• Tidak ada hasil yang ditemukan

EGIATAN MENGHAFAL AL-QUR`AN SANTRI TUNANETRA (Studi Living Qur`an di Pesantren Raudlatul Makfufin Serpong Tangerang Selatan) Skripsi ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S. Ag)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "EGIATAN MENGHAFAL AL-QUR`AN SANTRI TUNANETRA (Studi Living Qur`an di Pesantren Raudlatul Makfufin Serpong Tangerang Selatan) Skripsi ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S. Ag)"

Copied!
174
0
0

Teks penuh

(1)

(Studi Living Qur`an di Pesantren Raudlatul Makfufin Serpong Tangerang Selatan)

Skripsi ini Diajukan

Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S. Ag)

Oleh : Lismining Puri NIM. 1521066

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR`AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN & DAKWAH

INSTITUT ILMU AL-QUR`AN (IIQ) JAKARTA 1440H / 201

(2)

(Studi Living Qur`an di Pesantren Raudlatul Makfufin Serpong Tangerang Selatan)

Skripsi ini Diajukan

Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S. Ag)

Oleh : Lismining Puri NIM. 1521066

Pembimbing:

Dr. Muhammad Ulinnuha, M.A

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR`AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN & DAKWAH

INSTITUT ILMU AL-QUR`AN (IIQ) JAKARTA 1440H / 2019M

(3)

LEMBAR PBNGESAHAN

Skripsi dengan

judul

"Kegiatan Menghafal Al-Qur'an Santri Tunanetra (Studi Living Qur'an di Pesantren R.audhlatul Makfu/in Serpong Tangerang

Selatan)" yang disusun

oleh

Lismining

Puri

dengan Nomor Induk Mahasiswa 15210666 telah diujikan pada sidang Munaqasyah Fa.kultas Ushuluddin dan Dakwah Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakarta pada tanggal

14

Agustus 2018. Skripsi telah diterima sebagai salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag).

J akarta, 1 4 September 20 1 8

Dekan Falrultas Ushuluddin dan Dakwah

Sidang Munaqasyah.

Isman IskQndar, M.Sos.

A,r/*

Dr. IIi. Romlah Wi Drs. Arison Sani M.A

Ulinnuha, Lc.,

retaris

Pembimbing

Df-Munammaa Umnuna. lc..MA.

(4)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama

: Lismining Puri

NIM

:15210666

Tempatr'Tgl.

Latrrir

: Sukabumi, 30 Agus'-us 1995

Menyatakan baliwa skripsi dengan

judul

"Tradisi Menghqfal Al-Qur'an Santri T'una.netra (Studi Living Qur'an di Pesantren Raudhlatul Maffifin.

Serpong Tung,erang Selatan)

"

adalah benar-benar asli karya saya kecuali kutipan-kutipan yang sudah disebutkan. Kesalahan dan kekurangan di dalam karya ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.

2019

ilt

(5)

iv

Teruntuk Dua orang tekasih yang Allah anugerahkan kepadaku Ibu dan Bapak, Hatur Nuhun, mugia diberkahi ku Allah Swt sudah mendukung dan memberikan kasih sayang lebih ke teteh, do‟a dan dukungan tak surut ibu bapak berikan,

semoga Allah memberikan keberkahan pada setiap langkah perjuangan, semoga Allah selalu memberikan kebahagiaan dunia dan akhirat yang dirindukan, Aamiin

Teruntuk aa dan aun, fahri, bina dan teteh

Teruntuk keluarga besar Mardhotillah Sinar Jaya

Teruntuk guru-guru yang berjasa dalam kehidupanku kapanpun, dimana pun.

Teruntuk kamu; kaka, sahabat-sahabatku, teman-teman organisasiku Almamater tercinta IIQ Jakarta, Pesantren Takhosus IIQ Jakarta Segenap keluarga besar Pesantren Raudhlatul Makfufin,

dan orang-orang baik yang telah berjasa dan membantu ku…

Dengan mengucap bismillahirrahmanitrahim aku persembahkan karya tulis sederhana ini,… semoga bermanfaat, aamiiin

(6)

v

“”

“ALLAH”

“Allahumma Sholli‟ala Sayyidina Muhammad Saw”

“Astagfirullahal‟adzim”

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.

Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain dan hanya kepada Tuhanmulah

hendaknya kamu berharap”.

“Tahajud”

“Banyak Syukur dan Senyum”

“”

(7)

vi









KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb

Segala puji hanya milik Allah Swt. yang telah mengizinkan penulis menyelesaikan skripsi dengan judul “Kegiatan Menghafal Al-Qur`an Santri Tunanetra (Studi Living Qur`an di Pesantren Raudhlatul Makfufin Serpong Tangerang Selatan)”. Shalawat dan salam semoga tercurah limpahkan kepada junjungan seluruh alam yakni Nabi Muhammad saw., sebagai pembawa kabar gembira menuju peradaban yang mulia dan sejahtera.

Selesainya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan yang telah diberikan selama masa perkuliahan baik berupa ilmu pengetahuan, tenaga, waku serta do`a restu dan motivasi dari berbagai pihak, baik langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Hj. Huzaimah Tahido Yanggo, MA. sebagai Rektor Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta yang sangat menginspirasi bagi Mahasiswi IIQ Jakarta khususnya bagi penulis.

2. Dr. Hj. Nadjematul Faizah SH., M.Hum. sebagai Warek I, Dr. H. M Dawud Arif Khan, SE., M.Si., Ak., CPA. sebagai Warek II, dan Dr.

Hj. Romlah Widayati, M.Ag. sebagai Warek II.

3. Dr. Muhammad Ulinnuha, Lc., MA sebagai Dekan Fakultas Ushuluddin dan Dakwah sekaligus menjadi dosen pembimbing skripsi penulis. Beliau adalah sosok yang penuh perhatian, saking perhatiannya saya bermimpi bertemu dengan beliau menanyakan kabar saya untuk segera menyelesaikan skripsi yang saya ajukan.

Terimakasih bapak sudah sabar dalam membimbing penulis sehingga penulis tetap istiqomah dalam judul ini hingga selesai pada saat ini.

Alhamdulillah

(8)

vii

jajaran staf Fakultas Ushuluddin & Dakwah.

5. Para Dosen Fakultas Ushuluddin & Dakwah IIQ Jakarta yang telah ikhlas memberikan ilmu pada penulis, semoga menjadi ilmu yang berkah dan manfaat dunia akhirat.

6. KH. Ahmad Fathoni, Lc., MA., selaku Pimpinan Pesantren Takhosus IIQ Jakarta.

7. Ruwaedah, M.A selaku Direktris Pesantren Takhosus IIQ Jakarta.

8. Ibu Hj. Muthmainnah, MA, Ibu Arbiyah, Ibu Hj. Istiqomah, MA., Ibu Mahmudah, Ibu Fatimah, Kak Ani dan sebagai Instruktur tahfidz IIQ Jakarta. Beliau- beliau adalah ahli Qur`an panutan dalam hati.

Semoga ilmu dan kesabaran yang beliau berikan mendapatkan ganjaran yang berlipat dari Allah SWT

9. Pimpinan dan staf perpustakaan IIQ Jakarta, perpustakaan Iman Jama‟, Perpustakaan Umum UIN dan PERPUSNAS, telah memberi kesempatan kepada penulis untuk mencari bahan yang diperlukan dalam penyusunan skripsi.

10. Ibu Ai Hariyani dan Bapak Dede Supardi sebagai kedua orang tua penulis, yang terus mengajarkan arti semangat dan sabar pada setiap keadaan. Selalu berfikir baik pada hal yang terjadi, dan selalu memberikan contoh baik untuk menyayangi dan berbagi. Hatur nuhun ibu bapak, semoga teteh bisa menjadi anak yang ibu bapak banggakan, teteh bersyukur punya ibu dan bapak yang suupeer baik dan soleh/ah, semoga Allah berkahkan umur ibu dan bapak, berkahkan rezekinya, berkahkan amal kebaikannya dunia dan akhirat.

Aamiin,

(9)

viii 11.

teteh, Aa-aa, Kukur, Lisna, Mukhlis, Asep, Iyang, sebagai Keluarga Sinar Jaya Mardhotillah, Keluarga Bin Tatang, Keluarga Bin Bini.

Terimakasih sudah membantu penulis dan menyemangati penulis saat telepon atau video call, “Bibi, semangat skripsinya yaa…”

12. Seluruh teman IIQ Jakarta angkatan 2015, terimakasih banyak sudah menemani perjuangan di Institut tercinta. Khususnya teman-teman Fakultas Ushuluddin dan Dakwah dan yang paling spesial teman- teman kelas Ushuluddinkuh dan Ushuludin A atas kebersamaan yang penuh warna. Suka, duka, senang, bahagia, menjadi sebuah kenangan yang sulit dilupakan dan akan selalu dirindukan. Selamat jalan kawan, semoga keberkahan selalu mengiringi langkah kita menuju kesuksesan dunia akhirat. Aamiin

13. Seluruh masyarakat Pesantren Raudhlatul Makfufin, penulis mengucapkan terimakasih banyak sudah mengizinkan penulis melakukan penelitian di Pesantren ini. Ade-ade santri, terkhusus Ibu Fahrah, Mas Rafiq, dan Mas Rizal, penulis mengucapkan terimakasih banyak sebesar-besarnya sudah membantu penulis dalam mengumpulkan data, jika bukan dari beliau-beliau dan sambut hangat dari beliau-beliau, penelitian ini tak akan berjalan dengan baik.

Semoga Allah SWT membalas kebaikan-kebaikan ibu, bapak dan mas. Aamiin

14. Kak Abdul Karim Amrullah sebagai penyemangat setiap waktu.

Terimakasih banyak a sudah membantu penulis dalam berbagai hal, mengoreksi kepenulisan penulis, memberikan masukan dan dorongan untuk terus semangat dan sabar dalam mengerjakan, memberikan banyak hal untuk selalu bahagia dan ceria, Terimakasih banyak ya a sudah mau membersamai berjuang… :)

(10)

ix

Mute, sekaligus ica, tanpa kalian kosan tak kenal tertawa dan bahagia, latania, laili, ani, yang super keren semangatnya.

Terimakasih banyak ya sudah menyemangatin terus, Semangat selalu untuk kita!!

16. Pembaca sekalian, semoga karya sederhana ini mampu menginspirasi dan bermanfaat dunia dan akhirat.

Tak lupa penulis ucapkan permohonan maaf kepada seluruh pembaca jika terdapat kesalahan dalam penulisan maupun penyusunan skripsi ini.

Kesempurnaan hanya milik Allah Swt dan kekurangan ada pada diri penulis.

Besar harapan penulis, semoga karya sederhana ini mampu memberikan kontribusi positif daam dunia akademis, serta mampu menumbuhkam samudra cinta terhadap sebuah ilmu dan karya dalam hati semua pembaca.

Waa’alaikumsalam Wr.Wb

Jakarta, 14 Agustus 2018

Lismining Puri

(11)

x

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ...i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

PERSEMBAHAN ...iv

MOTTO ... v

KATA PENGANTAR ...vi

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL DAN BAGAN ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

PEDOMAN TRANSLITERASI ...xiv

ABSTRAK ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Permasalahan ... 8

1. Identifikasi Masalah... 8

2. Pembatasan Masalah ... 8

3. Perumusan Masalah ... 9

C. Tujuan dan Penelitian ... 9

D. Kegunaan Penelitian ... 9

E. Tinjauan Pustaka ... 10

F. Metode Penelitian ... 14

1. Jenis Penelitian ... 14

2. Lokasi Penelitian ... 15

3. Sumber Data ... 15

4. Teknik Pengumpulan Data ... 16

(12)

xi

G. Sistematika Penulisan ... 20

BAB II Tinjauan Teoritik Kegiatan Menghafal Al-Qur`an Santri Tunanetra ... 23

A. Kegiatan dan Santri ... 23

1. Pengertian Kegiatan ... 23

2. Pengertian Santri ... 25

B. Tunanetra ... 27

1. Pengertian Tunanetra ... 27

2. Klasifikasi Tunanetra ... 30

3. Faktor Penyebab Tunanetra ... 31

4. Ciri Khas Tunanetra ... 34

C. Al-Qur`an dan Sejarah Menghafal Al-Qur`an ... 35

1. Pengertian Al-Qur`an ... 36

2. Pengertian Menghafal Al-Qur`an ... 43

3. Sejarah Menghafal Al-Qur`an ... 46

BAB III Profil Umum Yayasan Raudhlatul Makfufin Serpong Tangerang Selatan ... 51

A. Gambaran Umum Yayasan Raudhlatul Makfufin ... 51

1. Sejarah Berdirinya Yayasan Raudhlatul Makfufin ... 51

2. Profil Pesantren Raudhlatul Makfufin ... 55

3. Visi dan Misi Yayasan Raudhlatul Makfufin ... 58

4. Struktural Kepengurusan Masa Bakti 2017-2022 ... 59

5. Program Kegiatan Yayasan Raudhlatul Makfufin ... 60

6. Prestasi Yayasan Raudhlatul Makfufin ... 61

7. Data Santri Pesantren Raudhlatul Makfufin ... 62

8. Jadwal Kegiatan Santri Pesantren Raudhlatul Makfufin ... 63

(13)

xii

BAB IV Prosesi Kegiatan Tahfîzh Al-Qur`an dan Pengaruhnya

Terhadap Santri Tunanetra dalam Kehidupan Sehari-hari ... 65

A. Prosesi Tahfîzh Al-Qur`an ... 66

1. Kegiatan Tahfîzh Al-Qur`an ... 66

2. Media Menghafal Al-Qur`an ... 72

3. Metode Menghafal Al-Qur`an ... 76

4. Motivasi Santri Menghafal Al-Qur`an ... 78

5. Tingkat Hafalan Santri ... 81

B. Pengaruh Kegiatan Tahfîzh Al-Qur`an terhadap Santri Tunanetra dalam Kehidupan Sehari-hari ... 87

1. Pengaruh dalam bentuk Psikis ... 88

2. Pengaruh dalam bentuk Kesehatan ... 97

BAB V PENUTUP... 103

A. Kesimpulan ... 103

B. Saran ... 105

DAFTAR PUSTAKA ... 106 LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Perolehan Hafalan Al-Qur`an Santri Tunanetra ... 81 Tabel 4.2 Manfaat Kegiatan Menghafal Al-Qur`an ... 103

(15)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Kegiatan para santri belajar Al-Qur`an braille di Kelas Dasar 67 Gambar 4.2 Kegiatan para santri menghafal Al-Qur`an di Kelas Menghafa71 Gambar 4.3 Kegiatan para santri yang menyetorkan hafalan Al-Qur`an .... 71 Gambar 4.4 Para santri yang menggunakan Al-Qur`an braille ... 74 Gambar 4.5 Contoh Al-Qur`an digital ... 75

(16)

xv

Lampiran 1: Hasil Wawancara dengan Sekretaris Yayasan Raudlatul Makfufin

Lampiran 2: Hasil Wawancara dengan Kepala Pesantren Raudlatul Makfufin

Lampiran 3: Hasil Wawancara dengan Ustadz Pesantren Raudlatul Makfufin

Lampiran 4: Hasil Wawancara dengan Wali santri Pesantren Raudhlatul Makfufin

Lampiran 5: Hasil Wawancara dengan Santri Putra Pesantren Raudlatul Makfufin

Lampiran 6: Hasil Wawancara dengan Santri Putri Pesantren Raudlatul Makfufin

(17)

xvi

Skripsi ini ditulis dengan mneggunakan pedoman transliterasi sebagaimana diuraikan di bawah ini. Trasliterasi ini ditulis dengan menggunakan pedoman transliterasi huruf Arab ke huruf latin yang telah disusun oleh Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta Tahun 2017.

1. Konsonan

أ : a ط : th

ة : b ظ : zh

ث : t ع : „

ث : ts غ : gh

ج : j ف : f

ح : h ق : q

خ : kh ك : k

د : d ل : l

ذ : dz م : m

ز : r ن : n

ش : z و : w

س : s ي : h

ش : sy ء : `

ص : sh ي : y

(18)

xvii 2. Vocal

Vocal Tunggal Vocal Panjang : Vocal Rangkap:

Fathah : a أ: â ْْي : ai ...

Kasrah : i ي: î ْْو…: au

Dhammah : u و: û 3. Kata Sandang

a. Kata sandang yang diikutiolehalif lam (لا) qamariyah

Kata sandang yang diikutiolehalif lam (لا) qamariyah ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya, Contoh:

ةسقبلا : Al-Baqarah ةدئبملا : Al-Mâidah b. Kata sandang yang diikuti oleh alif lam (لا) syamsiyah

Kata sandang yang diikuti oleh alif lam (لا) syamsiyah ditransliterasikan sesuai dengan aturan yang digariskan di depan dan sesuai dengan bunyinya. Contoh:

لجسلا : ar-rajulu ْةديسلا : as-Sayyidah شلا

سم : asy-Syams ْيمزادلا : ad-Dârimî c. Syaddah (Tasydîd)

Syaddah (Tasydîd) dalam system aksara Arab digunakan lambang (_ّ_), sedangkan untuk alih aksara dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan cara menggandakan huruf yang bertanda tasydîd. Aturan ini berlaku secara umum, baik tasydîd yang berada di tengah kata, di akhir kata ataupun yang terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyah.

Contoh:

ِْللبِبْبّىَمأ: Âmannâ billâhi ْ ءبَهَفّسلاْ َهَمأ : Âmana as-Sufahâ’u

(19)

xviii

َْهْيِرَّلاْ َّنِإ : Inna al-ladzîna ِْعَّكُّسلاَو : wa ar-rukka’i d. Ta Marbûthah(ة)

Ta Marbûthah (ة) apabila berdiri sendiri, waqaf atau diikuti oleh kata sifat (na’at), maka huruf tersebut dialih aksarakan menjadi huruf “h”. Contoh:

ةدئفلأا : al-Af`idah

تيملاسلأاْتعمبجلا : al-Jâmiah al-Islâmiyah

Sedangkan ta marbûthah (ة) yang diikuti atau disambungkan (di-washal) dengan kata benda (ism), maka dialih aksarakan menjadi huruf “t”. Contoh:

ٌْتَبِصبَوٌْتَلمِبَع : Âmilatun Nâshibah e. Huruf Kapital

Sistem penulisan huruf Arab tidak mengenal huruf kapital, akan tetapi apabila telah dialih aksarakan maka berlaku ketentuan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI), seperti penulisan awal kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri dan lain-lain. Ketentuan yang berlaku pada EBI berlaku pula dalam alih aksara ini, seperti cetak miring (italic) atau cetak tebal (bold) dan ketentuan lainya. Adapun untuk nama diri yang diawali dengan kata sandang, maka huruf yang ditulis kapital adalah awal nama diri, bukan kata sandangnya.

Contoh: `Alî Hasan

(20)

xix

Lismining Puri, 15210666, Kegiatan Menghafal Al-Qur`an Santri Tunanetra (Studi Living Qur`an di Pesantren Raudhlatul Makfufin Serpong Tangerang Selatan).

Berkenaan dengan resepsi masyarakat muslim terhadap keberadaan Al-Qur`an di tengah-tengah masyarakat, fenomena menghafal Al-Qur`an menjadi salah satu interkasi yang semakin marak dilakukan oleh umat Muslim diseluruh dunia. Al-Qur`an yang memiliki keistimewaan untuk mudah dihafalkan oleh kalangan manapun menjadi sebuah daya tarik para Muslim dalam menghafalkan Al-Qur`an, tidak terkecuali para penyandang disabilitas, khususnya tunanetra. Antusias mereka dalam menghafalkan Al- Qur`an terlihat dari bermunculannya para penghafal Al-Qur`an dari kalangan tunanetra. Namun, disayangkan jumlah tunanetra Muslim yang menghafalkan Al-Qur`an sangat sedikit dibanding jumlah tunanetra Muslim yang buta huruf Al-Qur`an. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan dipaparkan mengenai sebuah fenomena living Qur`an yaitu pelaksanaan tahfîzh Al-Qur`an di Pesantren Raudhlatul Makfufin dengan judul skripsi yaitu “Kegiatan Menghafal Al-Qur`an Santri Tunanetra (Studi Living Qur`an di Pesantren Raudlatul Makfufin, Serpong, Tangerang Selatan)”. Adapun rumusan masalah yang peneliti ambil adalah (1) bagaimana prosesi kegiatan tahfîzh Al-Qur`an di Pesantren Raudlatul Makfufin Tangerang Selatan? dan (2) Bagaimana Pemaknaan kegiatan tahfîzh Al-Qur`an terhadap santri Tunanetra dalam kehidupan sehari-hari

Penelitian ini, menggunakan jenis penelitian kualitatif untuk meneliti fenomena Living qur`an, yaitu berupa studi lapangan (field research) yang menggunakan metode deskriptif kualitatif. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah para santri tunanetra penghafal Al-Qur`an yang tinggal di Pesantren Raudhlatul Makfufin sebanyak 12 orang, terdiri dari 3 orang santri putri dan 9 orang santri putra. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara dan dokumentasi.

Pada tahap deskriptif akan dijelaskan secara detail tentang segala hal yang berkaitan dengan pelaksanaan tahfîzh Al-Qur`an di Pesantren Raudlatul Makfufin sehingga hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwasanya (1) Kegiatan menghafal Al-Qur`an di Pesantren Raudlatul Makfufin telah ada sejak tahun 2015. Dengan mewajibkan seluruh santri mengikuti kelas dasar terlebih dahulu kemudian dilanjutkan ke kelas menghafal. Program kelas menghafal diawali dengan hafalan dari juz 30, juz 1 sampai seterusnya,

(21)

xx

diwajibkan untuk menggunakan Al-Qur`an braille dalam menghafalkan Al- Qur`an, sedangkan Al-Qur`an digital sebagai penopang dalam pelafalan menghafal Al-Qur`an. (2) Pengaruh kegiatan menghafal Al-Qur`an yang penulis dapatkan dilapangan terbagi menjadi dua bagian yaitu pengaruh dalam bentuk psikis dan kesehatan. Manfaat yang dirasakan para santri dalam menghafalkan Al-Qur`an terhadap psikis adalah merasakan ketenangan, menambahkan rasa percaya diri, merasakan emosi positif, merasa dekat dengan Allah, dan memiliki rasa tanggung jawab. Sedangkan dalam kesehatan adalah merasakan kesembuhan, jarang kambuh, tidak terasa nyeri dan sakit pada penyakit yang dialami.

Hal ini, sebagai bentuk motivasi bahwa menghafal Al-Qur`an dikalangan para santri tunanetra di Pesantren Raudhlatul Makfufin memiliki resepsi masing-masing dalam menghafal Al-Qur`an, selain sebagai bentuk tanggung jawab sebagai santri dalam menghafalkan Al-Qur`an, lebih dari itu menghafalkan Al-Qur`an pun memiliki manfaat tersendiri bagi para santri yang melaksanakan kegiatan tahfîzh Al-Qur`an di Pesantren Raudhlatul Makfufin dalam kehidupan sehari-hari.

(22)

1 A. Latar Belakang Masalah

Gambaran bagaimana kaum muslimin berinteraksi dengan Al- Qur`an sebenarnya telah tergambar jelas sejak zaman Rasulullah Saw. dan para sahabat. Salah satu diantaranya adalah tradisi menghafal Al-Qur`an (tahfîzh Al-Qur`an). Tradisi ini merupakan salah satu dari sekian banyak fenomena umat Islam dalam menghidupkan atau menghadirkan Al-Qur`an dalam kehidupan sehari-hari.1 Ini adalah sebuah cara yang dilakukan oleh umat Islam dalam memelihara dan menjaga keotentikan ayat-ayat Al-Qur`an.

Pada periode awal Islam, setiap Nabi Muhammad Saw.

mendapat wahyu, Nabi menyosialisasikan kepada para sahabatnya dan memerintahkan untuk ditulis serta dihafal. Para sahabat sangat senang menerima perintah itu, mereka menulis dan menghafal wahyu tersebut. 2 Sehingga, tradisi menulis dan menghafal bisa dirasakan oleh para tabi‟in dan umat Islam seterusnya dan sampai kepada kita selaku umatnya.

Kegiatan menghafal Al-Qur`an merupakan salah satu ciri khas yang dimiliki oleh umat Islam dan tidak dimiliki oleh umat lain.3 Dan tradisi ini semakin marak dilakukan oleh umat Islam tanpa ada batas usia. Mulai dari anak-anak, remaja, bahkan orang dewasa sekalipun menghafalkannya. Betapa banyak metode cepat membaca Al-Qur`an yang berkembang saat ini. Seseorang bisa membaca Al-Qur`an

1 Ahmad Atabik, “Potret Budaya Tahfiz Al-Qur`an di Nusantara”, dalam Jurnal Penelitian Living Qur`an, Vol. 8 No. 1, Februari 2014, h. 163

2Muhammad Sohib, dkk., Memelihara Kemurnian Al-Qur`an, (Jakarta: Lajnah Pentashihah Mushaf Al-Qur`an, 2011), h. 4

3 Muhaimin Zen, Tahfizh Al-Qur`an Metode Lauhun, (Jakarta:Transpustaka, 2013), h.1

(23)

dengan hitungan hari, bahkan bisa dalam hitungan jam.4 Dengan berbagai tempat dan metode namun tujuannya sama, yaitu menjaga keotentikan Al-Qur`an yang dibanggakan umat Islam dari dahulu sampai sekarang. Hal ini merupakan sebuah keistimewaan bahwa Al- Qur`an mudah dihafalkan, baik oleh orang Arab maupun non Arab yang sama sekali tidak mengerti arti kata yang ada dalam Al-Qur`an.5 Al-Qur`an sudah mengisyaratkan hal tersebut dalam Qs. Al-Qamar [54]: 17

















“Dan Sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, Maka Adakah orang yang mengambil pelajaran?”( Qs.

Al-Qamar [54]: 17)

Penggunaan kata “Qad” yang didahului oleh “lam taukid” (lam untuk mengokohkan makna) memberikan pengertian bahwa Allah Swt. ikut terlibat dalam peristiwa “memudahkan Al-Qur`an”. At- Tafsîr Al-Muyassar karya „Aidh Al-Qarni, memaparkan bahwa Allah Swt. benar- benar memudahkan Al-Qur`an dari segi redaksi dan maknanya untuk dihafal, dibaca, direnungkan, dipahami, dan diamalkan.6 Sama halnya dengan Fathul al-Qadir, karya asy- Syaukani: kemudahan yang dimaksud disini adalah dalam menghafalkan, membaca dan menafsrikan.7 Oleh karena itu, tidak

4Ahsin Sakho Muhammad, Menghafalkan Al-Qur`an, (Jakarta: Qaf Media Kreativa, 2007) h. 17

5 M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur`an, (Bandung:Mizan, 2007), h. 3

6„Aidh Al-Qarni, at-Tafsir al-Muyassar, terj. Tafsir Al-Muyassar oleh Tim Penerjemah Qisthi Press, (Jakarta Timur: Qisthi Press, 2008), Jilid 4, h. 226

7 Ahsin Sakho Muhammad, Menghafalkan Al-Qur`an, h. 16

(24)

asing lagi jika tradisi menghafal Al-Qur`an telah membentuk suatu identitas budaya setempat, termasuk di Indonesia.8

Di Indonesia sendiri tradisi menghafal Al-Qur`an telah lama dilakukan di berbagai daerah Nusantara. Usaha menghafal Al-Qur`an pada awalnya dilakukan oleh para ulama yang belajar di Timur Tengah melalui guru-guru disana. Pada perkembangan selanjutnya, kecenderungan untuk menghafal Al-Qur`an mulai banyak diminati masyarakat Indonesia. Untuk menampung keinginan tersebut, para alumni Timur Tengah khususnya Hijaz (Mekah-Madinah) sekitar abad-18 membentuk lembaga-lembaga tahfîzh Al-Qur`an dengan mendirikan pondok pesantren khusus tahfiz, atau melakukan pembelajaran tahfîzh Al-Qur`an pada pondok pesantren yang telah ada.9

Data yang dimiliki Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Depag RI tahun 2004-2005 memuat sekitar 6044 nama dan alamat pesantren yang memiliki potensi tahfîzh Al-Qur`an se- Indonesia.10 Oleh karena itu, tidak heran jika di Indonesia dari tahun ke tahun semakin banyaknya santri-santri yang hafal Al-Qur`an11. Seperti halnya yang di ungkapkan oleh Wakil Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) pada waktu kunjungan di Pesantren Tahfizh Al- Qur`an De Muttaqin, Sleman. Komjen Pol Syafruddin mengungkapkan perkembangan penghafal Al-Qur`an di Indonesia

8 Ahmad Atabik, “Potret Budaya Tahfiz Al-Qur`an di Nusantara”, dalam Jurnal Penelitian Living Qur`an, Vol. 8 No. 1, Februari 2014, h. 163

9 Muhammad Sohib, dkk., Memelihara Kemurnian Al-Qur`an, h. 4

10 Muhammad Sohib, dkk., Memelihara Kemurnian Al-Qur`an, h. 5

11 Ahmad Atabik, “Potret Budaya Tahfiz Al-Qur`an di Nusantara”, dalam Jurnal Penelitian Living Qur`an, Vol. 8 No. 1, Februari 2014, h. 171

(25)

jumlahnya terus meningkat.12 Hal ini disebabkan karena bagi masyarakat muslim di Indonesia, Al-Qur`an adalah sesuatu yang yang harus diagungkan. Sehingga mereka beranggapan bahwa membaca Al-Qur`an apalagi menghafalkannya merupakan perbuatan yang mulia yang dapat mendatangkan suatu barokah.13 Hal ini dinyatakan sendiri oleh Al-Qur`an dalam empat tempat yaitu Qs. al- An‟am (6) ayat 92 dan ayat 155, Qs. al-Anbiya (21) ayat 50 dan Qs.

Shad (38) ayat 29.14

Menurut Ahsin Sakho Muhammad dalam bukunya yang berjudul Menghafalkan Al-Qur`an yang dimaksud keberkahan berarti banyaknya kebaikan pada sesuatu. Jika Al-Qur`an adalah kitab yang penuh berkah, maka mereka yang menghafalkan Al-Qur`an akan mengunduh keberkahan itu secara terus menerus. Keberkahan Al- Qur`an tidaklah berbentuk materi tapi nonmateri. Tapi, kebaikan yang bersifat nonmateri ini pada akhirnya akan berimbas kepada materi juga. Realitanya, banyak pesantren Al-Qur`an bisa berkembang menjadi pesantren yang maju. Semua kegiatan yang berkait langsung dengan Al-Qur`an adalah keberkahan Al-Qur`an.15 Selain dari itu, dengan menghafalkan Al-Qur`an juga bisa menciptakan generasi yang penuh etika. Ketika berhadapan dengan guru, seorang penghafal Al-Qur`an akan menunjukkan etika dan kesopanannya. Jika hal ini berlangsung terus menerus dilakukan, maka bisa dipastikan penghafal Al-Qur`an tersebut mempunyai etika

12“Detik News” https://m/detik.com/news/berita-jawa-tengah diakses pada tanggal 22 Februari 2019 pukul 20:40

13Ahmad Atabik, “Potret Budaya Tahfiz Al-Qur`an di Nusantara”, dalam Jurnal Penelitian Living Qur`an, Vol. 8 No. 1, Februari 2014, h. 164

14 Ahsin Sakho Muhammad, Menghafalkan Al-Qur`an, h. 18

15 Ahsin Sakho Muhammad, Menghafalkan Al-Qur`an, h. 19

(26)

dan akhlak yang bagus.16 Bahkan sebelum itu, Al-Qur`an menunjukkan dirinya sebagai kitab suci yang penuh dengan nilai- nilai sakralitas. Seperti halnya, sebelum membaca Al-Qur`an terlebih dahulu membersihkan diri dengan berwudhu, menghadap kiblat, memegang mushaf Al-Qur`an, kemudian membacanya dengan penuh khusyu. Semua proses tersebut akan menciptakan rasa spiritual yang tinggi dan membuat keimanan dan ketakwaan bisa bertambah dan terus bertambah. 17 Oleh karena itu, masyarakat muslim di Indonesia sangat antusias dan berlomba-lomba dalam menghafalkan Al-Qur`an.

Tidak terkecuali respon yang sama pada masyarakat muslim berkebutuhan khusus, salah satunya adalah penyandang Tunanetra.

Antusias para penyandang tunanetra dalam menghafalkan Al- Qur`an bisa dilihat dari bermunculan para penghafal Al-Qur`an dari penyandang tunanetra, baik dari kalangan anak-anak, remaja ataupun dewasa. Baik yang menghafalkan Al-Qur`an penuh yaitu 30 juz, ataupun yang masih terbatas yaitu hafal surat-sura pilihan atau beberapa juz saja.

Dalam hal ini, program tahfîzh Al-Qur`an yang dikhususkan untuk para penyandang tunanetra terjadi di salah satu Pesantren Raudlatul Makfufin yang berlokasi di Serpong Tangerang Selatan.

Dimana pesantren ini bergerak dalam bidang pembinaan keagamaan dan mental kesejahteraan yang didirikan atas dasar kepedulian sosial terhadap orang-orang penyandang tunanetra.18

Pada awalnya pesantren ini tidak memiliki program menghafal Al-Qur`an, karena tidak meyakini tunanetra bisa untuk menghafal Al-

16 Ahsin Sakho Muhammad, Menghafalkan Al-Qur`an, h. 21

17 Ahsin Sakho Muhammad, Menghafalkan Al-Qur`an, h. 20

18 Wawancara dengan Sekretaris Yayasan Pesantren Raudhatul Makfufin Serpong,

Rafiq, Serpong, 26 Februari 2019 pukul 10:30

(27)

Qur`an. Namun, pada tahun 2015 dibuatlah program menghafal Al- Qur`an.19 Program menghafal Al-Qur`an dibentuk agar mereka para santri semakin mendekatkan diri kepada Allah, munculnya generasi muda yang berwawasan luas, amanah, dan berakhlakul karimah20 Dengan demikian, menghafalkan Al-Qur`an bisa menciptakan generasi yang saleh dan berkarakter. Selain dari itu, diharapkan para santri tunanetra bisa menyebarkan Al-Qur`an kepada masyarakat luas khususnya penyandang tunanetra. Karena tingkat buta huruf Al- Qur`an dikalangan tunanetra sangat tinggi.

Hal ini berdasarkan Data dari Ikatan Tunanetra Muslim Indonesia (ITMI) yang berpedoman pada data dari PBB, masyarakat Indonesia yang berkebutuhan khusus (kususnya kaum tunanetra) belum sepenuhnya memiliki akses cukup dalam membaca Al-Qur`an braille. Dari sejumlah tunanetra muslim yang bisa membaca huruf Braille diperkirakan berjumlah 17.040 orang. ITMI membuat estimasi bahwa yang sudah bisa membaca Al-Qur`an hanya berjumlah 5.408 orang.21 Khususnya jumlah tunanetra sangat banyak, namun yang memiliki kemampuan dalam membaca Al-Qur`an bahkan menghafal Al-Qur`an sangatlah sedikit. Oleh karena itu, Pesantren Raudhlatul Makfufin memiliki harapan besar kepada para santri untuk bisa menghafalkan Al-Qur`an. Hal ini menjadi amal baik yang bernilai ibadah untuk para santri dalam mengajarkan Al-Qur`an.

19Fathiyatur Rizkiyah, “Komunikasi Antarpribadi Pengajar dan Santri Tunanetra dalam Memotivasi Menghafal Al-Qur`an di Yayasan Raudlatul Makfufuin Serpong Tangerang Selatan,” Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015, h. 5. Tidak diterbitkan (t.d)

20Lihat di Yayasan Raudhlatul Makfufin, di https://makfufin.id/profil diakses pada hari Minggu, 23 Juni 2019, pukul: 23:32

21Jonni Syatri, “Pengajaran Baca-Tulis Al-Qur`an Bagi Tunanetra”, dalam Jurnal Suhuf Kemenag, Vol. 9, No. 2, Desember, 2016, h. 366

(28)

Selain dari itu, sebagai bentuk alternatif dalam mengurangi buta huruf Al-Qur`an di kalangan penyandang tunanetra.22

Dengan demikian, hal ini sangat menarik bagi peniliti, karena ditengah kaum tunanetra yang beragama Islam yang belum sepenuhnya memiliki kemampuan dalam membaca Al-Qur`an,23 terdapat sekelompok masyarakat yang mampu berinteraksi dengan Al-Qur`an melalui tradisi menghafal Al-Qur`an dikalangan para Tunanetra. Dan tradisi ini berpengaruh terhadap pribadi santri tunanetra tersebut.24

Berdasarkan permasalahan diatas , penulis sangat tertarik untuk melakukan penelitian interaksi santri Tunanetra yang berada di Pesantren Raudlatul Makfufin Serpong Tangerang Selatan terhadap Al-Qur`an dengan cara menghafalkannya. Kemudian dianalisis oleh penulis bagaimana pengaruh tradisi menghafal Al-Qur`an terhadap para santri tunanetra dalam menghafal Al-Qur`an. Dalam kasus ini diwakili oleh para santri yang bermukim/tinggal di Pesantren Raudlatul Makfufin Serpong Tangerang Selatan yang berjumlah 12 orang.

Oleh karena itu, penulis mengambil penelitian Studi Living Qur`an yang berjudul : Tradisi Menghafal Al-Qur`an Santri Tunanetra Studi Living Qur`an di Pesantren Raudlatul Makfufin Serpong Tangerang Selatan.

22Fathiyatur Rizkiyah, “Komunikasi Antarpribadi Pengajar dan Santri Tunanetra dalam Memotivasi Menghafal Al-Qur`an di Yayasan Raudlatul Makfufuin Serpong Tangerang Selatan,” Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015, h. 4. Tidak diterbitkan (t.d)

23Muchsin Qara`ati, Al-Qur`an Menjawab Dilema Keadilan, (Jakarta:CV. Firdaus, 1991), h. 68

24Wawancara dengan sekretaris Yayasan Raudlatul Makfufin, Rafiq, Serpong, 26 Juni 2019, pukul 16:35

(29)

B. Permasalahan

Dalam menguraikan tentang permasalahn terkait tema yang menjadi obyek penelitian skripsi ini, perlu dijelaskan hal-hal berikut:

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pada uraian diatas, beberapa masalah yang bisa diteliti pada judul ini adalah:

a. Para penyandang tunanetra di Indonesia belum memiliki akses luas dalam membaca Al-Qur`an braille

b. Tradisi menghafal Al-Qur`an di kalangan tunanetra c. Kegiatan Belajar Al-Qur`an braille di kalangan tuanentra d. Motivasi para penyandang tunanetra dalam menghafal Al-

Qur`an

2. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi diatas, batasan masalah dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan kegiatan menghafal Al- Qur`an di Pesantren Raudhlatul Makfufin, kemudian dianalisa bagaimana pemaknaan menghafal Al-Qur`an terhadap santri tunanetra dalam kehidupan sehari-hari. Adapun manfaat yang penulis dapatkan di lapangan adalah manfaat dalam psikis dan kesehatan. Yang imaksud psikis adalah ilmu jiwa atau kejiaaan yang dirasakan para santri setelah menghafal Al-Qur`an.

Sedangkan kesehatan adalah memperbaiki kondisi para santri baik jasmani maupun rohani, dimana penulis lebih menitikberatkan kepada kesehatan jasmani.

3. Perumusan Masalah

Oleh karena itu, dapat dirumuskan beberapa masalah yang difokuskan pada penelitina ini, yaitu:

(30)

a. Bagaimana prosesi kegiatan tahfîzh Al-Qur`an dan Pemaknaannya di Pesantren Raudlatul Makfufin Tangerang Selatan terhadap para santri tunanetra dalam kehidupan sehari-hari?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Mendeskripsikan tradisi menghafal Al-Qur`an di kalangan santri tunanetra

b. Mengetahui pengaruh tradisi menghafal Al-Qur`an di PesantrenRaudhlatul Makfufin terhadap psikologi dan kesehatan para santri tunanetra

D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat menambahkan khazanah studi Al-Qur`an terutama di bidang living Qur`an, memberikan wawasan di bidang ilmu-ilmu keislaman khususnya dalam dunia program tahfizul Qur`an dikalangan para penyandang Tunanetra, dan menjadi pedoman untuk peneliti selanjutnya dalam mengkaji bahasan serupa, yang tentunya di luar pengkajian yang telah menjadi fokus penelitian penulis.

Sedangkan kegunaan penelitian ini secara praktis diharapkan dapat menjadi motivasi bagi pengelola pesantren untuk memberikan perhatian khusus dan motivasi bagi para santri, bahwa mereka adalah agen perubahan dalam mengurangi buta huruf Al-Qur`an di kalangan para penyandang tunanetra.

(31)

E. Tinjauan Pustaka

Tinjauan kepustakaan adalah suatu tinjauan yang menjelaskan dan mengkaji buku-buku, karya-karya, pemikiran-pemikiran dan penulis ataupun peneliti terdahulu yang terkait dengan pembahasan skripsi. Tema mengenai tunanetra yang menghafal Al-Qur`an bukanlah bahasan baru dan inovatif dalam dunia pengetahuan. Tema ini sering menjadi bahan penelitian di dunia akademik, akan tetapi untuk membahas Tradisi menghafal (tahfiz) Al-Qur`an bagi santri tunanetra penulis berfikir belum ada. Baik penelitian di perguruan tinggi lain, maupun di IIQ (Institut Ilmu Al-Qur`an) Jakarta sendiri.

Terlihat ada beberapa skripsi yang sama mengenai ini, diantaranya:

Pertama, skripsi yang ditulis oleh M. Najmudin Rif‟an dengan judul “Resepsi Kegiatan Tahfiz Pagi (Kajian Living Qur`an di SDIT Nur Hidayah Surakarta)” yang merupakan Skripsi dari IAIN Surakarta.25 Hasil dari penelitian ini adalah bahwa kegiatan Tahfiz Pagi meresepsi pelaku kegiatan sebagai sesuatu yang membentuk karakter cinta Al-Qur`an, sebagai obat penenang hati, sebagai motivasi hafalan, sebagai sarana meningkatkan kedisiplinan, dan sebagai sesuatu yang mendatangkan kebahagiaan dan menyegarkan pikiran. Kemudian keterkaitan nya dengan penelitian penulis adalah sama-sama tentang kegiatan tahfiz, yang menjadi salah satu bentuk fenomena living Qur`an. Namun, yang menjadi perbedaannya adalah objek penelitian yang tidak sama, selain dari itu resepsi pemaknaan tradisi menghafal Al-Qur`an dalam kesehatan menjadi perbedaan penulis.

25 M. Najmuddin Rif‟an, “Resepsi Kegiatan Tahfiz (Kajian Living Qur`an di SDIT

Nur Hidayah, Surakarta)”, Skripsi, IAIN Surakarta, 2018, Tidak diterbitkan (t.d)

(32)

Kedua, skripsi dengan judul “Tradisi Menghafal Al-Qur`an di Pondok Pesantren (Studi Living Qur`an di Pondok Pesantren Al- Mubarok Mranggen Demak)” yang ditulis oleh Laila Ngindana Zulfa dari Universitas Wahid Hasyim Semarang.26 Keterkaitan hasil penelitian penulis dengan penelitian diatas adalah sama-sama mendeskripsikan tradisi menghafal Al-Qur`an di Pesantren dengan studi Living Qur`an. Dari penelitian diatas, penulis menemukan sedikit gambaran apa saja yang harus ditulis dalam mendiskripsikan tradisi menghafal Al-Qur`an. Seperti motivasi menghafal, metode dalam menghafal, fadhilah orang yang menghafal Al-Qur`an. Akan tetapi, hasil dari mendiskripsikan tradisi menghafal Al-Qur`an dari penelitian diatas, menurut penulis sangat singkat dan kurang mendalam, yang ditanyakan hanya seputar diatas yang telah disebutkan. Sedangkan, penelitian penulis luas dan mendalam, seperti masuk ke dalam tingkat hafalan para santri serta faktor internal dan eksternalnya, dan dijelaskan pengaruh tradisi menghafal Al-Qur`an terhadap para santri tersebut

Ketiga, skripsi yang ditulis oleh Fathiyatur Rizkiyah yang berjudul “Komunikasi Antarpribadi Pengajar dan Santri dalam Memotivasi Menghafal Al-Qur`an di Yayasan Raudlatul Makhfufin, Serpong, Tangerang Selatan” yang merupakan skripsi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.27 Keterkaitan penelitian diatas dengan penelitian penulis adalah samanya dalam mengambil objek penelitian yaitu Pesantren Raudhatul Makfufin Serpong Tangerang Selatan.

26 Laila Ngindana Zulfa, “Tradisi Menghafal Al-Qur`an di Pondok Pesantren (Studi

Living Qur`an di Pondok Pesantren Al-Mubarok Mranggen Demak”, Universitas Wahid Hasyim Semarang, 2013

27Fathiyatur Rizkiyah, “Komunikasi Antarpribadi Pengajar dan Santri Tunanetra dalam Memotivasi Menghafal Al-Qur`an di Yayasan Raudlatul Makfufuin Serpong Tangerang Selatan”, Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015, Tidak diterbitkan (t.d)

(33)

Meskipun demikian, penelitian yang secara intensif membahas tentang fenomena living Qur`an kegiatan tahfîz di Pesantren Raudhlatul Makfufin belum pernah dilakukan, dan penelitian yang akan diteliti oleh penulis mencakup lebih luas, tidak hanya sekedar motivasi menghafal Al-Qur`an. Apalagi hasil penelitian diatas, diteliti pada tahun 2015. Maka penulis beranggapan akan banyaknya perbedaan hasil penelitian di tahun 2015 dengan penelitian di tahun 2019, baik dari segi kuantitas para santri yang menghafal Al-Qur`an ataupun kualitas dalam membaca Al-Qur`an.

Keempat, Jurnal Penelitian yang ditulis oleh Ahmad Atabik yang berjudul “The Living Qur`an: Potret Budaya Tahfiz Al-Qur`an di Nusantara” di STAIN Kudus, Jawa Tengah. 28 Jurnal ini mentitik fokuskan kepada Tahfiz Al-Qur`an yang membudaya di Nusantara.

Sehingga, hal ini menjadi gambaran bagi penulis bagaimana menyusun data lapangan yang didapatkan kemudian di proses menghasilkan data deskripstif yang sistematis, baik dan benar.

Namun, sangat disayangkan dalam jurnal ini hanya mendeskripsikan budaya tahfiz di Nusantara, tanpa mencari pengaruh atau manfaat yang didapatkan dalam budaya tahfiz tersebut. Oleh karena itu, pengaruh atau manfaat yang sudah penulis dapatkan di lapangan menjadi keunggulan penulis dalam penelitian ini.

Kelima, selain terdapat skripsi dan jurnal yang bersangkutan, terdapat pula buku yang menunjang dalam penulisan skripsi ini, yaitu buku yang berjudul “Membumikan Peradaban Tahfiz Al-Qur`an”

yang diterbitkan oleh Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Jakarta yang ditulis oleh Juju Saepudin dkk. Keterkaitan buku ini

28Ahmad Atabik, “The Living Qur`an: Potret Budaya Tahfiz Al-Qur`an di Nusantara”, dalam Jurnal Penelitian Living Qur`an n, Vol. 8 No. 1, Februari 2014

(34)

dengan penelitian penulis adalah sama-sama mengenai tahfiz Al- Qur`an dan menggambarkan bagaimana proses tahfiz Al-Qur`an di lembaga yang akan diteliti. Namun dalam buku ini penulis tidak mendapatkan pengaruh dalam menghafal Al-Qur`an seperti yang penulis maksud di dalam hasil penelitian ini. Sehingga penulis memiliki keunggulan didalam pengaruh tradisi tahfiz Al-Qur`an.

Keenam, buku yang diterbitkan oleh Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur`an yang berjudul “Sejarah Penulisan Mushaf Al- Qur`an Standar Indonesia”. Buku ini terdapat keterkaitan dengan penulis, yaitu mengenai Al-Qur`an braille yang menjadi media menghafal Al-Qur`an santri tunaentra yang penulis teliti. Buku ini hanya memberikan informasi seputar Al-Qur`an braille saja.

Sehingga penelitian penulis mengenai tradisi menghafal Al-Qur`an menjadi keunggulan tersendiri bagi dunia penelitian.

Dari beberapa karya dan buku diatas, mayoritas membahas tentang Tahfiz Al-Qur`an dan adapula sebagian yang membahas penyandang tunanetra dalam menghafal Al-Qur`an. Akan tetapi, belum ada yang membahas mengenai Tradisi Menghafal Al-Qur`an Santri Tunanetra, yang dimana objek penelitiannya adalah Pesantren Raudhatul Makfufin Serpong Tangerang Selatan. Tradisi menghafal Al-Qur`an bagi santri tunanetra ini dianalisis oleh penulis bagaimana santri Tunanetra merefleksikan Al-Qur`an dalam kehidupan sehari- hari. Sehingga tradisi menghafal Al-Qur`an bisa memberikan manfaat dan pengaruh dalam kehidupan para santri tunanetra. Pengaruh yang penulis dapatkan dilapangan adalah pengaruh dalam pskologi dan pengaruh dalam kesehatan.

Dengan harapan, hasil penelitian ini bermanfaat bagi masyarakat bahwa Tradisi menghafal Al-Qur`an dikalangan santri

(35)

tunanetra sangat berpengaruh terhadap kehidupan para santri sehari- hari.

F. Metode Penelitian

Metode adalah cara yang teatur dan signifikan untuk melakukan suatu kegiatan, guna mencapai tujuan yang ditentukan, salah satunya adalah pelaksaanaan penelitian.29 Metode ini meliputi cara jenis pendekatan yang ditempuh dalam melaksanakan penelitian. Adapaun metode yang dipergunakan dalam penulisan Skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, menggunakan jenis penelitian kualitatif untuk meneliti fenomena Living qur`an, yaitu berupa studi lapangan (field research) yang menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan fenomenologi.

Secara singkat, penelitian kualitatif adalah proses penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang diamati.30 Sedangkan Living Qur`an adalah berbagai bentuk dan model praktik resepsi dan respon masyarakat dalam memperlakukan dan berinteraksi dengan Al- Qur`an, sehingga dapat dikatakan Al-Qur`an hidup di tengah- tengah kehidupan masyarakat.31 Oleh karena itu, penelitian kualitatif mencoba mengerti makna suatu kejadian atau peristiwa

29 Anton Bakker, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Kamisius, 1992), h. 10

30Juju Saepudin, dkk., Membumikan peradaban tahfiz Al-Qur`an, h. 17

31Abdul Mustaqim, Metode Penelitian Al-Qur`an dan Tafsir, (Yogyakarta: Idea Press Yogyakarta, 2017), cet. Ke-3, h. 104

(36)

dengan berinteraksi dengan orang-orang yang ada dalam siatuasi atau fenomena tersebut.32

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dalam skripsi ini adalah di Pesantren Raudlatul Makfufin Serpong Tangerang Selatan. Tepatnya di Jalan H. Jamat Gang Masjid I No. 10A, RT. 002 RW.05 Kampung Jati, Kelurahan Buaran, Kecamatan Serpong, Kota Tangerang Selatan, Banten 15316.

3. Sumber Data

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan dua jenis data, data primer dan data sekunder yaitu:

a. Data Primer berupa kata-kata dan perilaku yang nampak dari para santri Tunanetra yang menghafal Al-Qur`an di Pesantren Raudhatul Makhfufin Serpong, Tangerang Selatan.

b. Data Sekunder, bersumber dari masyarakat Pesantren seperti guru tahfidz, wali santri, struktural Yayasan Raudlatul Makfufin. Kemudian dari buku-buku, jurnal, artikel, maupun hasil-hasil penelitian lain yang membahas. contohnya buku- buku pendukung diantaranya: Menangkap Cahaya Al-Qur`an karya M. Samsul Ulum, Mutiara Al-Qur`an karya Salman Harun, Spiritualitas Al-Qur`an Dalam Membangun Kearifan Umat karya Moh. Mafud, Al-Qur`an Menjawab Dilema Keadilan karya Muchsin Qara`ati, , Ulumul Qur`an karya

32Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan, (Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandiri 2017), cet. Ke-4, h.328

(37)

Muhammad Amin Suma Cakrawala Ilmu dalam Al-Qur`an H.M. Darwis Hude Al-Qur`an Kitab Cinta Said Ramadhan Al- Buthy, dan lain sebagainya, serta jurnal-jurnal yang terkait penelitian ini.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah observasi, wawancara dan dokumentasi, yang dilaksankan selama satu minggu di Pesantren Raudhlatul Makfufin, tepatnya di Jalan H. Jamat Gang Masjid I No. 10A, RT. 002 RW.05 Kampung Jati, Kelurahan Buaran, Kecamatan Serpong, Kota Tangerang Selatan, Banten 15316. Adapun observasi, wawancara dan dokumentasi yang penulis dapatkan sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui suatu pengamatan, dengan disertai pencatatan terhadap keadaan atau perilaku objek sasaran.33 Observasi yang dilakukan adalah observasi berperan serta (Participant Observation). Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehar-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian.34.

Peneliti mengamati dan mencatat secara sistematik terhadap gejala tampak dibalik tradisi para santri dalam menghafal Al-Qur`an di Pesantren Raudlatul Makfufin Serpong Tangerang Selatan.

b. Wawancara

33Juju Saepudin, dkk., Membumikan peradaban tahfiz Al-Qur`an, h. 19

34Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitataif, dan R&D, (Bandung:

Alfabeta, 2011), Cet Ke-13, h. 145

(38)

Wawancara adalah pengadministrasian beberapa pertanyaan secara lisan dan langsung terhadap masing- masing anggota sample.35 Peneliti menanyakan sesuatu yang telah semi terstruktur. Hasilnya dicatat sebagai informasi penting dalam penelitian.36 Pada wawancara ini dimungkinkan peneliti melakukan tanya jawab secara interaktif. Adapun informannya adalah:

a) Santri Tunanetra yang mukim/tinggal di Pesantren Raudlatul Makfufin Serpong Tangerang Selatan yang berjumlah 12 orang, yang terdiri dari 3 orang santri putri dan 9 orang santri putra, dengan usia yang beragam dan jumlah hafalan yang berbeda-beda

b) Guru tahfiz di Pesantren Raudlatul Makfufin Serpong Tangerang Selatan yang berjumlah satu orang.

c) Satu orang wali santri Pesantren Raudlatul Makfufin Serpong Tangerang Selatan

d) Ketua dan Wakil Pesantren Raudhlatul Makfufin

e) Sekretaris Yayasan di Pesantren Raudhatul Makfufin Serpong Tangerang Selatan.

c. Dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah teknik mencari data yang mengenai hal-hal yang berupa catatan atau tulisan, foto-foto, gambar-gambar dan lain sebagainya yang berkaitan dengan masalah penelitian.37

35Hamid darmadi, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2011), h.

158

36Hamidi Darmadi, Metode Penelitian Pendidikan, h. 264

37Abdul Mustaqim, Metode Penelitian Al-Qur`an dan Tafsir, (Yogyakarta: Idea Press, 2017), h. 129

(39)

Dokumen yang akan dipelajari adalah teks-teks dan foto- foto kegiatan program di Pesantren Raudlatul Makhfufin Serpong Tangerang Selatan. Teks- teks berupa arsip file profil Yayasan dan Pesantren, catatan ustadz atau ustadzah mengenai hafalan para Tunanetra, dan lain sebagainya yang terkait pembahasan skripsi penulis. Sedangkan foto-foto memberikan informasi visual tentang kegiatan praktis dalam program yang sedang berjalan dilokasi tersebut.

5. Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas:

obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.38 Populasi adalah santri di Pesantren Raudlatul Makfufin Serpong Tangerang Selatan yang mengikuti program tahfîzh Al-Qur`an . Pesantren ini memiliki santri yang mukim dan santri yang tidak mukim. Santri mukim berjumlah 12 orang dan tidak mukim yang jumlah nya tidak pasti, kurang lebih bisa diperkirakan sekitar 15 – 20 orang setiap minggunya.39

Kemudian, sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.40 sampel yang diambil oleh peneliti adalah santri Tunanetra yang mukim di Pesantren Raudlatul Makfufin Serpong Tangerang Selatan yang berjumlah 12 orang, yang terdiri dari 3 orang santri putri dan 9

38Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitataif, dan R&D, h. 80

39Wawancara dengan salah satu Guru di Pesantren Raudlatul Makfufin Serpong, Abdurrahman, Serpong, 19 Juni 2019

40Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitataif, dan R&D, h. 81

(40)

orang santri putra dengan usia yang beragam dan jumlah hafalan yang berbeda-beda.

Program tahfîzh Al-Qur`an bagi para santri tunanetra yang tidak mukim kurang berjalan dengan baik, karena kurangnya keistiqomahan para santri dalam mengikuti pengajian satu minggu sekali, mengakibatkan lambatnya dalam melaksanakan program tahfîzh Al-Qur`an. Oleh karena itu pada penelitian ini, penulis mengambil para santri tunanetra yang bermukim/tinggal di Pesantren Raudlatul Makfufin.

6. Metode Analisis Data

Metode yang digunakan dalam skripsi ini adalah menggunakan metode deskriptif-analisis yang menggunakan pendekatan fenomonologi. Metode deskriptif memusatkan penelitian dengan mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, dan berbagai masalah-masalah aktual sebagaimana adanya tanpa memberikan perlakuan khusus pada peristiwa yang diteliti.41 Sedangkan penelitian dalam perspektif fenomenologi berusaha memahami arti dari sebuah peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang yang berada dalam peristiwa tersebut.42

Pada penelitian ini mendeskripsikan pelaksanaan tahfîzh Al-Qur`an di Pesantren Raudhlatul Makfufin. Kemudian dianalisis bagaimana tradisi menghafal Al-Qur`an ini berpengaruh terhadap santri tunanetra. Pengaruh yang penulis dapatkan dilapangan adalah pengaruh psikologi dan pengaruh kesehatan.

41Dandan Rusmana, Metode Penelitian Al-Qur`an dan Tafsir, (Bandung: Pustaka Setia, 2015), h. 29

42 Dandan Rusmana, Metode Penelitian Al-Qur`an dan Tafsir, h. 17

(41)

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan bertujuan untuk menjelaskan bagian- bagian yang akan ditulis dan dibahas dari penelitian ini secara sistematis. Untuk itu penulisan skripsi ini dibagi menjadi lima bab, yaitu:

Bab Pertama meliputi latar belakang masalah, permasalahan yang meliputi identifikasi masalah, pembatasan masalah dan perumusan masalah, kemudian tujuan penelitian, kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian yang terdiri dari jenis penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, populasi dan sampel, metode analisis data, dan terakhir dan sistematika penulisan.

Bab Kedua, mengenai tradisi menghafal Al-Qur`an santri tunanetra, yang terdiri dari pengertian tradisi dan santri, pengertian tunanetra, pengertian Al-Qur`an dan sejarah menghafal Al-Qur`an, serta keutamaan dan peranan dalam menghafal Al-Qur`an.

Bab Ketiga, mengenai Profil Umum Pesantren Raudlatul Makhfufin Serpong Tangerang Selatan. Yang terdiri dari Gambaran Umum Pesantren Raudlatul Makhfufin Serpong Tangerang Selatan yang meliputi sejarah singkat berdirinya Pesantren Raudlatul Makhfufin, visi dan misi Yayasan Raudlatul Makhfufin, program umum kegiatan Yayasan Raudlatul Makfufin, struktural kepengurusan, prestasi Yayasan Raudlatul Makfufin, Prestasi Yayasan Raudlatul Makfufin, data Santri Pesantren Raudlatul Makfufin, Jadwal Kegiatan Santri Pesantren Raudlatul Makfufin, serta fasilitas Yayasan Raudlatul Makfufin.

Bab Keempat yaitu Prosedur Program tahfîzh Al-Qur`an dan pengaruhnya terhadap santri tunanetra, yang pertama Prosedur

(42)

Program tahfîzh Al-Qur`an yang meliputi program tahfîzh Al-Qur`an terdiri dari kelas dasar (kelas observasi) dan kelas menghafal Al- Qur`an, kemudian ada media menghafal Al-Qur`an terdiri dari Al- Qur`an braille dan Al-Qur`an digital, kemudian ada metode menghafal Al-Qur`an, ada motivasi santri menghafal Al-Qur`an, tingkat hafalan Al-Qur`an, yang kedua adalah pengaruh tradisi menghafal AL-Qur`an tehadap santri tunanetra yang terdiri dari pengaruh psikologi, yaitu merasakan ketenangan, melahirkan emosi positif, merasakan dekat dengan Allah, menumbuhkan rasa kepercayaan diri, dan memiliki tanggung jawab. Sedangkan untuk pengaruh kesehatan yaitu merasakan kesembuhan, jarang kambuh penyakit, nyeri dan sakit berkurang pada penyakit yang dialami, dan tubuh menjadi lebih sehat dari biasanya.

Kemudian Bab Kelima yaitu penutup berisi kesimpulan atas jawaban dari rumusan masalah dan diakhiri dengan saran yang membangun bagi akademisi atau non akademisi yang terkait dengan penelitian penulis.

(43)

23

TRADISI MENGHAFAL AL-QUR`AN SANTRI TUNANETRA

A. Tradisi dan Santri 1. Pengertian Tradisi

Kata „tradisi” secara etimologi berasal dari bahasa Latin yaitu tradition yang berarti „diteruskan‟ atau „kebiasaan‟. Dalam pengertian yang paling sederhana adalah sesuatu yang telah dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama. Hal yang paling mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun lisan.1

Menurut Piotr Sztompka dalam bukunya yang berjudul Sosiologi Perubahan Sosial memberikan pengertian bahwa tradisi berarti warisan, apa yang benar-benar tersisa dari masa lalu. Hal ini senada dengan apa yang dikatakan oleh Shils, “Tradisi berarti segala sesuatu yang disalurkan atau diwariskan dari masa lalu ke masa kini”.2

Kemudian menurut Hasan Hanafi, Tradisi (Turats) adalah segala warisan masa lampau yang masuk pada kita dan masuk kedalam kebudayaan yang sekarang berlaku. Dengan demikian, bagi Hanafi turats tidak hanya merupakan persoalan peninggalan

1Marwati, “Ungkapan Tradisional dalam Upacara Adat Perkawinan Masyarakat Bajo di Pulau Balu Kabupaten Muna Barat”, dalam Jurnal Humanika, Vol. 3, No. 15, Desember, 2015, h. 3

2Piotr Sztompka, Sosiologi Perubahan Sosial, (Jakarta: Pernada Media Group, 2007), h. 70

(44)

sejarah, tetapi sekaligus merupakan persoalan kontribusi zaman kini dalam berbagai tingkatannya.3

Dalam literatur islam, adat atau tradisi disebut dengan al-„Urf berasal dari kata „arafa, ya‟rafu sering diartikan dengan al-ma‟ruf (فورعملا) dengan arti sesuatu yang dikenal. Pengertian dikenal disini lebih dekat kepada pengertian diakui oleh orang lain, yaitu sesuatu yang dipandang baik dan diterima oleh akal sehat.4 Seperti dikemukakan oleh Abdul Karim Zaidan, istilah „urf berarti sesuatu yang tidak asing lagi bagi satu masyarakat karena telah menjadi kebiasaan dan menyatu dengan kehidupan mereka baik berupa perbuatan ataupun perkataan. Hal ini dinamakan pula dengan al-„adah (adat istiadat), yaitu sesuatu (perbuatan maupun perkataan) yang terus-menerus dilakukan oleh manusia, karena dapat diterima oleh akal, dan manusia mengulang-ngulanginya secara terus menerus.5

Dengan demikian bisa kita pahami, bahwa tradisi adalah kebiasaan atau sesuatu yang dilakukan di masa lalu dan masih dilakukan pada masa sekarang, dan ini menjadi sebuah warisan yang harus dipertahankan.

Apabila ditarik ke dalam makna tradisi menghafal Al-Qur‟an yang menjadi titik pembahasan penulis, maka tradisi menghafal Al-Qur`an adalah sebuah kebiasaan pada masa lalu yaitu saat ayat-ayat Al-Qur`an turun kepada Nabi Muhammad Saw, para sahabat membacanya dan menghafalkannya. Sehingga, tradisi membaca dan menghafal dieruskan oleh para tabi‟in dan umat

3Moh Nur Hakim, “Islam Tradisional dan Reformasi Pragmatisme” Agama dalam Pemikiran Hasan Hanafi, (Malang:Bayu Media Publishing, 2003), h. 29

4 Satria Efendi, Ushul Fiqih, (Jakarta: Kencana Prenada Media Groupm 2005), h.

153

5Satria Efendi, Ushul Fiqih, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2005), h. 153

(45)

25

islam seterusnya dan sampai sekarang.6 Inilah sebuah tradisi atau kebiasaan yang terus terjaga di kalangan umat Muslim dalam menjaga keotentikan ayat-ayat Al-Qur`an, yaitu tradisi menghafal Al-Qur`an.

2. Pengertian Santri

Banyak kalangan akademisi yang mengartikan kata santri dari sudut pandang yang berbeda-beda. Ada yang mengatakan bahwa kata santri berasal dari kata cantrik, yang berarti murid dari seorang resi atau kiai yang juga biasanya menetap dalam suatu tempat yang dinamakan dengan pedepokan atau pesantren.7

Menurut A. H. John menyebutkan bahwa istilah santri berasal dari Bahasa Tamil yang berarti guru mengaji.8 Sedangkan Nurcholish Madjid membagi asal usul kata “Santri” dapat dilihat dengan dua pendapat, yaitu: a) Pertama, pendapat yang mengatakan bahwa “Santri” berasal dari kata “sastri”, sebuah kata dari bahasa Sansekerta yang artinya melek huruf. Pendapat ini menurut Nurcholish Madjid didasarkan atas kaum santri kelas literary bagi orang Jawa yang berusaha mendalami agama melalui kitab-kitab bertulisan dan berbahasa Arab, dan b) Kedua, pendapat yang mengatakan bahwa perkataan santri sesungguhnya berasal dari bahasa Jawa, dari kata “cantrik” berarti seseorang

6Ahsin Sakho Muhammad, Menghafalkan Al-Qur`an, h. 12

7Ahmad Muhakammuroh, “Pesantren : Santri, Kiai, Dan Tradisi”, dalam Jurnal Kebudayaan Islam, Vol. 12, No. 2, Juli- Desember, 2014, h. 111

8Babus Suharto, Dari Pesantren Untuk Umat: Reiventing Eksistensi Pesantren di Era Globalisasi, (Surabaya: Imtiyaz, 2011), h. 9

(46)

yang selalu mengikuti seorang guru kemana guru ini pergi menetap.9

Kemudian ada yang berpendapat bahwa kata santri dianggap sebagai gabungan kata sant (manusia baik) dengan suku kata tra (suka menolong), sehingga kata santri dapat berarti manusia baik- baik yang suka menolang. Kemudian adapula kata santri diadopsi dari bahasa India yaitu Shastri yang berarti ilmuwan Hindu yang pandai menulis. Oleh karana itu, kata santri dilihat dari sudut pandang Agama Islam adalah orang-orang yang pandai dalam pengetahuan Agama Islam.10

Predikat santri adalah julukan kehormatan, karena seseorang bisa mendapat gelar “Santri” bukan semata-mata karena sebagai pelajar/ mahasiswa, tetapi karena ia memiliki akhlak yang berlainan dengan orang awam yang ada disekitarnya. Buktinya adalah ketika ia keluar dari pesantren, gelar yang ia bawa adalah

“Santri” dan santri itu memiliki akhlak dan kepribadian tersendiri.11

Dari berbagai sudut pandang diatas dalam pengertia istilah santri, penulis dapat menyimulkan bahwa santri adalah orang yang mendalami ilmu agama Islam dengan sungguh-sungguh dari Ustadz-ah atau Kiyainya dengan cara menatap dalam satu tempat yaitu pesantren atau pedepokan hanya semata-mata untuk mencari Ridho Allah SWT.

9Yasmadi, Modernisasi Pesantren : Kritik Nurcholish Madjid Terhadap Pendidikan Islam Tradisional, (Jakarta: Ciputat Press, 2005) h. 61

10Happy Susanto, dkk., “Perubahan Perilaku santri (Studi Kasus alumni pondok pesantren salafiyah di desa langkap kecamaan besuki kabupaten situbondo)”, dalam Jurnal Pendidikan Islam:ISTAWA, Vol. 2, No. 1, Juli-Desember, 2016, hal. 7-8

11Abdul Qadir Jailani, Peran Ulama dan Santri (Surabaya: Bina Ilmu, 1994), h. 7-8

(47)

27

B. Tunanetra

1. Pengertian Tunanetra

Menurut etimologi, tuna adalah kata sifat (adjective) dan kata bendanya adalah ketunaan, yang secara harfiah berarti kerugian atau kerusakan. Hubungan dengan kata “tuna” yang digunakan untuk memperhalus kata “cacat”, maka kata “ketunaan” dapat pula digunakan untuk memperhalus kata “kecacatan”. Oleh karena itu, kata istilah “penyandang ketunaan” cukup sesuai karena tetap menggambarkan keadaan yang sesungguhnya (kerusakan, kekurangan, atau kerugian sebagaimana arti hakikat kata tuna itu), tetapi tidak mengandung unsur merendahkan martabat. Lebih jauh istilah “tuna” juga sudah dikenal dan diterima secara luas, baik oleh penyadangnya maupun oleh masyarakat pada umumnya.12

“Penyandang ketunaan” berasal dari kata “tuna”, dari bahasa Jawa Kuno yang berarti rusak atau rugi. Penggunaan kata ini diperkenalkan pada awal tahun 1960-an sebagai bagian dari istilah yang mengacu pada kekurangan yang dialami oleh seseorang pada fungsi organ tubuhnya secara spesifik, misalnya istilah tunanetra salah satunya. Penggunaan istilah tuna ini pada awalnya dimaksudakan untuk memperhalus kata cacat demi tetap menghormati maratabat penyandangnya, tetapi dalam perkembangan selanjutnya kata tuna digunakan juga untuk membentuk istilah tunawisma, tunasusila dan tunalaras.

12<

Gambar

Foto wawancara dengan santri putra di Pesantren Raudhlatul Makfufin,  pada tanggal 9 Juli 2019
Foto wawancara dengan santri putra di Pesantren Raudhlatul Makfufin. pada  tanggal 9 Juli 2019
Foto kegiatan para santri menghafal Al-Qur`an di Kelas Menghafal, pada  tanggal  9 Juli 2019
Foto santri yang sedang menyetorkan hafalan Al-Qur`an kepada Ustadz  Nasrul, pada tanggal 9 Juli 2019
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) dalam peningkatan mutu hafalan Al-Qur ’ an, bu nyai memberikan keteladanan, pengawasan, dan pemberian motivasi, (2) hambatan yang

Menurut K.H Munhammir Malik “sesungguhnya setiap sesuatu memiliki hati (qalbun), mempunya inti”.. Barangsiapa yang membacanya maka dia seakan-akan telah membaca Al-Qur‟an

Mulai tahun 1926 sampai tahun 2015 bahṡul masâ`il telah menghasilkan 536 keputusan, dari jumlah itu terdapat 89 masalah yang merujuk kepada Al-Qur`an baik dengan dikutip

kitabah mensyaratkan para penghafal Al-Qur‟ an untuk menuliskan potongan ayat dengan tangannya sendiri di papan tulis, atau di atas kertas dengan pensil metode

Tujuan penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah: 1) Untuk mengetahui metode menghafal Al- Qur‟an pada santri putri studi kasus di Rumah Tahfidh Darul Ilmi

Malaikat dalam kisah Al-Qur‟an mempunyai peranan seperti manusia, dan bahkan sering datang dalam bentuk manusia biasa. Di sini orang baru mengetahui bahwa mereka itu

Maksud dari ayat ini adalah, andai mereka benar-benar beriman kepada Allah Swt, para Rasul dan Al- Qur‟an, pasti mereka tidak akan mengerjakan apa yang telah mereka perbuat itu,

Mulai tahun 1926 sampai tahun 2015 bahṡul masâ`il telah menghasilkan 536 keputusan, dari jumlah itu terdapat 89 masalah yang merujuk kepada Al-Qur`an baik dengan dikutip langsung maupun