SKRIPSI
OLEH
HARRY SIHOTANG NIM : 131000637
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2017
PUSKESMAS KECUPAK KABUPATEN PAKPAK BHARAT
Skripsi ini diajukan sebagai Salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat
OLEH
HARRY SIHOTANG NIM : 131000637
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2017
KABUPATEN PAKPAK BHARAT” ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Medan, Agustus 2017 Yang Membuat Pernyataan,
tidak sesuai dengan kebutuhan sesungguhnya. Ini menyebabkan adanya kesenjangan antara permintaan obat puskesmas dengan obat yang diadakan oleh dinas kesehatan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses perencanaan obat di Puskesmas Kecupak. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode wawancara mendalam terhadap 4 informan yang terdiri dari Pejabat Pembuat Komitmen Dinas Kesehatan Kabupaten Pakpak Bharat, Kepala Puskesmas Kecupak, Kepala Bagian Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Pakpak Bharat dan Staf Pengelola Obat Puskesmas Kecupak. Analisa data dengan metode Miles dan Huberman.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses perencanaan obat belum sesuai dengan kebutuhan riil Puskesmas Kecupak. Ini dibuktikan dengan staf pengelola obat di puskesmas belum memahami cara merencanakan kebutuhan obat yang tepat, staf pengelola obat belum pernah mengikuti pelatihan mengenai proses perencanaan obat, pengelola obat di puskesmas tidak mengetahui metode analisis perencanaan obat, data-data yang diperlukan dalam membuat perencanaan obat belum digunakan secara maksimal. Penentuan jenis obat berdasarkan Formularium nasional dan e-katalog masih terdapat kendala karena tidak semua jenis obat yang dibutuhkan terdapat di daftar e-katalog.
Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Pakpak Bharat untuk tetap melakukan pengawasan terhadap puskesmas dan meningkatkan pembinaan dan pelatihan kepada staf pengelola obat di puskesmas. Kepada Puskesmas Kecupak untuk memberikan berbagai pelatihan manajemen logistik farmasi kepada petugas pengelola obat khususnya pada perencanaan obat. Kepada staf pengelola obat di Puskesmas Kecupak agar membekali diri dengan pengetahuan dan keterampilan didalam merencakan obat serta mengikuti pelatihan manajemen proses perencanaan obat.
Drugs planning is the process of drugs and healthcare supplies selection activities to determine the type and quantity of drugs which aim to meet the needs of drugs at puskesmas. The drugs needs planning in the Puskesmas Kecupak was not corresponding to the real needs. This mismatch leading to the existence of gap between the demands for drugs in puskesmas with provided drugs by the Health Office.
The aim of this study is to discover the drugs planning process in Puskesmas Kecupak. This study is a qualitative study with an in-depth interview method with 4 informants, consisting of Decision Makers Officials of the Pakpak Bharat District’s Health Office, the Chief of Puskesmas Kecupak, Pharmacy’s Chief Division of the Pakpak Bharat District’s Health Office and drugs administrator staff of Puskesmas Kecupak. The data analyzed by Miles and Huberman methods.
The study results showed that the drug planning process is not correspond the real needs of Puskesmas Kecupak. This is proofed through the lack of understanding of drugs administrator staff in how to accurately plan the needs of drugs, drugs administrator staff was never joining a training of drugs planning process, the drugs administrator staff was not understanding drugs planning analysis method, required data to create a drugs planning was not used to its full potential. The determination of the types of drugs based on national formulary and e-catalogue are still constrained because not all the required types of drugs can be found at e-catalogs.
Based on the study results, it is expected to the Pakpak Bharat District’s Health Office to constantly supervise the puskesmas and improving coaching and training to the drugs administrator staff in Puskesmas Kecupak and also to Puskesmas Kecupak to provide a wide range of pharmaceutical logistics management training to the drugs administrator staff on planning remedy. To the drugs administrator staff in Puskesmas Kecupak it’s expected to keep equip themselves with knowledges and skills in drugs planning and join the training of drugs planning management process.
Puskesmas Kecupak Kabupaten Pakpak Bharat” dapat terselesaikan. Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kesehatan
Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.
Dalam penulisan skripsi ini, begitu banyak orang-orang yang telah
memberikan bantuan, dukungan, motivasi, dan doa. Oleh karena itu, pada kesempatan
ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H, M.Hum sebagai Rektor Universitas Sumatera
Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si sebagai Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
3. dr. Rusmalawaty, M.Kes sebagai Dosen Pembimbing I dan Ketua Penguji, terima
kasih atas bimbingan dan dukungan Ibu kepada penulis selama penulisan skripsi.
4. dr. Fauzi, SKM sebagai Dosen Pembimbing II dan Anggota Penguji, terima kasih
atas bimbingan dan dukungan Bapak kepada penulis selama penulisan skripsi.
5. Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes sebagai Dosen Penguji I dan Kepala Departemen
Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, terima kasih atas bimbingan dan
dukungan Bapak kepada penulis selama penulisan skripsi.
7. dr. Wirsal Hasan, MPH sebagai Dosen Penasehat Akademik selama penulis
menjalani perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara.
8. Seluruh Dosen Departemen AKK, seluruh Dosen dan Staf FKM USU yang telah
memberikan ilmu, bimbingan serta dukungan moral kepada penulis selama
mengikuti perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat USU.
9. Dinas Kesehatan Kabupaten Pakpak Bharat dan Puskesmas Kecupak Kabupaten
Pakpak Bharat yang telah memberikan izin dan membantu penulis dalam
melakukan penelitian ini.
10. Dengan penuh rasa hormat dan ucapan terimakasih sedalam-dalamnya penulis
mempersembahkan skripsi ini kepada orang tua terkasih Bapak Parniatan
Sihotang dan Ibu Marli Simbolon beserta keluarga yang telah memberikan
bantuan, motivasi, dan perhatian kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam penulisan skripsi ini,
baik dari segi isi maupun bahasa. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir
kata, penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Oktober 2017 Penulis
ABSTRAK ... iii
ABSTRACT ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah... 9
1.3 Tujuan Penelitian... 9
1.4 Manfaat Penelitian... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11
2.1 Perencanaan ... 11
2.1.1 Pengertian Perencanaan... 11
2.1.2 Tujuan Perencanaan ... 12
2.1.3 Ciri-ciri Perencanaan ... 13
2.1.4 Jenis Perencanaan ... 14
2.2 Perencanaan Persediaan Obat... 15
2.2.1 Pengertian dan Tujuan Perencanaan Obat ... 15
2.2.2 Tahapan-tahapan Perencanaan Obat ... 16
2.2.2.1 Tahap Pemilihan Obat ... 16
2.2.2.2 Tahap Komplikasi Pemakaian Obat ... 17
2.2.2.3 Tahap Perhitungan Kebutuhan Obat ... 17
2.2.2.4 Tahap Proyeksi Kebutuhan Obat ... 26
2.3 Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) ... 27
2.3.1 Pengertian Puskesmas ... 27
2.3.1.1 Pengertian Upaya Kesehatan Masyarakat dan Upaya Kesehatan Perorangan ... 27
2.3.2 Tugas, Fungsi dan Wewenang Puskesmas ... 28
2.3.3 Tujuan Puskesmas... 30
2.4.2 Pelayanan, Penyediaan dan Penggunaan Obat ... 31
2.4.2.1 Pelayanan Obat ... 31
2.4.2.2 Penyediaan Obat ... 32
2.4.2.3 Penggunaan Obat di Luar Formularium Nasional ... 32
2.5 Kerangka Berpikir ... 33
BAB III METODE PENELITIAN ... 35
3.1 Jenis Penelitian ... 35
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 35
3.2.1 Tempat Penelitian ... 35
3.2.2 Waktu Penelitian ... 35
3.3 Informan Penelitian ... 35
3.4 Metode Pengumpulan Data ... 36
3.4.1 Data Primer ... 36
3.4.2 Data Sekunder ... 36
3.5 Triangulasi ... 36
3.6 Metode Analisis Data ... 36
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 38
4.1 Gambaran Umum Puskesmas Kecupak ... 38
4.2 Karateristik Informan ... 40
4.3 Data ... 40
4.4 Menghitung Pemakaian Nyata Pertahun ... 42
4.5 Menghitung Pemakaian Rata-rata Satu Bulan ... 42
4.6 Menghitung Kekurangan Obat ... 42
4.7 Menghitung Obat yang Sesungguhnya (Riil) ... 42
4.8 Menghitung Kebutuhan Obat Tahun yang Akan Datang ... 43
4.9 Menghitung Kebutuhan Leadtime ... 43
4.10 Menentukan Stok Pengaman (Buffer Stock) ... 43
4.11 Menghitung Jumlah Obat yang Akan Diprogramkan Ditahun yang Akan Datang ... 43
4.12 Menghitung Jumlah Obat yang Akan Dianggarkan... 44
4.13 Penentuan Jenis Obat Berdasarkan E-Katalog dan Formularium Nasional ... 44
4.14 Penentuan Jumlah Obat ... 46
BAB V PEMBAHASAN ... 48
6.1.1 Masukan ... 58
6.1.2 Proses Perencanaan ... 58
6.2 Saran ... 58
DAFTAR PUSTAKA ... 58
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Kecupak
tahun 2015 ... 38 Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur
di Wilayah Kerja Puskesmas Kecupak tahun 2015. ... 38 Tabel 4.3 Data Tenaga Kesehatan di Puskesmas Kecupak tahun 2015. ... 39 Tabel 4.4 Karateristik Informan. ... 40
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Pedoman Wawancara ... 63
Lampiran 2. Hasil Wawancara ... 69
Lampiran 3. Surat Permohonan Izin Penelitian ... 79
Lampiran 4. Surat Selesai Penelitian ... 80
Kecamatan Payakumbuh Barat Kota Payakumbuh Provinsi Sumatera Barat Kode Pos
26229. Penulis merupakan anak tunggal dari pasangan Ayahanda Parniatan Sihotang
dan Ibunda Marli Simbolon.
Pendidikan formal penulis dimulai di Sekolah Taman Kanak-kanak Pius Kota
Payakumbuh pada tahun 1999 dan selesai pada tahun 2000, Sekolah Dasar Pius Kota
Payakumbuh pada tahun 2000 dan selesai pada tahun 2006, Sekolah Menengah
Pertama Fidelis Kota Payakumbuh pada tahun 2006 dan selesai pada tahun 2009,
Sekolah Menengah Atas Negeri No. 1 Kota Payakumbuh pada tahun 2009 dan selesai
pada tahun 2012, pada tahun 2013 melanjutkan pendidikan S1 di Universitas
Sumatera Utara Fakultas Kesehatan Masyarakat Peminatan Administrasi dan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan
nasional. Menurut Undang-Undang No.36 tahun 2009 pembangunan kesehatan
adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa Indonesia yang
bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat
bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang
produktif secara sosial dan ekonomis. Ini ditandai dengan diterbitkan
Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dan Badan Penyelenggaraan
Jaminan Sosial (BPJS) yang mengamanatkan kepada pemerintah dan komunitas
kesehatan untuk dapat menyediakan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata
dan terjangkau bagi seluruh masyarakat. Pemerintah juga harus dapat menjamin
tersedianya pelayanan kesehatan sampai ke daerah terpencil dan penduduk miskin
(Kemenkes, 2013).
Program pembangunan kesehatan nasional mencakup lima aspek Pelayanan
Kesehatan Dasar (PKD) yaitu bidang : Promosi Kesehatan, Kesehatan
Lingkungan, Kesehatan Ibu dan Anak termasuk Keluarga Berencana,
Pemberantasan Penyakit Menular dan Pengobatan. Dalam melaksanakan
Pelayanan Kesehatan dasar khususnya bidang pengobatan, ketersediaan obat perlu
dikelola dengan baik dalam organisasi pelayanan kesehatan di masing-masing
Pembangunan kesehatan di era Otonomi Daerah (OTDA) telah menjadi
tanggung jawab Pemerintah Daerah (Kabupaten/Kota) dan daerah harus bisa
mengatur sendiri, termasuk memenuhi kebutuhan obat. Upaya untuk memenuhi
kebutuhan obat diperlukan pengelolaan dan perencanaan yang baik (Kepmenkes
RI No. 1426 tahun 2002).
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan tingkat pertama,
dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya
(Permenkes RI No. 75 tahun 2014). Puskesmas juga bertanggungjawab dalam
pengelolaan obat. Manajemen pengelolaan obat merupakan salah satu aspek
penting di Puskesmas, karena ketidakefisienan akan memberikan dampak negatif
terhadap biaya operasional Puskesmas itu sendiri, sedangkan ketersediaan obat
setiap saat menjadi tuntutan dalam pelayanan kesehatan dan hal ini merupakan
indikator kinerja Puskesmas secara keseluruhan. Tujuan manajemen obat adalah
tersedianya obat setiap saat dibutuhkan baik mengenai jenis, jumlah maupun
kualitas secara efektif dan efisien, tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada
perorangan.
Perencanaan obat merupakan suatu proses kegiatan seleksi obat dan
perbekalan kesehatan untuk menentukan jenis dan jumlah obat dalam rangka
pemenuhan kebutuhan obat di Puskesmas. Perencanaan kebutuhan obat untuk
Puskesmas setiap periode dilaksanakan oleh pengelola obat dan perbekalan
Tujuan perencanaan adalah untuk menetapkan jenis, jumlah obat dan
perbekalan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan kesehatan dasar.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk mencapai tujuan perencanaan
obat, yaitu : (a) mengenal dengan jelas rencana jangka panjang apakah program
dapat mencapai tujuan dan sasaran, (b) persyaratan barang meliputi : kualitas
barang, fungsi barang, pemakaian satu merk dan untuk jenis obat narkotika harus
mengikuti peraturan yang berlaku, (c) kecepatan dan jumlah peredaran barang, (d)
pertimbangan anggaran dan prioritas.
Manfaat perencanaan obat terpadu : (1) menghindari tumpang tindih
penggunaan anggaran, (2) keterpaduan dalam evaluasi, (3) kesamaan persepsi
antara pemakai obat dan penyedia anggaran, (4) estimasi kebutuhan obat lebih
tepat, (5) koordinasi antara penyedia anggaran dan penyedia obat, dan (6)
pemanfaatan dana pengadaan obat dapat lebih optimal.
Metode yang biasa digunakan dalam perhitungan kebutuhan obat, yaitu : (1)
Metode konsumsi yaitu secara umum metode konsumsi menggunakan konsumsi
obat individual dalam meproyeksikan kebutuhan yang akan datang berdasarkan
analisa data konsumsi obat tahun sebelumnya, (2) Metode morbiditas yaitu
memperkirakan kebutuhan obat berdasarkan jumlah kebutuhan pasien, kejadian
penyakit yang umum, dan pola perawatan standar dari penyakit yang ada, (3)
Metode penyesuaian konsumsi yaitu metode ini menggunakan data pada insiden
penyakit, konsumsi penggunaan obat. Sistem perencanaan didapat dengan
mengekstrapolasi nilai konsumsi dan untuk mencapai target sistem suplai
(4) Metode proyeksi tingkat pelayanan dari keperluan anggaran yaitu metode ini
digunakan untuk menaksir keuangan keperluan pengadaan obat berdasarkan biaya
per pasien yang diobati setiap macam-macam level dalam sistem kesehatan yang
sama.
Penyelenggaraan Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas minimal harus
dilaksanakan oleh 1 (satu) orang tenaga Apoteker sebagai penanggung jawab,
yang dapat dibantu oleh Tenaga Teknis Kefarmasian sesuai kebutuhan. Jumlah
kebutuhan Apoteker di Puskesmas dihitung berdasarkan rasio kunjungan pasien,
baik rawat inap maupun rawat jalan serta memperhatikan pengembangan
Puskesmas. Rasio untuk menentukan jumlah Apoteker di Puskesmas adalah 1
(satu) Apoteker untuk 50 (lima puluh) pasien perhari. Semua tenaga kefarmasian
harus memiliki surat tanda registrasi dan surat izin praktik untuk melaksanakan
Pelayanan Kefarmasian di fasilitas pelayanan kesehatan termasuk Puskesmas,
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan (Permenkes 30 tahun 2014).
Menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2014
dalam rangka penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) diperlukan
dukungan dana untuk operasional pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh
fasilitas kesehatan. Dana kapitasi JKN di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
(FKTP) dimanfaatkan tidak seluruhnya untuk jasa pelayanan kesehatan dan
dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan. Jasa pelayanan kesehatan
meliputi jasa pelayanan kesehatan perorangan yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan dan tenaga non kesehatan. Dukungan biaya operasional pelayanan
dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan lainnya. Jasa pelayanan
kesehatan di FKTP ditetapkan sekurang-kurangnya 60% (enam puluh persen) dari
total penerimaan dana kapitasi JKN, dan sisanya dimanfaatkan untuk dukungan
biaya operasional pelayanan kesehatan (Permenkes 21 tahun 2016).
Puskesmas Kecupak terletak di Desa Kecupak I Kecamatan
Pargetteng-getteng Sengkut (PGGS) Kabupaten Pakpak Bharat Provinsi Sumatera Utara.
Puskesmas Kecupak memiliki satu orang tenaga farmasi dikarenakan jumlah
pasien dibawah 50 (limapuluh) per harinya.
Alur perencanaan obat di Puskesmas Kecupak yaitu petugas obat di
Puskesmas Pembantu (Pustu) dan Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) mengisi
lembar Rencana Kebutuhan Obat (RKO) Pustu dan Poskesdes, kemudian
menyerahkannya kepada pengelola obat di Puskesmas untuk dikompilasi dengan
lembar RKO di Puskesmas. Pengelola obat masing-masing Puskesmas dan
petugas Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Instalasi Farmasi serta Dinas
Kesehatan mengadakan Rapat Perencanaan Obat Terpadu (POT) yang membahas
mengenai kebutuhan obat di Puskesmas dan ketersediaannya di UPTD Instalasi
Farmasi. Setelah rapat selesai petugas UPTD Instalasi Farmasi melakukan
rekapitulasi RKO Puskesmas dengan melihat ketersediaan obat di UPTD Instalasi
Farmasi, sehingga diperoleh daftar obat-obatan dan perbekalan kesehatan yang
akan diadakan. Daftar tersebut diserahkan kepada Kepala Dinas Kesehatan untuk
selanjutnya memerintahkan Pejabat Pembuat Komitmen (PKK) menindaklanjuti
Perencanaan obat di Puskesmas Kecupak dilakukan untuk menentukan jenis
dan jumlah kebutuhan obat. Puskesmas tersebut dalam tahap perencanaan obat
melakukan pengamatan terhadap kebutuhan obat bulan sebelumnya yang terdapat
di Lembar Permintaan dan Lembar Pemakaian Obat (LPLPO). Perencanaan
kebutuhan obat yang akan datang berdasarkan banyaknya jumlah pasien per tahun
dengan keluhan penyakit tertentu, maka diketahui jenis obat apa yang banyak
digunakan untuk mengatasi keluhan tersebut dan berapa banyak jumlah obat yang
dibutuhkan. Penentuan jenis obat dan jumlah obat yang digunakan juga dilihat
berdasarkan jenis penyakit yang dominan dan jenis pelayanan apa yang banyak
dilakukan dalam kegiatan pelayanan perawatan dan pengobatan. Sebelum
melakukan permintaan obat, terlebih dahulu dilakukan pembuatan Lembar
Permintaan dan Lembar Pemakaian Obat (LPLPO) yang akan diusulkan ke Dinas
Kesehatan untuk melakukan pengadaan obat yang telah ditentukan. Obat yang
sering digunakan akan menjadi prioritas untuk diusulkan oleh puskesmas ke Dinas
Kesehatan. Permintaan obat dilaksanakan secara berkala setiap periode kebutuhan
yaitu dalam setahun empat kali yakni setiap tiga bulan.
Pengadaan obat di Puskesmas Kecupak dalam rangka pelaksanaan JKN
yang mulai berlaku 1 Januari 2014 perlu disusun daftar obat berdasarkan
Formularium Nasional (Fornas) yaitu daftar obat terpilih yang dibutuhkan sesuai
dengan daftar e-katalog dengan prosedur e-purchasing dan harus tersedia di
fasilitas pelayanan kesehatan sebagai acuan dalam pelaksanaan JKN. Proses
peraturan perundang-undangan yang ada, yaitu melalui perencanaan, pemesanan
ke distributor, penerimaan, dan distribusi ke unit layanan.
Berdasarkan survey awal yang dilakukan, diasumsikan bahwa perencanaan
obat yang dilakukan di Puskesmas Kecupak belum berjalan dengan baik. Hal ini
diakibatkan oleh beberapa faktor. Tidak adanya petugas farmasi di Pustu dan
Poskesdes mengakibatkan petugas farmasi yang ada di Puskesmas melakukan
perekapan semua laporan sendiri. Terlambatnya pelaporan juga diakibatkan oleh
jumlah pasien yang tidak mementu di Pustu dan Poskesdes serta di Puskesmas.
Sehingga petugas farmasi yang ada di Puskesmas sering melakukan perencanaan
secara perkiraan mengenai obat apa saja yang dibutuhkan.
Puskesmas Kecupak juga sering menggunakan metode konsumsi dalam
melakukan perencanaan kebutuhan obat. Metode konsumsi adalah perencanaan
kebutuhan obat yang dilakukan berdasarkan pemakaian obat yang ada diperiode
sebelumnya. Petugas farmasi Puskesmas Kecupak juga merencanakan kebutuhan
obat dengan melihat stok obat yang sudah menipis dalam kartu stok dan masa
expired yang sudah dekat, sehingga terkadang tidak semua obat yang dibutuhkan
dapat direkap secara sempurna. Perencanaan kebutuhan obat yang menggunakan
metode konsumsi mengakibatkan tidak semua kebutuhan obat terekap dan
terkadang juga ada stok obat yang berlebih dan terkadang juga tidak tersedia.
Kelebihan obat juga terjadi di Puskesmas Kecupak, ini dibuktikan dengan adanya
persediaan obat untuk penyakit yang jarang ditemukan dan banyaknya obat yang
Di Puskesmas Kecupak pun sering terjadi kekosongan stok obat sehingga
terkadang pasien dianjurkan untuk membeli obat ke apotek/toko obat terdekat.
Terkadang tenaga farmasi Puskesmas Kecupak juga mengganti jenis obat jika
terjadi kekosongan. Contohnya, jika terjadi kekosongan paracetamol sirup untuk
anak-anak maka diganti dengan tablet yang sudah dipulpis agar mudah diberikan
kepada anak-anak.
Penelitian Djuna (2013) tentang studi manejemen pengelolaan obat di
Puskesmas Labakkang Kabupaten Pangkep menyatakan bahwa terjadi kekurangan
obat dan obat yang tidak terealisasi untuk kebutuhan tahun berikutnya. Petugas
apoteker biasanya mengeluh dengan masalah permintaan obat yang kadang tidak
sesuai dengan obat yang datang.
Penelitian Hartono (2007) tentang analisis proses perencanaan kebutuhan
obat publik untuk Pelayanan Kesehatan Dasar (PKD) di Puskesmas Sewilayah
Kerja Dinas Kota Tasikmalaya menyatakan bahwa terdapat permintaan beberapa
jenis obat tertentu tidak sesuai dengan usulan yang diajukan sebelumnya.
Disamping itu terdapat jenis obat tertentu dalam jumlah berlebih, namun di sisi
lain terdapat jenis obat mengalami kekurangan. Hal ini menunjukkan bahwa
proses perencanaan kebutuhan obat di tingkat Puskesmas tidak sesuai dengan
kebutuhan sebenarnya.
Penelitian Athijah (2010) perencanaan dan pengadaan obat di Puskesmas
Surabaya Timur dan Selatan menyatakan bahwa kurang lebih 80% puskesmas
sesungguhnya, sehingga terdapat stok obat yang berlebih tapi di lain pihak
terdapat stok obat yang kosong.
Dari permasalahan tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Analisis Perencanaan Obat dalam JKN pada UPT Puskesmas Kecupak Kabupaten Pakpak Bharat”
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas yang menjadi permasalahan dalam
penelitian ini adalah :
1. Bagaimana ketesediaan sumber daya dalam perencanaan obat di Puskesmas
Kecupak Kabupaten Pakpak Bharat : data.
2. Bagaimana proses perencanaan obat di Puskesmas Kecupak Kabupaten
Pakpak Bharat : penentuan jenis obat berdasarkan fornas dan e-katalog dan
penentuan jumlah obat.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk menganalisis perencanaan obat di Puskesmas Kecupak Kabupaten
Pakpak Bharat.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk menjelaskan ketesediaan sumber daya dalam perencanaan obat di
Puskesmas Kecupak Kabupaten Pakpak Bharat : data.
2. Untuk menjelaskan proses perencanaan obat di Puskesmas Kecupak
Kabupaten Pakpak Bharat : penentuan jenis obat berdasarkan fornas dan
1.4 Manfaat
1. Bagi Puskesmas Kecupak sebagai masukan dalam perencanaan pengadaan
obat dalam rangka peningkatan efisiensi.
2. Bagi instansi pemerintahan khususnya BPJS dalam pengembangan cara dan
metode dalam pembuatan kebijakan untuk menyempurnakan serta
mengoptimalkan pelayanan kesehatan dalam rangka pengadaan obat dengan
e-katalog.
3. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya tentang pengadaan
persediaan obat di bidang ilmu administrasi dan kebijakan kesehatan serta
dalam penemuan metodologi baru dalam lingkup ilmu kesehatan
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perencanaan
2.1.1 Pengertian Perencanaan
Perencanaan adalah suatu proses penyusunan secara sistematis mengenai
kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan, untuk mengatasi masalah-masalah yang
dihadapi dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Depkes, 1990).
Sedangkan menurut Siagian (1996), perencanaan adalah keseluruhan proses
pemikiran dan penentuan secara matang pada hal-hal yang akan datang dalam
rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan.
Menurut Azwar (1996), pengertian perencanaan mempunyai banyak
macamnya, akan tetapi yang menurutnya dianggap penting antara lain
dikemukakan oleh:
a. Billy E. Goetz, yang mengemukakan bahwa Perencanaan adalah kemampuan
untuk memilih dari berbagai kemungkinan yang tersedia dan yang dipandang
paling tepat untuk mencapai tujuan.
b. Drucker, mengemukakan bahwa Perencanaan adalah suatu proses kerja yang
terus menerus yang meliputi pengambilan keputusan yang bersifat pokok dan
penting dan yang akan dilaksanakan secara sistematik, melakukan
perkiraan-perkiraan dengan mempergunakan segala pengetahuan yang ada tentang masa
depan, mengorganisir secara sistematik segala upaya yang dipandang perlu
untuk melaksanakan segala keputusan yang telah ditetapkan, serta mengukur
hasil yang dicapai terhadap target yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan
umpan balik yang diterima dan yang telah disusun secara teratur dan baik.
c. Sedangkan menurut Levey dan Loomba, Perencanaan adalah suatu proses
menganalisis dan memahami sistem yang dianut, merumuskan tujuan umum
dan tujuan khusus yang ingin dicapai, memperkirakan segala kemampuan
yang dimiliki, menguraikan segala kemungkinan yang dapat dilakukan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, menganalisis efektivitas dari berbagai
kemungkinan tersebut, menyusun perincian selengkapnya dari kemungkinan
yang terpilih, serta mengikatnya dalam suatu sistem pengawasan yang terus
menerus sehingga dapat dicapai hubungan yang optimal antara rencana yang
dihasilkan dengan sistem yang dianut.
2.1.2 Tujuan Perencanaan
Adapun tujuan perencanaan menurut Azwar (1998), antara lain :
a. Membantu para pelaksana dalam melaksanakan program dengan perencanaan
yang baik maka setiap pelaksana akan memahami rencana tersebut dan akan
merangsang para pelaksana untuk dapat melakukan beban tugas
masing-masing dengan sebaik-baiknya.
b. Membantu para pelaksana untuk membuat perencanaan pada masa depan,jadi
hasil yang diperoleh dari suatu pekerjaan perencanaan pada saat ini dapat
dimanfaatkan sebagai pedoman untuk menyusun rencana kerja pada masa
depan dan demikian seterusnya.
c. Sebagai upaya pengaturan baik dalam bidang waktu, tenaga pelaksana, sarana,
perencanaan yang baik akan menghindari kemungkinan terjadinya duplikasi,
bentrokan ataupun penghamburan dan penyia-nyiaan dari setiap program kerja
ataupun aktivitas yang dilakukan, jadi pemanfaatan dari sumber data dan tata
cara yang dipunyai dapat diatur secara lebih efisien dan efektif.
d. Untuk memperoleh dukungan baik berupa dukungan legislatif (melalui
peraturan ataupun perundang-undangan), dapat berupa dukungan moril
(persetujuan masyarakat), ataupun dukungan materiil dan finansial (biasanya
dari para sponsor).
2.1.3 Ciri-ciri Perencanaan
Menurut Levey dan Loomba di dalam Azwar (1996), suatu perencanaan
yang baik adalah yang mempunyai kriteria antara lain sebagai berikut :
a. Perencanaan harus mempunyai tujuan yang jelas.
b. Perencanaan harus mengandung uraian yang lengkap tentang segala
aktivitas yang akan dilaksanakan, yang dibedakan pula atas aktivitas pokok
serta aktivitas tambahan.
c. Perencanaan harus dapat menguraikan pula jangka waktu pelaksanaan setiap
aktivitas ataupun keseluruhan aktivitas yang akan dilaksanakan. Suatu
rencana yang baik, hendaknya berorientasi pada masa depan bukan
sebaliknya.
d. Perencanaan harus dapat menguraikan macam organisasi yang dipandang
tepat untuk melaksanakan aktvitas-aktivitas yang telah disusun. Dalam
organisasi tersebut harus dijelaskan pula pembagian tugas masing-masing
e. Perencanaan harus mencantumkan segala hal yang dipandang perlu untuk
melaksanakan aktivitas-aktivitas yang telah disusun, seperti macam tenaga
pelaksananya, besarnya dana dan sumber dana yang diperkirakan ada.
f. Perencanaan harus mempertimbangkan segala faktor yang mempengaruhi
atau diperkirakan mempengaruhi rencana tersebut, sehingga menjadi jelas
apakah rencana tersebut dapat dilaksanakan atau tidak.
g. Perencanaan dibuat dengan berpedoman pada sistem yang dimiliki dan
orientasi penyusunannya pada keseluruhan sistem tersebut, bukan terhadap
masing-masing individu pelaksananya.
h. Perencanaan harus memiliki unsur fleksibilitas artinya sesuai dengan situasi
dan kondisi yang dihadapi, sedemikian rupa sehingga pemanfaatan sumber
dan tata cara dapat diatur dengan baik dalam rangka mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
i. Perencanaan harus mencantumkan dengan jelas standar yang dipakai untuk
mengukur keberhasilan atau kegagalan yang akan terjadi. Jadi suatu rencana
dapat menguraikan pula mekanisme kontrol yang akan dipergunakan.
j. Perencanaan harus dilaksanakan terus-menerus, artinya hasil yang diperoleh
dari perencanaan yang sedang dilakukan, dapat dipakai sebagai pedoman
untuk perencanaan selanjutnya.
2.1.4 Jenis Perencanaan
Menurut Azwar (1996), jika dilihat dari jangka waktu berlakunya
perencanaan dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu :
Disebut perencanaan jangka panjang, jika masa berlakunya rencana tersebut
antara 12 sampai 20 tahun.
b. Perencanaan jangka menengah (Medium-range planning)
Disebut perencanaan jangka menengah, jika masa berlakunya rencana
tersebut antara 5 sampai 7 tahun.
c. Perencanaan jangka pendek (Short-range planning)
Disebut perencanaan jangka pendek, jika masa berlakunya rencana tersebut
hanya untuk jangka waktu 1 tahun saja.
2.2 Perencanaan Kebutuhan Obat
2.2.1 Pengertian dan Tujuan Perencanan Kebutuhan Obat
Perencanaan obat adalah suatu proses kegiatan seleksi obat untuk
menetapkan jenis dan jumlah obat yang sesuai dengan pola penyakit dan
kebutuhan pelayanan kesehatan dasar termasuk program kesehatan yang telah
ditetapkan (Depkes, 1990).
Adapun tujuan dari perencanaan kebutuhan obat adalah untuk mendapatkan:
a. Jenis dan jumlah yang tepat sesuai kebutuhan
b. Menghindari terjadinya kekosongan obat
c. Meningkatkan penggunaan obat secara rasional
2.2.2 Tahapan-tahapan Perencanaan Obat
Menurut Depkes RI (2002), berbagai kegiatan yang dilakukan dalam
perencanaan obat meliputi :
2.2.2.1 Tahap Pemilihan Obat
Fungsi dari pemilihan atau penyeleksian obat adalah untuk menentukan
apakah obat benar-benar diperlukan dan sesuai dengan jumlah penduduk serta
pola penyakit. Untuk mendapatkan perencanaan obat yang baik, sebaiknya diawali
dengan dasar-dasar seleksi kebutuhan obat yaitu meliputi:
a. Obat merupakan kebutuhan untuk sebagian besar populasi penyakit;
b. Obat memiliki keamanan, kemanjuran yang didukung dengan bukti ilmiah;
c. Obat memiliki manfaat yang maksimal dengan risiko yang minimal;
d. Obat mempunyai mutu yang terjamin baik ditinjau dari segi stabilitas maupun
biovaliditasnya;
e. Biaya pengobatan mempunyai rasio antara manfaat dengan biaya yang baik;
f. Apabila pilihan lebih dari satu, maka dipilih yang paling baik, banyak
diketahui dan farmakokinetiknya yang paling menguntungkan;
g. Mudah diperoleh dengan harga terjangkau;
h. Obat sedapat mungkin merupakan sediaan tunggal.
Pada tahap seleksi obat harus pula dipertimbangkan antara lain seperti ;
dampak administratif biaya yang ditimbulkan, kemudahan dalam mendapatkan
obat, kemudahan obat dalam penyimpanan, kemudahan obat untuk di
distribusikan, dosis obat sesuai dengan kebutuhan terapi, obat yang dipilih sesusai
dapat terjadi harus pula mempertimbangkan kontra indikasi, peringatan dan
perhatikan juga efek samping obat.
2.2.2.2 Tahap Kompilasi Pemakaian Obat
Kompilasi pemakaian obat berfungsi untuk mengetahui pemakaian
bulanan tiap-tiap jenis obat selama setahun dan sebagai data pembanding bagi
stok optimum.
Informasi yang didapatkan dari kompilasi pemakaian obat adalah :
a. Jumlah pemakaian tiap jenis obat pada tiap Unit Pelayanan Kesehatan;
b. Persentase pemakaian tiap jenis obat terhadap total pemakaian setahun
seluruh Unit Pelayanan Kesehatan;
c. Pemakaian rata-rata untuk setiap jenis obat untuk tingkat kabupaten/kota.
Manfaat dari informasi-informasi yang didapat yaitu sebagai sumber data
dalam menghitung kebutuhan obat untuk pemakaian tahun mendatang dan sebagai
sumber data dalam menghitung stok/persediaan pengaman dalam rangka
mendukung penyusunan rencana distribusi.
2.2.2.3 Tahap Perhitungan Kebutuhan Obat
Menentukan kebutuhan obat merupakan tantangan berat yang harus
dihadapi oleh Apoteker yang bekerja di Unit Pelayanan Kesehatan maupun di
Gudang Farmasi. Masalah kekosongan obat atau kelebihan obat yang terjadi
apabila infomasi semata-mata hanya berdasarkan informasi yang teoritis
kebutuhan pengobatan. Dengan koordinasi dan proses perencanaan untuk
diharapkan obat yang direncanakan dapat tepat jenis, tepat jumlah serta tepat
waktu.
Menurut Wheelright yang dikutip dari Silalahi (1989) ada tiga (3) cara
yang mendasar dalam hal penetapan jumlah persediaan obat yang diperhatikan
pada saat perencanaan manajemen persediaan, yaitu :
1. Populasi
Yaitu berdasarkan banyaknya jumlah pasien yang datang dengan keluhan
penyakit tertentu, maka dapat dilihat jenis obat apa yang banyak digunakan
untuk mengatasi keluhan tersebut dan berapa banyak jumlah obat yang
dibutuhkan.
2. Pelayanan
Yaitu jenis pelayanan apa yang banyak dilakukan dalam kegiatan pelayanan
perawatan dan pengobatan dan ditentukan jenis obat dan jumlah obat yang
digunakan (berdasarkan jenis pelayanan dan jenis penyakit yang dominan).
3. Konsumsi
Yaitu jumlah obat yang pemakaiannya berdasarkan data pemakaian obat yang
digunakan pasien secara rutin, biasanya cara ini pemakaiannya stabil
Metode Penentuan Kebutuhan Obat
Pendekatan dalam menentukan kebutuhan obat dapat dilakukan dengan
berbagai metode, yaitu antara lain:
a. Metode Konsumsi
Didasarkan atas analisis konsumsi obat tahun sebelumnya. Untuk
menghitung jumlah obat yang dibutuhkan berdasarkan metode konsumsi perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut, yaitu :
1) Pengumpulan dan pengolahan data
2) Analisis data untuk informasi dan evaluasi
3) Perhitungan perkiraan kebutuhan obat
4) Penyesuaian jumlah kebutuhan obat dengan alokasi dana.
Jenis-jenis data yang perlu dipersiapkan dalam metode konsumsi, yaitu
alokasi dana, daftar obat, stok awal, penerimaan, pengeluaran, sisa stok, obat
hilang/rusak, kadaluarsa, kekosongan obat, pemakaian rata-rata atau pergerakan
obat pertahun, lead time, stok pengaman dan perkembangan pola kunjungan.
Adapun langkah-langkah perhitungan dengan metode konsumsi adalah :
1 Hitung pemakaian rata-rata obat X perbulan pada tahun sebelumnya (a)
2 Hitung pemakaian obat X pada tahun sebelumnya (b)
3 Hitung stok pengaman, pada umumnya stok pengaman berkisar 10%-20%
dari pemakaian obat X dalam satu bulan (c)
4 Menghitung kebutuhan obat X pada waktu tunggu (lead time), pada
umumnya lead time berkisar antara 3-6 bulan (d)
6 Rencana pengadaan obat X tahun selanjutnya adalah perhitungan kebutuhan
obat X tahun sebelumnya (e) – sisa stok (Depkes,2002).
Dasar di dalam menentukan kebutuhan obat dapat dilakukan dengan berbagai
pendekatan yaitu antara lain dengan metode konsumsi. Metode konsumsi
berdasarkan pada analisis data konsumsi obat tahun sebelumnya.
Adapun langkah-langkah perhitungan metode konsumsi dalam perencanaan
obat adalah :
1. Menghitung Pemakaian Nyata Pertahun
Pemakaian nyata pertahun adalah jumlah jumlah stok obat yang telah
dikeluarkan dalam satu tahun / periode sebelumnya. Data dapat diperoleh dari
laporan perbulan atau kartu stok yang ada di Puskesmas.
2. Menghitung Pemakaian Rata-rata Satu Bulan
Pemakaian rata-rata perbulan didapat dengan cara menghitung seluruh
pemakaian obat yang terdapat dalam laporan pemakaian dan membagi dengan
12 bulan sehingga didapatkan laporan pemakaian rata-rata perbulannya.
3. Menghitung Kekurangan Obat
Kekurangan obat adalah jumlah obat yang diperlukan saat terjadinya
kekosongan obat pada tahun / periode sebelumnya. Cara untuk menghitung
kekurangan obat adalah waktu kekosongan obat dikali dengan rata-rata
pemakaian dalam satu bulan.
4. Menghitung Obat yang Sesungguhnya (Riil)
Kebutuhan obat sesungguhnya (riil) adalah kebutuhan obat yang
menghitung kebutuhan obat sesungguhnya (riil) adalah dengan cara
menghitung jumlah pemakaian nyata dijumlahkan dengan kekurangan obat
pada tahun / periode sebelumnya.
5. Menghitung Kebutuhan Obat Tahun yang Akan Datang
Kebutuhan obat tahun yang akan datang adalah perkiraan kebutuhan obat
yang sudah mempertimbangkan peningkatan jumlah pelanggan yang akan
dilayani. Cara menghitung kebutuhan obat tahun yang akan datang adalah
dengan cara menghitung kebutuhan obat yang sesungguhnya ditambah
kebutuhan obat yang sesungguhnya kemudian dikali 15%.
6. Menghitung Kebutuhan Leadtime
Leadtime adalah waktu yang dibutuhkan sejak rencana diajukan sampai
dengan obat yang diterima. Cara menghitung kebutuhan leadtime adalah
dengan cara menghitung pemakaian rata-rata dikali waktu tunggu (bulan).
7. Menentukan Stok Pengaman (Buffer Stock)
Buffer stock adalah jumlah obat yang diperlukan untuk menghindari
terjadinya kekosongan obat.
8. Menghitung Jumlah Obat yang Akan Diprogramkan Ditahun yang Akan
Datang
Cara menghitung jumlah obat yang diprogramkan ditahun yang akan datang
adalah dengan cara menghitung kebutuhan obat yang akan dating dijumlah
9. Menghitung Jumlah Obat yang Akan Dianggarkan
Cara menghitung jumlah obat yang akan dianggarkan adalah dengan cara
menghitung kebutuhan obat yang diprogramkan dikurang dengan sisa stok
obat yang ada (Depkes,2002).
Perhitungan kebutuhan obat dengan metode konsumsi didasarkan pada data
riel konsumsi perbekalan farmasi periode yang lalu, dengan berbagai penyesuaian
dan koreksi. Langkah perhitungan rencana kebutuhan obat menurut pola konsumsi
adalah :
1. Pengumpulan dan pengolahan data
2. Analisa data untuk informasi dan evaluasi
3. Perhitungan perkiraan kebutuhan obat
4. Penyesuaian jumlah kebutuhan obat dengan alokasi dana
Sumber data untuk mementukan kebutuhan obat berasal dari pencatatan,
pelaporan dan informasi yang ada seperti daftar nama obat, stok awal obat, data
penerimaan obat, data pengeluaran obat, sisa obat pada kartu stok, dan obat-obat
yang sudah kadaluarsa, dan data pemakaian rata-rata obat pertahun. Data-data
tersebut terdapat dalam LPLPO, laporan bulanan data kesakitan (LB1) dan kartu
Jenis data yang dikumpulkan dalam proses penentuan kebutuhan obat di
Puskesmas Kecupak Kabupaten Pakpak Bharat adalah sebagai berikut :
1. Stok awal
Stok awal adalah persediaan sisa stok obat pada akhir bulan terakhir sebelum
perencanaan kebutuhan obat untuk periode selanjutnya. Laporan stok awal
obat terdapat dalam kartu stok dan laporan tahunan.
2. Alokasi dana
Dalam penentuan kebutuhan obat dan perbekalan kesehatan, dana berasal dari
Dinas Kesehatan dan jika kurang ataupun tidak tersedia di Puskesmas maka
dana kapitasi JKN dapat dianggarkan untuk pemenuhan obat dan perbekalan
kesehatan lainnya.
3. Pengeluaran
Obat-obatan yang telah dikeluarkan harus segera dicatat dan dibukukan pada
buku harian pengeluaran obat mengenai data-data obat dan dokumen obat
tersebut. Hal ini berfungsi untuk sebagai dokumen yang memuat semua
catatan pengeluaran, baik mengenai data obatnya maupun dokumen yang
menyertai pengeluaran obat tersebut.
4. Perkembangan pola penyakit
Perkembangan pola penyakit dijadikan acuan dalam penentuan kebutuhan
obat pada periode sebelumnya dikarenakan konsumsi obat pasti berdasarkan
pola penyakit yang terjadi. Pihak pengelola obat menjadikan epidemiologi
Epidemiologi penyebaran pola penyakit tercatat dalam Laporan Bulanan Data
Kesakitan (LB1).
5. Obat-obat yang hilang/ rusak/ kadaluarsa
Data-data obat-obatan yang hilang maupun rusak dan kadaluarsa tercatat
didalam laporan bulanan. Laporan ini digunakan dalam penentuan kebutuhan
obat dikarenakan agar tidak terjadi kekosongan obat jenis tertentu untuk
periode selanjutnya. Obat-obatan yang hilang maupun rusak dan kadaluarsa
dicatat dan dimasukkan dalam laporan agar tidak terjadi kebingungan dalam
mementukan kebutuhan obat periode selanjutnya.
6. Indeks musiman
Indeks musiman adalah frekuensi pemakaian obat pada satu periode. Pihak
puskesmas melihat frekuensi pemakaian obat sejalan dengan data kesakitan di
puskesmas. Data frekuensi pemakaian obat dan data kesakitan tercatat dalam
laporan bulanan data kesakitan.
7. Lead time / waktu tunggu
Lead time / waktu tunggu adalah waktu yang dihitung mulai dari permintaan
obat oleh pihak pengelola obat sampai dengan penerimaan obat.
8. Daftar obat
Obat-obatan yang terdapat dalam sistem pengadaan secara elektronik
(e-katalog) telah mencakup semua jenis obat yang terdapat pada Formularium
nasional baik itu berupa obat-obatan generik maupun obat-obatan paten.
sebagai acuan penentuan jenis obat dengan e-katalog yang digunakan sebagai
metode pengadaan obat.
9. Sisa stok
Sisa stok adalah jumlah sisa obat yang masih tersedia di unit pengelola obat
pada akhir periode distribusi. Sisa stok obat yang ada di Puskesmas Kecupak
terdapat di dalam kartu stok obat dan sudah tercatat seluruhnya. Biasanya
kartu stok obat di cek setiap kali adanya obat masuk dan keluar. Sisa stok
adalah sisa terakhir obat yang masih tersedia di Puskesmas sebelum
perencanaan kebutuhan obat untuk periode selanjutnya. Daftar sisa stok obat
dijadikan acuan dalam penentuan kebutuhan obat agar tidak terjadi kelebihan
stok obat di periode selanjutnya.
10. Penerimaan obat
Obat yang telah diterima harus segera dicatat pada buku harian penerimaan
obat.
11. Kekosongan obat
Kekosongan obat adalah lamanya kekosongan obat dihitung dalam hari.
12. Pemakaian rata-rata / pergerakan obat pertahun
Pemakaian rata-rata adalah jumlah pemakaian obat di unit pengelola obat
dalam satu periode dibagi jumlah unit waktu per-periode. Misalnya
pemakaian rata-rata tahun 2016 adalah pemakaian obat dalam satu tahun
13. Stok pengaman
Stok pengaman adalah stok yang digunakan untuk menutupi kekosongan obat
selama waktu tunggu pemesanan obat (lead time) (Depkes,2002).
2.2.2.4 Tahap Proyeksi Kebutuhan Obat
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah :
a) Menentapkan rancangan stok akhir periode yang akan datang. Rancangan
stok akhir diperkirakan sama dengan hasil perkalian antara waktu tunggu
dengan estimasi pemakaian rata-rata/bulan ditambah stok penyangga.
b) Menghitung rancangan perecanaan obat periode tahun yang akan datang.
Perencanaan obat tahun yang akan datang dapat dirumuskan sebagai berikut,
yaitu : a = b + c + d – e – f
Keterangan :
a : Rancangan perencanaan obat tahun yang akan datang
b : Kebutuhan obat untuk sisa periode berjalan ( Januari – Desember )
c : Kebutuhan obat untuk tahun yang akan datang
d : Rancangan stok akhir
e : Stok awal periode berjalan/stok per 31 Desember Gudang Farmasi
f : Rencana penerimaan obat pada periode berjalan (Januari – Desember)
c) Menghitung rancangan anggaran untuk total kebutuhan obat dengan cara :
1. Melakukan analisis ABC-VEN
2. Menyusun prioritas kebutuhan dan penyesuaian
3. Menyusun prioritas kebutuhan dasar dan penyesuaian kebutuhan
d) Pengalokasian kebutuhan obat per sumber anggaran dengan melakukan
kegiatan, yaitu :
1. Menetapkan kebutuhan anggaran untuk masing-masing obat bersumber
per anggaran
2. Menghitung persentase belanja untuk masing-masing obat terhadap
masing-masing sumber anggaran
3. Menghitung persentase anggaran masing-masing obat terhadap total
anggaran dari semua sumber (Depkes,2002).
2.3 Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)
2.3.1 Pengertian Puskesmas
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama,
dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya
(Permenkes RI No. 75 tahun 2014).
2.3.1.1 Pengertian Upaya Kesehatan Masyarakat dan Upaya Kesehatan
Perorangan
Upaya Kesehatan Masyarakat adalah setiap kegiatan untuk memelihara
dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya
masalah kesehatan dengan sasaran keluarga, kelompok, dan masyarakat
(Permenkes RI No 75 tahun 2014).
Upaya Kesehatan Perseorangan adalah suatu kegiatan dan/atau
pencegahan, penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit
dan memulihkan kesehatan perseorangan (Permenkes RI No 75 tahun 2014).
2.3.2 Tugas, Fungsi dan Wewenang Puskesmas
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk
mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka
mendukung terwujudnya kecamatan sehat.
Dalam melaksanakan tugas puskesmas menyelenggarakan fungsi:
a. penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya; dan
b. penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya.
Dalam menyelenggarakan fungsi UKM puskesmas berwenang untuk:
a. melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan masyarakat
dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan;
b. melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan;
c. melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat
dalam bidang kesehatan;
d. menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah
kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang bekerjasama
dengan sektor lain terkait;
e. melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya
kesehatan berbasis masyarakat;
f. melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia puskesmas;
h. melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi terhadap akses, mutu, dan
cakupan pelayanan kesehatan;
i. memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat, termasuk
dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon penanggulangan
penyakit.
Dalam menyelenggarakan fungsi UKP puskesmas berwenang untuk:
a. menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar secara komprehensif,
berkesinambungan dan bermutu;
b. menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan upaya promotif
dan preventif;
c. menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat;
d. menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan keamanan dan
keselamatan pasien, petugas dan pengunjung;
e. menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan prinsip koordinatif dan kerja
sama inter dan antar profesi;
f. melaksanakan rekam medis;
g. melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan akses
pelayanan kesehatan;
h. melaksanakan peningkatan kompetensi tenaga kesehatan;
i. mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas pelayanan kesehatan
j. melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan sistem
rujukan (Permenkes RI No 75 tahun 2014).
2.3.3 Tujuan Puskesmas
Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas bertujuan
untuk mewujudkan masyarakat yang :
a. memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan kemampuan
hidup sehat;
b. mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu;
c. hidup dalam lingkungan yang sehat;
d. memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga kelompok
dan masyarakat (Permenkes RI No 75 tahun 2014).
2.3.4 Prinsip Penyelenggaraan Puskesmas
a. Prinsip paradigma sehat, yaitu Puskesmas mendorong seluruh pemangku
kepentingan untuk berkomitmen dalam upaya mencegah dan mengurangi
resiko kesehatan yang dihadapi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
b. Prinsip pertanggungjawaban wilayah, yaitu Puskesmas menggerakkan dan
bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya.
c. Prinsip kemandirian masyarakat, yaitu Puskesmas mendorong kemandirian
hidup sehat bagi individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
d. Prinsip pemerataan, yaitu Puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan
yang dapat di akses dan terjangkau oleh seluruh masyarakat di wilayah
kerjanya secara adil tanpa membedakan status sosial, ekonomi, agama,
e. Prinsip teknologi tepat guna, yaitu Puskesmas menyelenggarakan pelayanan
kesehatan dengan memanfaatkan teknologi tepat guna yang sesuai dengan
kebutuhan pelayanan, mudah dimanfaatkan dan tidak berdampak buruk bagi
lingkungan.
f. Prinsip keterpaduan dan kesinambungan, yaitu Puskesmas mengintegrasikan
dan mengoordinasikan penyelenggaraan UKM dan UKP lintas program dan
lintas sektor serta melaksanakan sistem rujukan yang didukung dengan
manajemen Puskesmas (Permenkes RI No 75 tahun 2014).
2.4 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
2.4.1 Pengertian Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) adalah suatu program masyarakat atau
rakyat dengan tujuan memberikan kepastian jaminan yang menyeluruh bagi setiap
rakyat Indonesia agar penduduk Indonesia dapat hidup sehat, produktif dan
sejahtera yang sesuai dengan prinsip asuransi sosial dan prinsip equitas yang
terdapat dalam Undang-undang No.40 Tahun 2004 pasal 19 ayat 1.
2.4.2 Pelayanan, Penyediaan dan Penggunaan Obat
2.4.2.1 Pelayanan Obat
a. Pelayanan obat untuk Peserta JKN di FKTP dilakukan oleh apoteker di
instalasi farmasi klinik pratama/ruang farmasi di Puskesmas/apotek sesuai
ketentuan perundang-undangan. Dalam hal ini di Puskesmas belum memiliki
apoteker maka pelayanan obat dapat dilakukan oleh tenaga teknis
kefarmasian dengan pembinaan apoteker dari Dinas Kesehatan
b. Pelayanan obat untuk Peserta JKN di FKTP dilakukan oleh apoteker di
instalasi farmasi rumah sakit/klinik utama/apotek sesuai ketentuan
perundang-undangan.
c. Pelayanan obat untuk peserta JKN pada fasilitas kesehatan mengacu pada
daftar obat yang tercantum dalam Fornas dan harga obat yang tercantum
dalam e-katalog obat.
d. Pengadaan obat menggunakan mekanisme e-purchasing berdasarkan
e-katalog atau bila terdapat kendala operasioanal dapat dilakukan secara manual
(Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua atas
Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah).
2.4.2.2 Penyediaan Obat
Penyediaan obat di fasilitas kesehatan dilaksanakan dengan mengacu
kepada Fornas dan harga obat yang tercantum dalam e-katalog obat. Pengadaan
obat dalam e-katalog menggunakan mekanisme e-purchasing, atau bila terdapat
kendala operasional dapat dilakukan secara manual. Dalam hal jenis obat tidak
tersedia dalam Fornas dan harganya tidak terdapat dalam e-katalog, maka
pengadaannya dapat menggunakan mekanisme pengadaan yang lain sesuai
dengan perundang-undangan yang berlaku.
2.4.2.3 Penggunaan Obat di Luar Formularium Nasional
Pada pelaksanaan pelayanan kesehatan, penggunaan obat disesuaikan
dengan standar pengobatan dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Apabila
tercantum di Formularium nasional, maka hal ini dapat diberikan dengan
ketentuan sebagai berikut :
Penggunaan obat di luar Formularium nasional di FKTP dapat digunakan
apabila sesuai dengan indikasi medis dan sesuai dengan standar pelayanan
kedokteran yang biayanya sudah termasuk dalam kapitasi dan tidak boleh
dibebankan kepada peserta.
Penggunaan obat di luar Formularium nasional di FKRTL hanya
dimungkinkan setelah mendapat rekomendasi dari Ketua Komite Farmasi dan
Terapi dengan persetujuan Komite Medik atau Kepala/Direktur Rumah Sakit yang
biayanya sudah termasuk dalam tarif INA CBGs dan tidak boleh dibebankan
kepada peserta.
2.5 Kerangka Berpikir
Berdasarkan landasan teori di atas maka kerangka berfikir pada penelitian
ini adalah sebagai berikut :
Gambar 2.3 Kerangka Pikir
Sumber Daya
Data
Tahap Perencanaan Obat 1. Menghitung pemakaian nyata pertahun
2. Menghitung pemakaian rata-rata satu bulan
3. Menghitung kekurangan obat
4. Menghitung obat yang sesungguhnya (Riil)
5. Menghitung kebutuhan obat tahun yang akan dating
6. Menghitung kebutuhan leadtime
7. Menentukan stok pengaman (Buffer Stock)
8. Menghitung jumlah obat yang akan diprogramkan ditahun
yang akan datang
9. Menghitung jumlah obat yang dianggarkan
Berdasarkan gambar di atas, dapat dirumuskan definisi fokus penelitian
sebagai berikut :
1. Sumber daya adalah segala sesuatu yang mendukung dan dibutuhkan dalam
melaksanakan perencanaan obat agar dapat berjalan dengan baik, meliputi :
Data.
a. Data adalah dokumen yang dapat dijadikan bahan acuan atau informasi di
dalam perencanaan obat seperti data pemakaian obat tahun-tahun
sebelumnya meliputi jenis, jumlah dan kondisi dalam satu tahun
anggaran.
b. Prosesperencanaanadalah pelaksanaan yang harus dilakukan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan meliputi :
1. Menghitung pemakaian nyata pertahun
2. Menghitung pemakaian rata-rata satu bulan
3. Menghitung kekurangan obat
4. Menghitung obat yang sesungguhnya (Riil)
5. Menghitung kebutuhan obat tahun yang akan dating
6. Menghitung kebutuhan leadtime
7. Menentukan stok pengaman (Buffer Stock)
8. Menghitung jumlah obat yang akan diprogramkan ditahun yang akan
datang
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
survey yang bersifat analitik dengan menggunakan metode penelitian kualitatif
yang bertujuan untuk mengetahui proses perencanaan obat di puskesmas.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
3.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kecupak Kabupaten
Pakpak Bharat. Pemilihan lokasi ini berdasarkan permasalahan yang ada di
puskesmas tersebut yaitu proses perencanaan obat yang tidak sesuai dengan
kebutuhan puskesmas.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2017 (survei pendahuluan)
sampai dengan Oktober 2017.
3.3 Informan Penelitian
Informan dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik
purposive sampling, yaitu teknik yang dilakukan untuk memilih informan yang
bersedia dan mampu memberikan informasi yang berkaitan dengan topik
penelitian, yang terdiri dari :
1. Pejabat Pembuat Komitmen Dinas Kesehatan Kabupaten Pakpak Bharat
2. Kepala Puskesmas Kecupak
4. Pengelola Obat Puskesmas Kecupak
3.4 Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini digunakan sumber data yaitu :
3.4.1 Data Primer
Wawancara mendalam (indepth interview) kepada informan. Dalam
penelitian ini dilakukan wawancara semi terstruktur yang dilengkapi dengan
pedoman wawancara yang dijadikan patokan dalam alur, urutan dan penggunaan
kata. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan masalah lebih
terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat, peneliti perlu
mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang ditemukan oleh informan
(Sugiyono, 2009).
3.4.2 Data Sekunder
Data yang digunakan sebagai data pendukung dan pelengkap dari data
primer untuk keperluan penelitian seperti data dari Dinas Kesehatan Kabupaten
Pakpak Bharat, Lembar Permintaan dan Lembar Pemakaian Obat (LPLPO),
buku-buku referensi, dan lain-lain.
3.5 Triangulasi
Triangulasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber,
yaitu dengan memilih informan yang dapat memberikan jawaban sesuai dengan
pertanyaan yang diajukan (Patton dalam Moleong, 2007).
3.6 Teknik Analisis Data
Analisis data kualitatif dilakukan secara simultan dengan proses
dalam melihat data secara lebih sistematis (Miles dan Huberman dalam
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Puskesmas Kecupak
Puskesmas Kecupak terletak di Desa Kecupak I Kecamatan
Pargetteng-getteng Sengkut yang merupakan salah satu UPT Dinas Kesehatan Kabupaten
Pakpak Bharat. Wilayah kerja Puskesmas Kecupak terdiri dari 5 desa dengan luas
wilayah 66,5 km2, dimana semua desa dapat dijangkau oleh roda empat.
Batas-batas Puskesmas Kecupak Kecamatan Pargetteng-getteng Sengkut adalah :
1. Sebelah Utara : Kecamatan Tinada
2. Sebelah Selatan : Kecamatan Salak
3. Sebelah Timur : Kecamatan Salak
4. Sebelah Barat : Kecamatan Pangindar
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Kecupak tahun 2015
No. Desa Luas Wilayah Jumlah Penduduk Jumlah KK
1 Kecupak I 11,9 753 178 2 Kecupak II 14,4 1961 469 3 Aornakan I 11,4 811 189 4 Aornakan II 11,4 388 95 5 Simerpara 17,4 904 215 Jumlah Total 66,5 4817 1146
Sumber : Puskesmas Kecupak Tahun 2015
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur di Wilayah Kerja Puskesmas Kecupak tahun 2015
No. Tahun Jumlah Penduduk
Laki-laki Perempuan Jumlah
1 0 – 4 385 321 706 2 5 – 14 1533 1534 3087 3 15 – 44 3389 3362 6751 4 45 – 64 779 827 1606 5 > 64 244 280 524 Jumlah Total 6330 6324 12654
Jumlah total penduduk di wilayah kerja Puskesmas Kecupak pada tahun
2015 adalah sebanyak 12654 penduduk dengan rincian 6330 orang laki-laki dan
6324 orang perempuan. Untuk penduduk berumur 0-4 tahun berjumlah 385 orang
laki-laki dan 321 orang perempuan. Penduduk berumur 5-14 tahun berjumlah
1533 orang laki-laki dan 1534 orang perempuan. Penduduk berumur 15-44 tahun
berjumlah 3389 orang laki-laki dan 3362 orang perempuan. Penduduk berumur
45-64 tahun berjumlah 779 orang laki-laki dan 827 orang perempuan. Penduduk
berumur >64 tahun berjumlah 244 orang laki-laki dan 280 orang perempuan.
Tabel 4.3 Data Tenaga Kesehatan di Puskesmas Kecupak tahun 2015
No. Tenaga Kesehatan Jumlah
1 Dokter Umum 1
2 Bidan 9
3 Perawat 10
4 Perawat Gigi 1
5 Teknis Kefarmasian 1
6 Tenaga Kesehatan Masyarakat 1
7 Tenaga Kesehatan Lingkungan 1
8 Nutrisionis 1
9 Analasis Kesehatan 1
10 Pengelola Program Kesehatan 1
Jumlah Total 27
Sumber : Puskesmas Kecupak Tahun 2015
Di Puskesmas Kecupak terdapat sebanyak 27 orang tenaga kesehatan yang
berstatus sebagai pegawai aktif. Terdapat 1 orang tenaga kesehatan dokter umum.
Terdapat 9 orang tenaga kesehatan bidan. Terdapat 10 orang tenaga kesehatan
perawat. Terdapat 1 orang tenaga kesehatan perawat gigi. Terdapat 1 orang tenaga
kesehatan teknis kefarmasian. Terdapat 1 orang tenaga kesehatan masyarakat.
Terdapat 1 orang tenaga kesehatan lingkungan. Terdapat 1 orang tenaga kesehatan
4.2 Karateristik Informan
Karateristik dari masing-masing informan pada penelitian ini, dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 4.4 Karateristik Informan
No Informan Jenis Kelamin Umur (tahun) Pendidikan Jabatan 1 Basta E Sebayang, SKM
Laki-laki 47 S1 Pejabat Pembuat
Komitmen Dinas Kesehatan 2 Dharma
Aritonang, SKM
Laki-laki 44 S1 Kepala Puskesmas
3 Tamrin
Togatorop, S.Kep Ns
Laki-laki 39 S1 (Ners) Kepala Bidang Farmasi
4 Harda Hendra Gajah Manik
Perempuan 38 D3 Pengelola Obat
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah informan dalam penelitian ini
adalah 4 informan, yang terdiri dari 1 informan Pejabat Pembuat Komitmen Dinas
Kesehatan Kabupaten Pakpak Bharat (mewakili Kepala Dinas Kabupaten Pakpak
Bharat) yang berusia 47 tahun dengan pendidikan S1, 1 informan Kepala
Puskesmas Kecupak yang berusia 44 tahun dengan pendidikan S1, 1 informan
Kepala Bidang Farmasi yang merupakan penanggung jawab bidang obat berusia
39 tahun dengan pendidikan S1 Ners, 1 informan Pengelola Obat yang merupakan
penanggung jawab yang berusia 38 tahun dengan pendidikan D3.
4.3 Data
Penentuan jumlah permintaan obat, data-data yang diperlukan meliputi
data pemakaian obat periode sebelumnya, jumlah kunjungan resep, frekuensi
distribusi obat dan sisa stok. Data-data ini sangat penting untuk proses