• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebijakan Penganggaran Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kebijakan Penganggaran Tahun 2016"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN

Kebijakan

Penganggaran Tahun

2016

disampaikan oleh:

Direktur Jenderal Anggaran

dalam Konsultasi Regional Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Tahun 2016

(2)

Pokok Bahasan

I. Pendahuluan.

II. Siklus dan Mekanisme Penganggaran.

III. Perkembangan Kebijakan APBN, Subsidi, dan

Anggaran Infrastruktur (2011 – 2015).

IV. Perkembangan dan Isu Strategis Penganggaran

Kementerian PUPR.

V. Pagu Indikatif Tahun 2016.

VI. Penutup.

(3)

INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN

I. Pendahuluan

(4)

ARAH KEBIJAKAN FISKAL

TAHUN 2016

Defisit dikendalikan pada tingkat yang

sustainable

(lebih

rendah dari APBNP 2015), dengan tetap memperhatikan

peran APBN dalam perekonomian.

Mengoptimalkan pendapatan negara baik perpajakan

maupun PNBP.

Pengendalian dan peningkatan kualitas belanja negara baik

belanja pusat maupun transfer ke daerah dan dana desa.

Melanjutkan program-program prioritas di tahun 2015;

(5)

5

1.Memperkuat Kapasitas Fiskal

Optimalisasi Penerimaan Perpajakan

Optimalisasi PNBP

dengan tetap menjaga iklim investasi dan konservasi lingkungan

1. Pengendalian kerentanan fiskal (fiscal vulnerability) 2. Meningkatkan fiscal buffer dan fleksibilitas

pengelolaan keuangan negara (pasal krisis, BSF, FKSSK)

1. Pengendalian pembiayaan yang bersumber dari utang dalam batas yang manageable

2. Mengarahkan agar pemanfaatan pinjaman untuk kegiatan produktif

Menuju Keseimbangan

Primer Positif

Menurunkan Rasio Utang

terhadap PDB

Mengendalikan

Defisit Anggaran

2.Meningkatkan Kualitas Belanja:

Meningkatkan Alokasi Belanja Produktif

Infrastruktur, penguatan SDM.

Mengendalikan Belanja (Mandatory, Subsidi,

Belanja Barang Operasional, dan Biaya Perjalanan Dinas)

Strategi untuk Menjaga Kesinambungan

Fiskal

(6)

Tantangan APBN ke Depan

Pendapatan Negara

1. Penerimaan perpajakan sebagai sumber pembiayaan belanja negara

masih perlu waktu untuk meningkat secara signifikan;

2. Lifting

migas dan ICP cenderung semakin menurun, berpengaruh

terhadap pendapatan SDA migas;

3. Sebagian dari PNBP dan BLU sudah terikat penggunaannya.

Belanja Negara

1. Produktifitas, efisiensi, dan efektifitas alokasi belanja belum optimal;

2. Fiscal space

APBN masih terbatas: komposisi belanja negara didominasi

oleh belanja mengikat yang bersifat wajib (a.l. belanja operasional,

pembayaran bunga utang, dan subsidi);

3. Mandatory spending

semakin besar (a.l. anggaran pendidikan 20%, DAU

26%, dana desa, dan anggaran kesehatan 5%);

4. Penyerapan anggaran belanja negara belum optimal dan menumpuk di

triwulan III & IV;

(7)

INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN

II. Siklus dan Mekanisme

Penganggaran

(8)

PROSES PENYUSUNAN RAPBN: SIKLUS APBN

Pokok-pokok Kebijakan Fiskal, Kerangka Ekonomi Makro dan RKP (Pertengahan Mei) Pagu Anggaran (Pertengahan Juni) RAPBN (Agustus) APBN (Akhir Oktober) Rincian APBN (Akhir November) Keppres/Perpres (2015) UU RUU & NK Resource envelope, Rancangan RKP dan Pagu Indikatif (Maret) DIPA (Desember) 2 3 4 5 6 7 8 SB KMK Perpres (RKP) DIPA

Arah Kebijakan dan Prioritas Pemba-ngunan Nasional (Januari) PERSETUJUAN DPR (BANGGAR) PERSETUJUAN DPR (BANGGAR) PERSETUJUAN DPR (KOMISI) 1 PERSETUJUAN DPR (KOMISI)

(9)

INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN

PROSES PENETAPAN PAGU ANGGARAN

9

Menteri/ Pimpinan Lembaga menyusun Renja

K/L

K/L menyampaikan Renja K/L kepada KemenPPN/ Bappenas dan Kemenkeu Pelaksanaan

pertemuan tiga pihak (trilateral meeting).

Pagu Indikatif

- Penetapan Perpres RKP - Penyampaian dan

pembahasan KEM dan PPKF dalam pembicaraan pendahuluan RAPBN.

Menteri Keuangan Menetapkan pagu anggaran K/L

(10)

Langkah-langkah yang perlu dilakukan dari Pagu Indikatif

Menuju Pagu Anggaran

N0. Uraian Pihak

Terkait Substansi dan Hal Penting 1. Penyusunan

Renja K/L K/L

 K/L menyusun Renja berdasarkan Pagu Indikatif dan Rancangan Awal RKP

 K/L yang terkait langsung dengan pencapaian prioritas nasional, capaian kinerja program/kegiatan harus tercermin dalam umusan kinerjanya.

2. Pertemuan Tiga Pihak (Trilateral Meeting) Kemenkeu, Kem PPN, K/L  Tujuan:

• meningkatkan koordinasi dan kesepahaman 3 pihak terkait pencapaian sasaran prioritas pembangunan nasional, dan pokok-pokok kebijakan fiskal dan kebijakan belanja tahun 2016;

• menjaga konsistensi kebijakan dalam RPJM, RKP, Renja K/L, serta RKA-K/L;

 Pagu Indikatif merupakan batas tertinggi atas belanja K/L yang tidak dapat dilampaui.

 Kebutuhan belanja operasional (pegawai dan barang), serta kebutuhan belanja operasional berkarakteristik operasional harus dipenuhi.

 Pemanfaatan alokasi anggaran dari PNBP dan BLU harus sesuai dengan penetapan penggunaannya

 Pergeseran alokasi anggaran dari rupiah murni menjadi PHLN dan sebaliknya tidak dapat dilakukan.

 Perubahan pagu antar program dan antar kegiatan masih dimungkinkan sepanjang sesuai dengan pencapaian prioritas nasional.

 Pengalokasian anggaran pada program/kegiatan harus mempertimbangkan penyerapan anggaran.

 Memperhatikan kewenangan antara pemerintah pusat dan daerah. 3. Penyampaian Renja K/L kepada Kemenkeu dan Kementerian PPN Kemenkeu, Kem PPN, K/L

K/L menyampaikan Renja dengan melakukan penyesuaian berdasarkan dokumen kesepakatan dalam forum Trilateral Meeting.

4. Penyampaian KEM PPKF dan dan RKP 2016 Kemenkeu dan Kemen PPN

Menyampaikan pokok-pokok kebijakan fiskal dan rancangan Kerja Pemerintah di DPR yang menjadi dasar bagi penyusunan RAPBN 2016

6. Penetapan Pagu

(11)

INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN

III. Perkembangan Kebijakan

APBN, Subsidi dan Anggaran

Infrastruktur (2011 – 2015)

(12)

Perkembangan APBN, Subsidi

dan Anggaran Infrastruktur

tahun 2011 – 2015 (triliun rupiah)

2011 2012 2013

LKPP LKPP LKPP APBNP APBN APBNP A. Pendapatan Negara dan Hibah 1.210,6 1.338,1 1.438,9 1.635,4 1.793,6 1.761,6

I. Penerimaan Dalam Negeri 1.205,3 1.332,3 1.432,1 1.633,1 1.790,3 1.758,3

1. Penerimaan Perpajakan 873,9 980,5 1.077,3 1.246,1 1.380,0 1.489,3 2. Penerimaan Negara Bukan Pajak 331,5 351,8 354,8 386,9 410,3 269,1

II. Hibah 5,3 5,8 6,8 2,3 3,3 3,3 B. Belanja Negara 1.295,0 1.491,4 1.650,6 1.876,9 2.039,5 1.984,1

(% kenaikan terhadap tahun sebelumnya) 15,2% 10,7% 13,7% 8,7% 5,7%

I. Belanja Pemerintah Pusat 883,7 1.010,6 1.137,2 1.280,4 1.392,4 1.319,5

(% kenaikan terhadap tahun sebelumnya) 14,4% 12,5% 12,6% 8,8% 3,1%

II. Transfer Ke Daerah dan Dana Desa 411,3 480,6 513,3 596,5 647,0 664,6 C. Keseimbangan Primer 8,9 (52,8) (98,6) (106,0) (93,9) (66,8) D. Surplus/Defisit Anggaran (A - B) (84,4) (153,3) (211,7) (241,5) (245,9) (222,5) E. Pembiayaan Anggaran 130,9 175,2 237,4 241,5 245,9 222,5

I. Pembiayaan Dalam Negeri 148,7 198,6 243,2 254,9 269,7 242,5 II. Pembiayaan Luar Negeri (neto) (17,8) (23,5) (5,8) (13,4) (23,8) (20,0) F. Kelebihan/(Kekurangan) Pembiayaan 46,5 21,9 25,7 0,0 0,0 0,0 1. Anggaran Infrastruktur 114,2 145,4 155,9 177,9 191,3 290,4

(% kenaikan terhadap tahun sebelumnya) 27,3% 7,2% 14,1% 7,5% 63,2%

I. K/L 91,2 122,6 134,9 149,4 155,4 209,9 II. Non K/L 23,0 22,8 21,0 28,5 35,9 80,5 2. Porsi Anggaran Infrastruktur thd:

I. Belanja Negara 8,8% 9,7% 9,4% 9,5% 9,4% 14,6% II. Belanja Pemerintah Pusat 12,9% 14,4% 13,7% 13,9% 13,7% 22,0%

Uraian 2014 2015

Anggaran Infrastruktur didominasi oleh K/L sebagai berikut:

2011 2012 2013 APBN '15 APBNP '15

1. Kem. PUPR* 41,8 56,5 63,5 63,8 68,1 105,0

(% thd keseluruhan anggaran infrastruktur) 36,6% 38,9% 40,7% 35,9% 35,6% 36,2%

2. Kem. Perhubungan 16,0 25,3 26,0 27,3 35,0 52,5 3. Kem. ESDM 6,2 6,7 7,7 9,3 5,9 5,9 4. Kem. PERA 1,4 1,6 1,9 3,3 3,7 -5. K/L Lainnya 25,8 32,6 35,9 45,7 42,7 46,4

*) mulai APBNP 2015 Alokasi Kem.Pera digabung dengan Alokasi Kem. PUPR

2014

Kementerian/Lembaga

Belanja Subsidi 295,4 346,4 355,0 403,0 414,7 212,1 (% kenaikan terhadap tahun sebelumnya) 17,3% 2,5% 13,5% 2,9% -47,4% i. Subsidi Energi 255,6 306,5 310,0 350,3 344,7 137,8 ii. Subsidi Non Energi 39,7 39,9 45,1 52,7 70,0 74,3

(13)

INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN

Strategi Kebijakan Penganggaran Tahun 2015

(1)

• Meningkatkan penerimaan pajak dan PNBP;

• Efisiensi belanja melalui penghematan belanja perjalanan dinas untuk direalokasikan ke kegiatan yang lebih prioritas dan lebih produktif sesuai usulan K/L (refocusing); • Penghematan subsidi;

Meningkatkan fiscal space bagi program-program yang lebih produktif:

• Reformasi subsidi BBM dengan skema kebijakan fixed subsidy untuk solar dengan subsidi maksimum Rp1.000/liter untuk setiap level harga dan kebijakan harga keekonomian yang ditetapkan Pemerintah untuk premium.

Meminimalkan kerentanan fiskal akibat fluktuasi harga minyak mentah dan nilai tukar:

• Pengalokasian tambahan anggaran untuk berbagai program prioritas (sesuai visi dan misi Presiden), meliputi dukungan sektor pendorong pertumbuhan (pangan, energi, maritim, pariwisata, dan industri), pemenuhan kewajiban dasar (pendidikan, kesehatan, dan perumahan), pengurangan kesenjangan antarkelas pendapatan dan antarwilayah, pembangunan infrastruktur konektivitas.

Memperbaiki postur APBN agar lebih produktif dan berkualitas dalam mendukung pencapaian sasaran dan prioritas pembangunan yang telah ditetapkan dalam Nawacita dan Trisakti:

(14)

Strategi Kebijakan Penganggaran Tahun 2015

(2)

Tujuan Tambahan kapasitas fiskal

Belanja lebih produktif Pengurangan Defisit Penghematan Subsidi BBM Rp211,3T Peningkatan Pajak Non Migas dan Penerimaan Bea Cukai Rp148,4 T Penghematan belanja perjadin (refocusing) Tambahan transfer ke daerah dan dana desa

Rp34,7 T Kenaikan Belanja K/L (untuk mendukung program prioritas) Rp148,2 T Tambahan PMN Rp63,1T Kebijakan Penganggaran

(15)

INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN

IV. Perkembangan dan Isu

Strategis Penganggaran

Kementerian PUPR

(16)

Alokasi Anggaran Kementerian PUPR

Tahun 2011 s.d. 2015

Alokasi anggaran Kementerian PUPR meningkat menjadi hampir dua kali lipat dalam waktu 5 (lima) tahun (2011 -2015) dan menjadi K/L dengan alokasi terbesar dalam APBN-P tahun 2015.

dalam miliar

Tahun

PAGU

REALISASI % Realisasi

2011

60.373,97 53.720,61

88,98%

2012

81.477,11 71.527,57

87,79%

2013

91.765,58 83.720,53

91,23%

2014

80.494,09 75.094,03

93,29%

(17)

-INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN

17

17

Alokasi Anggaran per Unit Eselon I

Kementerian PUPR Tahun 2011 s.d. 2015

dalam miliar rupiah PAGU REALISASI PAGU REALISASI PAGU REALISASI PAGU REALISASI SEKRETARIAT JENDERAL 843,97 783,33 693,20 557,84 1.110,48 1.075,46 1.639,75 1.514,92 INSPEKTORAT JENDERAL 122,86 65,28 121,49 71,50 115,16 83,49 85,60 70,74 DITJEN PENATAAN RUANG 669,02 592,39 750,00 679,15 793,69 725,58 975,07 894,54 DITJEN BINA MARGA 27.975,01 25.369,18 40.339,78 36.494,90 38.956,26 35.778,72 40.292,51 37.836,17 DITJEN CIPTA KARYA 13.527,35 12.442,75 13.867,93 12.904,96 21.953,96 20.874,10 14.548,63 13.923,82 DITJEN SUMBER DAYA AIR 13.023,41 11.426,46 19.080,85 16.204,71 23.181,57 20.163,14 18.129,44 16.573,24 BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 435,57 414,43 417,04 384,69 440,71 424,94 488,26 463,68 BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI 314,77 264,01 254,06 227,51 309,43 296,82 333,50 309,77 KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT 3.462,02 2.362,78 5.952,76 4.002,32 4.904,32 4.298,28 4.001,33 3.507,15 JUMLAH 60.373,97 53.720,61 81.477,11 71.527,57 91.765,58 83.720,53 80.494,09 75.094,03

2011 2012 2013 2014 UNIT ESELON I

dalam miliar rupiah

UNIT ESELON I APBN 2015 UNIT ESELON I APBN-P 2015 SEKRETARIAT JENDERAL 869,10 SEKRETARIAT JENDERAL 656,86 INSPEKTORAT JENDERAL 105,20 INSPEKTORAT JENDERAL 105,20 DITJEN PENATAAN RUANG 1.350,00 DITJEN BINA MARGA 56.974,82 DITJEN BINA MARGA 41.300,91 DITJEN CIPTA KARYA 19.612,52 DITJEN CIPTA KARYA 14.408,90 DITJEN SUMBER DAYA AIR 30.562,50 DITJEN SUMBER DAYA AIR 22.361,74 BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 519,50 BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 519,50 DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI 722,90 BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI 422,90 BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA 537,24 KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT 4.621,55 BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH 525,00 JUMLAH 85.959,79 DITJEN PENYEDIAAN PERUMAHAN 7.768,03 DITJEN PEMBIAYAAN PERUMAHAN 561,52 JUMLAH 118.546,08

Catatan :

Sekitar 70% alokasi anggaran Kementerian PU dimanfaatkan untuk penyelenggaraan jalan dan penyediaan pengelolaan Sumber Daya Air

(18)

Isu Strategis Penganggaran

Kementerian PUPR

1.

Berdasarkan

Spending Review World Bank (Tahun 2007),

Investasi di bidang

infrastruktur di Indonesia, indikator akses terhadap infrastruktur dasar

semakin memburuk, serta peringkat Infrastruktur Indonesia masih

tertinggal dari negara tetangga

2.

Kualitas infrastruktur khususnya jalan di Indonesia masih berada dibawah

Thailand, Malaysia dan China. Walaupun alokasi dana untuk jalan

meningkat sangat tajam, namun peningkatan output jalan tidak terlihat

secara signifikan, karena sebagian dana terserap oleh kenaikan

unit cost

jalan.

3.

Distribusi alokasi anggaran untuk masing-masing provinsi (lokasi) perlu

disinergikan dengan prioritas program pembangunan Pemerintah sesuai

Nawacita dan Trisakti

4.

Peningkatan alokasi anggaran Kementerian PUPR yang cukup signifikan

diharapkan dapat memberikan

multiplier effect

yang lebih tinggi bagi

pertumbuhan ekonomi nasional dan sekaligus meningkatkan kesejahteraan

masyarakat melalui peningkatan akses atas infrastruktur dasar yang

disediakan Pemerintah

(19)

INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN

V. Pagu Indikatif Tahun 2016

(20)

Kebijakan Pengalokasian Pagu Indikatif

Tahun 2016

1. Direncanakan awal sebesar Rp807,7 T dan dicadangkan anggaran sebesar Rp19,4 T yang

akan dimanfaatkan utamanya pada pembangunan infrastruktur dan kegiatan prioritas

lainnya, setelah mendapat konfirmasi kesiapan pelaksanaan hasil trilateral meeting dan

Musrenbang.

2. Ditujukan untuk mendukung pelaksanaan program pembangunan seperti infrastruktur,

ketahanan pangan, energi, kemaritiman dan pariwisata sesuai dengan prioritas pembangunan dalam RKP 2016, RPJMN tahun 2015-2019 serta untuk mendukung pencapaian sasaran dan prioritas pembangunan yang telah ditetapkan dalam agenda Nawacita dan Trisakti.

3. Pemenuhan alokasi anggaran pendididikan (sekurang-kurangnya 20% dari APBN) dan

anggaran kesehatan (5% dari APBN), yang merupakan amanat UUD 1945 amandemen ke-4 dan UU Kesehatan, tidak boleh berkurang.

4. Alokasi per program, di luar yang bersifat wajib dipenuhi dan wajib dialokasikan,

merupakan ancar-ancar dan bersifat indikatif, sehingga dimungkinkan untuk dilakukan pergeseran antarprogram.

5. Dalam pengalokasian memperhatikan sinergitas antara Pemerintah Pusat dan

Pemerintahan Daerah (sinkronisasi antara kegiatan dalam Renja K/L dan kegiatan daerah), dengan berpedoman pada pembagian urusan dan kewenangan sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan.

(21)

INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN 21

Kebijakan Pengalokasian Pagu Indikatif

Tahun 2016...(lanjutan)

6. Pengusulan Inisiatif Baru oleh K/L ditiadakan.

7. Dalam hal terdapat usul-usul baru yang lebih prioritas, maka pendanaannya

dilakukan melalui penajaman prioritas, refocusing, dan realokasi dari dana yang

ada, serta didiskusikan/disepakati di dalam forum trilateral meeting.

8. Dihitung dengan memperhatikan kinerja penyerapan 2014, proyeksi 2015, dan

rencana tahun 2016;

9. Mengikuti rencana peningkatan kualitas belanja negara, dan dilaksanakan

dengan:

a. Pengalihan program kurang produktif ke program yang lebih produktif b. Perbaikan kualitas perencanaan untuk mempertajam kualitas belanja; dan

c. Perbaikan manajemen dan administrasi perencanaan, penganggaran, dan pelaksanaan anggaran, termasuk melalui penyempurnaan KPJM dan penataan arsitektur dan informasi kinerja.

10. Pagu Indikatif Tahun 2016 telah menampung:

a. kebutuhan untuk kebutuhan dasar/wajib K/L;

b. kebutuhan Prioritas (Rupiah Murni) untuk mendukung pencapaian prioritas-prioritas pembangunan;

(22)

Pagu Indikatif Kementerian PUPR per Program Tahun 2016

No. Program Alokasi (miliar rupiah)

1 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan tugas teknis lainnya Kementerian PUPR

190,56

2 Peningkatan sarana dan prasarana aparatur Kementerian PUPR 245,026

3 Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian PUPR

105,81

4 Program Penyelenggaraan Jalan 46.443,85

5 Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman 19.131,33

6 Program Pengelolaan Sumber Daya Air 25.030,08

7 Program Pengembangan Perumahan 7.780,26

8 Program Pengembangan Pembiayaan Perumahan 581,85

9 Program Penelitian dan Pengembangan Kementerian PUPR 402,03

10 Porgram Pembinaan Konstruksi 681,93

11 Program Pengembangan Infrastruktur Wilayah 568,31

12 Program Pengembangan Sumber Daya Manusia 493,00

(23)

INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN

PAGU INDIKATIF

(miliar rupiah)

Rencana Output Prioritas Hasil Exercise Kem. Keuangan dengan Mempertimbangkan RPJMN

Kementerian PUPR 102.554,85

Ditjen Bina Marga 46.443,85

- Panjang jalan yang dipelihara dan ditingkatkan (46.489,27 km) - Panjang jembatan yang dipelihara (474.189,37 m)

- Panjang jalan yang dilebarkan (297,01 km)

- Panjang jembatan yang ditingkatkan/diduplikasi (8.075,42 m) - Panjang jalan baru yang dibangun (1.000,37 km)

- Panjang jembatan baru dan fly over yang dibangun (6.572,77 m) - Panjang jalan tol yang dibangun (10,02 km)

- Pembangunan/Pelebaran Jalan di Kawasan Strategis, Perbatasan, Wilayah Terluar dan Terdepan (449,00 km)

- Pembangunan/Duplikasi Jembatan di Kawasan Strategis, Perbatasan, Wilayah Terluar dan Terdepan (1.161,00 m)

- Pengadaan tanah untuk jalan tol (3.977,00 ha)

Ditjen Cipta Karya 19.131,33

- Penanganan kawasan kumuh perkotaan (8.975Ha), Pengembangan Kota Baru dan fasilitasi perkotaan (179 Kota/Kws), kawasan permukiman perdesaan (145 kawasan), dan Penanganan Kawasan permukiman Khusus (7 Kawasan)

- SPAM Regional (700 l/dt), SPAM Perkotaan (IKK 2.100 l/dt dan Ibukota Pemekaran/Perluasan Perkotaan 810 l/dt), PAMSIMAS (1.274 l/dt), SPAM Khusus (Kawasan Kumuh Perkotaan 180 l/dt, Kawasan Nelayan 55 l/dt, Desa Rawan Air 96 l/dt), SPAM PDAM Terfasilitasi (Bantuan Program 70 PDAM dan Pengembangan Jaringan SPAM MBR 118 kawasan), SPAM Non PDAM Terfasilitasi (Bantuan Program 5 NonPDAM/UPTD dan Pengembangan Jaringan SPAM MBR 29 kawasan)

- Infrastruktur limbah dengan sistem terpusat skala kota (12 kab/kota), skala komunal (1.460 kawasan), dan skala kawasan (26 kawasan); Instalasi pengolahan lumpur tinja (30 kab/kota); Infrastruktur tempat pemrosesan akhir sampah (55 kab/kota); Infrastruktur tempat pengolahan sampah terpadu/3R (140 kab/kota); Infrastruktur fasilitas pengolahan sementara sampah (16 kab/kota); Infrastruktur drainase (4.500 Ha di 34 kab/kota)

- Penyelenggaraan Bangunan Gedung Pusaka 2 Bangunan Gedung, dan Bangunan Gedung Hijau 8 Bangunan Gedung dan Penataan Bangunan Kawasan Strategis Nasional 40 Kawasan, Kawasan Pusaka 8 Kawasan, Kawasan Hijau 20 Kawasan, dan Kebun Raya 12 Kawasan - Peningkatan aksesibilitas Kawasan (8 kawasan), Peningkatan kondisi bangunan (6 kawasan),

Peningkatan layanan sanitasi (4 kawasan), peningkatan layanan air minum (8 kawasan)

Rencana Target Sasaran Output Prioritas

Kementerian PUPR Tahun 2016

(1)

(24)

PAGU INDIKATIF

(miliar rupiah)

Rencana Output Prioritas Hasil Exercise Kem. Keuangan dengan Mempertimbangkan RPJMN

Ditjen Sumber Daya Air 25.030,08

- Pembangunan dan peningkatan jaringan irigasi air permukaan (174.129 Ha), irigasi air tanah (6.604 Ha), reklamasi rawa (39.066 Ha), dan tata air tambak (2.500 Ha)

- Rehabilitasi jaringan irigasi air permukaan (468.135 Ha), irigasi air tanah (10.580 Ha), reklamasi rawa (118.527 Ha), dan tata air tambak (21.321 Ha)

- Pembangunan sarana/prasarana pengendali banjir (332,81 Km), lahar/sedimen (28 Buah), dan pengaman pantai (67,50 Km)

- Rehabililtasi sarana/prasarana pengendali banjir (198,30 Km), lahar/sedimen (55 buah), dan pengaman pantai (1,80 Km)

- Pembangunan waduk (Waduk dalam Proses Pembangunan 27 Buah, Waduk Baru 8 Buah)/embung/situ/bangunan penampung air lainnya - Rehabilitasi waduk/embung/situ/bangunan penampung air lainnya - Konservasi kawasan sumber air

- Pembangunan sarana/prasarana penyediaan air baku (12 m3/detik) - Operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi, rawa, dan jaringan pengairan

lainnya

Ditjen Penyediaan Perumahan

7.780,26

- Rumah khusus terbangun beserta PSU dan Meubelair sebanyak 7.515 unit, Rehabilitasi rumah khusus sebanyak 1.000 unit

- Rumah yang Terfasilitasi bantuan Stimulan Pembangunan Baru Rumah Swadaya sebanyak 20.000 unit, Rumah yang Terfasilitasi bantuan Stimulan Peningkatan Kualitas Rumah Swadaya sebanyak 50.000 unit

- Rumah Susun terbangun beserta PSU dan Meubeulair sebanyak 20.500 unit, Rumah susun yang direvitalisasi sebanyak 11.200 unit

Rencana Target Sasaran Output Prioritas

Kementerian PUPR Tahun 2016

(2)

(25)

INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN

VI PENUTUP

1. Infrastruktur memegang peranan penting dalam:

a) Mendorong

pertumbuhan

ekonomi

melalui

peningkatan

produktivitas dan daya saing;

b) Mengentaskan kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan rakyat

melalui peningkatan akses terhadap pelayanan dasar;

2. Peningkatan anggaran infrastruktur yang sangat

signifikan diharapkan dapat menjadi

stimulus utama

bagi

pertumbuhan

ekonomi

dan

peningkatan

kesejahteraan rakyat;

3. Evaluasi dan langkah-langkah terobosan untuk perbaikan

pelaksanaan dan pengelolaan program/kegiatan bidang

infrastruktur perlu dilakukan dalam rangka peningkatkan

(26)

Referensi

Dokumen terkait

(Berisikan nama Program yang mendukung Prioritas Nasional 1) dst a.aaa.aaa b.bbb.bbb a.aaa.aaa b.bbb.bbb a.aaa.aaa b.bbb.bbb a.aaa.aaa b.bbb.bbb Dst.. STRATEGI

RENCANA KEBIJAKAN STRATEGIS PERLUASAN AREAL PERTANIAN BARU DALAM RANGKA MENDUKUNG PRIORITAS NASIONAL KETAHANAN PANGAN.. Direktorat Pangan

PRIORITAS NASIONAL 6: KETAHANAN PANGAN Penanggung Jawab PN Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Penanggung Jawab PP Direktorat Pangan dan Pertanian.. Jumlah Desk

Rencana program dan kegiatan prioritas daerah pada tahun 2017 mendatang didasari pada derivasi harmonisasi Program RPJMN dan RPJMD Provinsi Jawa Timur tahun 2014-2019 serta RKP

Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) XXXII HATHI dengan tema “Meningkatkan Ketahanan Air Nasional dalam Menunjang Kedaulatan Pangan, Ketahanan Energi dan Pengembangan Kemaritiman”

Selanjutnya guna mendukung pencapaian pertumbuhan ekonomi nasional berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2019 yang ditargetkan mencapai 5,4 – 5,8% sesuai

Penyelenggaran SPM Ketahanan pangan mencakup tiga aspek penting ketahanan pangan yang dapat digunakan sebagai indikator pencapaian standar pelayanan ketahanan pangan

Dalam pencapaian target RPJMN III Bidang Cipta Karya (100-0-100), Kebijakan Prioritas Nasional Ditjen Cipta Karya 2015-2019 antara lain: (1) mendukung pengembangan sistem