• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN MODAL SOSIAL DALAM USAHATANI JAGUNG HIBRIDA DI DESA MONGGO KECAMATAN MADAPANGGA KABUPATEN BIMA NUSA TENGGARA BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERANAN MODAL SOSIAL DALAM USAHATANI JAGUNG HIBRIDA DI DESA MONGGO KECAMATAN MADAPANGGA KABUPATEN BIMA NUSA TENGGARA BARAT"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN MODAL SOSIAL DALAM USAHATANI JAGUNG

HIBRIDA DI DESA MONGGO KECAMATAN

MADAPANGGA KABUPATEN BIMA

NUSA TENGGARA BARAT

KAMELIAH 105960189115

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020

(2)

PERANAN MODAL SOSIAL DALAM USAHATANI JAGUNG

HIBRIDA DI DESA MONGGO KECAMATAN

MADAPANGGA KABUPATEN BIMA

NUSA TENGGARA BARAT

KAMELIAH 105960189115

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Strata Satu (S-1)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020

(3)
(4)
(5)

v

ABSTRAK

KAMELIAH. 105960189115. Peranan Modal Sosial dalam Usahatani Jagung

Hibrida di Desa Monggo Kecamatan Madapangga Kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat. Dibimbing oleh JUMIATI dan ST. AISYAH. R.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan modal sosial dalam usahatani jagung hibrida di Desa Monggo Kecamatan Madapangga Kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat.

Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan informan secara purposive

sampling yaitu informan yang dipilih atau ditentukan secara sengaja oleh peneliti.

Teknik analisis data menggunakan analisis kualitatif yang terdiri dari reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Hasil menunjukkan bahwa peranan modal sosial dalam usahatani jagung hibrida di Desa Monggo Kecamatan Madapangga Kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat terdiri dari (1) kepercayaan sesama petani jagung untuk meminjamkan alat pertanian kepada petani jagung yang lain, dengan kepercayaan itulah petani jagung menggunakan untuk memperoleh jalan keluar dalam mengatasi suatu persoalan hidupnya. (2) Norma sosial merupakan segala peraturan baik yang tertulis atau tidak tertulis yang berlaku sebagai acuan yang harus ditaati oleh setiap individu . (3) Jaringan sosial yang masih mempunyai ikatan yang erat atau kental, dimana terdapat ikatan yang saling menghubungkan antara yang satu dengan lainnya dalam hubungan sosial pada petani jagung hibrida (4) Nilai-nilai sosial yang masih dilakukan oleh masyarakat terutama petani jagung yaitu adanya rasa saling membantu dan berkerja sama antara petani yang satu dalam melakukan usahatani jagung hibrida antaranya, bergotong royong dalam mempersiapkan lahan dan berkerja sama dalam pemupukan tanaman jagung hibrida sehingga mempercepat proses pemupukan. (5) Hubungan timbal balik antara petani jagung dengan petani jagung lainnya yaitu dengan saling membantu jika ada salah satu dari petani yang membutuhkan bantuan seperti kurangnya tenaga kerja pada musim tanam atau kekurangan biaya dalam proses penanaman jagung.

(6)

vi

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :

PERANAN MODAL SOSIAL DALAM USAHATANI JAGUNG HIBRIDA DI DESA MONGGO KECAMATAN MADAPANGGA KABUPATEN BIMA NUSA TENGGARA BARAT.

Adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang dibuktikan maupun tidak diterbitkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Makassar 1 Desember 2019

KAMELIAH 105960189115

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas berkat,rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat dan salam taklupa penulis kirimkan kepala Rasulullah SAW beserta para keluarga, sahabat, dan para pengikutnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peranan Modal Sosial dalam Usahatani Jagung Hibrida di Desa Monggo Kecamatan Madapangga Kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat” dapat diselesaikan dengan baik.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Dr. Jumiati, .S.P., M.M selaku pembimbing I dan Ibu Dr. St. Aisyah, S.Pt., M.Si. selaku pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis ,sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

2. Bapak Ir. H. Burhanuddin. S.Pi.,M.P selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Ibu Dr. Sri Mardiyati, S.P.,M.P selaku ketua Prodi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

(8)

viii 4. Kedua orangtua saya ayahanda Nasarudin dan ibunda Jaenab dan segenap keluarga yang senantiasa memberikan bantuan, baik moril maupun material sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Seluruh Dosen Prodi Agribisnis di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah membekali segudang ilmu kepada penulis.

6. Kepada Desa Monggo dan seluruh jajarannya serta seluruh tokoh masyarakat Desa Monggo yang telah banyak membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Kepada saudari-saudariku Fajrin, Darman, Mardiaturahmah, Lilis Karlina, Nursanti, Mitta, Faikatulnnisah dan Marliana yang telah memberikan dukungan kepada penulis demi terselesainya skripsi ini.

Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang terkait dalam penulisan skripsi ini , semoga karya tulis ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan. Semoga kristal-kristal Allah senantiasa tercurah kepadanya. Aamiin.

Makassar, 1 Desember 2019

(9)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN KOMISI PENGUJI ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ...iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.4. Kegunaan Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1. Teori Modal Sosial ... 6

2.2. Teori Usahatani Jagung ... 20

2.3. Kerangka Pemikiran ... 22

III. METODE PENELITIAN ... 23

(10)

x

3.2. Teknik Penentuan Informan ... 23

3.3. Jenis dan Sumber Data ... 24

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 24

3.5. Teknik Analisis Data ... 25

3.6. Definisi Operasional ... 26

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN... 28

4.1.Letak Geografis ... 28

4.2.Kondisi Demografis ... 28

4.3.Sarana dan prasarana Umum Desa ... 29

4.4.Kondisi Pertanian ... 30

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... .31

5.1.Identitas Responden ... 31

5.1.1 Umur ... 31

5.1.2. Distribusi Tingkat Pendidikan Responden ... 32

5.1.3. Distribusi Pengalaman Berusahatani Responden ... 33

5.1.4.Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 34

5.1.5. Distribusi Jumlah Tanggungan Keluarga ... 35

5.1.6. Distribusi Luas lahan ... 37

5.2. Pembahasan ... 38

5.2.1. Kepercayaan ... 38

5.2.2. Norma sosial ... .41

5.2.3. Jaringan sosial... 44

(11)

xi

5.2.5. Hubungan Timbal Balik ... 48

VI. KESIMPULAN DAN SARAN... 51

6.1.Kesimpulan ... 51

6.2.Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 52 LAMPIRAN

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Nomor Teks Halaman

1. Distribusi Jumlah penduduk Desa Monggo Kecamatan Madapangga

Kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat ... 29 2. Distribusi Jumlah Sarana Dan Prasarana Pertanian Desa Monggo

Kecamatan Madapanggan Kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat ... 29 3. Distribusi Luas tanam, produksi, dan rata-rata produksi ... 30 4. Distribusi Identitas Responden Petani Menurut Kelompok Umur

yang Berusahatani Jagung Hibrida di Desa Monggo Kecamatan

Madapangga Kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat ... 31 5. Distribusi Tingkat Pendidikan Responden Petani di Desa Monggo

Kecamatan Madapangga Kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat ... 32 6. Distribusi Pengalaman Berusahatani Responden di Desa Monggo

Kecamatan Madapangga Kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat ... 34 7. Distribusi Responden Petani Jagung Hibrida di Desa Monggo

Kecamatan Madapangga Kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat ... 35 8. Distribusi Jumlah Responden Petani Menurut Jumlah Tanggungan

Keluarga di Desa Monggo Kecamatan Madapangga Kabupaten Bima

Nusa Tenggara Barat. ... 36 9. Distribusi Luas Lahan Responden Petani di Desa Monggo

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Teks Halaman

1. Gambar Tata Nilai Sebagai Pembentuk Modal Sosial ... 16 2. Gambar Skema Kerangka Penelitian Tentang Peranan Modal Sosial dalam

Usahatani Jagung Hibrida di Desa Monggo Kecamatan Madapangga

Kabupaten Bima ... 22

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Teks Halaman

1. Daftar Kuesioner Penelitian di Desa Monggo Kecamatan Madapangga

Kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat. ... 56 2. Peta Lokasi Penelitian Kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat ... 58 3. Identitas Responden Usahatani Jagung Hibrida di Desa Monggo

Kecamatan Madapangga Kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat ... 59 4. Dokumentasi Bersama Petani Jagung Hibrida di Desa Monggo

Kecamatan Madapangga Kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat ... 60 5. Surat Izin Penelitian di Desa Monggo Kecamatan Madapangga

(15)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Berbagai pemikiran dan program terkait dengan pengembangan dan peningkatan adopsi inovasi jagung sudah banyak dilakukan, namun tingkat produksi yang dicapai belum mampu memenuhi kebutuhan konsumen dan bahan baku untuk industri. Inovasi jagung sudah banyak dimanfaatkan petani melalui penelitian dan pengkajian, namun belum banyak dimanfaatkan petani yang disebabkan oleh penyebaran informasi inovasi yang relatif lambat dan kurang petani.

Indikasi ini terletak pada persoalan modal sosial (sosial capital) yang belum dimanfaatkan secara baik dalam penyuluhan, distribusi informasi, dan materi inovasi jagung. Fenomena tersebut menyebabkan kecepatan tingkat pemanfaatan inovasi yang dihasilkan melalui penelitian dan pengkajian yang reatif lambat (Badan Litbang Pertanian, 2004). Sehubung dengan upaya peningktan adopsi inovasi maka sangat penting untuk memahami rumah tangga petani dalam menggunakan tindakan kolektif dalam adopsi inovasi (Badan Litbang Pertanian, 2004 dan Suharto, 2005).

Menurut Aldler (2000), modal sosial adalah gambaran dari keterikatan internal yang mewarnai struktur kolektif dan memberikan kohesifitas dan keuntungan-keuntungan bersama dari proses dinamika sosial yang terjadi dalam masyarakat. Sementara itu, Cahyono (2014) juga menekankan bahwa dimensi modal sosial menggambarkan segala sesuatu yang membuat masyarakat bersekutu

(16)

2 untuk mencapai tujuan bersama atas dasar kebersamaan tersedianya materi inovasi pada saat dibutuhkan.

Gambaran tersebut di atas memperlihatkan bahwa kontribusi inovasi hasil penelitian dan pengkajian belum mampu mengatasi permasalahan kebutuhan informasi inovasi bagi, serta didalamnya diikat oleh nilai-nilai dan norma-norma yang tumbuh dan dipatuhi. Sementara itu, Coleman (1999) juga menekankan bahwa dimensi modal sosial inheren dalam struktur relasi sosial dan jaringan sosial didalam suatu masyarakat yang menciptakan berbagai ragam kewajiban sosial, menciptakan iklim saling percaya, membawa saluran reformasi, dan menetapkan norma-norma, serta sangsi-sangsi sosial bagi para anggota masyarakat.

Mudiarta (2009) mendefinisikan modal sosial sebagai sumberdaya yang muncul dari adanya relasi sosial dan dapat digunakan sebagai perekat sosial untuk menjaga kesatuan anggota kelompok dalam mencapai tujuan bersama, ditopang oleh adanya kepercayaan, dan norma sosial yang dijadikan acuan bersama dalam bersikap, bertindak dan berhubungan satu sama lain. Dalam penelitian ini lebih cenderung kepada modal sosial karena merupakan sumberdaya sosial yang dapat dipandang sebagai investasi untuk mendapatkan sumberdaya baru dalam masyarakat, dan modal sosial diyakini sebagai komponen utama dalam menggerakkan kebersamaan, ide, saling percaya, dan saling menguntungkan untuk mencapai kemajuan bersama.

(17)

3 Kabupaten Bima terletak di ujung timur Nusa Tenggara Barat (NTB) bersebelahan dengan Kota Bima (pemekaran dari Kabupaten Bima). Kabupaten ini mempunyai misi meningkatkan ketahanan pangan masyarakat melalui program revitalisasi pertanian, perikanan, dan kehutanan yang sejalan dengan agenda prioritas pemerintah, khususnya dalam rangka meningkatkan swasembada pangan. Untuk melaksanakan misi tersebut, pemerintah Kabupaten Bima akan membuat daerahnya menjadi sentral jagung hibrida menyaingi daerah sentral jagung hibrida lain yang sudah terkenal sebelumnya. Apalagi kondisi lahan di Kabupaten ini masih luas dengan wilayah dataran rendah yang memunyai ketinggian 0-477,50 meter diatas permukaan laut dengan iklim kering dan suhu udara agak panas sehingga sangat cocok untuk jagung hibrida.

Kabupaten Bima merupakan daerah dimana penduduknya berkeseluruhan bermata pencaharian sebagai petani. Perlu perhatikan khusus dari pemeritah kabupaten Bima khususnya untuk wilayah Desa Monggo dalam pembanguanan pertanian untuk peningkatan produksi yang dapat mendorong peningkatan pendapatan petani, karena itu segala kegiatan dalam sektor pertanian di usahakan dapat meningkatkan kemampuan petani berproduksi untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.

Desa Monggo Kecamatan Madapangga Kabupaten Bima merupakan suatu daerah yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Salah satu komoditi yang diusahakan oleh petani di Desa Monggo adalah tanaman Jagung. Namun dalam menjalankan usahataninya, para petani masih diharapkan dengan berbagai permasalahan. Masalah-masalah yang sering dijumpai oleh

(18)

4 petani diantaranya adalah, biaya modal usahatani relatif tinggi, biaya bibit yang naik, dan pupuk yang sulit didapatkan.

Jika dilihat dari paparan tersebut, telah dijelaskan bahwa peranan modal sosial dalam usahatani jagung hibrida memberikan kontribusi terhadap proses produksi yang sedang dijalankan. Berdasarkan latar belakang tersebut, perlu dilakukan suatu penelitian dengan judul ”Peranan Modal Sosial Dalam

Usahatani Jagung Hibrida di Desa Monggo Kecamatan Madapangga Kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana peran modal sosial dalam usahatani jagung hibrida di Desa Monggo Kecamatan Madapangga Kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat.

(19)

5

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang di angkat dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui peran modal sosial dalam usahatani jagung hibrida di Desa Monggo Kecamatan Madapangga Kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat.

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini antara lain :

a. Penelitian ini sebagai sarana untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai modal sosial dalam usahatani jagung hibrida di Desa Monggo Kecamatan Madapangga Kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat.

b. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu bagian informasi dan sumbangan pemikiran terhadap arah kebijakan yang ditempuh oleh pemerintah daerah, khususnya terkait modal sosial dalam usahatani jagung hibrida di Desa Monggo Kecamatan Madapangga Kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat.

(20)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Modal Sosial

Modal sosial atau social capital merupakan satu terminologi baru yang dikembangkan oleh ahli-ahli sosial untuk memperkaya pemahaman kita tentang masyarakat dan komunitas. Modal sosial menjadi khasanah perdebatan yang menarik bagi ahli-ahli sosial dan pembangunan khususnya awal tahun 1990-an. Teori tentang modal sosial ini pada awalnya dikembangkan oleh seorang sosiologi Perancis bernama Pierre Bourdieu, dan oleh seorang sosiolog Amerika Serikat bernama James Coleman.

Syahputra (2008) menyatakan ada tiga macam modal, yaitu modal uang, modal sosial, dan modal budaya, dan akan lebih efektif digunakan jika diantara ketiganya ada interaksi sosial atau hubungan sosial. Modal sosial dapat digunakan untuk segala kepentingan, namun tanpa ada sumber daya fisik dan pengetahuan budaya yang dimiliki, maka akan sulit bagi individu-individu untuk membangun sebuah hubungan sosial dan hubungan sosial hanya akan kuat jika ketiga unsur diatas eksis (Hasbullah, 2004).

Yokoyama dan Ishida (2006) menjelaskan tentang “concept of social

capital is toa great extent useful in discussing how to more effectively formulate communitydevelopment programs for the purpose of enhancing the well-being of ruraldwellers”Modal sosial berperan efektif dalam merumuskan

program-program pengembangan masyarakat untuk tujuan meningkatkan kesejahteraan penduduk pedesaan. Modal sosial yang ada dalam masyarakat pedesaan dapat

(21)

7 melemah bila ada proses-proses yang merusak kekerabatan, seperti perceraian, perpisahan, dan migrasi. Ketika keluarga meninggalkan jaringan-jaringan kekerabatan mereka yang sudah ada, teman-teman dan kontak-kontak yang lainnya, maka nilai dari modal sosial mereka akan jatuh (Field, 2005).

Fukuyama (2003) merumuskan modal sosial dengan mengacu kepada “norma-norma informal yang mendukung kerjasama antara individu dan kapabilitas yang muncul dari prevalensi kepercayaan dalam suatu masyarakat atau di dalam bagian-bagian tertentu dari masyarakat (Syahputra, 2008). Modal sosial dapat menfasilitasi perekonomian ke tingkat yang lebih besar bila didukung dengan adanya kepercayaan yang meluas. Putnam merumuskan modal sosial dengan mengacu pada ciri-ciri organisasi sosial, seperti jaringan, norma-norma, dan kepercayaan yang menfasilitasi koordinasi kerjasama untuk sesuatu yang manfaatnya bisa dirasakan secara bersama-sama (Ahmadi, 2003). Menurut Lawang (2005), modal sosial menunjuk pada semua kekuatan sosial komunitas yang dikontruksikan oleh individu atau kelompok dengan mengacu pada struktur sosial yang menurut penilaian mereka dapat mencapai tujuan individual atau kelompok secara efisien dan efektif dengan modal-modal lainnya.

Konsep modal sosial menawarkan betapa pentingnya suatu hubungan. dengan membagun suatu hubungan satu sama lain, dan memeliharanya agar terjalin terus, setiap individu dapat bekerjasama untuk memperoleh hal-hal yang tercapai sebelumnya serta meminimalisasikan kesulitan yang besar. Modal sosial menentukan bagaimana orang dapat bekerja sama dengan mudah.

(22)

8 Hakikat modal sosial adalah hubungan sosial yang terjalin dalam kehidupan sehari-hari warga masyarakat. Hubungan sosial mencerminkan hasil interaksi sosial dalam waktu yang relatif lama sehingga menghasilkan jaringan, pola kerjasama, pertukaran sosial, saling percaya, termasuk nilai dan norma yang mendasari hubungan sosial tersebut (Syahputra, 2008).

Field (2005) menjelaskan bahwa pusat perhatian utamanya dalam modal sosial adalah tentang pengertian “tataran sosial”. Menurutnya bahwa modal sosial berhubungan dengan modal-modal lainnya, seperti modal ekonomi dan modal budaya. Ketiga modal tersebut akan berfungsi efektif jika kesemuanya memiliki hubungan. Modal sosial dapat digunakan untuk segala kepentingan dengan dukungan sumberdaya fisik dan pengetahuan budaya yang dimiliki, begitu pula sebaliknya. Dalam konteks hubungan sosial, eksistensi dari ketiga modal (modal sosial, modal ekonomi dan budaya) tersebut merupakan garansi dari kuatnya suatu ikatan hubungan sosial.

Modal sosial merupakan sumber daya yang dipandang sebagai investasi untuk mendapatkan sumber daya baru. Sumber daya yang digunakan untuk investasi, disebut dengan modal. Modal sosial disini tidak diartikan dengan materi, tetapi merupakan modal sosial yang terdapat pada seseorang. Misalnya pada kelompok 14 institusi keluarga, organisasi, dan semua hal yang dapat mengarah pada kerjasama. Modal sosial lebih menekankan pada potensi kelompok dan pola-pola hubungan antara individu dalam suatu kelompok dan antara kelompok, dengan ruang perhatian pada kepercayaan, jaringan, norma dan nilai yang lahir dari anggota kelompok dan menjadi norma kelompok.

(23)

9 Pada masyarakat dikenal beberapa jenis modal, yaitu modal budaya, modal manusia, modal keuangan dan modal fisik. Modal budaya lebih menekankan pada kemampuan yang dimiliki seseorang, yang diperoleh dari lingkungan keluarga atau lingkungan sekitarnya. Modal manusia lebih merujuk pada kemampuan, keahlian yang dimiliki individu. Modal keuangan merupakan uang tunai yang dimiliki, tabungan pada bank, investasi, fasilitas kredit dan lainya yang bisa dihitung dan memiliki nilai nominal. Modal fisik dikaitkan dengan segala sesuatu yang berkaitan dengan material atau fisik. Modal sosial akan dapat mendorong keempat modal diatas dapat digunakan lebih optimal lagi.

Menurut Mohammad (2015), modal sosial adalah sumberdaya yang dapat dipandang sebagai investasi untuk mendapatkan sumberdaya baru, di mana kebudayaan tersebut dapat membantu masyarakat atau komunitas supaya bisa menumbuh kembangkan kehidupan ekonomi masyarakat atau komunitas tersebut. Kemampuan komunitas mendayagunakan modal sosial membuat penggunaan modal menjadi lebih efektif dan efisien sehingga memungkinkan terciptanya sistem pengelolaan yang berkelanjutan (Syahputra, 2008). Beberapa defenisi yang diberikan para ahli tentang modal sosial yang secara garis besar menunjukkan bahwa modal sosial merupakan unsur pelumas yang sangat menentukan bagi terbangunnya kerjasama antara individu atau kelompok dan terbangunnya suatu perilaku kerjasama kolektif.

(24)

10 Sedangkan menurut pandangan Prasetyo (2010), modal sosial dibedakan menjadi tiga tipe:

1. Social Bonding (Nilai, Kultur, Persepsi dan Tradisi atau adat-istiadat)

Social bonding adalah tipe modal sosial dengan karakteristik adanya

ikatan yang kuat (adanya perekat sosial) dalam suatu system kemasyarakatan. Misalnya, kebanyakan anggota keluarga mempunyai hubungan kekerabatan dengan keluaraga yang lain, mungkin masih berada dalam satu etnis.

2. Social Bridging (bisa berupa Institusi maupun mekanisme)

Social bridging (jembatan sosial) merupakan suatu ikatan sosial yang

timbul sebagai reaksi atas berbagai macam karakteristik kelompoknya. Ia bisa muncul karena adanya berbagai macam kelemahan yang ada disekitarnya sehingga mereka memutuskan untuk membangun suatu kekuatan dari kelemahan yang ada.

3. Social Linking (hubungan/jaringan sosial) Merupakan hubungan sosial yang dikarakteristikkan dengan adanya hubungan di antara beberapa level dari kekuatan sosial maupun status sosial yang ada dalam masyarakat. Misalnya, hubungan antara elite politik dengan masyarakat umum. Dalam hal ini elite politik yang dipandang khalayak sebagai public figure/tokoh, dan mempunyai status sosial dari pada masyarakat kebanyakan. Namun mereka sama-sama mempunyai kepentingan untuk mengadakan hubungan.

Pada dasarnya ketiga tipe modal sosial ini dapat bekerja tergantung dari keadaannya. Tipe ini dapat bekerja dalam kelemahan maupun kelebihan dalam suatu masyarakat. Tipe ini dapat digunakan dan dijadikan pendukung sekaligus

(25)

11 penghambat dalam ikatan sosial tergantung bagaimana individu dan masyarakat memaknainya.

Menurut Syahputra (2008), modal sosial selalu tidak terlepas dari tiga elemen pokok yang mencakup:

1. Kepercayaan/Trust (kejujuran, kewajaran, sikap egaliter, toleransi, dan kemurahan hati).

2. Jaringan Sosial/Social Networks (partisipasi, resiprositas, solidaritas, kerjasama).

3. Norma sosial (nilai-nilai bersama, norma dan sanksi, aturan-aturan).

Pada ketiga elemen modal sosial di atas berikut aspek-aspeknya pada hakikatnya adalah elemen-elemen yang ada atau seharusnya ada dalam kehidupan sebuah kelompok sosial. Putnam menambahkan mengenai tiga elemen modal social, (Moazami, 2006). Tiga elemen modal sosial itu bila di terapkan oleh pengusaha industri genteng dapat meningkatkan potensi produktifitas usahanya. 1. Jaringan Sosial (social networks)

Hubungan manusia sangat berarti baginya sebagai individu. Dapat dikatakan bahwa ikatan-ikatan di antara manusia juga berperan sebagai dinding pembatas bagi struktur-struktur sosial yang lebih luas. Ide sentral dari modal sosial adalah bahwa jaringan-jaringan sosial merupakan suatu aset yang bernilai dan jaringan-jaringan menyediakan suatu basis bagi kohesi sosial karena menyanggupkan orang untuk bekerjasama satu sama lain dan bukan hanya dengan orang yang mereka kenal secara langsung agar saling menguntungkan (Field, 2005).

(26)

12 Yokoyama dan Ishida (2006) menjelaskan jaringan sosial memungkinkan pedagang untuk menekan biaya transaksi walaupun dengan hubungan sosial yang terjalin tidak sempurna tetapi tetap dapat meningkatkan keuntungan. Sebuah asumsi dasar dari hubungan jaringan adalah bahwa satu pihak tergantung pada sumber-sumber yang dikontrol oleh pihak lain, dan bahwa ada keuntungan yang bisa diperoleh dari penggabungan sumber daya.

Pihak-pihak dalam jaringan setuju untuk tidak mengejar kepentingan diri sendiri dengan jalan merugikan yang lainnya. Pada dasarnya modal sosial merupakan kerjasama yang dibangun untuk mencapai tujuan bersama. Kerjasama yang terjalin tercipta ketika telah terjadinya hubungan interaksi sosial sehingga menghasilkan jaringan kerjasama, pertukaran sosial, saling percaya dan terbentuknya nilai dan norma dalam hubungan interaksitersebut.

2. Kepercayaan(Trust)

Moazami (2006) menyatakan bahwa kepercayaan mempunyai peranan penting dalam modal sosial, karena kepercayaan berarti memiliki keyakinan dalam kejujuran, kebaikan, keterampilandan keamanan seseorang dalam hubungan sosial. Beberapa peneliti mengungkapkan bahwa kepercayaan itu berasal dari sebuah jaringan sebagai sumber penting tumbuh dan hilangnya kepercayaan.

Dalam pandangan Francis Fukuyama, trust adalah sikap saling mempercayai dimasyarakat yang memungkinkan masyarakat tersebut saling bersatu dengan yang lain dan memberikan kontribusi pada peningkatan modal sosial (Syahputra, 2008). Fukuyama berpendapat bahwa kepercayaan adalah

(27)

13 pengharapan yang muncul dalam sebuah komunitas yang berperilaku normal, jujur dan kooperatif.

3. Norma dan Nilai

Rajibianto (2010), norma sosial merupakan sekumpulan aturan yang diharapkan dipatuhi dan diikuti oleh anggota masyarakat pada suatu entitas sosial tertentu. Karenanya norma sosial akan berperan dalam mengontrol bentuk-bentuk perilaku yang tumbuh dalam masyarakat. Norma ini mengandung sanksi sosial yang dapat mencegah individu berbuat sesuatu yang menyimpang dari kebiasaan yang berlaku di masyarakat. Jika dalam komunitas, asosiasi, group atau kelompok, norma tersebut tumbuh, dipertahankan dan kuat akan memperkuat masyarakat itu sendiri.

Fukuyama mendefinisikan mengenai (Ali &Mansor, 2006) Modal sosial sebagai instansi norma yang bersifat formal, yang mempromosikan kerjasama antara individu dan norma juga membentuk kualitas dan kuantitas interaksi sosial suatu masyarakat. Hal ini yang menjadikan norma sosial merupakan salah satu unsur modal sosial yang akan merangsang keberlangsungan hubungan sosial yang hidup dan kuat. Pada setiap kebudayaan, terdapat nilai-nilai tertentu yang mendominasi ide yang berkembang.

Rajibianto (2010), nilai sebagai sebuah ide yang telah turun menurun dianggap benar dan penting oleh anggota kelompok masyarakat, meskinilai memiliki kandungan konsekuensi ambivalen, misalnya kelompok masyarakat yang menganut nilai harmoni sebagai perekat kerukunan hubungan sosial, di sisi lain menghasilkan kenyataan yang menghalangi kompetisi dan produktifitas.

(28)

14 Karenanya dominasi ide tertentu dalam masyarakat akan membentuk dan mempengaruhi aturan-aturan bertindak masyarakatnya dan aturan-aturan bertingkah laku yang bersama-sama membentuk pola-pola kultural.

Aspek kepercayaan menjadi komponen utama pembentuk modal sosial di pedesaan, sementara aspek lainnya (kerjasama, jaringan kerja), tidak akan terbentuk dengan baik jika tidak dilandasi oleh terbentuknya hubungan saling percaya (mutual-trust) antara anggota masyarakat. Kekuatan kerjasama dan jaringan kerja yang terbentuk di masyarakat adalah pengembangan operasional dan hubungan saling percaya antara anggota masyarakat di bidang sosial budaya, ekonomi dan pemerintahan. Dalam kehidupan sosial di pedesaan, pengertian kepercayaan seharusnya tidak dilihat sekedar sebagai masalah personalitas atau intrapersonal, melainkan mencakup juga aspek ekstrapersonal dan intersubyektif.

Terbentuknya saling percaya menurut (Pranaji, 2006) adalah hasil interaksi yang melibatkan anggota masyarakat dalam suatu kelompok ketetanggaan, asosiasi tingkat dukuh, organisasi tingkat Desa dan berkembangnya sistem jaringan sosial hingga melintasi batas desa, dan berkembangnya sistem jaringan sosial hingga melintasi batas Desa. Pada suatu masyarakat ketetanggaan atau dukuh yang mengandung kontradiksi sosial relatif tinggi, maka jaringan kepercayaan yang terbentuk umumnya relatif sempit hingga pada tingkat hubungan yang bersifat personal dan persaudaraan yang lebih banyak diwarnai nilai-nilai primordial atau askriptif.

(29)

15 Tata nilai yang tampak dalam masyarakat umumnya bisa dilihat dari empat hal:

1) Ditegakkannya sistem sosial di pedesaan yang berdaya saing tinggi (produktif) namun berwajah humanistik (tidak eksploitatif dan intimidatif terhadap sesama manusia atau masyarakat).

2) Ditegakkannya sistem keadilan yang dilandaskan pada pemenuhan kebutuhan dasar manusia (tidak imperialistik dan menegasi kehidupan sosial). 3) Ditegakkannya sistem solidaritas yang dilandaskan pada hubungan saling

percaya (mutual trust) antara elemen pembentuk sistem masyarakat.

4) Dikembangkannya peluang untuk mewujudkan tingkat kemandirian dan keberlanjutan kehidupan masyarakat yang relatif tinggi, yang merupakan salah satu bagian terpenting keberadaan suatu masyarakat.

(30)

16 Mutual

Trus (Gotong royong)

Net-Work dan Scalling-Up

( Kerja sama dan tantangan) Cooperation dan Solidarity

(Kerja sama dan solidaritas)

Competitiveness

dan sustainability ( Daya saing dan keberlanjutan)

Gambar 1. Tata Nilai Sebagai Pembentuk Modal Sosial

Sementara itu, Bourdieu menjelaskan bahwa modal sosial sebagai agregat sumber daya aktual ataupun potensial yang diikat untuk mewujudkan jaringan yang berjangka panjang (durable) sehingga menginstitusionalisasikan hubungan persahabatan (acquaintance) yang saling menguntungkan (Yustika, 2012). Menurut Eva Cox,(1995) modal sosial adalah suatu rangkaian proses hubungan antara manusia yang ditopang oleh jaringan, norma-norma dan kepercayaan sosial yang memungkinkan efisien dan efektifnya koordinasi dan kerjasama untuk keuntungan dan kebajikan bersama. (Hasbullah, 2006).

Modal sosial sebagai seperangkat elemen dari struktur sosial yang mempengaruhi relasi antara manusia dan sekaligus sebagai input atau argumen bagi fungsi produksi dan manfaat modal sosial adalah bukan satu entitas, tetapi berbagai macam entitas yang berbeda mempunyai dua karakteristik yang sama, modal sosial terdiri dari beberapa aspek struktur sosial, dan memfasilitasi tindakan individu-individu yang berada dalam struktur Schiff (dalam Winarni, 2010).

Modal Sosial Tata Nilai

(31)

17 Maka dari itu menurut Robert D. Putnam modal sosial sangat pentingkarena:

1) Dengan modal sosial, warga negara bisa menyelesaikan masalah secara kolektif dan ini menjadi sangat mudah. Orang akan menjadi lebih baik jika saling bekerja sama, dan saling berbagi.

2) Modal sosial mampu meningkatkan perputaran roda yang bisa membuat komunitas mengalami kemajuan secara perlahan-lahan.

3) Komunitas lokal mampu meningkatkan kesadaran masyarakat secara luas dengan berbagai cara terhadap apa yang sedang berlangsung di sekitar kita, dengan kata lain modal sosial memunculkan kesadaran umum. Selain itu modal sosial diyakini sebagai komponen dalam menggerakkan kebersamaan, mobilitas ide, saling mempercayai dan saling menguntungkan.

Tujuan bersama ini adalah merupakan suatu upaya untuk mencapai kemakmuran yang lebih besar, dan kemakmuran ini akan mudah dicapai oleh suatu masyarakat yang saling percaya atau memiliki kepercayaan yang kuat ketimbang masyarakat yang tingkat kepercayaannya rendah. Sehingga modal sosial memegang peranan yang sangat penting dalam memfungsikan dan memperkuat kehidupan moderen dapat diartikan bahwa modal sosial merupakan syarat mutlak bagi pembangunan manusia, pembangunan ekonomi, sosial, politik, dan stabilitas demokrasi (Hasbulah, 2006).

(32)

18 Menurut Rusdi Syahputra (2006), modal sosial memiliki sepuluh unsur, adapun tiga unsur pokok dari modal sosial adalah :

1. Kepercayaan (trust) adalah kecenderungan untuk menepati sesuatu yang telah dikatakan baik secara lisan ataupun tulisan. Contohnya. Masyarakat pedesaan, aspek lainnya (kerjasama,jaringan kerja), tidak akan terbentuk denganbaik jika tidak dilandasi oleh terbentuknya hubungan saling percaya (mutual-trust) antara anggota masyarakat

2. Solidaritas, kesediaan untuk secara sukarela ikut menanggung suatu konsekuensi sebagai wujud adanya rasa kebersamaan dalam menghadapi suatu masalah. Contohnya saling membantu antara sesama petani sangat diperlukan.

3. Toleransi, kesediaan untuk memberikan konsensi atau kelonggaran baik dalam bentuk materi maupun non materi sepanjang tidak berkenan dengan hal-hal yang bersifat prinsipil. Contohnya suatu sikap saling menghormati dan menghargai antara kelompok atau individu dalam masyarakat atau dalam lingkup lainnya.

4. Tanggung jawab adalah kesadaran untuk memenuhi kewajiban sebagai cerminan rasa perduli terhadap masalah-masalah yang menyangkut kepentingan bersama. Contohnya ketika petani meminjam salah satu alat kerja yaitu mesin samprot jagung, dan tampa di sengaja mesin semprot itu rusak jadi petani harus bertanggung jawab untuk mengganti atau memperbaiki mesin semprot tersebut demi menjaga hubungan terhadap sesama petani.

(33)

19 5. Kerjasama adalah suatu keadaan yang mencerminkan kesediaan dari semua pihak yang terlibat memberikan kontribusi yang seimbang dalam melakukan berbagai hal yang menyangkut kepentingan bersama. Contohnya dalam usahatani jagung petani tidak bekerja sendiri para petani membutuhkan petani lainnya untuk menjalin kerjasama.

6. Kebersamaan adalah sikap dan perilaku yang mencerminkan adanya kesediaan untuk terlibat dalam kegiatan yang menyangkut kepentingan bersama.

7. Kemandirian adalah sikap dan perilaku yang mengutamakan kemampuan sendiri untuk memenuhi berbagai kebutuhan tanpa tergantung kepada atau mengharapkan bantuan orang lain.

8. Keterbukaan adalah kesediaan menyampaikan secara apa adanya segala hal yang orang lain yang berkepentingan menganggap bahwa mereka perlu mengetahuinya.

9. Keterusterangan adalah kesediaan untuk menyampaikan secara apa yang sesungguhnya yang dipikirkan atau dirasakan tanpa dihalangi oleh perasaan

ewuh, pekewuh, sungkan atau takut.

10. Empati adalah kemampuan memahami apa yang dirasakan oleh orang lain atau kemampuan untuk menempatkan diri dalam situasi orang lain.

Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa modal sosial adalah modal yang dimiliki individu manusia yang mengacu pada perilaku yang kooperatif. Perilaku tersebut mengacu pada organisasi sosial dengan jaringan sosial, norma-norma, kepercayaan sosial yang dapat menjembatani terciptanya

(34)

20 kerjasama yang menguntungkan untuk mendorong pada adanya keteraturan dan peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat.

2.2. Teori Usahatani Jagung

Tanaman jagung merupakan komoditas palawija yang layak di jadikan komoditas unggulan agribisnis karena tanaman jagung merupakan penghasilan utama karbohidrat ( Cahyono,2007). Pengembangan usahatani jagung sangat cerah dalam rangka meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani serta sumber pendapatan negara. Di samping itu dapat memperluas kesempatan kerja dan usaha, peningkatan ketahan pangan, pelestarian lingkungan, penghematan devisa negara untuk menekan impor, dan pemenuhan kebutuhan berbagai industri. Morfologi tanaman jagung terdiri dari akar, batang, daun, bunga, buah dan biji.(Rukmana, 2010).

Jagung (zea mays L) merupakan kebutuhan pokok kedua setelah setelah padi di Indonesia. Disamping itu juga dapat digunakan sebagai bahan baku pakan ternak dan industri pengolahan makanan. Jagung banyak mengandung sumber hidrat arang yang dapat mengsubtitusikan beras karena memiliki kalori dan protein yang sama dengan padi. Hanya kandungan karbohidratnya yang mendekati padi. Perakaran tanman jagung di awali oleh proses tumbuhnya akar dari embrionik aksis pada biji yang menempel pada jenggel, lalu memanjang di ikuti oleh akar-akar samping. Akar yang tumbuh pada bagian dasar pangkal batang setelah plamula muncul sedangkan akar udara merupakan akar yang tumbuh dari buku-buku di atas permukaan tanah yang dapat masuk ke dalam

(35)

21 tanah, akar ini berfungsi sebagai pendukung untuk memperkokoh batang terhadap kerebahan serta berperan dalam proses asimilasi (Rukmana, 2010).

Areal dan agroekologi pertanaman jagung sangat bervariasi, dari dataran rendah sampai dataran tinggi, pada berbagai jenis tanah, berbagai tipe iklim dan bermacam pola tanam. Tanaman jagung dapat ditanam pada lahan kering beriklim basah dan beriklim kering, sawah irigasi dan sawah tadah hujan, toleran terhadap kompetisi pada pola tanam tumpang sari, sesuai untuk pertanian subsistem, pertanian komersial skala kecil, menengah, hingga skala sangat besar. Suhu optimum untuk pertumbuhan tanaman jagung rata-rata 26-300C dan pH tanah 5,7- 6,8 (Subandi, 1988). Produksi jagung berbeda antara daerah, terutama disebabkan oleh perbedaan kesuburan tanah, ketersediaan air, dan varietas yang ditanam. Variasi lingkungan tumbuh akan mengakibatkan adanya interaksi genotipe dengan lingkungan (Allard and Brashaw 1964), yang berarti optimal.

(36)

22

2.3. Kerangka Pemikiran

Usahatani jagung merupakan proses atau aktivitas produksi jagung dengan mengkombinasikan berbagai faktor sumberdaya alam, tenaga kerja, dan modal sesuai dengan kondisi lingkungan untuk mencapai pendapatan maksimal.

Dalam usahatani jagung ini diperlukan unsur modal sosial yang terkandung didalamnya yaitu kepercayaan, norma sosial, jaringan sosial, nilai-nilai sosial dan hubungan timbal balik. Adapun kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Skema Kerangka Penelitian Tentang Peranan Modal Sosial dalam Usahatani Jagung Hibrida di Desa Monggo Kecamatan Madapangga Kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat.

Usahatani Jagung Modal Sosial Kepercayaan Norma Sosial Jaringan Sosial Nilai-Nilai Sosial Hubungan Timbal Balik Petani

(37)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Monggo, Kecamatan Madapangga, Kabupaten Bima, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Pemilihan lokasi berdasarkan atas potensi Desa yang akan di teliti yang di sesuaikan dengan tujuan penelitian. Desa yang dipilih merupakan salah satu Desa yang Banyak Memproduksi Jagung Hibrida, serta hampir semua penduduk Desa berprofesi sebagai petani Jagung Hibrida. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November-Desember 2019.

3.2. Teknik Penentuan Informan

Penelitian kualitatif tidak dipersoalkan jumlah informan, tetapi bisa tergantung dari tepat tidaknya pemilihan informan kunci, dan komplesitas dari keragaman fenomena sosial yang diteliti. Teknik penentuan informan sangat penting karena informan yang memberikan informasi. Koentjaraning (1993) menyatakan bahwa penentuan informan sebagai sumber data lebih banyak menggunakan pertimbangan realitas sosial, artinya yang mewakili masyarakat dipilih purposive

sampling berdasarkan kriteria informan dalam penelitian ini adalah:

a. Mereka yang memiliki mata pencaharian sebagai petani jagung hibrida lebih dari 4 tahun.

(38)

24 c. Petani jagung hibrida yang memiliki lahan, dengan luas lebih dari setengah

hektar.

d. Petani jagung hibrida yang memiliki tenaga kerja dalam mempekerjakan lahannya.

Informan dalam penelitian ini yaitu petani jagung hibrida di Desa Monggo yang berjumlah 21 orang.

3.2.Jenis dan Sumber Data

Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

a. Data kuantitatif yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara seperti umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, luas lahan dan pengalaman berusahatani.

b. Data kualitatif yaitu data dari penjelasan kata tidak dapat dianalisis dalam bentuk bilangan atau angka. Seperti kepercayaan, norma sosial, jaringan sosial, nilai-nilai sosial dan hubungan timbal balik.

Sumber data dalam penelitian ini yaitu :

a. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung kepada petani jagung hibrida di Desa Monggo Kecamatan Madapangga Kabupaten Bima sebagai responden, dengan membuat daftar pertanyaan (Konsioner) sebagai alat bantu dalam pengumpulan data, jenis data primer yang dikumpulkan dari petani antara lain umur, pendidikan formal, pengalaman berusahatani jagung hibrida, jumlah anggota keluarga, dan luas lahan.

b. Data sekunder diperoleh melalui data-data yang tersedia pada dinas-dinas dan instansi terkait, seperti departemen pertanian, Dinas Pertanian Kabupaten

(39)

25 Bima, Badan Pusat Statistik Kabupaten Bima, dan instansi terkait. Data sekunder juga diperoleh dari internet dan literatur-literatur lainnya

3.3.Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah: a) Observasi

Observasi dengan teknik pengumpulan data melalui pengamatan secara langsung.

b) Wawancara

Wawancara Penelitian yang dilakukan peniliti menggunakan kousioner

dengan cara bertanya langsung kepada beberapa petani jagung yang ada di Desa Monggo, Kecamatan Madapangga, Kabupaten Bima. Untuk

memperoleh data secara langsung dari informan. c) Dokumentasi

Dokumentasi dalam penelitian ini yaitu dokumen yang berbentuk

gambar/foto, dengan mengambil gambar pada saat melakukan penelitian di lapangan, contohnya pada saat melakukan observasi lapangan, dan pada

saat wawancara dengan petani.

3.4. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif sebagaimana dikemukakan (Miles dan Hubberma, 2014) antara lain :

a. Reduksi data. Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, sehingga perlu dicatat secara teliti dan rinci. Mereduksi data berarti

(40)

26 merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, serta dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya apabila diperlukan.

b. Penyajian data yakni dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya. Penyajian data pada penelitian kualitatif adalah melalui teks yang bersifat naratif. Hal ini akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi dan merencanakan kerja selanjutnya.

c. Penarikan kesimpulan dan verifikasi, dilakukan dengan menyimpulkan seluruh hasil pengolahan data yang telah dilakukan.

3.5.Definisi Operasional

Untuk memudahkan dalam mengambil data dan informasi serta menyamankan persepsi dalam penelitian ini, maka digunakan konsep operasinal sebagai berikut:

a. Kepercayaan adalah bagaimana antara individu satu dengan individu yang lain. Percaya terhadap apa yang mereka sudah disepakati contohnya petani yang satu memberikan pinjaman berupa alat pertanian yaitu mesin semprot, cu’a atau meminjamkan uang, dan benih. Mereka tidak perlu untuk mencatat karena mereka percaya bahwa petani yang satu akan mengembalikan.

(41)

27 b. Norma sosial adalah sekumpulan aturan yang tertulis dan tidak tertulis diharapkan, dipatuhi dan di ikuti oleh anggota masyarakat pada suatu kelompok sosial tertentu dalam usahatani jagung hibrida di Desa Monggo Kecamatan Madapangga Kabupaten Bima.

c. Jaringan sosial adalah konektivitas dalam tipikal khusus, dimana terdapat ikatan yang saling menghubungkan satu yang lain dalam hubungan sosial pada petani jagung hibrida di Desa Monggo Kecamatan Madapangga Kabupaten Bima.

d. Nilai-nilai sosial adalah nilai yang dianut oleh suatu masyarakat dan dipercayai oleh kelompok atau individu yang memadu dalam sebuah tindakan sosial mereka. Contohnya kebiasaan bergotong royong dan terjalin kebersamaan sesama petani di Desa Monggo Kecamatan Madapangga Kabupaten Bima.

e.

Hubugan timbal balik adalah kepedulian petani terhadap petani yang lain yang membutuhkan bantuan pada petani jagung hibrida di Desa Monggo Kecamatan Madapangga Kabupaten Bima.

(42)

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1.Letak Geografis

Desa Monggo merupakan salah satu 11 (sebelas) yang ada di Kecamatan Madapangga kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat dengan Luas wilayah 2503 Ha dengan jumlah penduduk 6.430 jiwa yang teridiri dari laki-lai sebanyak 3.115 Orang, Perempuan sebanyak 3.315 Orang dan memiliki Kepala keluarga sebanyak 2.570 KK dengan batas wilayah:

a. Sebelah Utara : Desa Mbawa Kecamatan Donggo b. Sebelah Selatan : Desa Dena Kecamatan Madapangga c. Sebelah Barat : Desa Ndano Kecamatan Madapangga d. Sebelah Timur : Desa Ncandi Kecamatan Madapangga

4.2.Kondisi Demografis

Jumlah penduduk Desa Monggo dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan pada tahun 2015 jumlah penduduk menjadi 4.423 jiwa, pada tahun 2016 meningktan menjadi 5.410 jiwa, pada tahun 2017 jumlah penduduk menjadi 6.150 jiwa, dan pada tahun 2018 jumlah penduduk menjadi menigkat 6.430 jiwa.

(43)

29 a. Struktur Penduduk

Jumlah Penduduk 6.430 Jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 3.115 Orang, Perempuan sebanyak 3.315 Orang dan memiliki Kepala Keluarga sebanyak 2.570 KK. Dengan demikian dapat diketahui bahwa jumlah perempuan lebih banyak dari jumlah Laki-laki.

Tabel 1. Distribusi Jumlah Penduduk Desa Monggo Kecamatan Madapangga Kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat.

No. Jenis kelamin Jumlah (orang) Persentase (%) 1. Laki-laki 3115 48,44 2. Perempuan 3315 51,55 6430 100,00

Sumber : Profil Desa Monggo,2019

Tabel diatas menunjukan bahwa penduduk yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan penduduk yang berjenis kelamin laki-laki dimana jumlah penduduk perempuan sebanyak 3315 jiwa atau 51,55 % dan untuk laki-laki sebanyak 3115 jiwa atau 48,44 %.

4.3.Sarana dan prasarana Umum Desa

Tabel 2. Distribusi Jumlah Sarana Dan Prasarana Pertanian Desa Monggo Kecamatan Madapanggan Kabupaten Bima Bima Nusa Tenggara Barat No. Sarana dan Prasarana Umum Jumlah Persentase %

1. Bumdes 1 50,00

2. Koperasi 1 50,00

Jumlah 2 100,00

Sumber : Profil Desa Monggo,2019

Dari tabel di atas dapat dilihat jumlah bumdes yang ada di Desa Monggo sebanyak 1 bumdes, koperasi sebanyak 1 yang berada di Desa Monggo Kecamatan Madapangga Kabupaten Bima.

(44)

30

4.4. Kondisi Pertanian

Sektor pertanian merupakan salah satu potensi unggulan yang memberikan kontribusi paling besar terhadap perekonomian khususnya di Desa Monggo Kecamatan Madapangga. Hal ini didukung dengan sumber daya lahan yang luas, iklim yang sesuai dan keanekaragaman genetika sumberdaya hayati yang besar. Tanaman pangan yang sangat potensial yakni tanaman jagung dan merupakan bahan pangan utama masyarakat.

Sebagian besar masyarakat di Desa Monggo masih bekerja di sektor pertanian, salah satunya pertanian jagung hibrida. Desa Monggo merupakan Desa yang memiliki potensial lahan pertanian yang luas untuk membudidayakan tanaman jagung hibrida dan juga padi. Dalam mengembangkan pertanian jagung hibrida Desa Monggo merupakan tempat yang sesuai dimana lahan yang luas dan juga jenis tanahnya yang sangat mendukung.

Tabel 3. Distribusi Luas tanam, produksi, dan rata-rata produksi. No. Jenis tanaman Luas tanam

(ha) Produksi (ton) Rata-tara produksi (kw/ha) 1. Padi sawah 50564 282147 50603 2. Padi ladang 19653 71804 19232 3. Jagung 18580 98606 19055 4. Ubi kayu 1049 14465 996 5. Ubi jalar 69 860 73 6. Kacang tanah 10020 11698 8893 7. Kacang hijau 822 2011 1707 8. Kedelai 24003 23673 23538 Jumlah 124890 505264 124097

(45)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Identitas Responden

Identitas responden petani merupakan salah satu hal penting yang dapat membantu kelancaran penelitian. Berikut ini merupakan pembahasan mengenai identitas responden petani yang meliputi umur, tingkat pendidikan, pengalaman berusahatani, jumlah tanggungan keluarga, dan luas lahan yang dimiliki oleh petani jagung hibrida.

5.1.1. Umur

Kegiatan usaha petani sangat membutuhkan apakah tergolong produtif dalam melakukan usaha petani. Umur petani akan mempengaruhi kecepatan dan cara kerja dalam melaksankan usahataninya. Petani relatif muda dengan tenaga yang kuat akan lebih cepat menerima inovasi yang dianjurkan. Semakin tua petani ada berpengaruh terhadap terhadap pendapatan. Untuk lebih jelasnya jumlah petani responden menurut golongan umur dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Distribusi Identitas Responden Petani Menurut Kelompok Umur yang Berusahatani Jagung Hibrida di Desa Monggo Kecamatan Madapangga Kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat.

No. Kelompok Umur (tahun) Jumlah (Orang) Presentase (%) 1. 1 25 – 31 3 14,28 2. 2 32 – 38 8 38,09 3. 3 39 - 45 9 42,85 4. 4 46 – 52 0 0 5. 5 53 - 59 0 0 6. 6 60 - 66 1 4,76 Jumlah 21 100,00

(46)

32 Berdasarkan Tabel 4 menjelaskan bahwa dari jumlah responden sebanyak 21 orang, terdapat 3 orang (14,28%) yang berumur antara 25-31 tahun, 8 orang (38,09%) yang berumur 32-38 tahun, 9 orang (42,85 %) yang berumur 39-45tahun, 0 orang (0 %) yang berumur antara 46-52 tahun, 0 orang (0 %) yang berumur antara 53-59 tahun, dan responden yang berumur 60-66 tahun sebanyak 1 orang (4.76%). Berdasarkan kelompok umur maka dapat dikatakan bahwa umur sebagian besar responden masih berada pada kisaran usia produktif.

5.1.2. Tingkat Pendidikan Responden

Tingkat pendidikan formal petani menujukan salah satu faktor penting,

khususnya dalam menghadapi teknologi dan keterampilan berusahatani.Tingkat pendidikan juga mempengaruhi pola pikir petani dalam mengambil keputusan, dimana petani dengan tingkat pendidikan yang relatif tinggi dapat meningkat bertindak lebih dinamis dalam pengelolahan usahatani. Secara umum tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan meningkatkan produktivitas dan lapangan kerja sehingga berpengaruh pula pada peningkatan pendapatan. Untuk lebih jelasnya tingkat pendidikan petani responden dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel.5. Distribusi Tingkat Pendidikan Responden Petani di Desa Monggo Kecamatan Madapangga Kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat.

No. Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%) 1. SD/Sederajat 8 38,09 2. SMP/Sederajat 2 9,52 3. SMA/Sederajat 7 33,33 4. Perguruan Tinggi 4 19,04 Jumlah 21 100,00

(47)

33 Tabel 5. Sudah dijelaskan bahwa dari keseluruhan petani responden yang ada di Desa Monggo Kecamatan Madapangga Kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat ada 8 orang (38,09%) yang berpendidikan SD, berpendidikan SMP 2 orang (9,52%), berpendidikan SMA 7 orang (33,33%), dan yang mampu melajutkan sampai ke perguruan tinggi sebanyak 4 orang (19,04%). Hal ini memberikan gambaran Desa Monggo Kecamatan Madapangga Kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat tingkat pendidikan responden tergolong pendidikan rendah, karena didominasi oleh yang berpendidikan SD.

5.1.3 Pengalaman Berusahatani Responden

Pengalaman berusahatani responden sangat penting dalam rangka

pengelolaan usahatani. Pengalaman berhubungan dengan keterampilan dan penggunaan teknologi, yang didukung oleh usia petani yang produktif, maka petani akan melakukan penerapan teknologi dilahan usahanya, pengalaman berusahatani merupakan faktor yang cukup penting dalam menunjang seorang petani dalam meningkatkan produktivitas dan kemampuan kerjanya juga dapat memberikan dampak terhadap adopsi dan inovasi baru yang disimpulkan oleh agen pembaru, untuk lebih jelas pengalaman berusahatani petani responden dapat dilihat pada Tebel 6 di bawah ini.

(48)

34 Tabel.6. Distribusi Pengalaman Berusahatani Responden Petani di Desa Monggo

Kecamatan Madapangga Kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat. No. Pengalaman Berusahatani Jumlah

(orang) Presentase (%) 1. 1 5 – 11 6 28,57 2. 2 12 – 18 7 33,33 3. 3 19 – 25 5 23,80 4. 4 26 – 32 2 9,52 5. 5 33 – 39 1 4,76 Jumlah 21 100,00

Sumber :Data primer yang telah diolah,2019.

Tabel 6 sudah dijelaskan bahwa dari 21 orang seluruh petani responden yang memiliki pengalaman berusahatani antara 5–11 tahun sebanyak 6 orang (28,57%), 12-18 tahun sebanyak 7 orang (33,33%), 19-25 tahun sebanyak 5 orang (23,80%), 26-32 tahun sebanyak 2 orang (9,52%), dan yang mempunyai pengalaman berusahatani 33-39 tahun sebanyak 1 orang (4,76%). Ini menunjukan bahwa pengalaman berusahatani di Desa Monggo Kecamatan Madapangga Kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat tergolong sudah mapan karna sudah berpengalaman. Petani yang mempunyai pengalaman berusahatani yang lama akan semakin berhati-hati untuk mengambil tindakan yang berkaitan dengan peningkatan produksinya demi kesejahteraan keluarga petani itu sendiri.

5.1.4 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis kelamin responden menjadi salah satu ciri yang dapat membedakan individu, dalam penelitian ini dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu : kelompok laki-laki dan kelompok perempuan, serta laki-laki dan perempuan dapat memberikan pandangan yang berbeda terhadap sesuatu hal. Untuk lebih jelasnya

(49)

35 adapun rincian responden dapat dijelaskan dalam tabel 7 yang telah disajikan dibawah ini.

Tabel.7 .Distribusi Responden Petani Jagung Hibrida di Desa Monggo Kecamatan Madapangga Kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat.

No. Jenis Kelamin Jumlah Persentase%

1. Laki-laki 15 71,42

2. Perempuan 6 28,57

Jumlah 21 100,00

Sumber : Data primer yang telah diolah, 2019.

Berdasarkan hasil penelitian, responden yang ditemui pada saat penelitian sebagian besar adalah laki-laki yaitu sebanyak 15 orang (71,42% dari total jumlah responden ). Sedangkan responden perempuan sebanyak 6 orang (28,57% dari total jumlah responden). Hal ini dikarenakan saat pengambilan sampel, responden yang diteliti yakni petani yang berusahatani jagung hibrida kebanyakan adalah laki-laki.

5.1.5 Jumlah Tanggungan Keluarga

Jumlah tanggungan keluarga merupakan semua orang yang berada dalam satu keluarga atau satu rumah yang menjadi tanggungan petani termasuk petani itu sendiri sebagai kepala keluarga. Kepala keluarga tersebut bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup dan kesejahteraan keluarganya. Banyaknya anggota keluarga sangat berpengaruh terhadap usahatani keluarga bersangkutan, dimana semakin banyak tenaga dalam keluarga maka semakin cepat proses penyesuaian kegiatan usahataninya, untuk mengetahui besarnya tanggungan petani responden dapat dilihat pada Tabel 8.

(50)

36 Tabel 8. Distribusi Jumlah Responden Petani Menurut Jumlah Tanggungan Keluarga di Desa Monggo Kecamatan Madapangga Kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat.

No. Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah (Jiwa) Presentase (%) 1. 2 – 3 8 38,09 2. 4 – 5 9 42,85 3. 6 – 7 3 14,28 4. 8 – 9 0 0 5. 10 – 11 1 4,76 Jumlah 21 100,00

Sumber :Data primer yang telah diolah,2019.

Tabel 8 menjelaskan bahwa dari seluruh petani responden, ada 8 orang (38,09%) dengan jumlah tanggungan keluarga 2-3 orang, 9 orang (42,85%) dengan jumlah tanggungan keluarga 4-5 orang, 3 orang (14,28%) dengan jumlah tanggungan keluarga 6-7 orang,1 orang (4,76%) dengan jumlah tanggungan keluarga 10-11 orang (4,76%). Tabel diatas menjelaskan bahwa jumlah tanggungan keluarga terbanyak berada pada 9 orang dengan jumlah tanggungan keluarga 4-5 orang dalam satu keluarga. Petani yang memiliki anggota yang banyak dan memiliki lahan sedikit tidak mampu mencukupi kehidupan keluarga petani tersebut. Untuk menyewa tenaga kerja dalam melakukan berusahatani petani tidak mengeluarkan uang karena dibantu oleh anggota keluarga sehingga sedikit meringankan pengeluarannya.

(51)

37

5.1.6. Luas lahan

Lahan merupakan salah satu faktor produksi, dimana luas lahan akan mempengaruhi jumlah produksi tanaman yang dihasilkan. Petani yang memiliki lahan tani yang luas akan memperoleh hasil produksi yang besar, tetapi tidak menjamin bahwa lahan tersebut lebih produktif dalam memberikan hasil dibandingkan dengan lahan usahatani yang sempit. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Distribusi Luas Lahan Responden Petani di Desa Monggo Kecamatan Madapangga Kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat.

No. Luas Lahan (are) Jumlah (orang) Presentase (%) 1. 0,21 – 0,49 6 28,57 2. 0,50 – 0,78 5 23,80 3. 0,79 – 1,07 3 14,28 4. 1,08 – 1,36 7 33,33 Jumlah 21 100,00

Sumber : Data primer setelah diolah 2018.

Tabel 9 menjelaskan bahwa dari seluruh petani responden, ada 6 orang (28,57%) yang memiliki luas lahan antara 21-0,49 are, 5 orang (23,80%) memiliki luas lahan antara 0,50-0,78, 3 orang (14,28%) memiliki luas lahan antara 0,79-1,07, 7 orang (33,33%) memiliki luas lahan antara 1,08-1,36. Luas lahan yang dimiliki petani responden bermacam-macam, luas lahan petani dapat berpengaruh pada tingkat pendapatan serta produktivitas usahatani petani.

(52)

38

5.2 Pembahasan

Kondisi Ekonomi Masyarakat Desa Monggo, Kecamatan Madapangga, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat. Secara ekonomi dan mata pencaharian, maka aktivitas masyarakat Desa Monggo terpusat pada aktivitas yang bersifat pertanian. Sebagian besar masyarakat di Desa Monggo bekerja sebagai petani jagung hibrida.

Banyak warga atau masyarakat yang bekerja di bidang pertanian, membuat sektor ini begitu penting bagi kehidupan warga masyarakat Desa Monggo. Pertanian di Desa Monggo di dominasi oleh pertanian musiman, artinya jenis tanaman yang ditanam petani disesuaikan dengan musim yang berlangsung. Pada musim kemarau, jenis tanaman yang ditanam petani rata-rata menanam jagung hibrida. Petani pada musim penghujan berkesempatan untuk menanam padi yang akan menghasilkan gabah, yang akan disimpan oleh petani untuk kebutuhan pangan sehari-hari sampai waktu tanam padi kembali. Karena musim tanam padi di Desa Monggo sebagian besar hanya dilakukan satu kali tanam/panen.

5.2.1. Kepercayaan

Kepercayaan adalah rasa saling percaya terhadap antara sesama petani untuk meminjamkan alat pertanian seperti cu’a, mesin semprot di Desa Monggo, Kecamatan Madapangga, Kabupaten Bima.

Menurut Siagian dan Cahyono (2014), kepercayaaan merupakan sebuah keyakinan dari salah satu pihak mengenai maksud dan perilaku yang ditunjukan kepada pihak yang lainnya. Sistem tersebut terjalin selama ini membuat hubungan antara sesama petani jagung bertambah.

(53)

39 Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Nasarudin sebagai berikut:

”nami sesama petani ma imbi angi mena labo cua inga mena angi

raka si eda lenga sama kanggihi labo ma ncoki, ma ne,e raho ulu sampro nami mbei sepe, na warasi ka mbei sepe watisi ndi kani ba ndai nami kanggihi, nddepun rawi sia ta nahu (Wawancara 17

November 2019).

Dengan artinya sebagai sesama petani kami saling percaya dan saling membantu satu sama lain yang membutuhkan bantuan. Percaya terhadap apa yang mereka sudah disepakati contohnya petani yang satu memberikan pinjaman berupa alat pertanian yaitu mesin semprot, cu’a atau meminjamkan uang, dan benih. Mereka tidak perlu untuk mencatat dan mereka percaya bahwa petani yang satu akan mengembalikan. (Wawancara 17 November 2019).

Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Bapak Sahrul sebagai berikut ini:

”nami sesama petani ma imbi angi mena labo cua inga mena angi

raka si eda lenga sama kanggihi labo ma ncoki, ma ne,e raho ulu sampro nami mbei sepe, na warasi ka mbei sepe watisi ndi kani ba nami ndai mori ta dunia ndi ma ulu ka kento ntau lenga mena mpa wati loa sawai kanggihi sama, nddepun sia doho makalai na mbei sepe rau jam pa ntau lenga (Wawancara 17 November 2019).

Dengan artinya sebagai sesama petani kami saling percaya dan saling membantu satu sama lain yang membutuhkan bantuan. Percaya terhadap apa yang mereka sudah disepakati contohnya petani yang satu memberikan pinjaman berupa alat pertanian yaitu mesin semprot, cu’a atau meminjamkan uang, dan benih. Mereka tidak perlu untuk mencatat dan mereka percaya bahwa petani yang satu akan mengembalikan. (Wawancara 17 November 2019).

(54)

40 Lain halnya yang diungkapkan oleh Bapak Ismail sebagai berikut:

“nami sesama petani ma imbi angi mena ma nggara ulu ka kento

ntau lenga mena re maklum mori ke ara dana ro rasa ke indo mori kese, dawara deka piti ndi kangihi kai raho sepe aka dou kompe uma, sepe kade,e nggori poke jago” (Wawancara 17 November

2019).

Dengan artinya sebagai sesama petani saling percaya dan saling membutuhkan bantuan orang lain. Contohnya ketika saya tidak mempunyai modal untuk berusahatani jagung saya akan meminjam uang kepada tentangga ataupun keluarga yang mempunyai uang lebih. Mereka tidak perlu mencatat dan mereka percaya bahwa petani yang meminjam uang akan mengembalikan setelah selesai panen. (Wawancara 17 November 2019).

Modal sosial juga menguatkan kepercayaan (trust) yang dimanfaatkan untuk berhutang, hal ini dilakukan petani jagung, manakalah keadaan yang terdesak. Dilakukan petani jagung dengan memanfaatkan modal sosial (ekonomi), yang digunakan untuk membeli kebutuhan pertanian (bibit, pupuk/obat pertanian). Berhutang dilakukan petani jagung sebagai cara paling cepat untuk mendapatkan modal finansial untuk keperluan mendadak dalam berusahatani. Petani jagung berhutang dengan menjaminkan hasil pertaniannya, jika petani mengalami kegalalan panen, maka hutang tersebut akan dibayar pada hasil panen berikutnya. Karena petani yang meminjamkan modal sudah mengetahui kegagalan panen yang dialami petani tersebut, karena adanya rasa saling percaya terhadap sesama petani menimbulkan rasa persaudaraan yang kuat terhadap sesama petani di Desa Monggo, Kecamatan Madapangga, Kabupaten Bima.

(55)

41 Dengan adanya sistem kekerabatan dan gotong royong diantara mereka, membuat hubungan petani jagung berinteraksi dengan baik kepada sesama warga masyarakat, sehingga muncul suatu kepercayaan dan hubungan timbal balik yang dapat memperkuat hubungan kerja sama yang akan mereka ciptakan

Hasil wawancara kepada petani jagung bahwa kepercayaan sesama petani jagung untuk meminjamkan alat pertanian seperti cu’a dan mesin semprot, sesama petani jagung yang lain, dengan kepercayaan itulah petani jagung di Desa Monggo menggunakan untuk memperoleh jalan keluar dalam mengatasi suatu persoalan hidupnya.

Hal ini sesuai dengan penelitian terdahulu oleh Rahmadi, (2016), mengatakan kepercayaan diantara petani jagung timbul dengan sendirinya, disebabkan oleh interaksi yang terus berulang-ulang diantara petani jagung, dengan kepercayaan itulah petani jagung menggunakan untuk memperoleh jalan keluar dalam mengatasi suatu persoalan hidupnya.

5.2.2. Norma sosial

Norma sosial akan sangat berperan dalam mengontrol bentuk-bentuk prilaku yang tumbuh dalam masyarakat. Pengertian norma itu sendiri adalah sekumpulan aturan yang diharapkan dipatuhi dan di ikuti oleh anggota masyarakat pada suatu kelompok sosial tertentu. Menurut Halim (2000), norma sosial merupakan segala peraturan baik yang tertulis atau tidak tertulis dan pada intinya mengenai suatu peraturan yang berlaku dan digunakan sebagai acuan atau pedoman yang harus ditaati pada setiap individu di tengah masyarakat.

(56)

42 Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Nasarudin sebagai berikut:

“sawatipu tampu’u nguda jago nami petani ta ake kone nahu rau la

ngina kai ndawi acara do’a syukur aka doro baida mboto ma ka ngongina wungasi karawi jago labo loa nguda jago wunga mpana ai na warasi oi ma mai aka lapa loa kai moda dou ma kanggihi jago owa oi aka tolo ma nguda jago aka tolo (Wawancara 19 November 2019).

Dengan artinya biasanya sebelum memulai menanam jagung para petani disini termasuk saya biasanya mengadakan syukuran di kebun supaya tidak banyak kendala dalam proses bertani nantinya. Tidak hanya itu aturan yang ada di Desa Monggo Kecataman Madapangga yaitu petani boleh menanam jagung pada musim kemarau tetapi jika membutuhkan air maka petani menyalurkan air tersebut melalui irigasi yang tidak sepuasnya untuk digunakan petani hanya digunakan secukupnya karna pasokan air tidak terlalu banyak karna air tersebut dibutuhkan oleh petani lain juga (Wawancara 19 November 2019).

Lain halnya yang diungkapkan oleh Ibu Hj. Sarro sebagai berikut: ”sawatipu tampu’u poke jago nami petani ta ake kone nahu rau la

ngina kai ndawi acara do’a syukur eli do’ana ruma di ade nguda kai mada doho jago, ka taho-taho weapu kanggihi ra kanggama mada doho ke, ai to’ina wara ma iha jago labo ka mbotopu rongga na jago mada doho la ka ngihi aka doro baida mboto ma ka ngongina wungasi karawi jago labo loa poke jago” (Wawancara 19 November

2019).

Dengan artinya sebelum memulai proses pemanenan jagung aturan yang harus dipatuhi para petani disini termasuk saya biasanya mengadakan syukuran (do’a) di kebun supaya tidak banyak kendala seperti datangnya hujan secara terus menerus, dan kurangnya tenaga kerja sehingga memperlambat proses pemanenan jagung (Wawancara 19 November 2019).

Gambar

Gambar 1. Tata Nilai Sebagai Pembentuk Modal Sosial
Gambar  2.  Skema  Kerangka  Penelitian  Tentang  Peranan  Modal  Sosial  dalam  Usahatani Jagung Hibrida di Desa Monggo Kecamatan Madapangga    Kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat.
Tabel  1.  Distribusi  Jumlah  Penduduk  Desa  Monggo  Kecamatan  Madapangga  Kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat
Tabel 3. Distribusi Luas tanam, produksi, dan rata-rata produksi.
+7

Referensi

Dokumen terkait

 Siswa yang mendapat tongkat saat lagu berhenti dinyanyikan maju kedepan kelas untuk mengambil undian pertanyaan mengenai isi cerita peristiwa kecelakaan pada

[r]

Untuk itu sesuai dengan Dokumen Pengadaan Bab III tentang Instruksi Kepada Penyedia, maka Kelompok Kerja Pengadaan jasa Konsultansi ULP Pemerintah Kabupaten Alor menyatakan

Pada penulisan skripsi ini, penulis ingin membandingkan hak kewarisan harta pusaka kepada anak perempuan menurut adat dan fiqih karena ingin mencari kesimpulan atau jawaban

Edema paru adalah akumulasi cairan ekstravaskular yang patologis pada jaringan parenkim paru tiba-tiba akibat peningkatan tekanan intravascular. Edema paru terjadi

Kedua, dalam hukum Islam dan fatwa Dewan Syariah Nasional No.02/DSN-MUI/IV/2000 terdapat ketidaksesuaian dengan praktik yang terjadi dalam simpanan qurban yang ada

Biro menyampaikan Rancangan Peraturan Menteri yang telah. disepakati dalam rapat harmonisasi dan sinkronisasi

hidup pekerja jika upah yang diberikan pengusaha terhadap pekerja tidak sesuai. dengan Upah Minimum Kabupaten (UMK)