• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aspek Daya Saing Daerah

Dalam dokumen KATA PENGANTAR (Halaman 166-170)

BAB VII PENUTUP

D. Dokumen Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD)

2.1.4 Aspek Daya Saing Daerah

Daya saing daerah merupakan salah satu aspek tujuan penyelenggaraan otonomi daerah sesuai dengan potensi, kekhasan, dan unggulan daerah. Suatu daya saing (competitiveness) merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan pembangunan ekonomi yang berhubungan dengan tujuan pembangunan daerah dalam mencapai tingkat kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan.

2.1.4.1 Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah

Kemampuan ekonomi daerah dalam kaitannya dengan daya saing daerah adalah bahwa kapasitas ekonomi daerah harus memiliki daya tarik (attractiveness) bagi pelaku ekonomi yang telah berada dan akan masuk ke suatu daerah untuk menciptakan multiflier effect bagi peningkatan daya saing daerah.

II - 144 Gambaran umum kondisi daerah terkait dengan kemampuan ekonomi daerah salah satunya dapat dilihat dari pengeluaran rata-rata konsumsi rumah tangga per kapita/ angka konsumasi rata-rata rumah tangga per kapita sebulan (pangan dan non pangan), dan produktivitas total daerah.

Indikator pengeluaran rata-rata konsumsi rumah tangga per kapita dimaksudkan untuk mengetahui tingkat konsumsi rumah tangga yang menjelaskan seberapa atraktif tingkat pengeluaran rumah tangga. Semakin besar angka konsumsi RT semakin atraktif bagi peningkatan kemampuan ekonomi daerah.

Pada tahun 2016 pengeluaran konsumsi rata-rata rumah tangga per kapita di Kabupaten Aceh Tamiang mencapai Rp 670.246,-,meningkat sebesar 11% bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dengan persentase konsumsi non pangan sebesar 45,62%, hal ini menunjukkan bahwa pengeluaran rumah tangga masih dominan untuk kebutuhan makanan. Pengeluaran konsumsi Rumah Tangga per Kapita periode tahun 2013 – 2016 adalah seperti tabel berikut.

Tabel 2.182

Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga per-Kapita Tahun 2013 – 2016

NO Uraian Tahun

2013 2014 2015 2016 1 Rata-rata Pengeluaran Non Pangan (Rp) 210,202 262,273 256,424 305,747 2 Rata-rata Pengeluaran Konsumsi Makanan (Rp) 345,095 349,349 339,242 364,500 3 Rata-rata Pengeluaran (Rp) 555,297 611,622 595,666 670,247 4 Persentase Pengeluaran Konsumsi non-pangan

(%) 37.85 42.88 43.05 45.62

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Tamiang, Tahun 2017.

2.1.4.2 Fokus Iklim Berinvestasi 2.1.4.2.1 Angka Kriminalitas

Angka kriminalitas dapat menggambarkan tingkat keamanan masyarakat, semakin rendah angka kriminalitas, maka semakin tinggi tingkat keamanan masyarakat. Pada tahun 2016 angka kriminalitas di Kabupaten Aceh Tamiang adalah sebesar 24,39/10.000 artinya pada setiap 10.000 penduduk terjadi 24,39 kasus tindak kriminal. Angka kriminal ini berkurang sebesar 1,91/10.000 penduduk dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 26,30/10.000 penduduk. Kasus kriminal yang terjadi pada rentang tahun 2012–2016 dapat dilihat pada tabel berikut.

II - 145 Tabel 2.183

Angka Kriminalitas Tahun 2012 – 2016

NO Tindak Kriminal Jumlah Kasus (kasus)

2012 2013 2014 2015 2016

1 Penyalahgunaan Narkoba 60 69 80 99 128

2 Pembunuhan 3 2 2 3 0

3 Kejahatan Seksual 3 0 0 18 0

4 Penganiayaan 59 69 55 55 57

5 Pencurian 127 196 164 152 55

6 Penipuan 24 41 23 22 32

8 Curanmor 99 149 128 94 95

9 KDRT 19 26 16 26 17

10 Lain-lain 243 207 195 263 306

Jumlah Tindak Kriminal 637 759 663 732 690 Jumlah Penduduk 261.125 264.420 272.228 278.324 282.921 Angka Kriminalitas (%) 24,39 28,70 24,35 26,30 24,39

* : tidak ada data

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Tamiang, 2017.

2.1.4.2.2 Jumlah Demonstrasi

Pada periode 2010 – 2014 kasus demonstrasi/unjuk rasa cenderung menurun, dan tertinggi terjadi pada tahun 2010 yaitu 9 kasus. Namun berkurang menjadi 6 kasus di tahun 2014. Dan selalu terjadi demonstrasi bidang politik tiap tahunnya. Jumlah kejadian demonstrasi/unjuk rasa tiap tahunnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.184

Jumlah Demonstrasi Tahun 2012 – 2016

NO Jenis Demonstrasi/

Unjuk Rasa

Tahun

2012 2013 2014 2015 2016

1 Bidang Politik (kasus) 2 - 2 1 0

2 Ekonomi (kasus) - 3 3 5 2

3 Kasus pemogokan kerja

(kasus) 1 1 1 0 0

Jumlah 3 4 6 6 2

Sumber : Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat Tahun 2017.

2.1.4.2.3 Perizinan

Perizinan yang ditangani Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Aceh Tamiang adalah sebanyak 26 jenis perizinan, terdiri dari izin usaha perdagangan (SIUP), izin tempat usaha (SITU), TDP, TDG, TDI, IMB, HO dan izin lainnya. Lamanya waktu untuk pengurusan izin tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.

II - 146 Tabel 2.185

Jumlah Izin yang Diterbitkan Tepat Waktu Tahun 2016

NO Jenis Izin Jumlah

Izin yang Diterbitkan

Jumlah Izin yang

Terbit Tepat Waktu

%

1 2 3 4 5=4/3*100

1 Izin Mendirikan Bangunan (IMB) 36 36 100

2 Izin Pemasangan atau

penyelenggaraan reklame 95 95 100

3 Suarat Izin tempat Usaha 560 560 100

4 Izin Gangguan HO 74 74 100

5 Surat Izin Usaha perdagangan (SIUP) 273 273 100

6 Tanda Daftar Perusahaan (TDP) 249 249 100

7 Tanda Daftar Gudang (TDG) 5 5 100

8 Tanda Daftar Industri (TDI) 6 6 100

9 Izin Usaha Jasa Konstruksi (IUJK) 97 97 100

Jumlah 1.395 1.395 100

Sumber :Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, 2017.

2.1.4.3 Fokus Sumber Daya Manusia

2.1.4.3.1 Kualitas Tenaga Kerja (Rasio Lulusan S1/S2/S3)

Salah satu faktor penting yang tidak dapat diabaikan dalam kerangka pembangunan daerah adalah menyangkut kualitas sumber daya manusia (SDM).Kualitas Sumber Daya Manusia berkaitan erat dengan kualitas tenaga kerja yang tersedia untuk mengisi kesempatan kerja di dalam negeri dan di luar negeri.

Kualitas tenaga kerja sangat ditentukan oleh tingkat pendidikan. Artinya semakin tinggi tingkat pendidikan yang ditamatkan penduduk maka semakin baik kualitas tenaga kerjanya. Kualitas tenaga kerja dapat dilihat dari tingkat pendidikan penduduk yang telah menyelesaikan pendidikan tingkat S1, S2 dan S3.

Menurut Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, tahun 2016, jumlah lulusan D-IV/S1 adalah 6,742 orang, jumlah lulusan S2/S3 adalah 171 orang dengan demikian jumlah lulusan S1/S2/S3 adalah 6.913 orang dari 294.831 orang penduduk, ini berarti rasio lulusan per 10.000 penduduk adalah 234 orang.

2.1.4.3.2 Tingkat Ketergantungan

Rasio ketergantungan digunakan untuk mengukur besarnya beban yang harus ditanggung oleh setiap penduduk berusia produktif terhadap penduduk yang tidak produktif. Penduduk muda berusia dibawah 15 tahun umumnya dianggap sebagai penduduk yang belum produktif, karena secara ekonomis masih tergantung kepada orang tua atau orang lain yang menanggungnya. Selain itu, penduduk berusia diatas 65 tahun juga dianggap tidak produktif lagi sesudah

II - 147 melewati masa pensiun. Penduduk usia 15-64 tahun, adalah penduduk usia kerja yang dianggap sudah produktif.

Atas dasar konsep tersebut dapat digambarkan berapa besar jumlah penduduk yang tergantung pada penduduk usia kerja. Meskipun tidak terlalu akurat, rasio ketergantungan semacam ini memberikan gambaran ekonomis penduduk dari sisi demografi. Rasio ketergantungan (dependency ratio) merupakan salah satu indikator demografi yangpenting. Semakin tinggi persentase dependency ratio menunjukkan semakin tingginya beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Sedangkan persentase dependency ratio yang semakin rendah menunjukkan semakin rendahnya beban yang ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Rasio ketergantungan di Kabupaten Aceh Tamiang pada rentang tahun 2012 – 2015 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.186

Rasio Ketergantungan di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2012-2016

NO Kelompok Rasio Ketergantungan (%)

2012 2013 2014 2015 2016 1 Penduduk usia 0 – 14 tahun 33,23 33,05 32,91 32,75 32,58 2 Penduduk 15 – 64 tahun 63,33 63,48 63,59 63,68 63,80 3 Penduduk Usia ≥ 64 tahun 3,44 3,47 3,50 3,56 3,62 5 Rasio Ketergantungan (%) 57,90 57,53 57,27 57,03 56,73

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Tamiang, 2017.

Rasio ketergantungan (Depedency Ratio) pada tahun 2016 secara keseluruhan mencapai 56,73 %, berarti bahwa setiap 100 orang produktif (usia 15 – 64 tahun) menanggung 57 orang belum/tidak produktif (usia <15 tahun + Usia >64 tahun). Rasio ketergantungan anak (Young Depedency Ratio) mencapai 32,58 %, dan rasio ketergantungan lansia (Old Depedency Ratio) cenderung meningkat tiap tahunnya, mencapai 3,62 %.

2.2 Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD sampai Tahun

Dalam dokumen KATA PENGANTAR (Halaman 166-170)