• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rumah Tangga Pengguna Air Bersih

Dalam dokumen KATA PENGANTAR (Halaman 101-107)

BAB VII PENUTUP

G. Rumah Tinggal Bersanitasi/ber-PHBS

I. Rumah Tangga Pengguna Air Bersih

Rumah tangga dengan sumber air minum, aspek yang didata adalah sumber air minum dari sistem perpipaan (air ledeng), sumur, sungai dan membeli

II - 79 (air isi ulang atau membeli air bersih dengan jerigen). Dari keempat aspek tersebut yang dikatagorikan air bersih atau air yang layak digunakan untuk kebutuhan sehari-hari adalah air ledeng dan air yang dibeli, sedangkan air sumur dan air sungai belum dapat dipastikan kelayakannya dan keamanan air bagi kesehatan.

Pada Tabel 2.19 dapat dilihat persentase rumah tangga pengguna air bersih di Kabupaten Aceh Tamiang pada tahun 2012 sekitar 34%, namun menurun pada tahun 2013 dan 2014 karena adanya penurunan rumah tangga yang membeli air bersih akibat imbas dari menurunnya harga komoditi perkebunan sawit dan karet sehingga menurunnya pendapatan masyarakat. Pada tahun 2016 (37,62%) terjadi peningkatan 4,64% rumah tangga pengguna air bersih dari tahun 2014, hal ini disebabkan karena bertambahnya distribusi air bersih dari saluran perpipaan PDAM, terutama di Kecamatan Kota Kualasimpang yang memiliki persentase tertinggi rumah tangga pengguna air bersih sampai tahun 2016 yaitu sebesar 58,85%, sedangkan yang terendah adalah di Kecamatan Sekerak sebesar 7,90% disusul Kecamatan Tenggulun sebesar 10,52% (Tabel 2.100).

Bila dikaitkan dengan capaian SPM sebesar 81,77% untuk penduduk/rumah tangga yang mendapatkan akses air minum yang aman pada tahun 2019, Kabupaten Aceh Tamiang masih jauh dari capaian tersebut, sehingga masih harus diintervensi dengan program dan kegiatan bidang air minum untuk mencapai 100% akses air minum layak bagi masyarakat Aceh Tamiang.

Tabel 2.92

Persentase Rumah Tangga Pengguna Air Bersih Tahun 2012 – 2016

Tahun

Sumber Air Bersih

Jumlah Seluru

h RT

% Rumah Tangga Pengguna Air

Bersih Air

Ledeng (Perpipaa

n)

Membeli

Air Total (RT)

2012 4.663 16.335 20.998 61.641 34,06 2013 4.731 16.623 21.354 62.929 33,93 2014 5.698 15.495 21.193 64.262 32,98 2015 7.234 17.522 24.756 65.667 37,62 2016 7.234 17.522 24.756 65.667 37,62

Sumber : BPS Kabupaten Aceh Tamiang, 2013 – 2017.

Tabel 2.93

Persentase Rumah Tangga Pengguna Air Bersih Menurut Kecamatan Tahun 2016

No Kecamatan

Sumber Air Bersih Jumlah Seluruh

RT

% Rumah Tangga Pengguna Air

Bersih Air Ledeng

(Perpipaan) Membeli

Air Total (RT)

1 Tamiang Hulu 260 958 1.218 4.731 25,75

II - 80

No Kecamatan

Sumber Air Bersih Jumlah Seluruh

RT

% Rumah Tangga Pengguna Air

Bersih Air Ledeng

(Perpipaan) Membeli

Air Total (RT)

2 Bandar Pusaka 0 599 599 3.093 19,37

3 Kejuruan Muda 1.145 1.973 3.118 8.465 36,83

4 Tenggulun 0 460 460 4.374 10,52

5 Rantau 393 3.514 3.907 8.596 45,45

6 Kota Kualasimpang 1.274 1.460 2.734 4.646 58,85

7 Seruway 435 1.688 2.123 6.183 34,34

8 Bendahara 364 1.809 2.123 4.646 45,69

9 Banda Mulia 0 847 847 2.652 31,94

10 Karang Baru 2.058 2.414 4.472 9.539 46,88

11 Sekerak 0 123 123 1.564 7,90

12 Manyak Payed 1.305 1.677 2.982 7.178 41,54

Jumlah 7.234 17.522 24.756 65.667 37,62

Sumber : BPS Kabupaten Aceh Tamiang, 2017 J. Rasio Tempat Ibadah per Satuan Penduduk

Penduduk Kabupaten Aceh Tamiang didominasi oleh pemeluk agama Islam sehingga tempat ibadah yang dominan adalah mesjid dan mushalla. Rasio rumah ibadah sampai tahun 2016 untuk umat Islam adalah 1 mesjid atau mushalla dengan jema’ah sebanyak 437 orang, untuk pemeluk agama Budha 1 kelenteng dengan 404 umat Budha yang beribadah. Sementara itu dari Tabel 2.10 juga terlihat untuk pemeluk agama Kristen (Protestan dan Katolik) dengan jumlah 362 orang dan lainnya 37 orang (Hindu) sampai 2016 belum memiliki tempat ibadah.

Tabel 2.94

Rasio Tempat Ibadah Tahun 2012 – 2016

No Tempat Ibadah Tahun

2012 2013 2042 2015 2016 1 Mesjid

1.1 Jumlah (unit) 573 588 612 613 647

1.2 Jumlah Pemeluk (orang) 260.616 263.908 275.448 275.448 282.748 Rasio 1 : 455 1 : 449 1 : 450 1 : 449 1 : 437 2 Gereja

2.1 Jumlah (unit) - - - - -

2.2 Jumlah Pemeluk

(orang) 363 363 408 408 362

Rasio - - - - -

3 Kelenteng

3.1 Jumlah (unit) 3 3 3 3 3

3.2 Jumlah Pemeluk (orang) 146 149 696 696 1.211

Rasio 1 : 49 1 : 50 1 : 232 1 : 232 1 : 404

4 Lain-lain

4.1 Jumlah (unit) - - - - -

4.2 Jumlah Pemeluk (orang) 4 - 3 3 37

Jumlah Tempat

Ibadah 576 591 615 616 650

Sumber : BPS Kabupaten Aceh Tamiang, 2017.

2.1.3.1.5 Ketentraman, Ketertiban Umum, dan Perlindungan Masyarakat A. Rasio jumlah polisi pamong praja per 10.000 penduduk

II - 81 Rasio jumlah polisi pamong praja menggambarkan kapasitas pemda dalam memelihara dan menyelenggarakan ketentraman dan ketertiban umum, menegakkan Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala Daerah.

Semakin besar rasio jumlah polisi pamong praja maka akan semakin besar ketersediaan polisi pamong praja yang dimiliki pemerintah daerah dalam memberikan pelayanan penunjang penyelenggaraan pemerintahan daerah. Rasio Jumlah Satpol Pamong Praja dapat kita lihat dalam tabel berikut:

Tabel 2.95

Rasio Jumlah Polisi Pamong Praja Tahun 2012 – 2016

No Uraian Tahun

2012 2013 2014 2015 2016 1 Jumlah Polisi Pamong Praja 201 224 243 243 243 2 Jumlah Penduduk 261.125 264.420 272.228 278.324 282.921 3 Rasio jumlah polisi pamong

praja per 10.000 penduduk 7,70 8,47 8,92 8,73 8,58

4

Rasio jumlah polisi pamong praja per 1.000 penduduk (Berdasarkan PP No. 60 Tahun 2012 tentang PenetapanJumlah Polisi Pamong Praja}

0,77 0,85 0,89 0,87 0,86

Sumber : Dinas Satuan Polisi Pamong Praja dan Wilayatul Hisbah, 2017.

Jumlah Kebutuhan polisi pamong praja ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2012. Dalam pasal 5 dinyatakan bahwa Indikator pada kriteria umum jumlah Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi dan Kabupaten/kota ditentukan berdasarkan : a. jumlah penduduk; b. luas wilayah; c.

jumlah APBD; dan d. rasio belanja aparatur. Dan pada pasal 7 dinyatakan, Skala nilai kriteria umum dan kriteria teknis memiliki interval 400 sampai dengan 1000 yang artinya rasio jumlah Satuan Polisi Pamong Praja diambil berdasarkan skala 1:400 atau 1;1000 jumlah penduduk. Dari tabel diatas, jika kita lihat berdasarkan PP No. 60 Tahun 2012, rasio jumlah polisi pamong praja sangat kecil. Sehingga kita buat perbandingan rasio berdasarkan Permendagri. Pertumbuhan penduduk Kabupaten Aceh Tamiang mengalami kenaikan setiap tahun sedangkan jumlah satuan polisi pamong praja pada tahun 2014 s/d 2016 tidak bertambah. Dengan banyaknya program yang dilakukan oleh Dinas Satuan Polisi Pamong Praja dan Wilayatul Hisbah seperti Peningkatan Keamanan dan Kenyamanan Lingkungan melalui kegiatan Patroli Lapangan, Penertiban Warnet dan Pelajar, Penertiban Pasar, Penertiban IMB dan lain-lain, maka sangat diperlukan penambahan jumlah personil satuan polisi pamong praja.

B. Rasio jumlah linmas per 10.000 penduduk

II - 82 Petugas Perlindungan Masyarakat (Linmas) merupakan satuan yang memiliki tugas umum pemeliharaan ketentraman dan ketertiban masyarakat.

Satuan ini memiliki peran penting dalam ketertiban masyarakat secara luas. Rasio jumlah linmas menggambarkan kapasitas pemda untuk memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat adalah upaya mengkondisikan lingkungan yang kondusif dan demokratif sehingga tercipta kehidupan strata sosial yang interaktif.

Semakin besar rasio jumlah linmas maka akan semakin besar ketersediaan linmas yang dimiliki pemerintah daerah dalam memberikan pelayanan penunjang penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam upaya pemeliharaan ketentraman dan ketertiban masyarakat. Rasio Jumlah Linmas dapat kita lihat dalam tabel berikut:

Tabel 2.96

Rasio Jumlah Linmas Per 10.000 Penduduk Tahun 2012 – 2016

No Uraian Tahun

2012 2013 2014 2015 2016 1 Jumlah Linmas 1.380 1.380 1.390 1.390 1.390 2 Jumlah Penduduk 261.125 264.420 272.228 278.324 282.921 3 Rasio Jumlah Linmas per

10.000 Penduduk 52,89 51,18 51,06 49,94 49,13

Sumber : Dinas Satuan Polisi Pamong Praja dan Wilayatul Hisbah, 2017.

Pemilihan anggota Satuan Perlindungan Masyarakat ditetapkan berdasarkan Permendagri Nomor 84 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Perlindungan Masyarakat.Dalam Pasal 1 dinyatakan bahwa Satuan Perlindungan adalah Organisasi yang dibentuk oleh pemerintah Desa/Kelurahan dan beranggotakan warga masyarakat yang disiapkan dan dibekali pengetahuan serta keterampilan untuk melaksanakan kegiatan penanganan bencana guna mengurangi dan memperkecil akibat bencana, serta ikut memelihara keamanan, ketenteraman dan ketertiban masyarakat, kegiatan sosial kemasyarakatan. Anggota Linmas di Kabupaten Aceh Tamiang sudah terbentuk dari tahun 1962, tetapi hanya aktif pada saat Pemilu saja karena Personil Linmas direkrut secara Situasional yaitu pada Pemilu Nasional dan pemilu Daerah. Dari table diatas dapat kita lihat bahwa jumlah Linmas pada tahun 2012 – 2013 tidak mengalami perubahan. Hal ini disebabkan karena pada tahun tersebut tidak ada pemilu. Anggota Linmas ini tetap ada tetapi tidak aktif. Pada tahun 2014 terjadi penambahan sedikit karena pada tahun ini ada Pemilu.

C. Tingkat Penyelesaian K3 (Ketertiban, Ketentraman, Keindahan) Tabel 2.97

Tingkat Penyelesaian Kasus K3 Tahun 2012 – 2016

No Uraian Tahun

II - 83

2012 2013 2014 2015 2016

1 Jumlah Kasus Pelanggaran K3 50 47 35 30 30

2 Jumlah Penyelesaian Kasus

Pelanggaran K3 45 40 30 25 28

3 Tingkat Penyelesaian Pelanggaran K3 90,00 85,11 85,71 83,33 93,33

Sumber : Dinas Satuan Polisi Pamong Praja dan Wilayatul Hisbah, 2017.

D. Persentase Penegakan Qanun

Jumlah Pelanggaran qanun pada tahun 2013 mengalami penurunan yang sangat signifikan dari tahun sebelumnya, dan selama kurun waktu 5 tahun sangat fluktuatif. Jumlah pelanggaran qanun tertinggi terjadi pada tahun 2012 yaitu sebanyak 183 kasus. Qanun yang paling banyak ditegakkan di Kabupaten Aceh Tamiang adalah Qanun tentang Aqidah, Jinayat (Qamar, Masyir dan Halwat), Pedagang Kaki lima dan tentang Izin Distribusi serta mendirikan bangunan.

Perkembangan penegakan qanun periode tahun 2012 – 2016 disajikan pada tabel berikut.

Tabel 2.98

Perkembangan Penegakan Qanun Tahun 2012 – 2016

No Uraian Tahun

2012 2013 2014 2015 2016

1 Jumlah Pelanggaran Qanun 183 76 64 87 70

2 Jumlah Penyelesaian Penegakan

Qanun 178 69 59 82 68

3 Persentasi Jumlah Penegakan Qanun 97.27 90.79 92.19 94.25 97.14

Sumber : Dinas Satuan Polisi Pamong Praja dan Wilayatul Hisbah, 2017.

2.1.3.1.6 Sosial

Dari 31.668 PMKS yang terdata tahun 2016, hanya tertangani 210 PMKS (0,7 %). dengan sumber biaya dari berbagai bantuan yang ada. Penanganan PMKS dilakukan melalui pemberian bantuan langsung, maupun melalui kegiatan pelatihan bagi PMKS yang masih produktif.

Tabel 2.99

Jumlah PMKS dan Penyandang Cacat Fisik Yang Mendapat Pembinaan Tahun 2012 – 2016

No Uraian Tahun

2012 2013 2014 2015 2016 1 Jumlah PMKS Yang diberikan Bantuan

(orang) - 2.644 460 1.127 210

2 Jumlah PMKS Seluruhnya (orang) 35.83

3 23.34

7 32.79

5 32.79

5 31,66

8 Persentase PMKS yang diberikan 3

bantuan (%) - 11,3 1,4 3,4 0,7

Sumber : Dinas Sosial Kabupaten Aceh Tamiang, 2017.

2.1.3.2 Fokus Layanan Urusan Wajib Non Dasar

II - 84 2.1.3.2.1 Tenaga Kerja

Dalam dokumen KATA PENGANTAR (Halaman 101-107)