• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Prosedur Program Tahfîzh Al-Qur`an

4.1 Bagan Prosedur Program Tahfîzh Al-Qur`an

2. Media Menghafal Al-Qur`an

Seperti yang kita ketahui bahwa santri tunanetra mempunyai keterbatasan dalam penglihatan, sehingga mereka memerlukan pelayanan serta media yang khusus dalam menghafal Al-Qur`an.

Dalam media menghafal Al-Qur`an pada santri tunanetra adalah sarana atau alat khusus yang digunakan para santri untuk menunjang proses menghafal agar lebih mudah dalam membaca dan menghafal Al-Qur`an.

Berdasarkan informasi yang penulis dapatkan di Pesantren Raudhlatul Makfufin, para santri tunanetra memiliki dua media dalam

Prosedur Program Tahfîzh

Al-Qur`an

Kelas Menghafal Kelas Dasar (Kelas Observasi)

Kelas belajar meraba huruf Braille

Sistem menggunakan sistem Sorogan

Dilaksanakan setiap hari kecuali hari Jum‟at dan hari Minggu selesai salat berjama‟ah `asar dan salat subuh

Para santri umumnya menyelesaikan kelas dasri 7-8 bulan

Kelas setoran hafalan Al-Qur`an baru dan lama

Dilaksanakan setiap hari Senin, Rabu dan Kamis untuk setor hafalan baru, selesai salat subuh berjama‟ah

Dilaksanakan setiap hari kecuali hari Jum‟at dan hari Minggu untuk muraja’ah, setelah salat „asar berjama‟ah

Target pencapaian hafalan baru satu semester mendapatkan dua juz

Target pencapaian muroja’ah adalah dua halaman sebelumnya, (sebelum halaman hafalan baru)

73

proses menghafal Al-Qur`an, yaitu: 1) Mushaf Al-Qur`an Braille, dan 2) Al-Qur`an Digital

a) Al-Qur`an Braille17

Sebagai muslim tunanetra, satu-satunya cara agar bisa menikmati lekukan-lekukan indah hijaiyah adalah dengan menggunakan Al-Qur`an Braille. Di Pesantren Raudhlatul Makfufin para santri diwajibkan bisa membaca Al-Qur`an menggunakan Al-Qur`an Braille sebelum memasuki kelas menghafal. Oleh karena itu, para santri baru harus memasuki kelas dasar terlebih dahulu, untuk melihat bagaimana kemampuan dalam menghafal Al-Qur`an menggunakan Al-Qur`an Braiille.

Meskipun para santri sebelumnya memiliki hafalan, tetapi yang menjadi persyaratan standar menghafal Al-Qur`an di Pesantren Raudhlatul Makfufin adalah lancar membaca Al-Qur`an Braille dengan tajwid yang sudah ditetapkan. Seperti halnya yang diutarakan oleh ketua Pesantren Raudhlatul Makfufin, yaitu Ade Ismail mengatakan:

“Apabila ada santri baru, maka sebelumnya dilihat terlebih dahulu bagaimana kemampuan santri tersebut dalam membaca Al-Qur`an Braille, jika sudah bisa membaca Al-Qur`an menggunakan Al-Qur`an Braille, maka pesantren akan tetap mengetes bacaan tersebut di Kelas Dasar. Karena untuk memantapkan bacaannya sesuai dengan makhȃrijul hûruf dan hukum-hukum tajwid lainnya. Sedangkan jika belum bisa, maka wajib di kelas dasar terlebih dahulu.”18

17 Al-Qur`an yang ditulis menggunakan simbol Braille, sejenis tulisan yang digunakan oleh para tunanetra atau orang-orang yang menderita gangguan penglihatan dengan simbol Braille yang dibentuk dari berbagai formasi 6 titik timbul yang tersusun dalam dua kolom seperti susunan titik pada kartu domino, Lihat di Zaenal Arifin, dkk,

“Sejarah Penulisan Mushaf Al-Qur`an Standar Indonesia”, (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur`an Balitbang, 2013), h. 102

18Wawancara dengan Ketua Pesantren Raudlatul Makfufin, Ade Ismail, Serpong, 1 Juli 2019, pukul 09.30 WIB

Sama halnya dengan apa yang diutarakan oleh salah satu santri Raudhlatul Makfufin, mengatakan:

“Sebelum kesini saya sudah hafal 5 Juz, tetapi saya tidak bisa membaca Al-Qur`an menggunakan Al-Qur`an Braille, karena hafalan yang saya dapatkan melalui pendengaran. Dan saya tahu mushaf Al-Qur`an Braille di Pesantren Raudhlatul Makfufin ini. Saya mengulang hafalan saya dengan menggunakan mushaf Al-Qur`an Braille di Kelas Dasar.”19 Maka dari itu, media utama yang menjadi pendukung para santri dalam menghafal Al-Qur`an di Pesantren Raudhlatul Makfufin adalah Al-Qur`an Braille, terlebih di Pesantren ini memiliki percetakan Braille sendiri. Sehingga, hal ini memungkinkan para santri sangat mudah mendapatkan Al-Qur`an Braille dalam proses menghafal Al-Qur`an.

4.4 Sumber: Pesantren Raudlatul Makfufin. Para santri yang sedang menghafal Al-Qur`an menggunakan Al-Qur`an braille, foto sebelah kiri menggunakan Al- Qur`an braille tanpa arti (berukuran kecil), foto tengah menggunakan Al- Qur`an braille dengan terjemahan (berukuran besar), diambil pada tanggal 10 juli 2019, pukul 17:20 WIB

b) Al-Qur`an Digital

Al-Qur`an digital merupakan alat bantu dalam proses melancarkan pelafalan Al-Qur`an sekaligus media para santri

19Wawancara dengan Santri Raudhlatul Makfufin, Ihsan, Serpong, 9 Juli 2019, pukul 13.31 WIB

75

dalam muraja’ah hafalan. Namun, Al-Qur`an digital tidak sebagai media utama dalam menambah hafalan. Karena, menghafal Al- Qur`an melalui Al-Qur`an digital akan cepat hilang, dan sulit untuk dibayangkan dalam fikiran.

Hal ini diutarakan oleh salah satu santri Pesantren Raudhlatul Makfufin, bahwa: “Menggunakan Al-Qur`an digital hanya ketika muroja’ah. Dengan Al-Qur`an digital ini sangat cepet untuk mendapatkan hafalan. Namun, hafalan yang sudah didapat tidak bisa terbayang dalam fikiran dan ingatan. Sehingga hafalan tersebut hilang dengan cepat.” 20

4.6 Sumber: Pesantren Raudlatul Makfufin. Al-Qur`an digital yang dipakai santri tunanetra di Pesantren Raudhlatul Makfufin, diambil tanggal 7 agustus 2019, pukul 15:35 WIB

Berdasarkan informasi diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa media dalam menghafal Al-Qur`an di Pesantren Raudhlatul Makfufin adalah Al-Qur`an Braille dan Al-Qur`an digital. Namun, media utama yang menjadi proses mengjhafal Al-Qur`an para santri adalah menggunakan Al-Qur`an Braille. Sedangkan Al-Qur`an digital hanya sebagai media bantu pelafalan para santri dalam menghafal Al- Qur`an sekaligus media dalam muroja’ah hafalan.

.

3. Metode dalam Menghafal Al-Qur`an

20 Wawancara dengan Santri Raudhlatul Makfufin, Rovan, Serpong, 9 Juli 2019, pukul 13.31 WIB

Dalam hal cara dan metode menghafal Al-Qur`an yang efektif berlaku keberagaman bukan keseragaman. Maksudnya, antara satu dengan yang lain berlaku metode yang tidak sama, tergantung pada karakter, daya serap dan daya ingat masing-masing.21

Berkaitan dengan hal ini, metode menghafal Al-Qur`an yang digunakan para santri tunanetra dalam menghafal Al-Qur`an adalah para santri terlebih dahulu ditopang dengan mendengarkan Al-Qur`an digital, kemudian setelah mendengarkan, kemudian para santri meraba Al-Qur`an braille sekaligus membaca dengan ayat yang akan dihafalkan, selanjutnya berusaha menghafal dari ayat ke ayat berikutnya. Sama halnya dengan orang awas pada umunya dalam hal metode menghafal Al-Qur`an, yang menjadi perbedaannya adalah awal permulaan dalam menghafal Al-Qur`an. Para santri tunanetra harus ditopang terlebih dahulu dengan mendengarkan Al-Qur`an digital, karena mempermudah para santri dalam pelafalan Al-Qur`an yang baik dan benar. Sedangkan untuk sistem setorannya, yaitu sama hanya dengan setoran kepada ustadz yang sudah ditentukan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu ustadz, yaitu ustadz Ali Hudaibi, beliau mengatakan:

“Awalnya mereka di topang dengan mendengar terlebih dahulu menggunakan Al-Qur`an digital, kemudian baru dipegang/diraba Al-Qur`an braille nya, diulang-ulang sampai lima kali bahkan lebih, dihafal satu ayat satu ayat, begitu pun ayat kedua, tidak boleh pindah ke ayat seterusnya sebelum ayat tersebut betul-betul hafal.”

21 Muhaimin Zen, Metode Pengajaran Tahfizh Al-Qur`an, (Percetakanonline, 2012), h. 39

77

Dari informasi diatas dan pengamatan penulis di lapangan, metode setoran di Pesantren Raudhlatul Makfufin, sebagai berikut:22

a) Ustadz yang menerima setoran hafalan baru tidak menentukan batasan hafalan para santri dalam menyetorkan hafalannya.

Sedangkan untuk muroja’ah, para santri diusahakan mengulang hafalan dua halaman sebelumnya.

b) Pengajar menyimak hafalan santri. Jika terjadi kesalahan, ustadz memberikan isyarat atau menyuruh santri mengulang dari awal ayat atau dari ayat sebelumnya. Jika santri masih belum bisa membetulkan kesalahannya atau lupa, maka ustadz menuntun hafalan santri.

c) Apabila santri kurang menguasai hafalan yang disetorkan, maka santri diminta untuk mengulangi lagi pada pertemuan atau hari berikutnya.

d) Sebelum membaca atau menyetor hafalan, santri disarankan untuk mendengarkan Al-Qur`an digital terlebih dahulu, baru kemudian meraba Al-Qur`an Braille sekaligus membacanya berulang-ulang sampai hafal. Tidak diperkenankan melanjutkan hafalan pada ayat berikutnya, jika hafalan sebelumnya belum betul-betul dihafal.

Berdasarkan informasi diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa metode menghafal Al-Qur`an di Pesantren Raudhlatul Makfufin adalah metode yang digunakan orang awas pada umunya, yaitu hanya dengan setoran kepada ustadz. Namun, yang menjadi perbedaannya adalah para santri tunanetra sebelum memulai hafalan baru, para santri disarankan untuk mendengarkan

22Wawancara dengan Ustadz Pesantren Raudlatul Makfufin, Ali Hudaibi, Pisangan, 8 Juli 2019, pukul 10.50 WIB

murottal melalui Al-Qur`an digital masing-masing. Hal inilah yang membantu para santri dalam pelafalan bacaan Al-Qur`an yang baik dan benar.

4. Motivasi Santri Tunanetra menghafal Al-Qur`an

Sumber kekuatan para penghafal Al-Qur`an untuk memantapkan hati menghafalkan Al-Qur`an salah satunya adalah motivasi atau dorongan, baik motivasi dari internal maupun eksternal.

Dengan adanya motivasi tersebut para penghafal Al-Qur`an akan menekankan pada hal-hal yang menggerakkan, mengarahkan, dan memelihara perilaku terhadap pencapaian satu tujuan yaitu menjadi penghafal Al-Qur`an.

Dari hasil wawancara yang telah dilakukan di Pesantren Raudhlatul Makfufin, sembilan dari dua belas santri tunanetra memiliki motivasi yang bersumber dari motivasi internal. Motivasi ini muncul didasari atas keyakinan mereka bahwa ada keutamaan bagi para penghafal Al-Qur`an. Dengan adanya keutamaan tersebut, mereka lebih banyak terdorong untuk membahagiakan kedua orang tua melalui jalan menjadi penghafal Al-Qur`an, seperti ingin memberikan mahkota kepada kedua orang tuanya pada Hari Kiamat, menjadi penyelamat keluarga di akhirat kelak. Hal ini dipandang sebagai motivasi internal yang menjadi sumber pemacu semangat para santri dalam menghafal Al-Qur`an.

Jika penulis telusuri, sumber keyakinan para santri yang menjadi motivasi dalam menghafal Al-Qur`an, terdapat dalam hadist- hadis yang Dhaif. Terdapat dalam kitab klasik at-Tibyanu Fi Adabi Hamalatil Qur`ani karya Imam Abu Zakaria Yahya bin Syaraf An- Nawawi. Diantaranya hadist yang berbunyi:

79

َمَّلَسَو ِوْيَلَع ُللها ىَّلَص ِوَّللا َلوُسَر َّنَأ ،ِويِبَأ ْنَع ،ِِّنَِهُْلْا ٍذاَعُم ِنْب ِلْهَس ْنَع : َلاَق َو َسِبْلُأ ،ِويِف اَِبِ َلِمَعَو َنآْرُقْلا َأَرَ ق ْنَم «

ُهُءْوَض ،ِةَماَيِقْلا َمْوَ ي اًجاَت ُهاَدِلا

ْمُكُّنَظ اَمَف ،ْمُكيِف ْتَناَك ْوَل اَيْ نُّدلا ِتوُيُ ب ِفِ ِسْمَّشلا ِءْوَض ْنِم ُنَسْحَأ

؟اَذَِبِ َلِمَع يِذَّلاِب

» ِنآْرُقْلا ِةَءاَرِق ِباَوَ ث ِفِ ٌباَب ( )

23

“Siapa yang membaca Al-Qur`an dan mengamalkan isinya, ia akan mengenakan mahkota kepada kedua orang tuanya pada Hari Kiamat, yang cahayanya lebih baik daripada cahaya mentari yang menerpa rumah-rumah dunia. Andaikata hal itu terjadi pada kalian, bagaimana menurut kalian jika hal tersebut didapatkan oleh orang yang mengamalkan Al-Qur`an?” (HR.

Abu Daud)

Adapun hadis lain yang menjadi motivasi para santri, adalah:

َأَرَ ق ْنَم :َمَّلَسَو ِوْيَلَع ُللها ىَّلَص ِوَّللا ُلوُسَر َلاَق :َلاَق ، ٍبِلاَط ِبَِأ ِنْب ِّيِلَع ْنَع َنآْرُقْلا ِدَق ْمُهُّلُك ،ِوِتْيَ ب ِلْىَأ ْنِم ٍةَرَشَع ِفِ ُوَعَّفَشَو ،َةَّنَْلْا ُوَّللا ُوَلَخْدَأ ،ُوَظِفَحَو

راَّنلا َبَجْوتْسا )ُوَمَّلَعَو َنآْرُقْلا َمَّلَعَ ت ْنَم ِلْضَف ُباَب( َ

24

Dari Ali bin Abi Thalib berkata, Rasulullah Saw bersabda:

“Penghafal Al-Qur`an ketika ia mengamalkannya, lalu menghalalkan yang halal dan mengharamkan yang haram, maka ia dapat memberikan syafa’at kepada seluruh orang dari anggota keluarganya pada hari kiamat, padahal semuanya telah diharuskan masuk neraka.” (HR. Ibnu Majah)

Selain motivasi diatas, terdapat pula para santri yang terdorong ingin mewujudkan cita-citanya sebagai penghafal Al- Qur`an. Seperti halnya, santriwati yang bernama wardah. Dia bercita- cita menjadi penghafal Al-Qur`an, karena dia sebagai anak pemilik pesantren di Brebes. Hal ini dianggap sebagai wujud bakti anak

23Dawud Sulaiman bin Al-Asy‟ats bin Ishak bin Basyir bin Syaddad bin „Amru al- Azdy as-Sajistani, Sunan Abi Dawud, (Darul Hadist, 1420 H/1999 M), j. 2, h. 631

24Abdullah Muhammad bin Yazid Al-Quzwaini, Sunan Ibnu Majjah, (Beirut: Al- Maktabah al-„Asyriyah, 1415 H /1995 M), Jilid. 1, h. 84

kepada orang tuanya, sekaligus menjadi tanggung jawab untuk meneruskan pondok pesantren ayahnya.25

Selanjutnya adalah motivasi yang terlahir karena keadaan para santri yang tidak bisa melihat, sehingga mendorong mereka untuk menjadi penghafal Al-Qur`an. Seperti yang diungkapkan Rovan salah satu santri putra, mengatakan: “Karena di dunia sudah tidak bisa melihat, memperbanyak amal soleh untuk akhirat yaitu menjadi penghafal Al-Qur`an adalah suatu pekerjaan yang mulia. Semoga bisa menjadi sebuah jalan untuk membahagiakan mamah”26

Selain motivasi internal diatas, terdapat para santri yang termotivasi dari motivasi eksternal, yaitu para santri yang terdorong mewujudkan keinginan orang tua memiliki anak penghafal Al- Qur`an. Seperti yang diungkapkan oleh ke tiga santri, yaitu Nabil, Afifah, dan Hadi, bahwa mereka menghafal Al-Qur`an karena mereka mewujudkan keinginan orangtua mempunyai anak penghafal Al- Qur`an.27

Setelah melihat dari dua belas santri tunanetra di Pesantren Raudhlatul Makfufin, penulis menyimpulkan bahwa motivasi santri tunanetra dalam menghafal Al-Qur`an ada dua, yaitu: Motivasi Internal, dan Motivasi Eksternal. Dan motivasi yang terlahir dari diri sendiri merupakan motivasi yang paling banyak menjadi faktor utama para santri tunanetra dalam menghafal Al-Qur`an. Dalam hal ini penulis uraikan dalam bentuk tabel untuk mempermudah kesimpulan

25Wawancara dengan santri Pesantren Raudhlatul Makfufin, Wardah, Serpong, 10 Juli 2019, pukul 15.09 WIB

26 Wawancara dengan santri Pesantren Raudhlatul Makfufin, Rovan, Serpong, 10 Juli 2019, pukul 17.00 WIB

27 Wawancara dengan santri Pesantren Raudhlatul Makfufin, Nabil, Serpong, 9 Juli

2019, pukul 14.00 WIB

81

motivasi para santri tunanetra dalam menghafal Al-Qur`an di Pesantren Raudhlatul Makfufin.

4.2 Bagan Motivasi Santri Tunanetra Menghafal

Dokumen terkait