• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN AL-QUR AN BRAILLE DIGITAL OLEH JAMAAH TUNANETRA DI YAYASAN RAUDLATUL MAKFUFIN SERPONG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGGUNAAN AL-QUR AN BRAILLE DIGITAL OLEH JAMAAH TUNANETRA DI YAYASAN RAUDLATUL MAKFUFIN SERPONG"

Copied!
143
0
0

Teks penuh

(1)

OLEH JAMAAH TUNANETRA

DI YAYASAN RAUDLATUL MAKFUFIN SERPONG

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh Syahrul Pebriandi NIM: 11140340000009

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)
(3)

OLEH JAMAAH TUNANETRA

DI YAYASAN RAUDLATUL MAKFUFIN SERPONG

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh Syahrul Pebriandi NIM: 11140340000009 Pembimbing Kusmana, M.A., Ph.D NIP. 19650424 199503 1 001

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(4)
(5)

v

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Syahrul Pebriandi

NIM : 11140340000009

Fakultas Program Studi : Ushuluddin Ilmu al-Qur’an dan Tafsir Judul Skripsi : Penggunaan Al-Qur’an Braille Digital Oleh Jamaah Tunanetra Di Yayasan Raudlatul Makfufin Serpong.

Dengan ini menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan asli karya saya sendiri yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya rujuk dalam penulisan skripsi ini telah saya cantumkan sumber kutipannya dalam skripsi sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Saya bersedia melakukan proses yang semestinya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku jika ternyata skripsi ini sebagian atau keseluruhan merupan plagiat dari karya orang lain.

Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya.

Jakarta, 20 Maret 2021

(6)
(7)

vii

Skripsi yang berjudul PENGGUNAAN AL-QUR’AN BRAILLE

DIGITAL OLEH JAMAAH TUNANETRA DI YAYASAN

RAUDLATUL MAKFUFIN SERPONG telah diujikan dalam Sidang

Munaqasyah Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 15 Desember 2020. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag) pada Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir.

(8)
(9)

ix ABSTRAK Syahrul Pebriandi

Penggunaan Al-Qur’an Braille Digital Oleh Jamaah Tunanetra Di Yayasan Raudlatul Makfufin Serpong

Skripsi ini membahas tentang penggunaan al-Qur’an Braille Digital oleh jamaah tunanetra di Yayasan Raudlatul Makfufin Serpong. Al-Qur’an braille digital merupakan salah satu bentuk mushaf digital dengan huruf braille yang memiliki audio yang memungkinkan bagi para tunanetra untuk dapat mempelajari al-Qur’an dan mendengar melalui lantunan suara dari beberapa qori’ yang terkenal, melakukan pencarian terhadap ayat-ayat dan surat-surat dalam Qur’an, mengetahui terjemah makna dan tafsīr ayat al-Qur’an yang telah terangkum dalam mushaf digital tersebut yang dikhususkan untuk para tunanetra. Hal yang membuat al-Qur’an braille digital menarik adalah bentuknya sangat simpel, praktis, mudah dibawa, dan dalam satu buku mencakup 30 juz. Oleh karena itu, al-Qur’an braille digital ini merupakan inovasi baru yang sangat dibutuhkan oleh para tunanetra untuk meningkatkan kualitas membaca al-Qur’an.

Tujuan dari studi ini adalah untuk mengungkap praktik tersebut agar dapat di share oleh lainnya dan berkontribusi pada wacana al-Qur’an braille digital. Dengan menggunakan metode deskriptif-analitik, studi ini meneliti bagaimana praktik penggunaan al-Qur’an braille digital tersebut oleh jamaah tunanetra di yayasan ini?.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, melalui proses observasi lapangan, wawancara, dan dokumentasi, ditemukan bahwa tunanetra menggunakan al-Qur’an braille digital untuk keperluan hafalan karena bisa diulang-ulang, untuk mengoreksi bacaan, untuk memahami terjemahan dan tafsīr ayat al-Qur’an dan mendengarkan murottal. Sehingga, mereka mendapatkan alat ini dapat menemukan banyak kemudahan dalam menggunakannya. Akan tetapi dalam penggunaannya para tunanetra tidak bisa lepas dari al-Qur’an braille biasa, karena faktanya al-Qur’an braille digital hanya untuk mengecek hafalan dan mengoreksi bacaan.

Kata kunci: Tunanetra, al-Qur’an Braille Digital, Yayasan Raudlatul

(10)
(11)

xi

Segala puji dan syukur bagi Allah Subḥānahu wa taʻālā. yang telah memberikan rahmat, taufik serta inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Salawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi kita semua yaitu Nabi Muhammad Ṣalla Allāh ʻalaihi wa sallam. Manusia utusan Allah, dengan perantaranya lah kita mendapat nikmat Iman dan Islam.

Teriring rasa syukur atas nikmat Allah Subhānahu wa ta‘āla, penulis dapat menyelesaikan penelitian skripsi ini dengan judul : “Penggunaan

Al-Qur’an Braille Digital Oleh Jamaah Tunanetra Di Yayasan Raudlatul Makfufin Serpong”. Penyusunan skripsi ini diajukan untuk memenuhi

sebagian persyaratan guna mencapai gelar Sarjana Agama (S.Ag) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak dapat terselesaikan tanpa dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada :

1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Lubis, MA. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta periode 2019-2024, yang telah memimpin dan mengelola penyelenggaraan pendidikan sebagaimana mestinya. 2. Dr. Yusuf Rahman, MA. Dekan Fakultas Ushuluddin Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta jajarannya yang telah mengkoordinir penyelenggaraan pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat di Fakultas.

3. Dr. Eva Nugraha, MA. Ketua program studi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir juga Dr. Fahrizal Mahdi, Lc., MIRKH, selaku Sekretaris program studi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir, yang selalu memfasilitasi, ikhlas, memberikan contoh yang baik dan tak pernah lelah memotivasi,

(12)

semoga Allah Subhānahu wa ta’āla membalas kebaikan beliau dan memberikan keberkahan.

4. Bapak Kusmana, M.A., Ph.D., selaku dosen pembimbing skripsi penulis yang telah memberikan banyak masukan, nasihat dan kemudahan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih banyak Bapak, tanpa Bapak skripsi ini tidak akan selesai. 5. Dr. Abdul Moqsith Ghazali, MA. Dosen pembimbing akademik yang

telah berkenan memberikan masukan dan meluangkan waktunya ditengah kesibukannya sebagai dosen.

6. Segenap jajaran dosen dan civitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu tanpa mengurangi rasa hormat, khususnya program studi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir yang ikhlas, tulus dan sabar untuk mendidik kami agar menjadi manusia yang berakhlak mulia dan berintelektual. 7. Pihak Yayasan Raudlatul Makfufin Serpong khususnya kepada Bapak Budi Santoso selaku Ketua Yayasan beserta jajarannya; Bapak Agus Hermanto selaku Ketua IKJAR, dan ke enam informan yang telah mengorbankan waktunya dalam membantu penulis dalam proses pengumpulan data di sana. Semoga segala perbuatan baiknya dibalas oleh Allah Subhānahu wa ta‘āla.

8. Orang tua yang selalu mendoakan tiada henti dan keluarga penulis yang senantiasa memberikan dukungan dan dorongan agar segera menyelesaikan skripsi ini. Khususnya untuk ibu yang sudah tiada, semoga skripsi ini menjadi hadiahmu di alam sana.

9. Istri tercinta dan tersayang Shopira Nur Azizah, S.Pd., dan keluarga, yang selalu menemani penulis, mendukung penulis, tiada lelah dan tiada henti. Semoga istri tercinta dan keluarga selalu diberikan

(13)

kesehatan, kekuatan, dan selalu berada dalam lindungan Allah Subhānahu wa ta‘āla.

10. Pihak Masjid Fatahillah Rempoa yang telah memfasilitasi penulis untuk melanjutkan kuliah ini hingga selesai.

11. Tarekat Idrisiyyah khususnya Dr. H. Irfan Budiono, MM., Luqman al-Hakim, S.Ag., Han Han Burhani, S.Pd.I yang telah memberikan semangat dan motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.

12. Sahabat penulis saudara M. Harar, S.Ag., yang telah membantu dan berbagi pengalaman dalam proses pengerjaan skripsi ini. Dengan keikhlasan dan rasa tolong menolong yang kuat dia ingin mengorbankan waktunya untuk membantu sahabatnya untuk sukses bersama. Terima kasih sahabat, semoga kebaikanmu dibalas oleh Allah Subhānahu wa ta‘āla.

13. Sahabat kuliah sekaligus keluarga kecil penulis yaitu Faris Fadil Yusuf, S.Ag., beserta istri dan keluarga, Suyudi Solehudin, S.H., Farhan Hidayat, S.H., yang telah menemani dan menghiasi masa-masa kuliah penulis dengan penuh kebahagiaan.

Akhir kata, semoga segala bentuk bantuan dan dorongan yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan pahala dari Allah subhānahu wa ta‘āla. Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat untuk para pembaca. Āmīn Yā Robbal ‘Ālamīn. Jazakumullāh Ahsanal jazā.

Jakarta, 6 November 2021

Syahrul Pebriandi NIM 11140340000006

(14)
(15)

xv

Referensi pedoman transliterasi yang dipakai penulis dalam skripsi ini adalah keputusan bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor: 158 tahun 1987 dan Nomor: 0543 b/u/1987, sebagai berikut:

1. Padanan Aksara

Berikut adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara latin:

Huruf

Arab Huruf Latin Keterangan

ا

Tidak

dilambangkan Tidak dilambangkan

ب

b be

ت

t te

ث

ṡ es (dengan titik diatas)

ج

j je

ح

ḥ ha (dengan titik dibawah)

خ

kh ka dan ha

د

d de

ذ

ż zet (dengan titik diatas)

(16)

ز

z zet

س

s es

ش

sy es dan ye

ص

ṣ es (dengan titik dibawah)

ض

ḍ de (dengan titik dibawah)

ط

ṭ te (dengan titik dibawah)

ظ

ẓ zet (dengan titik dibawah)

ع

ʻ Koma terbalik di atas hadap kanan

غ

gh ge dan ha

ف

f ef

ق

q qi

ك

k ka

ل

l el

مـ

m em

ن

n en

(17)

و

w we

ه

h ha

ء

` apostrof

ي

y ye

2. Vokal

Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal tunggal atau monoton dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal tunggal, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:

Tanda Vokal

Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

ـَــ a Fatḥah

ـِــ i Kasrah

ـُــ u Ḍammah

Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:

Tanda Vokal

Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

ي ـَــ ai a dan i

(18)

3. Vokal Panjang

Ketentuan alih aksara vokal panjang (maddah), yang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:

Tanda Vokal

Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

اَى ā a dengan garis di atas

يِى ī i dengan garis di atas

وُى ū u dengan garis di atas

4. Kata Sandang

Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan huruf, yaitu dialihaksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti huruf syamsiah maupun huruf kamariah. Contoh: al-rijāl bukan ar-rijāl, al-dīwān bukan ad-dīwān.

5. Syaddah (Tasydīd)

Syaddah atau tasydīd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda (ـّــ) dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiah.

Misalnya, kata (

ةروﺮﻀﻟا

) tidak ditulis ad-darūrah melainkan al-darūrah.

6. Ta Marbūṭah

Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbūṭah terdapat pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf [h] (lihat contoh 1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku jika ta marbūṭah tersebut diikuti oleh kata sifat (na‘t) (lihat contoh 2). Namun, jika

(19)

huruf ta marbūṭah tersebut diikuti kata benda (ism), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf [t] (lihat contoh 3).

No Kata Arab Alih Aksara

1

ﺔﻘ

ﺮط

Ṭarīqah

2

ﯿ

ﻣﻼﺳﻹا ﺔﻌﻣﺎﻟﺠا

al-Jāmī‘ah al-Islāmiyyah

3

دﻮﺟﻮﻟا ةﺪﺣو

Wahdat al-wujūd

7. Huruf Kapital

Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam alih aksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan, dengan mengikuti ketentuan yang berlaku dalam Ejaan Bahasa Indonesia (EBI), antara lain untuk menuliskan permulaan kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri, dan lain-lain. Jika nama diri didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya. Contoh: Abū Ḥāmid al-Ghazālī bukan Abū Ḥāmid Al-al-Ghazālī, al-Kindi bukan Al-Kindi.

Beberapa ketentuan lain dalam EBI sebetulnya juga dapat diterapkan dalam alih aksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring (italic) atau cetak tebal (bold). Jika menurut EBI, judul buku itu ditulis dengan cetak miring, maka demikian halnya dalam alih aksaranya, demikian seterusnya.

Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang berasal dari dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan meskipun akar katanya berasal dari bahasa Arab. Misalnya ditulis Abdussamad al-Palimbani, tidak ‘Abd al- Samad al-Palimbānī; Nuruddin al-Raniri, tidak Nūr al-Dīn al-Rānīrī.

(20)

8. Cara Penulisan Kata

Setiap kata, baik kata kerja (Fi‘il), kata benda (Ism), maupun huruf (Ḥarf) ditulis secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih aksara atas kalimat-kalimat dalam bahasa Arab, dengan berpedoman pada ketentuan-ketentuan di atas.

Kata Arab Alih Aksara

ُذﺎَتْﺳُلأا َبَهَذ

Żahaba al-ustāżu

ُﺮْﺟَلأا َتَبَ ث

Ṡabata al-ajru

ﺔَّيِﺮْصَﻌﻟا ﺔَكَﺮَلحا

al-Ḥarakah al-‘aṣriyyah

الله َّلَِإ َهﻟِإ َلَ ْنَأ ُﺪَهْشَأ

Asyhadu an lā ilāha illā Allāh

حِﻟﺎَصﻟا كِﻟﺎَﻣ َنَ َلَْﻮَﻣ

Maulānā Mālik al-Ṣāliḥ

الله ُمُكُﺮِ ثَؤُ ي

Yu’aṡṡirukum Allāh

تاَرْﻮُظْحَلما ُحْيِبُت ةَرْوُﺮَّﻀﻟا

al-Ḍarūrah tubīḥu al-maḥẓūrāt Penulisan nama orang harus sesuai dengan tulisan nama diri mereka. Nama orang berbahasa Arab tetapi bukan asli orang Arab tidak perlu dialihaksarakan. Contoh: Nurcholish Madjid, bukan Nūr Khālis Majīd; Mohamad Roem, bukan Muhammad Rūm; Fazlur Rahman, bukan Fazl al-Rahmān.

(21)

9. Singkatan

Huruf Latin Keterangan

Swt. Subḥānahu wa taʻālā

Saw. Ṣalla Allāh ʻalaihi wa sallam

As. ʻAlaihi al-Salām

Q.S. al-Qur’an surat

H.R. Hadis Riwayat

M. Masehi

H. Hijriyah

(22)
(23)

xxiii

PENGESAHAN PEMBIMBING... iii PERNYATAAN KEASLIAN... v PENGESAHAN SIDANG MUNAQASYAH... vii ABSTRAK ... ix KATA PENGANTAR ... ix PEDOMAN TRANSLITERASI ... xv DAFTAR ISI... xxiii DAFTAR TABEL... xxvii DAFTAR GAMBAR... xxix DAFTAR LAMPIRAN... xxxi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1 B. Identifikasi, Rumusan dan Batasan Masalah ... 9 C. Tujuan dan Manfaat ... 10 D. Kajian Pustaka ... 11 E. Metodologi Penelitian ... 15 F. Sistematika Penulisan ... 20

BAB II SEJARAH PERKEMBANGAN AL-QUR’AN

A. Sejarah Al-Qur’an ... 23 1. Sejarah Penurunan Al-Qur’an ... 24 2. Sejarah Pengumpulan Al-Qur’an ... ... 25 3. Sejarah Penyempurnaan Al-Qur’an ... 31 B. Al-Qur’an Braille ... 34

(24)

1. Pengertian Al-Qur’an Braille ... 34 2. Sejarah Al-Qur’an Braille... 35 3. Sejarah Al-Qur’an Braille Di Indonesia ... 38 C. Al-Qur’an Braille Digital ... 40 1. Simbolisasi Al-Qur’an Braille Digital ... ... 41 2. Pena Al-Qur’an Braille Digital ... ... 45

BAB III YAYASAN RAUDLATUL MAKFUFIN SERPONG

A. Profil Yayasan Raudlatul Makfufin Serpong ... 49 B. Struktur Organisasi ... 54 C. Program Kerja ... 55 D. Kegiatan Sehari-hari ... 58 E. Profil Informan ... 62

BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA

A. Motivasi Belajar ... 67 1. Belajar Al-Qur’an Braille... 67 2. Belajar Al-Qur’an Braille Digital... 69 B. Praktik Penggunaan ... 71 1. Penggunaan Al-Qur’an Braille... 71 2. Penggunaan Al-Qur’an Braille Digital... 74 3. Intensitas Penggunaan Al-Qur’an Braille Dan Al-Qur’an

Braille Digital... 75 C. Dampak Penggunaan Al-Qur’an... 78 1. Dampak Langsung... 78 2. Dampak Tidak Langsung... 80

D. Relevansi Penggunaan Al-Qur’an Braille Digital Dalam Wacana Al-Qur’an Bagi Tunanetra... 81

(25)

BAB V PENUTUP

A. Simpulan ... 85

B. Saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA

(26)
(27)

xxvii DAFTAR TABEL

1. Tabel 2.2: Simbol Braille Arab... . 41 2. Tabel 2.4: Fitur dan Fungsi Pena Al-Qur’an Braille Digital ... 46 3. Bagan 3.1: Struktur Pengurus Yayasan ... 55 4. Tabel 3.2: Tabel Jadwal Kegiatan Harian ... 58

5. Tabel 3.3: Tabel Jadwal Kegiatan Mingguan ... 59 6. Tabel 3.4: Tabel Jadwal Kegiatan Bulanan ... 61 7. Tabel 3.5: Tabel Jadwal Kegiatan Tahunan ... 61 8. Tabel 3.6: Tabel Identitas Informan ... 63

(28)
(29)

xxix

1. Gambar 2.1: Susunan Titik Pada Simbol Braille... 35

(30)
(31)

xxxi

Lampiran 1

➢ Lampiran Pedoman Wawancara Lampiran 2

➢ Surat Izin Penelitian Lampiran 3

➢ Surat Keterangan Penelitian Dari Yayasan Raudlatul Makfufin Serpong

Lampiran 4

➢ Daftar Nama-nama Jamaah IKJAR Lampiran 5

(32)
(33)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia pertama kali berada di dunia melalui perut ibunya tidaklah mengetahui sesuatu apa pun (lā ta‘lamūna syaian). Ia dibekali oleh Allah berupa alat pendengaran (al-Sam‘a), penglihatan (al-Abṣār), dan hati nurani (al-Af’idah) agar bisa memahami; bagaimana menjalani kehidupan di dunia.1 Sayangnya, tidak sedikit di antara kita yang dapat mensyukuri dan memanfaatkan ketiga anugerah itu dengan baik dan benar. Ada seseorang yang dilahirkan utuh, sehat dan normal (baik secara jasmani maupun rohani) tapi ketika ia beranjak dewasa dibilang buta, tuli dan tidak peka terhadap situasi di sekelilingnya. Ada juga sebaliknya, seseorang dilahirkan cacat atau difabel (baik secara fisik maupun mental) tetapi ketika di dunia kemampuannya mengalahkan orang-orang yang normal. Dua fenomena tersebut memang dilema, tapi bagaimanapun juga, dunia yang kita nikmati sekarang ini – dengan berbagai fasilitas yang ada – lebih banyak diperuntukkan dan diuntungkan bagi mereka yang normal secara jasmani maupun rohani. Sementara mereka yang tergolong difabel masih termarginalkan.

Jose Saramago dalam novelnya, Blindness, memberikan salah satu pesan yang sangat berharga; “I don’t think we did go blind, I think we are blind, Blind but seeing, Blind people who can see, but do not see.”2 Bagi

kita yang dilahirkan dengan mata awas, harus kita akui bahwa kita ‘buta’

1Qs. al-Nahl/16:78.

(34)

terhadap sesuatu hal yang tidak atau belum kita tahu, yang tidak kita alami dan yang tidak kita rasakan. Salah satu alat yang mampu membantu manusia untuk memahami apa yang tidak kita tahu adalah ‘melihat’ melalui mata. Dunia yang kita tempati sekarang ini – sebagai sebuah warisan peradaban manusia-manusia sebelumnya – tiada lain berkat adanya manusia yang memiliki Indera penglihatan dengan sangat baik. Faktanya, teknologi yang semakin memudahkan aktivitas manusia lebih diperuntukkan bagi mereka yang punya mata awas. Hadirnya teknologi pun tidak luput dari mereka yang penglihatannya bagus dalam melihat dunia. Sehingga tidak heran, adanya produk-produk buatan manusia lebih diuntungkan bagi mereka yang matanya normal. Sedangkan bagi mereka yang tunanetra, mereka berpikir keras bagaimana caranya agar mereka bisa bertahan hidup dengan kondisi serba keterbatasan. Baik dalam kehidupan sehari-hari, ekonomi, termasuk pendidikannya.

Dilansir dalam situs WHO (World Healty Organization) bahwa diperkirakan 180 juta orang di seluruh dunia mengalami gangguan penglihatan, dari jumlah tersebut sekitar 40 sampai 45 juta orang buta. Disebabkan oleh pertumbuhan populasi dan penuaan.3 Kemudian data orang buta se-Asia Tenggara diperoleh dari situs The International Agency for the Prevention of Blindness (IAPB) diperkirakan di tahun 2020 terdapat 96 juta orang mengalami gangguan penglihatan dan 6 juta orang mengalami kebutaan.4 Sedangkan data orang buta di Indonesia yaitu Pada tahun 2020, diperkirakan ada 35 juta orang yang mengalami gangguan penglihatan dan dari jumlah tersebut, 3,7 juta orang mengalami kebutaan dan sebagian besar tunanetra Muslim. Artinya tunanetra Muslim di Indonesia saat ini masih

3 Data orang buta di seluruh dunia. Lihat

https://www.who.int/news/item/10-10-2002-world-sight-day-10-october.

4 Data orang buta di Asia Tenggara. Lihat

(35)

sangat banyak.5 Hal ini seharusnya menjadi tugas kita bersama supaya jumulah tunanetra Muslim ini dapat berkurang. Tentunya harus ada langkah-langkah preventif dari semua pihak, khususnya di bidang kesehatan mata. Selain itu, kita juga harus mencari cara agar kehidupan tunanetra ini bisa berjalan beriringan dengan mereka yang awas, baik dari segi berekonomi, sosial, khususnya dalam bidang pendidikan. Karena banyak tunanetra yang putus sekolah, disebabkan kondisi ekonomi yang memprihatinkan, jauh dari ilmu-ilmu keagamaan, terutama dalam mempelajari al-Qur’an. mereka memerlukan pembelajaran dan al-Qur’an khusus untuk bisa mempelajari dan membacanya. Terlebih mereka tunanetra di usia dewasa, harus beradaptasi dengan al-Qur’an yang khusus untuk tunanetra.

Dalam mempelajari al-Qur’an, para tunanetra Muslim memerlukan

al-Qur’an khusus yaitu al-Qur’an Braille. Al-Qur’an braille adalah al-Qur’an yang dirancang khusus bagi para penyandang tunanetra dengan

huruf braille Arab timbul yang terdiri dari enam titik, dua titik berlajur ke samping dan tiga titik berlajur dari atas ke bawah, sehingga para tunanetra Muslim membaca al-Qur’an braille ini dengan cara disentuh. Adapun fungsi al-Qur’an braille adalah agar para tunanetra dapat membaca al-Qur’an sebagaimana orang normal membacanya, sehingga tidak ada kesulitan lagi bagi para tunanetra untuk membaca kalam Allah Swt. dengan adanya al-Qur’an braille tersebut. Hal ini merupakan pembuktian kepada masyarakat awas bahwa tunanetra juga mempunyai kemampuan dan keterampilan membaca al-Qur’an selayaknya orang awas. Namun dalam penggunaannya tidak sedikit para tunanetra merasa kesulitan membaca dengan al-Qur’an braille yang ada, karena bentuknya yang besar, tebal dan

5 Data orang buta di Indonesia. Lihat

(36)

satu buku hanya untuk satu juz saja, sehingga ketika digunakan sangat tidak efisien. Oleh karena itu, pada tahun 2014 ada segelintir orang yang

memikirkan bagaimana caranya para tunanetra ini dapat membaca al-Qur’an dengan lebih mudah dan praktis. Akhirnya, mereka

memanfaatkan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi ini untuk menciptakan inovasi baru, terobosan baru dan produk baru, agar kemajuan teknologi ini tidak hanya dirasakan oleh mereka yang hidup normal, akan tetapi bisa dimanfaatkan juga oleh mereka yang difabel khususnya tunanetra.

Inovasi baru tersebut ialah al-Qur’an braille digital yang dikenalkan oleh Yayasan Syekh Ali Jaber Indonesia.6 Akan tetapi untuk proses

pencetakan al-Qur’an ini masih belum bisa dilakukan oleh Yayasan Syekh Ali Jaber sendiri, sehingga proses pencetakan masih dilakukan di Malaysia sesuai pemesanan.7 Pihaknya mengklaim al-Qur’an braille digital ini tidak

hanya pertama kali di Indonesia melainkan pertama kali di Dunia. Al- Qur’an braille digital ini sangat sederhana dalam menu dan pilihan, ada

pilihan qori‘ dan ayat-ayat tertentu dengan terjemahannya atau bisa juga memilih surat-surat tertentu mulai surat al-Baqarah sampai al-Nās. Hal ini merupakan janji Allah Swt. yang menjanjikan kemudahan al-Qur’an bagi Ahlul al-Qur’an. Jika dibandingkan dengan al-Qur’an braille yang asli, dari segi ukuran yang lebih besar dan lebih banyak jumlah halaman dalam satu

6 Over The Top Digital Beyond TV, “Yayasan Ali Jaber Indonesia Wakaf

al-Qur’an Braille Digital,” Diakses, 5 Juli 2014,

https://www.youtube.com/watch?v=VQyzjS9nonU

7Agung Sasongko, “Alquran Braille Digital Mudahkan Tuna Netra Hafal Alquran,”

Diakses, 29 Oktober 2017 jam 23:00 WIB,

https://www.republika.co.id/berita/oylco4313/alquran-braille-digital-mudahkan-tuna-netra-hafal-alquran

(37)

juz, maka al-Qur’an braille digital ini lebih ringan dibawa, mudah di praktikan dan isinya pun 30 juz.8

Al-Qur’an Braille Digital adalah salah satu bentuk model al-Qur’an digital dengan huruf braille yang memiliki audio yang memungkinkan bagi para tunanetra untuk dapat mempelajari al-Qur’an dan mendengar melalui lantunan suara dari beberapa qori‘ yang terkenal, melakukan pencarian terhadap ayat-ayat dan surat-surat dalam al-Qur’an, mengetahui terjemah makna dan tafsīr yang telah terangkum dalam mushaf digital tersebut yang dikhususkan untuk para tunanetra.9

Setelah peluncuran al-Qur’an braille digital, banyak sekali yang memberikan dukungan untuk terus digencarkan, dan berharap al-Qur’an braille digital ini banyak diproduksi. Sehingga pihak yayasan pun membuat sebuah program yaitu “Wakaf 1000 Al-Qur’an Braille Digital”, program ini tujuannya agar para tunanetra dapat menggunakannya dan dapat memperolehnya secara gratis. Melalui program ini banyak para tokoh, ulama, pejabat negara, sampai artis yang memberikan apresiasi penilaian yang positif, di antaranya yaitu Ustaz Abī Maki seorang ulama, menurut beliau “al-Qur’an braille digital ini merupakan sebuah penemuan yang sangat luar biasa, dan pastinya ini merupakan satu hal yang ada di jalan Allah karena digunakan untuk memajukan syiar Islam”.10

Kemudian H. Marzuki Alie, SE., MM.,11 menurut beliau: “wakaf al-Qur’an braille digital ini sangat baik, ini akan memberikan kesempatan

8 Over The Top Digital Beyound TV, “Yayasan Ali Jaber Indonesia Wakaf Al-

Qur’an Braille Digital”. Diakses, 5, Juli 2014, https://www.youtube.com/watch?v=VQyzjS9nonU.

9Syekh Ali Jaber Jakarta Indonesia, Selayang Pandang Yayasan Syekh Ali Jaber

(Jakarta: 2017), 16.

10 Syekh Ali Jaber, “Yayasan Ali Jaber Indonesia Wakaf Al-Qur’an Digital Braille

Testimoni,” Diakses, 24 Juni, 2014, https://www.youtube.com/watch?v=wN-ZmgagD2g

(38)

dan juga memberikan bantuan kepada saudara-saudara kita yang belum mampu untuk belajar al-Qur’an karena keterbatasan fisik yang mereka alami.”12 Dan Irfan Hakim seorang Artis menurut beliau :

“al-Qur’an diturunkan oleh Allah Swt. untuk manusia walaupun demikian banyak sekali saudara-saudara kita yang dilahirkan dengan berbagai macam keterbatasan, ada yang keterbatasan berjalan, keterbatasan pendengaran dan juga keterbatasan melihat. Tapi semua orang pun harus tersentuh dengan indahnya al-Qur’an. Pernah ada al-Qur’an braille yang bisa dibaca dengan disentuh tapi tebal sekali, kali ini ada Qur’an luar biasa, ditemukan oleh Syekh Ali Jaber, al-Qur’an khusus untuk teman-teman kita yang tunanetra lebih tipis dan juga dilengkapi dengan pulpen yang ajaib, karena bisa ditentukan dan bisa langsung terdengar ayat-ayat suci al-Qur’an yang bisa memaksimalkan indra pendengaran para tunanetra, in Syaa Allah dengan al-Qur’an khusus tunanetra ini yang dilengkapi dengan pulpen ajaib dengan suara di dalamnya bisa mempermudah teman-teman kita yang tunanetra untuk bersama-sama menghafal al-Qur’an dan juga lebih mencintai al-Qur’an dan menjadikan al-Qur’an sebagai pedoman hidup semua manusia termasuk teman-teman kita yang tunanetra.13

Program ini dilakukan secara masif sampai sekarang, pihak yayasan

masih terus menggalang dana dan mencari donatur untuk membeli al-Qur’an braille digital dan mewakafkannya ke para tunanetra baik secara

individu maupun lembaga. Salah satu lembaga yang menerima wakaf al-Qur’an braille digital tersebut yaitu Yayasan Raudlatul Makfufin Serpong. Yayasan Raudlatul Makfufin sudah berdiri sejak 26 November 198314 sudah 37 tahun yayasan ini berdiri, yayasan ini merupakan tempat

berkumpulnya para tunanetra Muslim dalam rangka mengikuti proses pembelajaran yang lebih fokus pada ilmu pengetahuan Islam dan ilmu

12 Syekh Ali Jaber, “Yayasan Ali Jaber Indonesia Wakaf Al-Qur’an Digital Braille

Testimoni,” Diakses, 24 Juni, 2014, https://www.youtube.com/watch?v=wN-ZmgagD2g.

13 Syekh Ali Jaber, “Yayasan Ali Jaber Indonesia Wakaf Al-Qur’an Digital Braille

Testimoni,” Diakses, 24 Juni, 2014, https://www.youtube.com/watch?v=wN-ZmgagD2g.

(39)

al-Qur’an, karena banyak potensi yang dimiliki oleh para tunanetra. Sehingga yayasan ini di dirikan untuk mengakomodir seluruh bakat dan minat para tunanetra agar senantiasa menuntut ilmu pengetahuan Islam. Yayasan Raudlatul Makfufin sangat fokus dalam memberikan pembinaan keislaman dan meningkatkan kesejahteraan tunanetra Muslim, sehingga dapat menyelenggarakan kegiatan-kegiatan pendidikan sampai saat ini.15

Setiap inovasi tentunya ingin memberikan kemanfaatan yang maksimal bagi penggunanya, oleh karena itu menurut penulis ide dan inovasi Syekh Ali Jaber sangat brilian, karena ada seorang yang diberi kesempurnaan oleh Allah Swt. memberikan perhatian khusus kepada saudara kita yang memiliki keterbatasan melihat/tunanetra, pada akhirnya dapat menciptakan terobosan baru yaitu al-Qur’an braille digital, mudah dibawa dan mudah digunakan. Tentu hal ini kabar yang sangat menggembirakan bagi para tunanetra, karena mereka tidak perlu membawa al-Qur’an braille yang biasa mereka gunakan, dari segi ukuran yang cukup besar dan tebal. Kini mereka cukup membawa al-Qur’an braille digital yang ringkas dan mudah digunakan. Namun, apakah yang diharapkan oleh Yayasan Syekh Ali Jaber ini dapat benar-benar dirasakan oleh para tunanetra Muslim?.

Untuk mendapatkan jawaban tersebut, penulis tertarik untuk melakukan sebuah penelitian tentang penggunaan al-Qur’an braille digital ini, karena sejauh pengetahuan penulis belum menemukan kajian tentang penggunaan al-Qur’an braille digital, dari beberapa penelusuran penulis terkait al-Qur’an braille, kebanyakan fokus kepada metode pengajaran al-Qur’an braille untuk tunanetra. Oleh sebab itu penulis sebagai mahasiswa

15 Budi Santoso (Ketua Yayasan Raudlatul Makfufin Serpong), diwawancarai oleh

(40)

ilmu al-Qur’an dan tafsir tertarik untuk meneliti dengan harapan al-Qur’an braille digital benar-benar dapat dirasakan kemanfaatannya secara maksimal di masa yang akan datang. Lebih jauh lagi dengan melakukan penelitian ini penulis mengharapkan bisa menemukan inovasi baru yang bisa dimasukkan menjadi sumber referensi bagi semua kalangan, sehingga selanjutnya al-Qur’an braille digital ini bisa menjadi lebih relevan dan kompatibel untuk para tunanetra. Adapun latar belakang penelitian ini dilakukan di Yayasan Raudlatul Makfufin Serpong yaitu: Pertama, ketika penulis magang di Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an penulis mendapatkan rekomendasi dari salah satu petugas pentashihan mushaf al-Qur’an Braille yaitu Bapak Ahmad Jaeni selaku koordinator pentashihan mushaf al-Qur’an Braille. Menurut beliau patut dilakukan penelitian terkait al-Qur’an braille digital ini.

Kedua, yayasan Raudlatul Makfufin Serpong ini sudah berdiri lama

dan benar-benar fokus dan konsisten untuk memberikan pengajaran al-Qur’an dan ilmu pengetahuan Islam, bahkan yayasan ini sudah bisa

mencetak komputerisasi al-Qur’an braille, yang nantinya dibagikan ke jamaah dan lembaga lain yang membina para tunanetra. Ketiga, lokasi yayasan ini tidak jauh dari kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sehingga dapat memudahkan peneliti untuk melakukan penelitian agar lebih efektif dan efisien. Oleh karena itu, penulis berharap dengan adanya penelitian yang berjudul: “Penggunaan Al-Qur’an Braille Digital Oleh

Jamaah Tunanetra di Yayasan Raudlatul Makfufin Serpong” ini dapat

menjawab persoalan yang ada terkait penggunaan al-Qur’an braille digital oleh para tunanetra, serta bermanfaat dan menambah wawasan keilmuan dalam bidang ilmu al-Qur’an, baik untuk kalangan akademik maupun untuk umum atau masyarakat luas, terutama untuk memotivasi kita yang diberikan

(41)

kesempurnaan oleh Allah Swt. untuk lebih peduli lagi kepada saudara kita yang diberikan keterbatasan oleh Allah Swt.

B. Identifikasi, Perumusan dan Pembatasan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Beberapa masalah yang dapat teridentifikasi dari latar belakang di atas adalah:

a. Dalam perspektif para penggunanya, al-Qur’an braille digital ini apakah betul-betul cocok dan nyaman digunakan, serta memiliki manfaat bagi literasi mereka?.

b. Al-Qur’an braille digital ini begitu masif dipromosikan dan banyak masyarakat yang ikut mendonasikan dananya. Namun terdapat promosi yang kurang tepat dengan menganggap al-Qur’an braille digital ini satu-satunya media yang dapat memudahkan para tunanetra dalam mengakses al-Qur’an dengan kemasan yang lebih praktis, portabel, sehingga menganggap tidak perlu lagi mushaf al-Qur’an braille yang berjilid-jilid.

c. Kehadiran al-Qur’an braille digital secara masif ini apakah berdampak kepada tingkat literasi terhadap al-Qur’an braille?. 2. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, maka penulis memilih masalah poin pertama. Masalah tersebut penulis rumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana penggunaan al-Qur’an braille digital oleh jamaah tunanetra di Yayasan Raudlatul Makfufin Serpong?

2. Apa relevansi penelitian penggunaan al-Qur’an braille digital ini dalam wacana penggunaan al-Qur’an oleh Tunanetra?

(42)

3. Pembatasan Masalah

Penelitian ini akan menjelaskan tentang pendapat para jamaah tunanetra di Yayasan Raudlatul Makfufin Serpong dalam menggunakan al-Qur’an braille digital, dan juga relevansi penelitian ini terhadap wacana penggunaan al-Qur’an oleh tunanetra. Penulis membatasi penelitian ini hanya kepada jamaah yang aktif mengikuti kajian setiap minggunya dan juga memiliki dan menggunakan al-Qur’an braille digital minimal satu tahun.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami proses penggunaan al-Qur’an braille digital oleh jamaah tunanetra di Yayasan Raudlatul Makfufin Serpong dan juga membagikan pentingnya relevansi penggunaan al-Qur’an braille digital dalam wacana al-Qur’an bagi para tunanetra. Dan untuk memnuhi syarat kelulusan program S1 Fakultas Ushuluddin, Jurusan Ilmu al-Qur’an dan Tafsir, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam memperoleh gelar S.Ag. (Sarjana Agama).

2. Manfaat Penelitian a. Bagi Peneliti

Penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman peneliti mengenai penggunaan al-Qur’an braille digital dan relevansinya bagi tunanetra. Sehingga penelitian ini akan menambah wawasan dan pengalaman peneliti yang dilakukan di Yayasan Raudlatul Makfufin Serpong.

b. Bagi Yayasan

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi yang lebih bermanfaat lagi bagi yayasan terkait penggunaan al-Qur’an braille digital

(43)

ini dijadikan bahan pertimbangan dan evaluasi terhadap penggunaan al-Qur’an braille digital.

c. Bagi Lembaga-lembaga Terkait

Penelitian ini diharapkan mampu membawa wawasan praktis bagi pihak-pihak terkait khususnya penerbit dalam bidang al-Qur’an braille digital. Sehingga penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk senantiasa mengembangkan al-Qur’an braille digital ini, agar lebih maksimal bagi para penggunanya.

D. Kajian Pustaka

Kajian pustaka merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah penelitian, karena kajian pustaka ini menyajikan berbagai hasil penelitian yang sudah dilakukan, nantinya akan menjadi bahan acuan bagi seseorang untuk meneliti. Ada beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan Quran Braille yaitu diantara-Nya:

Penelitian pertama, skripsi yang ditulis oleh Asep Saepudin dari Universitas Muhammadiyah Surakarta pada tahun 2011.16 Skripsi ini menggunakan metode kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa al-Qur’an braille merupakan sistem tulisan braille yang sudah dikonversikan ke dalam kode tulisan Arab yang digunakan oleh para tunanetra. Penelitian ini juga menjelaskan proses, metode, serta kendala yang di hadapi oleh para siswa MTs Yaketunis dalam kegiatan belajar mengajar. Untuk proses pembelajaran tidak berbeda jauh seperti orang awas hanya saja yang membedakannya yaitu abjad arab yang ditulis dengan kode-kode braille. Metode yang digunakan yaitu metode ceramah, metode tanya jawab, metode dril, metode pemberian tugas dan metode tutor sebaya.

16 Asep Saepudin, “Implementasi Pembelajaran Al-Qur’an Braille Pada Siswa

Kelas 1 di MTS Yayasan Kesejahteraan Tuna Netra Islam Yogyakarta Tahun 2010-2011” (Skripsi S1., Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2011).

(44)

Sedangkan untuk hambatannya diantara-Nya sarana dan prasarana yang masih minim, terutama buku panduan guru dan siswa, serta pengajar yang secara kuantitas masih kurang.

Penelitian kedua, skripsi yang di tulis oleh Nelly Umama17 dari Universitas Islam Negeri Walisongo pada tahun 2015. Penelitian ini menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Selanjutnya, data dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif analisis yaitu dengan mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian, atau memusatkan perhatian pada masalah-masalah aktual dalam suatu obyek pada saat penelitian dilaksanakan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran al-Qur’an pada peserta didik tunanetra SMPLB Negeri Semarang memiliki kesamaan dengan pembelajaran al-Qur’an pada umumnya.

Penelitian ketiga, skripsi yang di tulis oleh Hadyan Pramudita (1201411032)18 dari Universitas Negeri Semarang pada tahun 2015. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dengan subyek penelitian berjumlah 7 orang yaitu 3 warga belajar, 3 orang penanggung jawab program pemberdayaan, dan 1 orang pengelola/ketua Yayasan Pondok Pesantren Sahabat Mata. Hasil penelitian ini adalah proses pembelajaran terdapat tiga tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan. Sedangkan proses pemberdayaan pembelajaran belum sepenuhnya berjalan dengan lancar. Adapun indikator dalam proses pembelajaran yaitu program

17 Nelly Umama, “Pembelajaran Al-Qur’an pada Peserta Didik Tunanetra di

SMPLB Negri Semarang Tahun Pelajaran 2014/2015” (Skripsi S1., Universitas Islam Negri Walisongo, 2015).

18 Hadyan Pramudita, “Pemberdayaan Penyandang Tunanetra Melalui Pendekatan

Pendidikan Nonformal (Studi Kasus di Pondok Pesantren Tahfidz al-Qur’an Khusus Tunanetra Desa Jatisari Kecamatan Mijen Kabupaten Semarang)” (Skripsi S1., Universitas Negeri Semarang, 2015).

(45)

al-Qur’an braille pada pengelolaan warga belajar, program al-Qur’an digital, dan pijat refleksi.

Penelitian ke empat, skripsi yang di tulis oleh Ahmad Saifudin (02530986)19 dari Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta pada tahun 2007. Penelitian ini bersifat kualitatif dan berdasarkan data lapangan dengan pendekatan sejarah. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penulisan al-Qur’an braille di Indonesia di mulai pada tahun 1959 oleh H. Abdullah Yatim (Bandung). Akan tetapi secara kelembagaan yang pertama kali menyusun yaitu Yayasan Kesejahteraan Tunanetra Islam (Yaketunis) Yogyakarta. Selain mengungkap sejarah al-Qur’an braille di Indonesia skripsi ini juga mengungkap kaidah penyusunan al-Qur’an braille di Indonesia yang ditulis menggunakan huruf Arab braille, di tulis dari arah kiri ke kanan.

Penelitian ke lima, skripsi yang di tulis oleh Beny Abdurrahman (10502241027)20 dari Universitas Negeri Yogyakarta pada tahun 2014. Penelitian ini lebih kepada media yang di gunakan para siswa sebagai media pembelajaran. Penelitian ini menggunakan metode Reasearch and Devlopment. Penelitian ini menghasilkan data validasi media pembelajaran memperoleh validitas dengan persentase 89,32%, kategori sangat layak. Tingkat validitas konstruksi memperoleh tingkat validitas dengan persentase 90,96%, kategori sangat layak. Dan Uji pemakaian oleh siswa mendapatkan hasil sebesar 84,53% dengan kategori sangat layak.

19 Ahmad Saifudin, “Al-Qur’an Braille (Sejarah dan Kaidah Penulisan Al-Qur’an

Braille di Indonesia)” (Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2007).

20 Beny Abdurrahman, “Media Pembelajaran Huruf Latin dan Hijaiyyah Braille

dengan Output Suara Untuk Siswa Tunanetra di SLB Yaketunis Yogyakarta” (Skripsi S1., Universitas Negeri Yogyakarta, 2014).

(46)

Penelitian ke enam, skripsi yang di tulis oleh Winih Sri21 dari Sekolah Tinggi Agama Islam Ponorogo pada tahun 2016. Skripsi yang terdiri dari lima bab ini menghasilkan tiga problematik dalam pembelajaran hafalan al-Qur’an pada anak tunanetra yaitu kesulitan anak dalam meraba, intelegensi anak yang tidak berjalan (lemah), dan sifat malas yang ada pada anak. Sehingga penulis skripsi ini memberikan solusi dari problematik tersebut yaitu dengan menekankan kepada anak tentang cara membaca, cara membaca, dan cara menghafal.

Namun terkait Yayasan Raudlatul Makfufīn penulis menemukan skripsi yang berjudul Analisis SWOT penerbitan al Quran Braille di Yayasan Raudlatul Makfufīn Tangerang Selatan karya Widhia Oktaferiyanti. Ia melakukan penelitian ini, pertama, untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman penerbitan al-Qur’an Braille di Yayasan Raudlatul Makfufīn. Kedua, untuk mengetahui strategi yang dapat diterapkan Yayasan Raudlatul Makfufīn dalam penerbitan al-Qur’an Braille.

Sehingga hasil dari penelitiannya yaitu kelebihan penerbitan al-Qur’an Braille di Yayasan Raudlatul Makfufīn adalah unggul dalam segi

teknologi, menjadi rujukan al-Qur’an Braille di Indonesia, pelayanan yang baik, dan mendapatkan tanda tashih dari Kementerian Agama Republik Indonesia. Kelemahannya yaitu, alat percetakan belum mencukupi, kurangnya kegiatan sosialisasi, kendala dalam mendapatkan dana, dan SDM yang belum memadai.

Berdasarkan penelitian terdahulu di atas, penelitian terdahulu lebih kepada metode pengajaran al-Qur’an braille di sebuah lembaga formal maupun non formal, dan itu dilakukan oleh lulusan studi pendidikan agama

21 Winih Sri, “Implementasi Pembelajaran Hafalan Al-Qur’an Menggunakan

al-Qur’an Braille (Studi Kasus di Panti Asuhan Tunanetra Terpadu ‘Aisyiyah Ponorogo)” (Skripsi S1., Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Ponorogo, 2016).

(47)

Islam. Oleh karena itu sejauh yang penulis tahu bahwa penelitian terdahulu belum ada yang membahasa tentang penggunaan al-Qur’an braille digital. sehingga penulis melakukan penelitian penggunaan al-Qur’an braille digital dengan objek penelitian jamaah tunanetra di Yayasan Raudlatul Makfufin Serpong.

E. Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif analitik, yaitu cara penelitian yang menggambarkan atau memaparkan tentang penggunaan al-Qur’an braille digital oleh jamaah tunanetra di Yayasan Raudlatul Makfufin Serpong, dengan cara mengumpulkan, menganalisis dan menginterpretasikan data yang berkaitan dengan penelitian ini.

Dalam pengumpulan data, sebanyak mungkin data yang diperoleh atau dikumpulkan mengenai informasi-informasi yang berhubungan dengan penelitian ini. dalam penelitian skripsi ini, penulis menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data yaitu hasil wawancara. Sedangkan data sekunder adalah data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, seperti media sosial, jurnal-jurnal, dokumen. 1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah jenis penelitian kualitatif. Didefinisikan sebagai metode penelitian ilmu-ilmu sosial yang mengumpulkan dan menganalisis data berupa kata-kata lisan maupun tulisan dan perbuatan manusia serta peneliti tidak berusaha menghitung atau menguantifikasikan data kualitatif yang telah diperoleh dan dengan demikian tidak menganalisis angka-angka.

(48)

Pendekatan ini dilakukan dengan cara bertatap muka langsung dan berinteraksi dengan orang-orang di tempat penelitian.

Pendekatan ini digunakan untuk mencari data-data lapangan hasil observasi, wawancara maupun dokumentasi yang kemudian diterjemahkan ke dalam bentuk tulisan atau deskripsi mengenai situasi atau kejadian, bukan berupa angka. Jenis penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif sebagai jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya. Pendekatan ini digunakan untuk mencari data-data lapangan hasil observasi, wawancara maupun dokumentasi yang kemudian diterjemahkan ke dalam bentuk tulisan atau deskripsi mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian, bukan berupa angka.22 2. Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini penulis lakukan pada bulan Agustus – Oktober 2020 M di Yayasan Raudlatul Makfufin Serpong yang beralamat di Jalan H. Jamat Gang Masjid I No. 10A, Rt.002 Rw.05, Kampung Jati, Kelurahan Buaran, Kecamatan Serpong, Kota Tangerang Selatan, Banten. Penelitian ini difokuskan pada jamaah tunanetra yang menggunakan al-Qur’an braille digital. Peneliti memilih lokasi ini dikarenakan yayasan tersebut menerima wakaf al-Qur’an braille digital, dan juga yayasan tersebut fokus kepada para jamaahnya untuk membina dan membimbing ilmu-ilmu keislaman terutama ilmu al-Qur’an.

3. Sumber Data

Data yang dijadikan sumber primer yaitu pendapat jamaah tunanetra di Yayasan Raudlatul Makfufin Serpong yang diambil dari

22Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif sebuah Upaya Mendukung Penggunaan

Penelitian Kualitatif dalam Berbagai Disiplin Ilmu (Jakarta: PT Raja grafindo Persada,

(49)

pengumpulan data berupa observasi dan wawancara. Kedua metode pengumpulan data ini dilakukan untuk menggali pendapat jamaah. Sedangkan data sekunder yang digunakan ialah buku, jurnal, artikel yang membahas tentang masalah ini.

4. Pemilihan Informan

Informan merupakan orang yang diwawancarai dan dijadikan sebagai narasumber untuk memberikan informasi yang dibutuhkan. Dalam penelitian ini, peneliti telah memilih narasumber yang dapat membantu peneliti dalam mendapatkan data yang dibutuhkan. Informan dalam penelitian ini yaitu para jamaah tunanetra yang belajar al-Qur’an Braille di Yayasan Raudlatul Makfufin.

Dalam pemilihan informan ini, peneliti menggunakan cara purpasive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan pengumpulan data menurut peneliti sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian. Sehingga penulis mewawancarai 6 orang jamaah dari 30 orang jamaah yang ada. Dari 6 orang jamaah tersebut terdapat 3 orang laki-laki dan 3 orang perempuan. Penulis memilih 6 orang jamaah ini karena para tunanetra masih banyak yang terkendala dalam menggunakan alat komunikasi, sehingga untuk efisiensi waktu pemilihan informan ini dipilih langsung oleh ketua jamaahnya dengan kriteria para informan merupakan jamaah aktif Yayasan Raudlatul Makfufin Serpong.

5. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini melibatkan data yang akan diolah atau dianalisis, data tersebut didapat melalui serangkaian proses pengumpulan data yang disesuaikan dengan metode penelitian. Proses pengumpulan data harus melalui beberapa tahapan yang setiap tahapan

(50)

tersebut saling terkait satu sama lain. Secara garis besar, terdapat lima tahapan proses pengumpulan data yang penulis lakukan, antara lain:23

1) Melakukan identifikasi subjek/ partisipasi penelitian dan lokasi penelitian.

2) Mencari dan mendapatkan akses menuju subyek/ partisipasi penelitian dan lokasi penelitian.

3) Menentukan jenis data yang akan dicari / diperoleh. 4) Data dikelompokkan sesuai fokus/tema.

5) Data disajikan dan di verifikasi.

Data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini diperoleh dengan teknik field research (penelitian lapangan). Dalam hal ini, peneliti terjun langsung ke lapangan untuk mencari data-data akurat yang berkaitan dengan pokok masalah yang diteliti. Oleh karena itu, peneliti menggunakan metode sebagai berikut:

a) Metode Observasi (pengamatan)

Metode ini digunakan untuk melihat atau mengamati secara langsung dan mengetahui sesuatu yang sedang terjadi dan mendengarkan kondisi lapangan serta bagaimana proses penggunaan al-Qur’an braille digital di yayasan tersebut.24

b) Metode Interviu (wawancara)

Penulis menggunakan teknik wawancara terbuka secara intensif yang bertujuan memperoleh informasi tertentu dari beberapa responden dan juga dikarenakan objek penelitian para tunanetra jadi penulis tidak menggunakan kuesioner, karena kurang efektif. Dalam wawancara ini penulis lakukan secara online melalaui call salah satu

23 Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif sebuah Upaya Mendukung Penggunaan

Penelitian Kualitatif dalam Berbagai Disiplin Ilmu, 30.

24 Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: PT Remaja

(51)

aplikasi, dikarenakan situasi dan kondisi pada saat penulis melakukan wawancara sedang PSBB (pembatasan sosial berskala besar) pandemi covid-19, jadi penulis tidak bisa bertemu langsung dengan responden. Peneliti mengumpulkan data dengan melihat atau mencatat suatu laporan yang sudah tersedia.

c) Metode Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang digunakan untuk melengkapi penelitian, baik itu berupa sumber tertulis, film, gambar dan karya-karya monumental yang semuanya memberikan informasi bagi proses penelitian. Dalam hal ini peneliti mengumpulkan data melalui dokumen-dokumen yang terkait seputar penelitian di Yayasan dan juga data-data diperoleh dari foto-foto, catatan dokumen, arsip dan lain sebagainya.25

6. Analisis data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan dalam unit-unit, melakukan sintesis, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

1. Deskripsi Data

Metode ini bertujuan untuk menggambarkan suatu keadaan atau fenomena tertentu, berdasarkan data-data kualitatif yang diperoleh melalui wawancara, dan observasi. Data yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi tersebut di deskripsikan dalam bentuk uraian.

25 Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif Sebuah Upaya Mendukung Penggunaan

(52)

2. Penyajian Data

Data-data yang telah terkumpul dari hasil wawancara dan observasi tersebut disajikan dalam bentuk tabel. Kemudian analisis data di uraikan dengan menggunakan bahasa sendiri dan memberikan interpretasi terhadap data yang diperoleh secara apa adanya.

3. Teknik Penulisan

Adapun teknik penulisan dan penyusunan skripsi ini di bawah panduan buku Pedoman Penulisan Skripsi SK Rektor No.507 tahun 2017.26

F. Sistematika Penulisan

Dalam menyusun penelitian ini, peneliti membagi ke dalam lima bab dan masing-masing bab terdiri dari sub-sub bab. Bab pertama yaitu pendahuluan, yang tujuannya sebagai gambaran umum mengenai skripsi ini. Adapun sub-babnya mencakup: latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian pustaka, metodologi penelitian dan sistematika pembahasan.

Bab kedua dari skripsi ini berjudul “Sejarah Perkembangan Al-Qur’an”. Tujuannya adalah sebagai kerangka teoritis terhadap sejarah

al-Qur’an mulai masa Nabi SAW sampai sekarang. Dalam bab ini dibahas juga mengenai sejarah al-Qur’an braille, al-Qur’an braille masuk ke Indonesia dan al-Qur’an braille digital.

Bab ketiga “Profil Yayasan Raudlatul Makfufin Serpong” menggambarkan demografi yayasan. Tujuan bab ini adalah untuk menggambarkan keadaan yayasan yang menjadi objek penelitian, agar

26 Hamid Nasuhi, dkk, pedoman penulisan karya ilmiah: Skripsi, Tesis, Disertasi

(53)

memberikan gambaran dan penjelasan mengapa penulis memilih yayasan ini untuk menjadi objek penelitian.

Bab keempat “Paparan dan Analisis Data”, dalam bab ini akan mendeskripsikan dan menganalisis data yang telah penulis dapatkan melalui wawancara langsung kepada informan. Poin-poin pada bab ini yaitu motivasi belajar al-Qur’an, praktik penggunaan al-Qur’an braille dan al-Qur’an braille digital, dampak penggunaan al-Qur’an braille dan al-Qur’an braille digital dan relevansi penggunaan al-Qur’an braille digital

dalam wacana al-Qur’an bagi tunanetra. Setelah itu penulis akan membuat kesimpulan secara cermat sebagai jawaban terhadap rumusan masalah sehingga menghasilkan kesimpulan yang lebih relevan.

Bab kelima adalah Bab Penutup yang berisi kesimpulan untuk menjawab dua permasalahan penelitian, memberi rekomendasi penelitian selanjutnya dan kemanfaatan hasil studi ini terhadap akademik maupun yayasan demi terciptanya inovasi baru yang lebih bermanfaat bagi tunanetra.

(54)
(55)

23 BAB II

SEJARAH PERKEMBANGAN AL-QUR’AN

Bab II membahas tentang sejarah perkembangan al-Qur’an mulai dari masa Nabi Muhammad Ṣalla Allāh ‘alaihi wa sallam sampai saat ini dan juga sejarah al-Qur’an braille untuk tunanetra. Pembahasan ini sangat penting untuk di kaji sebelum membahas penggunaan al-Qur’an braille digital inovasi terbaru bagi para tunanetra yang sangat dibutuhkan agar dapat memudahkan mereka dalam membaca al-Qur’an. Harapannya pembaca dapat tergambarkan proses panjang pengumpulan al-Qur’an sampai menjadi satu mushaf yang sempurna yang digunakan saat ini.

A. Sejarah Al-Qur’an

Al-Qur’an bagi kaum Muslimin memiliki kekuatan luar biasa yang berada di luar kemampuan seluruh makhluk Allah Swt. Sebagaimana firman Allah dalam al-Qur’an: “sekiranya Kami turunkan al-Qur’an ini kepada sebuah gunung, maka kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah karena takut kepada Allah Swt.”(Qs. al-Ḥasyr/59:21).

Kandungan pesan Ilahi yang disampaikan oleh Nabi Muhammad Ṣalla Allāh ‘alaihi wa sallam dalam bentuk al-Qur’an ini telah menjadi landasan kehidupan individual dan sosial kaum Muslimin dalam segala aspek, bahkan masyarakat Muslimin mengawali eksistensinya dan telah memperoleh kekuatan hidup dengan merespons dakwah al-Qur’an. Itulah sebabnya al-Qur’an berada dijantung kehidupan kaum Muslimin. Namun tanpa pemahaman yang semestinya terhadap al-Qur’an, kehidupan, pemikiran, dan kebudayaan kaum Muslimin sangat sulit dipahami.1

(56)

Al-Qur’an juga telah memperkenalkan dirinya dengan berbagai ciri dan sifatnya, di antaranya bahwa ia merupakan kitab suci yang dijamin keautentikannya: “Kami yang menurunkan al-Qur’an ini, dan kami pula yang menjaganya”. (Qs. al-Ḥijr/15:9). Sebagai wahyu ilahi, maka ia berlaku sepanjang zaman. Kedalaman ruang cakupan al-Qur’an sangat luas, namun karena keterbatasan kemampuan manusia untuk mengkaji dan meneliti kedalaman apa yang terkandung di dalamnya menjadikan al-Qur’an sebagai petunjuk yang asing dari kehidupan manusia. Kewajiban untuk mempelajari al-Qur’an telah memecah keterbatasan tersebut, sehingga rahasia-rahasia misteri yang terkandung dalam surah maupun ayat dapat terungkap. Untuk sampai ke pembahasan lebih lanjut mengenai proses pengumpulan mushaf al-Qur’an, penulis akan memulai pembahasannya dari sejarah al-Qur’an dan sejarah pengumpulan al-Qur’an.

1. Sejarah Penurunan Al-Qur’an

Dalam kitab al-Tibyān Fī Ulūm al-Qur’an2 dikatakan bahwa Allah Swt. telah menjelaskan kepada umat Nabi Muhammad Ṣalla Allāh ‘alaihi wa sallam bahwa telah di turunkan bagi mereka kitab yang agung sebagai kitab penutup samawi, sebagai undang-undang bagi kehidupannya, sebagai solusi bagi segala permasalahannya dan sebagai obat bagi segala penyakitnya. Al-Qur’an ini diturunkan kepada makhluk yang paling mulia yaitu Muḥammad bin ‘Abdullāh Ṣalla Allāh ‘alaihi wa sallam. Adapun penurunan al-Qur’an melalui dua tahapan :

1. Dari Lauh al-Maḥfūd ke Bait al-‘Izza di Langit Dunia dalam jumlah yang satu (seluruh al-Qur’an) pada malam yang berkah yaitu malam Lailah al-Qadar.

2 Muḥammad Alī Ṣābuni, Tibyān Fī Ulūm Qur’an (Jakarta: Dār

(57)

2. Dari langit dunia ke bumi yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad Ṣalla Allāh ‘alaihi wa sallam melalui perantara malaikat Jibril ‘Alaihi al-Salam selama kurang lebih dua puluh tiga tahun secara mutawatir dan berangsur-angsur, sehingga keseluruhan struktur ayat al-Qur’an juga suratnya hadir secara terpisah-pisah kepada Nabi Ṣalla Allāh ‘alaihi wa sallam.3

Setelah Allah Subḥānahu wa taʻālā menurunkan al-Qur’an dari Lauh al-Maḥfūd ke Bait al-‘Izza kemudian dilanjutkan dari langit ke bumi, pada saat itulah proses penurunan al-Qur’an mulai disampaikan oleh malaikat Jibril ‘Alaihi al-Salam dan diterima langsung oleh Nabi Ṣalla Allāh ‘alaihi wa sallam ketika Nabi Ṣalla Allāh ‘alaihi wa sallam sedang berkhalwat di Gua Hira pada malam Senin, bertepatan dengan tanggal 17 Ramadhan, tahun 41 dari kelahiran Nabi Muhammad Ṣalla Allāh ‘alaihi wa sallam sesuai dengan kemuliaan dan kebesaran al-Qur’an, Allah Subḥānahu wa

taʻālā menjadikan malam permulaan turunnya al-Qur’an itu malam al-Qadar, yaitu suatu malam yang tinggi kadarnya. Hal ini diakui dalam al-Qur’an itu sendiri. Al-Qur’an diturunkan selama 23 tahun dengan rincikan 13 tahun di Mekah dan 10 tahun di Madinah. Baru kemudian pada masa kekhalifahan Abū Bakr al-Ṣiddiq ada ide untuk mengumpulkan al-Qur’an.

2. Sejarah Pengumpulan Al-Qur’an

Sejarah mencatat bahwa pengumpulan al-Qur’an telah melalui proses panjang hingga bisa terkumpul menjadi satu mushaf al-Qur’an.4 Untuk

sampai ke tahap ini kaum Muslimin dari masa Nabi Ṣalla Allāh ʻalaihi wa sallam masa sahabat, sampai saat ini telah banyak melakukan

3 Al-Suyuthi, Al- Itqān Fī ‘Ulūm Al-Qur’an (Kairo: Dārul Hadits,2006), 106. 4 M. Quraish Shihab, Rekontruksi Sejarah Al-Qur’an (Ciputat: PT. Pustaka Alfabet,

(58)

kodifikasi/pembaharuan terhadap teks al-Qur’an. Seperti, pada masa Nabi Ṣalla Allāh ʻalaihi wa sallam dan sahabat al-Qur’an belum memiliki tanda baca, tanda waqaf, harakat, dll. Akan tetapi saat ini al-Qur’an sudah sangat lengkap tanda baca, tanda wakaf dan harakatnya, sehingga kita semua bisa menikmati dan bisa mempelajari al-Qur’an dengan lebih mudah. Kemudahan ini dirasakan berdasarkan dari perkembangan al-Qur’an yang terus mengalami kemajuan dalam pengkodifikasian teks al-Qur’an, seperti penambahan tanda baca, tanda titik, tanda waqaf, makhārij al-ḥuruf dan sebagainya.5 Hal ini tidak lain tujuannya adalah untuk mempermudah kaum Muslim dalam mempelajari al-Qur’an.

Dalam literatur Ulūm al-Qur’an, pengumpulan al-Qur’an sering kali disebut dengan kata Jam‘u al-Qur’an. Jam‘u menurut bahasa berarti pengumpulan atau penghimpunan. Sedangkan lafaz al-Qur’an merupakan bentuk masdar dari Qara’a yang berarti bacaan. Sehingga Jam‘u al-Qur’an dapat diartikan upaya mengumpulkan atau menghimpun al-Qur’an yang berserakan untuk diteliti dan dikaji. Mannā‘ Khalīl al-Qaṭṭan dalam kitabnya Mannā‘ al-Qaṭān Mabāhis fi Ulūm al-Qur’an megartikan Jam‘u al-Qur’an dengan dua makna, pertama: Jam‘u al-Qur’an dalam arti Hifẓuhu (menghafal al-Qur’an).6 Kedua: Jam‘u al-Qur’an dalam arti Kitābatuhu Kulluhu (menuliskan al-Qur’an seluruhnya).7

Proses Jam‘u al-Qur’an dalam literatur yang membahas tentang ilmu-ilmu al-Qur’an mencakup proses penyampaian, penulisan, pengumpulan

catatan, kodifikasi sampai ke pemeliharaan mushaf hingga saat ini.

5 Ahmad Izzan, Telaah Tekstualitas dan Kontekstualitas al-Qur’an (Bandung:

Humaniora, 2011), 77.

6 Lihat Qs. al-Qiyāmah/75:16-19.

7 Maksudnya, menuliskan al-Qur’an baik dengan memisah-misahkan ayat-ayat dan

surat-suratnya, atau menertibkan ayat-ayat semata, baik setiap surat ditulis dalam satu lembaran secara terpisah, atau menertibkan ayat-ayat dan surat-suratnya dalam lembaran-lembaran yang terkumpul, yang menghimpun semua surat.

(59)

Al-Hakim dalam al-Mustadrak, mengklasifikasikan pengumpulan al-Qur’an menjadi tiga periode yaitu periode Nabi Ṣalla Allāh ʻalaihi wa

sallam, periode Abū Bakr Ra. dan periode Uṡman Ra.8

a. Pengumpulan Al-Qur’an Masa Nabi Muhammad Ṣalla Allāh ʻalaihi wa sallam (w. 11 H)

Nabi Muhammad Ṣalla Allāh ʻalaihi wa sallam telah mencurahkan segala upaya yang dapat dilakukan untuk memelihara al-Qur’an agar senantiasa di ingat dan tidak sirna sampai masa berikutnya. Upaya-upaya pemeliharaan al-Qur’an yang Nabi Ṣalla Allāh ʻalaihi wa sallam lakukan terbagi menjadi dua fase, yaitu :

1) Pemeliharaan al-Qur’an dalam Dada

Pada masa Nabi Muhammad Ṣalla Allāh ʻalaihi wa sallam dan sahabat upaya yang sering dilakukan untuk menjaga al-Qur’an adalah dengan hafalan (al-Jam‘u fī al-Ṣudūr). Upaya ini dilakukan dengan cara sederhana yaitu Nabi Muhammad Ṣalla Allāh ʻalaihi wa sallam menghafal ayat-ayat al-Qur’an kemudian menyampaikannya kepada para sahabat untuk dihafalkan juga sesuai yang disampaikan oleh Nabi Muhammad Ṣalla Allāh ʻalaihi wa sallam. Para sahabat yang terkenal kuat hafalannya yaitu diantaranya: keempat Khulafā’ al-Rāsyidīn, Ṭalhah, Sa‘id, Ibn Mas‘ud, Huẓaifa, Abū Huraiah, Ibn ‘Umar, ‘Amr bin ‘Aṣ, ‘Abdullāh bin Sa’id, ‘Aisyah, Ibn Abbas, Hafṣah, Ummu Salamah, Mu‘awiyyah bin Abū Ṣafyan.9

2) Pemeliharaan Al-Qur’an Dalam Tulisan

Nabi Muhammad Ṣalla Allāh ʻalaihi wa sallam tidak merangkum semua surah ke dalam satu jilid al-Qur’an seperti yang ada sekarang,

8 Al-Suyuthī, al- Itqān fī ‘Ulūm al-Qur’an, 106.

9 Muhammad Abdul Adzim al-Zarqany, Manāhil al-‘Irfan Fī ‘Ulūm al-Qur’an, Jilid

(60)

mushaf sebelumnya telah mengalami proses yang panjang pengkodifikasiannya dari bagian-bagian yang terpisah-pisah dari kulit binatang, pelepah kurma, batu dan lain-lain. Nabi Muhammad Ṣalla Allāh ʻalaihi wa sallam menerima ayat-ayat yang diturunkan kepadanya kemudian membacanya di hadapan sahabat, serta menyuruh para kuttāb (penulis wahyu) menulisnya. Setelah satu surat penuh turun, Nabi Muhammad Ṣalla Allāh ʻalaihi wa sallam memberi nama kepada surat itu sebagai tanda membedakan surat ini dengan surat yang lainnya. Nabi Muhammad Ṣalla Allāh ʻalaihi wa sallam menyuruh meletakkan lafaz basmallah di permulaan surat yang baru atau di akhir surat yang terdahulu letaknya.

Demikian pula di tiap-tiap turun ayat, Nabi Muhammad Ṣalla Allāh ʻalaihi wa sallam menerangkan tempat meletakkan ayat-ayat itu. Umpamanya Nabi Ṣalla Allāh ʻalaihi wa sallam mengatakan: “Letakkan ayat ini sesudah itu, di surat al-Baqarah.” Demikianlah Nabi Ṣalla Allāh ʻalaihi wa sallam perbuat sehingga sempurnalah al-Qur’an 30 juz ini. Dengan demikian banyak sahabat yang menghafal al-Qur’an dan ada juga yang menulis al-Qur’an sekaligus menghafalnya.10 Menurut penulis secara umum begitulah cara Nabi Ṣalla Allāh ʻalaihi wa sallam memelihara dan mengumpulkan al-Qur’an.

b. Pengumpulan Al-Qur’an Masa Abū Bakar (w.11-13 H)

Setelah Rasulullah Ṣalla Allāh ʻalaihi wa sallam wafat, Abū Bakar menjabat sebagai khalifah pertama dalam Islam. Sebagian besar al-Qur’an terkumpul di dalam dada para sahabat berupa hafalan dan masih tertulis pada lembaran-lembaran yang masih tercecer atau tersebar ditangan sahabat. Sehingga pada saat itu al-Qur’an belum sepenuhnya terbukukan

10 Hasbi Ash-Shidieqy, Sejarah & Pengantar Ilmu al-Qur’an & Tafsir (Semarang:

Gambar

Tabel 2.2 Simbol Braille Arab.
Gambar 2.3 Pena Al-Qur’an Braille Digital

Referensi

Dokumen terkait

Negara Exportir utama komoditas krustasea adalah Negara Ekuador dengan total transaksi yang mencapai 255.928.000 juta USD pada tahun 2014 yang meningkat 10,9%

Kontaminasi Residu Pestisida Pada Cabai Merah, Selada, dan Bawang Merah (Studi Kasus di Bandungan dan Brebes Jawa Tengah Serta Cianjur Jawa Barat).. Photoreduction of

Kapsul gelatin keras yang diisi dipabrik dapat ditutup secara sempurna dengan cara dilekatkan, suatu proses dimana lapisan gelatin dioleskan satu kali atau lebih diseluruh

Dari hasil penelitian yang dilakukan pada tanggal 29-31 Mei 2012, maka penulis menyimpulkan bahwa gambaran pengetahuan remaja putri tentang dampak pernikahan dini pada

4.1.29 Angka Partisipasi Murni (APM) Menurut Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin di Kabupaten Murung Raya, 2014 Pure Enrollment Rate (APK) by Education Level and Sex in Murung

Muhammadiyah Surakarta, 2017. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah film Merry Riana: Mimpi Sejuta Dolar. Objek penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan bukti empiris terkait dengan faktor penentu jumlah temuan kelemahan sistem pengendalian intern pada pemerintah daerah

Penjelasan ketentuan ini menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan ketentuan tertentu adalah pemberatan kepada pelaku tindak pidana korupsi apabila tindak pidana tersebut dilakukan