BAB VII PENUTUP
C. Mitigasi Bencana
Kecepatan pemerintah dalam menangani masalah kebencanaan dapat meminimalisir kerugian jiwa dan material yang disebabkan oleh bencana. Oleh karenanya, bagaimana pemerintah daerah dalam melaksanakan tanggap darurat kebencanaan menjadi penting. Masalah yang dihadapi dalam proses mitigasi bencana di Kabupaten Aceh Tamiang adalah:
1. Identifikasi potensi wilayah bencana di Kabupaten Aceh Tamiang belum optimal. Kabupaten Aceh Tamiang belum memiliki updating peta dan pemetaan wilayah potensi dan rawan bencana serta sistem mitigasi bencana yang sistematis.
2. Jumlah sarana dan prasarana penanggulangan bencana masih terbatas.
Kabupaten Aceh Tamiang hanya memiliki 137 unit dari 20 item sarana prasarana penanggulangan bencana untuk melayani 213 kampung yang ada.
3. Jumlah kampung dan relawan tangguh bencana yang diberikan pelatihan tanggap bencana masih terbatas. Kabupaten Aceh Tamiang hingga saat ini hanya memiliki 6 kampung tangguh dan 230 relawan tangguh dari 213 kampung yang ada di seluruh kabupaten.
III-1 BAB III
KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEUANGAN DAERAH
3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah
Kebijakan ekonomi daerah dirumuskan untuk menggambarkan hubungan yang jelas antara tujuan utama pembangunan daerah dengan capaian indikator makro ekonomi daerah. Kebijakan ekonomi daerah disatu sisi harus mampu menempatk an indikator makro ekonomi daerah sebagai tujuan yang harus dijaga asumsinya dan disisi lain memberikan panduan umum bagaimana tujuan ekonomi daerah harus dicapai sebagai salah satu capaian utama pembangunan daerah.
Pertumbuhan perekonomian daerah harus dijaga kestabilannya dan diupayakan untuk lebih ditingkatkan melalui kebijakan lintas sektoral melalui peningkatan infrastruktur yang menunjang perekonomian daerah dalam kerangka peningkatan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Aceh Tamiang sesuai tema Musrenbang RKPD Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2019 yaitu “Peningkatan Akselerasi Pembangunan Ekonomi Kerakyatan Menuju Masyarakat Aceh Tamiang Yang Sejahtera”.
3.1.1 Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2016 dan Perkiraan Tahun 2017 Kondisi makro perekonomian Kabupaten Aceh Tamiang tercermin dari beberapa indikator utama meliputi pertumbuhan ekonomi, PDRB per kapita, inflasi, kemiskinan, dan pengangguran. Indikator utama tersebut akan diuraikan lebih lanjut pada sub bab dibawah ini. Sebelum penjelasan kondisi makro ekonomi diuraikan, dibawah ini akan disajikan data pencapaian indikator ekonomi makro Kabupaten Aceh Tamiang yang dirangkum selama Tahun 2012 hingga Tahun 2016.
Tabel 3.1
Perkembangan Indikator Makro Ekonomi Kabupaten Aceh Tamiang
Indikator 2012 2013 2014 2015 2016
1 PDRB perkapita ADHK
dengan migas (Juta) 17,61 18,16 18,38 18,45 18,67
2 PDRB perkapita ADHK non
migas (Juta) 15,07 15,61 16,00 16,28 16,69
3 Laju Pertumbuhan
Ekonomi dengan migas (%) 3,96 5,04 2,40 2,63 2,85
4 Inflasi (%) 0,39 8,27 8,53 2,44 3,59
5 PDRB perkapita ADHB
dengan migas (Rp) 18,56 19,92 20,75 20,71 21,41
6 PDRB perkapita ADHB non
migas (Rp) 15,92 17,15 18,10 19,07 20,04
III-2
Indikator 2012 2013 2014 2015 2016
7 Jumlah Penduduk 261.125 291.696 272.228 278.324 282.921
8 Jumlah Penduduk Miskin 44.100 40.800 39.909 40.380 42.010
9 Persentase Penduduk Miskin 16,70 15,13 14,58 14,57 14,69
10 PDRB ADHK Tahun 2010
dengan migas (Rp. Juta) 4.651.203,2 4.885.618,6 5.002.816,8 5.134.529,8 5.280.861,3 11 PDRB ADHK Tahun 2010 non
migas (Rp. Juta) 3.981.540,4 4.198.208,6 4.356.249,4 4.529.980,8 4.721.945,2
12 IPM 65,21 65,56 66,09 67,03 67,41
13 Tingkat Pengangguran
Terbuka (%) 9,19 10,49 9,75 14,03 -
14 Angka Harapan Lama
Sekolah 12,57 12,79 13,27 13,54 13,55
15 Angka Kematian Bayi (AKB)
per 1000 KH 16 13 15 12 11
16 Angka Kematian Ibu (AKI)
per 100.000 KH 208 321 160 181 165
17 Angka Harapan Hidup (AHH) 68,65 68,66 68,67 68,99 69,08
18 Angka Partisipasi Murni
jenjang SD 84,39 94,80 96,00 99,28 98,34
19 Angka Partisipasi Murni
jenjang SLTP 57,90 75,90 77,61 78,89 86,98
20 Angka Partisipasi Murni
jenjang SLTA 53,99 57,31 61,67 63,73 65,06
21 Angka Partisipasi Kasar
SD/MI 107,28 101,79 108,22 99,80 111,57
22 Angka Partisipasi Kasar
SMP/MTs 94,38 84,1 98,36 94,67 94,89
23 Angka Partisipasi Kasar
SMA/SMK/MA 83,87 70,18 71,63 76,49 87,46
Sumber : BPS Kabupaten Aceh Tamiang, 2017
1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sebagai ukuran produktivitas mencerminkan seluruh nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu wilayah dalam satu tahun. PDRB secara umum dibagi ke dalam nilai atas dasar harga berlaku dan nilai atas dasar harga konstan (harga konstan tahun 2010). Gambaran selengkapnya akan diuraikan pada seperti berikut ini:
a. PDRB Harga Berlaku (ADHB)
PDRB Aceh Tamiang atas dasar harga berlaku secara rata-rata mengalami kenaikan sebesar 288,29 miliar per tahun. Pada tahun 2016 PDRB ADHB dengan migas meningkat sebesar 292,91 miliar dari 5,76 triliun pada tahun 2015. Dengan mengeluarkan sector migas, kinerja perekonomian Aceh Tamiang juga tercatat mengalami kenaikan.
PDRB Aceh Tamiang tanpa migas pada tahun 2016 adalah sebesar 5,67 triliun atau mengalami peningkatan sebesar 362,09 miliar dari tahun 2015 lebih tinggi daripada peningkatan PDRB dengan migas yang sebesar 292,91 miliar. Peningkatan nilai PDRB tanpa migas pada tahun 2016 lebih rendah jika dibandingkan kenaikan nilai PDRB tanpa migas
III-3 pada tahun 2015 yaitu sebesar 378,62 miliar. PDRB ADHB tanpa migas mengalami peningkatan sebesar 343,78 miliar atau lebih tinggi secara rata-rata selama lima tahun terakhir dibandingkan dengan migas, yaitu sebesar 288,29 miliar per tahun.
Tabel 3.2
PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2012–2016
NO Sektor Nilai PDRB ADHB (Rp. Juta)
2012 2013 2014 2015* 2016**
A Pertanian, Kehutanan dan Perikanan
1.803.218,7 1.960.233,6 2.062.660,4 2.272.399,5 2.455.439,9 B Pertambangan &
Penggalian 1.022.190,8 1.116.160,0 1.112.069,0 760.799,9 644.541,1 C Industri Pengolahan 245.364,1 268.782,0 297.335,2 344.445,4 385.396,7 D Pengadaan
Listrik,Gas & Air bersih
4.324,4 4.522,3 4.844,8 5.278,5 5.803,6
E
Pengadaan Air, Pengolahan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
1.619,9 1.801,3 1.988,1 2.328,1 3.025,7
F Konstruksi 273.386,6 302.069,2 327.563,9 362.027,4 392.100,2
G
Perdagangan Besar dan Eceran;
Reparasi Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
482.531,8 521.175,7 553.903,4 608.533,9 653.645,1
H Transportasi dan
Pergudangan 198.504,3 217.615,8 233.495,0 239.476,2 244.197,6 I
Penyediaan Akomodasi dan
Makan Minum 47.937,5 53.304,9 59.801,0 66.115,6 74.542,1
J Informasi dan
Komunikasi 168.597,6 186.791,4 202.372,0 212.298,6 223.644,1 K Jasa Keuangan dan
Asuransi 42.578,6 51.276,4 62.103,0 70.090,1 77.326,1
L Real Estat 167.778,8 186.887,9 203.187,6 230.382,3 247.273,9 M,N Jasa Perusahaan 16.505,4 17.875,3 18.667,7 19.496,2 21.058,5
O
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
166.164,7 180.438,6 202.421,6 230.705,8 257.254,2
P Jasa Pendidikan 72.436,1 79.482,3 85.343,6 96.059,0 108.019,7 Q Jasa Kesehatan dan
Kegiatan Sosial 116.937,6 127.415,2 136.187,5 148.538,2 160.514,0 R,S
,T, U
Jasa Lainnya 73.378,4 81.722,0 88.839,9 94,667,7 102.803,5 PDRB ADHB 4.903.465,2 5.357.554,0 5.652.783,8 5.763.672,4 6.506.586,0 PDRB NON MIGAS 4.205.593,7 4.612.470,2 4.933.411,4 5.306.945,0 5.669.038,2
* Angka sementara
** Angka sangat sementara
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Tamiang, 2017.
III-4 b. PDRB Harga Konstan (ADHK)
Nilai PDRB dengan mengabaikan faktor harga menunjukkan nilai PDRB secara riil yang secara umum disebut sebagai PDRB ADHK. Nilai PDRB ADHK selama lima tahun terakhir telah mengalami kenaikan sebesar 629,66 miliar dengan migas dan naik sebesar 740,40 miliar tanpa migas. Secara rata-rata, PDRB ADHK mengalami kenaikan sebesar 161,36 miliar per tahun dengan migas dan naik sebesar 181,46 miliar per tahun tanpa migas sejak tahun 2012.
Tabel 3.3
PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2010 di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2012–2016
NO Sektor Nilai PDRB ADHK (Rp. Juta)
2012 2013 2014 2015* 2016**
A Pertanian, Kehutanan
dan Perikanan 1.703.360,9 1.793.507,9 1.833.552,7 1.953.327,0 2.065.026,7 B Pertambangan &
Penggalian 996.718,3 1.039.523,3 1.001.937,4 906.805,6 819.287,4 C Industri Pengolahan 226.737,5 231.964,9 253.708,0 262.286,9 280.638,2 D Pengadaan Listrik
dan Gas 4.575,3 4.758,3 5.029,6 5.327,3 5.796,0
E
Pengadaan Air, Pengolahan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
1.439,2 1.533,6 1.627,9 1.739,3 1.870,8
F Konstruksi 255.392,0 267.471,7 279.669,5 297.569.0 318.964,3 G
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
470.920,4 493.898,3 515.669,7 532.851,5 548.310,9
H Transportasi dan
Pergudangan 180.968,4 187.732,4 195.128,5 202.338,4 206.049,6 I Penyediaan
Akomodasi dan Makan Minum
43.555,8 45.766,9 48.419,1 51.720.3 55.435,1 J Informasi dan
Komunikasi 156.666,5 168.996,1 180.487,8 189.183.5 198.499,8 K Jasa Keuangan dan
Asuransi 36.589,2 41.787,8 48.026,1 52.167.2 56.151,7
L Real Estat 156.748,8 168.693,1 177.853,1 193.773.3 205.522,9 M,N Jasa Perusahaan 15.563,4 16.234,1 16.799,1 17.165.3 18.224,9
O
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
155.711,0 164.379,3 173.289,5 183.219.0 196.978,7 P Jasa Pendidikan 71.668,3 75.538,4 79.164,2 83.146,2 89.118,3 Q Jasa Kesehatan dan
Kegiatan Sosial 107.862,2 113.098,5 118.367,1 124.569,5 132.995,6 R,S,
T,U Jasa Lainnya 66.726,0 70.843,0 74.087,6 77.295,6 81.990,3 PDRB ADHK 4.651.203,2 4.885.618,6 5.002.816,8 5.134.529,8 5.280.861,3 PDRB NON MIGAS 3.981.540,4 4.198.208,6 4.356.249,4 4.529.980,8 4.721.945,2
* Angka sementara
** Angka sangat sementara
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Tamiang, 2017.
III-5 2. Pertumbuhan Perkapita
a. PDRB Perkapita dengan migas
Pada tahun 2016, PDRB per kapita Aceh Tamiang ADHB dengan migas adalah Rp21,41 juta per tahun, meningkat dari tahun 2015 yang sebesar Rp20,71 juta per tahun. Sementara itu, PDRB per kapita Aceh Tamiang atas dasar harga konstan menunjukkan peningkatan yang sedikit lebih rendah dibandingkan PDRB per kapita atas dasar harga berlaku. PDRB per kapita ADHK Aceh Tamiang pada tahun 2016 adalah Rp18,67 juta per tahun dengan migas.
Secara rata-rata selama lima tahun terakhir, PDRB ADHK perkapita Aceh Tamiang dengan migas mengalami kenaikan sebesar 1,56 persen.
Gambar 3.1
PDRB per Kapita dengan Migas Aceh Tamiang,2012-2016 (juta Rupiah)
b. PDRB per Kapita Tanpa Migas
Dengan mengeluarkan migas, tercatat bahwa selama lima tahun terakhir PDRB per kapita Aceh Tamiang terus mengalami peningkatan.
PDRB per kapita Aceh Tamiang tanpa migas pada tahun 2016 adalah sebesar Rp20,04 juta per tahun, atau naik dari tahun 2015 yang sebesar Rp19,07 juta per tahun. Angka ini jauh lebih rendah dari PDRB per kapita tanpa migas Provinsi Aceh yang mencapai Rp26,14 juta per tahun. Secara rata-rata selama lima tahun terakhir, PDRB ADHK perkapita Aceh Tamiang tanpa migas mengalami kenaikan rata-rata sebesar 2,53 persen.
III-6 Gambar 3.2
PDRB per Kapita tanpa Migas Aceh Tamiang,2012-2016 (juta Rupiah) 3. Pertumbuhan Ekonomi
Kondisi ekonomi Aceh Tamiang dilihat dari pertumbuhan ekonominya masih terus mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Rata-rata pertumbuhan ekonomi Aceh Tamiang selama lima tahun terakhir adalah sebesar 3,38 persen. Pada tahun 2016, pertumbuhan ekonomi sebesar 2,85 persen meningkat dari tahun 2015 dengan laju pertumbuhan pada tahun tersebut sebesar 2,63 persen. Pertumbuhan ekonomi dengan migas mengalami puncak pertumbuhannya pada tahun 2013 dengan nilai 5,04 persen. Sedangkan pertumbuhan terendahsebesar 2,40 persen pada tahun 2014.
Gambar 3.3
Laju Pertumbuhan Ekonomi Aceh Tamiang, 2012-2016 (persen) Dengan mengeluarkan sektor migas, perekonomian Aceh Tamiang selalu mengalami peningkatan. Rata-rata pertumbuhan ekonomi Aceh Tamiang tanpa migas selama lima tahun terkahir adalah sebesar 4,36
III-7 persen. Pada tahun 2016 perekonomian Aceh Tamiang tumbuh sebesar 4,24 persen, lebih tinggi dari tahun 2015 yang tumbuh sebesar 3,99 persen.
Pertumbuhan kategori Pertambangan dan Penggalian dengan mengeluarkan migas juga jauh berbeda.Pertumbuhan kategori ini tanpa migas pada tahun 2016 sebesar minus 13,86 persen.
4. Pengangguran
Pengangguran adalah penduduk yang tidak bekerja tetapi sedang mencari pekerjaan, atau sedang mempersiapkan usaha baru atau penduduk yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan atau penduduk yang tidak mencari pekerjaan karena sudah diterima bekerja/mempunyai pekerjaan tetapi belum bekerja. Banyaknya pengangguran yang merupakan bagian dari angkatan kerja, pada kondisi bulan Agustus 2015 sebesar 16.716 jiwa. Jumlah pengangguran ini secara persentase sekitar 14,03 persen terhadap jumlah angkatan kerja. Kondisi ini memburuk (meningkat persentasenya) jika dibandingkan tahun sebelumnya yang berjumlah sekitar 11.108 jiwa atau sekitar 9,75 persen terhadap jumlah angkatan kerja.
Bila dilihat dari sisi jenis kelamin, maka persentase penduduk laki- laki lebih banyak yang menganggur yaitu sebesar 14,07 persen daripada penduduk perempuan yaitu sebesar 13,98 persen. Persentase pengangguran perempuan mengalami peningkatan dibandingkan dengan kondisi tahun 2014 dimana persentase penduduk perempuan yang menganggur yaitu sebesar 12,91 persen. Begitu juga dengan persentase pengangguran penduduk laki-laki meningkat dari tahun sebelumnya yang sebesar 8,26 persen pada tahun 2014.
Gambar. 3.4
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2015 Sumber: BPS Aceh Tamiang, 2016
III-8 Dari uraian diatas, dapat dijelaskan bahwa secara umum kondisi perekonomian Kabupaten Aceh Tamiang dari tahun ke tahun semakin membaik, namun kondisi tersebut tidak bisa terlepas dari kondisi perekonomian global.
5. Kemiskinan
Masalah kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar yang menjadi pusat perhatian pemerintah dinegara manapun. Meskipun kemiskinan yang paling parah terdapat di dunia berkembang, namun kehadiran kemiskinan juga ada di setiap wilayah. Kemiskinan juga dapat dilihat sebagai kondisi kolektif masyarakat miskin, atau kelompok orang- orang miskin, dalam pengertian ini keseluruhan negara kadang-kadang dianggap miskin. Untuk menghindari pandangan ini, negara-negara ini biasanya disebut sebagai negara berkembang.
Konsep kemiskinan menurut BPS adalah kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic need approach). Kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan (diukur dari sisi pengeluaran). Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita di bawah garis kemiskinan.
Secara umum tingkat kemiskinan di Kabupaten Aceh Tamiang terus mengalami penurunan dari 15,13 % pada tahun 2013, menjadi 14,51 % pada tahun 2016, namun mengalami kenaikan di tahun 2017 menjadi 14,69%, dengan jumlah penduduk miskin sebesar 42.010 jiwa. Statistik kemiskinan periode tahun 2013 – 2017 disajikan pada tabel berikut.
Tabel 3.4
Statistik Kemiskinan Tahun 2013 – 2017
NO Uraian
Tahun
2013 2014 2015 2016 2017
1 Batas Garis Kemiskinan (Rp) 331.21
8 336.76
7 343.24
6 368,691 389.459 2 Jumlah Penduduk Miskin
(jiwa) 40.800 39.909 40.380 40.880 42.010
3 Tingkat Kemiskinan
Kabupaten Aceh Tamiang (%) 15,13 14,58 14,57 14,51 14,69 4 Tingkat Kemiskinan Provinsi
(%) 17,72 16,98 17,11 16,73 16,89
5 Tingkat Kemiskinan Nasional
(%) 11,47 10,59 11,13 10,70 10,12
(September) Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Tamiang, 2018
III-9 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa tingkat kemiskinan di Kabupaten Aceh Tamiang berada diatas rata-rata nasional yaitu sebesar 10,12% namun masih berada dibawah rata-rata provinsi yaitu sebesar 16,89%, dan berada pada posisi keenam tingkat kabupaten/kota se-Provinsi Aceh.
6. Inflasi
Inflasi merupakan perubahan dari Indeks Harga Konsumen yang menggambarkan perubahan harga barang-barang konsumsi. Besarnya inflasi dapat digambarkan dengan perkembangan PDRB (perbandingan harga berlaku dengan harga konstan) tiap tahun dan Indeks Harga Konsumen (IHK).
Tingkat perkembangan harga dapat dilihat dari perubahan indeks harga konsumen (IHK). IHK diperoleh dari survei biaya hidup (SBH) yang dilaksanakan BPS di 82 ibu kota kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Untuk Provinsi Aceh, inflasi dihitung di Kota Banda Aceh, Kota Lhokseumawe dan Kabupaten Aceh Barat. Dikarenakan Kabupaten Aceh Tamiang tidak dilaksanakan SBH sehingga tidak dapat menghitung inflasi yang terjadi, maka pendekatan penentuan inflasi tersebut mengikuti Kabupaten/Kota terdekat yang telah menghitung inflasi berdasarkan SBH dengan syarat masih dalam satu provinsi.
Oleh karena itu maka penentuan inflasi yang terjadi di Kabupaten Aceh Tamiang mengikuti besarnya inflasi yang terjadi di Kota Lhokseumawe.
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil perhitungan inflasi yang terjadi di Kota Lhokseumawe dari Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh maka didapatkan perkembangan laju inflasi Kota Lhokseumawe periode 2011 – 2015.
Gambar. 3.5
Perkembangan Laju Inflasi Lhokseumawe
Laju inflasi yang terjadi padatahun 2012 adalah sebesar 0.39 persen dan pada tahun 2013 naik menjadi 8,22 persen. Laju inflasi tertinggi selama