• Tidak ada hasil yang ditemukan

Universitas Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Universitas Sumatera Utara"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

1) Menetapkan titik-titik yang menjadi point of interest dari suatu ruang.

2) Menghentikan kondisi-kondisi aksial.

3) Berfungsi sebagai suatu bentuk obyek di dalam daerah atau volume ruang yang tetap.

Gambar 2.11. Organisasi terpusat Sumber: (Ching, Francis D.K., 1996)

 Organisasi Linear

Suatu urutan dalam satu garis dari ruang-ruang yang berulang. Bentuk organisasi linear bersifat fleksibel. Konfigurasinya dapat berbentuk horizontal sepanjang tapaknya, diagonal menaiki suatu kemiringan atau berdiri tegak seperti sebuah menara.

Bentuk organisasi linear dapat digunakan untuk:

1) Menghubungkan ruang-ruang yang memiliki ukuran, bentuk dan fungsi yang sama atau berbeda-beda.

2) Mengarahkan orang untuk menuju ke ruang-ruang tertentu.

Gambar 2.12. Organisasi Linear Sumber: (Ching, Francis D.K., 1996)

(2)

 Organisasi Radial

Organisasi radial adalah sebuah bentuk yag ekstovert yang mengembangkan keluar lingkupnya serta memadukan unsur-unsur baik organisasi terpusat maupun linear.

Bentuk organisasi radial dapat digunakan untuk:

1) Membagi ruang yang dapat dipilih melalui entrance.

2) Memberi pilihan bagi orang yang menuju ke ruang-ruang yang diinginkan.

Gambar 2.13. Organisasi Radial Sumber: (Ching, Francis D.K., 1996)

 Organisasi Cluster

Kelompok ruang yang berdasarkan kedekatan hubungan atau bersama-sama memanfaatkan satu ciri hubungan visual. Organisasi ini tidak memiliki tempat utama. Namun tingkat kepentingan diukur berdasarkan ukuran, bentuk dan orientasi.

Bentuk organisasi cluster dapat digunakan untuk:

1) Membentuk ruang dengan kontur yang berbeda-beda.

2) Mendapatkan view dari tapak dengan kualitas yang sama bagi masing-masing.

3) Membentuk tatanan ruang yang memiliki bentuk, fungsi dan ukuran yang berbeda-beda.

Gambar 2.14. Organisasi Cluster Sumber: (Ching, Francis D.K., 1996)

(3)

 Organisasi Grid

Kekuatan yang mengorganisir suatu grid yang dihasilkan dari keteraturan dan kontiunitas pola-polanya yang meliputi unsur-unsur yang diorganisir.

Bentuk organisasi grid dapat digunakan untuk: 1) Mendapat kejelasan orientasi dalam sirkulasi.

2) Memberi kemudahan dalam penyusunan struktur dan konstruksi bangunan.

Gambar 2.15. Organisasi Grid Sumber: (Ching, Francis D.K., 1996) 8. Ruang Transisi (Transitition Space)

Menurut DK. Ching (2000), ruang transisi merupakan lintasan dari suatu taraf tingkatan, subjek, tempat ke tempat lainnya. Ruang transisi merupakan ruang penghubung fisik diantara 2 ruangan yang didesain dengan aspek fungsional maupun sebagai unsur penambahan dalam estetika. Ruang transisi berfungsi sebagai penghubung antara akhiran dari aktifitas sebelumnya sebelum memasuki aktifitas yang baru (Nurani Dea, 2008).

9. Bentuk

Menurut Ching (1966;6), bentuk adalah alat pokok bagi perancang, dimana dibutuhkan kepekaan dalam memilih ataupun memanipulasi unsur-unsur bentuk dasar juga organisasi ruang dan perubahan yang terjadi sehingga berkaitan satu sama lain, bermakana dan ditunjang pada pengorganisasian ruang, struktur dan kesatuan yang tepat.

Bentuk-bentuk arsitektur memliki unsur-unsur : garis, lapisan, volume, tekstur dan warna. Kombinasi atau perpaduan dari kesemua unsur akan

(4)

menghasilkan ekspresi bangunan dan memberikan pengungkapan pada suatu tujuan dan maksud pada bangunan secara menyeluruh (Eppi, 1986).

Gambar 2.16. Dasar pembentukan dome pada Masjid Sumber: (Dwi Kustianingrum, 2013)

2.2. Hotel

2.2.1. Pengertian Hotel

Hotel adalah suatu perusahaan yang dikelola oleh pemiliknya dengan menyediakan fasilitas kamar untuk tidur, pelayanan makanan serta minuman kepada orang-orang yang sedang melakukan perjalan dan mampu membayar dengan jumlah yang wajar sesuai dengan pelayanan yang diterima (Hotel Proprietors Act, I956). Menurut SK Menteri Parpostel Nomor: KM 34/HK103/MPPT 1987, hotel adalah salah satu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau keseluruhan bagian untuk jasa pelayanan penginapan, penyedia makanan dan minuman serta jasa lainnya bagi masyarakat umum yang dikelola secara komersial serta memenuhi persyaratan yang ditetapkan di dalam keputusan pemerintah.

2.2.2. Pengertian Hotel Bisnis

Hotel bisnis merupakan hotel yang dirancang untuk mengakomodasikan tamu yang mempunyai tujuan berbisnis. Pasar utama pada hotel bisnis ini adalah orang-orang yang sedang melakukan kegiatan bisnis di suatu kawasan (E. Marlina, 2008:52).

(5)

Lokasi yang dipilih relatif berada di pusat kota, berdekatan dengan area perkantoran dan perdagangan dan mudah dicapai. Sesuai dengan fungsinya, maka fasilitas yang disediakan akan berkaitan dan mendukung kegiatan bisnis. Fasilitas yang disediakan antara lain ballroom, banquet room dan business centre.

2.2.3. Hirarki Fasilitas Hotel

Fasilitas dalam hotel tentu sangat beragam, agar memudahkan dalam menentukan mana yang lebih perlu dipenuhi terlebih dahulu maka fasilitas-fasilitas tersebut disusun berdasarkan hirarki seperti dibawah ini.

Jenis Fasilitas Hirarki Fasilitas Uraian Keterangan Akomodasi dan

restoran

Fasilitas Utama  Kamar tidur  Restoran dan Bar  Function Room :

(Banquet, convention room)

Standar

Rekreasi Fasilitas Sekunder  Kolam Renang  Sauna dan pusat

kebugaran  Souvenir Shop  Business Centre

Standar/Non Standar

Pelengkap Fasilitas Tambahan  Guest Laundry  Mini Shop  Car rental

Non Standar

Sumber: Keputusan Direktur Jenderal Pariwisata, 1998

Tabel 2.1. Tingkatan Fasilitas Hotel

2.2.4. Hotel Sebagai Ruang Publik

Menurut Urban Land Institute, ruang publik yaitu ruang-ruang yang beriorentasi terhadap manusia (people oriented space). Ruang publik adalah tempat atau ruang yang terbentuk karena adanya kebutuhan akan tempat untuk

(6)

bertemu ataupun berkomunikasi. Pada dasarnya, ruang publik merupakan suatu wadah dalam menampung aktifitas tertentu dari manusia, baik secara individu maupun kelompok (Hakim Rustam, 2003).

Secara garis besar, Brian Pauling dalam bukunya yang berjudul The

‘Enclosing’ Public Space (2007) mengklasifikasikan ruang publik menjadi 2

bagian berdasarkan sifatnya, yakni:

a. Ruang publik tertutup, yaitu ruang publik yang terdapat di dalam bangunan yang memiliki pengertian bahwa terdapat ruang publik yang dapat diakses semua orang namun juga memiliki ruang privasi yang memiliki beberapa peraturan ataupun larangan guna membatasi kelompok-kelompok tertentu. Contoh ruang publik tertutup antara lain: perkantoran, apartemen, hotel dan lain-lain.

b. Ruang publik terbuka, yaitu ruang publik yang terdapat di luar bangunan yang dapat dimanfaatkan oleh semua orang tanpa batas tertentu. Contoh ruang publik terbuka antara lain: jalan, jalur pedestrian, taman, lingkungan, plaza, lapangan olahraga, dan lain-lain.

Berdasarkan pengertian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa hotel sebagai ruang publik yang bersifat tertutup yang memiliki ruang publik yang dapat diakses serta memiliki ruang privasi untuk kelompok-kelompok tertentu. Irwin Altman (1975) membagi ruang publik menjadi 3 bagian berdasarkan fungsi serta pendekatan individualis, yakni:

a. Primary space adalah suatu area yang dimiliki, digunakan secara eksklusif, disadari orang lain dan dikendalikan secara permanen serta menjadi bagian utama dalam kegiatan sehari-harinya.

b. Secondary space adalah suatu area yang tidak terlalu digunakan secara eksklusif, mempunyai area yang cukup luas serta menjadi ruang yang berfungsi sebagai ruang pengantar dalam memberikan kejelasan terhadap fungsi bangunan.

c. Public space adalah suatu area yang digunakan dan dapat dimasuki oleh siapapun akan tetapi harus mematuhi aturan-aturan serta norma-norma yang berlaku di area tersebut.

(7)

2.3. Musik

2.3.1. Definisi Musik

Menurut Boneo (2008), musik merupakan cabang seni yang membahas dan menetapkan berbagai suara ke dalam pola-pola yang dimengerti dan dipahami oleh manusia.

Musik dibentuk dengan cara menuangkan pikiran dan perasaan yang dikomposisikan melalui unsur-unsur pokok berupa irama, melodi, harmoni dan bentuk atau struktur lagu serta ekspresi sebagai suatu kesatuan (Jamalus, 1988).

Musik ditata dengan membentuk suatu pola teratur dan merdu yang tercipta dari alat musik ataupun suara manusia. Musik biasanya mengandung unsur ritme, melodi, harmoni dan warna bunyi (Syukur, 2005).

Suara-suara dalam musik diorganisasikan dalam waktu dan memiliki nilai seni dan dapat digunakan sebagai alat untuk mengekspresikan ide dan emosi dari komposer kepada pendengar (Bernstein & Picker, 1972).

2.3.2. Elemen Dasar Musik

Dalam pembentukan musik secara utuh, elemen-elemen dasar dan struktur musik mempunyai peranan penting yang saling berkaitan antara yang satu dan lainnya. Berikut dibawah ini merupakan penjelasan tentang elemen-elemen dasar pada musik :

a. Melodi

Menurut Ratner (1977) melodi adalah garis dari nada-nada. Melodi dapat naik dan turun, serta melodi dapat tetap di tempatnya untuk waktu yang singkat dan lama dalam suatu nada, serta melodi juga mempunyai wilayah nada yang luas dan sempit. Melodi dibentuk melalui rangkaian nada-nada yang mengahasilkan ide musikal yang komplit serta berirama dan mengungkapkan suatu pikiran dan perasaan (Jamalus, 1988).

(8)

Gambar 2.17. Contoh potongan melodi sebuah lagu Sumber: (Stella Nindya, 2012)

Seorang pengarang yang mempunyai pengaruh dalam perkembangan teori musik adalah Hucbald (840-930) dalam bukunya yang berjudul De Harmonica Instituione memberikan nama tangga nada dengan menggunakan nama tangga nada yang dipakai oleh para ahli musik Yunani. Menurut Allen Winold dan John Rehn (1971;206) berpendapat bahwa Scale is arrangement of pithces consecutive ascending or discending order, jika diartikan dalam bahasa Indonesia, “tangga nada adalah susunan titi nada yang berturut-turut dari urutan nada rendah ke nada tinggi ke nada rendah.

Tangga nada memiliki dua varian yang disebut dengan tangga nada dasar dan ada yang disebut dengan tangga nada # (kres) atau tangga nada b (mol). Tangga nada dasar adalah tangga nada dengan nada dasar 1 (baca: do) = C dan dari tangga nada ini lah semua kres/mol dimulai.

Tangga nada 1=C bila ditulis menjadi: C-D-E-F-G-A-B-C lagi (1 oktaf)

Sedangkan pada tangga nada # (kres), ditentukan dari nada dasar 1# yang diambil dari nada kelima tangga nada dasar. Sedangkan pada tangga nada b (mol), ditentukan dari nada dasar 1b dari nada keempat dari tangga nada sebelumnya. Sehingga bila diurutkan menjadi:

Tangga Nada Dasar : C-D-E-F-G-A-B-C Tangga Nada # ( kres): G-A-B-C-D-E-F#-G Tangga Nada b ( mol) : F-G-A-Bb-C-D-E-F

Tangga nada dituliskan dalam bentuk not angka maupun not balok. Notasi balok merupakan penulisan lagu/musik dengan menggunakan lambang-lambang pada balok-balok berupa jajaran baris.

(9)

Gambar 2.18. Bentuk, nama dan nilai pada not balok Sumber: (Stella Nindya, 2012)

Sedangkan pada notasi angka, not ditentukan dengan angka 1 (do), 2 (re), 3 (mi), 4 (fa), 5 (sol), 6 (la), 7 (si). Pada tanda i merupakan nada do yang mengalami kenaikan satu birama dari nada asli.

Gambar 2.19. Bentuk, nama dan nilai pada not balok Sumber: (Stella Nindya, 2012)

Secara garis besar tangga nada dibedakan menjadi 2, yaitu:

1. Tangga Nada Diatonik

A diatonic scale is one thats runs through seven different pitches latter names. (Allen Winold 206:1971). Menurut Allen Winold tangga nada adalah satu nada (tonik) yang berurutan ke tujuh nada lainnya secara berurutan. Tangga nada diatonik adalah sebuah sistem tangga nada yang masing-masingnya mempunyai jarak 1 tone dan jarak 1/2 tone secara bervariasi. Tangga nada diatonik memiliki 7

(10)

nada pokok dan masing-masing nada pokok tersebut memililiki hubungan yang bersifat harmoni.

Secara garis besar tangga nada diatonik memiliki 2 jenis, yaitu: a) Tangga Nada Mayor

Menurut Wyat (1998:11), The major scale is also known a diatonic scale, meaning that it contains all seven notes of a musical alphabet (called scale degree of steps) arranged in a spesific pattern above the tonic. Dalam pernyataan tersebut disebutkan bahwa tangga nada mayor merupakan tangga nada diatonik. Tangga nada disusun ke atas atau ke bawah dimulai dari nada tonika sampai oktav dengan interval nada 1-1-1/2-1-1-1-1/2.

Gambar 2.20. Tangga Nada Mayor Natural Sumber: (Stella Nindya, 2012)

b) Tangga Nada Minor

Menurut Wyatt (1998;43), The natural minor scale is made up of series of whole steps and half steps arranged in a particular order. The interval formula for the natural minor scale is W-H-W-W-H-W-W from tonik to oktaf. Pernyataan tersebut mengandung pengertian bahwa tangga nada minor dibentuk berdasarkan rangkaian jarak nada whole step (1) dan half step (1/2) dengan komposisi jarak nadanya 1-1/2-1-1-1-1/2-1-1-.

Gambar 2.21. Tangga Nada Minor Natural Sumber: (Stella Nindya, 2012)

(11)

Dalam kamus musik (Panoe Banoe, 2003:330), dijelaskan bahwa pentatonik adalah rangkaian 5 nada sebagai elemen pokok, yang terdiri atas tangga nada pelog dan tangga nada slendro.

b. Irama atau ritme

Irama atau ritme adalah bunyi yang bersifat dinamika yang bergerak secara teratur serta berhubungan dengan panjang pendeknya not, berat ringannya aksen (tekanan) pada not sehingga dapat dirasakan (Sijaya, 1984). Menurut Jamalus (1988:7), irama merupakan rangkaian nada yang bergerak beraturan yang terbentuk dari sekelompok bunyi dan diam panjang pendeknya dalam waktu yang bermacam-macam sehingga membentuk pola yang bergerak menurut pulsa dalam setiap ayunan birama. Sedangkan pulsa merupakan rangkaian denyutan yang terjadi berulang-ulang dan berlangsung secara teratur baik dalam tempo yang cepat maupun lambat (Ibid, 1988:9).

Gambar 2.22. Contoh ritme pada musik Sumber: (Stella Nindya, 2012) c. Harmoni

Harmoni merupakan cabang ilmu pengetahuan musik yang membahas dan membicarakan perihal keindahan komposisi musik (Banoe, 2003). Menurut Jamalus (1988:30). Harmoni adalah bunyi gabungan dua nada atau lebih, yang berbeda tinggi atau rendahnya dan dibunyikan secara serentak. Dasar dari paduan nada tersebut adalah trinada Kodijat (1986:32) mengatakan bahwa harmoni adalah selaras, sepadan, bunyi serentak menurut harmoni, yaitu tentang hubungan dengan nada-nada dalam akord, serta hubungan antara masing-masing akord. Harmoni itu

(12)

sendiri pada hakikatnya berisi akord-akord yang dirangkai dengan membentuk pola-pola tersendiri yang tidak dapat dipisahkan (Hartayo, 1994:57).

Gambar 2.23. Contoh harmoni yang terdiri dari akord dan nada Sumber: (Stella Nindya, 2012)

2.3.3. Komponen Penyusun Lagu pada Musik

Menurut Jamalus (1988:35), musik akan menimbulkan sebuah lagu yang dicakup pada pengulangan suatu bagian (repetisi) dengan memperhatikan pengulangan serta perubahannya. Sebagaimana dalam karya sastra, musik juga memiliki frase, kalimat, anak kalimat dan didalamnya terdapat pesan lagu yang berupa lirik (Pono, 2003:151). Pada umumnya dalam sebuah lagu, terdapat komponen-komponen yang penting untuk membentuk lagu menjadi satu kesatuan, yaitu:

a. Intro

Intro merupakan pengawalan dari mulainya sebuah lagu yang diambil dari instrument yang not-notnya diambil dari bagian lagu tersebut. Intro bertugas sebagai pemberi warna dalam karya lagu yang dinyanyikan dan dapat memberikan nuansa pada lagu. Fungsinya untuk memperjelas motif pengembangan permainan pada melodi pokok lagu dan untuk memberikan kerangka pengembangan irama atau motif dalam permainan saat dijadikan iringan vokal (Banoe,2003:42).

b. Bait/Verse

Bait merupakan awal dari sebuah lagu yang biasanya pola nadanya hampir sama. Bait memiliki isi syair yang berbeda namun memiliki teknik permainan yang sama (Hadiyani Nurul,2006). Bait merupakan titik awal dari sebuah cerita pada lagu. Fungsinya memberikan gambaran kepada pendengar terhadap

(13)

wawasan yang mengarah kepada pesan utama dari lagu tersebut. Bait terletak sebelum reffrain sebagai pembuka awal cerita pada lagu (Shuker,2005).

c. Interlude

Interlude merupakan sisipan melodi pada pertengahan lagu. Interlude merupakan bagian yang menyambungkan antar bait dengan reffrein. Interlude tidak memliki syair yang dikarenakan interlude hanya terdiri dari beberapa bar atau pola akord (Banoe, 2003). Menurut Yensharti (1997:57), interlude berguna sebagai bagian transisi menuju kembali kepada lagu pokok.

d. Reffrain

Arti dari reff merupakan ‘pengulangan’. Reffrain merupakan sebuah pengulangan dengan notasi pengulangan pada lirik. Reffrain bisa diartikan sebagai inti ataupun makna yang terkandung dari sebuah lagu. Kebanyakan dari reffrain notasi dan pengulangannya sama dan memiliki syair yang sama, namun tidak tertutup kemungkinan syairnya sedikit dimodifikasi, namun tidak memiliki perbedaan yang terlalu jauh terhadap reffrain yang pertama (Banoe, 2003). Pada reffrain sering terdapat pergerakan modulasi, yakni terjadinya kenaikan pada skala lagu, seperti dari chorus menuju coda yang disebut dengan overtune (Abdul Rifiana,2013). Overtune dapat ditunjukkan dengan skala yang berada pada satu step diatas skala yang sebelumnya. Kenaikan skala pada jenis overtune dilakukan dengan melakukan chord transisi.

Gambar 2.24. Overtune pada nada G mayor menjadi A mayor Sumber: (Abdul Rifiana,2013)

(14)

e. Coda

Coda merupakan bagian penutup pada sebuah lagu. Pada umumnya lagu akan berhenti di bar yang terakhir. Coda bisa berupa repetisi, yang diulang-ulang kian lama kian tenggelam atau yang biasa disebut fade out. Fade out merupakan teknik pengulangan reffrain yang mengalami rit (tempo semakin lama semakin menurun) dan diakhiri dengan berhentinya semua alat musik (Faudy Rifky, 2013). Namun terdapat juga coda yang bisa pertahanan dari chorus yang kemudian diakhiri dengan diam.

2.3.4. Jenis-jenis Aliran Musik 1. Musik Rock

a. Definisi Musik Rock

Rock adalah singkatan dari nama jenis musik rock ’n rollyang pertama kali dilontarkan pada tahun 1950-an pada publik Amerika Serikat oleh Alan Freed dalam sebuah siaran radio yang menyiarkan acara musik rhythm and blues (R&B) secara rutin. Rock merupakan bentuk musik populer yang biasanya diiringi oleh gitar dan drum. Namun banyak juga gaya musik rock yang menggunakan alat musik seperti organ, piano, atau synthetisizers. Musik rock biasanya memiliki ketukan yang kuat/cepat (Syukur, 2005).

Sejak muncul dari Amerika Serikat, musik rock berkembang dan sekaligus dipengaruhi banyak tradisi dari budaya lain termasuk klasik, musik rakyat, serta musik dari Asia, Afrika, dan Amerika Latin. Salah satu hal yang membedakan musik rock dengan jenis musik sebelumnya adalah gaya pentas. Pendekatan gaya baru pentas musik secara visual dari Elvis Presley dan The Beatles di era 1960-an mendesak seni musik hiburan populer yang berjaya hingga akhir 1960-an. Fenomena kejayaan musik populer baru muncul kembali pada tahun 1970-an ketika terjadi asimilasi antara musik pop, rock, jazz, dan musik-musik lainnya sehingga membentuk aliran-aliran hibrid baru musik seperti disco fusion dan funk. Alat musik utama yang digunakan pada musik rock adalah gitar elektrik. Alat musik lainnya adalah bas elektrik, keyboard, drum, dan terkadang menggunakan saxophone (Syukur, 2005).

(15)

b. Elemen Musik Rock

Musik rock terdiri dari beberapa elemen. Menurut Kamien (2004), elemen tersebut antara lain adalah:

1. Tone Color

Suara gitar listrik pada musik rock sangat berbeda dengan suara gitar pada musik pop. Suara gitar pada musik rock sering dimanipulasi secara elektronik untuk menghasilkan

range nada yang luas. Bersamaan dengan penyanyi (yang juga memainkan alat musik), kelompok musik rockmemiliki dua buah gitar elektrik (lead dan rhythm), bass elektrik, perkusi, piano elektrik (keyboard), dan synthetisizer. Beberapa kelompok juga menggunakan satu atau lebih terompet, trombon, atau saxophone. Selama tahun 1970 dan 1980, musisi rock mengeksploitasi penambahan kapasitas synthetizer dan komputer. Teknologi elektronik membuat hal tersebut menjadi mungkin sehingga suara yang dihasilkan seperti suara suatu ensemble yang besar. Tahun 1990-an, range nada pada kebanyakan kelompok rockdiperluas oleh keterlibatan disk jockey yang memanipulasi rekaman. Gaya bernyanyi musisi rocksangat bervariasi dan berbeda dengan musisi pop. penyanyi rock biasanya berteriak, menangis, meratap, menggeram, dan menggunakan suara falsetto.

2. Rhythm, Melody, dan Harmony

Rock didasari oleh ketukan yang sangat kuat pada birama 4/4 dengan tekanan yang kuat pada ketukan kedua dan keempat pada setiap bar. Setiap ketukan dibagi menjadi dua not equal sehingga menghasilkan delapan ketukan yang lebih cepat.

Lagu rock cenderung memiliki pola melodi yang diulang-ulang.

2. Musik Jazz

a. Definisi Musik Jazz

Musik Jazz adalah salah satu ikon budaya musik abad 20 yang lahir di Amerika Serikat dari proses akulturasi unsur budaya Afrika (terutama Afrika Barat) dengan unsur musik Eropa. Jazz lahir dari suatu komunitas negro di New

(16)

Orleans (selatan Amerika Serikat) terutama setelah berakhirnya perang saudara Amerika Serikat 1886. Kelahiran jazz banyak dikaitkan dengan proses perkembangan musik blues, ragtime, dan be bop yang selalu bersinggungan satu sama lain. Karakteristik permainan improvisasi musik jazz tampak pada pendekatan individual cara bermain para musisinya. Jazz sering dianggap sebagai perkembangan lebih lanjut dari permainan piano yaitu dengan munculnya teknik sinkopasi. Sinkopasi merupakan suatu teknik permainan yang menunda jatuhnya ketukan nada dari suatu melodi atau lagu. Ketiga teknik permainan: improvisasi, sinkopasi, dan blue note membentuk trilogi yang menjadi ciri khas utama musik jazz. Pada awalnya jazz hanyalah aktivitas bermusik spontan dengan alat musik. Nyanyian kerja, spiritual, dan blues menjadi bentuk awal musik jazz. Tema musik jazz diambil dari musik rakyat, musik hiburan, atau ide spontan. Melodi pokok jazz lalu dikembangkan dalam permainan improvisasi yang disebut chorus, yaitu bagaimana permainan improvisasi sepanjang 32 birama yang bertolak dari suatu progresi akor atau harmoni. Dari improvisasi jazz ini berkembang gaya swing, semacam dorongan rasa khas dalam musik jazz. Swing merupakan dorongan perasaan untuk memberi kesan mengayun, menghentak, atau mendorong suatu perasaan ritmis dinamis yang membuat musik jazz terasa ’jazzy’atau ngejazz. Perasaan swing ini berhubungan dengan gerak dan tekanan hitungan ritme dalam musik jazz yang disebut detak atau hentakan. Perasaan swing (mengayun) menjadi unsur keempat yang menjadi ciri khas musik jazz (Syukur, 2005).

b. Elemen Musik Jazz

1. Tone Color

Jazz umumnya dimainkan oleh kelompok kecil yang terdiri dari 3-8 orang pemain atau oleh kelompok besar (big band) yang terdiri dari 10-15 orang pemain. Ciri dari jazz terletak pada ritme. Ritme yang biasanya dihasilkan oleh piano, bass, tuba, perkusi, banjo atau gitar mempertahankan ketukan. Alat musik solo jazz yang utama adalah cornet, trompet, saxophone, piano, clarinet, vibraphone, dan trombone. Jazz mengutamakan brass, woodwind, dan perkusi daripada bowed strings yang mendominasi musik simfoni. Pemain brass menghasilkan variasi nada dengan menggunakan mute(tekanan suara) yang

(17)

berbeda dan teknik mute. Pertunjukkan jazz biasanya meliputi sesi solo dan ensemble. Misalnya, ensemble yang penuh diikuti oleh solo trompet dan solo clarinet atau duet saxophone dan trompet.

2. Rhythm, Melody, dan Harmony

Sinkopasi dan swing adalah dua hal terpenting pada jazz. Musisi jazz dapat dikatakan bermain swing ketika mereka mengkombinasikan irama yang tenang dengan perasaan gembira dan santai. Musisi jazz dapat menghasilkan perasaan swing ketika mereka memainkan nada secara ringan. Melodi jazz sangat fleksibel, sama seperti pitch pada irama. Mereka menggunakan tangga nada mayor yang mana nada ketiga, kelima, dan ketujuh lebih rendah atau datar (Schwartz, 2003).

3. Musik Pop

a. Definisi Musik Pop

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) musik pop adalah musik dengan irama yang sederhana sehingga mudah dikenal dan disukai oleh orang umum. Menurut Frith (dalam Shuker 2005) musik pop berkaitan dengan nada yang popular dan pengekspresian perasaan sehari-hari. Musik pop didesain agar terlihat familiar yang diasosiasikan dengan jenis musik tertentu yang bersifat modern (Dolfsma,2004).

b. Elemen Musik Pop

1. Tone Color

Musik pop mencirikan suara dan kebanyakan bintang pop adalah penyanyi dibandingkan instrumental. Pada umumnya musik pop memiliki durasi waktu kurang dari 5 menit. Menurut Frith, Straw, dan Street (dalam Dolfsma, 2004), musik pop didesain dengan bentuk yang familiar. Shuker (2005) juga mendefinisikan musik pop sebgai musik yang mudah diperoleh, beriorentasi pada lingkungan yang universal serta menekanan pada reffrain atau ulangan lagu

yang mengesankan dan lirik yang menyenangkan dengan tema romantis.

Pengertian musik populer melalui pernyataan di atas terdapat dua makna, yaitu sebagai berikut : (1) Jenis musik mudah disenangi, mampu diterima dan cepat

(18)

dipahami masyarakat pada saat tertentu/kurun waktu terbatas dan, (2) Musik yang disajikan kepada pendengarnya dengan mengutamakan teknik penyajian dan kebebasan dalam dalam menggunakan ritme dengan tujuan memuaskan orang dengan khayalan ekspresi yang indah, tanpa penikmat musik itu sendiri perlu memiliki rasa musikalitas yang tinggi agar dapat menikmati ritme.

2. Rhythm, Melody, dan Harmony

Melodi pada musik pop mudah diterapkan dengan berbagai karakter lirik. Musik pop tidak memiliki perubahan ritme. Memiliki harmoni yang tidak terlalu rumit serta memiliki tempo yang bervariasi.

4. Musik Klasik

a. Definisi Musik Klasik

Istilah klasik menurut Enslikopedia Indonesia adalah suatu karya (umumnya karya cipta jasa tampilan) yang bernilai seni serta ilmiah, terkadang keindahan dan tidak akan pernah luntur sepanjang masa (Shadily 1982:1793). Menurut Blume (dalam Prier SJ 1993:76), musik klasik adalah karya seni musik yang mengutamakan daya ekspresi dan bentuk bersejarah sedemikian hingga terciptalah suatu ekspresi yang meyakinkan dan dapat bertahan terus. Menurut Merrit (2003), musik klasik terbagi atas 4 zaman, yakni:

i. Musik Zaman Barok

Musik klasik zaman Barok berlangsung dari tahun 1600 sampai 1750 ditandai oleh strukturnya yang akurat dan tepat. Geraknya yang energik serta memiliki tempo yang teratur. Contoh karya pada musik barok adalah Canon in D yang diciptakan oleh Johann Christoph Pachelbel. Musik Canon in D menggunakan penempatan nada yang

saling tumpah tindih atau saling menyambung antara nada satu dengan nada lainnya.

ii. Musik Zaman Klasik

Zaman klasik terjadi dari tahun 1750 sampai 1820. Jika musik zaman barok ditandai dengan perubahan dinamika suara yang tidak terlalu

(19)

kontras, musik zaman klasik ditandai oleh aksen dan dinamika yang

bisa berubah secara tiba-tiba dan mengejutkan sehingga menyebabkan irama tidak bersifat monoton.

iii. Musik Zaman Romantis

Musik zaman Romantis berkisar antara tahun 1820 sampai tahun 1900. Musik klasik pada zaman ini terdengar liris, fantastis, membuat pendengar merinding dan sangat efektif dalam membantu mengungkapkan perasaan seseorang.

iv. Musik Zaman Impresionis

Musik zaman Impresionis dimulai pada akhir abad ke 19. Musik zaman ini sangat baik dalam memicu khayalan karena banyaknya perubahan dalam warna nada dan nuansa perasaan yang lembut.

b. Elemen Musik Klasik

1. Tone Color

Musik klasik menggunakan peralihan dinamik dari lembut sampai keras atau crescendo menjadi lembut atau descrescendo. Pemakaian ornamen yang dibatasi. Karya musik ini berdampak dalam membangun semangat, memberi energi serta meningkatkan daya intelektual.

2. Rhythm, Melody, dan Harmony

Musik klasik memiliki perubahan tempo dengan percepatan atau acclereando atau dengan perlambatan ritardando. Musik klasik identik dengan pemakaian akord 3 nada yang dibunyikan secara serentak sehingga

menghasilkan harmonisasi yang teratur.

2.4. Kajian Literatur Proyek Arsitektur dengan Tema Musik

2.4.1. Aziza Melati & Bambang Soemardjono (2013), Canon sebuah Teori Musik sebagai Tema Objek Rancang Sekolah Tinggi Seni Pertunjukan Indonesia, Jurnal Sains dan Seni Pomits Vol. 2, No.2

Melati Aziza dan Bambang Soemardiono (2013) memulai perancangan melalui pemikiran yang dikatakan oleh Goethe bahwa arsitektur adalah musik

(20)

yang membeku Sama halnya dengan musik bahwa arsitetur juga memiliki irama. Sehingga mereka memilih musik canon sebagai tema perancangan. Dimana Canon memiliki karakter seperti pengulangan pada melodi yang didalamnya terdapat melodi Leader dan Follower dengan durasi tertentu dan imitasi oleh melodi Follower berupa ritme atau interval yang sama. Partitur Canon digunakan sebagai penerjemah transformasi dalam pola garis. Simbol garis digunakan sebagai acuan pada penerapan terhadap perancangan.

Untuk canon sederhana, partitur yang dipakai adalah Canon in D (karya J. Pachelbel). Sedangkan untuk contoh yang lebih kompleks menggunakan partitur lagu Gia torna a rallegrar l’aria e la terra (karya Lucas Marenzio).

Setelah melakukan proses analisa partitur Canon ke dalam simbolisasi garis (Gambar 2.25), selanjutnya dibuat penerapan kedalam proses perancangan yang diinginakan, yaitu:

Bentuk garis Follower yang sama mengacu pada interval yang sama (Gambar 2.26)

Bentuk garis Follower mengacu pada ritme yang sama (Gambar 2.27). Penjelasan diatas merupakan kriteria umum yang didapat dari karakter tema Canon dan penyesuaian terhadap bentuk keinginan perancangan. Dalam hal ini juga terdapat pertimbangan khusus terhadap perancangan, antara lain:

 Memperhatikan faktor kenyamanan, sirkulasi serta penataan parkir.  Memperhatikan keamanan dalam tapak, Memperhatikan sistem

sirkulasi dalam memudahkan pencapaian kendaraan pemadam kebakaran..

(21)

Gambar 2.25. Proses Analisa Pola Canon ke dalam Simbolisasi Garis Sumber: (Aziza Melati & Bambang Soemardjono, 2013)

Gambar 2.26. Bentuk garis Follower mengacu pada interval yang sama Sumber: (Aziza Melati & Bambang Soemardjono, 2013)

Gambar 2.27. Bentuk garis Follower mengacu pada ritme yang sama Sumber: (Aziza Melati & Bambang Soemardjono, 2013)

(22)

a. Konsep Siteplan

Konsep-konsep desain rancang yang diterapkan pada siteplan, antara lain sebagai berikut :

 Sistem sirkulasi secara keseluruhan adalah outer ringroad agar memudahkan dalam pencapaian ke masing–masing bangunan, terutama bagi mobil pemadam kebakaran.

 Yang berperan sebagai garis “Leader” adalah gedung departemen tari, departemen musik dan masjid. Sedangkan gedung rektorat dan gedung departemen tari berperan sebagai garis “Follower”.

 Yang berperan sebagai garis penegas dari garis “Leader” ditempati oleh gedung penunjang yang sifatnya publik (Gedung Pertunjukkan) dan garis garis hardscape softscape.

b. Konsep Gubahan Massa dan Exterior

`Konsep gubahan massa diumpamakan membentuk pola Canon sederhana dengan cara sebagai berikut :

 Layering pada bangunan

 Bangunan sebagai “Leader” diletakkan dibelakang, agar sekuen antara “Leader” dan “Follower” terlihat.

 Pemberian warna yang berbeda untuk “layer” dan bangunannya.

Dalam penerapan di perancangan, pembeda antara “Leader” dan “Follower” dibedakan berdasarkan hal berikut:

 Layering yang berbeda pola tetapi ritmenya sama (contoh Gedung Pertunjukan)

(23)

 Layering dengan pola dan ritme yang sama dengan dipertegas oleh warna (contoh: Gedung-gedung Sekolah).

Gambar 2.28. Proses Desain Siteplan dan Gubahan Massa Sumber: (Aziza Melati & Bambang Soemardjono, 2013)

2.4.2. Agrawala Vibha (2011), Music + Architecture: The Spatial Translation of Schenkerian Analysis, Journal of Undergraduate

Research, 13, pp 1-10.

Stretto House merupakan bangunan yang difungsikan sebagai rumah yang terletak di Dallas, Texas. Stretto House dirancang oleh Arsitek asal Amerika Steven Holl.

Steven Holl merancang Stretto House dengan menggunakan analogi pada musik. Steven Holl berpendapat bahwa musik memiliki elemen waktu, instrument

(24)

dan suara maka arsitektur juga memiliki elemen ruang, material dan cahaya. Parameter ini dinyatakan dengan elemen pada keduanya:

instrumen x suara material x cahaya

waktu = ruang

Gambar 2.29. Skema Steven Holl terhadap elemen arsitektur dan musik Sumber: (Agrawala Vibha, 2011)

Steven Holl terinspirasi pada lagu yang berjudul Music for Strings, Percussion and Celestra (1936) yang diciptakan oleh Bella Bartok yang bertema-kan musik Barok (Gambar 2.30). Musik Barok sendiri merupabertema-kan musik yang menonjolkan unsur alat musik perkusi (berat) dan alat musik dawai (ringan).

Musik Barok (1600-1750) merupakan kesempurnaan dalam sistem musik Barat. Jenis musik yang berasal dari Italia ini memiliki sistem tonalitas yang berbasis perkuncian dengan memformulasikan nada-nada menjadi deretan akord.

Gambar 2.30. Aplikasi not pada lagu kedalam bentuk gubahan massa Sumber: (Agrawala Vibha, 2011)

(25)

Steven Holl membagi 2 zona pada rumah Stretto dengan mengklasifikannya pada material. Dimana logam dijadikan sebagai material pada atap (ringan) sedangkan material batu berat persegi panjang digunakan sebagai pembentuk dinding bangunan (gambar 2.31).

Gambar 2.31. Pembagian Zona Berdasarkan Material Berat dan Ringan Sumber: (Agrawala Vibha, 2011)

Gambar 2.32. Denah Stretto House Sumber: (Agrawala Vibha, 2011)

(26)

Inspirasi atas musik Bartok melahirkan simfoni batu kapur serta atap melengkung yang saling terkoneksi seperti crescendos musik dengan didukung pada alunan landscape yang bergelombang (Gambar 2.33).

Gambar 2.33. Alunan landscape yang bergelombang diikuti dengan atap melengkung Sumber: (Agrawala Vibha, 2011)

Gambar 2.34. Aplikasi material batu sebagai dinding serta logam sebagai material atap Sumber: (Agrawala Vibha, 2011)

(27)

2.4.3. Elisabaletta Mapelli & Alberto Alessi (2003), Museum Architecture, Industria delle Costruzioni no.371 , p.30-35

EMP (Experience Music Project) merupakan bangunan yang difungsikan sebagai musem musik yang memiliki beberapa pameran musik interaktif yang menyajikan tentang bagaimana pembentukan ekspresi, invoasi serta kreasi dalam membentuk esensi dari musik rock n roll. Museum yang terletak di Seattle, Washington ini dibangun dengan 21.000 alumunium dan stainless steel serta 280 rusuk baja dengan memakai struktur tali baja. Pemakaian material tersebut memunculkan fantasi pada hasil warna yang berubah bila dilihat dari sudut pandang yang berbeda (Gambar 2.35).

Gambar 2.35. Tampilan EMP

Sumber: (Elisabaletta Mapelli & Alberto Alessi, 2003)

Secara arsitektural, penerapan material pada ruang dan bangunan, pemanfaatan bahan alam, bentuk-bentuk yg lentur, penerapan yang tidak teratur serta kombinasi warna antara merah, ungu, kuning, dan sebagainya mencerminkan citra perkembangan dinamika musik di Amerika (khususnya Rock, Pop dan RnB). Dinamika tercermin pula pada penerapan simulasi live concert dengan pemanfaatan teknologi multi media yang interaktif serta didukung dengan tata cahaya dan akustik yang memadai.

(28)

Gambar 2.36. Denah EMP

Sumber: (Elisabaletta Mapelli & Alberto Alessi, 2003)

Frank O’ Gehry sebagai arsitek pada perancangan gedung ini terinspirasi dari alat musik gitar dimana alat musik ini yang paling dominan dalam perkembangan musik rock.

Simbolisasi yang dilakukan Gehry dalam bentuk arsitektural EMP antara lain sebagai berikut:

- biru untuk gitar Fender - emas untuk Les Paul

(29)

Gambar 2.37. Hasil Sketsa Gehry dengan mengeksplorasi gitar Sumber: (Elisabaletta Mapelli & Alberto Alessi, 2003)

Gehry mengeksplorasi gitar dengan cara memotong gitar menjadi bagian-bagian yang tak beraturan dan disusun ulang menjadi sebuah bentuk bangunan (Gambar 2.37).

Gambar 2.38. Berbagai Sudut dari Bangunan EMP Sumber: (Elisabaletta Mapelli & Alberto Alessi, 2003)

(30)

2.5. Keterkaitan antara Musik dan Arsitektur 2.5.1. Denah

MUSIK ARSITEKTUR HOTEL SANTIKA

DYANDRA MEDAN Intro:

 Merupakan awal dari sebuah lagu.

 Sebagai patokan awal dalam memasuki melodi utama.

 Kerangka

pengembangan irama atau motif dalam permainan saat dijadikan iringan vokal.

Entrance:

 Memberikan peran dan fungsi tertentu dalam suatu bangunan.  Sebagai tanda transisi

antara exterior dan interior.

Gerbang Hotel:

 Merupakan jalur masuk menuju bagian dalam hotel. Pada Groundfloor terdapat 3 (tiga) jalur masuk menuju ruang dalam pada hotel, yakni melalui Jl. Pengadilan, Jl. Candi Prambanan dan Jl. Maulana Lubis.

Bait:

 Merupakan awal dari sebuah lagu yang biasanya pola nadanya hampir sama.

 Memberikan gambaran terhadap pesan utama pada sebuah lagu.

Secondary Space:  Suatu area yang tidak

terlalu digunakan secara eksklusif.

 ruang pengantar dalam memberikan penjelasan terhadap fungsi bangunan.

Convention Room:

 Terletak pada ground floor hotel Santika dyandra.  Sebagai pemberi gambaran kepada pengunjung terhadap fungsi bangunan. Bait:

 Merupakan awal dari sebuah lagu yang biasanya pola nadanya hampir sama.

 Memberikan gambaran terhadap pesan utama pada sebuah lagu.

Secondary Space:

 Suatu area yang tidak terlalu digunakan secara eksklusif.

 ruang pengantar dalam memberikan penjelasan terhadap fungsi bangunan.

Receptionist:

 Terletak pada lantai 1 hotel Santika dyandra.  Sebagai alur pengantar

dalam pencapaian menuju kamar hotel.

(31)

Bait:

 Merupakan awal dari sebuah lagu yang biasanya pola nadanya hampir sama.

 Memberikan gambaran terhadap pesan utama pada sebuah lagu.

Secondary Space:

 Suatu area yang tidak terlalu digunakan secara eksklusif.

 ruang pengantar dalam memberikan penjelasan terhadap fungsi bangunan.

Banquet:

 Terletak pada lantai 2 hotel Santika Dyandra.  Merupakan ruang yang

tidak digunakan secara

umum. Hanya

digunakan terhadap kelompok-kelompok tertentu yang sedang mengadakan acara yang diadakan di hotel.

Interlude:

 Sisipan melodi pada pertengahan lagu.  Merupakan bagian yang

menyambungkan antar bait dengan reffrein.  Terdiri dari beberapa bar

atau pola akord.

 Berguna sebagai bagian transisi menuju kembali kepada lagu pokok.

Trantition Space:

 Lintasan dari suatu taraf tingkatan, subjek, tempat ke tempat lainnya.

 Sebagai penghubung antara akhiran dari aktifitas sebelumnya sebelum memasuki aktifitas yang baru.

 Ruang penghubung fisik diantara 2 ruangan yang didesain dengan aspek fungsional maupun sebagai unsur penambahan dalam estetika.

Restoran, Kolam Renang dan Caffee Shop:

 Terletak pada lantai 3 hotel Santika Dyandra sebagai fasilitas sekunder pada hotel.

 Transisi menuju kamar hotel yang terdapat pada lantai 4 sampai dengan lantai 11.

 Merupakan penghubung dari aktifitas umum menuju aktifitas yang bersifat privasi.

Reffrain:

 Merupakan inti dari sebuah lagu.

Primary space :

 Merupakan bagian utama dalam sebuah

Kamar Hotel:

 Terletak pada lantai 4 sampai dengan lantai 11

(32)

 Notasi dan pengulangannya sama dan memiliki syair yang

sama, namun kemungkinan syairnya sedikit dimodifikasi. bangunan.  Digunakan secara eksklusif pada kelompok-kelompok tertentu.

hotel Santika Dyandra.  Hanya diperuntukkan

bagi pengunjung yang menyewa ataupun menginap pada kamar yang disediakan pihak hotel.

 Memiliki bentuk denah yang sama pada tiap lantainya.

Tabel. 2.2. Tabulasi keterkaitan antara musik dan arsitektur

2.5.2. Tampak

MUSIK ARSITEKTUR HOTEL SANTIKA

DYANDRA MEDAN Melodi:

 Merupakan elemen pembentuk musik.  Terdiri dari rangkaian

nada-nada yang menghasilkan ide musikal.

Bukaan:

 Merupakan salah satu elemen pembentuk fasad.

 Berfungsi sebagai alur sirkulasi udara.

Jendela:

 Elemen pembentuk tampak pada hotel Santika Dyandra.

 Terdiri dari rangkaian jendela yang memiliki ukuran bervariasi. Irama:

 Bunyi yang bersifat dinamika yang bergerak secara teratur serta berhubungan dengan panjang pendeknya not.

 Sekelompok bunyi dan

diam panjang

pendeknya dalam waktu yang

bermacam-Ritme:

 Sebagai pergerakkan yang bercirikan unsur-unsur atau motif berulang.

 Disusun secara terpola dengan interval secara teratur maupun tidak teratur.

Ritme Jendela:

 Susunan jendela disusun berdasarkan ritme yang bergerak teratur dengan tingkat kerapatan antara satu jendela dengan jendela lainnya.

(33)

macam dalam bentuk yang berulang-ulang. Harmoni:

 Bunyi gabungan dua nada atau lebih, yang berbeda tinggi atau

rendahnya dan

dibunyikan secara serentak.

 Selaras, sepadan, bunyi serentak.

 Berisi akord-akord yang dirangkai dengan membentuk pola-pola tersendiri yang tidak dapat dipisahkan.

Komposisi:

 Susunan berberapa macam bentuk yang terjalin dalam suatu kesatuan sehingga terwujud bentuk baru yang sesuai dengan kondisi tertentu.

 Susunan unsur-unsur dalam suatu karya yang memancarkan kesatupaduan, irama dan juga keseimbangan. Komposisi Jendela:  Penggabungan susunan

dari ritme jendela sehingga menghasilkan pola yang teratur serta memiliki satu kesatuan.

(34)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dipilih pada penelitian dengan judul “Membaca Karya Arsitektur Sebagai Sebuah Komposisi Musik, Studi Kasus: Hotel Santika Dyandra Medan” adalah jenis penelitian deskriptif. Arikunto (2010;3) mengatakan metode penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi, situasi, peristiwa ataupun kegiatan yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian. Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan kondisi pada gedung Santika Dyandra Medan. Penelitian deskriptif hanya menginterpretasikan fakta yang saat ini sedang terjadi tanpa mempermasalahkan keadaan sebelum ataupun sesudahnya.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Menurut Sugiyono (2008:14) pendekatan kualitatif adalah metode analisis yang berlandaskan pada filsafat post positivisme, digunakan untuk meneliti objek tertentu yang bersifat alamiah, dimana peneliti sebagai instrumen kunci. Hasil penelitian ini lebih menekankan makna daripada generalisasi.

3.2. Variabel Penelitian

Menurut Sinulingga (2011), bahwa variabel merupakan objek penelitian yang menjadi titik perhatian pada penelitian. Variabel dalam penelitian ini dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu:

a. Variabel independen (bebas) merupakan variabel yang mempengaruhi timbulnya variabel dependen (terikat). Pada penelitian ini variabel independen adalah elemen serta komponen lagu pada musik.

b. Variabel dependen (terikat) merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Pada penelitian ini variabel dependen adalah elemen serta komponen arsitektur pada Hotel Santika Dyandra.

Gambar

Gambar 2.11. Organisasi terpusat Sumber: (Ching, Francis D.K., 1996)
Gambar 2.13. Organisasi Radial Sumber: (Ching, Francis D.K., 1996)
Gambar 2.15. Organisasi Grid Sumber: (Ching, Francis D.K., 1996)
Gambar 2.16. Dasar pembentukan dome pada Masjid Sumber: (Dwi Kustianingrum, 2013)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Golongan :Input Pangkat Golongan pertama (III/a) harus menggunakan SK CPNS bukan pengangkatan PNS.

1) Mengkondisikan kegiatan belajar siswa. 2) Menyajikan alat, sumber dan perlengkapan belajar. 3) Menggunakan waktu yang tersedia untuk KBM secara efektif. 5) Menguasai bahan

Faktor penting dalam menentukan keberhasilan reformasi birokrasi adalah peran kepemimpinan (leadership) bagi upaya perubahan, demikian Lembaga Administrasi Nasional

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat efektifitas limbah sayuran fermentasi sebagai pakan terhadap persentase lemak domba hair sheep.Penelitian ini dilaksanakan

PENGARUH HEDONIC SHOPPING MOTIVATION TERHADAP IMPULSE BUYING PADA NIKE STORE di

Penelitian ini memiliki tujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh variabel ukuran Perusahaan, Jaminan, Leverage, Umur Obligasi, serta Reputasi Auditor yang

Jadi, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana mekanisme dalam pemberian modal kerja usaha mikro di Bank Syariah Mandiri Cabang Palangka Raya,