• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI V DPR-RI DALAM RESES MASA PERSIDANGAN II TAHUN SIDANG KE PROVINSI MALUKU TANGGAL 7-11 MARET 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI V DPR-RI DALAM RESES MASA PERSIDANGAN II TAHUN SIDANG KE PROVINSI MALUKU TANGGAL 7-11 MARET 2010"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI V DPR-RI

DALAM RESES MASA PERSIDANGAN II

TAHUN SIDANG 2009-2010

KE PROVINSI MALUKU

TANGGAL 7-11 MARET 2010

=============================================

I.

PENDAHULUAN

A. DASAR HUKUM:

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; pada perubahan Pertama Pasal 20, Pasal 20 A, Pasal 23;

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2009 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;

3. Peraturan DPR RI Nomor 01/DPR RI/I/2009-2010 tentang Tata Tertib;

4. Surat Keputusan Pimpinan DPR-RI Nomor: 85/Pimp/II/2009-2010 tentang melakukan Kunjungan Kerja dalam Reses Masa Persidangan II Tahun Sidang 2009-2010;

5. Keputusan Rapat Intern Komisi V DPR-RI tanggal 12 Januari 2010 tentang Penyusunan Program Kerja dan Pembentukan Tim Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI serta Rapat Koordinasi Kunjungan Kerja Komisi V tanggal 22 Februari 2010 tentang persiapan kunjungan kerja dengan semua mitra Komisi V, Kepala Kantor Perwakilan Provinsi Maluku, Papua, dan Papua Barat.

B. Maksud dan Tujuan Kunjungan Kerja :

1. Maksud Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI adalah:

a. Untuk melihat secara langsung hasil-hasil pembangunan infrastruktur di Provinsi Maluku khususnya Bidang Perhubungan, Pekerjaan Umum, Bidang Perumahan dan Pembangunan Daerah Tertinggal, Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dan Basarnas yang menjadi mitra kerja Komisi V DPR RI.

b. Untuk mengetahui permasalahan-permasalahan di Provinsi Maluku utamanya pembangunan Infrastruktur dalam pembiayaan APBN.

c. Untuk menyerap aspirasi di masyarakat, baik pembangunan infrastruktur yang diperlukan maupun kendala yang dihadapi masyarakat terhadap hasil pembangunan infrastruktur di Maluku.

2. Tujuan dilaksanakannya Kunjungan Kerja adalah dalam rangka melaksanakan Fungsi dan Tugas Dewan. Berdasarkan Peraturan DPR RI Nomor 01/DPR-RI/I/2009-2014 tentang Tata Tertib, pada Pasal 53 tentang Tugas Komisi, dimana

(2)

1. Tugas Komisi dalam pembentukan undang-undang (legislasi)

2. Tugas Komisi di Bidang Anggaran (Budgeting)

3. Tugas Komisi di bidang Pengawasan

Utamanya terkait dengan Tata Tertib DPR RI Pasal 53 ayat (3) tentang Tugas Komisi antara lain pada:

butir a. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan undang-undang, termasuk anggaran pendapatan dan belanja negara serta peraturan pelaksanaannya yang termasuk dalam ruang lingkup tugasnya; butir c. Melakukan pengawasan terhadap kebijakan pemerintah.

Selain itu, terkait pula dalam Tata Tertib DPR RI Pasal 54 ayat (3) huruf f tentang ”Komisi dalam menjalankan tugas sebagaimana dalam pasal 53 ayat (3), dan tindak lanjut pengaduan masyarakat, dapat”:

”Mengadakan kunjungan kerja dalam masa reses, atau apabila dipandang perlu, dalam masa sidang dengan persetujuan pimpinan DPR yang hasilnya dilaporkan dalam rapat komisi untuk ditentukan tindak lanjutnya”.

II.

WAKTU DAN DAERAH KUNJUNGAN KERJA

Dalam masa reses persidangan II Tahun Sidang 2009-2010, Kunjungan Kerja dilaksanakan pada tanggal 7 – 11 Maret 2010 di Provinsi Maluku.

III.

KOMPOSISI TIM

Komposisi Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI Ke Provinsi Maluku adalah sebagai berikut;

NO. NO.

ANGG. N A M A FRAKSI KETERANGAN

1. A-348 Drs. YOSEPH UMARHADI, M.Si, MA F-PDIP KETUA TIM 2. A-414 Ir. NOVA IRIANSYAH, MT F-PD ANGGOTA 3. A-446 USMAWARNIE PETER F-PD ANGGOTA 4. A-443 H. ZULKIFLI ANWAR F-PD ANGGOTA 5. A-544 SONY WAPLAU F-PD ANGGOTA 6. A-227 Ir. BAMBANG SUTRISNO F-PG ANGGOTA 7. A-264 H. M. MALKAN AMIN F-PG ANGGOTA 8. A-359 MANGARA M. SIAHAAN F-PDIP ANGGOTA 9. A-409 Ir. RENDHY A. LAMADJIDO, MBA F-PDIP ANGGOTA 10. A-361 NUSYIRWAN SOEJONO, ST F-PDIP ANGGOTA 11. A-57 KH. ABDUL HAKIM, MM F-PKS ANGGOTA 12. A-55 Drs. H.M. SYAHFAN BADRI SAMPURNO F-PKS ANGGOTA 13. A-144 Dra. YASTI SOEPREDJO MOKOAGOW F-PAN ANGGOTA 14. A-312 Dra. HJ. NORHASANAH, M.Si F-PPP ANGGOTA 15. A-159 H. IMAM NAHRAWI, S.Ag F-PKB ANGGOTA 16. A-43 Ir. FARY DJEMI FRANCIS, MM F-GERINDRA ANGGOTA 17. A-13 SALEH HUSIN, SE., M.Si F-HANURA ANGGOTA

(3)

Dari Sekretariat Komisi V DPR RI :

1 DRS. BUDI JATNIKA, M.Si SEKRETARIAT 2 MUHADI, S.Sos SEKRETARIAT 3 HARYANTI, SAB SEKRETARIAT 4 IR. M. HASBI AZIS, M.Si TENAGA AHLI

Mitra dari berbagai Departemen dan Lembaga yang mendampingi adalah dari: - Departemen Pekerjaan Umum

- Departemen Perhubungan

- Kementerian Negara Perumahan Rakyat

- Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika

- Badan SAR Nasional,

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

1 Ir. HEDIYANTO W. H., M.Sc DIREKTUR WILAYAH BARAT DITJEN BINA MARGA 2 Ir. JEFRI R PATTIASINA, MT KEPALA BALAI PELAKSANA JALAN NASIONAL IX KEM.PU 3 Ir. TRIS RADITIAN KEPALA BALAI WILAYAH SUNGAI MALUKU SDA

4 Ir. MARUASAS PANJAITAN DITJEN BINA MARGA WILAYAH TIMUR 5 Ir. SUPRAPTO DITJEN SDA KEMENTERIAN PU 6 Ir. T. WIDIANTO DITJEN SDA KEMENTERIAN PU

7 Ir. PRIHARTONO DITJEN BINA MARGA KEMENTERIAN PU 8 Ir. HARJONO DITJEN TATA RUANG KEMENTERIAN PU

9 Ir. SETYO YUWONO KASUBDIT PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN DIT. PAM 10 WARJONO, S.Sos, MM KASUBBID HUBUNGAN ANTAR LEMBAGA – PENGHUBUNG PU 11 ADE SAIFUL, ST, MT KASUBBID PELAPORAN PIMPINAN KEM. PU

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

1 BAMBANG TJAHJONO DIREKTUR BANDAR UDARA DITJEN HUBUD KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

2 SUWANDI SAPUTRA DIREKTUR PELABUHAN DAN PENGERUKAN DITJEN HUBLA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

3 WIRATNO DIREKTUR ASDP, DITJEN HUBDAT 4 SUDIRMAN LAMBALI DIREKTUR LLAJ, DITJEN HUBDAT

5 HOTMA P SIMANJUNTAK KASUBDIT ANGKUTAN JALAN DITJEN HUBDAT

6 CHANDRA IRAWAN KASUBDIT PENGEMBANGAN PELABUHAN, DITJEN HUBLA 7 LUKMAN LAISA KASIE PROGRAM DAN STANDARISASI PRASARANA, DITJEN

HUBUD

8 SAFRUDDIN KASUBAG ANEVA, DITJEN HUBUD

9 EVA AMIR KASUBAG UDARA ANALISA EVALUASI BIRO PERENCANAAN 10 NUR HADI KASIE LLASDP DITJEN HUBDAT

11 HARRY SUWIGNYO KASIE ANGKUTAN UDARA NIAGA TIDAK BERJADWAL DALAM NEGERI

12 SATYA PRANATA BIRO UMUM

KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT

1 IR. WIDIANTO ADIPUTRO, Dipl. SE

ASDEP PENGEMBANGAN SISTEM PERUMAHAN SWADAYA KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT

2 HERI GUNAWAN KABID KERJASAMA PEMERINTAH, DUNIA USAHA, DAN ASOSIASI KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT

KEMENTERIAN PDT

(4)

BMKG

1 DRS. MOCH. RIFANGI INSPEKTUR BMKG

2 DRS. ARIEF WALUYO HADI, M.Si. KABAG RENCANA DAN TARIF, BMKG

BASARNAS

1 AGUNG PRASETYO KARO HUKUM DAN KEPEGAWAIAN BASARNAS 2 KAMIL KABAG PERENCANAAN DAN PROGRAM

Selain itu, kami juga didampingi rekan-rekan wartawan.

IV.

OBYEK/ SASARAN KUNJUNGAN KERJA:

Komisi V DPR RI melakukan peninjauan, pertemuan, penyerapan aspirasi, dialog, dan melakukan komunikasi intensif dengan pemerintah daerah, masyarakat luas serta Instansi yang terkait dengan mitra kerja Komisi V DPR RI di Provinsi Maluku.

Secara umum, obyek yang ditinjau Tim Kunker Komisi V DPR RI saat di Provinsi Maluku adalah sebanyak 25 titik kegiatan/ Proyek, antara lain peninjauan keberadaan pembangunan Infrastruktur di Kota Ambon dan Maluku Tengah (Pulau Ambon), Kota Tual, Kabupaten Maluku Tenggara, dan Kota Saumlaki (Maluku Tenggara Barat) dengan obyek khusus sebagai berikut:

1) Meninjau Bandara Pattimura, Maluku, yang disertai ekspos PT Angkasa Pura I, ekspos sarana dan prasarana BMKG Maluku dan Basarnas Maluku;

2) Meninjau Sarana prasarana BMKG Maluku;

3) Meninjau Lokasi Proyek Peningkatan kualitas Perumahan Swadaya dan Penyediaan PSU di Desa Laha Kec. Teluk Ambon;

4) Meninjau Pengamanan Pantai Hative Besar/Way Ome, Ambon; 5) Meninjau Ruas Durian Patah – Laka Ambon;

6) Meninjau Jembatan Poka – Galala (Jembatan Merah Putih); 7) Meninjau Dermaga Penyeberangan Poka - Galala;

8) Meninjau Pelabuhan Laut Gudang Arang, Ambon; 9) Meninjau Kantor PDAM Kota Ambon;

10)Meninjau Pelabuhan Penumpang Yos Soedarso di Kota Ambon;

11)Meninjau Pelabuhan Laut Tulehu, Kab. Maluku Tengah, di Pulau Ambon; 12)Meninjau Peninjauan Checkdam Way Papula, Ambon;

13)Meninjau Bandara Dumatubun Langgur, Tual; 14)Meninjau Ruas jalan Langgar – Danar;

15)Meninjau Pembangunan Bandara Ibra;

16)Meninjau Pengembangan Penyediaan Sistem Air Minum Desa Ohoitel Kota Tual; 17)Meninjau Pengembangan Pelabuhan Tual;

18)Meninjau Pembangunan Jalan dan Jembatan di Kota Tual;

19)Meninjau Pembangunan Pelabuhan Kenavigasian-Danar, Kab. Maluku Tenggara; 20)Meninjau Jembatan Rosenberg di Kabupaten Maluku Tenggara;

21)Meninjau Bandara Olilit - Saumlaki;

22)Meninjau Pembangunan Bandara Saumlaki Baru;

23)Meninjau Pelabuhan Saumlaki;

24)Meninjau Bantuan Perahu Nelayan Kementerian PDT di MTB; dan 25)Meninjau Bantuan Mobil Angkutan Perdesaan Kementerian PDT di MTB

(5)

No Obyek Waktu Mitra Kerja

1 Bandara Pattimura, Maluku ; 8 Maret 2010 Kementerian Perhubungan 2 Sarana prasarana BMKG Maluku; 8 Maret 2010 BMKG 3 Sarana prasarana Basarnas Maluku; 8 Maret 2010 BASARNAS 4 Ruas Durian Patah – Laka Ambon; 8 Maret 2010 Kementerian PU 5 Jembatan Poka-Galala (Jembatan Merah Putih); 8 Maret 2010 Kemen.Perhubungan 6 Dermaga Penyeberangan Poka - Galala ; 8 Maret 2010 Kemen.Perhubungan

7

Lokasi Proyek Peningkatan kualitas Perumahan Swadaya dan Penyediaan PSU di Desa Laha Kec. Teluk Ambon;

8 Maret 2010 Kementerian Perumahan Rakyat

8 Pengamanan Pantai Hative Besar/Way Ome,

Ambon; 8 Maret 2010 Kementerian PU 9 Kantor PDAM Kota Ambon; 11 Maret 2010 Kementerian PU 10 Bandara Dumatubun Langgur, Tual; 9 Maret 2010 Kemen.Perhubungan 11 Ruas jalan Langgar – Danar; 9 Maret 2010 Kementerian PU 12 Pembangunan Bandara Ibra; 9 Maret 2010 Kemen.Perhubungan 13 Pembangunan Pelabuhan Tual; 9 Maret 2010 Kemen.Perhubungan 14 Pembangunan Jalan dan Jembatan di Kota Tual; 9 Maret 2010 Kementerian PU

15

Pembangunan Air Bersih di Tual (Pengembangan Penyediaan Sistem Air Minum Desa Ohoitel Kota Tual);

9 Maret 2010 Kementerian PU

16 Pembangunan Pelabuhan Kenavigasian-Danar,

Kab. Maluku Tenggara; 9 Maret 2010 Kementerian PU 17 Jembatan Rosenberg di Kabupaten Maluku

Tenggara; 9 Maret 2010 Kementerian PU 18 Bandara Olilit - Saumlaki; 10 Maret 2010 Kemen.Perhubungan 19 Pembangunan Bandara Saumlaki Baru; 10 Maret 2010 Kemen.Perhubungan 20 Pelabuhan Saumlaki; 10 Maret 2010 Kemen.Perhubungan 21 Bantuan Perahu Nelayan Kementerian PDT di

MTB 10 Maret 2010 Kemen.Perhubungan 22 Bantuan Mobil Angkutan Perdesaan Kementerian

PDT di MTB 10 Maret 2010 Kemen.Perhubungan 23 Checkdam Way Papula; 11 Maret 2010 Kementerian PU 24 Pelabuhan Laut Gudang Arang, Ambon; 11 Maret 2010 Kemen.Perhubungan 25 Pelabuhan Laut Tulehu, Kab. Maluku Tengah 11 Maret 2010 Kemen.Perhubungan 26 Pelabuhan Yos Soedarso, Ambon 11 Maret 2010 Kemen.Perhubungan

Ekspos:

1 Ekspos Pemprov Maluku Rumah Jabatan Wakil Gubernur Prov. MalUt 2 Ekspos Bupati Maluku Tenggara Aula Pangkalan AU, Tual

3 Ekspos Walikota Tual Kepulauan Aula Walikota Tual 4 Ekspos Wakil Bupati Saumlaki Aula Bandara Olilit, Saumlaki

(6)

V.

SELAYANG PANDANG PROVINSI MALUKU

A.

Gambaran Umum Provinsi Maluku

Propinsi Maluku dengan ibukota Ambon, terletak di antara 3° LU 8°30’ LS dan 125° - 135° BT, mempunyai luas wilayah 712.479,69 km² dengan perbandingan 1:9. Terdiri dari 92,4% (658.294,69 km2) lautan dan 7,6% (54.185 km2) daratan, seluas 8.572.800 ha, yang terdiri dari tanah datar seluas 1.251.630 Ha (14,6%), tanah bergelombang seluas 2.417.530 Ha (28,2%) dan tanah berbukit dan pegunungan seluas 4.903.640 Ha (57,2%).

Secara administratif pemerintahan, Maluku terdiri atas 9 kabupaten, 2 kotamadya, 64 kecamatan dan 886 desa / kelurahan, dan 632 pulau besar dan kecil, Pulau terbesar adalah Pulau Seram (18.625 Km2) disusul Pulau Buru (9.000 Km2), pulau Yamdena (5.085 Km2) dan Pulau Wetar (3.624 Km2). Uraian menurut wilayah pemerintahan, sebagai berikut:

1. Kabupaten Maluku Tengah, ibukotanya Masohi 2. Kabupaten Seram Bagian Timur, ibukotanya Bula 3. Kabupaten Seram Bagian Barat, ibukotanya Piru 4. Kabupaten Buru, ibukotanya Namlea

5. Kabupaten Maluku Tenggara, ibukotanya Langgur

6. Kabupaten Maluku Tenggara Barat, ibukotanya Saumlaki 7. Kabupaten Kepulauan Aru, ibukotanya Dobo

8. Kabupaten Maluku Barat Daya, ibukotanya Tiakur 9. Kabupaten Buru Selatan, ibukotanya amrole

10.Kotamadya Ambon, ibukotanya Ambon 11.Kotamadya Tual, ibukotanya Tual

Pulau-pulau di daerah ini dapat digolongkan atas dua bagian utama yaitu pulau vulkanis dan pulau karang yang terjadi dari pertemuan antara system orogenetik dan lingkar pasifik dengan system orogenetik sunda. Di pulau-pulau ini terdapat empat gunung, 11 danau dan 113 sungai besar dan kecil, sekitar 83% desa di provinsi ini berada pada ketinggian 0-100m dari permukaan laut.

(7)

Iklim yang terdapat di kepulauan maluku adalah iklim Tropis dan iklim Muzon, karena Daerah maluku merupakan daerah kepulauan dan dikelilingi oleh lautan yang luas. Dengan demikian iklim di daerah ini sangat dipengaruhi oleh lautan yang luas dan berlangsung seirama dengan iklim musim yang terdapat di sini.

PDRB propinsi ini pada tahun 2007 mencapai Rp.3.633.475.000.000,- dengan laju pertumbuhan sebesar 5,62% pertahun dan pendapatan perkapita sebesar Rp.2.790.769,-.

Wilayah Propinsi Maluku berbatasan dengan:

1. Disebelah Utara dengan Provinsi Maluku Utara

2. Disebelah Selatan dengan Negara Timor Leste dan Australia 3. Disebelah Timur dengan Provinsi Papua

4. Disebelah Barat dengan Provinsi Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah

Propinsi ini pada tahun 2008 berpenduduk 1.320.700 jiwa dengan tingkat pertumbuhan penduduk tahun 2000-2008 mencapai 1,57 % pertahun dan kepadatan penduduk 28 jiwa per km². Keadaan geografis propinsi ini terdiri atas kepulauan, pegunungan dan lautan sehingga diperlukan peran transportasi udara yang lebih besar lagi melalui kebijaksanaan penerbangan perintis yang diarahkan untuk melayani daerah-daerah yang tidak terjangkau oleh moda transportasi lainnya.

Sumber daya alam utama adalah pertambangan (minyak bumi, mutiara), pertanian dan perkebunan (kopi, cengkeh, pala dan kayu). Disamping itu propinsi ini memiliki banyak tempat wisata yang dapat dikembangkan.

Beberapa poin penting dari Provinsi Maluku secara umum, diantaranya adalah:

Provinsi Maluku merupakan salah satu provinsi tertua dalam sejarah Indonesia, juga merupakan salah satu dari 7 Provinsi Kepulauan di Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan ciri dan karakteristik yang khas, baik pada gugusan pulau-pulau maupun kondisi pariwisata, sosial budaya dan kekayaan laut yang melimpah, sehingga penanganan infrastruktur memerlukan perlakuan khusus dan komprehensif, utamanya pertimbangan ketepatan dan kecepatan mobilitas arus barang dan orang;

Maluku termasuk daerah rawan bencana, utamanya gempa dan tsunami sehingga memerlukan perhatian yang lebih khusus.

Maluku adalah salah satu provinsi dengan pulau-pulau terdepan yang berbatasan dengan Negara lain, sehingga mengemban tugas sebagai salah satu provinsi penjaga kedaulatan Negara dan memerlukan perhatian yang bernilai strategis.

Maluku adalah salah satu provinsi yang memiliki pulau terdepan yang berbatasan

langsung dengan negara tetangga, Australia dan Timor-Leste, sehingga prioritas penanganan infrastruktur sebagai modal dasar penjagaan perbatasan dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia, adalah sesuatu yang bernilai mutlak.

Pelaksanaan Undang-undang khususnya di sektor perhubungan belum maksimal, utamanya terkait implementasi UU Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, dan UU Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan.

(8)

B.

Gambaran Umum Kota Ambon

Kota Ambon, terletak di Pulau Ambon merupakan pusat pemerintahan provinsi Maluku.Kota ini memiliki luas wilayah 377 km² dan berpenduduk sebanyak 206.210 jiwa (2000). Terletak pada 3° – 4° LS, dan 128° – 129° BT, secara geografis Pulau terdiri dari dua Jazirah, Lei Hitu dan Lei Timur. Dengan batas-batasnya antara lain:

 Utara berbatasan dengan Semenanjung Huamual (Seram Barat)

 Selatan berbatasan dengan Laut Banda

 Barat berbatasan dengan Kabupaten Buru dan

 Timur berbatasan dengan Pulau Haruku.

Sedangkan Kota Ambon, mempunyai batas-batas:

 Utara berbatasan dengan Petuanan Desa Hitu, Hila, Kaitetu,Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah

 Selatan berbatasan dengan Laut banda

 Barat berbatasan dengan Petuanan Desa Hatu, Kecamatan Leihitu Kabupaten Maluku Tengah, dan

 Timur berbatasan dengan Petuanan Desa Suli, Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah

Pada zaman VOC, Pulau Ambon sangat di kenal di seluruh dunia sebagai salah satu pusat penghasil rempah-rempah di Nusantara.

Bertambahnya jumlah penduduk serta makin membaik strata kehidupan sosial ekonomi masyarakat Ambon dengan pola konsumsi yang sangat tinggi berdampak pada tuntutan kebutuhan papan (rumah) yang sehat dengan lingkungan yang baik.

Beberapa kawasan pengembangan sesuai arahan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Ambon yang merupakan sentra pertumbuhan baru dan potensial seperti kawasan Passo dengan lahan yang sangat datar telah dicadangkan untuk kawasan pertumbuhan baru bukan saja bagi sektor perdagangan dan jasa namun juga bagi sektor-sektor lainnya termasuk sektor perumahan dan permukiman.

Selain itu wilayah perairan Kota Ambon memiliki sumberdaya perikanan yang sangat potensial ditinjau dari besaran stok maupun peluang pemanfaatan dan pengembangannya.

(9)

Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian dan analisis terhadap kelimpahan stok potensi lestari. Investasi untuk sektor perikanan dapat dalam bentuk perikanan budidaya dan perikanan tangkap.

Letak Kota Ambon yang dikelilingi laut memungkinkan berkembangnya obyek wisata pantai. Hal ini turut didukung oleh kondisi alam pantai dengan panorama yang indah baik pada daerah pesisir pantai maupun pada daerah bawah laut. Sampai dengan akhir tahun 2004 konsentrasi pengembangan pariwisata yaitu pada 5 lokasi wisata pantai yang tersebar di sepanjang pesisir pantai bagian selatan.

Kawasan Passo sebagai Kota Orde Kedua memiliki keunggulan spatial dan potensi yang sangat besar untuk prospek pengembangan perumahan dan permukiman baru baik itu rumah tinggal maupun rumah toko (Ruko). Pengembangan kawasan ini karena ditunjang dengan kemampuan daya dukung lahan yang tersedia serta adanya rencana Pemerintah Kota untuk mengembangkan kawasan Passo sebagai pusat aktivitas ekonomi baru.

C.

Gambaran Umum Kabupaten Maluku Tengah (Pulau Ambon)

Kabupaten Maluku Tengah adalah salah satu kabupaten di provinsi Maluku, Indonesia. Ibukota kabupaten ini terletak di Masohi. Sebagian wilayahnya berada di Pulau Seram (Kecamatan Amahai dan Tehoru, serta Kota Masohi). Ada dua kecamatan yang terletak di Pulau Ambon (Kecamatan Leihitu dan Salahutu), dan sisanya adalah pulau-pulau di sekitarnya.

(10)

D.

Gambaran Umum Kabupaten Maluku Tenggara

Maluku Tenggara, secara astronomi terletak antara 5° - 6,5° LS dan 131°- 133,5° BT. Secara geografis, Kabupaten Maluku Tenggara dibatasi oleh:

- Sebelah selatan : Laut Arafura

- Sebelah utara : Papua bagian selatan - Sebelah timur : Kepulauan Aru

- Sebelah utara : Laut Banda dan bagian utara Kep. Tanimbar.

Kabupaten Maluku Tenggara terbentuk pada tahun 1952 (PP 35 Tahun 1952) yang saat ini telah mengalami 3 kali pemekaran sehingga melahirkan Kabupaten Maluku Tenggara Barat (tahun 1999), Kabupaten Kepulauan Aru (tahun 2003) dan Kota Tual (tahun 2007). Kabupaten dengan jumlah penduduk 102.933 jiwa ini mempunyai luas wilayah 4.049 km2 yang terbagi manjadi 6 kecamatan, 86 buah desa dan 104 buah dusun.

Langgur, adalah ibukota baru dari Maluku Tenggara, yang sebelumnya adalah Kota Tual. Dari data Pemkab Maluku Tenggara, angka kemiskinan meningkat menjadi 35,98% pada tahun 2008, dari 32,54% pada tahun 2007. Sedangkan angka pengangguran terbuka pada tahun 2007, 8,8%.

Keterbatasan kapasitas Infrastruktur Daerah di Kabupaten Maluku Tenggara, adalah sebagai berikut:

- Kapasitas jalan dan jembatan terbatas, terutama di Kei Besar;

- Keterbatasan pelabuhan dan transportasi laut, sehingga berbiaya tinggi; - Lapangan terbang terbatas frekuensi penerbangan sudah tinggi;

- Tenaga listrik terbatas teristimewa di pedesaan;

- Terbatasnya air bersih terutama di pedesaan dan pulau-pulau;

(11)

Kesenjangan antar wilayah masih terjadi, utamanya antara Kei Kecil dan Kei Besar, desa terisolir dengan perkotaan.

Permasalahan lain yang masih dihadapi dalam pembangunan daerah Kabupaten Maluku Tenggara, yaitu:

- Konsistensi perencanaan dan koordinasi pelaksanaan program dan kegiatan yang biayai dengan APBN dan APBD belum optimal, sehingga perlu ditingkatkan lagi

- Keterlambatan penyampaian petunjuk teknis pelaksanaan DAK 2010 mempengaruhi implementasi program dan kegiatan di Kabupaten Maluku Tenggara, sehingga program dan kegiatan DAK 2010 terpaksa harus disesuaikan pada APBD Perubahan 2010.

- Dana Alokasi Kabupaten Maluku Tenggara khususnya DAK Bidang Pemerintahan pada tahun 2010 sebesar Rp. 2.054.600.000,00, pada hal Kabupaten Maluku Tenggara menerima dampak langsung pemekaran, karena harus menyerahkan sebagai besar asetnya kepada Kota Tual.

- Pembangunan bidang infrastruktur jalan dan jembatan di daerah belum didukung secara signifikan oleh kontribusi APBN, pada hal infrastruktur dapat merangsang pertumbuhan ekonomi, mengurangi kesenjangan antar wilayah, dan mengurangi tingkat keterisolasian suatu daerah. Pada tahun 2010 alokasi DAK infrastruktur hanya sebesar Rp. 5.150.300.000,00,- mengalami penurunan dari tahun sebelumnya sebesar Rp. 9.861.000.000,00,- atau 47,77 %.

- Alokasi DAK serta realisasi Dana Bagi Hasil Pajak Bukan Pajak yang cenderung menurun sangat menganggu pencapaian kinerja jangka menengah daerah, karena rencana-rencana kinerja yang telah ditetapkan didasari pehitungan-perhitungan sumber daya keuangan secara terukur, termasuk yang bersumber dari pemerintah.

Beberapa saran, harapan dan permohonan dukungan di bidang Infrastruktur kepada pemerintah dan DPR RI, sebagai berikut:

1) Dukungan APBN untuk Penyelesaian Pembangunan Lapter/Bandar Udara Baru di Desa Ibra Kabupaten Maluku Tenggara agar dapat beroperasi pada 2011 sesuai rencana.

2) Dukungan Pemerintah Cq Kementerian Perhubungan dan Komisi Terkait di DPR untuk alih fungsi Pelabuhan Navigasi Danar (Uf-Mar) menjadi Pelabuhan Kontaiener dan Pelabuhan Perikanan.

3) Dukungan Dana untuk Pembangunan dan Pengembangan Dermaga Penyeberangan Feri di Langgur dan Elat untuk menunjang angkutan penyeberangan antara Kai Kecil dan Pulau Kei Besar.

4) Dukungan program dan Dana untuk realisasi pembangunan Jalan Negara Ruas Langgur – Ibra (lapter Baru) dan Jalan Strategis Nasional Ruas Ibra – Danar (Pelabuhan Uf-Mar).

5) Dukungan terhadap rencana pembangunan PLTU 6 MW di Maluku Tenggara. 6) Dukungan untuk pengembangan air bersih Evu

(12)

E.

Gambaran Umum Kota Tual Kepulauan

Kota Tual terbentuk berdasarkan UU No. 31 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kota Tual di Provinsi Maluku, dan terdiri dari 4 kecamatan dan merupakan pemekaran dari Kabupaten Maluku Tenggara.

Wilayah dalam administratif Kota Tual Kepulauan sebahagian besar terdiri dari lautan, sebesar 19.088,28 km2, dengan perbandingan daratan 1,34% (352,29 km2) dan lautan 98,66% (18.736 km2), dan mempunyai 13 pulau yang berpenghuni dari 66 pulau.

Kota Tual Kepulauan, memiliki batas wilayah sebagai berikut: - Sebelah selatan : Kab. Maluku Tenggara dan Laut Arafura - Sebelah timur : Selat Nerong (Kabupaten Maluku Tenggara) - Sebelah utara : Laut Banda

- Sebelah barat : Laut Banda

sektor pertanian(khususnya subsektor perikanan) merupakan leading sektor sebagai sektor yang mampu menghasilkan pendapatan bagi perekonomian kota. Dua sektor berikutnya adalah Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran dan Sektor Bangunan. Kedua sektor ini diharapkan mampu untuk mendorong ekspor dan mendukung sektor pertanian.

peluang investasi yang diarahkan adalah pemanfaatan pulau-pulau kecil dengan potensi sumberdaya yang masih sangat tinggi, dengan peruntukan untuk kegiatan pariwisata bahari, budidaya laut (marine culture) serta pendidikan dan penelitian

Sebagai daerah otonom baru maka Kota Tual sangat membutuhkan tersedianya berbagai infrastruktur terutama infrastruktur jalan, dermaga, air bersih, perumahan

(13)

dan infrastruktur lainnya dan untuk itu dibutuhkan bantuan dana dukungan dana dari Pemerintah Pusat, baik berupa dana DAK, dana sektoral, dana stimulus serta dana pembangunan lainnya karena saat ini dana daerah sangatlah minim dan terbatas, sehingga intervensi program dan dana pembangunan dari pemerintah pusat akan sangat berperan dalam akselerasi pembangunan di daerah ini.

Sebagai daerah kepulauan maka masalah transportasi merupakan masalah yang krusial karena selama ini keterbelakangan dan keterisolasian serta kemiskinan yang terjadi di pulau-pulau dalam wilayah Kota Tual disebabkan belum tersedianya sarana dan prasarana transportasi yang memadai yang menghubungi pulau-pulau dan kecamatan yang ada. Bila masalah akses transportasi berjalan lancar maka diharapkan akan sangat membantu perbaikan ekonomi dan taraf hidup masyarakat karena proses produksi dan pemasaran akan semakin meningkatkan pendapatan masyarakat dan mengurangi kesenjangan antar wilayah/pulau.

F.

Gambaran Umum Kabupaten Maluku Tenggara Barat

Kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB) dibentuk berdasarkan UU No 6 Tahun 2000 tentang Perubahan UU No. 46 Tahun 1999 tentang Pembentukan Provinsi Maluku Utara, Kabupaten Buru, dan Kabupaten Maluku Tenggara Barat. Berdasarkan UU No. 31 Tahun 2008, dibentuklah Kabupaten Maluku Barat Daya (MBD) sebagai pemekaran kabupaten MTB. Dengan kondisi tersebut, secara administrasi pemerintahan Kabupaten Maluku Tenggara Barat terbagi atas 9 (Sembilan) wilayah kecamatan dengan 71 desa, dengan rincian sebagai berikut:

(14)

Tabel 1. Jumlah Kecamatan, Desa, Anak Desa dan Kelurahan

No. Kecamatan Ibukota Jumlah

Desa Induk Anak Desa Kelurahan

1 Tanimbar Selatan Saumlaki 9 2 1 2 Wertamrian Lorulun 8 1 -

3 Wermaktian Seira 8 1 -

4 Selaru Adaut 6 1 -

5 Tanimbar Utara Larat 8 1 -

6 Yaru Romean 6 - -

7 Wuarlabobar Wunlah 12 6 - 8 Nirunmas Tutukembong 5 - - 9 Kormomolin Alusi Kelaan 9 - -

Jumlah 71 12 1

Sumber: BPS, Maluku Tenggara Barat dalam Angka, 2008

Secara keseluruhan, Kabupaten Maluku Tenggara Barat merupakan daerah kepulauan dan terkonsentrasi pada gugus pulau Tanimbar yang mempunyai luas keseluruhan 52.995,20 km2 yang terdiri dari wilayah daratan seluas 10.102,92 km2 dan wilayah perairan seluas 42.892,28 km2.

Kabupaten Maluku Tenggara Barat, secara astronomis, terletak pada 6° - 8°30’ LS dan 125° 45’ - 133° BT, dan berbatasan langsung dengan:

- Sebelah Utara : Laut Banda

- Sebelah Selatan : Laut Timor dan Laut Arafura

- Sebelah Barat : Gugus Pulau Babar Sermata, Maluku Barat Daya - Sebelah Timur : Laut Arafura

Selain itu, Kabupaten Maluku Tenggara Barat berbatasan langsung dengan Timor Leste dan Australia.

Sebagai daerah kepulauan, Kabupaten Maluku Tenggara Barat mempunyai 85 buah pulau, dengan 28 pulau belum berpenghuni.

Saat ini, aksesbilitas antar desa (permukiman penduduk) masih sulit, karena keterbatasan sarana dan prasarana infrastruktur, dan sangat mempengaruhi aktivitas akonomi, sosial budaya, serta aktivitas lainnya, sehingga menghambat upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat.

(15)

VI.

TEMUAN-TEMUAN TIM KUNJUNGAN KERJA

Berikut, adalah uraian dari sejumlah temuan yang dikelompokkan menurut sektor mitra kerja Komisi V DPR RI, didasarkan pada ekspos paparan Pemerintah dan temuan langsung saat kunjungan di lapangan:

A.

BIDANG KE-PU-AN

Issue – Issue strategis bidang terkait dengan bidang PU antara lain sbb :

- Tingkat kepadatan penduduk cukup tinggi dan keterbatasan lahan di kota ambon sehingga diperlukan pengembangan kota/wilayah ke daerah Poka dan Rumah Tiga - Cukup tingginya daerah kumuh dipesisir pantai kota Ambon dan kepadatan arus lalu

lintas sehingga diperlukan penataan kota Ambon (Ambon ) (Ambon Water Front City).

- Maluku sebagai daerah kepulauan sehingga diperlukan keterpaduan moda transportasi dara dan laut (Trans Maluku) dalam memperlancar arus lalu lintas orang dan barang serta untuk meningkatkan ekonomi masyarakat.

- Cukup tingginya infrastruktur jalan dan jembatan di daerah kawasan perbatasan dan daerah terpencil.

- Cukup tingginya kepadatan lalu-lintas ruas jalan AMBON- Laha dan Passo-Liang. - Pembangunan dan peningkatan jalan dan jembatan untuk menghubungkan seluruh

desa di pulau Kei Besar

- Pembangunan dan peningkatan Ruas Jalan Ngurdu-Hollat, dan Hollat Ohoiraut - Pembangunan da penignkatan Ruas Jalan Elat-Bombai dan Bombai

- Pembangunan Baru Ruas Jalan Langgur-Bandara (jalan Nasional) Ibra pelabuhan Danar (Jalan strategis Nasional)

- Peningkatan Langgur-Danar dan Danar-Tetoat

- Peningkatan Langgur-Ngilngot untuk pengembangan obyek wisata ngirbloat

- Pengembangan, percepatan pembangunan Provinsi Maluku harus terus dilakukan dilakukan karena provinsi ini memiliki sumber daya alam yang melimpah, dengan membangun jalan darat trans Maluku, yang dapat menghubungkan masing-masing kabupaten.

A.1. SUB SEKTOR BINA MARGA

Berdasarkan laporan Dinas PU Propinsi Maluku bahwa sampai saat ini jalan nasional memiliki panjang 985.47 Km dengan kondisi baik sepanjang 581.90 Km, kondisi sedang 295.10 Km, rusak ringan sepanjang 7.00 Km dan rusak berat sepanjang 101.47 Km ( 10.30 %). Sedangkan jalan Propinsi sepanjang 899.77 Km meliputi kondisi baik 295.51 Km, kondisi sedang 109.55 km, rusak 274.42 Km, rusak ringan 274.42 Km, rusak berat 220.29 Km.

Sementara jalan propinsi sepanjang 295.51 kondisi sedang 109.55 Km, kondisi rusak ringan 274.42 Km dan rusak berat sepanjang 220.29 Km.

Seperti kita ketahui bahwa propinsi Maluku merupakan daerah kepulauan dengan jumlah pulau 1.340 buah (data DKP) dengan persentase luas wilayah 92,4 % luas wilayah terdiri dari 92,4 % lautan dan 7,6 % luas wilayah daratan. Mengingat penyebaran pulau-pulau yang ada serta keterbatasan infrastruktur bidang PU maka

(16)

guna memberikan layanan infrastruktur di pulau-pulau yang ada di Provinsi Maluku ini diperlukan pembangunan Trans Maluku dalam rangka menghubungkan jalur distribusi antar pulau.

ISYU UTAMA: TRANS MALUKU

Panjang jalan Trans maluku yang ada saat ini adalah 1.016,38 km dengan kondisi :

 Perkerasan Hotmix dengan kondisi baik sepanjang 182,58 km, sedang sepanjang 189,64 km, dan rusak sepanjang 3,82 km

 Perkerasan Lapen dengan kondisi baik sepanjang 22,60 km, sedang sepanjang 7,2 km, dan rusak sepanjang 165,67 km

 Sepanjang 429,87 km sisanya berupa perkerasan LPC, tanah dan hutan.

Dalam rangka mewujudkan Trans Maluku dengan kondisi yang andal, diperlukan penanganan ruas-ruas jalan dengan jumlah total kebutuhan pembiayaan sebesar Rp. 994,38 Milyar dengan panjang 1.060,38 km fungsional dan 886,91 panjang jalan efektif yang terdiri dari :

 Penanganan ruas-ruas jalan di Pulau Buru sepanjang 130,95 km fungsional dan 87,2 km panjang jalan efektif.

 Penanganan ruas-ruas jalan di Pulau Seram sepanjang 536,64 km fungsional dan 511,82 km panjang jalan efektif.

 Penanganan ruas-ruas jalan di Pulau Ambon sepanjang 37,60 km fungsional dan efektif.

 Penanganan ruas-ruas jalan di Pulau Kei sepanjang 66,3 km fungsional dan 42,9 km panjang jalan efektif.

 Penanganan ruas-ruas jalan di Pulau Yamdena sepanjang 154,89 km fungsional dan 117,39 km panjang jalan efektif.

 Penanganan ruas-ruas jalan di Pulau Babar sepanjang 45 km fungsional dan efektif.

 Penanganan ruas-ruas jalan di Pulau Buru sepanjang 89 km fungsional dan 45 km panjang jalan efektif.

Temuan Terkait Trans Maluku:

Masih terdapat kendala pembiayaan yang belum teranggarkan setiap tahun selama ini. Sehingga membutuhkan dukungan Komisi V DPR RI untuk memperjuangkan kesinambungan penganggaran agar Trans Maluku dapat segera terwujud.

Rekomendasi Terkait Trans Maluku:

Komisi V DPR RI mendukung upaya Pemerintah untuk melanjutkan program/kegiatan pembangunan Trans Maluku. Untuk itu, Komisi V DPR RI akan memperjuangkan penganggaran program/kegiatan pembangunan Trans Maluku.

(17)

1.

KOTA AMBON

1) Ruas Durian Patah – Laka Ambon;

Dari kunjungan kerja, ditemukan bahwa terdapat aktivitas lalu lintas yang tinggi pada ruas Ambon-Laha dan Passo-Liang, dengan kepadatan tinggi, sehingga memerlukan penanganan berupa penambahan lajur jalan. Sehingga pembangunan ruas jalan Durian Patah – Laka Ambon, memerlukan penambahan lajur.

Untuk itu, Komisi V DPR RI mendesak Kementerian Pekerjaan Umum agar segera menyelesaikan pembangunan ruas jalan Durian Patah – Laka Ambon, dan perlunya segera penambahan lajur, dari dua lajur mejadi 4 lajur.

2) Pembangunan Jembatan Galala - Poka (Jembatan Merah Putih);

Jembatan Merah Putih yang berkonstruksi Cable Stayed Double Pylon untuk menghubungkan Desa Galala dan Poka, dibangun dengan maksud untuk menunjang pengembangan kawasan Pulau Ambon khususnya untuk menghubungkan pusat Kota Ambon yang saat ini sedang berkembang dengan pesat dengan kawasan potensial pengembangan di Poka dan laha.

Bentang total jembatan sepanjang 1.060 meter, sementara bentang jembatan Cable Stayed 300 meter, panjang jembatan pendekat sisi utara 360 meter, lebar total jembatan 22,50 meter, lebar jalur kendaraan 4 jalur, lebar jalur pejalan kaki 1,20 meter serta ruang bebas (clearance) 35 meter.

Jembatan ini bertujuan untuk:

- mengembangkan wilayah Telaga Kodok sebagai kota baru; - mempersingkat jarak tempuh kendaraan Galala-Poka;

- menunjang pengembangan fungsi kaw. Poka sebagai kaw. pendidikan; - menunjang pengembangan fungsi kawasan Laha sebagai Bandar Udara; - menunjang pengembangan fungsi kawasan Poka ke arah barat sebagai

kawasan permukiman;

- menunjang sistem jaringan jalan yang telah ada khususnya pada daerah Jazirah Leihitu (kabupaten Maluku Tengah)

Pembiayaan Pekerjaan Konstruksi

Pada saat perencanaan awal, dana yang dibutuhkan untuk pembangunan Jembatan Merah Putih, adalah sebesar Rp. 301.296.518.471,76. Namun di tengah perjalanan, terjadi eskalasi harga dan penambahan pekerjaan yaitu pembangunan jalan akses menuju Jembatan Merah Putih. Akibatnya, terjadi pertambahan pembiayaan yang dibutuhkan, sebesar Rp. 599,63 Miliar, dengan rincian, sebagai berikut:

1. Jembatan pendekat (approach bridge) : Rp. 232.340.000.000,- 2. Bentang Utama Cable Stayed Bridge : Rp. 335.790.000.000,- 3. Jalan pendekat (acces road) : Rp. 25.000.000.000,- 4. Planning & supervision (Manag. Const.) : Rp. 6.500.000.000,-

(18)

Sharing PembiayaanDaerah

Pemerintah Provinsi Maluku telah menyediakan pendanaan untuk pembebasan lahan sebesar Rp. 10 Miliar TA 2008, dan telah dipergunakan untuk pembebasan lahan yang akan dilalui jalan pendekat pada kedua sisi.

Pengalokasian Pendanaan APBN 2009

Pada Tahun 2009, Kementerian Pekerjaan Umum mengalokasikan anggaran sebesar Rp. 20 Miliar untuk pembuatan jalan pendekat dan pelebaran jalan pada kedua sisi jembatan.

Usulan Rencana Penanganan

Tahun anggaran 2010 (pengusulan APBN-P) sebesar: Rp. 150 Miliar yang akan digunakan untuk pembangunan jembatan pendekat ke arah Rumahtiga, dan sebagian jembatan pendekat arah Galala. Pada TA 2011-2012 (melalui pengusulan APBN + LOAN) sebesar: Rp. 450 Miliar, untuk pembangunan jembatan arah Galala dan bentang tengah berupa jembatan Cable Stayed.

Direncanakan pada TA 2010 melalui dana APBN-P dialokasikan dana sebesar Rp. 150 milyar untuk pembangunan jembatan penghubung/pendekat dari arah Rumahtiga dan sebagian jembatan penghubung arah Galala. Sedangkan untuk tahun 2011 s.d. 2012 masih dibutuhkan biaya sebesar Rp. 450 milyar untuk pembangunan Jembatan arah Galala dan bentang tengah jembatan.

TEMUAN:

a. Masyarakat Maluku, khususnya Ambon sangat menanti realisasi fisik jembatan agar dapat segera melayani kebutuhan masyarakat. b. Jembatan ini telah menyelesaikan semua persyaratan administratif

perijinan, Studi Kelayakan dan Detail Disain Engineering serta uji keandalan sejak tahun 2009.

c. Tim Kunker menemui masih berlangsung konsolidasi pembangunan fisik, dan masih membutuhkan dukungan pendanaan.

Usulan:

1. Komisi V DPR RI mendesak Pemerintah untuk segera menyelesaikan Jembatan Merah Putih di Ambon, agar dapat segera melayani kebutuhan masyarakat.

2. Terkait kendala pendanaan Pembangunan Jembatan Merah Putih, maka Komisi V DPR RI akan memperjuangkan tambahan pendanaan, agar realisasi fisik jembatan dapat segera memberi manfaat.

(19)

3) Program/ Kegiatan Jalan dan Jembatan di Kabupaten Maluku Tenggara dan Kota Tual

Di wilayah Maluku Tenggara, terdapat 2 (dua) ruas jalan di wilayah Maluku Tenggara, yang ditingkatkan statusnya dari jalan propinsi menjadi jalan nasional (SK Menteri PU No. 631/KPTS/M/2009 tanggal 31 Desember 2009), yaitu:

1. Tual – Langgur (043) : 3.300 km 2. Langgur – Ibra (044) : 15.000 km

Selain itu, juga ditetapkan ruas jalan Strategis Nasional, yaitu: 1. Tual – Ngadi (042) : 9.700 km

2. Ibra – Danar (045) : 32.512 km

Keempat ruas ini mendukung pembangunan infrastruktur di Kabupaten Maluku Tenggara dan Kota Tual dengan menghubungkan ibukota Tual Kota dan ibukota Kabupaten Maluku Tenggara di Langgur, dengan:

- Pelabuhan Perikanan di Ngadi;

- Bandar Udara (Internasional) Ibra yang masih dalam tahap pembangunan; - Pelabuhan Laut uf di Danar.

Ruas Langgur – Ibra – Danar, merupakan ruas jalan nasional yang dibagi dari ruas jalan propinsi Langgur – Danar, dan bukan merupakan pembukaan ruas jalan baru. Kondisi jalan nasional di Maluku Tenggara berdasarkan tingkat kemantapan adalah 55,43% mantap dan sisanya 44,57% tidak mantap. Berdasarkan jenis perkerasan maka jalan dengan konstruksi hotmix sepanjang 33.542 km, dan 28.870 km lapen.

Rinciannya sebagai berikut:

JENIS DAN KONDISI PERKERASAN JALAN No. Ruas Jalan

Jenis Perkerasan Hotmix (km) Lapen (km) Sirtu (km) Tanah (km) 1 Tual – Langgur 3.300 - - - 2 Langgur – Ibra 15.000 - - - 3 Tual – Ngadi - 9.700 - - 4 Ibra – Danar 15.242 17.270 - - JUMLAH 33.542 26.970 - -

(20)

No. Ruas Jalan

Kondisi Perkerasan Kondisi Mantap/

Tidak Mantap Baik (%) Sedang (%) Rusak Ringan (%) Rusak Berat (%) Mantap (%) Tidak Mantap (%) 1 Tual – Langgur - 5,45 - - 5,45 - 2 Langgur – Ibra - 24,79 - - 24,79 - 3 Tual – Ngadi - 16,03 - - - 16,03 4 Ibra – Danar - 37,09 16,64 - 25,19 28,54 Total - 83,36 16,64 - 55,43 44,57

Total jembatan yang terletak pada ruas Jalan Nasional dan Strategis Nasional di Maluku Tenggara berjumlah 7 buah jembatan dengan total panjang 223,00 meter. Semua jembatan, berupa jembatan permanen.

No. RUAS JALAN

DATA JEMBATAN

Jumlah

(buah) Permanen (buah)

Darurat/ LB

(buah) Panjang (meter)

1 Tual – Langgur 1 1 - 150,00 2 Langgur – Ibra - - - -- 3 Tual – Ngadi 1 1 - 6,00 4 Ibra – Danar 5 5 - 69,00

Jumlah 7 7 - 225,00

Penanganan ruas jalan di Maluku Tenggara dengan sumber dana APBN selalu dialokasikan walau belum terdapat jalan nasional. Perincian alokasi dana penanganan sejak tahun 2007, dapat dilihat tabel berikut ini:

No RUAS JALAN DATA JEMBATAN Ket. 2007 (km) 2008 (km) 2009 (km) 2010 (km)

1 Sp. Langgur – Debut - Evu 1,20 2,50 2,00 - hotmix 2 Dalam Kota Tual - - 2,00 2,50 hotmix 3 Akses Bandara Tual - - - 1,50 Hotmix

Jumlah 1,20 2,50 4,00 4,00 -

Selain ditangani dengan dana APBN dan APBD, ada juga ruas jalan yang ditangani dengan dana Loan IBRD 4744-IND dan APBD, yaitu ruas jalan Langgur – Danar.

Langgur – Danar merupakan ruas yang menghubungkan Langgur sebagai Ibukota Kabupaten Maluku Tenggara (dimana terdapat Bandar Udara AURI Dumatubun) yang sampai sekarang masih digunakan untuk penerbangan sipil) dengan Pelabuhan Laut Uf di Danar. Selain menghubungkan kedua lokasi tersebut, ruas jalan langgur – Danar juga melewati lokasi Bandar Udara Ibra yang masih dalam tahap pembangunan.

Penanganan jalan dan jembatan di Maluku Tenggara dilaksanakan melalui 2 program yakni:

1. Program pemeliharaan/ preservasi Jalan dan Jembatan 2. Program pembangunan jalan dan jembatan.

(21)

Total dana yang dialokasikan untuk peningkatan infrastruktur jalan di wilayah Maluku Tenggara (kabupaten Maluku Tenggara – Kota Tual), sejak tahun 2007 adalah sebesar: Rp. 14.145.484.000,-, dengan perincian sebagai berikut:

- Tahun 2007 : Rp. 1.223.256.000,- - Tahun 2008 : Rp. 4.422.228.000,- - Tahun 2009 : Rp. 4.000.000.000,- - Tahun 2010 : Rp. 4.500.000.000,-

Untuk mendukung pembangunan di Maluku Tenggara, penanganan jalan dan jembatan, diusulkan untuk tahun 2010 – 2014, adalah kurang lebih Rp. 93,722 M, dengan target akhir konstruksi pada tahun 2014, untuk semua jalan nasional dan strategis nasional adalah hotmix dengan kondisi mantap.

Secara umum, usulan yang disampaikan di daerah, antara lain:

1. Pembangunan dan Peningkatan Jalan dan Jembatan untuk menghubungkan seluruh desa di Pulau Kei Besar.

 Pembangunan dan Paningkatan Ruas Jalan Ngurdu – Hollat, dan Hollat Ohoiraut

 Pembangunan dan Peningkatan Ruas Jalan Elat – Bombai dan Bombai – Ad.

 Pembangunan dan Peningkatan Ruas Jalan Elat – Weduar, Weduar – Kilwat – Langgiar

 Peningkatan jalan Elat – Tamangil.

2. Pembangunan Jalan Baru yang strategis bagi pertumbuhan ekonomi di Kei Kecil :

 Pembangunan Baru Ruas Jalan Langgur – Bandara (Jalan Nasional) Ibra – Pelabuhan Danar (Jalan Strategis Nasional)

 Peningkatan Jalan Langgur – Danar dan Danar - Tetoat (Jalan Nasional)

 Peningkatan Langgur-Ngilngof untuk Pengembangan Obyek Wisata Ngirbloat

 Pembangunan Jalan Baru dalam Kota Langgur untuk pengembangan Kawasan Pemerintahan dan Penataan Ruang Kota Langgur

Temuan:

1) Tim Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI ke Maluku Tenggara, mendapatkan temuan bahwa di Kabupaten Maluku Tenggara dan Kota Tual masih membutuhkan pembangunan dan peningkatan Jalan dan Jembatan yang saat ini selain sebagai sarana penting untuk menunjang kegiatan perekonomian masyarakat di Maluku Tenggara, juga kondisi saat ini menjadi faktor penghambat percepatan pembangunan sentra-sentra strategis ekonomi dan mobilisasi penduduk antar desa.

Usulan:

Komisi V DPR RI mendukung program/kegiatan pembangunan dan peningkatan Jalan dan Jembatan yang diusulkan Pemerintah dan pemerintah daerah di wilayah Maluku Tenggara, agar dapat segera bermanfaat dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

(22)

4) Program/ Kegiatan Jaringan Jalan dan Jembatan di Kota Tual

Di Wilayah Kota Tual telah tersedia jaringan jalan yang menghubungkan antara pusat-pusat pemukiman, pusat-pusat produksi dan pusat-pusat pemasaran dan pelayanan. Secara umum jaringan jalan di Kota Tual terdiri dari jalan nasional, provinsi dan jalan kota. Pada umumnya kondisi jalan provinsi cukup baik, hal ini terkait dengan struktur geologi di P. Dullah berupa batu kapur yang cenderung keras. Jalan provinsi pada umumnya terletak di jalan utama di sepanjang pantai dan jalur di dalam kota.

Panjang jalan yang ada di Kota Tual keseluruhan 201,12 Km dengan rincian yang dapat dilihat pada Lampiran 1.

TEMUAN:

Jaringan jalan yang menghubungkan daerah-daerah yang jauh dari Kota Tual dan yang menghubungkan kantong-kantong produksi masih sangat terbatas/minim. Permasalahan transportasi darat di Kota Tual, di sebagian besar pulau-pulaunya adalah belum terbangunnya prasarana jalan yang menghubungkan semua desa dengan ibukota kecamatan, sehingga menghambat akses untuk pergerakan orang dan distribusi barang.

Kurangnya aksesibilitas dengan jalan darat di dalam pulau-pulau, terutama Pulau Dullah, merupakan permasalahan utama yang perlu mendapat perhatian serius, karena aktivias sosial ekonomi penduduk sehari-hari lebih banyak berada di dalam pulau.

Permasalahan kondisi jalan yang sudah terbangun adalah rendahnya kualitas jalan, baik terkait dengan lebar jalan yang masih kurang sesuai dengan kelas jalan dan rendahnya kondisi permukaan jalan.

Jaringan drainase pada sebagian Kota Tual hanya dibangun pada jalan utama. Sehingga, dengan topografi yang ada, jika turun hujan, drainase untuk bagian wilayah kota yang lebih rendah tidak mampu menampung limpasan air hujan dari bagian wilayah kota yang lebih tinggi. Hal ini menyebabkan air melimpah ke badan jalan yang pada akhirnya mempercepat kerusakan jalan bahkan meluap ke pemukiman penduduk.

Usulan:

1) Komisi V DPR RI mendesak Kementerian Pekerjaan Umum untuk memperhatikan usulan pemerintah Kota Tual Kepulauan dalam mengalokasikan program/ kegiatan pembangunan prasarana jalan bagi akses jalan belum terbangun yang menghubungkan semua desa dengan ibukota kecamatan, sehingga menghambat akses untuk pergerakan orang dan distribusi barang, utamanya di Pulau Dullah.

2) Komisi V DPR RI mendesak Kementerian Pekerjaan Umum untuk memperhatikan rendahnya kualitas jalan yang sudah terbangun, utamanya terkait dengan lebar jalan yang masih kurang sesuai dengan kelas jalan dan rendahnya kondisi permukaan jalan.

(23)

3) Komsi V DPR RI mendesak Kementerian Pekerjaan Umum untuk memperhatikan pembangunan jaringan drainase pada sejumlah ruas jalan di Kota Tual, bukan hanya pada sebagian ruas utama di Kota Tual, sebab berakibat pada percepatan kerusakan jalan dan melimpaskan genangan ke pemukiman penduduk.

5) Jembatan Rosenberg

Temuan:

- Jembatan Rosenberg yang sedianya sepanjang kurang lebih 150 meter, berada dalam keadaan terbengkalai dan belum terhubung antara ruas akses Langgur dan Taar. Jembatan ini parallel dengan Jembatan Watdek yang menghubungkan Langgur – Tual.

- Terdapat KMP Bukit Massait (kapal yang disediakan pemerintah pusat), yang berlabuh di sisi jembatan Rosenberg.

- Terdapat masalah pembebasan lahan di salah satu sisi darat Jembatan Rosenberg.

Saat diskusi di lapangan, diperlukan rangka baja untuk penyelesaian pembangunan jembatan, dengan melakukan studi kelayakan terlebih dahulu.

Usulan:

Komisi V DPR RI mendesak Kementerian Pekerjaan Umum untuk segera menyelesaikan pembangunan Jembatan Rosenberg dengan terlebih dahulu melakukan studi kelayakan terhadap material. Selain itu, Komisi V DPR RI juga mendesak pemerintah daerah untuk menyelesaikan kendala lahan di sisi darat Jembatan Rosenberg dengan masyarakat.

(24)

6) Program/ Kegiatan Jalan dan Jembatan di Kabupaten Maluku Tenggara Barat

Kabupaten Maluku Tenggara Barat merupakan salah satu kabupaten yang berbatasan langsung dengan negara Timor Leste dan Australia, sehingga penanganan kawasan perbatasan, seyogyanya memerlukan penanganan utama.

Prasarana jalan dan jembatan di Kabupaten Maluku Tenggara Barat,masih terbilang minim. Panjang jalan di daerah ini seluruhnya: 584.966 km, yang sebahagian besar berupa jalan tanah. Tabulasi data panjang jalan dan kondisinya, sebagai berikut:

No. Jenis Perlakuan Panjang (km)

1 Jalan Tanah 176,087 2 Jalan Lapen 159,196 3 Jalan Telford 88,955 4 Jalan Hotmix 52,400

Sedangkan jembatan yang ada sampai dengan tahun 2008 terdapat 35 buah jembatan, dengan rincian 22 buah di kecamatan Tanimbar Selatan, 12 buah di kecamatan Tanimbar Utara, dan 1 buah jembatan di kecamatan Selaru.

Selain itu, ruas-ruas jalan yang ada di kota Saumlaki, kota Larat, serta kota lainnya yang telah memiliki jalan aspal, belum dilengkapi dengan trotoar bagi pejalan kaki maupun drainase untuk antisipasi air hujan.

Usulan Pemda:

Perlu dukungan pendanaan dari Pemerintah terkait Usulan Pembangunan Prasarana Jalan Kabupaten Maluku Tenggara Barat yang diajukan pada TA 2010:

No Program Kegiatan Biaya (Rp) Lokasi

1 Meningkatkan kapasitas dan kinerja jalan

 Pembangunan Jalan Terminal

– Bandara Lorulun 5 km 10.198.500.000,- Kec. Tanimbar Selatan  Pembangunan Jalan Lermatang– Latdalam 4 km 4.316.500.000,- Kec. Tanimbar Selatan

 Pembangunan Jalan Abad –

Awear Baru 10 km 8.883.600.000,- Kec. Wuarlalobar

 Pembangunan Jalan Lintas

Pulau Selaru 13 km 5.707.600.000,- Kec. Selaru

 Peningkatan Jalan Keliobar –

Kelaan 1,7 km 1.217.730.000,-

Kec. Tanimbar Utara

 Peningkatan Jalan Saumlaki -

Olilit Timur 2 km 2.286.200.000,-

Kec. Tanimbar Selatan

 Peningkatan Jalan Sp. Olilit Timur – Pantai Wisata Weluan 2 km

2.286.200.000,- Kec. Tanimbar Selatan

 Peningkatan Jalan Dalam Kota

Saumaki 5 km 5.752.300.000,- Kec. Tanimbar Selatan  Pembangunan Jembatan Batmetan IV, B= 20 m 2.000.000.000,- Kec. Tanimbar Selatan  Pembangunan Jembatan Batmetan V, B= 25 m 2.500.000.000,- Kec. Tanimbar Selatan  Pembangunan Jembatan

Weraluan I, B= 15 m 1.512.140.000,- Kec. Selaru

 Pembangunan Jembatan

(25)

No Program Kegiatan Biaya (Rp) Lokasi

 Pembangunan Jembatan Abila

B=15 m 1.512.140.000,- Kec. Tanimbar Selatan  Pembangunan Jembatan Hahkeimi, B=10 m 1.097.800.000,- Kec. Tanimbar Selatan T O T A L : 50.070.000.000,-

(lima puluh miliar tujuh puluh juta rupiah)

Usulan:

Komisi V DPR RI mendesak Kementerian Pekerjaan Umum untuk memperhatikan usulan pemerintah daerah Kabupaten Maluku Tenggara terkait usulan Pembangunan Prasarana Jalan Kabupaten Maluku Tenggara Barat yang sangat dibutuhkan masyarakat dalam mempercepat akselerasi pembangunan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Dukungan Sail Banda 2010

Dalam rangka penyelenggaraan acara Sail Banda 2010 yang menurut jadwal akan dilaksanakan pada bulan Juli 2010 dengan tema “Selamatkan Ekosistem Pulau-Pulau Kecil untuk Kesejahteraan, Provinsi Maluku juga terus menerus mempersiapkan prasarana sarana pendukung guna kelancaran kegiatan tersebut. Dalam rangka mendukung acara tersebut, pada tahun 2010 telah dialokasikan dana APBD sebesar Rp. 12,55 milyar.

Dalam rangka pelaksanaan Sail Banda 2010, diperlukan perhatian dan peningkatan infrastruktur khususnya bidang Pekerjaan Umum antara lain mencakup :

a. Penataan Kota Ambon

b. Pemeliharaan jalan dan penyediaan air bersih di Pulau Banda c. Pemeliharaan jalan dan penyediaan air bersih di Kota Wonreli

Dana yang dibutuhkan untuk penyelenggaran Sail Banda 2010 ini untuk bidang pekerjaan umum mencakup sebesar Rp. 88,156 milyar dengan rincian pembiayaan Rp. 70 milyar berasal dari sumber dana APBN serta Rp. 900 juta berasal dari APBD. Dengan kondisi tersebut berarti masih terdapat kekurangan Rp. 5,9 milyar.

TEMUAN:

Komisi V DPR RI mendapatkan bahwa gaung Sail Banda 2010 belum didukung dengan penataan Kota Ambon yang memadai.

Usulan:

Untuk itu, Komisi V DPR RI mendesak Pemerintah untuk segera melakukan penataan dalam mendukung perhelatan internasional Sail Banda 2010 yang kian dekat.

(26)

A.2. SUB SEKTOR SUMBER DAYA AIR

1) Pengamanan Pantai Hative Besar, Ambon;

Pantai Maluku mempunyai garis pantai sepanjang 10.662,92 km. Pada musim barat dan musim timur, gelombang angin laut mencapai rata-rata 3,5 meter yang membawa dampak abrasi pantai. Kota Ambon sendiri mempunyai panjang pantai 103,81 km. (daftar lengkap Provinsi Maluku, terlampir)

Pembangunan Pengaman Pantai Desa Hative Besar, Pulau Ambon, APBN TA 2009, adalah kegiatan Tahap II sepanjang 200m, dengan volume 240 m, menelan anggaran sebesar Rp. 1.985.102.000,-. Kegiatan ini merupakan lanjutan dari program sebelumnya pada APBN TA 2008, dengan pembangunan pengaman pantai dengan konstruksi beton siklop sepanjang 300 m, dengan anggaran sebesar Rp. 2.474.507.000,-

Khusus di Pulau Ambon, pembangunan pengamanan pantai TA 2009 juga dilakukan di Pantai Desa Negeri Lima sebesar Rp. 250 juta, Pantai Desa Waiame, Kota Ambon sebesar Rp. 2,274 Miliar, dam Pantai Desa Toisapu Kota Ambon sebesar Rp. 500 juta.

Usulan

Komisi V DPR RI meminta Pemerintah untuk melaksanakan keberlanjutan program/kegiatan Pengamanan Pantai serupa dengan pengembangan pada titik-titik lokasi lainnya, baik di Pulau Ambon, atau pulau-pulau lainnya, utamanya yang menjadi prioritas penanganan ancaman abrasi pantai dan mengancam pemukiman penduduk di pesisir.

2) Checkdam Way Papula;

Propinsi Maluku yang memiliki luas pegunungan lebih besar dari luas daratan, sehingga sering pada musim hujan terjadi longsoran tebing gunung dan dampaknya pada pemukiman setempat.

Dari kejadian diatas maka diperlukan beberapa bangunan Checkdam pada hulu sungai atau pada alur sungai. Seperti halnya Checkdam Air Pupela yang lokasinya terletak di desa Amahusu kota Ambon, dibangun pada TA 2009 dengan menghabiskan dana sebesar Rp. 1.020.200.000 sepanjang 20,6 meter tersebut.

(27)

Sisi hilir checkdam Sisi hulu checkdam

Data teknis Checkdam Air Pupela, panjang Checkdam 20,6 m, tinggi 6 m, tinggi pelimpah, 4 m jarak main dem 8 m.

TEMUAN:

a. Terdapat potensi longsor dari bukit sekitar dan mengancam permukiman penduduk sekitar di daerah hulu Checkdam Way Papula.

b. Perlu untuk menginventarisir kebutuhan Checkdam sebagai upaya konservasi serta berguna untuk pengamanan dan pencegahan dari bahaya banjir.

c. Untuk mendukung ketahanan pangan guna swasembada pangan agar ditingkatkan pembangunan jaringan irigasi baru serta mengoptimalkan sumber-sumber air baku yang ada di pulau ambon, baik membuat bendung atau waduk.

Usulan:

1. Komisi V DPR RI mendesak Ditjen Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum untuk segera melakukan pengembangan Checkdam Way Papula yang berada di hilir, dengan bangunan lainnya di daerah hulu, guna mencegah longsoran dari bukit sekitar yang berpotensi mengancam permukiman penduduk sekitar.

2. Komisi V DPR RI mendesak Ditjen Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum untuk segera melakukan inventarisir kebutuhan Checkdam sebagai upaya konservasi serta dayaguna pengamanan dan pencegahan bahaya banjir.

3. Komisi V DPR RI mendukung upaya Kementerian Pekerjaan Umum untuk peningkatan pembangunan jaringan irigasi baru serta mengoptimalkan sumber-sumber air baku yang ada di pulau ambon, baik berupa pembuatan bendung atau waduk sebagai salah satu upaya dalam membantu ketahanan pangan guna swasembada pangan

3) Potensi Irigasi di Maluku

Kondisi infrastruktur sampai saat ini bidang Sumber Daya Air meliputi potensi irigasi dengan luas irigasi di Maluku sebesar 44.700 Ha meliputi :

- Pulau Seram : 29.188 ha; dan Pulau Buru : 15.512 Ha Sedangkan luasan yang telah fungsional sebesar 19.129 ha tersebar: - Pulau Buru : 8.352 ha; dan Pulau Seram : 10.768 ha

(28)

Usulan Terkait Sail Banda di sub sektor Sumber Daya Air

 Perlu adanya dukungan sub sektor Sumber Daya Air di Propinsi Maluku kaitannya dengan pelaksanaan Sail Banda 2010, mengenai penyediaan penyediaan air bersih yang memadai terutama di Pulau Banda dan Pulau Wonreli.

 Pemerintah Kab Maluku Tenggara mengusulkan untuk menaikkan kapasitas air baku untuk kota Tual yang saat ini berkapasitas air baku untuk kota Tual yang saat ini kapasitas 50 liter/detik, dengan memanfaatkan Danau Ohitel dan danau Ngadi.

A.3. SUB SEKTOR CIPTA KARYA

Penyediaan sarana dan prasarana bidang Cipta Karya di Propinsi di Maluku secara umum belum menggembirakan, mengingat capaian pelayanan air bersih sampai saaat baru melayani dengan SPAM sebesar 39.5 %. Sedangkan system air limbah telah 80 % dari pelayanan minimal dengan system pengelolaan limbah terpadu dan komunal baru pada kota Ambon. Jadi total pelayanan minimal secara keseluruhan propinsi 11 Kab/kota baru mencapai 8,8 %.

Proyeksi prasarana sampah sebanyak 70 % merupakan pelayanan minimal dari system Opendamping, namun upaya pelayanan maksimal adalah dengan system Control Land Fill/Sanitery Land Fill untuk 11 Kab/Kota hingga 2014.Yang sudah berjalan untuk kota Ambon, langgur dan kota Saumlaki dan baru terlayani 27 %.

Kebutuhan untuk sarana air bersih masih sangat besar terutama di wilayah perdesaan dan pulau-pulau kecil dan terpencil mencakup pengembangan dan perluasan jaringan PDAM di Kei Kecil dan Kota Elat, pengembangan jaringan/sarana air bersih perdesaan serta kebutuhan perumahan untuk pegawai.

Penanganan air bersih merupakan salah satu kebutuhan utama bagi kehidupan masyarakat. Namun beberapa daerah di Indonesia kerap kali mengalami kekeringan terutama pada musim kemarau, sehingga pemenuhan kebutuhan air juga masih merupakan masalah utama yang harus diatasi untuk kepentingan rakyat, khususnya untuk masyarakat desa Ohoitel, desa Watran dan desa Leikamor Kabupaten Tual Propinai Maluku.

PEMBANGUNAN AIR MINUM

Data pembangunan air minum di Provinsi Maluku pada TA 2008, 2009 dan alokasi 2010 adalah sebagai berikut:

Dalam juta

Sumber Alokasi 2008 2009 2010

APBN (Satker AM Prov) 16,479 27,752 30,375 APBN (Satker IKK Pusat) 4,705 41,796 -- Dana Alokasi Khusus (DAK) 24,643 21,786 8,055

TOTAL 45,827 91,334 38,429

Data lainnya menyatakan bahwa PDAM di Kabupaten Maluku Tenggara, Maluku Tengah dan Pulau Buru, termasuk PDAM berkategori Kurang Sehat.

(29)

1) Kantor PDAM Kota Ambon;

Kantor PDAM yang ada saat ini di Wainitu Ambon, sangat tidak memadai untuk dipakai pelayanan publik. Kondisi kantor PDAM saat ini, sudah sangat memprihatinkan. Pasalnya, bangunan yang ada saat ini, tidak memungkinkan terjadinya pelayanan publik berlangsung disana.

Direncanakan akan terjadi tukar guling antara PDAM Ambon dengan pihak Kodam XVI/Pattimura untuk bangunan kantor. Hal tersebut juga pernah disampaikan DPRD Ambon dalam rekomendasinya. Selain itu, PDAM Ambon dan Indowater menjalin kerjasama dengan mendirikan perusahaan joint venture swasta (DSA) yang akan mengontrol semua aktifitas penyediaan air bersih di dalam daerah konsesi yang telah disepakati bersama.

Dari data yang didapatkan bahwa jumlah sambungan rumah sebanyak 562 SR. Jika 1 sambungan rumah (SR) memenuhi kebutuhan penduduk sebanyak 6 jiwa (luar Pulau Jawa) maka bisa dihitung pula jumlah pelanggannya yaitu sebanyak 3.372 jiwa.

Dengan asumsi kebocoran yang diperbolehkan untuk Kota Sedang sebesar 15%, dan kebutuhan konsumsi air bersih rata-rata adalah 100 liter/orang/hari, maka kebutuhan air bersih untuk Kota Ambon dapat dihitung dari perkalian antara jumlah penduduk dengan jumlah/kebutuhan dasar penduduk untuk klasifikasi kota sedang (100 liter/orang/hari). Sehingga perkiraan kebutuhan air bersih Kota Ambon sebesar 23.969.700 liter/hari.

Data kapasitas produksi tidak didapatkan. Namun diketahui kapasitas sumber sebesar 132 lt/dt. Jika dianalisis lebih lanjut maka bisa dikatakan bahwa kapasitas produksinya pun tidak melebihi kapasitas sumber. Sehingga dari data tersebut bisa dikatakan pula bahwa Kota Ambon masih membutuhkan peningkatan kapasitas produksi, karena untuk kebutuhan air bersih saja sebesar 277,43 lt/dt. Jadi masih dibutuhkan peningkatan kebutuhan air bersih yang dihasilkan sekitar 145,43 lt/dt.

2) Jaringan PDAM di Kei Kecil dan Kota Elat, Kabupaten Maluku Tenggara

Diperlukan pengembangan dan perluasan Jaringan PDAM di daerah Kei Kecil dan Kota Elat, guna meningkatkan pelayanan air minum kepada masyarakat setempat, yang saat ini masih minim.

(30)

3) Jaringan/Sarana Air Bersih Perdesaan di Kabupaten Maluku Tenggara

Diperlukan pengembangan Jaringan/Sarana Air Bersih Perdesaan di hampir semua daerah di Kabupaten Maluku Tenggara, khususnya di daerah perdesaan Kei Kecil.

4) Jaringan/Sarana Air Bersih di Kota Tual

Diperlukan pengembangan Jaringan/Sarana Air Bersih di Kabupaten Tual.

Air bersih bagi Kota Tual adalah sesuatu yang sangat penting dan berarti. Pulau Dullah sebagai pusat Kota Tual sebagian besar tersusun dari jenis tanah/batuan berupa kapur dan karang yang menjadikan pulau ini sangat minim sumber air bersih.

Sumber air bersih bagi masyarakat yang tinggal di P. Dullah selama ini banyak disuplai dari pasokan oleh Perusahaan Air Minum Daerah Kabupaten Maluku Tenggara (PDAM) dimana sumber air bersih berasal dari Mata Air EVU dengan kapasitas debit 1.400 l/dt dan saat ini baru dimanfaatkan untuk Air Bersih sebesar 50 lt/dt.

Selain itu pemanfaatan air oleh masyarakat juga masih memanfaatkan air permukaan. Kedepan untuk mengantisipasi kebutuhan akan air bersih yang semakin besar dan berkurangnya debit Mata Air Evu, maka alternatif sumber air yang akan dimanfaatkan adalah air dari Danau Ngadi dan Danau Fanil.

Setelah dimekarkan Kota Tual maka untuk mengantisipasi air bersih maka Kota Tual harus mempunyai sistem pengembangan air minum yang diambil sumber air baku dari danau Fanil dan danau Ngadi yang letaknya sekitar 5 Kilometer dari Tual, untuk itu akan mencanangkan sistem pengembangan air baku untuk kedepan menjadi Perusahaan Air Minum Daerah agar dapat memanfaatkan potensi air baku yang ada untuk didistribusikan ke masyarakat sesuai kebutuhan.

Usulan terkait Penanganan Air Bersih dan Penyediaan Air Minum:

1) Komisi V DPR RI mendesak Kementerian Pekerjaan Umum untuk meningkatkan pelayanan jaringan/ sarana air PDAM pengembangan jaringan/sarana air bersih perdesaan untuk masyarakat di wilayah Maluku Tenggara, utamanya di Kei Kecil, Kota Elat, masyarakat desa Ohoitul, desa Watran dan desa Leikamor Kabupaten Tual Propinsi Maluku.

2) Komisi V DPR RI menyesalkan layanan PDAM Kota Ambon yang tidak memadai dalam pelayanan publik. Untuk itu, Komisi V DPR RI mendesak Kementerian Pekerjaan Umum untuk segera melakukan pembenahan jaringan distribusi

(31)

3) Komisi V DPR RI mendesak Ditjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum untuk segera mengkoordinasikan peningkatan pelayanan air bersih kepada masyarakat Kota Ambon.

4) Komisi V DPR RI mendesak Kementerian Pekerjaan Umum untuk menaikkan kapasitas air baku untuk kota Tual yang saat ini berkapasitas 50 liter/detik, dengan memanfaatkan Danau Ohitel dan Danau Ngadi.

5) Terkait dengan sejumlah PDAM berkategori Kurang Sehat di Kabupaten Maluku Tenggara, Maluku Tengah dan Pulau Buru, maka Komisi V DPR RI mendesak Kementerian Pekerjaan Umum untuk segera melakukan koordinasi teknis dengan PDAM setempat.

SANITASI/ LIMBAH CAIR DAN PERSAMPAHAN 1)Sanitasi di Kota Tual

Kondisi sanitasi Kota Tual berdasarkan Survei Lapangan tergolong baik, namun demikian dibeberapa tempat terdapat tumpukan sampah plastik, khususunya di dekat pelabuhan Tual.

Berdasarkan laporan Status Lingkungan Hidup Daerah tahun 2008 menunjukkan bahwa permasalahan lingkungan di Kota Tual lebih banyak disebabkan oleh masalah sampah rumah tangga. Hal ini karena belum mampu ditangani secara menyeluruh karena keterbatasan fasilitas/sarana yang ada. Hal itu bisa dilihat jumlah sarana penyehatan lingkungan permukiman Kota Tual seperti Tempat Pembuangan Akhir (TPA), Instalasi Pengolahan Limbah Terpadu (IPLT), Tempat Pebuangan Sementara (TPS) dan sarana lainnya, ternyata masih sangat minim. Bahkan Tempat Pembuangan Akhir (TPA), masih menggunakan TPA Kabupaten Maluku Tenggara (kabupaten Induk), selain Instalasi Pengolahan Limbah Terpadu, masih belum tersedia.

TEMUAN:

Sedangkan produksi limbah domestik (sampah) di Kota Tual; mencapai 376 ton/bulan. Sementara penanganan sampah kota (transportasi ke TPA sementara) baru mencapai sekitar 75 persen. Sisa sampah perkotaan masih tertinggal di lingkungan permukiman.

Sedangkan di lapangan, sisa sampah terdapat di saluran drainase, tepi pantai dan lingkungan perumahan.

2) Sanitasi di Kota Ambon

Masalah lainnya yang masih menjadi permasalahan di Kota Ambon, yang membutuhkan penanganan terpadu lintas administrasi, utamanya Pemerintah dan Pemprov/ Pemkot, yaitu masalah persampahan secara umum dan sanitasi/limbah cair, sebagai berikut:

(32)

Persampahan

Sesuai dengan standar kota sedang, yaitu tingkat timbulan sampah sebanyak 3 liter/orang/hari, Kota Ambon dengan jumlah penduduk sebanyak 239.697 jiwa, menghasilkan 719,1 m3/hr timbulan sampah. Jumlah ini didapatkan dari jumlah penduduk dikalikan 3/1000 (m3/hr). Pada kesempatan Kunjungan Kerja ke Maluku (Kota Ambon), sampah bertumpuk dimana-mana, tanpa penanganan yang memadai.

Usulan:

Program/ kegiatan Penanganan Permasalahan Persampahan, yang dapat dilakukan dengan share dengan daerah baik melalui SNVT atau Penugasan Daerah (Transfer Daerah).

Sanitasi/ Limbah Cair

Untuk produksi limbah, setiap manusia diasumsikan memproduksi limbah cair sejumlah 0,2 lt/org/hr. Angka ini merupakan kebutuhan ideal dari setiap penduduk pada kelas kota sedang. Sehingga didapatkan asumsi produksi limbah di Kota Ambon ini sejumlah 47.939 lt/hr dari hasil perhitungan kebutuhan ideal produksi limbah setiap manusia dikalikan dengan jumlah penduduk Kota Ambon. Penanganan Sanitasi/ Limbah Cair, yang tidak memadai, di beberapa tempat, dikeluhkan oleh penduduk Kota Ambon saat Kunjungan Kerja.

Usulan:

1) Komisi V DPR RI mendesak Kementerian Pekerjaan Umum untuk segera melakukan koordinasi dengan Pemerintah Daerah Kota Tual dalam menerapkan UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Persampahan, utamanya terkait penanganan sampah di saluran drainase, tepi pantai dan lingkungan perumahan, termasuk penanganan sanitasi/limbah cair.

2) Komisi V DPR RI mendesak pemerintah dan pemerintah daerah Maluku untuk segera mengatasi masalah Sanitasi/ Limbah Cair.

A.4. SUB SEKTOR PENATAAN RUANG

Mengenai masalah tata ruang di Di Propinsi Maluku seiring dengan meningkatnya perekonomian wilayah dan berkurangnya ketimpangan antar bagian wilayah melalui optimasi pemanfaatan sumber daya, pencegahan fungsi dan tatanan lingkungan hidup, pencegahan bencana alam dan pengembangan system keterkaitan serta berkembangnya wilayah provinsi Maluku dengan memanfaatkan potensi dan peluang wilayah, dengan memperhatikan kepentingan nasional dan aspek ekonomi, social, politik dan hankam.

Struktur Ruang :

1. Peningkatan akses perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah secara merata dan herarkis, strateginya antara lain :

Gambar

Tabel 1.  Jumlah Kecamatan, Desa, Anak Desa dan Kelurahan

Referensi

Dokumen terkait

Предузетници и физичка лица: Извод из казнене евиденције, односно уверење надлежне полицијске управе МУП-а, којим се потврђује да није осуђиван

Tanaman jagung manis belum responsif terhadap perbedaan dosis kompos jerami dan frekuensi penyemprotan pupuk organik cair daun gamal, dimana pada hampir semua

Dalam penelitian ini mempunyai rumusan masalah yaitu “ Apakah kinerja keuangan pada Bank Bukopin tahun 2010-2012 dengan menggunakan metode CAMEL ada pada predikat

menasihati para putranya, “Ingatlah, ingatlah bahwa kamu harus mendirikan dasarmu di atas batu karang Penebus kita, yaitu Kristus, Putra Allah; supaya bilamana iblis akan mengi-

Metode ini digunakan oleh penulis untuk mengamati kegiatan-kegiatan yang ada di perpustakaan meliputi pengamatan faktor penyebab kerusakan bahan pustaka, upaya

Merespons beberapa hal yang telah disampaikan Pemerintah Provins Papua Barat, PemKab Sorong serta DPRD Provinsi Papua Barat, pihak PT Pertamina (Persero) yang diwakili

BAB II PELAKSANAAN KUNJUNGAN KERJA Pelaksanaan kunjungan kerja reses Komisi VIII DPR RI ke Provinsi Kalimantan Timur Masa Persidangan II Tahun Sidang 2021 – 2022 dilaksanakan

Penelitian yang dilakukan pada 50 orang responden menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pewarnaan rambut yang mengandung H2O2 dengan timbulnya