• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Prosedur Program Tahfîzh Al-Qur`an

4.3 Perolehan Hafalan Al-Qur`an Santri Tunanetra

81

motivasi para santri tunanetra dalam menghafal Al-Qur`an di Pesantren Raudhlatul Makfufin.

4.2 Bagan Motivasi Santri Tunanetra Menghafal

Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa tingkat hafalan para santri tunanetra sangat beragam. Hal ini dapat diketahui bahwa para santri memiliki faktor yang berbeda-beda sehingga mempengaruhi dalam tingkat hafalan Al-Qur`an. Adapun faktor tersebut terbagi menjadi dua bagian, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri para santri tunanetra, sedangkan faktor eksternal berkaitan dengan pengaruh dari luar termasuk lingkungan pesantren.

a. Faktor Internal

Hasil wawancara dengan dua belas santri tunanetra yang menghafal Al-Qur`an di Pesantren Raudhlatul Makfufin, penulis menganalisa ada beberapa faktor internal yang mempengaruhi tingkat hafalan para santri tunanetra, sebagai berikut:

Pertama, kecerdasan intelektual yang berbeda-beda. Dari dua belas santri tunanetra yang penulis teliti, jelas memiliki IQ (Intelligence Quotient) yang berbeda-beda. Seperti kepekaan dalam meraba Al-Qur`an braille merupakan bagian dari IQ para santri tunanetra dalam menghafal Al-Qur`an. Oleh karena itu, para santri yang belum lancar dan sedikit kesulitan dalam meraba Al- Qur`an braille, maka akan sangat memperhambat dalam proses menghafal Al-Qur`an, sekaligus mempengaruhi tingkat hafalan Al-Qur`an yang ingin dicapai. Seperti halnya Afifah merupakan santri putri yang memiliki kesulitan dalam meraba Al-Qur`an braille, sehingga selama dua tahun afifah hanya memiliki hafalan satu juz, yaitu juz 30.28 Sama halnya dengan santri putra yang bernama Choirul dan Afif, yang sama-sama mengikuti program

28 Wawancara dengan santri Pesantren Raudhlatul Makfufin, Afifah, Serpong, 10 Juli 2019, pukul 15.00 WIB

83

tahfîzh Al-Qur`an selama tiga tahun sampai sekarang. Namun, tingkat hafalan keduanya berbeda yaitu afif memiliki hafalan 20 juz29, sedangkan choirul memiliki hafalan 10 juz.30 Hal ini disebabkan karena kecerdasan dan kemampuan afif di atas rata- rata para santri tunanetra yang lain.31

Menurut pengamatan penulis kecerdasaran intelektual sangat mempengaruhi proses tingkat hafalan para santri tunanetra dalam menghafal Al-Qur`an. Kepekaan dalam meraba Al-Qur`an braille menjadi bagian IQ para santri tunanetra dalam menghafal Al- Qur`an. Karena hal yang utama bagi tunanetra dalam menghafal Al-Qur`an di Pesantren Raudhlatul Makfufin adalah lancar dalam menggunakan Al-Qur`an Braille.

Kedua, Kemampuan membagi waktu untuk menghafal Al- Qur`an. Kemampuan membagi waktu menjadi kunci penting dalam proses menghafal, terlebih lagi penghafal Al-Qur`an yang masih sekolah. Menjalani rutinias menghafal ditengah kegiatan sekolah dan kegiatan pesantren menuntut kemampuan membuat perencanaan waktu yang tepat agar segala yang menjadi prioritas dapat tercapai. Contohnya seperti santri putra yang bernama Afif.

Afif sangat menghargai waktu dengan baik, terkhusus waktu untuk menghafal Al-Qur`an. Oleh karena itu setiap aktivitas yang dilakukan selalu berusaha untuk membawakan hasil, tidak

29 Wawancara dengan santri Pesantren Raudhlatul Makfufin, Afif, Serpong, 10 Juli

2019, pukul 14.00 WIB

30 Wawancara dengan santri Pesantren Raudhlatul Makfufin, Choirul, Serpong, 9 Juli 2019, pukul 14.20 WIB

31 Wawancara dengan Wali Santri Pesantren Raudhlatul Makfufin, Fakhrah, Serpong, 31 Juli 2019, pukul 13.01 WIB

membuang waktu dengan sia-sia.32 Sehingga, selama tiga tahun mukim di Pesantren Raudhlatul Makfufin afif memiliki hafalan sebanyak 20 Juz.33 Sama halnya dengan santri yang bernama Ihsan yang memiliki hafalan 5 Juz selama satu tahun.34

Menurut pengamatan penulis, beberapa santri yang lain, tidak begitu memanfaatkan waktu dengan baik untuk menghafalkan Al- Qur`an, seperti muncul rasa malas sehingga lebih banyak tidur, dan melakukan aktivitas diluar prioritas, dan lain sebagainya.

Sehingga ini menjadi faktor internal yang mempengaruhi tingkat hafalan para santri dalam menghafal Al-Qur`an. Contohnya santri yang bernama Nabil, dia sangat lancar dalam membaca Al-Qur`an Braille dan terbilang sebagai santri yang cepat dalam menghafal Al-Qur`an, akan tetapi disayangkan kemalasan seperti banyak tidur memperhambat dia dalam meningkatkan hafalan Al- Qur`an.35

Ketiga, Keinginan dari para santri dalam menghafal Al- Qur`an. Para santri yang memiliki keberanian memutuskan untuk menjadi penghafal Al-Qur`an adalah sebuah keputusan yang sangat mulia. Keputusan tersebut harus dibarengi dengan tekad dan kerja keras yang maksimal dari para santri itu sendiri, sehingga mampu mencapai tujuan yang diinginkan. Dengan berjalannya waktu keinginan para santri untuk menjadi penghafal Al-Qur`an dipengaruhi dengan berbagai faktor, sehingga hal ini

32Wawancara dengan Wali Santri Pesantren Raudhlatul Makfufin, Fakhrah, Serpong, 31 Juli 2019, pukul 13.01 WIB

33 Wawancara dengan santri Pesantren Raudhlatul Makfufin, Afif, Serpong, 10 Juli 2019, pukul 14.00 WIB

34Wawancara dengan santri Pesantren Raudhlatul Makfufin, Ihsan, Serpong, 9 Juli 2019, pukul 14.05 WIB

35Wawancara dengan santri Pesantren Raudhlatul Makfufin, Nabil, Serpong, 9 Juli 2019, pukul 14.21 WIB

85

bisa memperhambat atau mempercepat dalam proses menghafal Al-Qur`an. Oleh karena itu, para santri tunanetra akan memiliki perbedaan dalam tingkat hafalan, karena dipengaruhi kuat atau lemahnya dari keinginan para santri itu sendiri dalam menghafal Al-Qur`an.

b. Faktor Eksternal

Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi tingkat hafalan para santri tunanetra, sebagai berikut:

Pertama, Pendampingan untuk para santri tunanetra dalam menghafal Al-Qur`an. Ustadzah fakhrah yang menjadi wali santri di Pesantren Raudhlatul Makfufin mengatakan butuhnya guru pendamping untuk santri dalam mentalaqqi hafalan Al-Qur`an, agar mudah dalam menghafal Al-Qur`an, sekaligus memberikan pemahaman mengenai ayat Al-Qur`an yang sedang dihafal.

Sehingga menurutnya, dengan cara pendampingan tersebut para santri tunanetra akan lebih cepat dalam menghafal Al-Qur`an.36 Dalam hal ini, penulis menganalisa bahwa guru pendamping para santri tunanetra ini sangat diperlukan, mengingat ada beberapa santri tunanetra yang merasa kesulitan dalam meraba Al-Qur`an braille ketika proses menghafal Al-Qur`an, contohnya tiga santri putri yaitu afifah, wardah dan salma.37 Kemudian secara tidak langsung pendampingan para santri ini pun berpengaruh terhadap tingkat hafalan para santri tunanetra dalam menghafal Al-Qur`an.

Kedua, Dukungan dari orang tua baik moril maupun materil.

Bentuk dukungan yang diberikan orang tua pada dasarnya sama

36 Wawancara dengan santri Pesantren Raudhlatul Makfufin, Fakhrah, Serpong, 9Juli 2019, pukul 11.00 WIB

37Wawancara dengan santri Pesantren Raudhlatul Makfufin, Fakhrah, Serpong, 31 Juli 2019, pukul 11.30 WIB

yaitu mendoakan anaknya, memberikan nasehat ketika anaknya mengalami penurunan semangat, mengingatkan untuk rajin, mencukupi segala kebutuhan ketika di Pesantren. Seperti halnya informasi yang penulis dapat dari Ustadzah Fakhrah, bahwa beberapa para santri akan terganggu hafalannya, ketika mereka mendengar masalah-masalah perekonomian.38 Maka dari itu, ketika dukungan diatas diberikan secara utuh dari orang tua untuk para santri tunanetra, maka hal ini berpengaruh terhadap pencapaian tingkat hafalan para santri. Namun, jika sebaliknya, maka hasilnya pun tidak begitu maksimal dibanding para santri yang sanagt didukung oleh orang tuanya dalam menghafal Al- Qur`an baik moril maupun materi. Oleh karena itu, tingkat pencapaian hafalan para santri akan berbeda-beda, salah satunya adalah tergantung seberapa dukungan orang tua terhadap para santri dalam menghafal Al-Qur`an.

Ketiga, Lingkungan. Ada beberapa santri tunanetra yang mengaku semangat menghafalnya akan terganggu karena kondisi di luar dirinya yang sangat tidak kondusif seperti teman yang lagi ramai di kamar, teman yang mengajak mengobrol.39 Gaya menghafal santri tunanetra yang menyukai ketenangan menyebabkan sulitnya konsentrasi dalam menghafal Al-Qur`an.

Hal ini berdampak pada pencapaian tingkat hafalan para santri yang menyebabkan sedikitnya hafalan yang didapat.

Berdasarkan data diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa tingkat hafalan santri di Pesantren Raudhlatul Makfufin di pengaruhi

38 Wawancara dengan santri Pesantren Raudhlatul Makfufin, Fakhrah, Serpong, 9 Juli 2019, pukul 10.10 WIB

39 Wawancara dengan santri Pesantren Raudhlatul Makfufin, Ihsan, Serpong, 9 Juli

2019, pukul 14.00 WIB

87

oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Adapun faktor internal yaitu: kecerdasan intelektual, kemampuan membagi waktu dan keinginan para santri dalam menghafal Al-Qur`an.

Sedangkan untuk faktor eksternal yaitu: pendamping guru, dukungan dari orang tua dan lingkungan pesantren yaitu teman.

Dokumen terkait