105
Merasa dekat dengan Allah, memiliki tanggung jawab dan menumbuhkan kepercayaan diri.
9. Sedangkan pengaruh tradisi menghafal Al-Qur`an terhadap kesehatan para santri tunanetra, yaitu para santri yang memiliki riwayat penyakit mengalami fase-fase penyembuhan dari penyakit yang dirasakan, seperti merasa sembuh, jarang kambuh pada penyakit asma dan kejang-kejang, sedikit mengurangi sakit dan nyeri pada penyakit yang dialami. Sedangkan para santri yang tidak memiliki riwayat penyakit, merasakan tidak ada pengaruh untuk kesehatan mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Agustyawatu dan Solicha, Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus, Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Jakartam 2009
Ammar, Abu, dkk, Negeri-Negeri Penghafal Al-Qur`an, Sukoharjo: Al-Wafi Publishing, 2015
Atabik, Ahmad, “Potret Budaya Tahfiz Al-Qur`an di Nusantara”, dalam Jurnal Penelitian Living Qur`an, Vol. 8 No. 1, Februari 2014
Ash-Shabuni, Muhammad Ali, At-Tibyan fi Ulumul Qur‟an, terj. Muhammad Qadirun Nur, Jakarta: Pustaka Amani, 2001
Ash- Shiddieqy, M. Hasbi, Sejarah dan Pengantar „Ulumul Al-Qur`an dan Tafsir, Jakarta: Bulan dan Bintang, 1992, cet. ke-XIV
Azhari, Muntaha “Tantangan dan Prospek dan Tahfiz Al-Qur`an”, di https://iiq.ac.id/index.php?a=artikel&d=2&id=41# diakses pada tanggal 25 Desember 2018
Bakker, Anton, Metode Penelitian, Yogyakarta: Kamisius, 1992
Darmadi, Hamid, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2011 Departemen pendidikan dan Kebudayaan, Kamus besar bahasa Indonesia,
Jakarta: 1999
Efendi, Satria, Ushul Fiqih, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2005 Eldeeb, Ibrahim, be a Living Qur`an, terj. Faruq Zaini, Ciputat: Lentera Hati,
2009
Hakim, Moh Nur, “Islam Tradisional dan Reformasi Pragmatisme” Agama dalam Pemikiran Hasan Hanafi, Malang:Bayu Media Publishing, 2003 Iksan, Mohammad, “Pola Mengingat pada Tunanetra Penghafal Al-Qur`an”,
Skirpsi, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim2008, h. 96.
Tidak diterbitkan (t.d)
al- Jailani, Abdul Qadir Peran Ulama dan Santri, Surabaya: Bina Ilmu, 1994
107
Julinto, Very, dkk, Pengaruh Memperdengarkan Murattal Al-Qur`an Terhadap Peningkatan Kemampuan Kosentrasi, Jurnal Ilmiah Psikologi, Vol. 1, No. 2, Juni 2014
Marwati, “Ungkapan Tradisional dalam Upacara Adat Perkawinan Masyarakat Bajo di Pulau Balu Kabupaten Muna Barat”, dalam Jurnal Humanika, Vol. 3, No. 15, Desember, 2015
Masduki, Yuson, “Implikasi Psikologis Bagi Penghafal Al-Qur`an” dalam Jurnal Medina, Vol. 18, No. 1, Juni, 2018
Mollah, Moch Kalam “Pendidikan Kebahasaan dalam Penafsiran Al-Qur`an Model Al-Farra”, dalam Jurnal Pemikiran dan Pendidikan Islam, Vol.
7, No. 1, Januari-Juni 2017
Muhammad bin Ismaîl Abû Abdillah al-Bukhȃrî al-Ja‟fî, Al-Jȃmi‟ al-Musnad as-Shahîh al-Mukhtashar min umûr rasûlullah Saw. wa sunanih wa ayyȃmih: Shahîh al-Bukhȃrî, Damaskus: Dar Tuq an-Najah, 1422, Jilid 6 Muhammad, Ahsin Sakho, Membumikan Ulumul Qur`an, Jakarta Selatan:
Qaf Media Kreativa, 2019
Muhammad, Ahsin Sakho, Menghafalkan Al-Qur`an, Jakarta: Qaf Media Kreativa, 2007
Muhammad Abdullah, bin Yazid Al-Quzwaini, Sunan Ibnu Majjah, Beirut:
Al-Maktabah al-„Asyriyah, 1415 H /1995 M, Jilid. 1
Muhakammuroh, Ahmad, “Pesantren : Santri, Kiai, Dan Tradisi”, dalam Jurnal Kebudayaan Islam, Vol. 12, No. 2, Juli- Desember, 2014
Munawar, Said Agil Husin, Al-Qur`an membangun Tradisi Kesalehan Hakiki, Jakarta: Ciputat Prers, 2002
Mustaqim, Abdul, Metode Penelitian Al-Qur`an dan Tafsir, Yogyakarta: Idea Press Yogyakarta, 2017, cet. Ke-3
Naim, Abdul Haris, “Moderasi pemikiran hukum Islam Imam Syafi‟I”, dalam Jurnal Pemikiran Hukum dan Hukum Islam, Vo. 9, No. 1, Januari- Juni, 2018
Nani, Euid, Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus, Bandung: CV. Catur Karya Mandiri, 2010
Qara`ati, Muchsin, Al-Qur`an Menjawab Dilema Keadilan, Jakarta:CV.
Firdaus, 1991
al-Qarni, Aidh, at-Tafsîr al-Muyassar, terj. Tafsir Al-Muyassar oleh Tim Penerjemah Qisthi Press, Jakarta Timur: Qisthi Press, 2008, Jilid 4 al-Qattận, Mannȃ‟ Khalῑl, Studi Ilmu-ilmu Al-Qur`an, terj. Mabᾱhiṡ fi
„Ulūmil Qur‟ᾱn oleh Mudzakir AS, Surabaya: Litera AntarNusa, 2002 Radjamin, Ilmu Penyakit Mata, Surabaya: Airlangga Universitas Press, 1993 Rajab, Khairunnas Obat Hati, Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2010
Rif‟an, M. Najmuddin, “Resepsi Kegiatan Tahfiz (Kajian Living Qur`an di SDIT Nur Hidayah, Surakarta)”, Skripsi, IAIN Surakarta, 2018, Tidak diterbitkan (t.d)
Rizkiyah, Fathiyatur, “Komunikasi Antarpribadi Pengajar dan Santri Tunanetra dalam Memotivasi Menghafal Al-Qur`an di Yayasan Raudlatul Makfufuin Serpong Tangerang Selatan,” Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015, Tidak diterbitkan (t.d)
Rosyadah, Amrina, “Korelasi Al-Qur`an Braille terhadap Prestasi Baca Tulis Al-Qur`an pada Anak Tunanetra di Pondok Pesantren Raudhatul Makfufin Serpong Tangerang Selatan”, Skripsi, IIQ Jakarta, 2015, Tidak diterbitkan (t.d)
Rusmana, Dandan, Metode Penelitian Al-Qur`an dan Tafsir, Bandung:
Pustaka Setia, 2015
Shihab, M. Quraish, Mukjizat Al-Qur`an: Tinjauan dari Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiah dan Pemberitaan Ghaib, Bandung: Mizan Pustaka, 2014
109
Shihab, M. Quraish, Al-Lubȃb Makna, Tujuan dan Pelajaran dari Surah- Surah Al-Qur`an, Tangerang: Lentera Hati, 2012
Shihab, M. Quraish, Wawasan Al-Qur`an, Bandung:Mizan, 2007
Shihab, Quraish, Tafsir Al- Misbah Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur`an, Lentera Hati :Jakarta, 2012, Cet. V
Smart, Aqila, Anak Cacat Bukan Kiamat Metode Pembelajaran Dan Terapi Untuk Anak Kebutuhan KhususYogyakarta: KATAHATI, 2010
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitataif, dan R&D, Bandung:
Alfabeta, 2011, Cet Ke-13
Suharto, Babus, Dari Pesantren Untuk Umat: Reiventing Eksistensi Pesantren di Era Globalisasi, Surabaya: Imtiyaz, 2011
Sulaiman, Dawud bin Al-Asy‟ats bin Ishak bin Basyir bin Syaddad bin
„Amru al-Azdy as-Sajistani, Sunan Abi Dawud, Darul Hadist, 1420 H/1999 M, Jilid. 2
Susanto, Happy dkk., “Perubahan Perilaku santri (Studi Kasus alumni pondok pesantren salafiyah di desa langkap kecamaan besuki kabupaten situbondo)”, dalam Jurnal Pendidikan Islam:ISTAWA, Vol. 2, No. 1, Juli-Desember, 2016
Sohib, Muhammad, dkk., Memelihara Kemurnian Al-Qur`an, Jakarta: Lajnah Pentashihah Mushaf Al-Qur`an, 2011
Soleh, Akhmad, Aksesibilitas Penyandang Disabilitas, Yogyakarta: LKis, 2016
Somatri, T. Sujihati, Psikologi Anak Luar Biasa, Jakarta: Refika Aditama, 2006
Syatri, Jonni, “Pengajaran Baca-Tulis Al-Qur`an Bagi Tunanetra”, dalam Jurnal Suhuf Kemenag, Vol. 9, No. 2, Desember, 2016
Syatri, Jonni, “Pengajaran Baca-Tulis Al-Qur`an Bagi Tunanetra”, dalam Jurnal Suhuf Kemenag, Vol. 9, No. 2, Desember, 2016
Sztompka, Piotr, Sosiologi Perubahan Sosial, Jakarta: Pernada Media Group, 2007
Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1999, cet. ke-X
Ulum, Samsul Mengungkap Cahaya Al-Qur`an, Malang: UIN-Malang Press, 2007
Wajdi, Farid “Tahfiz Al-Qur`an dalam Kajian „Ulum Al-Qur`an”, Tesis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008, Tidak diterbitkan (t.d)
Wawanacara dengan Pendamping Santri Pesantren Raudlatul Makfufin, Fakhrah, Serpong, 26 Februari 2019
Wawancara dengan sekretaris Yayasan Raudlatul Makfufin, Rafiq Akbar, Serpong, 26 Juni 2019
Wawancara dengan Kepala Pesantren Yayasan Raudlatul Makfufin, Ade Ismail, Serpong, 1 Juli 2019
Wawancara dengan Ustadz Pesantren Raudlatul Makfufin, Ali Hudaibi, Pisangan, 8 Juli 2019
Wawancara dengan Wakil Ketua Pesantren Raudlatul Makfufin, Abdurrahman, Serpong, 9 Juli 2019
Wawancara dengan santri Pesantren Raudlatul Makfufin, Afif, Serpong, 16 Juli 2019
Wawancara dengan Ustadz Pesantren Raudlatul Makfufin, Nasrul, Serpong, 1 Juli 2019
Wawancara dengan Santri Pesantren Raudlatul Makfufin, Sandi, Serpong, 9 Juli 2019
Wawancara dengan santri Pesantren Raudhlatul Makfufin, Nabil, Serpong, 9 Juli 2019
Wawancara dengan santri Pesantren Raudhlatul Makfufin, Wardah, Serpong, 10 Juli 2019
111
Wawancara dengan santri Pesantren Raudhlatul Makfufin, Afifah, Serpong, 10 Juli 2019
Wawancara dengan santri Pesantren Raudhlatul Makfufin, Choirul, Serpong, 9 Juli 2019
Wawancara dengan santri Pesantren Raudhlatul Makfufin, Ihsan, Serpong, 9 Juli 2019
Wawancara dengan santri Pesantren Raudhlatul Makfufin, Rovan, Serpong, 9 Juli 2019
Yasmadi, Modernisasi Pesantren : Kritik Nurcholish Madjid Terhadap Pendidikan Islam Tradisional, Jakarta: Ciputat Press, 2005
Yahya, Imam Abu Zakaria bin Syaraf an-Nawawi, at-Tibyan: Adab Penghafal Al-Qur`an (judul asli: At-Tibyan Fî ȃdȃbî Hamalatî Al- Qur`an), terj. Umniyyati Sayyidatul Hauro‟, dkk., Solo: Al-Qowam, 2014
Yusuf, Muri, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan, Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandiri 2017, cet. Ke-4 Zen, Muhaimin, Tahfizh Al-Qur`an Metode Lauhun, Jakarta:Transpustaka,
2013
Zen, Muhaimin, Metode Pengajaran Tahfiz Al-Qur`an di Pondok Pesantren, Tsanawiyah, ALiyah, dan Perguruan Tinggi, percetakanonline.com, 2012
Zulfa, Laila Ngindana, “Tradisi Menghafal Al-Qur`an di Pondok Pesantren Studi Living Qur`an di Pondok Pesantren Al-Mubarok Mranggen Demak”, Universitas Wahid Hasyim Semarang, 2013
LAMPIRAN - LAMPIRAN
LAMPIRAN DOKUMENTASI
Foto wawancara dengan santri putra di Pesantren Raudhlatul Makfufin. pada tanggal 9 Juli 2019
Foto wawancara dengan santri putra di Pesantren Raudhlatul Makfufin, pada tanggal 9 Juli 2019
Foto kegiatan para santri menghafal Al-Qur`an di Kelas Menghafal, pada tanggal 9 Juli 2019
Foto santri yang sedang menyetorkan hafalan Al-Qur`an kepada Ustadz Nasrul, pada tanggal 9 Juli 2019
Foto kegiatan para santri belajar Iqra braille di Kelas Dasar, pada tanggal 7 okotober 2018
Foto kegiatan para santri menghafal Al-Qur`an di Kelas Menghafal, pada tanggal 9 Juli 2019
Foto Raden Halim Saleh yang merupakan Pendiri Yayasan Raudhlatul Makfufin, diambil pada tangal 27 Oktober 2018
Foto Stuktural Yayasan Raudhlatul Makfufin Tahun 2017-2022, diambil pada tanggal 10 Juli 2019
Foto Al-Qur`an digital yang digunakan para santri tunanetra di Pesantren Raudhlatul Makfufin
Foto Al-Qur`an braille yang digunakan para santri tunanetra di Pesantren Raudhlatul Makfufin
Bentuk Al-Qur`an braille dan Iqra Braille
Gedung Pesantren Raudlatul Makfufin
Gedung Pesantren Raudlatul Makfufin
Nama Narasumber : Rafik Akbar, S.Pd.I
Jabatan : Sekretaris Yayasan Raudhlatul Makfufin
Tanggal : 9 Juli 2019
No Pertanyaan Jawaban
1 Bagaimana Sejarah Yayasan Raudhlatul Makfufin?
Awal mula dirintis oleh sembilan orang, yang sampai betul-betul militansi sampai 2005 itu pak salim, pendiri yang lain sudah punya kesibukan masing-masing.
Awal mula pendirian Yayasan itu, berawal dari pengajian keliling dari rumah ke rumah yang menginisiasikan adalah pak Soleh ini. Dulu pak salim sekolah di Djogja dan beliau belajar Al-Qur`an Braille, dan pada waktu itu Al-Qur`an Braille masih terbilang langka. Kemudian beliau tiba di Jakarta, dan mengajarkan ke teman- teman tunanetra yang lain mengenai Al-Qur`an Braille yang beliau sudah pelajari di Jogja. Kemudian beliau bersama teman teman yang Sembilan itu membentuk seperti komunitas, sampai berfikir ketika kumpulan ini tidak ada naungan secara administratif, legalitas tidak ada, maka tidak akan mendapat bantuan terutama dari pemerintah.
2 Kapan dibuat Yayasan? Pada tahun 1983 dibuatlah sebuah yayasan yang bernama Yayasan Raudhlatul Makfufin dan fokusnya masih dengan pengajian mingguan.
Pengajian mingguan ini hanya berfokus mempelajari Al-Qur`an Braille karena di Jakarta itu belum ada yang bisa membaca Al-Qur`an Braille dan pak Soleh pun belajar Al-Qur`an Braille di Jogja. Pada tahun 1990.an
pada waktu itu, karena beliau empati terhadap perjuangan pak soleh dan teman-teman tunanetra yang lain, maka dipinjamkanlah tanah kementrian agama yang terdapat di kertamukti, belakang IIQ Jakarta, kemudian dicarikan donatur dan dibangunkan satu gedung untuk pengajian tunanetra seperti biasanya tiap satu minggu sekali. Pada waktu ini belum terbentuk pesantren, hanya saja pengajian Alhamdulillah bisa dialokasikan pada satu tempat tidak berkeliling dari satu ke rumah lain. Di gedung tersebut ada satu ruangan yang dialokasikan sebagai kelas, kemudian dialihkan menjadi kamar. Pada waktu itu yang mukim di kamar adalah yang sudah kuliah, sehingga malamnya dibuat program kegiatan-kegiatan yang mirip dengan pesantren, seperti kajian fiqih, akhlak dan sebagainya. Akan tetapi pada waktu untuk dipopulerkan sebagai pesantren belum, masih dalam bentuk Yayasan Raudhlatul Makfufin yaitu tempat pengajian tunanetra.
3 Kapan didirikan Pesantren Raudhlatul Makfufin?
Singkat cerita, Pesantren Raudhlatul Makfufin ada sekitar tahun 2014, dan ditetakan program tahfîzh al-Qur`an pada tahun 2015, karena ruangan sudah ada, kemudian mengurusi pendaftaran di kantor kementrian agama dan lain sebagainya. Dan untuk pengajian ta‟lim itu menjadi program tersendiri yang bernama IKJAR (Ikatan Jama‟ah Raudhlatul Makfufin) 4 Kenapa mengambil Program
tahfîzh al-Qur`an sebagai brand pesantren Raudhlatul Makfufin ini?
Melihat banyak potensi bisa digali, karena sebelumnya sudah sering mengkampanyekan program baca Al- Qur`an Braille, lumayan sudah banyak
diarahkan program tahfîzh al-Qur`an sepertinya disayangkan maka difokuskan saja ke tahfidzul Qur`an 5 Apakah di program tahfîzh al-
Qur`an di permanenkan untuk santri dan para jama‟ah ta‟lim?
Untuk adik-adik yang mukim saja, untuk jama‟ah paling surat-surat pilihan saja
6 Apakah para santri merasa kaget dengan adanya program tahfîzh al-Qur`an ini?
Pada awalanya memang ada beberapa santri yang memang kaget juga adanya program tahfîzh al-Qur`an ini, targetnya tidak di tinggikan terlebih dahulu, biar para santri tidak berat menjalankannya, yang penting bisa baca Al-Qur`an terlebih dahulu. Tapi, Alhamdulillah kesini kesini mereka sudah paham, ketika mereka masuk pesantren Raudhlatul Makfufin mereka harus siap untuk menghafal Al-Qur`an.
7 Bagaimana perkembangan jumlah santri dari angkatan pertamayaitu tahun 2014 sampai sekarang tahun 2019?
Alhamdulillah berkembang, pada tahun 2014 santri berjumlah 5 orang, 2015 bertambah menjadi 8 orang, tahun 2016 bertambah menjadi 14 orang, tahun 2017 bertambah menjadi 15 orang, tahun 2018 bertambah menjadi 17 orang, dan sekarang tahun 2019 bertambah menjadi 24 orang.
8 Program apa saja yang dibuat oleh Yayasan?
Program yang dibuat Yayasan ada empat, yang pertama Pesantren Raudlatul Makfufin, terus yang kedua kegiatan sekolah, kemudian IKJAR yaitu Majlis ta‟lim dan yang keempat adalah percetakan Al-Qur`an braille.
9
Nama Narasumber : Ade Ismail,
Jabatan : Sekretaris Yayasan Raudhlatul Makfufin
Tanggal : 9 Juli 2019
No Pertanyaan Jawaban
1 Apa yang menjadi
keunggulan di Pesantren Raudlatul Makfufin?
Yang diunggulkan di Pesantren adalah tahfîzh Al-Qur`an nya, karena semua santri yang mukim wajib mengikuti program ini, kemudian ada program lain, seperti mempelajari ilmu agama yaitu aqidah akhlak, fiqih, tajwid yang diadakan malam, ada keterampilan agama misalnya mimpin do‟a, tahlil, pokoknya apa yang sering di masyarakat, ada kultum juga, ada ekstrakurikuler nya seperti mempelajari bahasa arab dan bahasa inggris. Untuk materi selain tahfiz dikurangkan karena kita lebih fokuskan para santri ke hafalan mereka
2 Bagaimana sisitem menghafal Al-Qur`an di Pesantren Raudlatul Makfufin?
Apabila ada santri baru yang masuk sebelum masuk ke kelas menghafal, mereka wajib di tes terlebih dahulu.
Apakah dia sudah bisa membaca Al- Qur`an braille apa belum, jika sudah tau tetap kita tes bagaimana bacaan dan sebagainya. Dan jika belum mengenal Al-Qur`an braille, maka diwajibkan untuk ke kelas dasar.
3 Apakah ada tingkatan atau kelas di program tahfîzh Al- Qur`an ini?
Ada, yang pertama ke kelas persiapan dan yang kedua ke kelas menghafal 4 Bagaimana dengan tingkatan
hafalan para santri?
Untuk hafalan sangat beragam, seperti Tion sudah hafal 10 sampai 12 juz paling banyak, dan paling sedikit rata- rat juz 30 atau juz 1. Karena para santri mengawali hafalan dari juz 30 baru masuk ke juz 1 dan seterusnya
untuk mempermudah mereka dalam menghafalkan Al- Qur`an?
shaum senin kamis, dan itu masih mereka sendiri-sendiri
6 Apakah mereka antusias dengan adanya program tahfîzh Al-Qur`an?
Mereka antusias, cuman kadang memang naik turun ya
Nama Narasumber : Ustadz Ali Hudaibi
Jabatan : Guru Tahfiz Pesantren Raudlatul Makfufin
Tanggal : 8 Juli 2019
No Pertanyaan Jawaban
1 Kapan ustadz gabung dengan Pesantren Raudlatul Makfufin?
Saya gabung sekitar 2015
2 Bagaimana sejarah terbentuknya Pesantren Raudlatul Makfufin?
Dulu yang hafal bukan anak-anak sekolah seperti sekarang, pak ade pak rafiq ngaji disaya, semakin kesini semakin banyak dan Makfufin membuka dan bermusyawarah Yayasan diputuskan untuk membuat sebuah pesantren. Sampai sekarang namanya Yayasan Pesantren Raudlatul Makfufin, karena mereka menambah kegiatan pesantrennya lebih banyak, dan difokuskna untuk tahfidz.
Awalnya makfufin ingin membuat Brand bahwa itu pesantren Al-Qur`an, karena percetakan braille disebar ke seluruh Indonesia. Saya diminta pada waktu karena memang belum fokus ke menghafal Al-Qur`an
3 Apakah menghafal Al- Qur`an mempengaruhi psikologi para santri?
Dari segi psikologi sebenarnya mereka tidak bermasalah. Hanya keterbatasan fisik saja yang membuat mereka sulit tetapi apabila terus di genjrot pasti bisa, mungkin lama saja. Saya memberikan motivasi untuk mereka “ hafal Al-Qur`an itu tidak harus cepat, karena membaca Al- Qur`an dan mengulang-ngulang itu sampai mati yaitu sampai akhir hayat”
akhirnya mereka terus semangat walaupun selesai kelas tiga nanti yaitu ujian UN kalau mau dilanjutkan di Makfufin akan lebih baik
4 Apakah ada kesulitan para santri dalam menghafal
Mereka tidak seperti orang awas, tetapi kalau meghafal mereka normal, mereka
malasnya tapi ada kesulitan tidak seperti orang normal pada umunya, kesulitan memang karena mereka tidak langsung membaca Al-Qur`an, jadi harus meraba, selancar apapun mereka membaca Al- Qur`an dan ketika disuruh menghafal agak kesulitan, makanya target-target yang kita sampaikan kepada mereka satu hari minimal enam ayat menghafal, itu 50% saja yang bisa. Tapi terus kita kejot, ada beberapa yang berhasil ada yang tidak, Persoalannya karena mereka tidak bisa melihat, itu kita sudah bersyukur mereka sudah bisa menghafal seperti itu, dengan keterbatasan seperti ini, tapi satu motto mereka yang kuat dan bersemangat, ya itu yang sekarang menjadi motto mereka “Tak ada mata tak hilang cahaya”. Kemarin baru rapat dan sekarang kita membuat peraturan baru minimal mereka mendapatkan target 2 juz per semester. Kalau ingin menambah hafalan harus tes dulu 2 juz. Kalau tidak lulus tidak boleh menambah hafalan, itu sudah lumayan 2 juz itu, tidak bisa seperti orang pada umumnya yang satu hari bisa satu kaca.
5 Apa yang membuat para santri semangat dalam menghafal Al-Qur`an?
Tapi karena ada dukungan dari orang tua dan mereka pun bayar. Jadi dari sisi ekonomi sebenarnya mereka mampu, karena tidak ada tempat lagi
6 Metode apa yang digunakan para santri dalam menghafal Al- Qur`an?
Untuk metode mengadopsi dari pandanaran. Karena saya alumni pesantren pandanaran yaitu Kiyai Mufid.
Dan saya terapkan di Makfufin tapi tidak bisa, karena ngajinya harus setiap hari dan mengulang hafalan 5 halaman dan saya terapkan di Makfufin tidak bisa 7 Kapan para santri
menyetorkan hafalan baru dan muroja‟ah hafalan?
Untuk setoran baru yaitu hari senin, rabu dan kamis setiap pagi sedangkan untuk ustadz Nasrul setiap hari dan khusus
seperti orang awas
8 Apakah program
menghafal Al-Qur`an ini memiliki target dalam pencapaian hafalan Al- Qur`an?
Kalau di Pandanaran itu bisa ditargetkan setahun bisa selesai Al-Qur`an, sedangkan di Makfufin tidak bisa ditarget.
Jadi pas waktu itu di musyawarahkan 2 juz per semester. Jika tidak bisa maka diturunkan kembali. Tapi saya melihat semangatnya membuat saya tetap untuk ngajar disana. Tiada mata tak hilang cahaya itu betul-betul diterapkan oleh mereka.
9 Media yang digunakan dalam menghafal Al- Qur`an
Media menggunakan Al-Qur`an braille, awalnya mereka ditopang dulu dengan mendengar dulu menggunakan audio, komputer juga. Jadi sebelum menghafal Al-Qur`an mereka mendengarkan terlebih dahulu ayat-ayat itu baru dipegang, sambil dibaca, kemudian diulang 5x sampai lebih, dihafal satu ayat satu ayat, tidak boleh pindah ke ayat lain sebelum hafal didalam kepala, begitu pun ayat kedua, dan seterusnya.
10 Ada beberapa tingakatan di kelas Al-Qur`an ini?
Kelas membaca , Kelas tahsin dan kelas menghafal dan hafalan di mulai dari juz 30
11 Bagaimana ujian tahfidz Al-Qur`an di Pesantren Raudlatul Makfufin?
Ujian sama seperti di IIQ seperti memberikan beberapa pertanyaan untuk nilai raport tetapi tetap ada kuartalan setiap semester untuk diujikan
12 Apakah para santri merasakan pengaruh dari menghafal Al-Qur`an untuk kesehatan para santri?
Ada beberapa santri yang sakit seperti salma dan afifah, karena punya penyakit.
Bisa mempengaruhi, karena air aja bisa berubah kualitas PH nya dikarenakan kata-kata positif apalagi dengan bacaan Al-Qur`an yang sudah jelas nashnya.
Nama Narasumber : Ustadzah Fakhrah
Jabatan : Wali Santri Pesantren Raudlatul Makfufin
Tanggal : 9 Juli 2019
No Pertanyaan Jawaban
1 Kapan dilaksanakan kegiatan tahfîzh Al-Qur`an?
Selesai „asar dan selesai subuh, kecuali hari jum‟at dan hari minggu.
Karena jum‟at dan minggu itu kosong, saya inisiatif di isi dengan do‟a- do‟a dan membaca Al-Waqi`ah kemudian baksos.
2 Media yang digunakan para santri dalam menghafal Al- Qur`an?
Al-Qur`an braille dan Mp3 yang disukai, dan adanya pendampingan.
ketiga ini merupakan teknik cepat menghafal Al-Qur`an
3 Metode para santri dalam menghafal Al-Qur`an?
Metode menghafal Al-Qur`an orang tunaentra dengan orang awas itu berbeda. Tunanetra itu dipastikan mereka sudah bisa meraba, karena lebih sulit itu meraba, karena itu perlu adanya talaqqi. Terkadang butiran- butiran di kertas itu tenggelam, makanya dibutuhkan lah pendampingan guru untuk di talaqqi agar mudah menghafalkan Al-Qur`an, jelaskan bagaimana ceritanya.
Harusnya guru mendamping santri yaitu mentalaqqi dan menjelaskan ayat tersbeut, ayat ini tentang apa, dan bagaimana dan seterusnya.
4 Apa yang mendukung para santri dalam menghafal Al- Qur`an?
Jelas lingkungan, motivasi dari diri sendiri dan metode guru dalam mengajarkan. Lingkungan yang paling penting, karena tunanetra itu peka banget telinganya, jadi diusahakan untuk tidak ada gangguan-gangguan gitu. Dan orang tua pun sangat mendukung
5 Apa yang memperhambat Sakit, lingkungan tidak mendukung,