BAB 3. METODE PENELITIAN
5.9. Analisis Logistic Regression
182
Variabel leng of stay memiliki hubungan yang tidak bermakna terhadap persalinan. Secara statistik dapat diketahui dari nilai p value > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan proporsi variabel pada kelompok cito dan kelompok elektif.
183
184
Tabel 17 . Analisis logistic regression antara Usia kehamilan, Umur ibu , Diagnosa,LOS terhadap Persalinan Tidak Normal di RSUD Undata Propinsi Sulawesi Tengah
Tahun 2009
Variabel Model 1
(95% CI)
Model 2 (95% CI)
Model 3 (95% CI)
Model 4 (95% CI)
Model 5 (95% CI)
Model 6 (95% CI) Us Usia kehamilan
31- 9 bulan
12,25 1,26-118,36
13.98 1,29-151,31
16,07 1,33-193,99 40- 5 bulan 10,23
1,12-93,34
18.22
1,66-199,25 20,95
1,71-256,58
26- 12 bulan (ref) U Umur Ibu
185
< 2 0 tahun 0,68 0,04–11,63
3,34 0,01-1128,92
>3 15 tahun-34tahun 0,54 0,18–1,66
0,82 0,21-3,16 20- 35 tahun (ref)
Di Diagnosa
Pe penyakit 0,44
0,13-1,44
0,31 0,08-1,21
0,29 0,07-1,24 Pe penyakit +
Penyerta
0,12 0,03-0,55
0,08 0,01-0,46
0,07 0,01-0,46 Mu
Le Length of stay
2-3 0,81
0,05-13,70
0,89 0,02-50,37
186
7-9 0,81
0,21-3,17
0,47 0,10-2,36 13- 15-35 ahun
36- 49 tahun
1,61 0,14-19,06
2,00 0,13-30,92 4-6
R2 0,08 0,01 0,10 0,00 0,20 0,22
D Variance 78,09 84,19 76,61 85,07 68,14 66,45
N 64 64 64 64 64 64
187
Model 1 dilakukan dengan tujuan untuk menguji hubungan variabel usia kehamilan dengan variabel persalinan.
Pada analisis multivariabel ini kelompok usia 31-39 bulan diperoleh nilai OR 12,25 (95% CI: 1,26-118,36).
Kesimpulannya usia kehamilan kelompok umur 31-39 bulan 12,25 kali lebih besar untuk melakukan persalinan cito dibandingkan dengan yang elektif.. Sedangkan usia kehamilan 40-45 bulan diperoleh nilai OR 10,23 (95% CI: 1,12-93,34).
Hal ini menunjukkan bahwa kelompok usia kehamilan 40-45 bulan 10,23 kali lebih besar untuk melakukan persalinan cito.
Nilai R2=0,08 menggambarkan bahwa usia kehamilan dapat memprediksi terjadinya persalinan cito sebesar (8%).
Sedangkan terdapat (92%) faktor lain yang tidak diteliti.
Kesimpulan dari model 1 ini usia kehamilan mempunyai hubungan yang bermakna secara statistic dan praktis terhadap persalinan.Usia kehamila sangat berpengaruh pada biaya perawatan kehamilan (ANC) karena pendapatan rendah seseorang menunda untuk memeriksa biaya perawatan kehamilan karena biaya perwatan kehamilan ibu sangat tinggi sepertinya (obat,obat asupan makanan gizi)
188
Model 2 dibangun dengan tujuan untuk menguji hubungan variabel umur dengan variabel persalinan. Kelompok umur < 20 tahun diperoleh nilai OR 0,68 dan (95% CI: 0,04–
11,63). Sedangkan umur > 35 tahun nilai OR 0,54 (95% CI:
0,18–1,66). Hal ini berarti bahwa variabel umur tidak memiliki hubungan yang bermakna secara praktis dan statistik terhadap variabel persalinan. Nilai R2=0,01 menggambarkan bahwa umur memberikan kontribusi terjadinya persalinan cito sebesar (1%). Terdapat (99%) faktor lain yang tidak diteliti yang mengakibatkan terjadinya persalinan cito. Kontribusi terjadinya persalinan Cito salah satu dipengaruhi oleh peawatan antenatal care (ANC). Perawatan ibu hamil memerlukan biaya perawatan yang sangat tinggi, asumsinya jika seseorang berpendapatan rendah / tinggi dipengaruhi oleh daya beli kemmapuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya dibidang kesehatan berbeda antara ibu hamil yang satu dengan yang lainnya. Jika ibu hamil yang berpendapatan tinggi tentunya garis pendapatan akan bergeser ke kanan sehingga jumlah barang dan jasa kesehatan pengobatan antennal care (pemeriksaan kehamilan) yang diminta meningkat. Jika ibu hamil ynag berpendapatan rendah sangat enggan untuk memeriksa kehamilan karena
189
butuh biaya-biaya , karena pasien mengutamakan konsumsi kebutuhan pokok dari pada mengkonsumsi barang atau jasa kesehatan, oleh karena itu terjadilah persalinan cito.
Model 3 dibangun dengan tujuan untuk menguji hubungan variabel diagnosa dengan variabel persalinan.
Kelompok penyakit diperoleh nilai OR 0,44 dan (95% CI: 0,13- 1,44). Hal ini berarti bahwa kelompok penyakit tidak memiliki hubungan yang bermakna secara praktis dan statistik terhadap variabel persalinan. Sedangkan penyakit + penyerta nilai OR 0,12 (95% CI: 0,03-0,55). Diagnosa penyakit + penyerta 0,12 kali atau diagnosa murni 8,33 kali lebih besar untuk melakukan persalinan cito Kelompok penyakit + penyerta sebagai faktor protektif terhadap persalinan. Nilai R2=0,10 menggambarkan bahwa diagnosa memberikan kontribusi terjadinya persalinan cito sebesar (10%). Sisanya sebesar (90%) disebabkan faktor lain yang tidak diteliti. Dengan asumsi bahwa wanita yang bependidikan tinggi cenderung memperhatikan kesehatan sedangkan wanita yang berpendidikan rendah tidak memikirkan keselamatan akan bayi yang dikandung dalam hal kegawatdarurat/ emerfency pada ibu hamil menjelang persalinan, karena semuanya disebakan faktor biaya
190
ketidakmampuan membayar biaya perawatan kehamilan (ANC). Sehingga harus di Cito/ pasien harus bersalin dengan cara operasi .
Model 4 dibangun dengan tujuan untuk menguji hubungan variabel leng of stay dengan variabel persalinan.
Kelompok 2-3 diperoleh nilai OR 0,81 dan (95% CI: 0,05- 13,70). Sedangkan kelompok 7-9 nilai OR 0,81 (95% CI: 0,21- 3,17). Hal ini berarti bahwa variabel leng of stay (lama rawat inap di rumah sakit kelompok 2-3 hari dan 7-9 hari tidak memiliki hubungan yang bermakna secara praktis dan statistik terhadap variabel persalinan. Kelompok 13-15 nilai OR 1,61 (95% CI: 0,14-19,06). Berarti bahwa variabel leng of stay kelompok 13-15 memiliki hubungan yang bermakna secara praktis tetapi tidak bermakna secara statistik terhadap variabel persalinan (95% CI: 0,14-19,06). Nilai R2=0,00 menggambarkan bahwa leng of stay (lama Rawat) memberikan kontribusi terjadinya persalinan cito. Dari hasil penelitian deskriptif bahwa Lama rawat mempengaruhi pembayaran pasien di rumah sakit .pembuktian terdapat pada pasien yang mempunyai frekuensi tertinggi pada pasien cito VIP lama rawat 4 hari dengan total biaya Rp. 78.000.000, sedangkan dengan
191
lama perawatan 5 hari pada tariff kelas 1 dengan jumlah pasien ibu hamil 6 dengan total biaya yang dikeluarkan oleh pasien dari out poket (kantong pasien) adalah sebesar Rp.
7.500.000.
Model 5 dibangun dengan tujuan untuk menguji hubungan variabel usia kehamilan dengan persalinan setelah menyertakan variabel diagnosis. Kedua variabel ini diuji bersama-sama karena di bivariat kedua variabel ini, karena mempunyai hubungan yang bermakna dengan variabel persalinan. Hasil analisis menunjukkan hubungan antara usia kehamilan 31-39 bulan dengan persalinan diperoleh nilai OR 13,98. Terdapat perubahan nilai OR dari 12,25 menjadi 13,98 dan rentang confidence interval (95% CI: 1,29-151,31). Pada usia kehamilan 40-45 diperoleh nilai OR 18,22. Terjadi peningkatan nilai OR dari 10,23 menjadi 18,22 dengan confidence interval (95% CI: 1,66-199,25). Sejak kehamilan pasien ibu hamil sangat jarang memeriksakan kehamilan (ANC) ke rumah sakit atau ke puskesmas, disebbakan karena faktor biaya, karena sebagian sekitar48,39% persen pasien tidak mengikuti asuransi jaminan kesehatan. Jika pasien bersalin ,
192
maka ibu hamil akan membenani dirinya untuk membayar biaya rumah sakit .
Hasil analisis variabel diagnosa dengan persalinan menunjukkan hubungan antara diagnosa penyakit diperoleh nilai OR 0,31 dan (95% CI: 0,08-1,21). Setelah dilakukan analisis bersama-sama dengan variabel usia kehamilan terdapat penurunan nilai OR dari 0,44 menjadi 0,31. Hasil variabel diagnosa penyakit + penyerta diperoleh nilai OR 0,08 dan (95% CI: 0,01-0,46). Terdapat penurunan nilai OR dari 0,12 menjadi 0,08. Variabel diagnosa penyakit dan penyakit+penyerta tidak memiliki hubungan yang bermakna secara praktis dan statistik terhadap variabel persalinan.Hal ini disebabkan faktor Usia ibu hamil berpengaruh secara signifikan dengan ibu hamil terhadap kematian ibu dan kesakitan ibu, beresiko ketika umur ibu melahirkan sudah tua beresiko akan meningkatkan jumlah kematian ibu. Jika ibu berumur mudah mengurangi resiko terjadinya kematian, hal ini disebabkan faktor biaya perawatan dalam kehamilan, karena kemmapuan daya beli masayarakat rendah
Walaupun variabel diagnosa tidak bermakna, tetap memberikan kontribusi sehingga menjadikan nilai R2 menjadi
193
0,20. Artinya variable usia kehamilan dan diagnosa memberikan kontribusi terjadinya persalinan cito sebesar (20%). Sisanya sebesar (80%) disebabkan faktor lain yang tidak diteliti yang mengakibatkan terjadinya persalinan cito hal ini disebabkan oleh faktor biaya untuk pembiayaan di rumah sakit karena sekitar 48,38% pasien yang tidak mengikuti peserta asuransi Jaminan Kesehatan Nasional. .
Model 6 dibangun dengan tujuan untuk menguji hubungan variabel usia kehamilan, umur,diagnosa, leng of stay secara bersama-sama terhadap variabel persalinan.
Hasil analisis hubungan antara usia kehamilan 31-39 bulan dengan persalinan diperoleh nilai OR 16,07. Terdapat perubahan nilai OR dari 12,25 menjadi 16,07 dan rentang confidence interval (95% CI: 1,33-193,99). Pada usia kehamilan 40-45 diperoleh nilai OR 20,95. Terjadi peningkatan nilai OR dari 10,23 menjadi 20,95 dengan confidence interval (95% CI: 1,71-256,58).
Untuk kelompok umur < 20 tahun diperoleh nilai OR 3,34 dan (95% CI: 0,01-1128,92). Dilihat dari model 1 terjadi peningkatan nilai OR dari 0,68 menjadi 3,34. Berarti terdapat
194
hubungan bermakna secara praktis. Sedangkan umur > 35 tahun nilai OR 0,82 (95% CI: 0,21-3,16). Walaupun terjadi peningkatan OR dari nilai 0,54 menjadi 0,82 variabel umur >
35 tahun tidak memiliki hubungan yang bermakna secara praktis dan statistik terhadap variabel persalinan. Usia yang lebih mudah pada ibu hamil akan mengurangi tingkat kesakitan dan kematian yang tinggi, untuk mengurangi angka kematian ibu hamil perlu adanya faktor penunjang yang disiapkan ketika melahirkan yaitu biaya-biaya harus diperhitungkan menjelang persalinan kelahiran pada ibu yang sedang hamil.
Diagnosa penyakit diperoleh nilai OR 0,29 dan (95%
CI: 0,07-1,24). Terjadi penurunan dari nilai OR 0,44 menjadi 0,29. Sedangkan penyakit + penyerta nilai OR 0,07 (95% CI:
0,01-0,46). Terjadi penurunan dari 0,12 menjadi 0,07.
Kesimpulannya variabel diagnosa tidak memiliki hubungan yang bermakna secara praktis dan statistik terhadap variabel persalinan.
Hubungan variabel leng of stay dengan variabel persalinan pada kelompok 2-3 diperoleh nilai OR 0,89 dan (95% CI: 0,02-50,37). Terjadi peningkatan nilai OR dari 0,81 menjadi 0,89. Sedangkan kelompok 7-9 nilai OR 0,47 (95%
195
CI: 0,10-2,36). Terjadi penurunan nilai OR dari 0,81 menjadi 0,47. Kesimpulannya bahwa variabel leng of stay kelompok 2- 3 dan 7-9 tidak memiliki hubungan yang bermakna secara praktis dan statistik terhadap variabel persalinan. Kelompok 13-15 nilai OR 2 (95% CI: 0,13-30,92). Terjadi peningkatan nilai OR dari 1,61 menjadi 2. Berarti bahwa variabel leng of stay kelompok 13-15 memiliki hubungan yang bermakna secara praktis tetapi tidak bermakna secara statistik terhadap variabel persalinan (95% CI: 0,13-30,92).
Secara bersama-sama variabel usia kehamilan, umur, diagnosis, leng of stay terhadap persalinan didapat nilai R2 0,22. Berarti keseluruhan variabel bebas secara bersama-sama memberikan kontribusi terjadinya persalinan cito sebesar 22%.
Sedangkan terdapat (78%) faktor lain yang tidak diteliti.
Dari analisis model pada logistic regression, diambil kesimpulan untuk memilih model 1 sebagai model yang secara statistik dan praktis lebih efektif dan efisien dalam melihat variabel yang sangat berpengaruh terhadap pemanfaatan penolong persalinan. Berdasarkan prinsip analisis regresi model 1 memiliki kekuatan prediksi yang cukup tinggi dengan model
196
yang lebih sederhana. Pilihan ini cukup konsisten bila merujuk pada analisis bivariat yang menunjukkan bahwa variabel usia kehamilan yang menunjukkan nilai pengaruh yang besar terhadap persalinan pada pasien yang near miss. Hal ini disebabkan faktor pendapatan rendah, sedangakan biaya rumah sakit tinggi, ketidakberdaya pasien untuk membayar persalinannya di rumah sakit karena pasien kurang memeriksa antenatal care ke bidan atau dokter karena faktor biaya.
Review kasus near miss obstetrik dapat memberikan informasi mengenai kualitas pelayanan kebidanan, baik dinegara maju maupun dinegara berkembang. Di negara maju dengan angka kematian ibu yang rendah, near miss dipakai untuk menilai kualitas pelayanan kebidanan, sedangkan di negara berkembang, near miss dapat digunakan untuk mengevaluasi perogram penyelamatan ibu ( Safe Motherhood) pada tingkat populasi. Alasan mengapa near miss obsteric menjadi pilihan untuk dievaluasi, disamping audit terhadap kematian ibu adalah i) Lebih sering terjadi dari pada kematin, ii) mempunyai jalur (pathway) yang sama dengan kematian, iii) Dapat digunakan sebagai pembanding (konrol) terhadap kematian, iv) ibu-ibu yang dapat bertahan hidup bisa diwawancarai untuk
197
mengetahui faktor risiko dan adanya pelayanan yang sub- standar, Hal lain yang dapat memberikan infor menarik dari near miss ini adalah untuk 1 kematian ibu, terdapat banyak kasus yang mengalami kondisi yang mengancam jiwa atau near miss, hal ini disebabkan ketidakmampuan ibu hamil untuk membayar biaya perawatan kehamilan karena sebagian besar 48,39% pasien tidak ikut peserta BPJS, oleh sebab itu pembayaran tunai dari pasien itu sendiri. Sehingga pasien menjadi stress dan trauma menghadapi persalinan. Hal ini disebabkan pendapatan ibu hamil rendah Karen apekerjaan suami hanya sebagai buruh kasar di pabrik dan sebagai nelayan dan petani /perkebunan
Evaluasi near miss obsterik dapat memberikan informasi morbiditas near miss yang berguna untuk memonitor kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit, serta dapat digunakan untuk memperkirakan angka kejadian komplikasi kebidanan yang mengancam jiwa, Untuk mengerti konsep near miss obsteri perlu diketahui mengenai continium (rentang) dari kondisi yang bisa dialami oleh seorang wanita hamil. Suatu kehamilan dapat mengalami 1) .kondisi tanpa komplikasi penyulit sama sekali selama hamil, melahirkan, dan pasca
198
persalinan. 2). Kondisi dengan penyulit ringan sampai sedang , 3) kondisi penyakit penyulit berat, 4) kondisi dengan penyulit yang mengancam jiwa. Tidak ditemukan masalah pada kehamilan dengan kondisi 1, sedangkan dengan kehamilan kondisi 2 dan 3 berakhir dengan kesembuhan .Sebagian besar dari kehamilan dengan kondisi 4 dapat bertahan hidup dan sebagian kecil berakhir dengan kematian, Hal ini dipengaruhi oleh faktor biaya-biaya yang pasien tidak siap untuk mempersiapkan biaya perawatan sejak kehmailannya.
Kehamilan dengan kondisi 4 yang dapat bertahan hidup, dan sebagian kecil inilah yang disebuat sebagai kasus near-miss atau nyaris mati. Untuk dapat menganalisa faktor- faktor apa saja yang dapat mencegah kasus yang near miss terancam dari kematian. Hal penting pertama yang harus diperhatikan adalah dibuatnya pengklasifikasian near miss yang cukup precise..definisi near miss. Kejadian near miss sangat sering dijumpai pada kasus-kasus dengan komplikasi pendarahan antepartum dan post partum. Di rumah sakit kasus near miss terjadi pada 42,7% dari kasus pendarahan post partum.sekitar 40,6% dari kasus pendarahan post-partum dan kurang lebih sepertiga (32,3%) dari kasus hipertensi dalam
199
kehamilan. Perlu diingat bahwa komplikasi diatas adalah komplikasi yang mutually exclusive dimana terdapat kemungkinan misalnya seorang pasien menderita hipertensi dalam kehamilan dan pendarahan postpartum, tetapi yang menyebabkan pasien jatuh dalam keadaan life-thretening adalah pendarahan post partum, maka kasus ini akan diklasifikasi sebagai pendarahan post-partum. Meningkatnya kasus near mis (sakit berat dan komplikasi ) ibu hamil disebabkan ketidakmampuan membayar biaya pengobatan dan perawatan sejak hamil hal ini disebbakan oleh faktor ekonomi yang tidak menunjnag dalam keluarga untuk meningkatkan kualitas hidup akan tingkat kesehatan dalam kehamilannya.
200