BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang 1.1.Latar BelakangSitem Muskuluskuletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan bertanggung Sitem Muskuluskuletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan bertanggung jawab terhadap komponen utama d
jawab terhadap komponen utama dari sistem muskuloskletal ari sistem muskuloskletal adalah jaringan ikat.adalah jaringan ikat. System ini terdiri dari tulang, sendi, otot rangka, tendon ligamen gursa jaringan System ini terdiri dari tulang, sendi, otot rangka, tendon ligamen gursa jaringan khusus yang menghubungkan struktur ini. Dalam hal ini tulang sebagai jaringan khusus yang menghubungkan struktur ini. Dalam hal ini tulang sebagai jaringan yang dinamis mempunyai fungsi ganda yaitu fungsi mekanik dan metabolik. yang dinamis mempunyai fungsi ganda yaitu fungsi mekanik dan metabolik. Tulang
Tulang sebagai sebagai pembentuk rangka pembentuk rangka tubuh ytubuh yang mempunyai ang mempunyai bergai bergai jenis jenis bentuk.bentuk. Menurut bentuknya tulang dibedakan tulang panjang, tulang pendek dan tulang Menurut bentuknya tulang dibedakan tulang panjang, tulang pendek dan tulang pipih.
pipih.
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang umumnya disebab kan oleh ruda paksa atau trauma yang tulang rawan yang umumnya disebab kan oleh ruda paksa atau trauma yang menyebabkan tulang patah dapat
menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung berupa trauma langsung (R. Sjamsuhidajat (R. Sjamsuhidajat WinWin de Jong 1997)
de Jong 1997) Negara
Negara indonesia indonesia merupakan merupakan Negara Negara yang yang berkembang berkembang yang yang berada berada dalamdalam taraf halusinasi menuju
taraf halusinasi menuju industrialisasiindustrialisasi tentunya akan mempengaruhi peningkatan tentunya akan mempengaruhi peningkatan mobilisasi masyr
mobilisasi masyrakat / mobilitas akat / mobilitas masyarakat masyarakat yang meningkat otomatisasyang meningkat otomatisasi terjadii terjadi peningkatan
peningkatan penggunaan penggunaan alat-alat alat-alat transportasi transportasi / / kendaraan kendaraan bermotor bermotor khususnyakhususnya bagi
bagi masyarakat masyarakat yang yang tinggal tinggal diperkotaan. diperkotaan. Sehinga Sehinga menambah menambah kesemrawutankesemrawutan arus
kecenderungan terjadinya
kecenderungan terjadinya kecelakaan kendaraan kecelakaan kendaraan bermoto . bermoto . Kecelakaan terKecelakaan tersebutsebut sering kali
sering kali menyebabkan menyebabkan cidera tulang cidera tulang atau disebut atau disebut fraktur.fraktur.
Jumlah korban Tahun 2008 di Amerika Serikat terdapat lebih dari 135.000 Jumlah korban Tahun 2008 di Amerika Serikat terdapat lebih dari 135.000 kasus cedera
kasus cedera yang di yang di sebabkan olah raga sebabkan olah raga papan selancar dan papan selancar dan sekuter, dimanasekuter, dimana kasus cedera
kasus cedera terbanyak adalah terbanyak adalah Frakktur sFrakktur sebanyak 39 % ebanyak 39 % yang sebagian yang sebagian besarbesar penderitanya laki-laki
penderitanya laki-laki di bawah di bawah umur 15 umur 15 tahun. Di tahun. Di Negara maju Negara maju seperti Australiaseperti Australia masalah frakur merupakan masalah kesehatan masyarakat yang mendapat masalah frakur merupakan masalah kesehatan masyarakat yang mendapat perhatiaan
perhatiaan serius, serius, dengan dengan jumlah jumlah korban korban setiap setiap tahun tahun 20.000 20.000 penduduk.penduduk. Sedangkan di Negara Maju lainnya seperti di Kamerun dan Maroko dimana pada Sedangkan di Negara Maju lainnya seperti di Kamerun dan Maroko dimana pada tahun 2007 perbandingan insiden frktur pada kelompok umur 50
tahun 2007 perbandingan insiden frktur pada kelompok umur 50 – – 65 tahun, Pria 65 tahun, Pria 4,2 % penduduk, dan Wanita 5,4 % penduduk. Di Maroko pada tahun 2009 4,2 % penduduk, dan Wanita 5,4 % penduduk. Di Maroko pada tahun 2009 insiden fraktur pada pria 43,7 % penduduk, pada wanita 52 % penduduk.
insiden fraktur pada pria 43,7 % penduduk, pada wanita 52 % penduduk.
Jumlah korban kecelakaan lalu lintas di Indonesia yaitu 47.401 orang pada Jumlah korban kecelakaan lalu lintas di Indonesia yaitu 47.401 orang pada tahun 1989, menjadi 32.815 orang pada tahun 1995. Rasio jumlah korban cedera tahun 1989, menjadi 32.815 orang pada tahun 1995. Rasio jumlah korban cedera sebesar 16,80 per 10.000 penduduk dan dan rasio korban meninggal sebesar 5,63 sebesar 16,80 per 10.000 penduduk dan dan rasio korban meninggal sebesar 5,63 per
per 100.000 100.000 penduduk. penduduk. Angka Angka kematian kematian tertinggi tertinggi berada berada di di wilayah wilayah KalimantanKalimantan Timur, yaitu 11,07 per 100.000 penduduk dan terendah di Jawa Tengah, yaitu Timur, yaitu 11,07 per 100.000 penduduk dan terendah di Jawa Tengah, yaitu sebesar 2,67 per 100.000 penduduk (Lukman, 2009).
sebesar 2,67 per 100.000 penduduk (Lukman, 2009). Badan kesehatan
Badan kesehatan dunia dunia (WHO) (WHO) mencatat tahun mencatat tahun 2007 terdapat 2007 terdapat lebih darilebih dari delapan juta orang meninggal dikarenakan insiden kecelakaan dan sekitar 2 juta delapan juta orang meninggal dikarenakan insiden kecelakaan dan sekitar 2 juta orang mengalami kecacatan fisik. Salah satu insiden kecelakaan yang mengalami orang mengalami kecacatan fisik. Salah satu insiden kecelakaan yang mengalami prevalensi
kecenderungan terjadinya
kecenderungan terjadinya kecelakaan kendaraan kecelakaan kendaraan bermoto . bermoto . Kecelakaan terKecelakaan tersebutsebut sering kali
sering kali menyebabkan menyebabkan cidera tulang cidera tulang atau disebut atau disebut fraktur.fraktur.
Jumlah korban Tahun 2008 di Amerika Serikat terdapat lebih dari 135.000 Jumlah korban Tahun 2008 di Amerika Serikat terdapat lebih dari 135.000 kasus cedera
kasus cedera yang di yang di sebabkan olah raga sebabkan olah raga papan selancar dan papan selancar dan sekuter, dimanasekuter, dimana kasus cedera
kasus cedera terbanyak adalah terbanyak adalah Frakktur sFrakktur sebanyak 39 % ebanyak 39 % yang sebagian yang sebagian besarbesar penderitanya laki-laki
penderitanya laki-laki di bawah di bawah umur 15 umur 15 tahun. Di tahun. Di Negara maju Negara maju seperti Australiaseperti Australia masalah frakur merupakan masalah kesehatan masyarakat yang mendapat masalah frakur merupakan masalah kesehatan masyarakat yang mendapat perhatiaan
perhatiaan serius, serius, dengan dengan jumlah jumlah korban korban setiap setiap tahun tahun 20.000 20.000 penduduk.penduduk. Sedangkan di Negara Maju lainnya seperti di Kamerun dan Maroko dimana pada Sedangkan di Negara Maju lainnya seperti di Kamerun dan Maroko dimana pada tahun 2007 perbandingan insiden frktur pada kelompok umur 50
tahun 2007 perbandingan insiden frktur pada kelompok umur 50 – – 65 tahun, Pria 65 tahun, Pria 4,2 % penduduk, dan Wanita 5,4 % penduduk. Di Maroko pada tahun 2009 4,2 % penduduk, dan Wanita 5,4 % penduduk. Di Maroko pada tahun 2009 insiden fraktur pada pria 43,7 % penduduk, pada wanita 52 % penduduk.
insiden fraktur pada pria 43,7 % penduduk, pada wanita 52 % penduduk.
Jumlah korban kecelakaan lalu lintas di Indonesia yaitu 47.401 orang pada Jumlah korban kecelakaan lalu lintas di Indonesia yaitu 47.401 orang pada tahun 1989, menjadi 32.815 orang pada tahun 1995. Rasio jumlah korban cedera tahun 1989, menjadi 32.815 orang pada tahun 1995. Rasio jumlah korban cedera sebesar 16,80 per 10.000 penduduk dan dan rasio korban meninggal sebesar 5,63 sebesar 16,80 per 10.000 penduduk dan dan rasio korban meninggal sebesar 5,63 per
per 100.000 100.000 penduduk. penduduk. Angka Angka kematian kematian tertinggi tertinggi berada berada di di wilayah wilayah KalimantanKalimantan Timur, yaitu 11,07 per 100.000 penduduk dan terendah di Jawa Tengah, yaitu Timur, yaitu 11,07 per 100.000 penduduk dan terendah di Jawa Tengah, yaitu sebesar 2,67 per 100.000 penduduk (Lukman, 2009).
sebesar 2,67 per 100.000 penduduk (Lukman, 2009). Badan kesehatan
Badan kesehatan dunia dunia (WHO) (WHO) mencatat tahun mencatat tahun 2007 terdapat 2007 terdapat lebih darilebih dari delapan juta orang meninggal dikarenakan insiden kecelakaan dan sekitar 2 juta delapan juta orang meninggal dikarenakan insiden kecelakaan dan sekitar 2 juta orang mengalami kecacatan fisik. Salah satu insiden kecelakaan yang mengalami orang mengalami kecacatan fisik. Salah satu insiden kecelakaan yang mengalami prevalensi
dari insiden kecelakaan yang terjadi.( Http:// Lukman dari insiden kecelakaan yang terjadi.( Http:// Lukman rohamin.Blogspot.com.html.).
rohamin.Blogspot.com.html.).
Berdasarkan data Kepmenkes 116/Menkes/SK/VIII/2007 di dapatkan 25 % Berdasarkan data Kepmenkes 116/Menkes/SK/VIII/2007 di dapatkan 25 % penderita
penderita fraktur fraktur mengalami mengalami kematiaan, kematiaan, 45% 45% mengalami mengalami cacat cacat fisik, fisik, 15 15 %% mengalami stress psikologis karena cemas bahkan depressi, dan 10 % mengalami mengalami stress psikologis karena cemas bahkan depressi, dan 10 % mengalami kesembuhan dengan baik. Kecelakaan merupakan pembunuh nomor 3 di kesembuhan dengan baik. Kecelakaan merupakan pembunuh nomor 3 di indonesia.
indonesia.
Peran perawat pada kasus fraktur meliputi sebagai pemberi asuhan Peran perawat pada kasus fraktur meliputi sebagai pemberi asuhan keperawatan langsung kapada klien yang mengalami fraktur, sebagai mendidik keperawatan langsung kapada klien yang mengalami fraktur, sebagai mendidik memberi kan pendidikan kesehatan untuk mencegah komplikasi, serta sebagai memberi kan pendidikan kesehatan untuk mencegah komplikasi, serta sebagai peneliti
peneliti yaitu yaitu dimana dimana perawat perawat berupaya berupaya meneliti meneliti asuhan asuhan keperawatan keperawatan kepadakepada klien fraktur melalui metode ilmiah.
klien fraktur melalui metode ilmiah. Oleh sebab
Oleh sebab itu penulis itu penulis tertarik untuk tertarik untuk melakukan melakukan Asuhan Keperawatan Asuhan Keperawatan padapada dengan
dengan Gangguan Gangguan Muskuloskletal Muskuloskletal Fraktur Fraktur Tibia Tibia dan dan Fibula.Fibula. 1.1.
1.1. Tujuan PenulisanTujuan Penulisan 1.1.1.
1.1.1. Tujuan UmumTujuan Umum
Mampu melaksanakan Asuhan Keperawatan yang diterapkan pada pasien. Mampu melaksanakan Asuhan Keperawatan yang diterapkan pada pasien. Dengan Gangguan Sistem Muskuloskletal Post Op Fraktur Tibia Fibula yang Dengan Gangguan Sistem Muskuloskletal Post Op Fraktur Tibia Fibula yang dirawat di Rumah Sakit.
dirawat di Rumah Sakit. 1.1.2.
1.1.2. Tujuan KhususTujuan Khusus a.
a. Mampu Mampu melaksanakan melaksanakan pengkajian pengkajian dengan dengan melakukan melakukan pendekatan pendekatan secarasecara Sistematis untuk mengumpulkan data, menganalisa dan menegakkan Sistematis untuk mengumpulkan data, menganalisa dan menegakkan diagnosa keperawatan.
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada dengan Gangguan Sistem Muskuloskletal, Post Op Fraktur Tibia Fibula.
c. Mampu membuat perencanaan Asuhan Keperawatan Pada Dengan Gangguan Sistem Muskuloskletal,Pots Op Fraktur Tibia Fibula.
d. Melaksanakan tindakan Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem Muskuloskletal Post Op Fraktur Tibia Fibula.
e. Mampu membuat evaluasi berdasarkan tindakan keperawatan yang dilakukan.
1.2. Ruang Lingkup Masalah
Mengingat luasnya permasalahan Gangguan Sistem Muskuloskletal, maka dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis membatasi ruang lingkup Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem Muskuloskletal Post Op Fraktur Tibia Fibula.
1.3. Metode Penulisan
Dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini penulis menggunakan metode deskriftif yaitu metode ilmiah yang bersifat menggambarkan, mengumpulkan data, menganalisa data dan menarik kesimpulan. Sedangkan cara mengumpulkan data yang penulis lakukan adalah:
1.4.1. Study Literatur
Dengan cara mempelajari buku-buku perpustakaan, makalah, skripsi dalam tulisan ini yang berhubungan dengan kasus ini.
1.4.2. Wawancara (interview)
Tanya jawab langsung dengan pasien, keluarga pasien, serta tim kesehatan lainnya.
1.4.3. Observasi
Mengamati gejala yang muncul pada pasien dengan insfeksi, palpasi, untuk memperoleh dan mengatasi keadaan pasien sebenarnya.
1.4.4. Dokumentasi
Dengan cara melihat dan mempelajari catatan medis dan Asuhan Keperawatan pasien itu sendiri.
1.5. Sistematika Penulisan
Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini disusun secara sistematika yang terdiri dari 5 (lima) BAB yaitu:
BAB I Pendahuluan yang meliputi: Latar Belakang, Tujuan Penulisan, Ruang Lingkup, Metode Penulisan, serta Sistematika Penulisan.
BAB II Tinjauan Pustaka Terdiri Dari:
a. Tinjauan Pustaka Medis, yang meliputi:
Defenisi, Etiologi, Anatomi Fisiologi, Patofisiologi, Tanda dan Gejala, Komplikasi, Penatalaksanaan Medis. b. Tinjauan Pustaka Keperawatan, yang meliputi:
Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Intervensi, Rasional.
BAB III : Tinjauan kasus yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, evaluasi, catatan perkembangan.
BAB IV : Pembahasan yang meliputi tahap pengkajian, tahap diagnosa keperawatan, tahap intervensi, tahap implementasi, tahap evaluasi.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Tujuan Teoritis Medis
2.1.1 . Defenisi
Fraktur adalah : Patah tulang atau terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya. (Brunner & Suddrat, 2000)
2.1.2. ETIOLOGI
Fraktur dapat disebabkan oleh: pukulan langsung gaya remuk, gaya punter, mendadak, dan kontraksi otot ekstrem (Suratun, dkk, 2008).
Trauma kerena kecelakaan dari kendaraan, jatuh, olahraga, dan sekunder dari penyakit ostogenesis imperfekta. (Suriadi 2000).
2.1.3. Anatomi Fisiologi
Gambar 2.1. Anatomi Tulang (Evelyn 2007)
Tulang ialah suatu bentuk khusus jaringan ikat ditandai dengan sel bercabang panjang - panjang dan terletak (osteosit )yang mengisi rongga-rongga (lekukan ) didalam matriks yang keras terdiri atas serabut kologen pada jaringan amorf yang mengandung gangguan fosfat kalsium.
Tibia atau tulang kering merupakan kerangka yang utama dari tungkai bawa dan terletak medial dari fibula atau tulang betis; tibia adalah tulang pipa dengan sebuah batang dan dua ujung.
Fibula atau tulang betis adalah tulang sebelah lateral tungkai bawah, tulang itu adalah tulang pipa dengan sebuah batang dan dua ujung (Evelyn, 2007).
Sendi tibia fibula dibentuk antara ujung atas dan ujung bawah,kedua tungkai bawah batang dari tulang - tulang itu digabungkan oleh sebuah ligmen antara tulang
membentuk sebuah sendi ketiga antara tulang-tulang itu (Drs.H.Syahrifuddin, 2006).
Tulang terdiri dari
1. Tulang pipih (Tulang kepala , pelpis) 2. Tulang kobaid (Tulang Vetebrata)
3. Tulang tersilia/ tulang panjang (tulang femur, tulang fibia) Tulang panjang terdiri dari:
1. Dinfensis (Tulang kompakta dengan rongga sum-sum tulang ) 2. Efisis ( Tulang sponglosa)
Fungsi Tulang
Fungsi tulang secara umum: 1. Formasi kerangka
Tulang-tulang membentuk rangka tubuh untuk menentuka bentuk dan ukuran tulang tubuh tulang -tulang menyongkong struktur tubuh yang lain.
2. Formasi Sendi
Tulang- tulang membentuk persendiaan yang bergerak dan tidak bergerak tergantung kebutuhan fungsional.
3. Perlengketan otot
Tulang- tulang menyediakan permukaan untuk tempat melekatnya otot. 4. Sebagai Pengungkit
Untuk bermacam-macam aktivitas selama pergerakan. 5. Menyongkong Berat Badan
Memelihara sikap tegak tubuh manusia dan menahan gaya tarikan dan gaya tekanan yang terjadi pada tulang.
6. Proteksi
Tulang membentuk rongga yang mengandung dan melindungi struktur yang halus seperti otak.
7. Hemopotesis
Sumsum tulang tempat penbebntukan sel-sel darah. 8. Limfosit Imunologi
Limfosit “B” dan makrofag dibentuk dalam sistem retikuloendotel sum-sum tulang.
9. Penyimpanan Kalsium
Tulang mengandung 97% kalsium yang terdapat dalam tubuh baik dalam bentuk anorganik maupun garam-garam teutama kalsium fosfat.. ( Syaifudin
Fungsi Tulang Secara Khusus :
1. Sinus – sinus paranalisis dapat menimbulkan nada khusus pada suara.
2. Emai gigi di khususkan untuk memotong, mengigit dan menggilas makanan
3. Tulang-tulang kecil telinga dalam mengkonduksi gelombang suara untuk fungsi pendengaran.
4. Panggul wanita di khususkan untuk memudahkan proses kelahiran bayi. 5. Hilangnya kemampuan gerak, penderita mungkin biasa sedikit
menggerakkan bagian yang cedera, tetapi tidak bisa menggerakkan secara penuh. (Syaifudin 2006).
2.1.1. Patofisiologi
Gambar 2.2. Skema Patofisiologi ( Lukman, 2009) Daya Tulang Fraktur Resiko Fraktur Emboli Paru Emboli Lemak Terbuka Tertutup Infeksi Gas Gangren
Debdridemen Delayed Union
Debdridemen Union Malunion Reduksi Pemulihan Union Imobilisasi Mobilisasi Trauma
Jenis-jenis Patah Tulang 1. Fisura Tulang
Disebabkan oleh cedera tunggal hebat atau oleh cedera terus menerus yang cukup lama seperti juga di temukan pada retak stress pada struktur logam. 2. Patah tulang serong
3. Patah tulang lintang
4. Patah tulang komunitif oleh cedera hebat. 5. Patah tulang segmental karena cedera hebat. 6. Patah tulang dahan hijau, pertosttetap utuh .
7. Patah tulang kompresi akibat kekuatan besar patah tulang pendek atau epifisis tulng pipa.
8. Patah tulang impaksi, kadang juga disebut inklavasi. 9. Patah tulang impresi.
10. Patah tulang patoogis akibat tumor tulang atau proses desktruksi lain. ( R.Sjamsuhijadat Wim De Jong, 1997)
Ciri- ciri Patah Tulang
1. Situasi sekitar menimbulkan dugaan bahwa telah terjadi cedera (tulang mencuat keluar kulit).
2. Terasa nyeri yang menusuk pada area cedera.
3. Kelainan bentuk, kadang-kadang kepatahan tulang menyebabkan bentuk yang tidak biasa atau pembengkokan dari bagian tubuh.
2.1.4. Manifistasi Klinis
1. Nyeri yang hilang dengan istirahat 2. Nyeri tekanan
3. Bengkak
4. Kerusakan Fungsi 5. Gerakan terbatas
6. Ekimalis disekitar fraktur
7. Status neurovaskuler pada daerah distal dari tempat fraktur mengalami penurunan
8. Krepitus disis fraktur 9. Atropi distal
2.1.5. Komplikasi
1. Deformitas ekstermitas
2. Perbedaan panjang ekstermitas 3. Keganjilan pada sendi
4. Keterbatasa garak
5. Cedera saraf yang dapat menyebabkan mati rasa 6. Pembentukan sirkulasi
7. Kontraktur iskemik volkam 8. Ganggren
2.1.6. Klafikasi
Fraktur terbagi dua : 1. Fraktur tertutup
Adalah Fraktur yang fragmen tulangnya tidak menembus kulit sehingga tempat fraktur tidak tercemar oleh lingkungan /tidak mempunyai hubungan luar.
2. Fraktur Terbuka
Adalah fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia luar melalui luka pada kulit dan jaringan lunak, dapat berbentuk From Within (dari dalam),
Atau From without (dari luar). (Arif Muttaqin 20004) Klasifikasi Fraktur berdasarkan garis Patah Yaitu:
a. Sudut Patah
1. Fraktur Transversal
Adalah fraktur yang garis patahanya tegak lurus terhadap sumbu panjang tulang
2. Fraktur Oblik
Adalah fraktur yang garis patahnya membentuk sudut terhadap tulang 3. Fraktur Sipiral
Timbul akibat torsi pada ektermitas b. Fraktur Multipel pada sudut tulang
1. Fraktur Segmental
Adalah dua fraktur berdekatan pada satu tulang menyebabkan terpisahnya segmental dari suplai darahnya.
2. Fraktur koordinata
Adalah serpihan terputusnya kebutuhann jaringan dengan lebih dari dua fragmen tulang.
c. Fraktur Impaksi 1 .Fraktur Kompresi
Terjadi ketika dua tulang menumpuk (akibat tubrukan) tulang ketiga yang berada di antranya, seperti satu vetebrata dengan dua bertebrata lainnya.
Fraktur Patologik
d. Fraktur yang terjadi pada daerah-daerah tulang yang menjadi lemah oleh karena tumor atau proses patologik lainnya.
e. Fraktur beban (kelelahan) lainya 1. Fraktur beban terjadi pada orang
2. Orang yang baru saja menambah tingkat aktivitas mereka f. Fraktur Grensik
Fraktur yang tidak sempurna dan sering terjadi pada anak-anak korteks dan peridiumnya menarik utuh. Fraktur ini akan segera sembuh dan segera
mengalami nomedeling kebentuk dan fungsi normal.
g. Fraktur avulsi memisahkan suatu fragmen tulang pada tempat insersi tendon atau pun ligament Fraktur adalah fraktur yang melibatkan sendi.
Fraktur terbagi 3 derajat yaitu : 1. Derajat I
Fraktur dengan luka kurang dari 1 cm, luka bersih yang di akibatkan oleh proporsi tonjolan tulang kecil.
2. Derajat II
Fraktur dengan luka lebih dari 1 cm tanpa kerusakan jaringan lunak yang luas.
3. Derajat III
Fraktur dengan luka lebih dari 1 cm dengan kerusakan yaitu dengan cedera jaringan lunak yang masih memadai,III B, yaitu fraktur dengan kehilangan kulit, III C, yaitu fraktur yang disertai dengan cedera arteri. ( Gustit ,Merkow dan Templemen , 2005)
2.1.2. Penatalaksanaan Medis
Pada prinsipnya terapi fraktur Tibia dan Fibula adalah reposisi dan imobilisasi. Sebagian besar fraktur dengan sedikit kerusakan jaringan lunak dapat diterapi secara tertutup jika praktek tak bergeser atau sedikit bergeser, gips panjang dari paha atas sampai leher natotarsal jika fraktur bergeser ini dapat direduksi dibawah anastesi umum dengan pengawasan sinar-x diposisi tidak perlu tetapi penjajaran harus mendekati sempurna kemudian dipasang gips dari paha atas leher metatarsal, kemudian posisi dicetak dengan sinar-x, tungkai ditinggikan dan pasien diobservasi selama 48-72 jam kalau terjadi pembengkakan gips dibelah.
Selama dua minggu posisi dicetak dengan sinar-x, gips dipertahankan sampai fraktur dimana pada anak + 8 minggu dan orang dewasa + 16 minggu. Proses penyembuhan fraktur :
1. Pembentukan hematom fraktur.
2. Sel radang mulai muncul pada hematom/prekaleus. 3. Pembentukan kaleus (anyaman tulang fibrosa).
4. Konsolidasi (anyaman tulang yang dirangkai kembali menjadi tulang hamelar dan fraktur diperlukan sangat kuat).
5. Remodeling : Tulang yang baru berbentuk kembali seperti struktur normalnya.
Setelah sembuh, tulang biasanya kuat dan kembali berfungsi. Dan beberapa patah tulang dilakukan pembidaian untuk membatasi pergerakan
dengan pengobatan ini biasanya patah tulang selangka (terutama pada anak-anak), tulang bahu, tulang iga, jari kaki, dan jari tangan akan sembuh sempurna. Patah tulang lainnya harus benar-benar tidak boleh digunakan (imobilisasi) imobilisasi bisa dilakukan melalui :
1. Pembidaian
Benda keras yang ditempatkan didaerah sekeliling tulang. 2. Pemasangan Gips
Merupakan bahan kuat yang dihubungkan disekitar tulang yang patah. 3. Penarikan (traksi)
Menggunakan beban untuk menahan sebuah anggota gerak pada tempatnya. 4. Fiksasi Internal
Dilakukan pembedahan untuk menempatkan piringan atau batangan logam pada pecahan-pecahan tulang merupakan pengobatan terbaik untuk patah
tulang disertai komplikasi.
2.1 Tinjauan Pustaka Keperawatan 2.1.1 Pengkajian
1. Aktivitas/Istirahat
Tanda : Keterbatasan gerak kehilangan fungsi mootorik pada bagian yang terkena (dapat segara atau sekunder akibat pembengkakan /nyeri). Adanya kesulitan istrahat tidur akibat dari nyeri.
2. Sirkulasi
Tanda : Hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respon terhadap nyeri/ansitas) atau hipotensi (hipivolomi). Takikardi (respon stress ,hipovelemia). Penurunan tak teraba nadi distal, pengisian kapiler lammmbat (Capillaryrefill), kulit dan kuku pucat? sianotik pembengkakan jaringan atau massa hematoma pada sisi cedera. 3. Neurosensori
Gejala : Hilang gerak, sensasi, spasme otot, kebas, kesemutan (parestesis). Tanda : Deformitas lokal, ongulasi abnormal, pemendekann rotasi,
krepiasi, spasme otot, kelemahan/hilang fungsi. Angitasi berhubungan dengan nyeri, ansietas, trauma lain.
4. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Nyeri berat tiba-tiba pada saat terjadi cedera, (mungkin terlokalisasi pada area jaringan/kerusakan tulang, dapat berkurang pada imobilisasi), tak ada nyeri akibat kerusakan syaraf. Spasme
/kram otoot (setelah imobilisasi) 5. Keamanan
Tanda : Laserasi kulit, ovulasi jaringan, perdarahan, perubahan warna pembengkakan lokal.
6. Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala : Lingkungan cedera. (Lukman 2009)
2.1.2 Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi terhadap trauma bila kehilangan integritas (fraktur). Tujuan : Mempertahankan stabilitas dan posisi fraktur. Kriteria hasil : Meningkatkan stabilitas dan posisi fraktur,
Intervensi Rasional
- Pertahankan tirah baring ekstremitas sesuai indikasi. Berikan sokongan sendi diatas dan dibawah fraktur bila
bergerak/membalik.
- Meningkatkan stabilitas, menurunkan kemungkinan
- Letakkan papan dibawah tempat tidur atau tempatkan pasien pada tempat tidur
orthopedi.
- Sokong fraktur dengan bantal/gulungan selimut. - Tugaskan petugas yang cukup
untuk membalikan pasien dengan gips spika.
- Evaluasi pembebat ektremitas terhadap resolusi edema.
- Pertahankan posisi integritas traksi.
- Tempat tidur lembut atau lentur dapat membuat deformasi gips yang masih basah, mematahkan gips yang sudah kering atau mempengaruhi dengan penarikan traksi.
- Mencegah gesekan yang perlu dan perubahan posisi.
- Gips panggul/tubuh atau
multipasi dapat membuat berat dan tidak praktis secara ekstrem, kegagalan untuk menyokong ekstremitas yang di gips dapat menyebabkan gips patah. - Pembebat koaptasi mungkin
digunakan untuk memberikan mobilisasi fraktur dimana pembengkakan jaringan berlebihan.
- Traksi memungkinkan tarikan pada fraktur tulang dan
- Yakinkan bahwasanya semua klem berfungsi.
- Pertahankan katrol tidak
terhambat dengan beban bebas menggantung, hindari
mengangkat/menghilangkan berat.
- Kaji ulang tahanan yang
mungkin timbul karena terapi, contoh pergelangan tidak menekuk/duduk dengan traksi Buck atau tidak memutar di bawah pergelangan dengan
traksi Russell.
- Kaji integritas alat fiksasi eksternal.
otot/pemendekan untuk
memudahkan posisi/penyaluran. - Yakinkan bahwa susunan
berfungsi dengan tepat untuk penyambungan fraktur.
- Jumlah beban traksi optimal dipertahankan. Catatan : memastikan gerakan bebas beban selama mengganti posisi pasien menghindari penarikan berlebihan tiba-tiba pada fraktur
yang menimbulkan nyeri dan spasme otot.
- Mempertahankan integritas tarikan traksi.
- Traksi Hoffman memberikan stabilisasi dan sokongan kaku
- Kaji ulang foto/evaluasi.
- Berikan/pertahankan stimulasi listrik bila digunakan.
untuk tulang fraktur tanpa menggunakan katrol, tali atau beban, memungkinkan
imobilisasi/ kenyamanan pasien lebih besar dan memudahkan perawatan luka.
- Memberikan bukti visual mulainya pembentukan kalus/proses penyembuhan untuk menentukan tingkat aktivitas dan kebutuhan perubahan/tambahan terapi. - Mungkin diindikasikan untuk
meningkatkan pertumbuhan tulang pada keterlambatan penyembuhaan/tidak menyatu.
2. Nyeri berhubungan dengan spasme otot, gerakan fragmen tulang, cedera pada jaringan lunak, ditandai dengan keluhan n yeri dan distraksi.
Tujuan : Nyeri hilang/terkontrol.
Kriteria hasil :Mampu berpartisipasi dalam aktivitas/istirahat dengan tepat.
Intervensi Rasional - Pertahankan imobilisasi bagian
yang sakit dengan tirah baring, gips, pembebat.
- Tinggikan ekstremitas yang sakit.
- Hindari penggunaan
sprei/bantal plastik di bawah ekstermitas dalam gips. - Tingkatkan penutup tempat
tidur, pertahankan klien terbuka pada ibu jari kaki.
- Evaluasi nyeri, lokasi,
karakteristik, intensitas (skala 0-10). Pertahankan petunjuk nyeri non verbal (perubahan tanda vital dan emosi/prilaku. - Dorong klien untuk
mengekspresikan masalah berhubungan dengan cedera.
- Mengurangi nyeri dan mencegah kesalahan posisi tulang/tegangan jaringan yang cedera.
- Meningkatkan aliran balik vena, mengurangi edema, dan nyeri. - Meningkatkan kenyamanan
karena peningkatan produksi panas dalam gips yang kering. - Mempertahankan kehangatan
tubuh tanpa ketidaknyamanan karena tekana selimut pada bagian yang sakit.
- Mempengaruhi efektifitas intervensi, tingkat ansietas. Klien dapat merasakan
kebutuhan untuk menghilangkan pengalaman terhadap nyeri. - Membantu mengatasi ansietas.
Klien dapat merasakan
kebutuhan untuk menghilangkan pengalaman kecelakaan.
- Jelaskan prosedur sebelum memulai tindakan.
- Berikan obat sebelum perawatan latihan rentang
gerak pasif/aktif.
- Lakukan dan awasi latihan /aktivitas.
- Berikan alternative tindakan kenyamanan, seperti pijatan punggung, perubahan posisi. - Dorong penggunaan untuk
periode yang manajemen stress, seperti relaksasi
progresif, latihan nafas dalam, imajinasi visualisasi, sentuhan terapeutik.
- Memungkinkan klien untuk siap secara mental dalam melakukan aktivitas, dan berpartisipasi dalam mengontrol tingkat ketidaknyamanan.
- Meningkatkan relaksasi otot dan partisipasi klien.
- Mempertahankan
kekuatan/mobilitas otot yang sakit dan memudahkan resolusi inflamasi pada jaringan yang cedera.
- Meningkatkan sirkulasi umum, menurunkan area tekanan lokal dan kelelahan otot.
- Memfokuskan kembali
perhatian, meningkatkan rasa control, dan dapat meningkatkan kemampuan koping dalam
manajemen nyeri, yang mungkin menetap yang lama.
- Identifikasi aktivitas terapeutik yang tepat untuk usia klien, kemampuan fisik, dan penampilan pribadi.
- Observasi adanya keluhan nyeri yang tidak biasa, tiba-tiba atau dalam, lokasi progresif atau buruk tidak hilang dengan analgesik.
- Lakukan kompres dingin 24-48 jam pertama sesuai kebutuhan.
- Berikan obat sesuai order: narkotik dan analgesik non narkotik, NSAID. Berikan narkotik sesuai order selama 3-5 hari.
- Berikan/awasi analgesik yang dikontrol klien.
- Mencegah kebosanan, menurunkan ketegangan, meningkatkan kekuatan otot.
- Dapat mengindikasikan
terjadinya komplikasi, seperti infeksi, iskemia jaringan, sindrom kompartemen.
- Menurunkan edema atau pembentukan hematom,
menurunkan sensasi nyeri. - Untuk menurunkan nyeri dan
atau spasme otot.
- Pemberian rutin
mempertahankan kadar
analgesik darah secara adekuat, mencegah fluktuasi dalam menghilangkan nyeri akibat
spasme/ tegangan otot.
3. Resiko tinggi terhadap disfungsi neurovaskuler perifer terjadi interupsi aliran darah.
Tujuan : Aliran darah kembali normal.
Kriteria hasil : Mempertahankan perfusi jaringan terhadap disfungsi neurovaskuler perifer.
Intervensi Rasional
- Lepaskan perhiasan dari ekstremitas yang sakit.
- Evaluasi kualitas nadi perifer distal terhadap cedera dengan palpasi. Bandingkan dengan
ekstremitas yang sehat.
- Dapat menyebabkan
bendungan bila terjadi edema. - Penurunan/tak adanya nadi dapat
menggambarkan cedera vaskuler dan perlunya evaluasi medis segera terhadap status sirkulasi. Waspadai bahwa kadang-kadang nadi dapat terhambat oleh bekuan halus dimana pulsasi mungkin teraba.
- Kaji aliran kapiler, warna kulit, dan kehilangan distal pada fraktur.
- Lakukan pengkajian
neuromuskuler. Perhatikan perubahan fungsi motorik atau
sensori. Minta klien untuk melokalisasi nyeri.
- Tes sensasi syaraf perifer dengan menusuk pada kedua selaput antara ibu jari pertama dan kedua, kemudian kaji kemampuan untuk dorsofleksi ibu jari bila diindikasikan. - Kaji jaringan sekitar akhir gips
untuk titik kasar/tekanan. Selidiki keluhan “rasa terbakar” dibawah gips. - Awasi posisi/lokasi cincin
penyokong bebat.
- Kembalinya harus cepat (<3). Warna kulit putih menunjukkan gangguan arterial. Sianotik diduga ada gangguan vena.
- Perasaan kebas, kesemutan, peningkatan penyebaran nyeri
terjadi bila sirkulasi pada syaraf tidak adekuat atau syaraf rusak.
- Panjang dan posisi syaraf perifer meningkatkan resiko cedera pada adanya fraktur kaki,
edema/sindrom kompartemen, atau malposisi alat traksi.
- Faktor ini disebabkan atau mengindikasikan tekanan
jaringan/iskemia, menimbulkan kerusakan/nekrosis.
- Alat traksi dapat menyebabkan tekanan pada pembuluh darah
- Pertahankan peninggian ekstremitas yang cedera kecuali ada kontra indikasi, seperti adanya sindrom kompartemen.
- Kaji keseluruhan panjang ekstremitas yang cedera untuk pembengkakan/pembentukan
edema.
- Perhatikan keluhan nyeri ekstrem untuk tipe cedera atau peningkatan nyeri pada
gerakan pasif ekstremitas, terjadinya parestesia, tegangan otot/nyeri tekan dengan
eritema, dan perubahan nadi distal.
saraf, terutama pada aksila dan lipat paha, mengakibatkan iskemia dan kerusakan saraf permanen.
- Meningkatkan drainase vena/menurunkan edema.
- Peningkatan lingkar ekstremitas yang cedera dapat diduga ada pembengkakan jaringan/edema
umum tetapi dapat menunjukkan perdarahan.
- Perdarahan/pembentukan edena berlanjut dalam otot tertutup
dengan fasia ketat dapat
menyebabkan gangguan aliran darah dan iskemia miositis atau sindrom kompartemen, perlu intervensi darurat untuk menghilangkan
- Selidiki tanda iskemia
ekstremitas tiba-tiba, contoh penurunan suhu kulit, dan peningkatan nyeri.
- Dorong pasien untuk secara rutin latihan jari / sendi distal cedera. Ambulasi sesegera mungkin.
- Selidiki nyeri tekan, pembengkakan pada
dorsofleksi kaki.
- Awasi tanda vital.
- Tes feses/aspirasi gaster terhadap darah nyata. - Berikan kompres es sekitar
fraktur sesuai indikasi.
tekanan/memperbaiki sirkulasi. - Dislokasi fraktur sendi dapat
menyebabkan kerusakan arteri yang berdekatan, dengan akibat hilangnya aliran darah ke distal. - Meningkatkan sirkulasi dan
menurunkan pengumpulan darah khususnya pada ekstremitas bawah.
- Terjadi peningkatan potensial untuk tromboflebitis dan emboli paru pada pasien imobilisasi
selama 5 hari atau lebih. - Ketidak adekuatan volume
sirkulasi akan mempengaruhi sistem perfusi jaringan.
- Peningkatan insiden perdarahan gaster menyertai fraktur/trauma. - Menurunkan
edema/pembentukan hematoma, yang dapat mengganggu
- Bebat/buat spalk sesuai kebutuhan.
- Kaji /awasi tekanan intrakompartemen.
- Siapkan intervensi bedah ( fibulektomi/fasiotomi).
- Mungkin dilakukan pada keadaan darurat.
- Peninggian tekanan kebutuhan evaluasi segera dan intervensi. - Mempercepat tindakan
pembedahan.
4. Resiko tinggi terhadap kerusakan, pertukaran gas dan perubahan aliran darah/emboli lemak.
Tujuan : Pertukaran gas tidak terjadi.
Kriteria hasil : Mempertahankan fungsi pernafasan adekuat dibuktikan tidak adanya syanosis, frekuensi pernafasan dalam batas normal.
Intervensi Rasional
- Awasi frekuensi pernafasan dan upayanya.
- Auskultasi bunyi nafas,
perhatikan terjadinya ketidak-samaan bunyi hiperesonan juga adanya gemericik/ronki/mengi dan inspirasi mengorok/bunyi sesak napas.
- Takipnea, dispnea dan
perubahan dalam mental dan tanda dini insufisiensi
pernafasan dan mungkin hanya indikator terjadinya emboli paru pada tahap awal.
- Atasi jaringan cedera tulang dengan lembut, khusuisnya selama beberapa hari pertama.
- Instruksikan dan bantu dalam latihan napas dalam dan batuk. - Perhatikan peningkatan
kegelisahan, kacau, letargi, stupor.
- Observasi sputum untuk tanda adanya darah.
- Infeksi kulit untuk ptekie diatas garis putting pada sila, meluas ke abdomen/tubuh, mukosa mulut, palatum keras, kantung konjungtiva dan retina.
- Bantu dalam spirometri
- Perubahan dalam/adanya bunyi adventisus menunjukkan
tejadinya komplikasi pernapasan.
- Ini dapat mencegah terjadinya emboli lemak.
- Meningkatkan ventilasi alveolar dan perfusi.
- Gangguan pertukaran
gas/adanya emboli paru dapat menyebabkan penyimpangan pada tingkat kesadaran pasien
seperti terjadinya hipoksemia/asidosis. - Hemodialisa dapat terjadi
dengan emboli paru.
insentif.
- Berikan tambahan 02 bila
diindikasikan.
nyata dari tanda emboli lemak, yang tampak dalam 2-3 hari setelah cedera.
- Memaksimalkan ventilasi/oksigenasi.
5. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka neuromuskuler ditandai dengan ketidakmampuan untuk bergerak sesuai tujuan dalam lingkungan fisik.
Tujuan : Mobilitas fisik stabil.
Kriteri hasil : - Mempertahankan mobilitas fisik - Memperhatikan posisi fungsional. - Mampu melakukan aktivitas.
Intervensi Rasional
- Kaji imobilisasi yang dihasilkan oleh
cedera/pengobatan dan perhatikan persepsi pasien
terhadap imobilisasi. - Dorong partisipasi pada
aktivitas terapeutik rekreasi.
- Pasien mungkin dibatasi oleh pandangan diri persepsi tentang
keterbatasan fisik aktual memerlukan informasi untuk kemajuan kesehatan.
- Memberikan kesempatan untuk mengeluarkan energi,
- Dorong penggunaan latihan isometrik mulai dengan tungkai yang tidak sakit.
- Berikan papan kaki, bebat pergelangan, gulungan
trokanter/tangan yang sesuai.
- Berikan dalam posisi telentang secara periodik bila mungkin. - Instruksikan dorong
menggunakan trapeze dan pasca posisi untuk fraktur
tungkai bawah.
- Berikan atau bantu dalam mobilisasi dengan kursi roda, tongkat sesegera mungkin. - Bantu dalam perawatan diri/
kebersihan.
- Kontraksi otot isometrik tanpa menekuk sendi atau
menggerakkan tungkai dan membantu mempertahankan kekuatan dan massa otot.
- Berguna dalam mempertahankan posisi fungsional ekstremitas,
tangan/kaki dan mencegash komplikasi.
- Menurunkan resiko kontraktur fleksi panggul.
- Memudahkan gerakan selama hygiene/perawatan kulit.
- Mobilisasi dini menurunkan komplikasi tirah baring.
- Hipotensi postural adalah masalah umum menyertai Tirah baring lama dan dapat memerlukan intervensi khusus.
- Awasi TD dengan melakukan aktivitas.
- Ubah posisi secara periodik dan dorong untuk latihan batuk/napas dalam.
- Auskultasi bising usus.
- Dorong peningkatan masukan cairan 2000-3000 ml/hari. Termasuk air asam/jeruk. - Berikan diet tinggi protein,
karbohidrat, vitamin dan mineral.
- Tingkatkan jumlah diet kasar. Batasi makanan pembentuk gas.
- Konsul dengan ahli terapi fisik/ okupasi/rehabilitasi spesialis. - Lakukan program defekasi
sesuai indikasi.
- Rujuk ke perawat spesialis psikiatrik klinikal.
- Mencegah dan menurunkan komplikasi kulit/pernapasan. - Tirah baring, penggunaan
analgesik, dan perubahandalam keadaan diet.
- Mempertahankan hidrasi tubuh, menurunkan resiko infeksi. - Pada adanya cedera
muskuloskletal.
- Penambahan bulk pada feses membantu mencegah konstipasi.
- Berguna dalam membuat aktivitas individual/program latihan.
- Dilakukan untuk meningkatkan evakuasi usus.
- Pasien/orang terdekat
memerlukan tindakan intensif. - Berguna dalam membuat aktivitas
pasien dapat berlatih aktivitas.
6. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan cedera tusuk, fraktur terbuka ditandai dengan nyeri, kebas dan gangguan permukaan kulit.
Tujuan : Kerusakan integritas kulit tidak terjadi.
Kriteria hasil : Mengatakan ketidaknyamanan hilang mencapai penyembu-han luka sesuai waktu.
Intervensi Rasional
- Balik pasien dengan sesering mungkin jika dapat dilakukan. - Bersihkan kulit dengan air
sabun hangat.
- Berikan tintur bezoin gunakan plester fraksi kulit.
- Tandai garis dimana plester keluar sepanjang ekstremitas.
- Letakkan bantal pelindung dibawah kaki dan diatas
- Meminimalkan tekanan pada sekitar tepi gips.
- Menurunkan kadar kontaminasi kulit.
- Kekuatan untuk penggunaan traksi plester, traksi melingkar tungkai dapat mempengaruhi sirkulasi.
- Memungkinkan untuk
pengkajian cepat terhadap benda yang terselip.
- Meminimalkan tekanan pada zona ini.
tonjolan tulang.
- Palpasi jaringan tiap hari dan catat nyeri tekan.
- Tekuk ujung kawat/pen dengan karet atau gabus pelindung. - Beri bantal/pelindung dari kulit
domba, busa.
- Gunakan tempat tidur busa bantal apung atau kasur udara
sesuai indikasi.
- Bila zona dibawah plester nyeri tekan ada iritasi kulit dan
siapkan untuk membuka balutan. - Mencegah cedera pada bagian
kulit lain.
- Mencegah tekanan berlebihan pada kulit meningkatkan
evaporasi kelembaban yang menurunkan resiko nekrosis. - Karena imobilisasi bagian tubuh
tonjolan dari zona yang sakit oleh gips mungkin sakit karena penurunan sirkulasi.
7. Resiko tinggi terhadap infeksi dan prosedur infasif dan traksi tulang. Tujuan : Infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil :Mencapai penyembuhan luka sesuai waktu tidak terjadi demam.
Inetrvensi Rasional - Infeksi kulit adanya intraksi
atau robekan kontinuitas.
- Kaji sisa pen/kulit perhatikan keluhan peningkatan nyeri, rasa terbakar atau adanya
edema entema drainase/bau tak enak.
- Berikan perawatan kawat/pen steril.
- Observasi luka perubahan warna kulit, bau drainase yang tak enak.
- Berikan obat sesuai indikasi.
- Bantu prosedur. Contoh insisi/drainase, therapy 02.
- Siapkan pembedahan sesuai
- Pen atau kawat tidak harus dimasukkan melalui kulit yang terinfeksi atau abrasi.
- Dapat mengidentifikasi
timbulnya infeksi lokal inekrosis jaringan yang dapat
menimbulkan osteomielesis.
- Mencegah kontaminasi silang dan kemungkinan infeksi.
- Tanda perkiraan infeksi gangren.
- Antibiotik spektrum luas dapat digunakan secara profilaktik atau dapat ditujukan pada
mikroorganisme khusus.
- Banyak prosedur dilakukan pada pengobatan infeksi lokal gangren
gas.
indikasi. tulang nekrotik) perlu untuk membantu pengobatan dan mencegah perluasan proses infeksi.
8. Kurangnya pengetahuan terhadap prognosis penyakit berhubungan dengan salah interpretasi dirtandai dengan sering bertanya dan permintaan informasi.
Tujuan : Pengetahuan klien meningkat.
Kriteria hasil : Menyatakan pemahaman tentang penyakit.
Melakukan dengan benar prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan tindakan.
Intervensi Rasional - Kaji ulang patologis prognosis
dan harapan yang akan datang.
- Beri pengetahuan metode mobilisasi dan ambulansi sesuai dengan terapi fisik bila diindikasikan.
- Dorong pasien untuk
melanjutkan latihan aktif untuk sendi atas dan bawah fraktur.
- Diskusikan pentingnya perjanjian evaluasi klinis.
- Kaji ulang perawatan pen/luka yang tepat.
- Memberikan dasar pengetahuan pasien dapat membuat pilihan
informasi.
- Banyak fraktur yang
memerlukaan gips, gabat atau penjepit selama proses
penyembuhan, kerusakan lanjut dapat terjadi sekunder terhadap ketidaktahuan penggunaan alat ambulansi.
- Mencegah kekakuan sendi kontraktur dan kelelahan otot, meningkatkan kembali aktifitas sehari-hari secara dini.
- Penyembuhan fraktur
memerlukan waktu tahunan untuk sembuh lengkap dan kerja sama dengan pasien membantu untuk penyatuan yang tepat. - Menurunkan resiko
dapat berlanjut menjadi osteomelitis.
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1. Pengkajian
I. Identitas Pasien
An.J dengan jenis klamin laki-laki, tempat dan tanggal lahir Lampung, 14 Agustus 1997. Pendidikan SMP dan menganut Agama Kristen Protestan. Pasien bertempat tinggal di Jln. Tanah Jawa Panambean Marjanji Kab. Simalungun. Belum menikah, bersuku bangsa Batak / Indonesia dan masuk ke Rumah Sakit Umum Daerah dr.Pirngadi Kota Medan pada tanggal 17 Maret 2013. Dengan diangnosa Post Op Fraktur Tibia Fibula Sinistra, dan dirawat sekarang di ruang VII dengan nomor RM. 00.87.54.61.
II. Riwayat kesehatan
a. Riwayat penyakit sekarang : 1. Tanda Vital
TD : 118 / 75 mmHg S : 350 C
HR : 80 x / i BB : 47 kg
2. Alasan masuk ke Rumah Sakit
Pasien datang ke RSU Dr. Pirngadi Medan tanggal 17 Maret 2013 melalui UGD dengan keluhan kaki sebelah kiri pasien mengalami patah tulang kecelakaan dari mobil Pick up.
3. Keluhan Utama :
Nyeri adanya patah tulang dibagi anterior (depan) tulang tibia dan fubula dengan intensitas nyeri (4-6). Pasien tidak bisa berjalan.
- Faktor Pencetus : Kerena kecelakaan - Lamanya keluhan : 1 hari yang lalu
- Upaya yang dilakukan : Pasien di bawah ke Rumas sakit Dr. Pirngadi kota Medan
- Faktor yang memperberat : Terputusnya kontinius jaringan tulang - Dimana lokasinya : Fraktur dibagian tibia dan fibula
sinistra - Kapan mulai timbul : Sering - Bagaimana terjadinya : Bertahap
- Diangnosa medis : Post Op Fraktur Tibia dan Fibula b. Riwayat kesehatan masa lalu
Informasi yang diperoleh pada saat pengkajian, pasien menumpang mobil pick up terbuka. Pasien terjatuh dan kemudian di lindas oleh sepeda motor yang melintas di belakang mobil pick up tersebut. Menyebabkan tulang tibia fibula sinistra fraktur. Pasien menyatakan belum pernah di operasi dan tidak memiliki riwaya alergi
.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Penjelasan :
Pasien berinisisal An. J anak Pertama dari 3 bersaudara anak dari Tn. W dan Ny. R pada saat ini dirawat diruang VII. Dengan kondisi Fraktur Tibia Fibula Sinistra dan sudah dilakukan tindakan infasif pembedahan dengan Debridement dan pemasangan Backslab. Pada saat pengkajian, pasien terpasang Backslab bagian extremitas bawah Sinistra dengan kondisi luka bekas operasi ± 10 cm, sudah mulai mengering dengan jumlah jahitan 10 jahitan. Intensitas nyeri sedang (4-6).
Tn. W Ny. R
d. Pola kebiasaan sehari- hari 1. Biologi
No Pola Sebelum Masuk RS Setelah Masuk RS
1. Nutrisi
- Pola makan
- Makanan yang disukai - Diet
- Pola minum - Jenis minuman - Banyaknya
- Minuman yang disukai
3 x Sehari Nasi Goreng Makanan biasa 7 – 8 gls/ hari Air putih 7 – 8 gls / hari Jus 3 x Sehari Tidak ada Makanan biasa 5 – 6 gls / hari Air putih 4 – 5 gelas Tidak ada 2. Pola Tidur
- Kebiasaan tidur malam - Kebisaan tidur siang - Kesulitan tudur - Cara mengatasinya 6 – 8 jam 1 – 2 jam Tidak ada Tidak ada 7 jam
2 – 3 jam, tidak teratur Tidak ada
Tidak ada 3. Pola Eleminasi Fekal / BAB
- Frekuensidan benyaknya - Konsistensi dan warna
1 kali sehari Lembek dan Kekuning - kuningan 1 x sehari Lembek dan Kekuning – kuningan
Frekuensi dan banyak nya Frekuensi dan banyak nya -- Kejernihan dan warnanyaKejernihan dan warnanya
1500 - 2000 cc / hari 1500 - 2000 cc / hari Jernih kekuning Jernih kekuning – – kuningan kuningan 1000 1000 – – 1500 cc / hari 1500 cc / hari Jernih kekuning
Jernih kekuning – – kuningan kuningan
5.
5. Pola AktivitasPola Aktivitas
-- Pekerjaan sekarangPekerjaan sekarang -- Lama bekerjaLama bekerja
Pelajar Pelajar Tidak tentu Tidak tentu Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada 6.
6. Pola Pola Hygiene Hygiene PersonalPersonal -- Kebiasaan mandiKebiasaan mandi -- Menggosok gigiMenggosok gigi -- Mencuci rabutMencuci rabut -- Memotong kukuMemotong kuku
-- Hambatan dalam personalHambatan dalam personal Hygiene Hygiene 2 x sehari 2 x sehari 2 x sehari 2 x sehari 1 x sehari 1 x sehari 1 x seminggu 1 x seminggu Tidak ada Tidak ada 1 x sehari 1 x sehari 1 x sehari 1 x sehari Tidak tentu Tidak tentu 1 x seminggu 1 x seminggu
Ada, Pasien di bantu oleh Ada, Pasien di bantu oleh keluarganya ke toilet.
keluarganya ke toilet.
2.
2. PsikologisPsikologis
Presepsi penyakit pasien mengerti tentang penyakitnya dan optimis unuk Presepsi penyakit pasien mengerti tentang penyakitnya dan optimis unuk sembuh,konsep diri baik, pasien berharap cepat sembuh, emosi pasien stabil, sembuh,konsep diri baik, pasien berharap cepat sembuh, emosi pasien stabil, pasien
pasien dapat dapat beradaptasi beradaptasi dengan dengan baik, baik, mekanisme mekanisme pertahanan pertahanan diri diri baik, baik, pasienpasien slalu berdoa agar penyakitnya segera sembuh.
3.
3. SosialSosial
Hubungan antara anggota kelurga pasien harmonis, Pasien dapat membina Hubungan antara anggota kelurga pasien harmonis, Pasien dapat membina hubungan dengan orang lain. Respon pasien terhadap lawan bicara baik, hubungan dengan orang lain. Respon pasien terhadap lawan bicara baik, komunikasi 2 arah. Bahasa yangg digunakan sehari-hari adalah bahasa Batak dan komunikasi 2 arah. Bahasa yangg digunakan sehari-hari adalah bahasa Batak dan Indonesia.
Indonesia. 4.
4. SpiritualSpiritual
Pola ibadah pasien taat beribadah. Mengikuti kebaktian, keyakinan tentang Pola ibadah pasien taat beribadah. Mengikuti kebaktian, keyakinan tentang kesehatan, pasien yakin akan sembuh dengan pengobatan dan perawatan di rumah kesehatan, pasien yakin akan sembuh dengan pengobatan dan perawatan di rumah sakit .
sakit . III.
III. Pemeriksaan Pemeriksaan FisikFisik A.
A. TandaTanda – – tanda Vital . Tgl: 08 April 2013 tanda Vital . Tgl: 08 April 2013
Pasien berinisial An.J pada saat ini dirawat diruang VII dengan kondisi Pasien berinisial An.J pada saat ini dirawat diruang VII dengan kondisi Fraktur tibia fibula sinistra. Tinggkat kesadarannya compos mentis, suhu 35 Fraktur tibia fibula sinistra. Tinggkat kesadarannya compos mentis, suhu 3500 C, tekann darah 118 / 75, Nadi / denyut jantung 80 x / i, pernafasan 20 x / i, C, tekann darah 118 / 75, Nadi / denyut jantung 80 x / i, pernafasan 20 x / i, tinggi badan 160 cm dan berat badan 47 kg.
tinggi badan 160 cm dan berat badan 47 kg. B.
B. Head to toe dan pengkjiaan systemHead to toe dan pengkjiaan system 1.
1. Kepala.Kepala.
Bentuk kapala pasien bulat, posisi simetris kanan dan kiri, warna rambut Bentuk kapala pasien bulat, posisi simetris kanan dan kiri, warna rambut hitam, ikal, kulit kepala bersih tidak ada keluhan pada kepala.
hitam, ikal, kulit kepala bersih tidak ada keluhan pada kepala. 2.
2. Mata / Pengelihatan.Mata / Pengelihatan.
Bentuk mata pasien bulat, tidak ada anemis pada konjungtiva, pupil Bentuk mata pasien bulat, tidak ada anemis pada konjungtiva, pupil isokor kanan dan kiri, dan keadaan simetrisi, ketajaman pengelihatan baik isokor kanan dan kiri, dan keadaan simetrisi, ketajaman pengelihatan baik (dapat membaca buku
bantu
bantu dan dan tidak tidak ditemukan ditemukan tanda-tanda tanda-tanda peradangan, peradangan, serta serta kebutuhan kebutuhan padapada lensa.
lensa. 3.
3. Hidung / Penciuman.Hidung / Penciuman.
Posisi simetris kanan dan kiri. Tidak ada peradangan, perdarahan dan Posisi simetris kanan dan kiri. Tidak ada peradangan, perdarahan dan sumbatan (polip). Fungsi penciuman baik (dapat membedakan bau parfum sumbatan (polip). Fungsi penciuman baik (dapat membedakan bau parfum dan buah mangga).
dan buah mangga). 4.
4. Tenggorokkan.Tenggorokkan.
Pasien tidak mengalami kesulitan menelan dan tidak ada tanda-tanda Pasien tidak mengalami kesulitan menelan dan tidak ada tanda-tanda peradangan pada kelenjar thyroid.
peradangan pada kelenjar thyroid. 5.
5. Telinga / Pendengaran.Telinga / Pendengaran.
Bentuk dan posisi telinga pasien simetris kanan dan kiri, tidak ada Bentuk dan posisi telinga pasien simetris kanan dan kiri, tidak ada ditemukan tanda-tanda peradangan, perdarahan. Fungsi pendengaran ditemukan tanda-tanda peradangan, perdarahan. Fungsi pendengaran pasien
pasien baik baik dan dan dapat dapat mendengar mendengar suara suara panggilan panggilan keluarganya. keluarganya. PasienPasien tidak memakai alat bantu pendengaran dan tidak ada keluhan.
tidak memakai alat bantu pendengaran dan tidak ada keluhan. 6.
6. Mulut dan Gigi.Mulut dan Gigi.
Bibir dan mukosa gusi pasien lembab, tidak ada masalah pada lidah, Bibir dan mukosa gusi pasien lembab, tidak ada masalah pada lidah, terdapat caries gigi, tidak ada pembengkakan tonsil, fungsi pengecapan terdapat caries gigi, tidak ada pembengkakan tonsil, fungsi pengecapan baik,
baik, tidak ditemukan tanda-tanda peradangan dan perdarahan.tidak ditemukan tanda-tanda peradangan dan perdarahan. Nutrisi :
Nutrisi :
Jenis diet makanan biasa, nafsu makan pasien baik. Tidak ada smasalah Jenis diet makanan biasa, nafsu makan pasien baik. Tidak ada smasalah seperti mual dan muntah. Intake 1500-2000 ml /hari OutPut 1000-1500 seperti mual dan muntah. Intake 1500-2000 ml /hari OutPut 1000-1500 ml/hari, terpasang infuse RL 20 gtt / i.
7. Thorak.
Bentuk thorak pasien simetris kanan dan kiri. Bunyi nafas vesikuler dan teratur. Jenis pernafasan thorakoabdominal, sesak (-) dan n yeri dada (-). 8. Sirkulasi.
HR : 80 x / i tidak terjadi haematoma pada (fraktur) dan terpasangnya backslab pada kaki sebelah kiri.
9. Abdomen.
Bentuk abdomen pasien simetris kanan dan kiri, turgor kulit baik, tidak ada pembesaran hepar, ginjal tidak teraba, bising usus 12 x/I, tidak ada nyeri abdomen, fungsi pencernaan baik.
10. Genetalia.
Kebersihan genetalia terjaga karena pasien dapat menjaga personal hygiene (genetalia) dengan baik, tidak ada peradangan, alat genetalianya terjaga kebersihannya.
11. Genitounaria.
Pasien tidak memakai kateter karena dapat bereleminasi kekamar mandi dan tidak ada masalah, hematuri tidak ada, inkontinensia urine out put tidak tentu tetapi ke kamar mandi perlu dibantu keluarganya seperti BAK, ini di karenakan Tibia Fibula Sinistra terpasang beckslab.
12. Ekstermitas Atas.
Bentuk simetris kanan dan kiri, rentang gerak normal, tangan kiri terpasang infuse RL. 20 gtt / i. Post tranfusi darah 700 cc (RBC) Free operasi.
13. Ekstermitas Bawah.
Terjadi fraktur tibia dan fibula sinistra, dengan indikasi pemasangan Backslab. Rentang gerak tidak baik ( harus di gerakkan perlahan ) elastis dan skala nyeri ( 4 – 6), berjalan dengan menggunakan tongkat dan kadang - kadang di bantu oleh keluarganya bila ingin ke toilet.
14. Neurologis.
Tingkat kesadaran pasien compos mentis dengan, dapat berorientasi dengan baik terhadap orang lain, dapat mengenal perawat, keluarga dan pasien lain diruangannya.
15. Muskuloskletal.
Terjadi gangguan integritas tulang (fraktur) dan luka bekas operasi dengan tindakan pembedahan debridement dan backslab.
DATA PENUNJANG / PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tanggal Pemeriksaan : 17 Maret 2013-06-03No.RM : 00.87.54.61
Pemeriksaan
Hasil
Nilai Normal
HEMATOLOGI Darah Rutin WBC RBC HGB HCT MCV MCH PLT Glukosa Adrondom Ureum Creatinin Uric Acid
Atrium, kalium, clorida Natrium Kalium 10700 3,39 8,1 25,4 74,9 23,9 181000 108 37 1,05 6,8 143 4,0 4000 – 10000 / UL 4,5 – 5,5 / 10 6 / UL 13 – 16 / gr / dl 39,0 – 48,0 / % 80,0 – 97,0 / FL 27,0 – 33,7 / pg 150000 – 440000 / UL <140 mg / dl / 10 – 50 mg / dl / 0,6 – 1,2 mg / dl / 3,5 – 7,0 mg / dl / 136 – 155 mmol / dl / 3,5 – 5,5 mmol / dl / Therapy : 1. Infus RL. 20 gtt / i
2. Inj. Terfacef 1 gr / 12 jam
3. Inj. Metronidazole 500 mg / 12 jam 4. Inj. Ketorolac 1 amp / 8 jam
5. Inj. Ranitidine 1 amp / 8 jam 6. Inj. Gentamycin 80 mg / 12 jam
ANALISA DATA
No Data Kemungkinan penyebab Masalah
1. Ds : Pasien mengatakan nyeri pada kaki kiri dengan intensitas
nyeri sedang(4-6) Do : Pasien tampak
meringis kesakitan dan tidak tampak haematoma pada sisi fraktur. Terpasang backslab dengan
kondisi luka bersih. TD : 118 / 75 mmHg HR : 80 x/i
RR : 22 x/i Temp : 35 ºc
Trauma
Fraktur Tibia Fibula dan terpasang backslab
Nyeri
Nyeri
2. Ds : Pasien mengatakan kaki kiri sulit
untuk digerakkan. Do : Aktivitas pasien
Post op Fraktur Tibia Fibula sinistra
Keterbatasan gerak
dibantu keluarganya. Terpasang
infuse RL 20 gtt/ i pada tangan kiri, backslab terpasang
daerah fraktur.
Intoleransi aktivitas
Imobilisasi
3. Ds : Pasien mengatakan susah untuk bergerak karena kaki kiri
terdapat luka bekas operasi.
Do : Pada bagian anterior Kaki kiri pasien tampak luka bekas operasi ± 10 cm, dengan 10 jahitan. Terpasang backslab. Trauma langsung/kecelakaan Open fraktur
Post op debridement dan backslab
Luka operasi masih basah
Resiko tinggi infeksi
Resiko tinggi infeksi
3.2. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan trauma ditandai dengan pasien meringis kesakitan dan tidak tampak haematoma pada sisi fraktur. TD : 118/75 mmHg, HR : 80 x / i, RR : 20 x / i Temp : 35 ºc.
2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan post op fraktur tibia fibula ditandai dengan Aktivitas pasien dibantu keluarganya. Terpasang infus RL 20 gtt / i pada tangan kiri, backslab terpasang daerah fraktur.
3. Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan post operasi debridement dan backslab. Tampak ada luka bekas operasi ± 10 cm, dengan jumlah jahitan 10 jahitan.
ASUHAN KEPERAWATAN
Nama : An. J Tanggal Masuk : 17 Maret 2013
J. Kelamin : Laki - laki Ruangan : VII / VIII
Tanggal : 10 April 2013 Diagnosa Medis : Fraktur Tibia dan
Fibula sinistra
No Tanggal Data Diagnosa Keperawatan Tujuan / KH Rencana Keperawatan
Intervensi Rasional 1 10 – 04-2013 Ds : Pasien mengatakan
nyeri pada kaki kiri. Dengan intensitas nyeri sedang (4-6). Do : Pasien tampak
meringis
kesakitan dan tidak
Nyeri berhubungan dengan trauma ditandai dengan pasien meringis kesakitan dan tidak tampak haematoma pada sisi fraktur. Nyeri hilang K/H : Melaporkan nyeri hilang / terkontrol. - Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit. - Tinggikan dan dukung daerah - Menghilangkan nyeri dan mencegah kesalahan posisi tulang. - Meningkatkan aliran balik 56 tampak
haematoma pada sisi fraktur. TD : 118/75 mmHg HR : 80 x / i RR : 20 x / i Temp : 35 ˚c. TD : 118/75 mmHg, HR : 80 x/I, RR : 20 x/i Temp : 35 ºc. yang cedera. - Atur posisi yang
Nyaman.
- Evaluasi keluhan nyeri dan skala nyeri. - Lakukan jadwal vena. - Memberikan posisi yang nyaman pada pasien. - Meningkatkan kenyamanan pasien dan mengetahui skala nyeri. - Mencegah
tampak
haematoma pada sisi fraktur. TD : 118/75 mmHg HR : 80 x / i RR : 20 x / i Temp : 35 ˚c. TD : 118/75 mmHg, HR : 80 x/I, RR : 20 x/i Temp : 35 ºc. yang cedera. - Atur posisi yang
Nyaman.
- Evaluasi keluhan nyeri dan skala nyeri. - Lakukan jadwal perawatan luka yang telah dianjurkan vena. - Memberikan posisi yang nyaman pada pasien. - Meningkatkan kenyamanan pasien dan mengetahui skala nyeri. - Mencegah terjadinya infeksi. 57 dokter setiap hari. - Jelaskan Prosedur Sebelum Melakukan tindakan. - Memumingkan pasien untuk siap
secara mental untuk aktivitas dan berpartisipasi
dalam tindakan pengobatan.
dokter setiap hari. - Jelaskan Prosedur Sebelum Melakukan tindakan. - Dorong pasien untuk mendiskusikan - Memumingkan pasien untuk siap
secara mental untuk aktivitas dan berpartisipasi dalam tindakan pengobatan. - Membantu menghilangkan ansietas. 58 masalah sehubungan dengan cedera. - Kolaborasi dengan dokter dalam pengobatan. - Menentukan pengobatan yang tepat. 2 11-04 -2013 Ds : Pasien mengatakan kaki kirinya sulit digerakkan.
Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan post op fraktur tibia fibula dextra
Mobilitas fisik stabil. K/H : Mampu melakukan - Kaji mobilitas fisik yang dihasilkan oleh cedera. - Pasien mungkin dibatasi oleh pandangan dari keterbatasan fisik
masalah sehubungan dengan cedera. - Kolaborasi dengan dokter dalam pengobatan. - Menentukan pengobatan yang tepat. 2 11-04 -2013 Ds : Pasien mengatakan kaki kirinya sulit digerakkan. Do : Aktivitas pasien dibantu keluarganya. Terpasang infus RL Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan post op fraktur tibia fibula dextra ditandai dengan
Aktivitas pasien dibantu keluarganya. Terpasang Mobilitas fisik stabil. K/H : Mampu melakukan aktivitas. - Kaji mobilitas fisik yang dihasilkan oleh cedera. - Instrusikan pada pasien untuk - Pasien mungkin dibatasi oleh pandangan dari keterbatasan fisik aktual. - Meningkatkan aliran darah ke 59 20 gtt / i pada tangan kiri. Backslab terpasang pada daerah fraktur. infuse RL 20 gtt / i pada tangan kiri, backslab terpasang daerah fraktur. bantu dalam rentang gerak aktif pada ekstremitas yang
sakit dan yang sehat.
- Perhatikan balutan / perban
elastis.
otak dan tulang untuk meningkatkan tonus otot. - Mencegah terjadinya penyatuan fraktur yang salah.
20 gtt / i pada tangan kiri. Backslab terpasang pada daerah fraktur.
infuse RL 20 gtt / i pada tangan kiri, backslab terpasang daerah fraktur. bantu dalam rentang gerak aktif pada ekstremitas yang
sakit dan yang sehat. - Perhatikan balutan / perban elastis. - Bantu dalam mobilisasi dengan tongkat.
otak dan tulang untuk meningkatkan tonus otot. - Mencegah terjadinya penyatuan fraktur yang salah. - Menurunkan komplikasi tirah baring. 60 - Berikan
diet tinggi protein karbohidrat dan kalsium. - Kolaborasi dengan dokter dala pengobatan. - Membantu proses penyembuhan
dengan diet yang baik.
- Menentukan pengobatan
yang tepat. 3 12-04-2013 Ds : Pasien mengatakan
susah untuk bergerak karena kaki kiri terdapat luka operasi.
Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan post operasi debridement dan Infeksi tidak terjadi. K/H : Mencapai - Kaji tanda-tanda infeksi. - Dapat mengidentifikasi terjadinya infeksi.
- Berikan
diet tinggi protein karbohidrat dan kalsium. - Kolaborasi dengan dokter dala pengobatan. - Membantu proses penyembuhan
dengan diet yang baik.
- Menentukan pengobatan
yang tepat. 3 12-04-2013 Ds : Pasien mengatakan
susah untuk bergerak karena kaki kiri terdapat luka operasi. Do : Pada bagian
anterior Kaki kiri pasien
Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan post operasi debridement dan backslab. Infeksi tidak terjadi. K/H : Mencapai penyembuhan luka sesuai waktu, tidak terjadi demam.
- Kaji tanda-tanda infeksi.
- Observasi luka, perubahan warna
kulit, bau yang
- Dapat mengidentifikasi terjadinya infeksi. - Tanda perkiraan infeksi ganggren. 61
tampak ada luka bekas operasi ± 10 cm, dengan jumlah jahitan 10 jahitan. Terpasan backslab. kurang sedap. - Anjurkan pada
pasien untuk tidak menyentuh luka bekas operasi. - Pantua TTV pasien. - Gunakan anti septic (sabun) - Mencegah terjadinya kontaminasi yang menyebabkan infeksi. - Mengetahui keadaan umum pasien. - Mencegah terjadinya infeksi
tampak ada luka bekas operasi ± 10 cm, dengan jumlah jahitan 10 jahitan. Terpasan backslab. kurang sedap. - Anjurkan pada
pasien untuk tidak menyentuh luka bekas operasi. - Pantua TTV pasien. - Gunakan anti septic (sabun) untuk mencuci tangan. - Mencegah terjadinya kontaminasi yang menyebabkan infeksi. - Mengetahui keadaan umum pasien. - Mencegah terjadinya infeksi silang. 62 - Kolaborasi dengan dokter dalam pengobatan - Menentukan pengobatan yang tepat.
- Kolaborasi dengan dokter dalam pengobatan - Menentukan pengobatan yang tepat. 63 CATATAN PERKEMBANGAN
Nama : An.J Tanggal Masuk : 17 Maret 2013
J.Kelamin : Laki – laki Ruangan : VII
Tanggal : 10 – 04 2013 Dx Medis : Fraktur Tibia Dan Fibula
Sinistera
Hari / Tanggal
No. DX
Jam Implementasi Jam Evaluasi
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama : An.J Tanggal Masuk : 17 Maret 2013
J.Kelamin : Laki – laki Ruangan : VII
Tanggal : 10 – 04 2013 Dx Medis : Fraktur Tibia Dan Fibula
Sinistera
Hari / Tanggal
No. DX
Jam Implementasi Jam Evaluasi
Rabu 10-04-2013 08.30 08.30 08.35 08.40 - Mempertahankan mobilisasi bagian yang cedera dengan tirah baring.
- Meninggikan bagian kaki yang cedera dengan 1 bantal.
- Mengatur posisi pasien yang nyaman dengan memberikan 1 bantal yang tinggi dan
merapikan tempat tidur. - Mengevaluasi adanya
keluhan nyeri dan skala
13.00 S : Pasien mengatakan kaki kirinya masih terasa sakit.
O : Pasien masih tampak meringis kesakitan. TD : 118 / 75 mmHg HR : 80 x / i RR : 20 x / i T : 350c A : Masalah belum teratasi. P : Rencana tindakan dilanjutkan.
12.00
12.10
12.40
nyeri 4 – 6 (sedang) ditandai dengan pasien masih tampak meringis kesakitan.
- Menjelaskan prosedur tindakan saat akan memberi injeksi
Gentamycin 80 mg/12 jam.
- Memotivasi pasien agar mau mendiskusikan masalah sehubungan dengan cedera.
- Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat. - Infus RL. 20 gtt / i - Inj. Terfacef 1 gr / 12 jam - Inj. Gentamycin 80 mg / 12 jam - Inj. Metronidazole 500
mg / 12 jam
- Inj. Ketorolac 1 amp / 8 jam
- Inj. Ranitidine 1 amp/8 jam Rabu 10-04-2013 2 09.00 09.10 09.15 09.20
- Mengkaji imobilitas fisik yang dihasilkan cedera (fraktur) pasien tidak dapat menggerakan jari – jari kakinya.
- Menginstruksikan pasien untuk melatih gerak aktif pada kaki yang cedera
dengan cara
menggerakkan jari – jari kakinya.
- Memperhatikan
balutan/perban elastis masih terpasang dengan tepat.
- Membantu pasien menggunakan tongkat
14.00 S : Pasien mengatakan kaki kirinya tidak dapat digerakkan spontan dan tidak dapat melakukan aktivitas. O : Pasien dibantu keluarga dalam melakukan aktivitas (berjalan kekamar mandi akan BAK). Terpasang infus RL 20 gtt/i, dibagian tangan kiri, terpasang backslab kaki kirinya. A : Masalah belum
10.00
11.40
saat berjalan.
- Memberikan diet tinggi protein karbohidrat dan kalsium yaitu makanan biasa + sup.
- Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
- Infus RL. 20 gtt/i
- Inj. Terfacef 1 gr/12 jam - Inj. Gentamycin 80
mg/12 jam
- Inj. Metronidazole 500 mg/12 jam
- Inj. Ketorolac 1 amp/8 jam
- Inj. Ranitidine 1 amp/8 jam
P : Rencana tindakan dilanjutkan.
Rabu 10-04-2013
3 08.50 - Mengkaji perubahan rasa nyeri dengan bertanya langsung pada pasien skala nyeri 4 – 6
14.35 S : Pasien mengatakan susah untuk bergerak karena kaki sebelah kirinya terdapat luka
10.00
10.00
12.00
13.00
- Mengobservasi
perubahan warna kulit untuk mendeteksi tanda – tanda infeksi, tidak
tampak kemerahan pada sekitar luka, luka tidak bau.
- Menganjurkan pasien agar tidak menyentuh bagian luka operasi. - Memantau TTV pasien TD : 110 / 70 mmHg HR : 82 x/i RR : 22 x/i T : 36,5 0c - Menggunakan antiseptik saat cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
bekas operasi.
O : Pada bagian anterior kaki kiri pasien tampak luka bekas operasi ±10 cm, backslab. A : Masalah belum teratasi. P : Rencana tindakan dilanjutkan.
13.30 - Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat.