunikasi: Suatu Pengantar dan Contoh Penelitiannya. Bandung: Widya Padjadjaran.

Tubbs, Stewart L. dan Sylvia Moss. 2008. Human Communication: Prinsip-Prinsip Dasar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

West, Richard dan Lynn H. Turner. 2009. Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Humanika.

Gambar

Tabel 4.1 Karakteristik Umum Orang Tua Anak Tunarungu
Tabel 4.2 Aktivitas Komunikasi Orang Tua Anak Tunarungu  No.  Nama  informan  Usia/kelas anak  Kesediaan  menemani di  sekolah/Alasan
Tabel 4.3 Klasifikasi Hasil Wawancara Mengenai Bentuk Pesan  Verbal Dalam Aktivitas Komunikasi Orang Tua
Tabel 4.4 Klasifikasi Hasil Wawancara Mengenai Bentuk Pesan  Nonverbal Dalam Aktivitas Komunikasi Orang Tua  No  Nama

Referensi

Dokumen terkait

Orang tua menjadi tokoh identifikasi (idola) bagi anak- anaknya sehingga sering kali anak mengatakan saya ingin seperti ayah atau ibu. Hal ini menunjukkan bahwa orang tua

Tentu saja empat keluarga ini memiliki anak penyandang autis sebagai objek yang paling utama enam informan termasuk ayah, ibu ataupun anggota keluarga yang lain yang

PELATIHAN SISTIM ISYARAT BAHASA INDONESIA (SIBI) TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK TUNARUNGU DI SDLB – B YPTB MALANG Adalah hasil karya

Perubahan peran ayah sebagai orang tua tunggal antara lain yaitu peran dalam mengasuh anak, peran ayah sebagai motivator bagi anak, dan peran ayah sebagai

POLA ASUH ORANG TUA PADA ANAK TUNARUNGU YANG BERPRESTASI DI BIDANG OLAHRAGA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu.. POLA ASUH ORANG

Orang tua adalah ayah dan atau ibu kandung, atau ayah dan atau ibu tiri, atau ayah dan atau ibu angkat (UU RI Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak).Menurut peneliti

Pada keluarga ini ayah memposisikan dirinya sebagai orang tua dalam pemahaman tayangan sinetron televisi akan tetapi sikap bawaan dari sang ayah membuat anak

Pola asuh orang tua adalah kebiasaan yang biasa dilakukan oleh ayah dan ibu yang diterapkan kepada anak dalam perkembangan-nya, berbagai bentuk pola asuh dapat diterapkan kepada anak,