• Tidak ada hasil yang ditemukan

Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0"

Copied!
219
0
0

Teks penuh

(1)

MODUL

(SISTEM AGRIBISNIS)

Disusun oleh:

Dr. Tomy Perdana

197312131997021001

Program Studi Agribisnis

Fakultas Pertanian

Universitas Padjadjaran

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat-Nya, Modul Sistem Agribisnis ini dapat diselesaikan.modul ini merupakan salah satu bentuk bahan ajar yang dikemas secara utuh dan sistematis, didalamnya memuat seperangkat pengalaman belajar yang terencana dan didesain untuk membantu peserta didik menguasai tujuan belajar yang spesifik.

Modul ini bertujuan agar mahasiswa mampu memahami prinsip-prinsip sistem agribisnis dan mampu menganalisis faktor-faktor yang terkait dalam sistem agribisnis agar dapat memecahkan berbagai masalah sistem agribisnis dan menerapkannya dilingkungan masyarakat

Ucapan terima kasih disampaikan kepada Rani Ismiarti E sebagai asisten dan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian modul ini. Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam modul ini, oleh karena itu Saya menunggu masukan, kritik dan saran dari berbagai pihak dalam rangka penyempurnaan modul ini.

Bandung, November 2012

(3)

DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR……...…………...………... i

DAFTAR ISI………...….………...………... ii

DESKRIPSI MATA KULIAH…...………...vii

TINJAUAN MATA KULIAH

Pertemuan 1 MODUL 1 : RUANG LINGKUP SISTEM AGRIBISNIS Materi : Pengertian Agribisnis ………...……….. 1

Perkembangan Pertanian dan Agribisnis ……...……….... 4

Karakteristik dan Ruang Lingkup Agribisnis ……...………. 11

Pendekatan Sistem dalam Agribisnis ………...…..…… 18

Perkembangan Teknologi Agribisnis ………...…….…… 24

Latihan... 31

Tes Formatif... 32

MODUL 2 : AGROINPUT AGRIBISNIS Materi : Tipe Agroinput Agribisnis ……..………. 33

Alat dan Mesin Pertanian …..…...……… 36

Latihan... 42

Tes Formatif... 42

Pertemuan 2 MODUL 3 : AGRIBISNIS DAN PETANI Materi : Definisi dan Tipe Petani Agribisnis …...……….. 44

Lahan …...………... 45

Kesejahteraan Petani ……..……….. 48

Kemitraan Kontrak Kerja …..……...……….... 51

(4)

Tes Formatif... 59

MODUL 4 : AGROINDUSTRI Materi : Definisi dan Ruang Lingkup Agroindustri …...……… 60

Peranan Agroindustri dalam Pembangunan Agribisnis …... 62

Kerangka Analisis Agroindustri …….………...…….….. 66

Latihan... 70

Tes Formatif... 71

Pertemuan 3 MODUL 5 : PEMASARAN AGRIBISNIS Materi : Peranan Pemasaran dalam Sistem Agribisnis ……...….…….. 72

Saluran Pemasaran Agribisnis ……....………... 76

Fungsi dan Bauran Pemasaran …...……….………….. 81

Latihan... 88

Tes Formatif... 88

MODUL 6 : PERDAGANGAN BESAR AGRIBISNIS Materi : Tipe Perdagangan Besar Agribisnis ……..……...………....…. 90

Integrasi dan Koordinasi Vertikal pada Perdagangan Besar ………...………...………... 91

Latihan... 94

Tes Formatif... 94

Pertemuan 4 MODUL 7 : PERDAGANGAN ECERAN ( RITEL) AGRIBISNIS Materi : Tipe Perdagangan Eceran Modern dan Tradisional ….…... . 95

Dampak Pembangunan Pasar Eceran Modern dan Tradisonal Terhadap Produk Agribisnis ………... ... 97

Latihan... 98

Tes Formatif... 98

MODUL 8 : KONSUMEN AGRIBISNIS Materi : Tipe dan Profil Konsumen Agribisnis ……… . 100

(5)

Latihan... 105

Tes Formatif... 105

Pertemuan 5 MODUL 9 : PERSAINGAN PASAR AGRIBISNIS Materi : Klasifikasi Situasi Pasar Agribisnis ……… 106

Aspek-aspek Persaingan Agribisnis ……… 112

Latihan... 114

Tes Formatif... 115

MODUL 10 :ORGANISASI AGRIBISNIS Materi : Agribisnis Perorangan ……….... 116

Perusahaan/ Badan Usaha Persekutuan/ Partnership …… 119

Korporasi ... ………. 122 Koperasi ………... 123 Waralaba ………... 125 Latihan... 128 Tes Formatif... 129 Pertemuan 6 MODUL 11 : PEMBIAYAAN AGRIBISNIS Materi : Tipe Pembiayaan Agribisnis ……… 130

Lembaga Pembiayaan Agribisnis ……… 137

Latihan... 138

Tes Formatif... 139

MODUL 12 : PERANAN PEMERINTAH DALAM AGRIBISNIS Materi : Kewenangan Pemerintah Lokal dan Nasional dalam Pembangunan Agribisnis ……… 140

Kebijakan Pemerintah dalam Pembangunan Agribisnis Indonesia ………. 142

Latihan... 154

Tes Formatif... 154

(6)

MODUL 13 : PENGEMBANGAN KASUS AGRIBISNIS

Materi : Industri Gula dan Tembakau Di Jawa Timur……… 156 Pembangunan Wilayah Jawa Barat yang Integratif

melalui Pengembangan Agribisnis ………... 160 Pembinaan Sumberdaya Manusia Untuk Mendukung

Pengembangan Agribisnis dan Ekonomi Pedesaan …….. 163 Kebijakan Pengembangan Sistem Rantai Pasokan Industri perberasan dengan pendekatan System Dynamics……... 167 Model Manajemen Logistik dalam Meningkatkan Daya

Saing Produsen Sayuran Skala Kecil Untuk Memenuhi

Permintaan Pasar Terstruktur ………. .. 177 Pemodelan System Dynamics Manajemen Rantai

Pasokan Sayuran untuk Pasar Ekspor yang Melibatkan

Petani Kecil Di Indonesia ………. 186 Triple Helix Model Dalam Implementasi Sistem

Manajemen Logistik Pada Rantai Pasokan Sayuran ……. 197 Latihan...

(7)

DESKRIPSI  MATA  KULIAH  

SISTEM  AGRIBISNIS  

   

A. LATAR BELAKANG

Secara sempit pertanian diartikan sebagai suatu kegiatan produktif yang menghasilkan komoditi pertanian. Kegiatan tersebut dilakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumsi dan industri. Dalam memahami pertanian secara utuh, kita harus memahami pertanian sebagai suatu sistem. Sistem merupakan suatu kesatuan berbagai komponen yang mempunyai tujuan serta fungsi yang berbeda. Komponen-komponen tersebut satu sama lain saling terikat/ketergantungan dalam rangka mencapai tujuan dan fungsi yang sama dibawah satu koordinator.

Berdasarkan pemahaman sistem pertanian tersebut terungkap bahwa komoditi pertanian sangat bergantung pada alam, sehingga memiliki sifat :

1. Musim mengandung ketidakpastian 2. Beragam dalam kualitas dan kuantitas

3. Perishable (mudah rusak/busuk) dan Fragile (mudah rusak karena

benturan)

4. Banyak makan tempat/ruang : Voluminous

Pertanian dalam artian budididaya (pertanian dalam arti sempit) merupakan salah satu subsistem (on farm) dalam sistem agribisnis. Dalam mengantisipasi hal tersebut diperlukan suatu konsep sistem agribisnis yang utuh. Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran yang ada hubungannya dengan pertanian dalam arti luas (Arsyad dan kawan-kawan, 1985). Konsep agribisnis yang utuh dapat dipahami apabila memandang agribinis sebagai suatu sistem.

(8)

Pendekatan Sistem diperlukan untuk memahami kompleksitas “ agribisnis sebagai : suatu sistem, praktek bisnis, paradigma pembangunan pertanian, keilmuan” sehingga tujuan agribisnis dapat tercapai .

B. TUJUAN

Mahasiswa   mampu   memahami   prinsip-­‐prinsip   sistem   agribisnis   dan   mampu   menganalisis  faktor-­‐faktor  yang  terkait  dalam  sistem  agribisnis  agar  dapat  memecahkan   berbagai  masalah  sistem  agribisnis  dan  menerapkannya  dilingkungan  masyarakat.    

Kompetensi  yang  akan  dicapai  :   Hard  skills  :    

• Kemampuan  melakukan  penelusuran  esensi  dari  sistem  agribisnis  

• Kemampuan  memetakan  unsur-­‐unsur  sistem  agribisnis  yang  terjadi                                di   masyarakat  kedalam  sebuah  skema  sistem  agribisnis  

• Kemampuan   menyusun   pemikiran   dan   pendapat   secara   akademik   dan  

kemampuan  menyajikan  dalam  bentuk  visual  maupun  oral    

Soft  skills      :  mahasiswa  mempunyai  kemampuan  bekerjasama  dalam  kelompok,  kreatif   dan   inovatif,   disiplin,   mandiri   serta   mempunyai   kemampuan   berkomunikasi  baik  secara  tertulis  maupun  oral  

 

Kompetensi  mata  kuliah  Sistem  Agribisnis  yang  berkaitan  dengan  kompetensi  Program   Studi  Agribisnis  :  

• Mampu  bekerjasama  dalam  tim  yang  multidisiplin.    

• Mampu   merancang   pengoperasian   dan   pengembangan   unit   usaha   agribisnis  

”baru”  yang  inovatif,  menciptakan  nilai  tambah  dan  berwawasan  lingkungan  

• Memiliki   kepekaan   pada   persoalan/masalah   sosial   budaya   masyarakat   terkait   dengan  pengembangan  agribisnis  

• Mampu  berpikir  analitis  dan  sintetis  untuk  mengevaluasi  dan  memberikan  solusi   pengembangan  pada  sistem  operasi  agribisnis.  

(9)

KEGIATAN BELAJAR 1

Modul

RUANG LINGKUP SISTEM

AGRIBISNIS

1

Pendahuluan

Sebagian besar ketika orang berpikir mengenai pertanian, mereka menggambarkan para petani yang memproduksi hewan dan tanaman. Secara sempit pertanian didefinisikan sebagai suatu kegiatan produktif yang menghasilkan komoditi pertanian. Selain itu, pertanian juga sering digambarkan sebagai “cows, sows, dan plows” atau “weeds, seeds, dan feeds”, dimana kegiatan tersebut dilakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumsi. Saat ini, pengertian pertanian berkembang menjadi kegiatan industri yang berorientasi teknologi yang melibatkan kegiatan produksi (tumbuhan dan hewan), sumberdaya alam terbaharui (agriscience), dan agribisnis. Dengan demikian, ruang lingkup pertanian saat ini pun semakin luas, dimana orang yang bekerja di bidang pertanian tidak harus selalu bekerja di lahan (budidaya) dan peternakan, melainkan mereka dapat bekerja di bidang penyediaan pakan, benih/ bibit, mesin pertanian, pupuk, obat kimia, dan bisnis makanan jadi. Sedangkan yang dimaksud agribisnis meliputi orang yang bekerja di bidang keuangan, distribusi, dan perusahaan pemasaran yang menyediakan jasa untuk produksi para pembudidaya.

PENGERTIAN AGRIBISNIS

Banyak sekali definisi mengenai agribisnis. Secara sederhana, beberapa orang mengartikan agribisnis sebagai suatu bisnis yang besar. Namun, John Davis dan Ray Goldberg mendefinisikan agribisnis sebagai seluruh rangkaian aktivitas

(10)

produktif beberapa subsistem yang melibatkan manufaktur dan distribusi pasokan pertanian, pelaksanaan produksi di lahan, pengolahan, dan distribusi komoditas pertanian serta semua produk berbahan baku hasil pertanian. Definisi yang sama mengenai agribisnis menggambarkan agribisnis sebagai aktivitas memperoleh keuntungan oleh perusahaan yang melibatkan penyediaan pasokan pertanian dan/ atau pengolahan, pemasaran, pengangkutan, dan pendistribusian bahan-bahan material pertanian dan produk konsumen. Selain itu, Ewell Roy memandang agribisnis sebagai proses koordinasi berbagai subsistem (input produksi pertanian dan produksi itu sendiri, pengolahan, dan distribusi). Hal tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: perusahaan agribisnis menyediakan pasokan input kepada petani, kemudian petani memproduksi bahan makanan dan serat (kapas, wol, dll). Setelah itu output pertanian digunakan oleh perusahaan agribisnis lain untuk diproses menjadi suatu produk, dipasarkan, dan didistribusikan ke konsumen.

Pengertian agribisnis juga dikemukakan oleh Downey dan Erickson, dimana agribisnis adalah kegiatan yang berhubungan dengan penanganan komoditi pertanian dalam arti luas, yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan masukan dan keluaran produksi (agroindustri), pemasaran masukan-keluaran pertanian dan kelembagaan penunjang kegiatan. Yang dimaksud dengan berhubungan adalah kegiatan usaha yang menunjang kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatan pertanian.

Dari berbagai definisi yang telah dikemukakann sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa agribisnis adalah suatu sistem yang bila akan dikembangkan harus terpadu dan selaras dengan semua subsistem yang ada di dalamnya.

(11)

Gambar 1. Sistem Agribisnis dan Lembaga Penunjangnya (Soehardjo, 1997) Sistem agribisnis akan berfungsi baik apabila tidak ada gangguan pada salah satu subsistem (Gambar 1). Setiap sistem dalam sistem agribisnis mempunyai keterkaitan ke belakang dan ke depan. Tanda panah ke belakang (ke kiri) pada subsistem pengolahan (SS-III) menunjukkan bahwa S-III akan berfungsi dengan baik apabila ditunjang oleh ketersediaan bahan baku yang dihasilkan oleh SS-II. tanda panah ke depan (ke kanan) pada SS-III menunjukkan bahwa subsistem pengolahan (SS-III) akan berhasil dengan baik jika menemukan pasar untuk produknya

Dalam kegiatan pertanian, selain petani dibutuhkan juga beberapa penyedia jasa (pendukung) seperti untuk transportasi, penyimpanan, pendinginan, lembaga kredit, keuangan, dan asuransi serta pemerintah. Sebagai contoh, agribisnis manufaktur yang menyediakan produk pertanian, beberapa pasokan dan peralatan dibutuhkan untuk pelaksanaan kegiatan produksi dan pemeliharaan tanaman. Pemerintah kemudian bertugas memeriksa dan mengawasi produk pertanian untuk memastikan kualitas dan keamanan produk. Ratusan organisasi perdagangan agribisnis, organisai komoditas, komite, dan konferensi ilmu pengetahuan mempromosikan, mengiklankan, bekerja sama, dan melakukan pendekatan untuk produk pertanian mereka. Peneliti, insinyur, dan para ahli lain membantu mengembangkan agribisnis. Ratusan orang diseluruh dunia bekerja pada bidang agribisnis, dan jutaan orang pun bergantung pada kegiatan agribisnis untuk mencukupi kebutuhan makanan, pakaian, dan perlindungan.

SS I (Pengadaan dan Penyaluran Sasaran Produksi) SS II (Produksi Primer) SS III (Pengolahan) SS IV (Pemasaran)

(12)

PERKEMBANGAN PERTANIAN DAN AGRIBISNIS

Banyak orang yang membayangkan bahwa pertanian adalah suatu kegiatan yang mudah dilakukan, yaitu menanam bibit/ benih, menunggu beberapa saat dan kemudian panen. Namun, hal tersebut tidak mudah dilakukan terutama pada jaman prasejarah dimana manusia pada saat itu belum mengetahui tentang budidaya dan tidak ada orang yang dapat mengajarkan mereka bagaimana menanam benih agar dapat tumbuh menjadi tanaman.

Dalam usahanya memenuhi kebutuhan makanan, tahapan pertama yang dilakukan manusia adalah melakukan kegiatan berburu dan meramu, seperti kacang-kacangan dan juga makanan dari alam lainnya. Manusia berpindah-pindah menyusuri daerah yang luas demi menemukan tanaman dan berburu binatang untuk disajikan makanan. Namun, pada kenyataannya mereka tidak terlalu berhasil mendapatkan bahan makanannya walaupun telah menyusuri daerah yang luas. Mereka lebih sering mendapatkan sayuran dan serangga. Oleh karena itu nutrisi dan kesehatan manusia saat itu sangat buruk dan umur rata-rata manusia dapat hidup sampai dengan umur 25 tahun. Namun, dua hal penting yang berkembang sebelum dilaksanakannya pertanian adalah manusia sudah belajar untuk menangkap ikan dan menggunakan api untuk memasak.

Seiring perkembangan pertanian, cara hidup manusia pun berubah. manusia tidak lagi harus berjalan jauh untuk mencari makanan, melainkan mereka mulai menetap di satu tempat dan mulai membangun rumah. Hal tersebut juga memberikan banyak waktu kepada manusia untuk mengembangkan sistem pertanian yang lebih baik, seperti perubahan penggunaan bajak untuk menggantikan cangkul dan penggunaan arit/ sabit untuk memudahkan panen gandum dan rumput.

(13)

Zaman Perunggu

Selama zaman perunggu (3000 SM), peralatan yang terbuat dari logam lebih banyak digunakan karena tahan lama dibandingkan kayu yang ditajamkan. Peralatan logam ini juga lebih mempermudah dan mempercepat kegiatan bercocok tanam untuk cakupan lahanyang luas. Pada zaman ini, pertanian menyebar keseluruh penjuru dunia dan menjadi cara hidup orang banyak. Beberapa perkembangan pertanian yang terjadi pada saat zaman perunggu diantaranya adalah sebagai berikut:

• Dibuatnya peralatan pertanian dari perunggu dan bajak untuk

mempermudah dan mempercepat bercocok tanam

• Sungai nil digunakan penduduk mesir untuk irigasi tanaman

• Ditemukannya roda sehingga dapat dijadikan alat transportasi

pengangkutan tanaman

• Jumlah penduduk dunia naik dari 3 juta jiwa dari sebelum dilakukannya

kegiatan pertanian

Zaman Besi

Zaman besi berlangsung pada tahun 1000 SM. Penggunaan besi memberikan manusia kemampuan untuk memproduksi lebih dari sekedar tanaman. Ketika manusia tidak dapat menggunakan semua tanaman untuk memenuhi kebutuhan sendiri, maka mereka mulai menjualanya kepada orang lain. Sejak saat itu mulailah perkembangan perdagangan produk pertanian. Secara umum perkembangan pertanian pada zaman besi adalah sebagai berikut :

• Jumlah peralatan tangan pertanian dan bajak yang terbuat dari besi banyak

dan bahkan sampai sekarang digunakan

• Berkembangnya penggunaan uang untuk menjual kelebihan tanaman/

panen

• Memberikan lahan sehingga memberikan kesempatan pada tanah untuk

(14)

Abad Pertengahan

Abad pertengahan berlangsung antara tahun 400 – 1500 M. Jatuhnya kerajaan Romawi pada abad ini ternyata memperlambat perkembangan pertanian. Perkembangan pertanian yang terjadi hanya sedikit seperti kegiatan rotasi tanaman, pemanfaatan teknologi bajak terbaru, dan pengembangbiakan ternak secara selektif.

a. Petani di jaman pertengahan ini mulai mengerti arti pentingnya konservasi tanah. Mereka melaksanakan pertanian dengan teknik pemberaan lahan untuk beberapa tahun.

b. Pada abad ini kuda dijadikan hewan untuk membantu pekerjaan usaha tani agar lebih cepat selain sapi

c. Perkembangbiakan selektif pada hewan di abad ini dilakukan peternak dengan memilih induk berdasarkan karakteristik yang diinginkan. Teknik pengembangbiakan ini masih dilakukan sampai sekarang..

Revolusi Pertanian dan Industri

Revolusi industri berlangsung antara tahun 1840 – 1850 terjadi perubahan besar pada produksi pertanian dan sangat mendorong perkembangan agribisnis. Pada waktu ini penemuan teknologi berlangsung sangat cepat, diantaranya penemuan mesin uap, kereta api, mesin jahit, alat tenun, dan mesin lainnya.

Perubahan terbesar kedua akibat revolusi ini adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota untuk bekerja di pabrik karena banyaknya pabrik yang membutuhkan tenaga kerja untuk mengoperasikan mesin. Perubahan ini meningkatkan pasar untuk produk pertanian karena pekerja pabrik tidak dapat menghasilkan makanannya sendiri seperti dahulu.

Sebagai hasil dari banyaknya penduduk yang pindah ke kota, maka petani melaksanakan usahanya dengan sedikit pekerja. Oleh karena itu, untuk mengefisienkan kegiatan usaha tani petani mulai menggunakan mesin dalam hal

(15)

menggantikan tenaga hewan dan bahkan manusia, sehingga hal tersebut mengubah pertanian tradisional menjadi pertanian komersil.

Revolusi pertanian dan industri membawa perubahan sebagai berikut :

• Henry ford mengembangkan automobile

• Pengenalan rotasi tanaman oleh Charles Townsend

• Perolehan manfaat pengembangbiakan ternak oleh Robert Bakewell • Pengetahuan pemisahan peternakan jauh dari lahan pertanian oleh Barbed • Pembuatan traktor berbahan bakar bensin pada tahun 1892, dan lain

sebagainya.

• Penerapan alat penabur benih yang diketemukan oleh Jethro Tull • Pengembangan mesin perontok gabah

• Pengembangan bajak besi oleh John Deere

• Pengembangan rekayasa genetik benih tanaman oleh Gregor Mendell

Pertengahan abad 20

Pada tahun 1900 mesin-mesin mulai mendominasi pekerjaan pertanian dan dikembangkan pula alat transportasi. Dengan demikian membuka peluang lebar bagi petani untuk memasarkan produk pertanian ke orang yang lebih banyak lagi. Pada periode ini harga produk pertanian meningkat dan para petani pun memiliki kehidupan yang baik dan bahkan mereka menggunakan kelebihan pendapatan untuk melakukan penelitian dan pengembahan untuk kegiatan pertaniannya. Beberapa perkembangan yang terjadi pada pertengahan abad 20 ini adalah sebagai berikut :

• Didirikannya sekolah tinggi pertanian The Smith-Hughes Act di Amerika

Serikat

• Pemberian kredit kepada petani oleh Federal Land Banks

• Terusan Panama dibuka untuk kegiatan pengangkutan, dan lain

sebagainya.

(16)

Di Indonesia, strategi perkembangan agribisnis dilakukan dengan mempertimbangkan kombinasi sumberdaya manusia, sumberdaya alan, dan sumberdaya sosial melalui pengembangan pengusaha agribisnis, yang juga dirancang untuk mempercepat pembangunan (Pambudy, 2010). Pengembangan pengusaha agribisnis dalam sistem dan usaha agribisnis yang terarah dan terkendali dapat menghasilkan sandang-pangan-papan, menciptakan lapangan kerja, mengurangi kerusakan lingkungan dan tidak menimbulkan utang baru yang kurang produktif.

Pengembangan pengusaha dalam sistem dan usaha agribisnis dapat diarahkan paling tidak pada lima kelompok besar (subsistem) pengembangan yaitu (Pambudy, 2010) :

1. Mengembangkan pengusaha dan perusahaan keluarga/ kecil/ menengah dan besar dalam lingkup subsistem agribisnis hulu (up-stream agribusiness) yakni industri yang menghasilkan barang modal bagi pertanian (arti luas) yakni industri perbenihan/ pembibitan (genome-DNA) tumbuhan dan hewan, industri agrokimia (pupuk, pestisida, obat/ vaksin ternak, ikan, manusia), dan industri agro-otomatif (mesin dan peralatan pertanian) serta industri pendukung lainnya.

2. Mengembangkan pengusaha dan perusahaan keluarga/ kecil/ menengah dan besar dalam sub-sistem usahatani (on-farm agribusiness) yakni kegiatan yang menggunakan barang modal dan sumberdaya alam untuk mengasilkan komoditas pertanian primer tanaman pangan, pakan, serat, hortikultura, rempah, herbal, obat-obatan, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan.

(17)

 

Gambar 2. Pengembangan Pengusaha dalam Sistem Agribisnis (Pambudy, 2010) 3. Mengembangkan pengusaha dan perusahaan keluarga/ kecil/ menengah dan

besar yang bergerak dalam sub-sistem pengolahan (down-stream agribusiness) yakni industri yang mengolah komoditas pertanian primer (agroindustri) menjadi produk olahan antara (intermediate product) dan akhir (finish product). Termasuk di dalamnya industri makanan, minuman, pakan, industri dasar bahan serat (karet, pulp, kertas, kayu, rayon, komposit, benang kapas/ sutera, barang kulit), industri biofarma, agrowisata, estetika, dan kosmetika.

4. Mengembangkan pengusaha dan perusahaan keluarga/ kecil/ menengah dan besar dalam subsistem jasa bagi subsistem agribisnis hulu, subsistem usahatani dan subsistem agribisnis hilir. Dalam subsistem ini adalah jasa keuangan, hukum, perkreditan, asuransi, transportasi (darat, laut, udara), pergudangan, pendidikan, penelitian, pelatihan, periklanan, dan sistem informasi-komputerasi.

• Industri benih,

bibit gen ternak tanaman, ikan • Industri kimia, agrochemical • Industri agro otomotif,alat dan machinery Bio fertilizer, herbi- pestisida

Sub Sistem Jasa dan Penunjang

• Keuangan: perkreditan, pembiayaan, permodalan dan asuransi

• Informasi, komputerisasi dan otomatisasi

• Penelitian, pengembangan, pendaftaran paten dan merk

• Pendidikan, pelatihan, extension and community development. • Pelabuhan, jalan,transportasi, pengiriman dan pergudangan • Konsultasi hukum: keuangan: bisnis, akuisisi, merger, take over, perdagangan, akutansi dan investasi

Sub-Sistem Agribusnis Hulu Sub-Sistem Usahatani • Tanaman obat, pangan-rempah dan hortikultur • Tanaman serat, perkebunan - kehutanan • Peternakan-perikanan • Fungi (jamur) • Jasad renik Sub-­‐Sistem   Pengolahan     • Industri makanan • Industri minuman • Industri rokok

• Industri serat alam:

tekstil-biokomposit • Industri biofarma • Industri wisata, estetika-kosmetika • Industri vaksin, serum • Distribusi • Promosi • Informasi pasar • Intelijen pasar • Perdagangan • Struktur pasar • Areal pasar • Lelang • Pasar berjangka • Pasar modal Sub-Sistem Pemasaran

(18)

5. Mengembangkan pengusaha dan perusahaan keluarga/ kecil/ menengah dan besar dalam sistem yang terintegrasi mulai dari hulu-hilir sampai pemasaran hasil komoditas pertanian, perikanan dan kehutanan (segar maupun olahan). Termasuk didalamnya adalah kegiatan distribusi, perdagangan, promosi, informasi pasar, serta intelijen pasar (market intelligence) agar bisa bertahan di pasar domestik dan bersaing di pasar global.

Lebih lanjut, pengembangan sistem dan usaha agribisnis melalui pengembangan pengusaha agtibisnis dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :

1. Peningkatan output agribisnis yang diperoleh dengan memperluas areal usahatani dan mendiversifikasi usaha tani sesuai dengan potensi wilayah. Hasil akhir didominasi oleh komoditas pertanian primer (bahan mentah), sehingga kemampuan penetrasi pasar mahal-rendah, segmen pasar yang dimasuki terbatas dan nilai tambah (pendapatan) yang dinikmati sebagian rakyat masih juga relatif rendah. Pada tahap ini maka nilai tambah secara ekonomis diambil oleh pihak lain (pedagang perantara/ eksportir, industrialist dan negara lain yang bisa memanfaatkan barang mentah atau setengah jadi menjadi barang jadi, end product). Jika terjadi pengembangan pengusaha agribisnis maka terjadi percepatan penguasaan untuk membuat produk bernilai tambah sehingga pembentukan modal dapat makin tinggi.

2. Penggunaan barang-barang modal dan SDM lebih (semi) terampil (capital and semi-skill labor based) atau capital-driven pada setiap subsistem agribisnis. Pada tahap ini antara lain ditandai oleh peningkatan produktivitas dan nilai tambah sebagai sumber pertumbuhan total output agribisnis. Pertumbuhan total output terjadi akibat peningkatan penggunaan barang modal (mesin, peralatan dan bahan pendukung) dan peningkatan mutu sumber daya manusia. Sedangkan dari segi hasil akhir agribisnis, tahap ini dicirikan oleh dominasi produk agribisnis olahan (diversivikasi produk) yang sesuai dengan permintaan pasar. Pada tahap ini penetrasi pasar meningkat, segmen pasar yang dimasuki meluas (pangsa pasar meningkat) dan nilai tambah (pendapatan) yang dinikmati masyarakat meningkat. Pada tahap ini,

(19)

jika jumlahnya cukup banyak pengusaha sudah mampu memberikan sumbangan besar dalam pengembangan ekonomi nasional.

3. Melalui ilmu pengetahuan dan teknologi dan SDM terampil (knowledge and skill labor based) atau innovation–driven. Pada tahap ini ditandai dengan peningkatan produktivitas dan nilai tambah yang makin besar akibat inovasi-teknologi dan SDM terampil pada seluruh subsiste agribisnis. Sedangkan pada produk akhir agribisnis ditandai oleh peningkatan pangsa produk yang bernilai tambah tinggi (high value), diversifikasi produk sesuai dengan segmen-segmen pasar yang berkembang, sehingga pendapatan yang diterima juga akan semakin meningkat. Innovation driven dilakukan melalui ekayasa keuangan, sosial, ekonomi, hukum, teknologi dan sistem informasi. Melalui rekayasa keuangan dan sistem informasi canggih para pengusaha negara maju mampu memobilisasi uang dari manapun dan menciptakan pasar global dalam jumlah besar serta waktu yang bersamaan. Melalui rekayasa hukum para pengusaha negara maju sering dengan mudah menguasai kepemilikan asset yang tangible (lahan, bangunan, uang, barang) dan yang intangible (paten, lisensi, hak penguasaan, penjaminan, penjualan, penyewaan, pemakaian dan hak hak lain yang bisa menimbulkan keuntungan luar biasa). Melalui pengembangan teknologi, bioteknologi yang paling canggih para pengusaha tersebut bisa memanfaatkan teknologi pemetaan gen dan teknologi nano dari sumberdaya di luar batas negaranya.

KARAKTERISTIK DAN RUANG LINGKUP AGRIBISNIS

Karakteristik Agribisnis

Karakteristik agribisnis tidak terlepas dari proses agribisnis itu sendiri. Oleh karena itu, sebelum memahami karakteristiknya, terlebih dulu harus memahami proses agribisnis. Karena agribisnis merupakan kegiatan produksi atau operasi maka proses agribisnis juga sama dengan proses produksi. Proses produksi merupakan kegiatan yang mentransformasikan input menjadi output. Tujuan

(20)

kegiatan produksi ini adalah menciptakan dan menambah utilitas suatu barang atau jasa.

Berdasarkan sifat alam dan jenis proses karakteristik agribisnis terdiri atas : 1. keragaman struktur, perilaku, dan kinerja agribisnis

2. keragaman produksi yang dihasilkan

3. adanya intervensi pemerintah karena produk agribisnis bersifat strategis

4. pengembangan teknologi biasanya didanai pemerintah

5. struktur pasar produk agribisnis mendekati pasar bersaing sempurna. Agribisnis merupakan kegiatan ekonomi tertua dalam bentuk intervensi manusia terhadap alam, maka karakteristik agribisnis selain dipengaruhi oleh sifat-sifat alam dan jenis proses produksi, tetapi juga dipengaruhi oleh perkembangan peradaban manusia. Saragih (1998) mengemukakan lima karakteristik penting agribisnis yang membedakannya dari bisnis lain :

1. Keunikan dalam aspek sosial, budaya, dan politik.

Keberagaman sosial-budaya manusia turut membentuk keberagaman struktur, perilaku, dan kinerja agribisnis. Keberagaman ini dapat diamati baik dari segi produsen maupun konsumen. Sebagai contoh yaitu, jenis usahatani rakyat di Jawa dan Bali didominasi oleh usahatani lahan sawah, sementara di luar Jawa dan Bali jenis usahatani yang menonjol adalah perkebunan rakyat. Petani asal etnis Bali yang terkenal ulet dan tekun relatif lebih berhasil dalam mengembangkan agribisnis di wilayah transmigrasi dari pada etnis lain untuk komoditas yang sama. Fragmentasi lahan pertanian terjadi di Indonesia, tetapi tidak di Jepang karena di negara ini hanya anak pertama yang berhak mewarisi lahan pertanian sedangkan di Indonesia semua anak berhak mewarisi. Dari segi konsumen, keberagaman sosial budaya konsumen mempengaruhi konsumsi pangan yang selanjutnya mempengaruhi agribisnis yang berkembang.

2. Keunikan karena adanya ketidakpastian (uncertainty) dalam produksi

(21)

Ilmu genetika menunjukkan bahwa variasi produksi tanaman dipengaruhi oleh variasi genetik, lingkungan (macroclimate dan microclimate), dan interaksi genetik dengan lingkungan. Berdasarkan ketiga faktor ini dikenal berbagai macam komoditas agribisnis tropis dan subtropis; komoditas agribisnis yang memiliki toleransi lingkungan yang luas (misalnya ubi jalar), komoditas spesifik lokasi (kelapa sawit, sapi perah, dll). Bahkan untuk komoditas yang sama, misalnya jeruk, dikenal rasa yang beraneka macam dari pahit sampai yang paling manis. Dengan dasar biologis juga dikenal bahwa produk pertanian bersifat voluminous (banyak makan ruang/ tempat), bulky (volume besar tetapi bernilai rendah), dan perishable (mudah rusak/ busuk) yang membedakannya dengan produk-produk non-agribisnis.

3. Keunikan dalam derajat atau intensitas campur tangan politik dari

pemerintah.

Produk-produk agribisnis khususnya bahan pangan merupakan kebutuhan dasar (basic needs) dan sering dipandang sebagai komoditas politik sehingga sering diintervensi oleh politik pemerintah.

4. Keunikan dalam kelembagaan pengembangan teknologi.

Peranan sektor agribisnis yang sangat penting dalam setiap negara menyebabkan pengembangan teknologi pada sektor ini menjadi salah satu bentuk layanan umum yang disediakan oleh pemerintah. Di Indonesia misalnya, kelembagaan pengembangan teknologi di bidang agribisnis, seperti Balai Penelitian Padi di Sukamandi, dibiayai oleh anggaran pemerintah. Hal ini berbeda dengan industri non-agribisnis yang pada umumnya dibiayai oleh perusahaan swasta itu sendiri.

5. Perbedaan struktur persaingan.

Agribisnis merupakan satu satunya sektor ekonomi yang paling banyak melibatkan pelaku ekonomi. Pelaku ekonomi pada sektor agribisnis, produsen, dan konsumen pada umumnya berukuran relatif kecil

(22)

dibandingkan dengan besarnya pasar. Selain itu, hampir semua komoditas agribisnis memiliki produk substitusi. Komoditi bahan pangan sumber karbihidrat misalnya memiliki ratusan jenis. Demikian juga terdapat puluhan jenis komoditas sumber protein, vitamin, dan mineral. Karakteristik seperti ini menunjukkan bahwa struktur pasar agribisnis lebih mendekati struktur pasar persaingan sempurna. Hal ini berbeda dengan struktur pasar pada industri lain yang pada umumnya berkisar antara struktur pasar monopolistik atau monopsonistik hingga oligopolistik atau oligopsonistik.

RUANG LINGKUP AGRIBISNIS

Ruang lingkup sistem agribisnis dikemukakan oleh Davis dan Golberg, Sonka dan Hudson, Farrell dan Funk yaitu: “Agribusiness included all operations involved in the manufacture and distribution of farm supplies; production operation on the farm; the storage, processing and distribution of farm commodities made from them, trading (wholesaler, retailers), consumer to it, all non farm firms and institution serving them”. Pendapat ini menunjukkan bahwa agribisnis adalah suatu sistem. Berdasarkan pendapat ini, Saragih mengemukakan bahwa sistem agribisnis terdiri atas empat subsistem, yaitu:

a) subsistem agribisnis hulu atau downstream agribusiness  

Subsistem agribisnis hulu disebut juga subsistem faktor input (input factor subsystem). Dalam pengertian umum subsistem ini dikenal dengan subsistem pengadaan sarana produksi pertanian. Kegiatan subsistem ini berhubungan dengan pengadaan sarana produksi pertanian, yaitu memproduksi dan mendistribusikan bahan, alat, dan mesin yang dibutuhkan usahatani atau budidaya pertanian (on-farm agribusiness).

b) subsistem agribisnis usahatani atau on-farm agribusiness,  

Subsistem usahatani atau budidaya pertanian disebut juga subsistem produksi pertanian (production subsystem). Kegiatan subsistem ini adalah melakukan usahatani atau budidaya pertanian dalam arti luas. Istilah

(23)

pertanian selama ini lebih banyak mengacu pada subsistem produksi. Kegiatan subsistem ini menghasilkan berbagai macam komoditas primer atau bahan mentah.

c) subsistem agribisnis hilir atau upstream agribusiness,

Subsistem agribisnis hilir terdiri atas dua macam kegiatan, yaitu pengolahan komoditas primer dan pemasaran komoditas primer atau produk olahan. Kegiatan pengolahan komoditas primer adalah memproduksi produk olahan baik produk setengah jadi maupun barang jadi yang siap dikonsumsi konsumen dengan menggunakan bahan baku komoditas primer. Kegiatan ini sering juga disebut agroindustri. Contoh kegiatan pengolahan komoditas primer yang menghasilkan produk antara adalah pabrik tepung terigu, maezena, tapioka, dan sebagainya. Contoh kegiatan komoditas primer yang menghasilkan barang jadi adalah pabrik makanan dan minuman sari buah atau sirup. Kegiatan pemasaran berlangsung mulai dari pengumpulan komoditas primer sampai pengeceran kepada konsumen.

d) subsistem jasa layanan pendukung agribisnis atau supporting institution. Subsistem jasa layanan pendukung atau kelembagaan penunjang agribisnis adalah semua jenis kegiatan yang berfungsi mendukung dan melayani serta mengembangkan kegiatan ketiga subsistem agribisnis yang lain. Lembaga-lembaga yang terlibat dalam kegiatan ini adalah penyuluhan, konsultan, keuangan, dan penelitian. Lembaga penyuluhan dan konsultan memberikan layanan informasi dan pembinaan teknik produksi, budidaya, dan manajemen. Lembaga keuangan seperti perbankan, modal ventura, dan asuransi memberikan layanan keuangan berupa pinjaman dan penanggungan risiko usaha (khusus asuransi). Lembaga penelitian baik yang dilakukan oleh balai-balai penelitian atau perguruan tinggi memberikan layanan informasi teknologi produksi, budidaya, atau teknik manajemen mutakhir hasil penelitian dan pengembangan.

(24)

Berdasarkan pandangan bahwa agribisnis sebagai suatu sistem dapat terlihat dengan jelas bahwa subsistem-subsistem tersebut tidak dapat berdiri sendiri, tetapi saling terkait satu dengan yang lain. Subsistem agribisnis hulu membutuhkan umpan balik dari subsistem usahatani agar dapat memproduksi sarana produksi yang sesuai dengan kebutuhan budidaya pertanian. Sebaliknya, keberhasilan pelaksanaan operasi subsistem usahatani bergantung pada sarana produksi yang dihasilkan oleh subsistem agribisnis hilir. Selanjutnya, proses produksi agribisnis hilir bergantung pada pasokan komoditas primer yang dihasilkan oleh subsistem usahatani. Subsistem jasa layanan pendukung, seperti telah dikemukakan, keberadaannya tergantung pada keberhasilan ketiga subsistem lainnya. Jika subsistem usahatani atau agribisnis hilir mengalami kegagalan, sementara sebagian modalnya merupakan pinjaman maka lembaga keuangan dan asuransi juga akan mengalami kerugian. Gambaran besar mengenai ruang lingkup agribisnis dapat disajikan pada Gambar 3 berikut.

(25)

Gambar 3. Gambaran Besar Agribisnis (Ricketts and Rawlins, 2001) Output Perusahaan Agribisnis Impor Petani Susu Ternak Unggas Hewan lainnya Tanaman Hutan Benih/ bibit Buah dan Sayur Tanaman lainnya

Produk sampingan pertanian, minyak, daging, dedak, biji

Pengolahan Ekspor Hewan ternak berukuran kecil Jenis lain Transportasi Pemasaran Minuman Makanan non olahan

Makanan olahan

Tekstil Kayu dan Kertas Pedagang besar dan

eceran Pedagang perantara

Grosir Makanan siap saji dan

restoran lain

Industri Agribisnis

Pasokan Input Agribisnis

Mesin dan peralatan Bibit/ benih Pakan Pupuk Transportasi Uang Energi Pedagang besar Pestisida Kesehatan Hewan Bahan kimia Kontainer Asuransi Penelitian Ilmu pengetahuan Teknik Pendidikan Dan lain-lain

(26)

PENDEKATAN SISTEM DALAM AGRIBISNIS

Pendekatan sistem diperlukan untuk memahami kompleksitas agribisnis sebagai : “suatu sistem, praktek bisnis, paradigma pembangunan pertanian, keilmuan” sehingga tujuan agribisnis dapat tercapai. Penggambaran sistem agribisnis yang bertitik pangkal pada on farm (usaha tani) sangat membantu untuk mendiagnosis, mendisain dan mengembangkan agribisnis. Pendekatan sistem akan memberikan penjelasan atau gambaran bagian terkecil (elemen) pembentuk subsistem karena pendekatan sistem akan berusaha untuk mencari pengertian agribisnis secara keseluruhan melalui pengetahuan pada bagian-bagiannya, dengan tujuan untuk memperoleh gambaran yang holistik, general dan terpadu.

Definisi Sistem

Sistem secara sederhana didefinisikan seperangkat hubungan dan interaksi yang bertanggungjawab memunculkan karakteristik (Bellinger, 2000). Law and Kelton (2000) mengartikan sistem sebagai sekumpulan entitas yang bertindak dan berinteraksi bersama-sama untuk memenuhi tujuan akhir yang logis. Kehadiran sebuah sistem dapat diketahui dari fenomena yang muncul dan perilaku dalam kurun waktu tertentu membentuk suatu struktur. Pendekatan sistem ini juga dapat disebut pendekatan cybernetic, dimana segala sesuatu tidak digambarkan per baikan, tetapi harus dalam satu jaringan dan satu hubungan.

Sistem terdiri atas subsistemdan semua sistem memiliki karakteristik umum tertentu, tunduk pada prinsip sistem, dan harus dipahami dan dipelajari secara keseluruhan, bukan hanya salah satu bagian/ satu subsistem saja. Bellinger (2000) menunjukkan bahwa dalam konteks sistem, model adalah penyederhanaan sistem nyata agar lebih mudah dipahami mekanisme kerjanya (Wainwright and Mulligan, 2004).

Sistem nyata tidak bersifat statis, tetapi segala sesuatunya selalu berubah sejalan berubahnya waktu, bersifat kompleks dengan adanya hubungan sebab-akibat unsur-unsur yang menyusunnya, dan bersifat non linear dimana sebab-akibat

(27)

dapat mempengaruhi sebab, begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu, diperlukan model untuk membantu dan memahami dan menyelesaikan masalah.

Dalam analisis sistem, kita perlu memahami hubungan antara entitas yang mungkin atau tidak mungkin mempengaruhi hubungan dengan entitas lain dan mengetahui juga sifat sebenarnya dari masing-masing entitas. Hubungan dalam sistem ini terbagi menjadi dua yaitu saling memperkuan dan balancing. Contoh dari sistem ini adalah sistem sosial seperti yang digambarkan sebagai berikut.

Gambar 4. Model Sistem sederhana

Gambar ini menjelaskan bahwa masukan (input) digunakan untuk mencapai sesuatu atau untuk mengubah sesuatu melalai suatu proses, dengan demikian menghasilkan suatu output (produk), tujuan, proposal, hal/ situasi, bahkan kinerja yang diinginkan. Menurut pendekatan ini, lima elemen yang harus dipertimbangkan dalam menentukan sistem adalah input (apa yang datang dari luar ke dalam sistem), output (apa yang meninggalkan sistem dan berjalan diluar sistem), dan proses (transformasi yang terjadi di dalam sistem), batas-batas (yang menentukan perbedaan antara sistem dan pengaturan sistem), dan lingkungan (skenario, pengaturan, lingkungan, konteks) yang merupakan bagian dari yang dapat diabaikan dalam analisis sistem (kecuali dimana hal ini berinteraksi dengan sistem). Sebagai contoh dari elemen-elemen ini adalah orang, teknologi, modal, bahan, data, peraturan, dan sebagainya. Lebih lanjut, unsur penting lainnya dari teori sistem adalah sistem hierarki, sistem negara, informasi dan orientasi terhadap tujuan global. Jika sifat proses (apa yang terjadi di dalam sistem), hubungan timbal balik, atau komponen tidak diketahui, maka diterapkan konsep “black box”. Contoh kasusnya adalah ketika konsumsi bahan bakar dan produksi CO2 dalam rantai pertanian diketahui, maka pola konsumsi, aliran internal, dan

konsumen (komponen dan hubungan) sering tidak diketahui/ diabaikan. Contoh lain adalah berhubungan dengan pendekatan sistem untuk kualitas makanan dan

(28)

keamanan, adalah ketika pembuat kebijakan meminta industri untuk mengirimkan produk berkualitas (output) tanpa memperhatikan input (bahan baku, jasa, dll) dan proses di dalam bisnis itu. Hubungan antara komponen dalam sistem mungkin subsistem dari sistem yang sama dan mungkin juga berhubungan dan berinteraksi dengan cara yang berbeda. Salah satu cara sederhana untuk mengggambarkan perbedaan “white box” atau “transparent box” dengan subsistem dalam batas sistem “dynamic” (sistem yang lebih besar), yang bertentangan dengan konsep “black box” dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 5. Model Dinamik “transparent box”

Dari Gambar diatas dapat simpulkan bahwa anak panah elips yang menghubungkan subsistem menunjukkan interaksi dan hubungan antara mereka yang bersifat dinamis, dan karena itu tidak direpresentasikan sebagai garis lurus. Garis penuh mewakili batas tertentu suatu keadaan, garis putus-putus mewakili batas keadaan lainnya, sebagai akibat dari prinsip-prinsip yang mengatur sistem. Dari semua konsep diatas menunjukkan bahwa sistem memiliki struktur hirarki dengan tingkat yang berbeda. Struktur sistem adalah seperangkat hubungan kompleks antar komponen dan subsistem yang dalam jangka waktu lama menentukan tujuan dan hasil umum dari seluruh sistem.

Keuntungan dari penerapan analisis sistem yang berasal dari teori sistem adalah bahwa prinsip-prinsip berlaku untuk semua jenis sistem, yaitu untuk semua jenis organisasi. Organisasi dalam suatu sistem berfungsi mengatur prinsip untuk aspek-aspek seperti pengambilan keputusan, penentuan masalah, pemaksimalan

(29)

pengawasan, dan operasi sistem. Pendekatan sistem yang merupakan cara berpikir atau sikap mental yang difokuskan pada pemahaman bagaimana sesuatu itu bekerja, berperilaku dan saling berhubungan dapat dijadikan alat yang sangat penting untuk membuat strategi dalam rangka meningkatkan daya saing. Dalam dunia nyata, peternakan, agroindustri, bisnis ritel perlu memahami pendekatan sistem untuk bertahan di setiap perubahan bisnis.

Pendekatan sistem ini pada dasarnya memilih input dan mengetahui efek, parameter, dan pengaruh perilaku dalam sistem yang dapat mengubah hasil output yang diinginkan. Dari sudut pandang para ahli, pendekatan ini akan mengidentifikasi variabel independen dan mentransformasikannya menjadi variabel dependen, satu set parameter, dan batasan-batasan.

Dalam lingkup persoalan agribisnis, pendekatan sistem pelaku usaha memperoleh gambaran yang dapat menjelaskan apa batasan sistem agribisnis; adanya batasan berarti ada lingkungan luar, seperti apa gambaran lingkungan luas sistem agribisnis, apa elemen-elemen pembentuknya, bagaimana bentuk hubungan antara elemen, bagaimana hubungan antara elemen dengan sistem, apa saja inputnya, apa yang menjadi outputnya, bagaimana prosesnya, termasuk menjelaskan tujuan dan sasaran sistem agribisnis.

Salah satu penerapan kerangka berpikir tentang pendekatan sistem agribisnis dapat dilihat pada pendekatan dinamika sistem (system dynamics) yang ditunjukkan melalui diagram sebab akibat dari persoalan keterkaitan sistem rantai pasok industri perberasan dengan ketahanan pangan dalam dimensi spasial Jawa Barat berikut ini. Hal utama yang dilakukan adalah pembuatan diagram sebab akibat yang menggambarkan struktur pembentuk sistem dan memahami kompleksitas interpedensi berbagai variabel yang terdapat dalam struktur sistem rantai pasok industri perberasan dan ketahanan pangan Jawa Barat. Diagram sebab akibat tersebut disajikan pada Gambar 6 berikut ini.

(30)

Persediaan Beras di Sentra Produksi Distribusi Beras ke

Pasar Cipinang Distribusi Beras antarDaerah Jawa Barat + -+ -Persediaan Beras di Pasar Cipinang + Harga Beras di Pasar Cipinang -Harga Beras di Sentra Produksi + Produksi Gabah di Sentra + Produksi Beras di Sentra Produksi + + + -Konsumsi Beras Petani di Sentra -Konsumsi Beras Penduduk Jawa Barat

+ Ketersediaan Beras di Jawa Barat -Persediaan Beras di Jawa Barat + + Populasi Penduduk Jawa Barat + Tingkat Kelahiran di Jawa Barat +

-Gambar 6. Sebab akibat Sistem Rantai Pasokan Industri Perberasan Dalam Mewujudkan Ketahanan Pangan Jawa Barat (Perdana, dkk., 2009)

Berdasarkan Gambar 3 diatas, setiap sentra budidaya padi di Jawa Barat melakukan produksi untuk menghasilkan gabah. Pertambahan produksi gabah di sentra produksi akan menambah produksi beras di sentra produksi. Jumlah produksi beras yang dihasilkan penggilingan beras akan menentukan jumlah persediaan beras di sentra produksi. Semakin banyak produksi beras yang dihasilkan penggilingan beras di sentra produksi maka akan semakin bertambah pula persediaan beras di sentra produksi.

Penggilingan beras berharap persediaan beras yang dimiliki secepatnya bisa terjual karena persediaan menimbulkan biaya dan risiko. Dalam hal ini, penggilingan beras pada setiap wilayah sentra produksi menetapkan prioritas utama tujuan pemasaran berasnya ke Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) karena harga pembelian paling tinggi dan waktu pembayaran relatif singkat. Berdasarkan hal tersebut, semakin banyak persediaan beras di sentra produksi maka distribusi beras ke PIBC akan meningkat. Terkait dengan hal tersebut, jumlah beras yang

(31)

didistribusikan ke PIBC akan mengurangi jumlah persediaan beras di sentra produksi. Keterkaitan persediaan beras di sentra produksi dengan distribusi beras ke PIBC ini membentuk umpan balik negatif yang menghasilkan perilaku ke arah kesetimbangan.

Penggilingan beras di sentra produksi tidak dapat mengirimkan semua hasil produksinya ke PIBC, karena apabila keputusan tersebut dilakukan makan akan terjadi kelebihan pasokan dan persediaan beras di PIBC yang mengakibatkan harga beras PIBC turun. Penurunan harga beras di PIBC berdampak pada harga beras di sentra produksi.

Dalam upaya menghindari kondisi tersebut, penggilingan beras memasarkan berasnya ke daerah lain di Jawa Barat. Semakin banyak persediaan beras di sentra produksi maka distribusi beras antar daerah Jawa Barat akan semakin banyak. Interaksi antara persediaan beras di sentra produksi dan distribusi beras antar daerah Jawa Barat akan membentuk perilaku kesetimbangan. Hal tersebut karena distribusi daerah Jawa Barat akan mengurangi persediaan beras di sentra produksi. Jumlah beras dari sentra produksi yang didistribusikan ke daerah lain Jawa Barat akan menentukan jumlah persediaan beras di Jawa Barat. Distribusi beras antara daerah Jawa Barat yang bertambah akan menyebabkan persediaan beras di Jawa Barat berjambah juga.

Salah satu komponen pembentuk ketahanan pangan adalah ketersediaan pangan. Dalam diagram sebab akibat sistem rantai pasok industri perberasan dalam mewujudkan ketahanan pangan Jawa Barat terlihat bahwa semakin banyak persediaan beras di Jawa Barat akan meningkatkan ketersediaan beras di Jawa Barat. Ketersediaan beras tersebut akan menentukan besaran distribusi beras antar daerah Jawa Barat. Dengan demikian, akan terbentuk umpan balik negatif dari interaksi distribusi beras antar daerah Jawa Barat dengan persediaan dan ketersediaan beras di Jawa Barat.

Jumlah ketersediaan beras di Jawa Barat ditentukan oleh besaran konsumsi beras penduduk Jawa Barat. Semakin bertambah konsumsi beras penduduk Jawa Barat maka akan mengurangi ketersediaan beras di Jawa Barat. Faktor pembentuk

(32)

konsumsi beras penduduk di Jawa Barat adalah jumlah populasi penduduk Jawa Barat dan konsumsi beras yang dilakukan petani di sentra produksi. Semakin besar konsumsi beras petani maka akan menambah konsumsi beras penduduk Jawa Barat. Demikian juga dengan haknya dengan jumlah populasi penduduk Jawa Barat akan menambah jumlah konsumsi beras penduduk Jawa Barat.

Dalam sistem rantai pasok industri perberasan terdapat keterkaitan antar pasar dengan sentra produksi. Persediaan beras di PIBC menentukan harga beras di PIBC, semakin banyak persediaan beras di PIBC maka harga beras di PIBC akan turun. Selanjutnya, penurunan harga beras di PIBC tersebut berdampak pada penurunan harga beras di sentra produksi.

Harga beras di sentra produksi akan menentukan produksi gabah dan beras di sentra produksi. Dalam kurun waktu tertentu, semakin tinggi harga beras di sentra produksi maka produksi gabah dan beras di sentra produksi akan bertambah. Terkait dengan aspek ketahanan pangan, meningkatnya harga beras di sentra produksi akan menentukan jumlah konsumsi beras yang dilakukan keluarga petani di sentra produksi.

Interaksi sistem rantai pasok industri perberasan dengan ketahanan pangan Jawa Barat membentuk umpan balik negatif. Kondisi tersebut akan menghasilkan perilaku yang mengarah pada kesetimbangan. Kesetimbangan tersebut terjad karena adanya tujuan dari sistem. Demikian juga halnya dengan keterkaitan spasial anatara sentra produksi dan pasar, interaksinya menghasilkan umpan balik negatif.

PERKEMBANGAN TEKNOLOGI AGRIBISNIS

 

Pengembangan teknologi berbasis pertanian yang dapat dicirikan melalui inovasi dan introduksi alat atau mesin pertanian untuk proses produksi mulai dari prapanen hingga pascapanen merupakan masalah yang penting. Hal tersebut disebabkan karena modernisasi pertanian yang dilandasi sistem agribisnis atau

(33)

agroindustri sebagai salah satu pilar pembangunan ekonomi nasional demi mewujudkan kesejahteraan rakyat dan swasembada pangan, haruslah dikelola secara efektif dan efisien dalam setiap penggunaan sarana produksi ( bibit, pupuk, obat, dan peralatan ) untuk mencapai produktifitas, kualitas, dan keuntungan yang maksimal. Kondisi ini dapat terwujud apabila pengembangan teknologi pertanian beserta perangkat pendukungnya benar-benar diperhatikan secara serius.

Teknologi tidak bisa dilepaskan dari gerakan revolusi hijau. Teknologi yang terus dikembangkan, terutama kegiatan riset, akan membawa pertanian menuju efisiensi dan peningkatan produktifitas. Esensi riset dan pengembangan amat identik dengan kemajuan suatu bangsa karena teknologi dapat menekan biaya produksi meingkatkan produktifitas dan mendorong tingkat efisiensi (Arifin, 2004). Sementara itu, produktivitas dimaksudkan sebagai suatu ukuran efisiensi yang berupa rasio produk dengan faktor produksi tertentu. Inovasi baru atau perubahan teknologi umumnya mampu menaikkan tingkat produksi sekaligus produktifitasnya. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa pengembangan teknologi ditujukan untuk memacu peningkatan produktivitas pertanian.

Secara umum dapat dikatakan bahwa teknologi pertanian digunakan untuk mengembangkan produksi pertanian dan mengembangkan metode pengolahan, pengangkutan, dan pendistribusian produk-produk pertanian. Perkembangan teknologi merupakan suatu elemen penting dalam upaya peningkatan daya saing melalui peningkatan produktivitas dan efisiensi. Dan untuk mencapai hal itu, teknologi industri pertanian harus melakukan inovasi teknologi yang akan mampu bersaing di pasar internasional.

Perkembangan dan pemanfaatan teknologi dalam pengembangan agribisnis saat ini berlangsung sangat cepat, namun memiliki efek bola salju. Zaman dahulu petani Amerika melakukan kegiatan pertaniannya menggunakan kuda/ kedelai, namun saat ini kegiatan dilakukan menggunakan traktor. Penggunaan traktor ini membuat para petani melakukan pekerjaan lebih berat dalam beberapa jam dibandingkan teknologi sebelumnya yang biasa menyelesaikannya dalam seminggu. Beberapa contoh perkembangan teknologi agribisnis dapat dijelaskan sebagai berikut :

(34)

• The Global Positioning System (GPS)

GPS merupakan teknologi yang menggunakan satelit agar dapat melihat lahan dan tanaman pertanian secara spesifik. GPS pada awalnya dibuat untuk sistem pertahanan Amerika, dimana sistem ini terdiri atas 24 satelit yang mengelilingi bumi dalam 24 jam dan mengorbit 10.900 mil diatas bumi. GPS pada aktivitas pertanian bermanfaat untuk memberikan gambaran komputerisasi yang akan membantu manajemen usaha tani dan meningkatkan produktivitas lahan.

GPS juga dapat membantu pelaku pertanian untuk memetakan lahan. Infrared yang ada pada GPS tersebut dapat membedakan tanaman yang sehat, menemukan titik masalah, dan mengenali gulma, dan area yang hasil berproduksi rendah. Dengan pemetaan lahan menggunakan GPS, petani mendapatkan informasi yang dapat membantu mereka membuat keputusan yang akan meningkatkan produktivitas oleh penggunaan manajemen yang baik di seluruh area lahan. Penggunaan teknologi ini tidak hanya menurunkan biaya produksi tetapi meningkatkan tingkat ketelitian yang dapat meningkatkan produktivitas, kualitas produk, dan efisiensi penggunaan bahan kimia. Ketelitian ini juga memberikan informasi spesifik mengenai tempat yang bermanfaat membantu mengurangi dampak lingkungan yang tidak diinginkan akibat aktivitas pertanian, membantu konservasi energi, serta perlindungan terhadap tanah dan air tanah.

• Rekayasa Genetik

Rekayasa genetik dilakukan dengan memasukan gen yang diinginkan pada kromosom mahkluk hidup. Rekayasa genetik ini memberikan beberapa keuntungan di bidang pertanian sebagai berikut :

1. Mentransformasi gen tunggal

Metode ini dilakukan oleh para peneliti dengan menyilangkan beberapa gen tanaman untuk menghilangkan sifat atau karakteristik yang tidak diinginkan. Dengan rekayasa genetik ini peneliti dapat mentransfer gen tunggal yang diinginkan ke gen tanaman lain tanpa

(35)

mengubah gen asal tanaman tersebut. Dengan demikian pembudidaya memperoleh varietas yang lebih variatif.

2. Mentransfer gen ke tanaman yang tidak sejenis

Dengan rekayasa genetik, transfer tidak hanya dilakukan kepada tanaman dengan jenis yang sama, melainkan bisa juga mentransfer gen tanaman yang diinginkan ke tanaman lain meskipun penerima gen tidak memiliki hubungan kekerabatan dengan tanaman donor. Contoh rekayasa genetik ini adalah transfer gen bakteri ke tanaman, gen tanaman ke bakteri, dan gen hewan ke tanaman.

3. Menciptakan hibrida dari tanaman yang tidak dapat melakukan penyerbukan silang

Contoh : tomat yang disilangkan dengan kentang 4. Menciptakan tanaman tahan penyakit

5. Menciptakan tanaman yang beracun bagi serangga tetapi tidak bagi manusia

6. Menciptakan tanaman yang tolerasi terhadap herbisida

7. Gene Splicing, dalam penerapannya, teknologi Gene Splicing

menggunakan enzim tertentu untuk memindahkan suatu gen dari posisinya dalam kromosom dan menggantikannya dengan yang lain.

Gene Splicing membiarkan peneliti untuk mengontrol langsung

perubahan genetik dengan cara yang lebih baik dan cepat.

• Pengendalian Hama Terpadu

Pengendalian Hama Terpadu adalah teknologi pengendalian hama yang didasarkan prinsip ekologis dengan menggunakan berbagai teknik pengendalian yang sesuai antara satu sama lain sehingga populasi hama dapat dipertahankan di bawah jumlah yang secara ekonomis tidak merugikan serta mempertahankan kesehatan lingkungan dan menguntungkan bagi pihak petani. Secara umum pengendalian hama terpadu tersebut digolongkan kepada lima cara yaitu: fisik dan mekanik, penggunaan varietas tahan, bercocok tanam, biologi, dan kimia.

(36)

1) Pengendalian hama dan penyakit dengan penggunaan varietas tahan Penggunaan varietas tahan merupakan usaha pengendalian hama atau penyakit yang mudah dan murah bagi petani. Penggunaan varietas tahan telah terbukti dapat mengurangi kehilangan hasil, namun penggunaan varietas tahan yang memiliki gen ketahanan yang tunggal akan memacu timbulnya biotipe dan strain atau ras-ras baru yang akan lebih berbahaya. Untuk itu dianjurkan melakukan pergiliran varietas atau melakukan penanaman varietas tanaman yang memiliki berbagai tingkat ketahanan.

2) Pengendalian hama dan penyakit dengan dilakukan secara fisik dan mekanik.Pengendalian hama atau penyakit dengan cara ini biasanya dilakukan pada usaha pertanian dalam skala kecil atau dalam rumah kawat atau rumah kaca. Pengendalian hama atau penyakit dengan fisik adalah penggunaan panas dan pengaliran udara. Sedangkan mekanik adalah usaha pengendalian dengan cara mencari jasad perusak tanaman, kemudian memusnahkannya. Cara ini dapat dilakukan dengan tangan atau menggunakan alat berupa perangkap.

3) Pengendalian hama dan penyakit dengan dilakukan dengan cara bercocok tanam Berbagai usaha dalam bercocok tanam dapat menekan perkembangan jasad pengganggu tanaman, mulai dari pengolahan tanah, jarak tanam, waktu tanam, pengaturan pengairan, pengaturan pola tanam, dan pemupukkan.

4) Pengendalian hama dan penyakit dengan secara biologi Penggunaan musuh alami serangga hama berupa predator dan parasitoid (parasit serangga hama) telah lama dilakukan, tetapi keberhasilanya belum optimal, dan pada umumnya digunakan untuk pengendalian hama, sedangkan untuk pengendalian penyakit masih belum banyak dilakukan. Pengendalian secara biologi yang bisa dilakukan oleh petani adalah :

- Menciptakan iklim mikro yang lebih mendukung pertumbuhan dan perkembangan dari musuh alami hama di lahan pertaniannya.

(37)

- Menanam tanaman dengan varietas yang tahan terhadap hama dan penyakit

- Melakukan pola bercocok tanam yang menguntungkan bagi musuh alami misalnya dengan tumpang sari, atau melakukan bera terhadap tanah garapan dan cara- cara yang lain.

- Melakukan pengendalian hama secara fisik terlebih dahulu sebelum memutuskan menggunakan pestisida.

- Pilih Pestisida alami/ Pestisida Nabati terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk menggunakan pestisida kimia, karena pestisida alami/ Pestisida nabati biasanya lebih ramah terhadap musuh alami hama, dan mematikan terhadap hamanya.

- Melakukan penyemprotan dengan menggunakan pestisida yang selektif hanya membunuh serangga hamanya saja, dan dampak pestisida tersebut berdampak negatif sedikit pada musuh alami serangga hama.

- Mengembangbiakkan musuh alami hama.

5) Pengendalian Hama dan Penyakit dengan cara Kimiawi

Penggunaan pestisida kimia untuk pengendalian hama dan penyakit sangat jelas tingkat keberhasilannya. Penggunaan pestisida kimia merupakan usaha pengendalian yang kurang bijaksana, jika tidak dikuti dengan tepat penggunaan, tepat dosis, tepat waktu, tepat sasaran, tepat jenis dan tepat konsentrasi. Keadaan ini yang sering dinyatakan sebagai penyebabkan peledakan populasi suatu hama. Karena itu penggunaan pestisida kimia dalam pengendalian hama dan patogen perlu dipertimbangkan, dengan memperhatikan tingkat serangan, ambang ekonomi, pengaruhnya terhadap lingkungan dan kesehatan manusia dan hewan.

Selain teknologi diatas, beberapa contoh perkembangan teknologi agribisnis lainnya adalah kloning, kultur jaringan, pertanian organik, pemanfaatan hormon, hidroponik dan aeroponik, teknologi manajemen elektronik dan komputer, teknologi mesin pada industri pertanian, dan lain sebagainya.

(38)

Teknologi sebagai salah satu sumberdaya produksi harus dapat digunakan secara tepat, yang meliputi jenis teknologi dan skala aplikasinya. Oleh karena itu, perlu pengelolaan teknologi yang efektif, mulai dari perencanaan teknologi, pengorganisasian teknologi, pelaksanaan aplikasi teknologi, pengawasan dan evaluasi aplikasi ternologi, dan upaya pengemdalian yang dibutuhkan. Dengan demikian aplikasi teknologi ini memerlukan penerapan fungsi-fungsi manajemen umum.

1. Perencanaan teknologi

Perencanaan pengembangan dan aplikasi teknologi agribisnis terkait dengan pemilihan jenis teknologi yang akan dikembangkan dan diaplikasikan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan teknologi antara lain 1) jenis bidang usaha dan skala usaha yang dijalankan, 2) kemampuan pembiayaan pengembangan dan aplikasi teknologi, 3) kemampuan sumberdaya manusia, 4) skala usaha dan tingkat persaingan, 5) budaya, adat, dan kebiasaan masyarakat, dan 6) kriteria produksi.

2. Pengorganisasian Teknologi

Pengorganisasian teknologi terkait pengorganisasian sumberdaya yang diperlukan dan mengalokasikannya secara tepat dan efisien. Teknologi yang akan diaplikasikan ini harus diorganisasikan dengan baik sehingga tidak terjadi kesalahan-kesalahan (alokasi, penempatan) yang dapat menyebabkan ketidakefisienan.

3. Pelaksanaan Penerapan Teknologi

Pelaksanaan ini dimulai dari pengembangan sampai penggunaan teknologi dalam produksi/ operasi perusahaan.

4. Pengawasan, Evaluasi, dan Pengendalian

Pengawasan dan evaluasi teknologi berfungsi untuk menilai perlu/ tidaknya diadakan penyesuaian-penyesuaian untuk melihat penyimpangan dan kesalahan operasi supaya dapat segera dilakukan pengendalian. Pengawasan

(39)

bersifat dilakukan secara terus menerus dalam berbagai aspek, sedangkan evaluasi dilakukan secara berkala.

LATIHAN

Untuk memantapkan pemahaman Anda tentang Ruang Lingkup Sistem Agribisnis, coba Anda uraikan pertanyaan latihan berikut ini.

1. Jelaskan secara singkat perkembangan pertanian dan agribisnis yang ada di Indonesia

2. Gambarkan dan jelaskan mengenai ruang lingkup agribisnis

3. Sebutkan produk pertanian apa saja yang terkandung dalam sebuah pizza, identifikasi dan jelaskan industri apa saja yang terlibat dalam pembuatan sepotong pizza tersebut.

4. Sebutkan kemungkinan contoh pendekatan-pendekatan sistem lain yang dapat dipraktikan kedalam membuat strategi pengembangan agribisnis (minimal 2 pendekatan). Jelaskan alasan anda!

5. Sebutkan dan jelaskan contoh pengembangan teknologi terbaru yang berkaitan dengan input dan output agribisnis.

6. Mengapa efisiensi produksi pertanian sangat penting. Jelaskan pendapat anda.

7. Jelaskan pengaruh GDP (Gross Domestic Product) terhadap industri pertanian.

(40)

TES FORMATIF

Petunjuk : Jawablah pertanyaan di bawah ini!

1. Pertanian sering juga digambarkan dengan ..., ...., ..., atau ..., ..., ... 2. Sebutkan dua macam aktivitas yang dilakukan manusia sebelum

menemukan sistem pertanian!

3. Sebutkan tiga macam perkembangan pertanian yang terjadi selama revolusi pertanian dan industri!

4. Sebutkan lima contoh perkembangan pertanian yang terjadi pada saat ini! 5. Apakah yang dimaksud dengan agribisnis?

6. Berilah contoh masing-masing tiga pelaku usaha/ industri yang terkait pada input dan output agribisnis!

7. Sebutkan 12 contoh output dalam agribisnis!

8. Apakah yang dimaksud dengan sistem dalam agribisnis? 9. Apakah peranan pendekatan sistem dalam agribisnis?

10.Sebutkan fungsi-fungsi manajemen umum apa saja yang biasa diterapkan dalam manajemen teknologi agribisnis!

(41)

Modul

AGROINPUT AGRIBISNIS

2

TIPE AGROINPUT AGRIBISNIS

Input agribisnis mencakup produk-produk yang dipasok untuk produksi pertanian (Ricketts and Rawlins, 2001). Input agribisnis terbagi menjadi dua yaitu, input utama dan input penunjang. Input agribisnis dibagi menjadi tiga tipe yaitu:

1. Input utama agribisnis, terdiri atas pupuk, obat-obatan kimia (pestisida), serta alat dan mesin pertanian.

2. Input penunjang, seperti solar, bensin, oli motor, transmisi dan oli hidrolik dibutuhkan untuk menjaga traktor, truk, dan mesin pertanian tetap berfungsi; bibit dan kapur dibutuhkan oleh produsen tanaman; dokter hewan dibutuhkan untuk menjaga kesehatan hewan ternak; keranjang, tas, karung, krat dibutuhkan dalam pengemasan dan pengangkutan; kayu dan bangunan dibutuhkan sebagai tempat berlindung manusia, ternak, dan tanaman.

3. Input yang sering terabaikan fungsinya, seperti besi dan baja yang sewaktu-waktu dibutuhkan untuk pemeliharaan bangunan pertanian; benih, tanaman, dan pohon dibutuhkan untuk tanaman dan produksi hutan; keperluan lain seperti listrik, air, gas, telepon; kredit, asuransi, dan pelayanan jasa pemerintah dan swasta.

(42)

Pupuk

Pupuk merupakan bahan organik atau anorganik, alami atau sintetis, yang menyuplai tanaman dengan nutrisi untuk pertumbuhan tanaman. Pupuk dikenal dengan istilah pupuk makro dan mikro. Pupuk komersil biasanya dibuat dengan menggabungkan bahan makanan tanaman tertentu untuk memperoleh perbandingan spesifik dan jumlah nutrien tanaman. Tiga nutrien utama yang dibutuhkan tanaman adalah Nitrogen, Fosfor, dan Kalium. Untuk menjadi pupuk, ketiga elemen utama ini biasanya digabungkan dengan zat lain. Berdasarkan unsur hara yang dikandungnya, kelompok pupuk terbagi menjadi tiga sebagai berikut :

1. Pupuk tunggal adalah pupuk yang hanya mengandung satu jenis unsur hara, misal urea (45%), TSP (45% P2O5), SP-36 (36% P2O5), ZK (50% K2O) dan

sebagainya;

2. Pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara, misal pupuk NPK, NP, PK, NK, dan sebagainya;

3. Pupuk majemuk lengkap adalah pupuk yang mengandung unsur hara secara lengkap baik unsur hara makro maupun unsur hara mikro.

Pestisida

Keberadaan pestisida ini muncul di pertengahan abad 19 pada saat manusia mulai terganggu akibat persaingan dengan serangga dan hewan lain terhadap buah dan tanaman mereka. Selain itu gangguan juga muncul persaingan antara tanaman dengan tanaman lain yang tidak diinginkan. Oleh karena keberhasilan penemuan di bidang biologi dan kimia, kini alang-alang, serangga, dan penyakit dapat ditangani dengan obat-obatan kimia sintetis.

Pestisida terbagi menjadi tiga tipe utama yaitu herbisida, insektisida, dan fungisida. Pestisida kemudian dibagi lagi menjadi tiga yaitu fumigants, defoliants,

Gambar

Gambar 1. Sistem Agribisnis dan Lembaga Penunjangnya (Soehardjo, 1997)  Sistem agribisnis akan berfungsi baik apabila tidak ada gangguan pada salah satu  subsistem  (Gambar  1)
Gambar 3. Gambaran Besar Agribisnis (Ricketts and Rawlins, 2001)  Output Perusahaan Agribisnis Impor  Petani Susu  Ternak Unggas Hewan lainnya Tanaman  Hutan Benih/ bibit Buah dan Sayur Tanaman lainnya
Gambar 4. Model Sistem sederhana
Gambar 5. Model Dinamik “transparent box”
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ini dibuktikan dengan staf pengelola obat di puskesmas belum memahami cara merencanakan kebutuhan obat yang tepat, staf pengelola obat belum pernah mengikuti

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kinerja keuangan, pertumbuhan potensial, ukuran perusahaan, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional dan cash

Identifikasi permasalahan dan kebutuhan yang dilakukan di Lapas Anak Blitar menunjukkan masih begitu banyaknya pelanggaran atas hak anak dengan perlakuan yang tidak berpihak

Dalam kaitannya dengan pendidikan anak dalam Islam, maka tugas dan tanggung jawab orang tuayang paling utama dan terutama adalah mendidik, memelihara dan membina anak

harus valid, reliable, fleksibel, dan adil. Empat prinsip asesmen adalah sangat penting untuk mencapai asesmen yang efektif dalam sistem sertifikasi kompetensi serta

Pada pengujian ini digunakan metode difusi kertas cakram, kertas cakram dicelupkan ke dalam ekstrak daun sirih merah steril selama 15 menit kemudian dikeringkan

penggunaan suatu produk tertentu.  Periklanan dapat menambah nilai yang lebih positip terhadap produk dan gengsi serta derajat konsumen kalau konsumen selalu

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Kuasa, karena atas rahmat dan karunianya kami dapat menyelesaikan Kajian Fiskal Regional Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016