• Tidak ada hasil yang ditemukan

Casemix sebagai alat memperbaiki mutu

Dalam dokumen Untitled - Repository Universitas Tadulako (Halaman 53-65)

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.6. Casemix sebagai alat memperbaiki mutu

53

determinan antara ini dipengaruhi oleh determinan jauh (determinan tidak langsung), yang digolongkan sebagai status wanita dalam keluarga/masyarakat. Status keluarga dalam masyarakat dan status masyarakat ( Saifuddin,2002).

2.6 Casemix sebagai alat memperbaiki Mutu Pelayanan

54

b. Sebagai alat dalam memperbaiki mutu pelayanan c. Sebagai alat untuk memanage biaya rumah sakit

Case-mix sangat menguntungkan baik bagi pasien, dokter, rumah sakit maupun Pemerintah seperti dijabarkan berikut (Aljunid, 2005).

1. Untuk pasien

a. Prioritas pengobatan tergantung beratnya penyakit b. Pasien lebih diperhatikan

c. Mutu pelayanan meningkat d. Pengobatan optimal

2. Untuk Dokter

a. Mutu pelayanan meningkat karena penanganan pelayanan berdasarkan skala prioritas

b. Komunikasi menjadi lebih baik

c. Monitoring mutu pelayanan lebih objektif

3. Untuk Rumah Sakit:

a. Sebagai perencanaan anggaran lebih akurat b. Dapat menevaluasi mutu pelayanan per dokter c. Pemerataan dalam mengalokasi anggaran

55 d. Benchmarking

e. Support Clinical Pathway

4. Untuk Pemerintah a. Equity b. Quality c. Efficiency

d. Kepuasan pelanggan meningkat e. Cost containent

f. Alokasi anggaran berdasarkan kompleksitas kasus Secara garis besar case-mix mengandung dua hal pokok yaitu:

1) aspek pembiayaan, 2) aspek jasa layanan kesehatan.Case- mix sebagai alat bantu mikro ekonomi dapat dipergunakan dalam aspek perencanaan, pembiayaan, pemeliharaan dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan, baik disektor publik maupun di sektor swasta ( Rivany, 1998).

56 1. Perencanaan:

a. Sebagai informasi yang akurat tentang biaya kesehatan yang dibutuhkan per penyakit sejenis (perunit cost/ per cost of treatment).

b. Sebagai perbandingan diantara jenis pelayanan yang diberikan baik tingkat lokal maupun nasional

2. Pembiayaan

a. Sebagai bahan dalam persamaan persepsi, alat ukur dalam penetapan kerjasama biaya pelayanan kesehatan dengan pihak ketiga (health insurance) 3. Pemeliharaan Kesehatan

a. Sebagai alat ukur hospital output, basis dalam negosiasi, biaya dengan pasien dari pihak ke tiga b. Untuk membandingkan biaya yang harus dibayar

dengan tindakan medis yang diberikan 4. Mutu layanan kesehatan

Membantu meningkatkan mutu melalui penyediaan informasi tentang jenis perawatan yang diberikan kepada pasien, data perbandingan rerata lama hari rawat per penyakit sejenis dan struktur biaya layanan kesehatan berbagai jenis perawatan per pasien dengan diagnosis sejenis ( Rivany, 1998).

57

Clinical pathway berada ditahapan antara pengkategorian penyakit berdasarkan ICD dan MDC berdasarkan kelompok diagnosis terkait dan bauran kasus berdasarkan DRG dan Case- mix. Clinical Pathway menjelaskan seluruh kegiatan pelayanan yang diterima pasien sejak awal masuk rumah sakit hingga keluar, yang meliputi aspek medis yang terdiri dari pemeriksaan dokter, keperawatan, pemeriksaan penunjang medis dan pemberian obat serta aspek non medis yang meliputi administrasi pasien masuk dan keluar rumah sakit, dan Case mix merupakan bauran kasus penyakit yang parah.

58

Hubungan Clinical Pathway dengan DRG’s (Diagnosis Related Groups), diagnosis penyakit dan Case-mix ( Komplikasi Penyakit) dan Biaya (Cost)

Gambar.1.Clinical Pathway Sumber : Rivany 2005

5. Pengertian Case-mix

Menurut Palmer G et al, 2005 berdasarkan perspektif paramedis bahwa case mix menunjuk pada satu atau lebih

ICD

DRG

MDC Clinical

Clinical

DRG Case Mix

Cost atau Biaya Variabel Biaya Langsung dan Biaya Tidak Langsung di Rumah Sakit

59

aspek kompleksitas klinis, dalam arti bahwa suatu case mix yang kompleks menunjuk pada kondisi keparahan penyakit yang lebih tinggi, resiko kematian yang lebih tinggi, tingkat kesulitan perawatan yang lebih tinggi. Poor prognosis dan/atau kebutuhan intervensi yang lebih besar, sehingga case mix menunjuk pada kondisi pasien dan tingkat kesulitan perawatan yang dihubungkan dengan jasa layanan yang tersedia.

6. Compleksitas Case-mix

Compleksitas Case mix merupakan seperangkat atribut(tandasifat)pasien

yang melibatkan keparahan penyakit atau (severity of illnes), prognosis, kesukaran penanganan (Treatment deficulty), kebutuhan terhadap intervensi dan intensitas sumber daya a).

Keparahan penyakit : Tingkatan relatif atau morbiditas/mortalitas yang biasa dialami oleh pasien dengan penyakit tertentu (Rivany, 2005).

b). Prognosis : Hasil/outcome yang terjadi atas suatu penyakit, ternasuk kemungkinan membaik atau bahkan memburuk/ pada tingkat keparahan penyakit (serverity of illnes), kemungkinan kambuh atau kemungkinan ada harapan hidup.

60

c). Kesukaran penanganan. Menunjuk pada masalah pengelolaan pasien yang dihadirkan oleh penyakit tertentu bagi penyedia layanan kesehatan. Beberapa

Komponen System Case-mix Komponen pokok

a). Klasifikasi Diagnosa penyakit ( Disease Classification) - Coding untuk diagnosa ( ICD-10)

- Coding untuk procedur ( ICD-9M) - Clinical Pathway (CP)

( Sumber : Konsultan Case Mix, Depkes RI ( Syek Al Juned dkk, 2007)

7. Carolle ( 1997), mengemukakan karakteristik Clinical Pathway sebagai berikut:

1. Dikembangkan secara multidisipliner

2. Secara proaktif menggambarkan kejadian-kejadian dalam proses pelayanan setiap harinya selama perawatan, baik untuk pelayanan medis, pelayanan keperawatan, pelayanan medis, pelayanan

61

keperawatan, pelayanan nutrisi, pelayanan fisioterapi, ataupun pelayanan holistik lainnya yang diberikan kepada pasien.

3. Selama proses perawatan terdapat kunci-kunci perubahan yang terjadi setiap harinya, sehingga dapat dilihat perubahan pada pasien dan sekaligus tindakan- tindakan yang dilakukan sampai dengan pasien pulang.

4. Terdapat waktu yang digunakan untuk intervensi pada clinical care pathway

5. Pendokumentasian Clinical Pathwaybertujuan untuk mencapai kualitas pelayanan yang optimal dengan penggunaan sumber-sumber yang efisien serta meminimalkan perpanjangan hari perawatan, akibatnya misalnya komplikasi atau penundaan pelayanan.

Hal-hal yang dicatat dalam kurun waktu tempalate clinical patwaymeliputi:

a). Pengobatan, intervensi yang harus dilakukan oleh petugas kesehatan, seperti pemberian makanan dan mengubah posisi

b) Tanda-tanda vital dan keadaan umum jasmani

62

c). Konsultasi/rujukan, membawa atau mengirim tim kesehatan lainnya, misalnya untuk pelayanan sosial, pendidikan kesehatan, rehabilitasi, fisioterapi, ataupun pelayanan diet.

d). Diagnostik tes, misalnya radiologi, laboratorium, USG.EKG, monitoring gula darah, analisis urine dan feses e). Obat-obatan yang diberikan sesuai dosis, cara pemberian dan lain-lain

f). Aktivitas/mobilisasi, bed rest, duduk berdiri dengan sandaran kursi kepala ditinggikan, harus juga dicatat berapa lama

g). Diet atau nutrisi, dituliskan mulai dari puasa, boleh makan biasa atau diet spesial

h). Pendidikan kesehatan, untuk membantu pasien dan keluarganya lebih sehat dan mandiri.

Dalam menyusun Clinical Pathway (CP) ada langkah-langkah yang harus dilakukan (Carolle, 1997), yaitu :

63

1. Menentukan kasus yang akan dibuat CP-nya yaitu kasus-kasus yang beresiko tinggi, mahal biaya pengobatannya, dan mempunyai pasien yang cukup banyak

2. Menentukan bagian yang akan dilibatkan, tipe klien 3. Mencari dokungan dari bagian-bagian yang akan

dilibatkan

4. Mengadakan penyegaran kasus, perencanaan dan diskusi antar bagian dalam pembuatan clinical pathway 5. Merancang clinical pathway

6. Mengadakan pelatihan

7. Mengarahkan Clinical Pathway dengan mengimplementasikan clinical pathway dalam pelayanan, dan diakhiri dengan monitoring secara kontinyu dan evaluasi.

Komponen dasar dalam penyusunan clinical pathway yaitu pengobatan obat-obatan, aktivitas, diet, pendidikan pasien, discharge planning, evaluasi hasil, dan fase pelayanan keperawatan, misalnya kapan waktu yang tepat untuk mengubah pengobatan antibiotik. Fungsi Clinical Pathway dalam pendokumentasian pada sistem manajemen kasus adalah

64

sebagai suatu aktivitas selama proses atau implementasi dari intervensi yang dilakukan oleh petugas kesehatan yang bersifat terintegrasi dan multidisipliner.

Carolle, (1997) dalam pembuatn Clinical Pathway akan ditemui hambatan-hambatan adanya orang-orang atau bagian yang tidak menghendaki perubahan karena merasa telah mapan, kesulitan dalam mencari evidence based guidelines, keterbatasan waktu dan sumber daya manusia yang tersedia, adanya kepentingan-kepentingan lain baik perorangan maupun bagian yang berperan dan sering ditemukan orang-orang yang terlibat tidak konsisten untuk memonitor apabila ada hambatan dalam implementasi Clinical Pathway. Oleh karena itu pembuatan clinical pathway perlu dinaungi oleh payung kebijakan dan dukungan dari direksi, staf direksi, staf medis, staf bagian pelayanan lain, staf administrasi, SMF dan komite medik.

Clinical Pathway merupakan suatu alat audit manajemen medik berupa dokumen intervensi berdasarkan informasi dan pengalaman klinis yang sesuai dengan standar pelayanan untuk memberikan hasil yang terbaik kepada pasien dengan melaksanakan kegiatan proses klinis dari awal hingga akhir

65

pelayanan.didalam meningkatkan mutu pelayanan yang menterjemahkan standar pelayanan medik ke dalam suatu protokol dan menerapkannya dalam pelayanan berbasis bukti dan juga sebagai konsep perencanaan pelayanan multidisiplin ilmu yang membantu dalam pengkoordinasian pelaksanaan pelayanan kesehatan di rumah sakit (Depkes RI, 2005;

Rivany, R, 2005, Carolle, 1997).

Dalam dokumen Untitled - Repository Universitas Tadulako (Halaman 53-65)