• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA

DAFTAR PUSTAKA

A. Latar Belakang

Manusia pertama kali berada di dunia melalui perut ibunya tidaklah mengetahui sesuatu apa pun (lā ta‘lamūna syaian). Ia dibekali oleh Allah berupa alat pendengaran (al-Sam‘a), penglihatan (al-Abṣār), dan hati nurani (al-Af’idah) agar bisa memahami; bagaimana menjalani kehidupan di dunia.1 Sayangnya, tidak sedikit di antara kita yang dapat mensyukuri dan memanfaatkan ketiga anugerah itu dengan baik dan benar. Ada seseorang yang dilahirkan utuh, sehat dan normal (baik secara jasmani maupun rohani) tapi ketika ia beranjak dewasa dibilang buta, tuli dan tidak peka terhadap situasi di sekelilingnya. Ada juga sebaliknya, seseorang dilahirkan cacat atau difabel (baik secara fisik maupun mental) tetapi ketika di dunia kemampuannya mengalahkan orang-orang yang normal. Dua fenomena tersebut memang dilema, tapi bagaimanapun juga, dunia yang kita nikmati sekarang ini – dengan berbagai fasilitas yang ada – lebih banyak diperuntukkan dan diuntungkan bagi mereka yang normal secara jasmani maupun rohani. Sementara mereka yang tergolong difabel masih termarginalkan.

Jose Saramago dalam novelnya, Blindness, memberikan salah satu pesan yang sangat berharga; “I don’t think we did go blind, I think we are blind, Blind but seeing, Blind people who can see, but do not see.”2 Bagi kita yang dilahirkan dengan mata awas, harus kita akui bahwa kita ‘buta’

1Qs. al-Nahl/16:78.

terhadap sesuatu hal yang tidak atau belum kita tahu, yang tidak kita alami dan yang tidak kita rasakan. Salah satu alat yang mampu membantu manusia untuk memahami apa yang tidak kita tahu adalah ‘melihat’ melalui mata. Dunia yang kita tempati sekarang ini – sebagai sebuah warisan peradaban manusia-manusia sebelumnya – tiada lain berkat adanya manusia yang memiliki Indera penglihatan dengan sangat baik. Faktanya, teknologi yang semakin memudahkan aktivitas manusia lebih diperuntukkan bagi mereka yang punya mata awas. Hadirnya teknologi pun tidak luput dari mereka yang penglihatannya bagus dalam melihat dunia. Sehingga tidak heran, adanya produk-produk buatan manusia lebih diuntungkan bagi mereka yang matanya normal. Sedangkan bagi mereka yang tunanetra, mereka berpikir keras bagaimana caranya agar mereka bisa bertahan hidup dengan kondisi serba keterbatasan. Baik dalam kehidupan sehari-hari, ekonomi, termasuk pendidikannya.

Dilansir dalam situs WHO (World Healty Organization) bahwa diperkirakan 180 juta orang di seluruh dunia mengalami gangguan penglihatan, dari jumlah tersebut sekitar 40 sampai 45 juta orang buta. Disebabkan oleh pertumbuhan populasi dan penuaan.3 Kemudian data orang buta se-Asia Tenggara diperoleh dari situs The International Agency for the Prevention of Blindness (IAPB) diperkirakan di tahun 2020 terdapat 96 juta orang mengalami gangguan penglihatan dan 6 juta orang mengalami kebutaan.4 Sedangkan data orang buta di Indonesia yaitu Pada tahun 2020, diperkirakan ada 35 juta orang yang mengalami gangguan penglihatan dan dari jumlah tersebut, 3,7 juta orang mengalami kebutaan dan sebagian besar tunanetra Muslim. Artinya tunanetra Muslim di Indonesia saat ini masih

3 Data orang buta di seluruh dunia. Lihat https://www.who.int/news/item/10-10-2002-world-sight-day-10-october.

4 Data orang buta di Asia Tenggara. Lihat https://www.iapb.org/learn/vision-atlas/magnitude-and-projections/gbd-regions/southeast-asia/.

sangat banyak.5 Hal ini seharusnya menjadi tugas kita bersama supaya jumulah tunanetra Muslim ini dapat berkurang. Tentunya harus ada langkah-langkah preventif dari semua pihak, khususnya di bidang kesehatan mata. Selain itu, kita juga harus mencari cara agar kehidupan tunanetra ini bisa berjalan beriringan dengan mereka yang awas, baik dari segi berekonomi, sosial, khususnya dalam bidang pendidikan. Karena banyak tunanetra yang putus sekolah, disebabkan kondisi ekonomi yang memprihatinkan, jauh dari ilmu-ilmu keagamaan, terutama dalam mempelajari al-Qur’an. mereka memerlukan pembelajaran dan al-Qur’an khusus untuk bisa mempelajari dan membacanya. Terlebih mereka tunanetra di usia dewasa, harus beradaptasi dengan al-Qur’an yang khusus untuk tunanetra.

Dalam mempelajari al-Qur’an, para tunanetra Muslim memerlukan

al-Qur’an khusus yaitu al-Qur’an Braille. Al-Qur’an braille adalah al-Qur’an yang dirancang khusus bagi para penyandang tunanetra dengan

huruf braille Arab timbul yang terdiri dari enam titik, dua titik berlajur ke samping dan tiga titik berlajur dari atas ke bawah, sehingga para tunanetra Muslim membaca al-Qur’an braille ini dengan cara disentuh. Adapun fungsi al-Qur’an braille adalah agar para tunanetra dapat membaca al-Qur’an sebagaimana orang normal membacanya, sehingga tidak ada kesulitan lagi bagi para tunanetra untuk membaca kalam Allah Swt. dengan adanya al-Qur’an braille tersebut. Hal ini merupakan pembuktian kepada masyarakat awas bahwa tunanetra juga mempunyai kemampuan dan keterampilan membaca al-Qur’an selayaknya orang awas. Namun dalam penggunaannya tidak sedikit para tunanetra merasa kesulitan membaca dengan al-Qur’an braille yang ada, karena bentuknya yang besar, tebal dan

5 Data orang buta di Indonesia. Lihat https://www.iapb.org/learn/vision-atlas/magnitude-and-projections/countries/indonesia/.

satu buku hanya untuk satu juz saja, sehingga ketika digunakan sangat tidak efisien. Oleh karena itu, pada tahun 2014 ada segelintir orang yang

memikirkan bagaimana caranya para tunanetra ini dapat membaca al-Qur’an dengan lebih mudah dan praktis. Akhirnya, mereka

memanfaatkan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi ini untuk menciptakan inovasi baru, terobosan baru dan produk baru, agar kemajuan teknologi ini tidak hanya dirasakan oleh mereka yang hidup normal, akan tetapi bisa dimanfaatkan juga oleh mereka yang difabel khususnya tunanetra.

Inovasi baru tersebut ialah al-Qur’an braille digital yang dikenalkan oleh Yayasan Syekh Ali Jaber Indonesia.6 Akan tetapi untuk proses pencetakan al-Qur’an ini masih belum bisa dilakukan oleh Yayasan Syekh Ali Jaber sendiri, sehingga proses pencetakan masih dilakukan di Malaysia sesuai pemesanan.7 Pihaknya mengklaim al-Qur’an braille digital ini tidak

hanya pertama kali di Indonesia melainkan pertama kali di Dunia. Al- Qur’an braille digital ini sangat sederhana dalam menu dan pilihan, ada

pilihan qori‘ dan ayat-ayat tertentu dengan terjemahannya atau bisa juga memilih surat-surat tertentu mulai surat al-Baqarah sampai al-Nās. Hal ini merupakan janji Allah Swt. yang menjanjikan kemudahan al-Qur’an bagi Ahlul al-Qur’an. Jika dibandingkan dengan al-Qur’an braille yang asli, dari segi ukuran yang lebih besar dan lebih banyak jumlah halaman dalam satu

6 Over The Top Digital Beyond TV, “Yayasan Ali Jaber Indonesia Wakaf al-Qur’an Braille Digital,” Diakses, 5 Juli 2014,

https://www.youtube.com/watch?v=VQyzjS9nonU

7Agung Sasongko, “Alquran Braille Digital Mudahkan Tuna Netra Hafal Alquran,”

Diakses, 29 Oktober 2017 jam 23:00 WIB,

https://www.republika.co.id/berita/oylco4313/alquran-braille-digital-mudahkan-tuna-netra-hafal-alquran

juz, maka al-Qur’an braille digital ini lebih ringan dibawa, mudah di praktikan dan isinya pun 30 juz.8

Al-Qur’an Braille Digital adalah salah satu bentuk model al-Qur’an digital dengan huruf braille yang memiliki audio yang memungkinkan bagi para tunanetra untuk dapat mempelajari al-Qur’an dan mendengar melalui lantunan suara dari beberapa qori‘ yang terkenal, melakukan pencarian terhadap ayat-ayat dan surat-surat dalam al-Qur’an, mengetahui terjemah makna dan tafsīr yang telah terangkum dalam mushaf digital tersebut yang dikhususkan untuk para tunanetra.9

Setelah peluncuran al-Qur’an braille digital, banyak sekali yang memberikan dukungan untuk terus digencarkan, dan berharap al-Qur’an braille digital ini banyak diproduksi. Sehingga pihak yayasan pun membuat sebuah program yaitu “Wakaf 1000 Al-Qur’an Braille Digital”, program ini tujuannya agar para tunanetra dapat menggunakannya dan dapat memperolehnya secara gratis. Melalui program ini banyak para tokoh, ulama, pejabat negara, sampai artis yang memberikan apresiasi penilaian yang positif, di antaranya yaitu Ustaz Abī Maki seorang ulama, menurut beliau “al-Qur’an braille digital ini merupakan sebuah penemuan yang sangat luar biasa, dan pastinya ini merupakan satu hal yang ada di jalan Allah karena digunakan untuk memajukan syiar Islam”.10

Kemudian H. Marzuki Alie, SE., MM.,11 menurut beliau: “wakaf al-Qur’an braille digital ini sangat baik, ini akan memberikan kesempatan

8 Over The Top Digital Beyound TV, “Yayasan Ali Jaber Indonesia Wakaf Al- Qur’an Braille Digital”. Diakses, 5, Juli 2014, https://www.youtube.com/watch?v=VQyzjS9nonU.

9Syekh Ali Jaber Jakarta Indonesia, Selayang Pandang Yayasan Syekh Ali Jaber (Jakarta: 2017), 16.

10 Syekh Ali Jaber, “Yayasan Ali Jaber Indonesia Wakaf Al-Qur’an Digital Braille Testimoni,” Diakses, 24 Juni, 2014, https://www.youtube.com/watch?v=wN-ZmgagD2g

dan juga memberikan bantuan kepada saudara-saudara kita yang belum mampu untuk belajar al-Qur’an karena keterbatasan fisik yang mereka alami.”12 Dan Irfan Hakim seorang Artis menurut beliau :

“al-Qur’an diturunkan oleh Allah Swt. untuk manusia walaupun demikian banyak sekali saudara-saudara kita yang dilahirkan dengan berbagai macam keterbatasan, ada yang keterbatasan berjalan, keterbatasan pendengaran dan juga keterbatasan melihat. Tapi semua orang pun harus tersentuh dengan indahnya al-Qur’an. Pernah ada al-Qur’an braille yang bisa dibaca dengan disentuh tapi tebal sekali, kali ini ada Qur’an luar biasa, ditemukan oleh Syekh Ali Jaber, al-Qur’an khusus untuk teman-teman kita yang tunanetra lebih tipis dan juga dilengkapi dengan pulpen yang ajaib, karena bisa ditentukan dan bisa langsung terdengar ayat-ayat suci al-Qur’an yang bisa memaksimalkan indra pendengaran para tunanetra, in Syaa Allah dengan al-Qur’an khusus tunanetra ini yang dilengkapi dengan pulpen ajaib dengan suara di dalamnya bisa mempermudah teman-teman kita yang tunanetra untuk bersama-sama menghafal al-Qur’an dan juga lebih mencintai al-Qur’an dan menjadikan al-Qur’an sebagai pedoman hidup semua manusia termasuk teman-teman kita yang tunanetra.13

Program ini dilakukan secara masif sampai sekarang, pihak yayasan

masih terus menggalang dana dan mencari donatur untuk membeli al-Qur’an braille digital dan mewakafkannya ke para tunanetra baik secara

individu maupun lembaga. Salah satu lembaga yang menerima wakaf al-Qur’an braille digital tersebut yaitu Yayasan Raudlatul Makfufin Serpong. Yayasan Raudlatul Makfufin sudah berdiri sejak 26 November 198314 sudah 37 tahun yayasan ini berdiri, yayasan ini merupakan tempat berkumpulnya para tunanetra Muslim dalam rangka mengikuti proses pembelajaran yang lebih fokus pada ilmu pengetahuan Islam dan ilmu

12 Syekh Ali Jaber, “Yayasan Ali Jaber Indonesia Wakaf Al-Qur’an Digital Braille Testimoni,” Diakses, 24 Juni, 2014, https://www.youtube.com/watch?v=wN-ZmgagD2g.

13 Syekh Ali Jaber, “Yayasan Ali Jaber Indonesia Wakaf Al-Qur’an Digital Braille Testimoni,” Diakses, 24 Juni, 2014, https://www.youtube.com/watch?v=wN-ZmgagD2g.

al-Qur’an, karena banyak potensi yang dimiliki oleh para tunanetra. Sehingga yayasan ini di dirikan untuk mengakomodir seluruh bakat dan minat para tunanetra agar senantiasa menuntut ilmu pengetahuan Islam. Yayasan Raudlatul Makfufin sangat fokus dalam memberikan pembinaan keislaman dan meningkatkan kesejahteraan tunanetra Muslim, sehingga dapat menyelenggarakan kegiatan-kegiatan pendidikan sampai saat ini.15

Setiap inovasi tentunya ingin memberikan kemanfaatan yang maksimal bagi penggunanya, oleh karena itu menurut penulis ide dan inovasi Syekh Ali Jaber sangat brilian, karena ada seorang yang diberi kesempurnaan oleh Allah Swt. memberikan perhatian khusus kepada saudara kita yang memiliki keterbatasan melihat/tunanetra, pada akhirnya dapat menciptakan terobosan baru yaitu al-Qur’an braille digital, mudah dibawa dan mudah digunakan. Tentu hal ini kabar yang sangat menggembirakan bagi para tunanetra, karena mereka tidak perlu membawa al-Qur’an braille yang biasa mereka gunakan, dari segi ukuran yang cukup besar dan tebal. Kini mereka cukup membawa al-Qur’an braille digital yang ringkas dan mudah digunakan. Namun, apakah yang diharapkan oleh Yayasan Syekh Ali Jaber ini dapat benar-benar dirasakan oleh para tunanetra Muslim?.

Untuk mendapatkan jawaban tersebut, penulis tertarik untuk melakukan sebuah penelitian tentang penggunaan al-Qur’an braille digital ini, karena sejauh pengetahuan penulis belum menemukan kajian tentang penggunaan al-Qur’an braille digital, dari beberapa penelusuran penulis terkait al-Qur’an braille, kebanyakan fokus kepada metode pengajaran al-Qur’an braille untuk tunanetra. Oleh sebab itu penulis sebagai mahasiswa

15 Budi Santoso (Ketua Yayasan Raudlatul Makfufin Serpong), diwawancarai oleh Syahrul Pebriandi, Buaran, 7 September 2020, Serpong.

ilmu al-Qur’an dan tafsir tertarik untuk meneliti dengan harapan al-Qur’an braille digital benar-benar dapat dirasakan kemanfaatannya secara maksimal di masa yang akan datang. Lebih jauh lagi dengan melakukan penelitian ini penulis mengharapkan bisa menemukan inovasi baru yang bisa dimasukkan menjadi sumber referensi bagi semua kalangan, sehingga selanjutnya al-Qur’an braille digital ini bisa menjadi lebih relevan dan kompatibel untuk para tunanetra. Adapun latar belakang penelitian ini dilakukan di Yayasan Raudlatul Makfufin Serpong yaitu: Pertama, ketika penulis magang di Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an penulis mendapatkan rekomendasi dari salah satu petugas pentashihan mushaf al-Qur’an Braille yaitu Bapak Ahmad Jaeni selaku koordinator pentashihan mushaf al-Qur’an Braille. Menurut beliau patut dilakukan penelitian terkait al-Qur’an braille digital ini.

Kedua, yayasan Raudlatul Makfufin Serpong ini sudah berdiri lama

dan benar-benar fokus dan konsisten untuk memberikan pengajaran al-Qur’an dan ilmu pengetahuan Islam, bahkan yayasan ini sudah bisa

mencetak komputerisasi al-Qur’an braille, yang nantinya dibagikan ke jamaah dan lembaga lain yang membina para tunanetra. Ketiga, lokasi yayasan ini tidak jauh dari kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sehingga dapat memudahkan peneliti untuk melakukan penelitian agar lebih efektif dan efisien. Oleh karena itu, penulis berharap dengan adanya penelitian yang berjudul: “Penggunaan Al-Qur’an Braille Digital Oleh

Jamaah Tunanetra di Yayasan Raudlatul Makfufin Serpong” ini dapat

menjawab persoalan yang ada terkait penggunaan al-Qur’an braille digital oleh para tunanetra, serta bermanfaat dan menambah wawasan keilmuan dalam bidang ilmu al-Qur’an, baik untuk kalangan akademik maupun untuk umum atau masyarakat luas, terutama untuk memotivasi kita yang diberikan

kesempurnaan oleh Allah Swt. untuk lebih peduli lagi kepada saudara kita yang diberikan keterbatasan oleh Allah Swt.