• Tidak ada hasil yang ditemukan

Indeks Nilai Penting Mangrove Teluk Gerupuk

Dalam dokumen Firman Ali Rahman, M.Si (Halaman 103-108)

BAB 4 EKOSISTEM MANGROVE LOMBOK TENGAH: STUDI

H. Indeks Nilai Penting Mangrove Teluk Gerupuk

individu/ha, strata tiang 619 individu/ha, dan strata pohon 242 individu/ha.

H. Indeks Nilai Penting Mangrove Teluk Gerupuk

Indeks nilai penting vegetasi mangrove teluk Gerupuk pada strata semai dikuasai oleh jenis Rhizophora apiculata sebesar 105,21%. Jenis Rhizophora apiculata memiliki kerapatan dan frekuensi yang tersebar merata yang dibuktikan dengan hasil perhitungan bahwa kerapatan relatif Rhizophora apiculata sebesar 53,27% dengan frekuensi relatif sebesar 51,94 %. Dilain sisi, rendahnya indeks nilai penting dari jenis Avicennia marina dapat disebabkan oleh ketidaksesuaian habitat tumbuh yaitu banyak ditemukan jenis Avicennia marina tumbuh pada substrat berpasir sedangkan substrat yang mendukung petumbuhan dan perkembangannya adalah substrat berlumpur49.

Indeks nilai penting strata tiang vegetasi mangrove teluk Gerupuk dikuasi oleh jenis Rhizophora apiculata dengan nilai 129,61%. Salah satu fakor tingginya indeks nilai penting dari jenis Rhizophora apiculata didukung oleh nilai kerapatan relatif yang cukup besar yaitu 71,73 % dan frekuensi relatif yang tersebar merata pada 49 kuadran pengamatan atau setara dengan nilai 42,68%, sedangkan untuk dominansi relatifnya sebesar 15,20%.

Indeks nilai penting tertinggi pada strata pohon dikuasai oleh Rhizophora apiculata (119,60%), hal ini berbeda dengan indeks nilai penting Rhizophora apiculata yang terdapat di teluk Serewe dengan nilai indeks nilai penting yang rendah yaitu 19,57%50, sedangkan mangrove yang memiliki indeks nilai penting tertinggi di teluk Serewe didominasi oleh

49Noor, Khazali, and Suryadiputra. ‘Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia’.

50Rahman et al., ‘Komposisi Vegetasi Mangrove Berdasarkan Strata Pertumbuhan di Teluk Sereweh, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat’.

jenis Sonneratia alba dengan 128,01%, sedangkan untuk teluk Gerupuk pada jenis Sonneratia alba memiliki tingkat dominansi kedua tertinggi yaitu 108,38% setelah Rhizophora apiculata.

I. Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener Vegetasi Mangrove Teluk Gerupuk

Indeks keanekaragaman jenis mangrove di teluk Gerupuk masuk dalam kategori cukup baik dengan nilai keaenakaragaman yang merata karena berada pada nilai Shannon-Wiener (H’) tidak kurang dari nilai 1 yaitu dengan nilai 1,43 (Tabel 31).

Tabel 31. Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener teluk Gerupuk

No Jenis -∑Pi*Ln Pi

1 Avicennia alba 0,0120

2 Avicennia lanata 0,0572

3 Avicennia marina 0,0160

4 Ceriops tagal 0,2801

5 Rhizophora apiculata 0,3364

6 Rhizophora mucronata 0,2573

7 Rhizopora stylosa 0,2636

8 Scyphiphora hydrophyllaceae 0,1224

9 Sonneratia alba 0,0693

10 Sonneratia caseolaris 0,0096

11 Sonneratia ovata 0,0016

Jumlah 1,425

*sumber: hasil analisis data

B AB 5

POTENSI KARBON ROSOT MANGROVE LOMBOK BARAT: STUDI KASUS EKOSISTEM MANGROVE TELUK LEMBAR

A. Pendahuluan

H

utan mangrove merupakan vegetasi hutan tropis yang tumbuh dan berkembang disepanjang ekosistem pantai atau estuari yang masih dipengaruhi oleh kondisi pasang surut air laut dan kimia fisika.perairan..Ekosistem.mangrove.mempunyai.karaktristik.

dan habitat yang unik serta berperan penting secara ekologis bagi mahkluk hidup (manusia, dan biota laut) dan lingkungan sekitar seperti: habitat tumbuh kembang keanekaragaman flora.dan.fauna.dan.kawasan.mitigasi.bencana.(bioakumulasi.

cemaran logam berat, abrasi, pemecah gelombang air laut, penghalang angin laut, dan tsunami), manfaat ekologi (carbon sink, penyerap CO2, dan produksi O2), sumber ekonomi,

hidrologis, sumber makanan (food chain), dan plasma nutfah dan pelindung bagi biota laut lainnya.

Berbagai peran dan manfaat ekologi yang diharapkan dari ekosistem mangrove di pulau Lombok ternyata berbeda dengan kondisi terkini dari segi kualitas dan kuantitas luasan.

Contohnya adalah keberadaan vegetasi mangrove Kabupaten Lombok Barat yang saat ini menjadi kekhawatiran kita bersama karena terjadi setia tahunnya terjadi penyusutan jumlah luasan, berdasarkan data terakhir tahun 1999 dengan luasan 606,81 ha dan terjadi degradasi luasan ekosistem akibat alih fungsi lahan dan kerusakan lingkungan yang pada tahun 2006 menjadi seluas 438,54 ha (kondisi baik 119,67 ha, rusak sedang 145,29 ha dan rusak berat 173,58 ha) yang artinya hanya tersisa ±27,29% dari total luasan ekosistem mangrove yang dapat berfungsi denganbaik secara ekologi, selebihnya sudah menjadi kehawatiran kita bersama karena berpotensi terjadi keruskan hingga musnah51.

Terjadinya penyusutan jumlah luasan dan sedikitnya luasan ekosistem mangrove Lombok Barat yang dalam kondisi baik khususnya di ekosistem mangrove Desa Lembar Kecamatan Lembar yang memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem pesisir akibat dari aktivitas aktif ekonomi pelabuhan Lembar yaitu kegiatan penyeberangan antar propinsi dan pengiriman barang

51Balai Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Dodokan Moyosari NTB, ‘Ekosistem Mangrove dan Sempadan Pantai’.

dengan kapasitas besar yaitu: 250.000 ton/tahun dan dead weight tonage (DWT) kapal rata-rata ukuran 1000-1500 ton52.

Dampak negatif aktivitas pelabuhan dapat disebabkan oleh tumpahan minyak, pencemaran karbon, dan limbah dari aktivitas bongkar muat barang yang dapat menjadi permasalahan kawasan pesisir, karena dapat merusak kualitas perairan, kualitas substrat dan keberlangsungan hidup biota pesisir.(flora.dan.fauna)..Kondisi.seperti.ini.telah.terjadi.sejak.

pelabuhan Lembar berdiri (1773) dan telah mengakibatkan kerusakan ekosistem mangrove sampai 80%53.

Berdasarkan kondisi saat ini, data studi ekologi ekosistem mangrove (kondisi mangrove, mitigasi bencana, kualitas perairan, dan kualitas substrat) dan analisis kondisi biota menjadi sangat penting dalam menentukan kondisi ekosistem mangrove terkini di Desa Lembar Kecamatan Lembar Kabupaten Lombok Barat, sehingga upaya konservasi secara berkelanjutan dapat dilaksanakan secara efektif dengan menentukan kebijakan-kebijakan pengelolaan lingkungan kawasan pesisir secara terintegrasi, terencana, cermat, terukur, tepat, dan berkelanjutan.

B. Gambaran Umum Mangrove Lombok Barat Berdasarkan IFAD Asia tahun 2012, penyusutan mangrove terjadi di Lombok Barat seluas 606,81 ha. Salah satu wilayah yang memiliki mangrove di Lombok Barat adalah teluk

52Khosiah, and Purnawan, ‘Dampak Pelabuhan Lembar dalam Mendukung Peluang Usaha Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat’.

53Khosiah and Purnawan, ‘Dampak Pelabuhan Lembar dalam Mendukung Peluang Usaha Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat’.

Lembar. teluk Lembar merupakan Kawasan Ekosistem Esensial Koridor Mangrove di kabupaten Lombok Barat. Kondisi tersebut merupakan seharusnya menjadi faktor utama dalam menjamin kondisi ekosistem mangrove tetap dalam kondisi baik dan program restorasi mangrove harus dilakukan secara berkelanjutan.

Keberadaa ekosistem mangrove di kawasan teluk Lembar memiliki peran dan arti penting bagi ekosistem pesisir dikarenakan teluk Lembar merupakan wilayah yang berdekatan dan terpengaruh oleh aktivitas pelabuhan Lembar, sehingga dapt dikhawatirkan ekosistem mangrove dimasa yang akan datang lambt laun dapat hilang akibat adanya pengembangan aktivitas pelabuhan yang lebih berorientasi pada sektor peningkatan ekonomi. Kondisi ini sudah mulai terlihat dengan adanya pembangunan Pelabuhan Gili Mas yang dilakukan dengan pembentukan reklamasi untuk menopang aktivitas dan menambah kapasitas Pelabuhan Lembar dengan luasan kawasan reklamasi setidaknya ±22 ha.

Berdasarkan kondisi terkini ekosistem mangrove di kabupaten Lombok Barat yang terdampak dari aktivitas pelabuhan Lembar, setidaknya terdapat 6 (enam) desa yang merupakan bagian dari teluk Lembar yang harus dilindungi oleh ekosistem mangrove sebagai kawasan mitigasi bencana yaitu: desa Lembar Selatan, Labuan Tereng, Cendimanik, Eyat Mayang, Sekotong Tengah, dan Desa Sekotong Barat merupakan wilayah dengan kondisi mangrove yang berbeda- beda. Rehabilitas mangrove merupakan salah satu cara

pengelolaan mangrove dengan cara menanam masih dianggap tidak sebanding dengan laju kerusakan mangrove54.

Beberapa jenis mangrove yang tumbuh di kawasan habitat di teluk Lembar terdiri dari 3 (tiga) jenis yaitu: Avicennia sp., Rizhophora sp., dan Sonneratia sp. Jenis mangrove Avicennia sp. mudah ditemukan di desa Cendi Manik dan desa Lembar Selatan, sedangkan jenis Rizhophora sp., dan Sonneratia sp.

tersebar merata di seluruh desa pesisir di Teluk Lembar55. Pada tahun 1995, luas mangrove yang ditemukan di wilayah penelitian sebesar 50,91 ha. Persebaran luas mangrove pada tahun 1995 tersebar merata di seluruh desa di teluk Lembar.

Desa dengan luas mangrove terbesar terdapat di Desa Cendi Manik sebesar 19,47 ha, luas tersebut setara dengan 38,25%

dari total luas mangrove pada tahun 1995. Luas mangrove terkecil pada tahun ini ditemukan di Desa Sekotong Barat sebesar 1,74 ha atau 3,42% dari total luas mangrove tahun 1995.

Luas mangrove pada tahun 2005 mengalami peningkatan luasan dibandingkan tahun 1995 yaitu dengan luas ekosistem mangrove sebesar 81,39 ha. Ekosistem mangrove paling luas ditemukan di desa Cendi Manik seluas 24,53 ha atau setara dengan 30,14% dari total luas mangrove kabupaten Lombok Barat tahun 2005, sedangkan keberadaan luasan ekosistem mangrove paling sedikit ditemukan di desa Sekotong Tengah dengan luas 7,18 ha atau 8,82% dari total luas mangrove

54Badan Litbang Pertanian, ‘Membalik Kecenderungan Degradasi Sumber Daya Lahan dan Air’.

55Saraswati, ‘Pemantauan Mangrove di Teluk Lembar, Lombok Barat Menggunakan Landsat Tahun 1995 hingga 2019’.

tahun 2005. Berdasarkan data terbaru pemerintah kabupaten Lombok Barat menunjukkan bahwa terjadi penambahan jumlah luasan ekosistem mangrove di desa Cendi Manik dengan luas 61,61 ha atau 47,65% pada tahun 2015 dan pad atahun 2019 terjadi penambahan menjadi 50,12% dari toal luasan, sedangkan ekosistem mangrove desa Sekotong Barat merupakan desa dengan luas mangrove terkecil yaitu sebesar 3,92 ha atau 3,03% dari total luasan mangrove tahun 2015.

Adanya penambahan jumlah luasan ekosistem mangrove dapat memberikan dampak yang positif bagi lingkungan dan penyesuaian tumbuh kembang mangrove serta berkurangnnya gangguan dari masyarakat, hal inilah yang seharusnya menjadi pusat perhatian dan program kita bersama dalam menjaga dan terus berupaya dalam merawat ekosistem mangrove tetap dalam kondisi baik sehingga peran dan manfaat ekologi menjadi berkah tersendiri bagi masyarakat, biota dan lingkungan.

C. Metodologi Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini bersifat kuantitatif deskriptif yaitu mengungkapkan fakta, dan fenomena-fenomena yang terjadi di lokasi penelitian (Gambar 14).

Gambar 14. Gambaran umum lokasi penelitian di teluk Lembar

D. Teknik Pengumpulan Data dan Sampel Prapenelitian dan penentuan stasiun penelitian

Sampling / Pengambilan data dan sampel Data in situ Sampel laboratorium

pH air, pH substrat, suhu air, suhu substrat, kelembapan substrat, salinitas, total dissolved solids, identifikasi jenis, jumlah tegakan jenis, diameter batang.

Komposisi dan struktur, kualitas perairan, indeks keanekaragaman, korelasi kualitas perairan terhadap adaptasi mangrove, dan profil vegetasi untuk mitigasi bencana.

Karbon mangrove (daun dan akar), karbon stok substrat, fraksi substrat, dan biomassa mangrove.

Analisa data Penyusunan buku referensi

Analisa laboratorium

Gambar 15. Bagan teknik pengumpulan data penelitian

E. Prosedur Pengambilan Sampel di Ekosistem Mangrove Teluk Lembar

Tahap awal pengamatan dan pengambilan sampel mangrove dilakukan dengan penentuan lokasi pengambilan sampel dengan metode random sampling yaitu penentuan lokasi pengambilan sampel dilakukan secara acak dengan memperhatikan jumlah kuadaran sampel, luasan penelitian dan jenis mangrove, dan jumlah ulangan sampel pada setiap jenisnya.

Tahap.selanjutnya.adalah.identifikasi.jenis.berdasarkan.

ciri-ciri morfologi dan mengacu pada buku panduan Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia56. Pada setiap jenis dan sampel yang diambil dilapangan sebagai bahan analisis uji kandungan karbon organ mangrove meliputi: daun, dan akar dengan metode Pengabuan atau Loss On Ignition. Pengukuran data kualitas air dilakukan pada setiap petak pengamatan secara in situ yang meliputi: suhuair, suhu substrat, salinitas, pH air, pH substrat, kelembapan substrat, total padatan terlarut, dan oksigen terlarut.

Selain pengambilan organ daun dan akar, dialukan juga pengambilan sampel substrat hingga penetrasi kedalaman akar (30 cm) dan kemiringan 30o menggunakan pipa berdiameter 5 cm dan panjang 35 cm. Selanjutnay dilakukan analisis tekstur tiga fraksi substrat menggunakan metode Hydrometer dan analisis kandungan karbon organik substrat menggunakan metode Kurmis di Laboratorium Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Barat.

56Noor, Khazali, and Suryadiputra, Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia.

F. Analisis Data 1. Biomassa Mangrove

Sampel mangrove (daun, batang, akar dan buah) ditimbang sebagai nilai berat basah (BB) awal dan dilanjutkan dengan metode pengovenan pada suhu 60 oC sampai berat kering (BK) sampel stabil dan ditimbang kembali, selisih berat basah dan berat kering dihitung untuk mendapatkan biomassa jenis.

2. Kandungan Karbon Organik Mangrove

Kandungan karbon organik mangrove dilakukan dengan metode Pengabuan atau Loss On Ignition. Kandungan karbon organik mangrove dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan :

0.58 = konstanta nilai bahan organik 3. Estimasi Stok Karbon Mangrove

Kandungan karbon organik mangrove dilakukan dengan pendekatan biomassa mangrove (g.BK.m-2) menggunakan rumus:

Estimasi karbon stok mangrove dihitung dengan menggunakan rumus:

Keterangan :

Ct = Karbon total (ton.C)

L = Luas padang mangrove (m2)

C = Jumlah kandungan karbon organik jenis mangrove (g.C.m-2)

G. Komposisi Jenis Vegetasi Mangrove Teluk Lembar

Berdasarkan hasil penelitian ekosistem mangrove teluk Lembar didapatkan 8 (delapan) famili yang terdiri dari 11 jenis mangrove (Tabel 32).

Tabel 32..Identifikasi.jenis.mangove.Lembar

No Famili Marga Jenis

1 Acantaceae Avicennia Avicennia lanata 2 Acantaceae Avicennia Avicennia marina 3 Cambreta Lumnitzera Lumnitzera racemosa 4 Rhizophoraceae Bruguieria Bruguiera gymnorrhiza 5 Rhizophoraceae Rhizophora Rizophora stylosa 6 Rhizophoraceae Ceriops Ceriops decandra

7 Rubiaceae Scyphiphora Scyphiphora hydrophyllaceae 8 Euphorbiaceae Excoecaria Excoecaria agallocha

9 Malvaceae Thespesia Thespesia populnea 10 Meliaceae Xylocarpus Xylocarpus moluccensis 11 Convolculaceae Ipomea Ipomea pescaprae

Sumber: hasil pengamatan lapangan

Dari total 11 jenis mangrove yang ditemukan di teluk Lembar terdapat 2 (dua) jenis mangrove asosiasi yaitu Thespesia populnea dan Ipomea pescaprae. Kedua jenis ini dapat tumbuh dan berkembang pada habitat daratan maupun pesisir yang berdekatan dengan vegetasi mangrove dan masih dipegaruhi oleh pasang surut air laut.

Berdasrkan hasil observasi komposisi jenis mangrove teluk Lembar, ditemukan bahwa famili rhizophoraceae merupakan komposisi jenis yang dapat tumbuh dengan baik diantaranya jenis Bruguiera gymnorrhiza, Rizophora stylosa, dan Ceriops decandra. Selanjutnya famili Acantaceae dengan jumlah 2 (dua) jenis (A. lanata dan A. marina), sedangkan 6 (enam) famili lainnnya hanya ditemukan masing-masing 1 (satu) jenis yaitu: Cambreta (L. racemosa), Rubiaceae (S.

hydrophyllaceae), Euphorbiaceae (E. agallocha), Malvaceae (T.

populnea), Meliaceae (X. moluccensis), dan Convolculaceae (I.

pescaprae).

Berdasarkan hasil penelitian jumlah jenis yang ditemukan peneliti pada lokasi yang sama dengan peneliti lainnya menunjukkan jumlah jenis yang lebih banyak daripada hasil laporan penelitian Syarifuddin dan Zulharman

(2012) yang menemukan sebanyak 3 (tiga) famili dan terdiri dari 5 jenis mangrove, yaitu: A. marina, R. stylosa, Rizophora mucronata, R. apiculata, dan S. alba. Sedangkan, berdasarkan laporkan berbeda pada lokasi yang sama telah ditemukan 12 jenis mangrove Teluk Lembar pada luasan mangrove 168,9 ha diantaranya: Avicennia alba , Avicennia marina, Bruguiera cylindrica, Ceriops decandra, Ceriops tagal, Lumnitzera littorea, Lumnitzera racemosa, Phemphis acidula, Rhizhopora stylosa, Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, dan Sonneratia alba57. Adanya perbedaan hasil penemuan jumlah jenis ini dapat terjadi karena perbedaan luasan areal penelitian dan metode titik kuadran.

H. Parameter Lingkungan Vegetasi Mangrove Teluk Lembar

Parameter lingkungan suatu habitat tumbuh biota (tumbuh-tumbuhan) merupakan bagian penting dalam proses kelansungan hidupnya, termasuk vegetasi mangrove yang. selalu. dipengaruhi. oleh. kondisi. fisika. kimia. perairan.

yang dapat berubah-ubah, terutama kimia perairain (pH air, salinitas, dan pH substrat) yang bergantung pada kondisi harian lingkungan yaitu iklim, dan atau sumber air tawar yang masuk menuju laut dari sungai.

Kondisi parameter lingkungan dalam jangka waktu yang lama dapat mempengaruhi komposisi dan struktur vegetasi mangrove meliputi: sebaran jenis, kepadatan jenis,

57Abdillah et al., ‘Short Communication: Short Communication: Structure and composition of mangrove vegetation in Lembar bay area, West Lombok District, Indonesia’.

dominansi jenis, keanekaragaman jenis dan kecepatan tumbuh suatu jenis mangrove. Hal ini dapat disebabkan oleh kemampuan beradaptasinya setiap jenis mangrove sehingga semakin kuat bertahan hidup suatu jenis mangrove maka akan dapat dilihat dari sebaran dan dominansi jenis pada suatu kawasan, dan sebaliknya apabila terdapat jenis dengan sebaran rendah dan kepadatan atau keraptan rendah maka dapat dianalisa bahwa jenis tersebut sulit beradaptasi pada kondisi lingkungan tumbuhnya. Hal ini dapat dilihat berdasarkan kondisi ekosistem mangrove danau air asin Gili Meno dengan karakteristik salinitas ekstrim (54,00±0,82 %o) yang pada umumnya mangrove dapat bertahan hidup pada kondisi maksimum salinitas 30 %o58.

Berdasarkan hasil pengamatan dan pengukuran kimia fisika. lingkungan. ekosistem. mangrove. teluk. Lembar. yang.

telah dilakukan secara berkala menunjukkan nilai kadar garam (salinitas) perairan dengan rata-rata 29,64±0,67 %o dan masih sesuai untuk mendukung kelangsungan adaptasi mangrove dengan batas maksimal 34%o, selanjutnya kondisi suhu perairan diantara 28-32 0C dengan nilai rata-rata suhu perairan Lembar 31,46±0,89 0C, sedangkan nilai pH perairan yang menunjukkan tingkat kandungan asam basa suatu perairan dengan nilai diantara 7,0-8,5 dengan nilai rata-rata pH pada 7,91±0,37. Kondisi kimia perairan ekosistem mangrove teluk Lembar dengan baku mutu kualitas kesehatan perairan

58Rahman and Hadi, ‘Kandungan C-Organik Substrat Ekosistem Mangrove di Danau Air Asin Gili Meno Kabupaten Lombok Utara’.

sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut untuk Biota.

Untuk.lebih.rincinya.data.kualitas.kimia.fisika.ekosistem.

mangrove pada teluk Lembar pada Tabel 33.

Tabel 33. Parameter lingkungan ekosistem mangrove Lembar

No Parameter Kuadran 1 Kuadran 2 Satuan

1 Salinitas 29,33±0,58 29,67±0,58 %o

2 Suhu air 30,85±0,574 31,55±1,05 0C

3 pH air 7,91±0,291 8,01±0,55 -

4 pH tanah 3,38±0,750 3,95±1,90 -

5 Kelembapan 85,00±10,00 70,00±40,00 %

No Parameter Kuadran 3 Rata-rata Satuan 1 Salinitas 30,00±1,00 29,64±0,67 %o 2 Suhu air 32,17±0,57 31,46±0,89 0C

3 pH air 7,78±0,16 7,91±0,37 -

4 pH tanah 3,93±1,98 3,74±1,36 -

5 Kelembapan 79,33±18,47 78,00±24,98 %

*sumber data: hasil penelitian

I. Karbon Substrat Ekosistem Mangrove Teluk Lembar

Mangrove merupakan salah satu tumbuh-tumbuhan habitat pesisir yang memiliki fungsi dan manfaat sebagai mitigasi bencana (bioakumulasi logam berat, abrasi, pemecah ombak, penghalang angin laut, dan tsunami), habitat biota dan

plasma nutfah. Selain itu, jasa lingkungan ekosistem mangrove yang belum banyak diketahui kaitannya dengan peran mangrove sebagai alternatif dari pemanasan global adalah potensi mangrove sebagai carbon sink dan carbon storage terutama pada substrat ekosistem mangrove. Pentingnnya ekosistem mangrove sebagai alternatif pemanasan global karena tidak hanya berdampak buruk bagi lingkungan tetapi juga kehidupan manusia dan mempengaruhi metabolisme biota darat dan laut59. Salah satu mekanisme alami dalam upaya mengurangi peningkatan konsentrasi CO2 adalah penyerapan CO2 melalui mekanisme fotosintesis oleh vegetasi Mangrove60.

Salah satu pesisir yang merupakan Kawasan Ekosistem Esensial Koridor Mangrove adalah teluk Lembar Kabupaten Lombok Barat yang terdampak langsung oleh aktivitas aktif pelabuhan Lembar. Pelabuhan Lembar merupakan jalur transpostasi laut dan barang antar pulau yang terus mengalami pengembangan kawasan pelabuhan (reklamasi) seluas 22 ha dan berdampak langsung terhadap degradasi ekosistem mangrove, sehingga terjadi penyusutan luasan ekosistem mangrove yang saat ini hanya tersisa seluas ±120,96 ha61.

59Goel and Bhatt, ‘Causes and Consequences Of Global Warming’. Brath et al.,

Climate change and resource sustainability: An overview for actuaries’.

60Sunquist et al., ‘Carbon sequestration to mitigate climate change’. Bala, ‘Can planting new trees help to reduce global warming?’.

61Saraswati and Saraswati, ‘Pemantauan Mangrove Di Teluk Lembar. Lombok Barat Menggunakan Landsat Tahun 1995 Hingga 2019 Monitoring Mangrove In Lembar Bay.

West Lombok Using Landsat From 1995 to 2019’.

Potensi ekologis ekosistem mangrove sebagai carbon sink dan carbon storage telah banyak diteliti diantaranya carbon stock substrat mangrove Tanjung Lesung Banten sebesar 27,92 ton.C/ha62; stok karbon mangrove Dukuh Tapak Kelurahan Tugurejo Kota Semarang sebesar 708,2 ton.C/ha63; mangrove Desa Timbulsloko, Demak, Jawa Tengah sebesar 1307,77 ton/

ha64; mangrove Perancak Kabupaten Jembrana, Provinsi Bali sebesar 119.75 ton.C/ha65; mangrove Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai sebesar 1819,31 ton.C/ha66; mangrove Muara Sungai Batang Apar Provinsi Sumatera Barat, sebesar 2561,90 ton.C/ha67; mangrove Desa Tambakbulusan Demak Jawa Tengah sebesar 57,74 ton.C/ha68; mangrove Gili Meno Lombok Utara sebesar 154,62±99.78 ton.C/ha atau setara dengan total simpanan karbon substrat 1020,50 ton.C pada total 6,6 ha luasan ekosistem mangrove danau Gili Meno Kabupaten Lombok Utara69.

Secara umum, penelitian yang berkaitan dengan carbon sink ekosistem mangrove masih berkaitan dengan potensi carbon sink kawasan pada lokasi tertentu dan belum secara

62Ati et al., ‘Stok Karbon Dan Struktur Komunitas Mangrove Sebagai Blue Carbon Di Tanjung Lesung, Banten’.

63Hakim et al., ‘Estimasi Stok Karbon Mangrove di Dukuh Tapak Kelurahan Tugurejo Kota Semarang’.

64Lestariningsih, Soenardjo, and Pribadi, ‘Estimasi Cadangan Karbon pada Kawasan Mangrove di Desa Timbulsloko, Demak, Jawa Tengah’.

65Suryono et al., ‘Estimasi Kandungan Biomassa dan Karbon di Hutan Mangrove Perancak Kabupaten Jembrana, Provinsi Bali’.

66Handoyo, Amin, and Elizal, ‘Estimation of Carbon Reserved In Mangrove Forest Of Sungai Sembilan Sub-District, Dumai City, Riau Province’.

67Handoyo, Amin, and Elizal.

68Susilowati et al., ‘Estimasi Serapan CO2 Berdasarkan Simpanan Karbon Pada Hutan Mangrove Desa Tambakbulusan Demak Jawa Tengah’.

69Rahman and Hadi, ‘Kandungan C-Organik Substrat Ekosistem Mangrove di Danau Air Asin Gili Meno Kabupaten Lombok Utara’.

spesifik.berkaitan.dengan.potensi.kemampuan.carbon.sink.

substrat yang tersimpan pada bawah tegakan jenis mangrove, hal ini selaras dengan pendapat McLeod et al., (2011) dan Howard et al., (2017) bahwa analisa secara mendalam berkaitan dengan potensi mangrove sebagai carbon sink dan carbon storage pada jenis dan habitat berbeda sangat penting untuk dilakukan70. Sehingga penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui potensi simpanan karbon yang terdapat pada 10 jenis mangrove yang terdapat di teluk Lembar Kabupaten Lombok Barat yang nantinya dapat dijadikan sebagai sumber informasi reboisasi jenis tertentu yang memiliki potensi carbon sink terbesar.

J. Kandungan Persen (%) Karbon Substrat Ekosistem Mangrove Teluk Lembar

Hasil analisis data perhitungan kandungan persen (%) karbonyang tersimpan di dalam substrat terbesar didapatkan pada substrat bawah tegakan jenis mangrove A. lanata (1,43 %C) dibandingkan dengan 9 (sembilan) jenis lainnya. Sedangkan kandungan % substrat paling rendah ditemukan pada bawah tegakan E. agallocha sebesar 0,21 %C. Nilai kandungan % karbon substrat yang terdapat di teluk Lembar lebih rendah daripada karbon substrat mengrove Gili Meno pada renge 4,85 %C-20,00 %C71.

70Mcleod et al., ‘A Blueprint for Blue Carbon’; Howard et al., ‘The Potential to Integrate Blue Carbon into MPA Design and Management’.

71Rahman and Hadi, ‘Kandungan C-Organik Substrat Ekosistem Mangrove di Danau Air Asin Gili Meno Kabupaten Lombok Utara’.

Dalam dokumen Firman Ali Rahman, M.Si (Halaman 103-108)