BAB 1 PENDAHULUAN
J. Analisis Komponen Utama
(c). Strata tiang
(d). Strata pohon
Gambar 6. Analisis komponen utama mangrove terhadap.kualitas.kimia.fisika.perairan
Berdasarkan analisa multivariat Canonical Correspondences Analisys (CCA) pada strata semai menghasilkan nilai eigenvalue 0,675, pancang (0,637), tiang (0,261) dan pohon (0,101). Nilai eigenvalue yang lebih dari 0.5 menunjukkan bahwa secara umum kemelimpahan jenis mangrove dari hasil diagram ordinasi CCA dapat diinterpretasikan merata di sepanjang gradien lingkungan yang diukur39.
39Kurniawan and Parikesit, ‘Persebaran jenis pohon di sepanjang faktor lingkungan di Cagar Alam Pananjung Pangandaran, Jawa Barat’.
B AB 3
KOMPOSISI DAN STRUKTUR VEGETASI MANGROVE TELUK TUWAS-WAS KABUPATEN LOMBOK TIMUR
A. Pendahuluan
I
ndonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah kepulauan (±17.508) dan garis pantai terpanjang di dunia (81.000 km2) sehingga tidak mengherankan apabila Indonesia menjadi salah satu negara dengan luasn ekosistem hutan mangrove terbesar didunia yaitu seluas 3.364.076 ha (kondisi mangrove lebat seluas 3.121.239 Ha (93%), mangrove sedang seluas 188.363 Ha (5%), dan mangrove jarang seluas 54.474 Ha (2%))40.Hutan mangrove merupakan sebutan umum yang digunakan untuk menggambarkan suatu komunitas tumbuh- tumbuhan pantai tropik yang didominasi oleh beberapa jenis
40Direktorat Pendayagunaan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut,’ Kondisi Mangrove Di Indonesia’.
tumbuhan mempunyai kemampuan tumbuh pada habitat perairan asin.
Ekosistem mangrove memiliki peran yang sangat penting dsecara ekologis bagi lingkungan, biota maupun masyarakat yang tinggal di kawasan pesisir. Salah satunya adalah fungsi mangrove fungsi sebagai habitat berkembang biak (nursery ground), tempat memijah (spawning ground), dan mencari makanan (feeding ground) berbagai organisme laut. Selain itu, peran.fisik.ekologi.mangrove.dapat.menjaga.garis.pantai.tetap.
stabil dari dampak erosi, abrasi, mitigasi bencana tsunami, perangkap zat-zat pencemar dan limbah, melindungi daerah dibelakang mangrove dari hempasan gelombang dan angin kencang, dan mencegah intrusi garam (salt intrution) ke arah darat41.
Peran dan manfaat mangrove secara ekologi berbanding terbalik dengan status kondisi ekosistem mangrove Indonesia, baik secara kualitas maupun kuantitas pada setiap tahunnya terus mengalami jumlah penyusutan luasan, termasuk ekosistem mangrove di pulau Lombok. Luas hutan mangrove di pulau Lombok mencapai 3304,64 ha dengan sebaran di Kabupaten Lombok Barat seluas 438,54 ha, Kabupaten Lombok Tengah seluas 202,68 ha, dan Kabupaten Lombok Timur seluas 2663,42 ha42.
Berdasarkan kondisi data mangrove di NTB khusus di Pulau Lombok yang semakin hari semakin menyusut
41Kusmana, ‘Pengelolaan Sistem Mangrove Secara Terpadu. Workshop Pengelolaan Ekosistem Mangrove di Jawa Barat’.
42Balai Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Dodokan Moyosari NTB, ‘Ekosistem Mangrove dan Sempadan Pantai’.
menjadikan pentingnya inventarisasi mangrove di teluk Tuwas-was desa Pemongkong sebagai lokasi pengambilan data, sehingga dari data yang diambil dapat dijadikan sebagai salah satu acuan strategi dalam konservasi mangrove secara berkelanjutan.
B. Metodologi Penelitian 1. Metodologi penelitian
Prosedur penelitian komposisi dan struktur vegetasi mangrove teluk Tuwas-was dilakukan dengan metode tansek kuadran dengan jumlah petak kuadran pengamatan 25 dan luas kasawan ekosistem mangrove 6,30 ha. Lebih jelasnya metode jalur berpetak pada Gambar 7.
Gambar 7. Metode jalur berpetak
Mekanisme penelitian diawali dengan pengamatan identifikasi.jenis.pada.setiap.petak.yang.terdiri.dari.strata.
semai,. pancang,. tiang. dan. pohon.. Klasifikasi. strata. ini.
berdasarkan tinggi dan diameter batang mangrove sebagai berikut:
Tingkat semai yaitu sejak perkecambahan sampai 1.
mangrove yang tingginya kurang dari 1,5 meter pada petak ukur 2x2 m².
Tingkat pancang yaitu mangrove yang tingginya lebih 2.
dari 1,5 meter dan diameter batang 10-25 cm pada petak ukur 5x5 m².
Tingkat tiang yaitu mangrove yang diameter batang 3.
antara 25-35 cm dan tinggi lebih dari 1,5 m pada petak ukur 10x10 m².
Tingkat pohon dewasa yaitu mangrove yang diameter 4.
batang pohon lebih dari 35 cm pada petak ukur 20x20 m².
Setelah.identifikasi.jenis,.dilakukan.pengamatan.faktor.
kimia.fisika.perairan.pada.setiap.petak.kuadran.meliputi:.pH.
air, salinitas, suhu air, pH substrat, arus, kelembapan susbtrat, dan kecepatan angin.
2. Analisis Data
a. Perhitungan Komposisi dan Struktur Mangrove
Data vegetasi yang terkumpul kemudian dihitung untuk mengetahui kerapatan jenis, kerapatan relatif, basal area jenis, basal area relatif, frekuensi jenis, frekuensi relatif, serta indeks nilai penting (INP) sebagai berikut:
Kerapatan jenis = Jumlah Individu Luas Petak Ukur
Kerapatan relatif = Kerapatan suatu jenis x100 jenis Kerapatan seluruh jenis
Frekuensi jenis = Jumlah petak berisi suatu Jenis Jumlah seluruh petak yang diamati Frekuensi relatif = Frekuensi suatu jenis x100
jenis Frekuensi seluruh jenis Dominasni jenis = Dominansi suatu jenis
Luas petak ukur
Dominansi relatif = Dominansi suatu jenis X 100 % Basal Area seluruh jenis
Indeks Nilai Penting = Kerapatan relatif + Frekuensi relatif + Dominansi relatif
Indeks nilai penting merupakan penjumlahan dari kerapatan relatif (KR), tutupan batang relatif (TBR) dan frekuensi relatif (FR), yang berkisar antara 1% sampai 300%.
b. Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener H´.=.-∑.Pi.x.Ln.Pi
Pi = n N Keterangan :
H’ = Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener
Pi = Proporsi jumlah individu jenis ke-i terhadap individu total
n = Kerapatan jenis
N = Kerapatan seluruh jenis
Kriteria penilaian keanekaragaman Shannon-Wiener :
H> < 1 = Keanekaragaman rendah, adanya tekanan ekologis terhadap ekosistem mangrove
1,0 < H> < 3,322 = Keanekaragaman sedang, produktivitas cukup, kondisi ekosistem cukup seimbang, tekanan ekologis sedang H> > 3,322 = Keanekaragaman tinggi, stabilitas ekosistem sangat
baik dengan produktivitas tinggi dan tahan terhadap tekanan ekologis
2. Gambaran Umum Teluk Tuwas-was
Teluk Tuwas-was terletak di desa Pemongkog kecamatan Jerowaru Kabupaten Lombok Timur dengan letak koordinat penelitian pada -8.85608689 Lintang Utara dan 116.45897336 Bujur Timur dengan luas kasawan ekosistem mangroveteluk Tuwas-was 6,30 ha (Gambar 8).
Gambar 8. Ekosistem mangrove teluk Tuwas-was C. Komposisi Jenis Mangrove Teluk Tuwas-was
Keberadaan ekositem mangrove merupakan bagian penting dari fungsi lingkungan yang terdapat di kawasan pesisir terutama fungsi ekologi mangrove sebagai penahan
abrasi, sehingga peran komposisi dan struktur vegetasi mangrove yang tumbuh di zona terdepan yang berhadapan dengan gelombang laut sangat dibutuhkan.
Berdasarkan hasil penelitian, komposisi jenis mangrove teluk Tuwas-was didapatkan sebanyak 5 (lima) famili, yang terdiri dari 7 (tujuh) genus dengan jumlah 13 jenis mangrove (Tabel 19).
Tabel 19. Komposisi jenis mangrove Teluk Tuwas-was
No Family Spesies
1 Acantaceae A. alba
A.lanata A. marina
2 Cambreta L. racemosa
3 Rhizophoraceae B. gymnorrhiza R. apiculata R. mucronata R. stylosa C. decandra C. tagal
4 Rubiaceae S. hydrophyllaceae
5 Lytrhaceae S. alba
S. caseolaris
*sumber:.hasil.identifikasi.lapangan
Komposisi jenis mangrove teluk Tuwas-was lebih banyak dibandingkan dengan komposisi jenis mangrove telak Ekas yang merupakan kawasan ekosistem mangrove yang bedekatan yaitu sama-sama berada di kecamatan Jerowaru.
Jumlah komposisi jenis yang ditemukan di ekosistem mangrove teluk Ekas sebanyak 7 (tujuh) jenis meliputi:
Sonneratia alba, Avicennia alba, Avicennia marina, Rhizophora
mucronata, Rhizophora apiculata, Rhizophora stylosa dan Ceriops decandra43.
Adapaun komposisi mangrove teluk Tuwas-was pada tingkatan strata pertumbuhan memiliki sebaran berbeda- beda, yaitu terdapat jenis yang ditemukan pada strata semai dan pancang, tetapi tidak ditemukan pada strata tiang dan pohon seperti jenis mangrove B. gymnorrhiza, dan L. racemosa.
Sebaliknya terdapat beberapa jenis yang ditemukan pada strata tiang dan pohon tetapi tidak ditemukan pada strata semain dan pancang seperti pada jenis mangrove S. caseolaris dan A. lanata. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 20 sebagai berikut:
Tabel 20. Komposisi jenis mangrove teluk Tuwas-was
No Spesies Semai Pancang Tiang Pohon
1 A. alba -
2 A. lanata - -
3 A. marina - - -
4 B. gymnorrhiza - -
5 C. decandra -
6 C. decandra -
7 L. racemosa - -
8 R. apiculata 9 R. mucronata 10 R. stylosa
43Pradnyawati, ‘Struktur dan Analisis Vegetasi Mangrove di Teluk Ekas Kecamatan Jerowaru Kabupaten Lombok Timur’.
11 S. hydrophyllaceae - - 12 S. alba
13 S. caseolaris - -
*sumber:.hasil.identifikasi.lapangan
Keberadaan beberapa jenis mangrove R. apiculata, R.
mucronata, R. stylosa, dan S. alba dapat ditemukan pada etiap strata pertumbuhan mulai dari strata semai, pancang, tiang, tiang dan pohon di teluk Tuwas-was dengan sebaran tumbuh pada setiap petak pengukuran dari zona pesisir sampai zona belakang yang berdekatan dengan tambak udang masyarakat.
Sedangkang pada jenis C. decandra dan C. tagal hanya ditemukan pada strata semai, pancang, dan tiang, sedangkan pada strata pertumbuhan pohon tidak ditemukan, kondisi ini sama halnya dengan komposisi jenis mangrove teluk Serewe. Faktor tidak adanya strata pohon pada jenis mangrove C. decandra dan C.
tagal dapat disebabkan oleh proses pertumbuhan yang sangat lambat.
Famili Rhizophoraceae dan Acantaceae merupakan 2 (dua) diantara 5 (lima) famili yang paling banyak ditemukan pada ekosistem teluk Tuwas-was. Persebaran jenis dari famili Rhizophoraceae banyak ditemukan secara merata pada zona depan, tengah dan belakang (berdekatan dengan daratan).
Secara khusus pada jenis R. apiculata, R. mucronata dan R.
stylosa banyak ditemukan pada zona yang berdekatan dengan kawasan aliran masuk air laut yang memiliki substrat berlumpur.
D. Analisis Parameter Lingkungan Teluk Tuwas- was
Pengamatan kualitas perairn ekosistem mangrove teluk Tuwas-was terdiri dari pH perairan, pH substrat, intensitas cahaya dan kelembapan substrat. Proses pngukuran ini berlangsung pada setiap petak pengamatan komposisi dan struktur vegetasi mangrove yang terdiri dari 30 petak kuadran, adapun hsil pengamatan pada Tabel 21 sebagai berikut:
Tabel 21. Parameter lingkungan ekosistem mangrove teluk Tuwas-was
No Parameter lingkungan Rata-rata±Standar deviasi
1 pH perairan 8,34±0,388
2 pH substrat 7,52±0,450
3 Intensitas cahaya 544±152,970
4 Kelembapan substrat 4.96±1,695
*sumber: hasil pengamatan peneliti
Berdasarkan hasil pengukuran, kondisi pH perairan ekosistem mangrove teluk Tuwas-was menunjukan nilai rata- rata 8,34±0,388, sedangkan pH substrat 7,52±0,450. Status kualitas pH perairan dan pH substrat dibandingkan dengan ambang batas baku mutu kesehatan air laut berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 51 tahun 2004 untuk kesehatan biota pada kisaran batas normal sampai dengan nilai pH 8,5, sehingga dapat disimpulkan kondisi pH perairan dan pH substrat masih mendukung
proses pertumbuhan dan perkembangan vegetasi mangrove di teluk Tuwas-was.
Nilai pH perairan dan pH substrat mencirikan keseimbangan antara asam dan basa suatu ekosistem.
Berdasarkan hasil pengukuran, rata-rata pH perairan ekosistem mangrove teluk Tuwas-was sedikit berbeda dengan kondisi kualitas kimia perairan (pH perairan dan pH substrat) ekosistem mangrove teluk sereweh yaitu dengan rata-rata pH perairan 8,07±0,058 dan pH substrat berada pada kisaran 5,07±0,808. Kondisi pH yang tidak normal dapat mempengaruhi respirasi,.sistem.enzim,.kandungan.nutrisi.dan.produktifitas.
organisme44.
Selain itu, hasil pengukuran intensitas cahaya pada ekosistem mangrove teluk Tuwas-was didapatkah hasil rata- rata sebesar 544±152,970. Kondisi ini masih taraf aman dalam proses fotosintesis vegetasi mangrove, sebaliknya apabila intensitas cahaya dalam kondisi berlebih atau upnormal maka dapat mengakibatkan adanya penguapan cairan dalam sel melalui stomata sehingga mengurangi bahan-bahan materi yang digunakan dalam menaisme fotosintesis sehingga ketika kondisi panas maka daun lebih banyak menutup sotota untuk menghindari hilangnya air. Kondisi lain dari dampak terjadinya peningkatan suhu dapat juga mengakibatkan adanya gelembung gas oksigen yang dapat mengakibatkan semakin banyak ATP yang terbentuk sebagai energi dalam mempercepat terjadinya proses fotosintesis, selain itu
44Rahman et al., ‘Komposisi Vegetasi Mangrove Berdasarkan Strata Pertumbuhan di Teluk Sereweh, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat’.
menyebabkan terjadinya pergerakan molekul-molekul yang bereaksi semakin bertambah oleh kinerja enzim sehingga dapat berdampak buruk terhadap penurunan laju fotosintesis yang dapat menyebabkan denaturasi enzim dan kerusakan pada fotosistem45.
Kelembapan substrat ekosistem mangrove teluk Tuwas- was pada kndisi rata-rata 49,6±1,695. Kelembapan memiliki pengaruh yang penting terhadap vegetasi mangrove dalam proses. fisiologis,. respirasi. daun. dan. akar,. ekskresi,. dan.
pengaturan keseimbangan kadar garam dalam sel. Dalam kondisi kelembapan tinggi dapat meningkatkan kadar air dalam protoplasma sehingga dapat menyebabkan proses metabolisme menjadi lebih cepat46.
E. Indeks Nilai Penting Mangrove Strata Semai Teluk Tuwas-was
Berdasarkan hasil analisis perhitungan dari 10 jenis mangrove strata semai teluk Tuwas-was didapatkan hasil bahwa jenis mangrove Ceripos decandra (44.21%) memiliki indeks nilai penting (INP) tertinggi, hal ini didukung oleh tingginya nilai kerapatan relatif (23.52%) dan sebaran reltif (20.69%) yang ditemukan pada 30 petak kuadaran pengamatan (Tabel 22).
45Proctor and Loveless, ‘Principles of Plant Biology for the Tropics’. Lupitasari et al., ‘Pengaruh Cahaya dan Suhu Berdasarkan Karakter Fotosintesis Ceratophyllum demersum sebagai Agen Fitoremediasi’.
46Madigan et al., ‘Brock Biology of Microorganisms’.
Tabel 22. Indeks nilai penting strata semai teluk Tuwas-was No Mangrove KR (%) FR (%) INP (%)
1 A. alba 1,96 3,45 5,41
2 B. gymnorrhiza 1,96 3,45 5,41
3 C. decandra 23,53 20,69 44,22
4 C. tagal 17,65 13,79 31,44
5 L. racemosa 1,96 3,45 5,41
6 R. apiculata 21,57 17,24 38,81
7 R. mucronata 21,57 13,79 35,36
8 R. stylosa 3,92 10,35 14,27
9 S. hydrophyllaceae 3,92 10,35 14,27
10 S. alba 1,96 3,45 5,41
Total 100 100 200
*keterangan: KR : kerapatan relatif; FR: sebaran relatif; INP: Indeks Nilai Penting
*sumber data: hasil analisis data
Tingginya INP dari jenis Ceripos decandra dapat disebabkan oleh produktivitas benih (propagul) yang ketika jatuh akan langsung menancap pada substrat dan tumbuh pada lokasi sekitaran induknya (Gambar 9).
Gambar 9. Propagul Ceriops decandra
Jenis selanjutnya dengan INP tertinggi pada strata semai adalah Rhizopora apiculata (38,81%), Rhizopora mucronata (35,36%) dan C. tagal (31,44%). Sama halnya dengan jenis Ceriops decandra, Rhizopora apiculata, Rhizopora mucronata, dan C. tagal juga didukung oleh kemampuan tumbuh propagul yang langsung dapat menancap disubstrat sehingga pengaruh eksternal seperti arus air laut tidak menjadi faktor penghambat pertumbuhan jenis ini (Gambar 10).
Gambar 10. Propagul dan pertumbuhan semai disekitaran indukan
Hasil penelitian penguasaan jenis pada strata semai di teluk Tuwas-was ini memiliki persamaan dengan penguasaan jenis strata semai di ekosistem mangrove teluk Serewe yang pada umumnya dikuasai oleh mangrove dengan morfologi propagul seperti pada famili Rhizophoraceae.
Kondisi berbeda pada beberapa jenis dengan INP rendah yaitu memiliki morfologi benih berbeda dengan jenis famili Rhizophoraceae yang dapat langsung menancap pada substrat ketika propagul jatuh, sedangkan benis dari famili Acantaceae, Cambreta, Rubiaceae, dan Lytrhaceae memiliki morfologi benis yang mudah dipengaruhi oleh arus sehingga dapat tumbuh ditempat jauh dari indukannya atau tenggelam dan busuk di dasar laut sehingga mempengaruhi INP setiap jenis dari famili tersebut. Hal ini dapat dilihat dari pengamatan lapangan dan hasil analisis perhitungan pada beberapa jenis mangrove seperti Avecenia alba, Bruguiera gymnorrhiza, Lumnitzera racemosa,dan Sonneratia alba dengan INP rendah pada strata semai.
F. Indeks Nilai Penting Mangrove Strata Pancang Teluk Tuwas-was
Vegetasi mangrove pada strata pancang merupakan struktur tumbuhan dengan karakteristik ketinggian lebih dari 1,5 meter dengan diameter batang setinggi dada (DBH) kurang dari 10 cm. Berdasarkan kompsisi jenis, ditemukan 9 (sembilan) jenis mangrove pada karakteristik strata pancang dengan tingkat penguasaan jenis tertinggi pada R. apiculata (51,99%)(Tabel 23).
Tabel 23. Indeks nilai penting strata pancang teluk Tuwas-was No Spesies KR (%) FR (%) INP (%)
1 B. gymnorrhiza 20,37 14,29 34,66
2 C. decandra 12,04 12,50 24,54
3 C. tagal 10,19 8,93 19,12
4 L. racemosa 0,93 3,57 4,50
5 R. apiculata 30,56 21,43 51,99
6 R. mucronata 13,89 1,79 15,68
7 R. stylosa 0,93 12,50 13,43
8 S. hydrophyllaceae 9,26 12,50 21,76
9 S. alba 1,852 12,50 14,35
Total 100,00 100,00 200,00
*keterangan: KR : kerapatan relatif; FR: sebaran relatif; INP:
Indeks Nilai Penting
*sumber data: hasil analisis data
Tingginya tingkat penguasaan jenis Rhizopora apiculata (51,99%) disebabkan oleh faktor kerapatan relatif (30,55%) dan sebaran jenis (21,42%) yang tinggi dibandingkan dengan 8 (delapan) jenis lainnya. Tingkat penguasaan jenis pada strata pancang pada jenis mangrove Rhizopora apiculata ini berkorelasi positif terhadap penguasaannya mulai dari strata semai di teluk Tuwas-was, hal ini menunjukkan tingkat adaptasi yang baik sehingga mampu menguasai ekosistem mangrove teluk Tuwas-was.
Selanjutnya jenis dengan tingkat penguasaan tertingi kedua dan ketiga dikuasai oleh Bruguiera gymnorrhiza (34,65%) dan Ceriops decandra (24,54%). Keberhasilan penguasaan pada ketiga jenis (Rhizopora apiculata, Bruguiera gymnorrhiza dan Ceriops decandra) dari famili Rhizophoraceae ini pada dasarnya merupakan kontribusi dari keberhasilan pertumbuhan strata
semai dalam penyesuaia terhadap faktor lingkungan. Selian itu, ketiga jenis ini banyak ditemukan tumbuh pada zona yang sesuai dengan habitatnya sehingga keberlangsungan hidupnya tidak mendapat banyak hambatan dari faktor eksternal.
Berbeda halnya dengan famili Rhizophoraceae, jenis dengan tingkat penguasaan paling rendah ditemukan pada jenis Lumnitzera racemosa (4,50%) dengan nilai kerapatan relatif (0,93%) dan sebaran jenis (3,57%) yang cukup rendah.
Faktor rendahnya penguasaan jenis Lumnitzera racemosa dapat disebabkan oleh kemampuan tumbuh anakan/semai yang relatif rendah sehingga berdampak terhadap ketersediaan strata pancang di lokasi penelitian.
Selain itu, jenis Lumnitzera racemosa memang bukan habitat yang sesuai di teluk Tuwas-was yang hampir secara merata selalu digenangi oleh pasang surut air laut, sedangkan jenis ini kebanyakan dapat tumbuh dengan baik pada habitat yang berdekatan dengan daratan dan jarang digenangi oleh air pasang surut air laut, karena apabila selalu mendapat pengaruh pasang surut air laut maka dapat berdampak terhadap ketidakmampuannya biji untuk tumbuh menjadi anakan karena terbawa oleh arus air laut menuju kawasan tergenang yang dapat menyebabkan pembusukan biji. Lebih jelasnya morfologi bunga dan biji pada Gambar 11.
Gambar 11. Bunga dan buah Lumnitzera racemosa
G. Indeks Nilai Penting Mangrove Strata Tiang Teluk Tuwas-was
Komposisi jenis mangrove teluk Tuwas-was pada strata tiang ditemukan sebanyak 10 jenis dengan tingkat penguasaan (INP) tertinggi pada jenis S. alba (103,85%), R. apiculata (88,10%), dan R. mucronata (44,73%). Tingginya tingkat penguasaan jenis dari S. alba didukung oleh nilai kerapatan relatif (37,61%), sebaran relatif (35,21%), dan dominasi relatif (31,03%) yang tinggi dibandingkan jenis lainnya (Tabel 24).
Tabel 24. Indeks nilai penting strata tiang teluk Tuwas-was No Spesies KR (%) FR (%) DR (%) INP (%)
1 A. alba 1,77 4,23 0,86 6,86
2 A. lanata 0,89 1,42 0,63 2,94
3 C. decandra 1,33 4,24 1,02 6,59
4 C. tagal 2,66 4,24 2,05 8,95
5 R. apiculata 34,07 26,76 27,27 88,10
6 R. mucronata 12,39 8,45 23,89 44,73
7 R. stylosa 2,66 4,23 8,60 15,49
8 S. hydrophyllaceae 2,21 4,23 1,43 7,87
9 S. alba 37,61 35,21 31,03 103,85
10 S. caseolaris 4,43 7,04 2,87 14,34
Total 100 100 100 300
*keterangan: KR: kerapatan relatif; FR: sebaran relatif; DR: dominansi relatif;
INP: Indeks Nilai Penting
*sumber data: hasil analisis data
Tingginya tingkat penguasaan (INP) jenis pada Sonneratia alba tidak berkorelasi positif terhadap tingkat penguasaan pada strata semai dan pancang, padahal pada tingkatan strata tiang Sonneratia alba sudah mampu memproduksi buah dan biji sebagai calon anakan/semai, kondisi ini dapat dipengaruhi oleh kemampuan tumbuh benih pada habitat tergenang di teluk Tuwas-was sehingga menggangu proses pertumbuhan dan lebih cepat busuk oleh genangan air. Selain itu, faktor lainnya adalah komposisi fraksi substrat yang dapat mempengaruhi pertumbuhan jenis Sonneratia alba, sedangkan komposisi substrat yang baik dan mendukung pertumbuhan anakan/semai Sonneratia alba adalah lumpur berpasir. Kondisi penguasan (INP) jenis Sonneratia alba di teluk Tuwas-was ini memiliki kesamaan dengan ekosistem vegetasi mangrove teluk Sereweh dengan nilai penguasaan (INP) sebesar 89,89%.
Tingkat penguasaan jenis selanjutnya pada strata tiang di kuasai oleh jenis R. apiculata (88,10 %) dan R. mucronata (44,73%), sedangkan INP terendah pada strata tiang ditemukan pada jenis Avicennia lanata (2,92%) dengan nilai kerapatan relatif yang sangat rendah hanya mencapai 0,88%, sebaran relatif sebesar 1,40% dan dominansi relatifnya hanya 0,62%.
H. Indeks Nilai Penting Mangrove Strata Pohon Teluk Tuwas-was
Komposisi jenis mangrove yang ditemukan pada strata pohon teluk Tuwas-was berjumlah 7 jenis dengan tingkat penguasaan jenis (INP) tertinggi pada jenis Sonneratia alba (248,64%). Tingginya nilai penguasaan jenis ini didukung oleh tingginya nilai kerapatan relatif jenis sebesar 90,59%, sebaran relatif sebesar 65,78% dan dominansi relatif sebesar 92,26%. Tingkat penguasaan Sonneratia alba dapat dikatakan sangat dominan di teluk Tuwas-was karena 6 (enam) jenis mangrove lainnya memiliki nilai INP tidak lebih dari 15%
yaitu pada tinggat penguasaan (INP) kedua didapatkan pada jenis Rhizophora apiculata (13,83%) dan ketiga pada jenis R.
mucronata (10, 80%) (Tabel 25).
Tabel 25. Indeks nilai penting strata pohon teluk Tuwas-was
No Spesies KR (%) FR (%) DR (%) INP (%)
1 A.alba 0,50 2,63 0,46 3,59
2 A. lanata 1,49 5,26 1,49 8,24
3 A. marina 0,99 5,26 0,92 7,17
4 R.apiculata 2,97 7,90 2,97 13,84
5 R. mucronata 1,98 7,90 0,92 10,8
6 S. alba 90,60 65,79 92,26 248,65
7 S. caseolaris 1,49 5,26 0,99 7,74
Total 100,00 100,00 100,00 300,00
*keterangan: KR: kerapatan relatif; FR: sebaran relatif; DR: dominansi relatif;
INP: Indeks Nilai Penting
*sumber data: hasil analisis data
Hasil analisis data indeks nilai penting (INP) vegetasi mangrove teluk Tuwas-was dapat menggambarkan adanya satu jenis yang menguasai areal penelitian yaitu jenis S. alba dengannilai INP lebh dari 100% pada tingkatan strata tiang dan pohon. Ditemukannya nilai INP tinggi hanya pada satu jenis dapat menunjukkan sifat homogennya vegetasi mangrove di teluk Tuwas-was dan sebaliknya apabila ditemukan nilai INP yang bervariasi dan berimbang diantara berbagai jenis mangrove dapat menunjukkan adanya komposisi mangrove yang heterogen.
I. Keanekaragaman Jenis Mangrove Teluk Tuwas- was
Berdasarkal hasil analisis data indeks keanekaragaman Shannon-Wiener (H’) teluk Tuwas-was menunjukkan nilai sebesar 1,691 yang artinya yang dapat diartikan bahwa keanekaragaman jenis mangrove teluk Tuwas-was dalam katagori sedang dan cukup baik. Secara lebih rinci nilai indeks keanekaragaman mangrove teluk Tuwas-was pada Tabel 26.
Tabel 26. Indeks keanekaragaman mangrove teluk Tuwas-was
No Spesies -∑Pi*Ln Pi
1 A. alba 0,046
2 A. lanata 0,040
3 A. marina 0,019
4 B. gymnorrhiza 0,126
5 C. decandra 0,145
6 C. tagal 0,138
7 L. racemosa 0,019
8 R. apiculata 0,331
9 R. mucronata 0,191
10 R. stylosa 0,126
11 S. hydrophyllaceae 0,058
12 S. alba 0,353
13 S. caseolaris 0,093
Jumlah 1,691
*sumber data: hasil analisis data
Keanekaragaman jenis yang tinggi menunjukkan suatu komunitas memiliki kompleksitas tinggi karena interaksi yang terjadi dalam komunitas berlangsung dengan baik dan faktor lingkungan dapat mendukung pertumbuhan dan perkembangan vegetasi mangrove.
B AB 4
EKOSISTEM MANGROVE LOMBOK TENGAH: STUDI KASUS VEGETASI MANGROVE TELUK GERUPUK
A. Pendahuluan
H
utan mangrove merupakan tipe hutan daerah tropis yang tumbuh disepanjang pantai atau muara sungai yang masih dipengaruhi oleh pasang surut air laut dan wilayah pesisir yang terlindung dari gempuran ombak. Vegetasi mangrove tumbuh dan berkembang pada tipe substrat berlumpur, berpasir, pasir berbatu dan berbatu. Ekosistem mangrove mempunyai sifat dan bentuk yang unik serta fungsi dan manfaat yang beranekaragam bagi mahkluk hidup dan lingkungan seperti:pendukung. proses. ekologis,. hidrologis,. memiliki. flora. dan.
fauna. yang. spesifik. dengan. keanekaragaman. jenis. yang.
tinggi.